Anda di halaman 1dari 9

ICODEV: Indonesian Community Development Journal

Vol. 2, No. 2, Juni 2021, 31-39


ISSN: 2775-1538 (online)

Welfare Society dalam Sistem Kesejahteraan Sosial


di Indonesia
Asyhabuddin*1
1
UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto
Banyumas-Indonesia

Abstract
The Welfare State is a social welfare system implemented in many countries. This centralized
welfare system has been criticized by some because it is seen as not being able to capture the di-
versity of social welfare issues and needs, so that it is unable to provide appropriate social welfare
measures. This article seeks to examine the “ideal” social welfare system in Indonesia, with the
aim of offering a system that is more in line with the communal social and cultural conditions of
Indonesian people. Using the desk study method, this study finds that the social welfare system in
Indonesia encourages the welfare society as the spearhead. However, engagement of community
in the social welfare system is not ideal, because community participation at the local level is
mostly used as a local agent for the implementation of programs governed nationally. Based on
these findings, this article considers the need to increase the meaningful community participa-
tion in the social welfare system by adopting the concept of an active community, based on three
bases, namely neighbourhood/locality, social identity and kinship.

Keywords: Welfare state, welfare society, active society, social welfare system

Welfare State (Negara kesejahteraan) merupakan sistem kesejahteraan sosial yang diterapkan di
banyak negara. Sistem Kesejahteraan tersentral ini dikritik oleh sebagian orang karena dipandang
tidak mampu menangkap keragaman masalah dan kebutuhan kesejahteraan sosial, sehingga ti-
dak mampu menghadirkan upaya kesejahteraan sosial yang tepat. Artikel ini berupaya mengkaji
sistem kesejahteraan sosial ”ideal” di Indonesia, dengan tujuan untuk menawarkan sistem lebih
sesuai dengan kondisi sosial dan budaya masyarakat Indonesia yang komunal. Dengan menggu-
nakan metode kajian pustaka (desk study), kajian ini menemukan bahwa sistem kesejahteraan so-
sial di Indonesia mendorong welfare society sebagai ujung tombaknya.Namun, pengikutsertaan
masyarakat dalam sistem kesejahteraan sosial ini belum ideal, karena partisipasi masyarakat di
tingkat lokal lebih banyak digunakan sebagai agen lokal untuk pelaksanaan program yang diatur
dari pusat. Berdasarkan hasil tersebut, maka artikel ini memandang perlunya meningkatkan ke-
bermaknaan partisipasi masyarakat dalam sistem kesejahteraan sosial dengan mengadopsi kon-
sep masyarakat aktif, dengan bertumpu pada tiga basis, yaitu ketetanggaan/lokalitas, identitas
sosial dan kekerabatan.

Kata Kunci: Welfare state, welfare society, masyarakat aktif, sistem kesejahteraan sosial.

PENDAHULUAN Setiap orang, sebagai anggota mas-


yarakat, berhak atas jaminan sosial dan
Kesejahteraan merupakan hak yang berhak akan terlaksananya hak-hak
melekat pada diri setiap orang. Hak atas ekonomi, sosial dan budaya yang sangat
diperlukan untuk martabat dan pertum-
kesejahteraan terabadikan di dalam Deklarasi buhan bebas pribadinya, melalui usa-
Universal Hak Asasi Manusia Perserikatan ha-usaha nasional maupun kerjasama
Bangsa-Bangsa (DUHAM PBB). Pasal 22 internasional, dan sesuai dengan penga-
turan serta sumber daya setiap Negara
Deklarasi ini mengatur bahwa (Bangsa-Bangsa, 1948)

