Abstract
The Welfare State is a social welfare system implemented in many countries. This centralized
welfare system has been criticized by some because it is seen as not being able to capture the di-
versity of social welfare issues and needs, so that it is unable to provide appropriate social welfare
measures. This article seeks to examine the “ideal” social welfare system in Indonesia, with the
aim of offering a system that is more in line with the communal social and cultural conditions of
Indonesian people. Using the desk study method, this study finds that the social welfare system in
Indonesia encourages the welfare society as the spearhead. However, engagement of community
in the social welfare system is not ideal, because community participation at the local level is
mostly used as a local agent for the implementation of programs governed nationally. Based on
these findings, this article considers the need to increase the meaningful community participa-
tion in the social welfare system by adopting the concept of an active community, based on three
bases, namely neighbourhood/locality, social identity and kinship.
Keywords: Welfare state, welfare society, active society, social welfare system
Welfare State (Negara kesejahteraan) merupakan sistem kesejahteraan sosial yang diterapkan di
banyak negara. Sistem Kesejahteraan tersentral ini dikritik oleh sebagian orang karena dipandang
tidak mampu menangkap keragaman masalah dan kebutuhan kesejahteraan sosial, sehingga ti-
dak mampu menghadirkan upaya kesejahteraan sosial yang tepat. Artikel ini berupaya mengkaji
sistem kesejahteraan sosial ”ideal” di Indonesia, dengan tujuan untuk menawarkan sistem lebih
sesuai dengan kondisi sosial dan budaya masyarakat Indonesia yang komunal. Dengan menggu-
nakan metode kajian pustaka (desk study), kajian ini menemukan bahwa sistem kesejahteraan so-
sial di Indonesia mendorong welfare society sebagai ujung tombaknya.Namun, pengikutsertaan
masyarakat dalam sistem kesejahteraan sosial ini belum ideal, karena partisipasi masyarakat di
tingkat lokal lebih banyak digunakan sebagai agen lokal untuk pelaksanaan program yang diatur
dari pusat. Berdasarkan hasil tersebut, maka artikel ini memandang perlunya meningkatkan ke-
bermaknaan partisipasi masyarakat dalam sistem kesejahteraan sosial dengan mengadopsi kon-
sep masyarakat aktif, dengan bertumpu pada tiga basis, yaitu ketetanggaan/lokalitas, identitas
sosial dan kekerabatan.
Kata Kunci: Welfare state, welfare society, masyarakat aktif, sistem kesejahteraan sosial.
lokal, sehingga tidak juga mampu memberikan konsep welfare state (negara kesejahteraan),
jawaban yang beragam. Keseragaman yaitu memastikan terwujudnya kesejahteraan
program yang ditentukan oleh pemerintah bagi seluruh anggota masyarakat.
pusat, meskipun dilaksanakan secara lokal, Perbedaannya dengan konsep welfare state
tidak mampu menghasilkan kesejahteraan adalah pada level operasionalnya. Welfare
sosial yang berkelanjutan. state beroperasi pada level nasional, yang
Maka dari itu, yang diperlukan adalah menjangkau seluruh rakyat sebuah negara,
desentralisasi sistem kesejahteraan sosial, sedangkan welfare society beroperasi pada
dengan mendorong partisipasi aktif level lokal atau sub-nasional, yaitu bagian-
masyarakat di tingkat akar rumput untuk bagian tertentu dari sebuah negara. Menurut
mampu dan mau secara mandiri membangun penulis, istilah lokal ini bisa mengacu pada
sistem kesejahteraan sosial masing-masing beragam makna. Lokal bisa dimaknai sebagai
berdasarkan kearifan lokal yang ada, di sebuah wilayah sub-nasional (provinsi atau
dalam sebuah sistem kesejahteraan sosial yag kabupaten/kota), atau sebagai kelompok-
disebut welfare society. kelompok masyarakat tertentu yang memiliki
kebutuhan kesejahteraan yang saling berbeda
satu sama lain. Yang jelas, apapun makna yang
METODE dilekatkan pada kata lokal ini,
Penelitian ini adalah penelitian Dalam kaitannya dengan welfare state
literatur (desk study) (Suharsimi, 2002). (negara kesejahteraan), welfare society bisa
Data dikumpulkan dari berbagai peraturan memainkan salah satu dari dua peran. Ia
perundang-undangan dan pedoman, baik bisa menjadi alternatif bagi welfare state
nasional maupun internasional, serta atau bisa menjadi pendamping welfare state
beberapa berita di surat kabar. Berdasarkan dalam sebuah hubungan komplementer.
