Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kemiskinan erat kaitannya dengan ketidakmampuan individu
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tetapi kemiskinan tidak hanya
berhenti pada pengertian tersebut, karena kemiskinan merupakan
masalah kompleks yang tidak berdiri sendiri. Banyak faktor yang
mempengaruhi tingkat kemiskinan di sebuah negara, seperti faktor
ekonomi, pendidikan, kesehatan, kesempatan lapangan kerja, dan
sebagainya. World Bank (2000) mendefinisikan kemiskinan sebagai
kehilangan kesejahteraan, di mana menjadi warga miskin artinya
kelaparan, tempat tinggal yang tidak layak huni, kekurangan pakaian,
sering sakit, kesulitan mendapat perawatan, buta huruf dan tidak
sekolah. Bellù & Liberati (2005) membagi definisi kemiskinan ke dalam
dua konsep, yaitu uni-dimensional dan multi-dimensional. Indikator dari
uni- dimensional yaitu kemiskinan didasarkan pada pendapatan dan
standar hidup dalam konteks kesejahteraan ekonomi, sebuah konsep
yang lebih sempit dari kesejahteraan. Sedangkan multidimensional lebih
dekat dengan konsep kesejahteraan, di mana indikator kesejahteraan
lainnya mendukung pendapatan dalam mendefinisikan kemiskinan
(seperti kesehatan, pendidikan, dan sebagainya). Di Indonesia sendiri,
untuk mengukur tingkat kemiskinan penduduk, BPS (Badan Pusat
Statistik) menggunakan konsep pemenuhan kebutuhan dasar (basic
needs approach), yaitu kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan
dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan
bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Berdasarkan konsep
tersebut, maka penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-
rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan (BPS,
2020).
Program bantuan tunai bersyarat atau Conditional Cash Transfer
(CCT) merupakan bantuan yang diberikan oleh pemerintah untuk
membantu kelompok keluarga miskin melalui program-program strategis
seperti pendidikan, kesehatan, jaminan sosial, kebutuhan dasar dan
akses pada pelayanan publik. Umumnya masyarakat miskin akan
kesulitan mengakses pelayanan publik maupun jaminan sosial karena
keterbatasan pengetahuan. Program berbasis CCT ini tentunya dapat
mengurangi hambatan tersebut (Yildirim, 2014). Di Indonesia, program
serupa CCT dinamakan Program Keluarga Harapan atau disingkat PKH.
Program PKH diluncurkan pada tahun 2007 dan dikelola langsung oleh
Kementrian Sosial dengan pengawasan dari Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Tujuan utama dari PKH sendiri
yaitu untuk meningkatkan kualitas manusia melalui pemberian bantuan
dana tunai bersyarat bagi masyarakat miskin dalam mengakses layanan
kesehatan dan pendidikan. Implikasi dari program PKH ini adalah
dengan mengurangi dampak langsung dari konsumsi rumah tangga dan
meningkatkan dampak pengembangan modal manusia (Nazara &
Rahayu, 2013).
integrasi program perlindungan sosial sekaligus integrasi program
penanggulangan kemiskinan di Indonesia, dengan fokus memperkuat
keberfungsian keluarga miskin secara utuh (Nainggolan, 2018) Secara
langsung, hal tersebut membuktikan bahwa program PKH memiliki
dampak strategis yang cukup signifikan. Bila ditinjau dari sudut pandang
kebijakan publik, maka PKH dapat dikategorikan sebagai bentuk dari
kebijakan sosial pemerintah berupa peningkatan kualitas hidup manusia
melalui program-program sosial. Seperti dikatakan oleh Suharto (2007)
bahwa “kebijakan sosial merupakan ketetapan pemerintah yang dibuat
untuk merespon isu-isu yang bersifat publik, yakni mengatasi masalah
sosial atau memenuhi kebutuhan masyarakat banyak.” Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik (BPS) perkembangan penduduk miskin dari
rentang waktu 2006 - Maret 2020 mengalami penurunan yang cukup
signifikan (12,88%), meskipun sempat mengalami sedikit fluktuasi pada
tahun 2006, 2015 dan 2020 yang diakibatkan oleh kenaikan harga
barang pokok, bahan bakar minyak, dan pandemi COVID-19 (BPS,
2020).
Data yang tersaji pada gambar di atas merupakan refleksi dari
peran pemerintah dalam komitmennya untuk memberantas kemiskinan
seperti yang diamanatkan dalam ketentuan UUD NRI 1945 bahwa
negara bertanggung jawab untuk memelihara fakir miskin guna
memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi kemanusiaan. Hal tersebut
secara eksplisit tercantum dalam Pasal 34 (2) UUD NRI 1945 yang
berbunyi “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
sesuai dengan martabat kemanusiaan.
Pada dasarnya, penanggulangan kemiskinan di setiap masa
pemerintahan memiliki perbedaan dan karakteristik kebijakannya
masing-masing. Beberapa kebijakan diantaranya ada yang bersifat
jangka panjang, menengah dan juga pendek. Seperti REPELITA
(Rencana Pembangunan Lima Tahun) yang menjadi ciri khas masa
pemerintahan Presiden Soeharto. Memasuki era reformasi, pemerintah
membuat Program Pembangunan Nasional (Propenas), dibentuknya
Perpres Nomor 54 Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), lalu pada tahun 2010 kembali
dibentuk Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
(TNP2K) dan berbagai macam bentuk bantuan sosial seperti BLT, BSM,
PKH dan sebagainya (Pusat Studi Kebijakan dan Kependudukan UGM,
2018). Namun, pada kenyataannya berbagai program tersebut tidak
serta merta berjalan lancar, karena setiap program bantuan dan
kebijakan selalu menjadi bahan kritisi publik, ada yang pro dan juga
kontra. Selain itu, beberapa program bantuan sosial pemerintah juga
selalu dibarengi isu dan kritik mengenai dana yang salah sasaran atau
pemangkasan anggaran secara sepihak oleh oknum pejabat.