*Author Correspondence: Asyhabuddin. Email : asyhab@uinsaizu.ac.id

Copyright © 2022 Asyhabuddin

ICODEV: Indonesian Community Development Journal−Vol 3, No. 1 (2022) 31


Asyhabuddin

Pasal-pasal DUHAM selanjutnya Realisasi kesejahteraan sosial


mengatur berbagai hak terkait kesejahteraan merupakan mandat yang diemban oleh
sosial, antara lain hak atas pekerjaan dan negara. UUD pasal 33 ayat (3) menyatakan
upah yang adil (pasal 23), penghidupan yang bahwa kekayaan alam yang dikandung
layak (Pasal 25), dan pendidikan (pasal 26) oleh bumi Indonesia ini dikuasai oleh
(U. U. No, 1999) negara dan digunakan sepenuhnya untuk
Hak atas kesejahteraan juga diakui dan kesejahteraan masyarakat. Artinya, penjaga
diatur di dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang keberlangsungan kesejahteraan sosial
Hak Asasi Manusia (UU HAM). Bagian Ketujuh merupakan tanggung-jawab penuh negara.
yang terdiri dari enam pasal (pasal 36-42) Konsep kewajiban negara atas
mengatur tentang hak atas kesejahteraan. kesejahteraan sosial warganya ini dikenal
Pasal-pasal tersebut mengatur tentang hak sebagai negara kesejahteraan (welfare state)
warga negara atas hak milik, pekerjaan, (Alfi, 2020; Robertson, 1988) Di dalam
penghidupan dan tempat tinggal yang layak konsep ini, negara memegang kewajiban
(Midgley, 1995). dan kewenangan penuh untuk mengatur
Kesejahteraan, menurut James Midgley, sistem kesejahteraan sosial melalui berbagai
terdiri dari 3 (tiga) unsur, yaitu (1) kebutuhan kebijakan sosial yang diambil. Kebijakan
terpenuhi, (2) masalah terselesaikan, dan (3) sosial memiliki tiga aspek yang saling
kesempatan untuk maju tersedia (Midgley, terkait. Pertama, peraturan perundang-
1995). Maka dari itu, seseorang dianggap undangan. Aspek ini berfungsi sebagai
hidup dalam kesejahteraan bila kebutuhan dasar bagi tindakan yang akan diambil oleh
pokok untuk menjalani kehidupan mampu pemerintah terkait masalah sosial tertentu.
dipenuhinya, misalnya kebutuhan akan Kedua, pelayanan sosial. Aspek ini adalah
sandang, pangan, dan papan. Selain itu, tindakan yang diambil oleh pemerintah
Kesejahteraan bisa dikatakan telah dicapai untuk mencegah atau memitigasi masalah
oleh seseorang jika masalah yang melingkupi sosial yang terjadi di masyarakat. Ketiga,
kehidupannya mampu diselesaikan. Pada sistem perpajakan. Aspek yang sering disebut
unsur ini, seseorang dikatakan sejahtera bila sebagai kesejahteraan fiskal ini berfungsi
dia terbebas dari konflik atau suatu kondisi untuk menyediakan dukungan finansial bagi
tertentu yang akan menghalanginya untuk pelaksanaan pelayanan sosial. Ketiga aspek
secara bebas menjalankan kehidupannya tersebut merupakan building blocks yang
sehari-hari. Terakhir, agar bisa mencapai membentuk bangunan kebijakan sosial.
kesejahteraan yang sesungguhnya, seseorang Konsep negara kesejahteraan
harus memiliki peluang untuk maju. dipandang oleh sebagian orang sebagai
Artinya, agar memiliki kehidupan yang sistem kesejahteraan sosial yang tidak cukup
sejahtera seseorang harus mendapatkan mampu membangun kesejahteraan secara
persamaan perlakuan dan peluang terkait akurat. Ini disebabkan oleh sifat sistem
dengan peningkatan dalam kehidupannya, kesejahteraan sosialnya yang tersentral.
misalnya dalam memperoleh pendidikan, Sentralisasi kesejahteraan sosial tidak
dalam mendapatkan pekerjaan dan dalam mampu menangkap keragaman masalah dan
melangkah maju dalam kariernya. kebutuhan kesejahteraan sosial di tingkat