data-data tersebut, penelitian berupaya Sebagai alternatif, welfare society diposisikan
memahami sistem kesejahteraan sosial di sebagai antitesa bagi welfare state. Dalam
Indonesia dan menawarkan gagasan tentang hal ini, welfare society dianggap sebagai
sistem kesejahteraan sosial yang “lebih ideal” sistem yang lebih layak dan lebih tepat
untuk diterapkan di negara ini untuk digunakan sebagai sarana untuk
memastikan kesejahteraan bagi masyarakat
PEMBAHASAN (Skillen, 1985). Akibatnya kemudian adalah
negara-negara harus memilih untuk tetap
Welfare society digunakan untuk
menerapkan sistem welfare state dalam upaya
menyebut usaha kesejahteraan sosial yang
kesejahteraan sosial mereka ataukah beralih
dilaksanakan oleh masyarakat sipil (civil
ke sistem welfare society yang diyakini lebih
society). Jadi, welfare society adalah tentang
mampu menjamin terwujudnya kesejahteraan
sebuah sistem kesejahteraan sosial yang
sosial dalam arti yang sesungguhnya.
dijalankan oleh dan untuk masyarakat sipil
(Jessen, 2019). Sementara itu, sebagai sistem
komplementer, welfare society dipandang
Secara literal welfare society bermakna
sebagai sistem yang bisa digunakan secara
masyarakat kesejahteraan. Konsep ini
bersamaan dengan sistem welfare society.
menjalankan fungsi yang sama dengan
Salah satu contoh komplementaritas antara upaya pencegahan dan mitigasi masalah
welfare state dan welfare society ini adalah kesejahteraan sosial di tingkat lokal. Bidang
sistem kesejahteraan sosial di Hongkong Pemberdayaan Masyarakat ini dimaksud
(Skillen, 1985). kan untuk mempersiapkan masyarakat-
masyarakat di tingkat lokal agar mampu
secara mandiri membangun kesejahteraan
SISTEM KESEJAHTERAAN SOSIAL
sosial untuk anggotanya sendiri.
INDONESIA
Bagan di bawah ini mendeskripsikan
Sistem kesejahteraan sosial di Indonesia
secara ringkas sistem kesejahteraan sosial di
diatur di dalam UU No. 11 tahun 2009. UU ini
Indonesia.
mengatur bagaimana kesejahteraan sosial di
Bagan 1. Sistem Kesejahteraan Sosial Indonesia
Indonesia dilaksanakan dan dijamin. Secara
garis besar, sistem kesejahteraan sosial di
Indonesia diselenggarakan dalam empat
program, yang meliputi rehabilitasi sosial,
jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan
perlindungan sosial (U. U. No, 2009). Empat
program kesejahteraan sosial tersebut, oleh
Keputusan Menteri Sosial (Kepmensos) No.
15 A/HUK/2010, dibagi ke dalam dua bidang,
meliputi Pertama, Pelayanan Sosial Dasar.
Bidang ini berisi program-program yang
ditargetkkan pada penerima manfaat secara
Sumber: Kepmensos No. 15A/HUK/2010.
langsung, baik penerima manfaat individual
maupun penerima manfaat keluarga. Pemberdayaan masyarakat diposisikan
Pelayanan Sosial Dasar mencakup tiga sebagai bidang utama dalam sistem
program, yaitu bantuan sosial (PKSA, PKH, kesejahteraan sosial di Indonesia, sementara
BOS, Raskin dan sebagainya), asuransi sosial pelayanan sosial dasar diposisikan sebagai
(Askesos dan Jamsostek) dan rehabilitasi bidang tersier (K. M. S. No, 2010). Jadi,
sosial (K. M. S. No, 2010). Dilihat dari dalam sistem kesejahteraan sosial di
program-program yang dicakupnya, bidang Indonesia, pembangunan masyarakat
Pelayanan Sosial Dasar ini dimaksudkan mandiri yang tangguh lebih diutamakan
sebagai pelayanan langsung kepada pemerlu dari pada pemberian pelayanan sosial
kesejahteraan sosial (beneficiaries), baik dasar langsung kepada penerima manfaat.
dalam rangka pencegahan maupun mitigasi Artinya, masyarakat diharapkan oleh sistem
masalah kesejahteraan sosial yang dihadapi. kesejahteraan sosial untuk menjadi jaring
pengaman bagi anggotanya yang berpotensi
Kedua, Pemberdayaan Masyarakat.
mengalami masalah kesejahteraan sosial.
Bidang Pemberdayaan Masyarakat dimaksud
Diantara masyarakat sebagai jaring pengaman
kan sebagai upaya untuk membangun
dan individu sebagai penerima manfaat,
masyarakat yang tangguh sehingga
terdapat sistem keluarga yang diposisikan
memiliki kemandirian dalam melakukan
sebagai perantara diantara keduanya.
terencana dan terorganisir. Praktik tersebut sosial di tingkat lokal (Suyanto, 2006). Selain
muncul begitu saja. Ia adalah spontanitas. itu, di tingkat akar rumpul masyarakat di
Akan tetapi, spontanitas masyarakat yang Indonesia banyak ditemukan kelompok-
tergerak untuk membantu anggotanya kelompok swabantu yang bisa disebut
yang memiliki masalah sosial semacam itu menyelenggarakan upaya kesejahteraan
merupakan indikator bahwa masyarakat sosial secara mandiri, contohnya adalah
di Indonesia sejatinya sangat siap untuk kelompok arisan, paguyuban pedagang pasar,
memainkan peran penting dalam upaya paguyuban kematian (yang menjalankan
membangun kesejahteraan sosial di negara semacam asuransi kematian secara terbatas
ini. untuk anggotanya).
