Anda di halaman 1dari 13

BAB V

TINJAUAN KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

DI DAERAH

V.1 TINJAUAN KEBIJAKAN


Penanggulangan kemiskinan menjadi prioritas pembangunan di
Kabupaten Majalengka pada periode RPJMD 2018-2023 yang tertuang
dalam misi kedua pembangunan daerah: Mewujudkan Kesejahteraan
Masyarakat yang Berkeadilan, MenanggulangiKemiskinan dan
Pengangguran, dalam rangka mewujudkan visi Kabupaten Majalengka
2018-2023 :1) menurunkan jumlah penduduk miskin; 2)menurunkan
jumlah penganggur;3) mengembangkan Koperasi dan
UMKM;4)Meningkatkan kelembagaan ekonomi pedesaan;5)
Meningkatkan pencegahan permasalahan sosial dan pemerataan
aksespelayanan bagi PMKS.Sasaran yang ingin dicapai adalah
menurunnya angka kemiskinan;menurunnya Tingkat Pengangguran
Terbuka;Meningkatnya jumlah dan kualitas daya saing dan
produktivitas Koperasidan UMKM;Meningkatnya kelembagaan ekonomi
pedesaan;Meningkatnya upaya pencegahan permasalahan sosial dan
aksesibilitasPMKS dalam memperoleh pelayanan dan rehabilitasi yang
berperspektifHAM.Pada periode RPJMD 2018-2023 penanggulangan
kemiskinan masih menjadi prioritas pembangunan,yang tertuang
dalam misi ketiga pembangunan daerah yaitu : Memperkuat kapasitas
ekonomi rakyat danmemperluas lapangan kerja untuk
mengurangikemiskinan dan pengangguran, dalam rangka mewujudkan
visi, dengan tujuan antara lain: 1) kemiskinan di Kabupaten
Majalengka semakin menurun secara merata; dan 2) menciptakan
stabilitas ekonomidaerah yang berkualitas, menyebar, dan inklusif
berbasis potensi unggulan.Sasaran yang ingin dihasilkan dalam

V-1
rangkamencapai tujuan tersebutadalah: 1) meningkatnya kualitas
hidup pendudukmiskin terutama penduduk miskin pedesaan, dan
kelompok rumah tanggadua desil terbawah; 2) menurunnya
pengangguran terbuka; dan 3)meningkatnya pertumbuhan sektor
unggulan daerah disertai kesejahteraanpetani dan peran investasi
terhadapekonomi daerah.Kebijakan penanggulangan kemiskinan di
Kabupaten Majalengka diwujudkan dalam bentuk:1.Mengurangi Beban
Pengeluaran Masyarakat Miskin Untuk mengurangi beban pengeluaran
masyarakat miskin terdapat beberapa kebijakan antara lain:

a. Kartu Majalengka Sehat diberikan kepada fakir miskin di


Kabupaten Majalengka yang tidak produktifdan belum
mendapatkan program Perlindungan sosial,sebagaimana
tertuang dalam Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 40
Tahun 2017 tentang Bantuan Jaminan Sosial Bagi Fakir
Miskin Tidak Produktif melalui Kartu Kabupaten Majalengka
Sejahtera. Kebijakan ini berlaku sejak Tahun 2017 dengan
kuota 12.764 penerima manfaatper tahundan masih
berlanjut hingga saat ini.
b. Jaminan Kesehatan Daerah Jaminan Kesehatan Daerah
(Jamkesda) diberikan kepada setiap warga negara di
Kabupaten Majalengka dengan kategori sangat miskin,
miskin, hampir miskin, rentan miskin dan penerima manfaat
balai rehabilitasi sosial yang belum mempunyai jaminan
kesehatan, sebagaimana tertuang dalam Perbup Kabupaten
majalengka Nomor 21 Tahun 2015 tentang Integrasi Jaminan
Kesehatan Daerah Kabupaten Majalengka ke dalam program
Jaminan Nasional. Kebijakan ini berlakusejak Tahun 2015
dengan kuota 165.929 jiwa (sampai dengan tahun 2016),
bertambah kuotanya menjadi 327.000 jiwapada Tahun 2017
dan 2018.