32 ICODEV: Indonesian Community Development Journal−Vol 3, No. 1 (2022)


Welfare Society dalam Sistem Kesejahteraan Sosial di Indonesia

lokal, sehingga tidak juga mampu memberikan konsep welfare state (negara kesejahteraan),
jawaban yang beragam. Keseragaman yaitu memastikan terwujudnya kesejahteraan
program yang ditentukan oleh pemerintah bagi seluruh anggota masyarakat.
pusat, meskipun dilaksanakan secara lokal, Perbedaannya dengan konsep welfare state
tidak mampu menghasilkan kesejahteraan adalah pada level operasionalnya. Welfare
sosial yang berkelanjutan. state beroperasi pada level nasional, yang
Maka dari itu, yang diperlukan adalah menjangkau seluruh rakyat sebuah negara,
desentralisasi sistem kesejahteraan sosial, sedangkan welfare society beroperasi pada
dengan mendorong partisipasi aktif level lokal atau sub-nasional, yaitu bagian-
masyarakat di tingkat akar rumput untuk bagian tertentu dari sebuah negara. Menurut
mampu dan mau secara mandiri membangun penulis, istilah lokal ini bisa mengacu pada
sistem kesejahteraan sosial masing-masing beragam makna. Lokal bisa dimaknai sebagai
berdasarkan kearifan lokal yang ada, di sebuah wilayah sub-nasional (provinsi atau
dalam sebuah sistem kesejahteraan sosial yag kabupaten/kota), atau sebagai kelompok-
disebut welfare society. kelompok masyarakat tertentu yang memiliki
kebutuhan kesejahteraan yang saling berbeda
satu sama lain. Yang jelas, apapun makna yang
METODE dilekatkan pada kata lokal ini,
Penelitian ini adalah penelitian Dalam kaitannya dengan welfare state
literatur (desk study) (Suharsimi, 2002). (negara kesejahteraan), welfare society bisa
Data dikumpulkan dari berbagai peraturan memainkan salah satu dari dua peran. Ia
perundang-undangan dan pedoman, baik bisa menjadi alternatif bagi welfare state
nasional maupun internasional, serta atau bisa menjadi pendamping welfare state
beberapa berita di surat kabar. Berdasarkan dalam sebuah hubungan komplementer.
data-data tersebut, penelitian berupaya Sebagai alternatif, welfare society diposisikan
memahami sistem kesejahteraan sosial di sebagai antitesa bagi welfare state. Dalam
Indonesia dan menawarkan gagasan tentang hal ini, welfare society dianggap sebagai
sistem kesejahteraan sosial yang “lebih ideal” sistem yang lebih layak dan lebih tepat
untuk diterapkan di negara ini untuk digunakan sebagai sarana untuk
memastikan kesejahteraan bagi masyarakat
PEMBAHASAN (Skillen, 1985). Akibatnya kemudian adalah
negara-negara harus memilih untuk tetap
Welfare society digunakan untuk
menerapkan sistem welfare state dalam upaya
menyebut usaha kesejahteraan sosial yang
kesejahteraan sosial mereka ataukah beralih
dilaksanakan oleh masyarakat sipil (civil
ke sistem welfare society yang diyakini lebih
society). Jadi, welfare society adalah tentang
mampu menjamin terwujudnya kesejahteraan
sebuah sistem kesejahteraan sosial yang
sosial dalam arti yang sesungguhnya.
dijalankan oleh dan untuk masyarakat sipil
(Jessen, 2019). Sementara itu, sebagai sistem
komplementer, welfare society dipandang
Secara literal welfare society bermakna
sebagai sistem yang bisa digunakan secara
masyarakat kesejahteraan. Konsep ini
bersamaan dengan sistem welfare society.
menjalankan fungsi yang sama dengan