Komunalitas yang dipraktikkan dalam Welfare society berbasis Identitas Sosial
kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia dapat ditemukan dalam kasus asosiasi-
ini membuat potensi welfare society di asosiasi keagamaan Islam di Indonesia
Indonesia memiliki ciri yang berbeda dengan yang beroperasi di tingkat akar rumput dan
praktik serupa yang dibangun di negara- melayani masyarakat akar rumput untuk
negara lain, terutama di negara-negara yang, meningkatkan kesejahteraan sosial mereka.
bisa dikatakan, “individualis”. Jika negara Dengan menggunakan ajaran tentang Zakat,
lain menggunakan organisasi-organisasi Infaq dan Shadaqah, masyarakat akar
sipil untuk membangun welfare society, di rumput di Indonesia terlayani kebutuhan
Indonesia welfare society bisa dibangun kesejahteraan sosialnya melalui berbagai
berbasis ketetanggaan/lokalitas (RT dan Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah
RW), identitas sosial (terutama paguyuban (Lazis) dan Baitul Mal wa Tamwil (BMT)
berbasis agama, misalnya kelompok yasinan) (James Midgley, 2011). Selain itu, di tingkat
dan kekerabatan (paguyuban berbasis garis akar rumput, terdapat banyak paguyuban
keluarga). Tiga basis welfare society inilah keagamaan masyarakat Islam di Indonesia,
yang selama ini terlihat berfungsi dalam contohnya adalah kelompok yasinan atau
penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara kelompok manaqib, yang bisa juga memainkan
lokal di masyarakat sebagaimana ditunjukkan peran dalam penyelenggaraan kesejahteraan
dalam kasus orang terpapar virus Covid-19 di sosial mandiri di masyarakat.
atas. Kelompok kekerabatan (yang sering di
Welfare society berbasis ketetanggaan/ sebut sebagai Bani atau Keluarga Besar) juga
lokalitas bisa ditemukan pada Wahana bisa menjadi basis bagi penyelenggaraan
Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat kesejahteraan sosial di masyarakat.
(WKSBM). WKSBM merupakan sistem Kelompok-kelompok kekerabatan semacam
pelayanan kesejahteraan sosial di tingkat ini banyak ditemukan di Indonesia.
akar rumput. Wahana ini bisa berupa jejaring Kelompok-kelompok tersebut biasanya
lembaga sosial yang memang sudah ada menyelenggarakan program-program untuk
dan tumbuh secara alamiah di masyarakat memastikan bahwa anggota keluarga besar
atau .lembaga-lembaga sosial yang dengan tersebut terbebas dari masalah kesejahteraan
sengaja dibentuk oleh Pemerintah untuk sosial (Suradi, 2006).
tujuan penyelenggaraan kesejahteraan
Jessen, M. H. (2019). Rescuing Welfare Society: Sosial, P. P., & Sosial, K. (2019). Panduan
Political Strategies for Mobilizing Peningkatan Partisipasi Sosial
Civil Society in Denmark, 2010-2018”. Masyarakat dalam Pembangunan/
Dalam Voluntas: International Journal of Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial
Voluntary and Non-Profit Organizations, (p. 10). Pusat Penyuluhan Sosial.
30(1). Suharsimi, A. (2002). Prosedur Penelitian
Midgley, J. (1995). Social Development: the (suatu pendekatan praktek; edisi V),
Developmental Perspective in Social Rineka Cipta.
Welfare. Sage Publications. Suradi. (2006). Pelayanan Sosial Lanjut Usia
No, K. M. S. (2010). No Title. Berbasis Sistem Kekerabatan, dalam
No, U. U. (1999). Undang-Undang No. 39 Tahun Sosio Informa: Kajian Permasalahan
1999 tentang Hak Asasi Manusia. Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial
(Vol. 11, Issue 1).
No, U. U. (2009). 11 Tahun 2009 Tentang
Kesejahteraan Sosial. Suyanto. (2006). Profil WKSBM dalam
Upaya Meningkatkan Ketahanan Sosial
Robertson, A. (1988). Welfare State and
Masyarakat Di Yogyakarta: Studi Kasus
Welfare Sosiety”. Dalam Social Policy and
di Kabupaten Gunung Kidul”, dalam
Administration, 22(mor 3), 222.
Sosio Konsepsia. Jurnal Penelitian Dan
Skillen, A. (1985). Welfare State versus Pengembangan Kesejahteraan Sosial,
Welfare Society? Dalam Journal of 11(1).
Applied Philosophy, 2(1).