V-2
c. Bantuan Siswa MiskinBantuan Siswa Miskin (BSM) diberikan
kepada siswa SMA/SMK/SLB dari keluarga tidak mampu.
Kebijakan ini berlaku sejak Tahun 2014 sebagaimana diatur
dalam Perbup Majalengka Nomor 70 Tahun 2014 tentang
pedoman pengelolaan pemberian hibah dan bantuan sosial
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Majalengka , terakhir diatur dalam
Perbup Kabupaten majalengka Nomor 83 Tahun 2018
tentang Pedoman Pengelolaan Pemberian Hibah dan Bantuan
Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Majalengka
d. Pendirian SMK Boarding SchoolUntuk meringankan beban
pengeluaran biaya Pendidikan bagi keluarga tidak mampu
Pemerintah Kabupaten Majalengka telah mendirikan 3unit
SMK Negeri Kabupaten Majalengka dengan pola boarding
schooluntuk menampung siswa miskin dan
berprestasi,sebagaimana tertuang dalam Keputusan Bupati
Majalengka Nomor 420/28 tahun 2014 tentang Pendirian
Sekolah Menegah Kejuruan Negeri Kabupaten Majalengka .
Tujuan pendirian SMK tersebut adalah untuk meningkatkan
angka partisipasi kasar dan menurunkan angka putus
sekolah. Saat ini SMKN di Kabupaten Majalengka tersebut
berada di 3 lokasi yaitu di kecamatan……... Kurikulum yang
diajarkan meliputi Teknik Elektronika Industri, Teknik
Instalasi Listrik, Teknik Pemesinan, Teknik Pengolahan Hasil
Pertanian, Teknik Bodi Otomotif, Teknik Kendaraan Ringan
Otomotif, dan Teknik Bisnis Konstruksi dan Properti.Pada
tahun 2020 akan dibangun asrama pada SMK negeri dengan
pola semi boarding school di 15.

V-3
e. Penanganan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)Penanganan
Rumah Tidak Layak Huni di Kabupaten Majalengka melalui
Bantuan Stimulan Perbaikan RTLH pada Rumah Tangga
Miskinyang bersumber dari APBD Kabupaten
Majalengka ,dengan kuota 3 unit RTLH per desa per tahun
dengan nominal masing-masing RTLH sebesar
Rp.10.000.000,-. Melalui stimulasi APBD tersebut, dalam
kurun waktu tahun 2013-2018 telah tertangani sebanyak
51.997 unit RTLH.Gambar 6.2Jumlah Kumulatif Penanganan
RTLH Melalui APBD Kabupaten Majalengka Tahun 2018-
2023 Stimulasi perbaikan RTLH bertujuan untuk
menumbuhkan kembali gotong royong masyarakat;
memperluas akses pembiayaan; serta sinergi penanganan
dengan pusat, provinsi, kabupaten/kota, CSR, Baznas, dan
lainnnya. Penanganan RTLH di Kabupaten Majalengka
membutuhkan dukungan dan sinergi semua pihak karena
sampai dengan tahun 2018 masih terdapat 1.525.399 unit
RTLH. Penanganan RTLH sebagai salah satu upaya untuk
perbaikan kualitas lingkungan kawasan permukiman kumuh
termasuk diantaranya air bersih, sanitasi, dan
listrik.f.Stimulan JambanKebijakan pemberian stimulan
jamban merupakan upaya untuk meningkatkan perilaku
hidup sehat masyarakat dan mempercepat capaian program
Open Defecation Free(ODF) atau bebas buang air besar
sembarangandi Kabupaten Majalengka .Sampai tahun 2018
jumlah pemberian stimulan jamban sebanyak
12.000unit.2.Meningkatkan Kemampuan dan Pendapatan
Masyarakat Miskina.Kartu Tani Kartu Tani merupakan Kartu
Debit BRI CO-Brending yang digunakan secara khususuntuk
membaca alokasi pupuk bersubsidi dan transaksi