ICODEV: Indonesian Community Development Journal−Vol 3, No. 1 (2022) 33


Asyhabuddin

Salah satu contoh komplementaritas antara upaya pencegahan dan mitigasi masalah
welfare state dan welfare society ini adalah kesejahteraan sosial di tingkat lokal. Bidang
sistem kesejahteraan sosial di Hongkong Pemberdayaan Masyarakat ini dimaksud
(Skillen, 1985). kan untuk mempersiapkan masyarakat-
masyarakat di tingkat lokal agar mampu
secara mandiri membangun kesejahteraan
SISTEM KESEJAHTERAAN SOSIAL
sosial untuk anggotanya sendiri.
INDONESIA
Bagan di bawah ini mendeskripsikan
Sistem kesejahteraan sosial di Indonesia
secara ringkas sistem kesejahteraan sosial di
diatur di dalam UU No. 11 tahun 2009. UU ini
Indonesia.
mengatur bagaimana kesejahteraan sosial di
Bagan 1. Sistem Kesejahteraan Sosial Indonesia
Indonesia dilaksanakan dan dijamin. Secara
garis besar, sistem kesejahteraan sosial di
Indonesia diselenggarakan dalam empat
program, yang meliputi rehabilitasi sosial,
jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan
perlindungan sosial (U. U. No, 2009). Empat
program kesejahteraan sosial tersebut, oleh
Keputusan Menteri Sosial (Kepmensos) No.
15 A/HUK/2010, dibagi ke dalam dua bidang,
meliputi Pertama, Pelayanan Sosial Dasar.
Bidang ini berisi program-program yang
ditargetkkan pada penerima manfaat secara
Sumber: Kepmensos No. 15A/HUK/2010.
langsung, baik penerima manfaat individual
maupun penerima manfaat keluarga. Pemberdayaan masyarakat diposisikan
Pelayanan Sosial Dasar mencakup tiga sebagai bidang utama dalam sistem
program, yaitu bantuan sosial (PKSA, PKH, kesejahteraan sosial di Indonesia, sementara
BOS, Raskin dan sebagainya), asuransi sosial pelayanan sosial dasar diposisikan sebagai
(Askesos dan Jamsostek) dan rehabilitasi bidang tersier (K. M. S. No, 2010). Jadi,
sosial (K. M. S. No, 2010). Dilihat dari dalam sistem kesejahteraan sosial di
program-program yang dicakupnya, bidang Indonesia, pembangunan masyarakat
Pelayanan Sosial Dasar ini dimaksudkan mandiri yang tangguh lebih diutamakan
sebagai pelayanan langsung kepada pemerlu dari pada pemberian pelayanan sosial
kesejahteraan sosial (beneficiaries), baik dasar langsung kepada penerima manfaat.
dalam rangka pencegahan maupun mitigasi Artinya, masyarakat diharapkan oleh sistem
masalah kesejahteraan sosial yang dihadapi. kesejahteraan sosial untuk menjadi jaring
pengaman bagi anggotanya yang berpotensi
Kedua, Pemberdayaan Masyarakat.
mengalami masalah kesejahteraan sosial.
Bidang Pemberdayaan Masyarakat dimaksud
Diantara masyarakat sebagai jaring pengaman
kan sebagai upaya untuk membangun
dan individu sebagai penerima manfaat,
masyarakat yang tangguh sehingga
terdapat sistem keluarga yang diposisikan
memiliki kemandirian dalam melakukan
sebagai perantara diantara keduanya.