I.2 Dasar Hukum


Dasar hukum penyusunan Backgroundstudy Penanggulangan
Kemiskinan Kabupaten Majalengka Tahun 2024-2026 adalah:

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan
International Covenant On Economic, Social and Cultural
Rights(Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4557);
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran
NegaraRepublik Indonesia Nomor 4700);
6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2049 Nomor 12,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967);
7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
8. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir
Miskin (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 83,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235);
9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terkahir dengan Undang-
Undang Nomor 9Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
10. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah NasionalTahun 2015-2019 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3);
11. Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2022 tentang Pelaksanaan
Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 108);
12. Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan
Yang Berkeadilan;
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010 tentang Tim
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota;
14. Intruksi Menteri Dalam Negeri No. 52 Tahun 2022 Tentang Penyusunan
Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah Bagi Daerah dengan
Masa Jabatan Kepala Daerah Berakhir Pada Tahun 2023 dan Daerah
Otonom Baru.
15. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor: 9 Tahun 2008 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
Tahun 2005-2025
16. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2021 Tentang
Perubahanatas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun
2019 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Provinsi Jawa Barat Tahun 2018-2023
17. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka. Nomor 12 Tahun 2008.
Tentang. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah. Kabupaten
Majalengka
18. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 4 Tahun 2022 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2019 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (Rpjmd) Kabupaten
Majalengka Tahun 2018-2023

I.3 Maksud dan Tujuan


Maksud dari penyusunan background study adalah untuk
mengkaji isu, potensi dan permasalahan Kemisikinan di Kabupaten
Majalengka saat ini sebagai acuan dalam menetapkan kebijakan
Penanggulangan Kemiskinan untuk bahan Kebijakan pada Dokumen
Rencana Pembangunan Daerah Kabupaten Majalengka ahun 2024-
2026.

Tujuan penyusunan dokumen Background study


Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Majalengka Tahun 2024-2026
adalah:

1. Memberikan arah dan pedoman bagi pemerintah daerah dan


stakeholder untuk menjadikan penanggulangan kemiskinan
sebagai arus utama (mainstreaming) dalam penyusunan
program kerja di daerah;dan
2. Mempertajam intervensi penanggulangan kemiskinan dalam
rangka mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional
dan daerah yang tertuang dalam dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN),
Rencana Pembangunan Daerah (RPD) Provinsi Jawa Barat,
Rencana Pembangunan Daerah (RPD) Kabupaten
Majalengka dan pencapaian tujuan pembangunan
berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG’s)
terutama tujuan penanggulangan kemiskinan.