V-4
pembayaran pupuk bersubsidi di mesin Electronic Data
Capture(EDC) BRI yang ditempatkan dipengecer serta dapat
berfungsi untuk melakukan seluruh transaksi perbankan
pada umumnya.Tujuannya adalah terwujudnya distribusi
pupuk bersubsidi sesuai dengan Asas 6 (enam) Tepat (tepat
jumlah, jenis, waktu, tempat, mutu dan harga) serta
pemberian layanan perbankan bagi petani di Kabupaten
Majalengka .Kebijakan ini mulai sejak tahun 2015
berdasarkan Kesepakatan Bersama Kabupaten Majalengka
dan Direktur PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Nomor
004/2015, Nomor B.122-DIR/KPM/03/2015, Tanggal 4
Maret 2015, tentang Kartu Tani sebagai alat penebusan dan
pembayaran pupuk bersubsidi bagi petani di Kabupaten
Majalengka . Sampai dengan tahun 2018 telah tersalurkan
sebanyak 2.444.689 kartu tani.b.Kartu NelayanKartu
Nelayan saat ini berfungsi sebagai identitas nelayanyang
merupakan bagian dari Sistem Informasi Layanan BBM
Bersubsidi untuk Nelayan (SIMINA),yang bertujuan untuk
memonitor dan mengendalikan distribusi BBM
bersubsidiuntuk nelayan Kabupaten Majalengka . Sistem
tersebut merupakan ‘tools’ pemerintah untuk menjamin
ketersediaan pasokan dan menghindari penyimpangan
sasaran distribusi BBM bersubsidi untuk nelayan.Pada
tahun 2020 kartu tani akan dikembangkan tidak hanya
berfungsi sebagai kartuidentitassaja,
namunjugadapatberfungsi untuk mengurus perijinan subsidi
BBM dan asuransi nelayan.Sampai dengan tahun 2018 telah
didistribusikan sebanyak 114.443 kartu nelayan di 16
kabupaten/ kota.Mengembangkan dan Menjamin
Kebelanjutan Usaha Mikro dan Kecila.KUR Mitra 02 dan KUR

V-5
Mitra 25Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mitra 02 dan Mitra25
merupakan program inisiasi Bank Jabar Banten, yang
sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Pemerintah
Kabupaten Majalengka .Program KURMitra 02 dan Mitra 25
merupakan bentuk keberpihakan kepada pengusaha
keciluntuk mendapatkan/menambahmodal dengan suku
bunga rendah, tidak memerlukan jaminan agunan fisik, tidak
dipungut biaya, serta memperoleh pelayanan edukasi
masalah keuangan. Program tersebut diharapkan dapat
mengena ke pelaku pasar usaha mikro dan ultramikro hingga
UKM, termasuk usaha tani dan nelayan.b.Sadewa
MarketSadewa Marketmerupakan Sistem Informasi
Pengelolaan dan Pengembangan KUMKM Berbasis
Digitalyang berfungsi untuk memfasilitasi pemasaran
produk-produk unggulan UMKM. Sistem ini dibuat untuk
menjembatani UMKM dengan pasar agar produk-produk
UMKM dapat bersaing dalam era digital 4.0.4. Mensinergikan
Kebijakan dan Program Penanggulangan
Kemiskinana.Pengendalian Inflasi DaerahInflasi daerah
menjadi salah satu perhatian Pemerintah Kabupaten
Majalengka dalam rangka menekan bertambahnya
masyarakat miskinyang diakibatkan melonjaknya harga
kebutuhan pokok masyarakat. Upaya yang dilakukan adalah
dengan menjaga ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat
danmenjagastabilitas hargaketika terjadi kenaikanhargaBBM,
musim kemarau dan penyebab lainnya. b. Komitmen
Membangun Sinergi Kebijakan dan Pemanfaatan Data
Terpadu Untuk Penanggulangan KemiskinanKomitmen
membangun sinergi kebijakan dan pemanfaatan data terpadu
untuk penanggulangan kemiskinandilakukan melalui rapat