34 ICODEV: Indonesian Community Development Journal−Vol 3, No. 1 (2022)


Welfare Society dalam Sistem Kesejahteraan Sosial di Indonesia

Keluarga, sebagai unit terdekat dengan WELFARE SOCIETY DALAM SISTEM


individu penerima manfaat diposisikan KESEJAHTERAAN SOSIAL DI INDONESIA
sebagai semacam unit “pertolongan pertama” Sebagaimana disebutkan di atas, sistem
saat masalah kesejahteraan sosial menimpa kesejahteraan Indonesia sesungguhnya
salah satu anggota masyarakat. menerapkan sistem welfare society di
Bagan di bawah ini menggambarkan dalam sistem kesejahteraan sosialnya
tiga komponen kebijakan di dalam sistem melalui pemberian kesempatan luas kepada
kesejahteraan sosial di Indonesia. masyarakat untuk berpartisipasi dalam
Bagan 2. Tiga Komponen Kesejahteraan Sosial penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
Masyarakat Indonesia dikenal sebagai
masyarakat komunal, yakni sebuah masya-
rakat yang memiliki rasa kebersamaan
yang besar dan interaksi sosial yang kuat.
Sumber: diadaptasi dari Kepmensos No. 15A/ Komunalitas masyarakat Indonesia terlihat
HUK/2010.
jelas dalam sistem gotong royong dan
Dengan demikian, partisipasi masya- kebiasaan tolong-menolong yang sangat lekat
rakat menjadi bagian penting dalam sistem dalam kehidupan masyarakat di Indonesia,
kesejahteraan sosial. Bab VII UU No. 11 Tahun terutama di daerah perdesaan.
2009 menyertakan pasal-pasal tentang
Pandemi Covid-19 yang melanda dunia
peran masyarakat dalam penyelenggaraan
dua tahun terakhir memberi bukti komunalitas
kesejahteraan sosial di Indonesia. Pasal 38 ayat
masyarakat Indonesia. Terdapat banyak fakta
(1) UU ini menyatakan bahwa “Masyarakat
yang diberitakan di media massa dan media
mempunyai kesempatan yang seluasluasnya
sosial tentang bagaimana orang-orang yang
untuk berperan dalam penyelenggaraan
terpapar virus mematikan tersebut dan harus
kesejahteraan sosial” (U. U. No, 2009)
menjalani isolasi mandiri mendapatkan
Terdapat entitas yang diberi kesempatan dukungan moral dan metrial dari warga di
untuk berperan dalam penyelenggaraan sekitar tempat tinggal mereka. Dukungan
kesejahteraan sosial, yaitu perseorangan; semacam itu menunjukkan bagaimana
keluarga; organisasi keagamaan; organisasi bantuan sosial, salah satu komponen
sosial kemasyarakatan; lembaga swadaya penting dalam sistem kesejahteraan sosial,
masyarakat; organisasi profesi; badan usaha; dipraktikkan secara lokal oleh kelompok-
lembaga kesejahteraan sosial; dan lembaga kelompok masyarakat di Indonesia.
kesejahteraan sosial asing (U. U. No, 2009)
Komunalitas yang ditunjukkan oleh
Pemberian kesempatan secara luas masyarakat Indonesia dalam kasus dukungan
kepada masyarakat untuk ikut berperan untuk pelaku isolasi mandiri semacam itu
dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial menunjukkan bagaimana sesungguhnya
ini sesungguhnya mengisyaratkan bahwa masyarakat kesejahteraan (welfare society)
sistem welfare society juga diterapkan sudah banyak dipraktikkan oleh masyarakat
berdampingan dengan welfare state di dalam Indonesia, sekalipun bisa disebut bahwa
sistem kesejahteraan sosial di Indonesia. praktik semacam itu bukanlah praktik yang