I.4 Sasaran
Sasaran yang akan dicapai melalui kegiatan penyusunan background
study Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Majalengka Tahun 2024-2026
ini yang pertama yaitu adalah tersusunnya dokumen background study
Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Majalengka Tahun 2024-2026 .
Kemudian sasaran yang terakhir yaitu adalah tersedianya bahan untuk
penyusunan kebijakan perencanaan pembangunan Daerah Tahun 2024-2026
dalam aspek Penanggulangan Kemiskinan .

I.5 Metoda dan Tahapan Penyusunan Background Study


Penyusunan dokumen Backgroundstudy Penanggulangan
Kemiskinan Kabupaten Majalengka Tahun 2024-2026 berpedoman
pada Buku Panduan Penanggulangan Kemiskinan yang diterbitkan oleh
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), serta
memperhatikan hasil Evaluasi Pelaksanaan Penanggulangan
Kemiskinan Daerah Kabupaten Majalengka dan dokumen/kertas hasil
diskusi dengan berbagai pemangku kepentingan.
Penyusunan Backgroundstudy Penanggulangan Kemiskinan
Kabupaten Majalengka Tahun 2024-2026 dilakukan untuk mempertajam
dokumen RPD dengan metode :
1. Pendekatan substansi RKPD dan Renja Perangkat Daerah terkait
penanggulangan kemiskinan. Fokus utamanya adalah bagaimana
Backgroundstudy Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten
Majalengka Tahun 2024-2026 dapat mengisi, mempertajam dan
memperkaya substansi dari setiap dokumen perencanaan dan
penganggaran regular daerah dengan cara memastikan seluruh
substansi dari setiap bagian dalam Backgroundstudy
Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Majalengka Tahun 2024-
2026 dapat mengisi dan mempertajam substansi terkait isu
percepatan penanggulangan kemiskinan dalam dokumen RKPD dan
Renja Perangkat Daerah
2. Pendekatan substansi terhadap tahapan dan tata cara penyusunan
dokumen RKPD dan Renja Perangkat Daerah. Fokus utamanya
bagaimana substansi dari setiap bagian dalam Backgroundstudy
Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Majalengka Tahun 2024-
2026 dapat mengisi, memperkaya dan mempertajam tahapan dalam
setiap penyusunan dokumen perencanaan dan regular daerah
(RKPD dan Renja Perangkat Daerah).
Pendekatan Prioritas Wilayah. Fokus utamanya adalah
bagaimana Backgroundstudy Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten
Majalengka Tahun 2024-2026 dapat memetakan sasaran prioritas
wilayah dan bentuk intervensi berdasarkan analisis indikator utama dan
indikator pendukung.

I.6 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan dalam Backgroundstudy Penanggulangan
Kemiskinan Kabupaten Majalengka Tahun 2024-2026 sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Berisi uraian tentang latar belakang, maksud dan tujuan, dasar hukum,
metode dan tahapan penyusunan SPKD, daftar istilah,dan sistematika
penulisan
Bab II Gambaran Umum
Berisi uraian tentang luas dan batas wilayah administrasi, aspek
geografi dan demografi, dan struktur dan pertumbuhan wilayah.
Bab III Profil Kemiskinan Kabupaten Majalengka
Berisi uraian tentang konsep kemiskinan dan kondisi kemiskinan di
Kabupaten Majalengka
Bab IV Determinan Kemiskinan Kabupaten Majalengka
Berisi uraian tentang analisis akar masalah dan analisis prioritas wilayah
intervensi.
Bab V Tinjauan Kebijakan dan Penanggulangan Kemiskinan di Daerah
Berisi uraian tentang tinjauan kebijakan, pemetaan dan analisis
pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan, dan tinjauan
kelembagaan.
Bab VI Isu Strategi dan Rencana Aksi,
Berisi uraian tentang Isu Strategis dan Rencana Aksi Daerah.
Bab VII Penutup.

Anda mungkin juga menyukai