V-6
koordinasi TKPKD, brainstormingpenanggulangan
kemiskinan dalam dokumen perencanaan pembangunan
daerah, dan mendorong penggunaan data terpadu untuk
intervensi penanggulangan kemiskinan.c.Bantuan Keuangan
kepada Pemerintah DesaBantuan keuangan kepada
Pemerintah Desa diberikan sebagai bentuk dukungan
Pemerintah Kabupaten Majalengka kepada Pemerintah Desa
dalam rangkapercepatanpembangunan desa, pemberdayaan
masyarakat desa dan penanggulangan kemiskinan. Bantuan
keuangan tersebut diarahkan untuk kegiatan peningkatan
sarana prasarana perdesaan, pengembangan rintisan desa
berdikari menjadi Kawasan perdesaan,
peningkatanketahanan masyarakat desa dan operasional
KPMD. Pemberian bantuan keuangan kepada pemerintah
desa diberikan sejak Tahun 2017 yang diatur dalam Perbup
Majalengka Nomor 48 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pemberian Bantuan Keuangan Pemerintah Desa, telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Perbup Majalengka
Nomor 7 Tahun 2019 tentang perubahan atas Perbup
Majalengka Nomor 48 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pemberian Bantuan Keuangan Pemerintah Desa.

V.2 RUANG LINGKUP PELAKSANAAN PROGRAM


PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Kebijakan penanggulangan kemiskinan tidak terlepas dari
fenomena politik anggaran. Sebagai proses politik, anggaran publik
merefleksikan tindakan yang akan dan telah dilakukan oleh
pemerintah. Keputusan alokasi anggaran merefleksikan kekuasaan
kelompok elite, yaitu individu dan kelompok dalam eksekutif, legislatif,
dan jaringan kelompok kepentingan yang terlibat dalam proses

V-7
pembuatan keputusan alokasi anggaran. Proses penganggaran juga
melahirkan tindakan negosiasi rahasia dan informal di semua level
pemerintahan (Rubin, 2006 dan Provan, 2001). Jadi proses anggaran
publik membutuhkan norma akuntabilitas pemerintah. Secara teoretis
tidak ada yang menyanggah nilai penting norma akuntabilitas dan
transparansi proses penganggaran publik, tetapi pelaksanaannya sering
tidak konsisten (Morgan, 2002; Mihaly Hogye, 2002; Wildavsky dan
Caiden, 2012). Franklin and Raadschelders (2004) menuliskan bahwa
tahap lanjut dari pendekatan penganggaran sebagai politik anggaran
adalah pendekatan etos demokrasi. Pendekatan ini memandang bahwa
penganggaran publik juga dipengaruhi oleh pertimbangan asas
persamaan, keadilan, dan nilai-nilai konstitusional. Etos demokratis
mengisyaratkan aktor penganggaran harus menjelaskan informasi
anggaran secara terbuka kepada publik untuk mencegah tindakan yang
tidak tepat dari kelompok tertentu sehingga bertentangan dengan asas
demokrasi penentuan alokasi anggaran.

Penambahan aspek etos demokrasi dalam penganggaran publik


menjelaskan bahwa penganggaran publik bukan hanya sekadar angka,
tetapi proses penganggaran publik bersifat politis. Selalu ada
pertarungan kepentingan di antara kelompok kepentingan dalam proses
penganggaran, misalnya pertarungan asas efisiensi dan efektivitas
program dengan aspirasi kepemimpinan politik serta pertarungan
kepada kelompok mana responsivitas dan akuntabilitas diprioritaskan.
Kontestasi kepentingan tidak mungkin terhindarkan sehingga perlu
penciptaan mekanisme yang menggeser kebiasaan bargaining ini
menjadi arguing (Morgan, 2002: 26; Rubin, 2006: 285, Kelly &
Rivenbark, 2011: 12-13).