ICODEV: Indonesian Community Development Journal−Vol 3, No. 1 (2022) 35


Asyhabuddin

terencana dan terorganisir. Praktik tersebut sosial di tingkat lokal (Suyanto, 2006). Selain
muncul begitu saja. Ia adalah spontanitas. itu, di tingkat akar rumpul masyarakat di
Akan tetapi, spontanitas masyarakat yang Indonesia banyak ditemukan kelompok-
tergerak untuk membantu anggotanya kelompok swabantu yang bisa disebut
yang memiliki masalah sosial semacam itu menyelenggarakan upaya kesejahteraan
merupakan indikator bahwa masyarakat sosial secara mandiri, contohnya adalah
di Indonesia sejatinya sangat siap untuk kelompok arisan, paguyuban pedagang pasar,
memainkan peran penting dalam upaya paguyuban kematian (yang menjalankan
membangun kesejahteraan sosial di negara semacam asuransi kematian secara terbatas
ini. untuk anggotanya).
Komunalitas yang dipraktikkan dalam Welfare society berbasis Identitas Sosial
kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia dapat ditemukan dalam kasus asosiasi-
ini membuat potensi welfare society di asosiasi keagamaan Islam di Indonesia
Indonesia memiliki ciri yang berbeda dengan yang beroperasi di tingkat akar rumput dan
praktik serupa yang dibangun di negara- melayani masyarakat akar rumput untuk
negara lain, terutama di negara-negara yang, meningkatkan kesejahteraan sosial mereka.
bisa dikatakan, “individualis”. Jika negara Dengan menggunakan ajaran tentang Zakat,
lain menggunakan organisasi-organisasi Infaq dan Shadaqah, masyarakat akar
sipil untuk membangun welfare society, di rumput di Indonesia terlayani kebutuhan
Indonesia welfare society bisa dibangun kesejahteraan sosialnya melalui berbagai
berbasis ketetanggaan/lokalitas (RT dan Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah
RW), identitas sosial (terutama paguyuban (Lazis) dan Baitul Mal wa Tamwil (BMT)
berbasis agama, misalnya kelompok yasinan) (James Midgley, 2011). Selain itu, di tingkat
dan kekerabatan (paguyuban berbasis garis akar rumput, terdapat banyak paguyuban
keluarga). Tiga basis welfare society inilah keagamaan masyarakat Islam di Indonesia,
yang selama ini terlihat berfungsi dalam contohnya adalah kelompok yasinan atau
penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara kelompok manaqib, yang bisa juga memainkan
lokal di masyarakat sebagaimana ditunjukkan peran dalam penyelenggaraan kesejahteraan
dalam kasus orang terpapar virus Covid-19 di sosial mandiri di masyarakat.
atas. Kelompok kekerabatan (yang sering di
Welfare society berbasis ketetanggaan/ sebut sebagai Bani atau Keluarga Besar) juga
lokalitas bisa ditemukan pada Wahana bisa menjadi basis bagi penyelenggaraan
Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat kesejahteraan sosial di masyarakat.
(WKSBM). WKSBM merupakan sistem Kelompok-kelompok kekerabatan semacam
pelayanan kesejahteraan sosial di tingkat ini banyak ditemukan di Indonesia.
akar rumput. Wahana ini bisa berupa jejaring Kelompok-kelompok tersebut biasanya
lembaga sosial yang memang sudah ada menyelenggarakan program-program untuk
dan tumbuh secara alamiah di masyarakat memastikan bahwa anggota keluarga besar
atau .lembaga-lembaga sosial yang dengan tersebut terbebas dari masalah kesejahteraan
sengaja dibentuk oleh Pemerintah untuk sosial (Suradi, 2006).
tujuan penyelenggaraan kesejahteraan

36 ICODEV: Indonesian Community Development Journal−Vol 3, No. 1 (2022)


Welfare Society dalam Sistem Kesejahteraan Sosial di Indonesia

Pertanyaannya adalah, apakah masya- Untuk memastikan bahwa kesempatan


rakat benar-benar diposisikan sebagai pihak dibuka seluas-luasnya kepada masyarakat
yang diharapkan mampu berperan banyak untuk berpartisipasi dalam sistem
dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial kesejahteraan sosial di Indonesia, sehingga
di Indonesia, sebagaimana tertuang di Pasal tercipta masyarakat yang mandiri dan
38 UU No. 11 Tahun 2009. mampu melaksanakan penyelenggaraan
Buku Panduan Peningkatan Partisipasi kesejahteraan sosial sesuai kebutuhan lokal
Sosial Masyarakat dalam Pembangunan/ masing-masing, maka perlu dibangun suatu
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial yang model masyarakat yang disebut oleh Amitai
diterbitkan oleh Pusat Penyuluhan Sosial, Etzioni sebagai Masyarakat Aktif (Active
Kementerian Sosial, memberikan uraian yang Society).
cukup lengkap tentang partisipasi masyarakat
dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. MASYARAKAT AKTIF: PRASYARAT
Buku Panduan ini menyatakan bahwa “.... UTAMA WELFARE SOCIETY
partisipasi berarti mewujudkan kreatifitas
Menurut Etzioni, kehidupan sosial sebuah
dan oto aktifitas seseorang/kelompok/
masyarakat ditentukan oleh bagaimana
masyarakat bersangkutan”. (Sosial & Sosial,
kendali dan konsensus beroperasi di
2019). Istilah oto aktifitas di dalam kutipan
masyarakat tersebut (Etzioni, 1967). Kendali
di atas menegaskan bahwa partisipasi
mengacu pengarahan yang dilakukan oleh
masyarakat seharusnya berujung pada
elit masyarakat atas anggotanya. Kendali bisa
kemandirian masyarakat bersangkutan
berupa kebijakan, aturan ataupun undang-
untuk mampu dan mau menjalankan sistem
undang yang mengatur tata kehidupan
kesejahteraan lokalnya sendiri. Sehingga,
masyarakat. Sementara konsensus mengacu
partisipasi akan menciptakan masyarakat-
pada kesepakatan warga yang didapat melalui
masyarakat kesejahteraan (welfare
mekanisme atau struktur pembentukan
society) yang beroperasi secara lokal untuk
konsensus tertentu. Kendali yang baik
anggotanya masing-masing.
didasarkan pada konsensus masyarakatnya,
Penyelenggaraan kesejahteraan sosial sehingga kendali tersebut bisa dijalankan
yang bersifat lokal ini, pada gilirannya, akan secara efektif oleh para pemegang otoritas di
membuat masing-masing masyarakat mampu masyarakat.
mengenali cara-cara lokal untuk membangun
Masyarakat aktif adalah masyarakat
atau menyelenggarakan kesejahteraan
yang memiliki tingkat pengendalian tinggi,
sosial yang disesuaikan dengan kebutuhan
yang dibarengi oleh konsensus yang juga
dan keunikan lokal masing-masing
tinggi. (Etzioni, 1967) Dengan kata lain,
masyarakat. Masing-masing masyarakat
masyarakat aktif adalah masyarakat yang,
akan merencanakan dan melaksanakan
di satu sisi, menjunjung tinggi hukum dan
penyelenggaraan kesejahteraan sosial sesuai
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
kebutuhan kesejahteraan sosial masing-
dan, di sisi lain, berperan secara aktif untuk
masing. Dengan demikian, penyelenggaraan
mampu secara mandiri “menolong” diri
kesejahteraan di Indonesia akan beraneka-
sendiri. Jadi, masyarakat aktif yang diidealkan
ragam sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
oleh Etzioni adalah masyarakat yang tertata
lokal yang dialami oleh masyarakat.
ICODEV: Indonesian Community Development Journal−Vol 3, No. 1 (2022) 37
Asyhabuddin