Morgan (2002) menyebut penganggaran publik


merepresentasikan jiwa democratic governance karena adanya

V-8
multitujuan yang melekat pada fungsi penganggaran publik. Berikut ini
adalah beberapa fungsi penganggaran publik. (1) Alat mengatur
administratif dan kebijakan terkait alokasi dan distribusi sumber daya
publik, (2) alat komunikasi dan informasi prioritas pembangunan ke
berbagai kalangan publik, (3) redistribusi kesejahteraan kepada semua
kelompok masyarakat, serta (4) sebagai alat untuk mencapai konsensus
atas pertarungan untuk memilih antara (i) konstituen dan warga umum
dan (ii) janji politik pejabat politis terpilih dengan rasionalitas
tehnokratis program pembangunan yang harus didahulukan (Morgan,
2002: 26; Rubin, 2006: 285; Kelly & Rivenbark, 2011: 12-13).
Penganggraan pro poor untuk penanggunggalan kemiskinan
merupakan representasi akuntabilitas politik penganggaran.

Dengan kata lain, proses penganggaran publik dalam konteks


democratic governance perlu membangun sistem akuntabilitas sosial.
Namun perlu diantisipasi munculnya risiko paradoks dari proses
demokratisasi pengenggaran publik. Proses demokratisasi
penganggaran publik, ditandai dengan adanya keterbukaan informasi
dan pelibatan warga. Namun keterbukaan informasi penganggaran
publik dan pelibatan masyarakat juga memiliki sifat paradoks (Rubin,
2006; Hong, 2015) yang berpotensi menurunkan patologi, yaitu sifat
negatif yang mengganggu pencapaian tujuan substantifnya, misalnya
dominasi kelompok dan inefisiensi proses.

Adanya risiko patologis tersebut tidak berarti keterbukaan


informasi dan pelibatan publik diabaikan. Pelibatan masyarakat perlu
diberi ruang dalam proses penganggaran publik untuk mengurangi
risiko perampokan elite yang dilakukan oleh eksekutif, legislatif,
maupun oleh kelompok masyarakat sendiri. Keterbukaan informasi dan
pelibatan warga merupakan pilar utama akuntabilitas sosial.

V-9
Perencanaan penganggaran melalui proses pelibatan warga
berfungsi untuk mewujudkan demokratisasi penganggaran (Blakey,
2011; Welham, Krause, and Hedger, 2013). Akan tetapi, proses ini sarat
keputusan teknokratis dan proses politik yang mencerminkan “apa
yang dianggap penting untuk didanai dengan belanja publik” (Rubin,
2006; Wildavsky dan Caiden, 2012). Di sisi lain, proses tersebut juga
memuat elemen-elemen prosedur demokratis.

Dengan kata lain, proses penganggaran publik dalam konteks


democratic governance perlu membangun sistem akuntabilitas sosial.
Namun perlu diantisipasi munculnya risiko paradoks keterbukaan
informasi dan pelibatan warga yang bersifat kontraproduktif atau
mengganggu fungsi demokratisasi penganggaran. Gangguan disfungsi
ini merepresentasikan hadirnya patologi dalam demokratisasi
penganggaran, termasuk di dalamnya penganggaran pubik untuk
penanggulangan kemiskinan.

Kerangka patologi yang digunakan dala kajian ini adalah patologi


akuntabilitas sosial dari sisi pemerintah dan sisi masyarakat. Patologi
akuntabilitas sosial terjadi karena interaksi antarelemen akuntabilitas
sosial (accountor, accountee, forum, informasi) berlangsung dalam
lingkungan budaya formalitas prosedural dan iklim komodifikasi
(Wahyunengseh, 2016). Patologi akuntabilitas sosial melahirkan
akuntabilitas sosial semu (pseudo social accountability). Akuntabilitas
sosial semu mengokohkan dominasi kekuasaan elitis. Kehadiran
patologi menyebabkan supply driven dan demand driven mekanisme
kebijakan penanggulangan kemiskinan tidak otomatis menghasilkan
demokratisasi implementasi penganggaran publik yang pro poor.
Patologi dari sisi supply driven (pemerintah) antara lain: Perwujudan
detail bentuk patologi (i) Oportunisme birokrasi (bureaucratic
opportunism), (ii) Pendewaan kewajiban dan wewenang (reification of

V-10
obligations and author), (iii) Melempar tanggung jawab (buck passing).
Patologi dari demand driven (sisi masyarakat) antara lain: (i) Patronasi,
klientilisme/favoritisme, (ii) Komodifikasi suara warga (Wahyunengseh,
2016).