dan terorganisir secara baik, yang mampu SIMPULAN


mengurus kebutuhannya sendiri. Welfare society merupakan sistem
Masyarakat semacam ini hanya akan kesejahteraan sosial yang “ideal” bagi negara
muncul di sebuah negara yang demokratis, di Indonesia. Pandemi Covid-19 memberikan
mana pemerintah memberikan kesempatan banyak bukti bahwa sistem sosial budaya
seluas-luasnya bagi masyarakat untuk masyarakat Indonesia adalah komunal, sebuah
terlibat secara aktif dalam kehidupan aspek penting bagi sistem kesejahteraan
bermasyarakat dan bernegara. Untuk bisa sosial welfare society. Masyarakat akar rumput
membentuk masyarakat tersebut, diperlukan berbasis ketetanggan/lokalitas, identitas
kemauan politik oleh pemerintah untuk sosial, dan kekerabatan perlu digarap
“mencerdaskan” masyarakat akar rumput secara lebih serius sehingga mereka mampu
melalui pelibatan masyarakat dalam program- menjadi jaring pengaman sosial utama bagi
program yang berpengaruh terhadap diri kesejahteraan anggotanya. Maka dari itu,
mereka. konsep masyarakat aktif yang dicetuskan oleh
Dalam konteks welfare society, Amitai Etzioni perlu dipraktikkan dengan
masyarakat aktif adalah masyarakat yang memberi kesempatan seluas-seluasnya
mampu memahami arah pembangunan bagi masyarakat untuk berkonsensus bagi
kesejahteraan sosial yang digariskan oleh pembangunan kesejahteraan sosial di tingkat
pemerintah dan juga mampu memahami lokal masing-masing dengan menggunakan
keunikan dan kebutuhan kesejahteraan sosial kearifan lokal masing-masing.
mereka sendiri, sehingga mereka mampu
menerjemahkan pembangunan kesejahteraan DAFTAR PUSTAKA
pemerintah ke dalam konteks lokal
Alfi, I. (2020). Strategi Pesantren dalam
masyarakat bersangkutan. Jadi, masyarakat
Pemberdayaan Masyarakat pada Era
aktif adalah masyarakat yang mau berperan
Generasi 4.0. MATAN: Journal of Islam
aktif dan mampu melakukannya.
and Muslim Society, 2.
Agar masyarakat akar rumput mampu
Bangsa-Bangsa, P. (1948). Deklarasi Universal
berperan sebagai pengawal kesejahteraan
Hak Asasi Manusia (DUHAM. PBB).
sosial lokal mereka sendiri, maka “suara
dari bawah” harus lebih didengarkan oleh Etzioni, A. (1967). Toward a Theory of Societal
pemerintah, sehingga masyarakat akan Guidance”. American Jurnal of Society,
bisa berpartisipasi dalam penyelenggaraan 73(2), 183.
kesejahteraan sosial dalam arti yang James Midgley, S. (2011). Grassroots Social
sesungguhnya (Etzioni, 1967). Suara dari Security in Indonesia: The Role of
bawah semacam itu diperlukan untuk Islamic Associations. In M. Hosaka (Ed.),
memastikan bahwa program-program Grasroots Social Security in Asia: Mutual
yang dilaksanakan dalam penyelenggaraan Aids, Microinsurance and Social Welfare
kesejahteraan sosial sesuai dengan konteks (pp. 123–135). Routledge.
dan kebutuhan masing-masing masyarakat,
sehingga benar-benar mampu menanggulangi
masalah kesejahteraan sosial yang dihadapi
oleh masyarakat.
38 ICODEV: Indonesian Community Development Journal−Vol 3, No. 1 (2022)
Welfare Society dalam Sistem Kesejahteraan Sosial di Indonesia

Jessen, M. H. (2019). Rescuing Welfare Society: Sosial, P. P., & Sosial, K. (2019). Panduan
Political Strategies for Mobilizing Peningkatan Partisipasi Sosial
Civil Society in Denmark, 2010-2018”. Masyarakat dalam Pembangunan/
Dalam Voluntas: International Journal of Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial
Voluntary and Non-Profit Organizations, (p. 10). Pusat Penyuluhan Sosial.
30(1). Suharsimi, A. (2002). Prosedur Penelitian
Midgley, J. (1995). Social Development: the (suatu pendekatan praktek; edisi V),
Developmental Perspective in Social Rineka Cipta.
Welfare. Sage Publications. Suradi. (2006). Pelayanan Sosial Lanjut Usia
No, K. M. S. (2010). No Title. Berbasis Sistem Kekerabatan, dalam
No, U. U. (1999). Undang-Undang No. 39 Tahun Sosio Informa: Kajian Permasalahan
1999 tentang Hak Asasi Manusia. Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial
(Vol. 11, Issue 1).
No, U. U. (2009). 11 Tahun 2009 Tentang
Kesejahteraan Sosial. Suyanto. (2006). Profil WKSBM dalam
Upaya Meningkatkan Ketahanan Sosial
Robertson, A. (1988). Welfare State and
Masyarakat Di Yogyakarta: Studi Kasus
Welfare Sosiety”. Dalam Social Policy and
di Kabupaten Gunung Kidul”, dalam
Administration, 22(mor 3), 222.
Sosio Konsepsia. Jurnal Penelitian Dan
Skillen, A. (1985). Welfare State versus Pengembangan Kesejahteraan Sosial,
Welfare Society? Dalam Journal of 11(1).
Applied Philosophy, 2(1).

ICODEV: Indonesian Community Development Journal−Vol 3, No. 1 (2022) 39

Anda mungkin juga menyukai