V.3 PEMETAAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM


PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan Kabupaten
Majalengka yang sudah dilakukandapat dipetakan sebagai berikut:

1. Kelompok Program Bantuan Sosial Terpadu Berbasis


KeluargaIntervensi kelompok program bantuan sosial terpadu
berbasis keluargamelalui APBD Kabupaten Majalengka
dilaksanakanuntuk menambah jangkauan (kuota) yang dibiayai
Pemerintah. Program-program tersebut diwujudkanmelalui Kartu
Majalengka Sejahtera, Jaminan Kesehatan Daerah, Bantuan
Siswa Miskin, SMK Boarding School, Penanganan RTLH, dan
Stimulan Jambanbertujuan untukpemenuhan hak dasar,
pengurangan beban hidup, dan perbaikan kualitas hidup
masyarakat miskin. Secara umum program-program tersebut
sangat membantu masyarakat miskin, namun belum bisa
menjangkau seluruh masyarakat yang memenuhi kriteria
penerima manfaatkarena keterbatasan anggarandan validitas
data penerima manfaat.
2. Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis
Pemberdayaan MasyarakatIntervensi kelompok program
penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat
melalui APBD Kabupaten Majalengka bertujuan untuk
mengembangkan potensi dan memperkuat kapasitas kelompok
masyarakat miskin untuk terlibat dalam pembangunan yang

V-11
didasarkan pada prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat.
Program-program tersebut diwujudkan melalui pemberian kartu
tani, kartu nelayan dan pelatihan-pelatihan melalui Balai Latihan
Kerja dan sekolah lapang.Program-program tersebut bermanfaat
untuk meningkatkanketrampilan dan membuka peluang
kesempatan kerja bagi masyarakat yang membutuhkan
namunbelum menjadi fokus utama program penanggulangan
kemiskinandikarenakananggaran yang tersedia masih difokuskan
mendukung program-program untuk pengurangan beban
pengeluaran masyarakat miskin.
3. Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis
Pemberdayaan Usaha Ekonomi Mikro dan
KecilIntervensikelompok program penanggulangan kemiskinan
berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecilbertujuan
untuk memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku
usaha berskala mikro dan kecil. Program ini diwujudkan melalui
kerjasama dengan Bank Jabar Banten berupa mitra 02 dan mitra
25 yang sangat membantu permodalan bagi wirausahawan baru
dan wirausahawan yang membutuhkan modal tambahan. Selain
memberikan fasilitas pemodalan, Pemerintah Kabupaten
Majalengka juga menyediakan Aplikasi Sadewa Market untuk
membantu produk UMKM secara online. Namun demikian
program-program tersebut belum
sepenuhnyadimanfaatkankarena kurangnya pendampingan
terhadap debitur (masyarakat yang akan mengajukan pinjaman
untuk permodalan usaha) maupun pelaku UMKM.
4. Kelompok Program Lainnya Intervensi kelompok program lainnya
yang dilaksanakandengan harapan dapat meningkatkan kegiatan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat miskin, diwujudkan
melaluimenjaga ketersediaan bahan kebutuhan pokok

V-12
masyarakat dan stabilitas harganya, serta pemberian bantuan
keuangan kepada pemerintahan desa yang dilaksanakan secara
swakelola dan padat karya.

Tabel 5. 1
Program Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten
Majalengka Tahun 2024-2026
Sasaran Indikator
No Program Kegiatan Sub Kegiatan Anggaran
Strategis Kinerja Utama

V-13

Anda mungkin juga menyukai