Anda di halaman 1dari 29

IMPLEMENTASI PROGRAM KANGGO RIKO (UNTUK ANDA)

DI KABUPATEN BANYUWANGI
(Desa Jajag Kecamatan Gambiran Kabupaten Banyuwangi)

Oleh Visca Fabrella, NIM : 1510511040


Dosen Pembimbing Dr. Emy Kholifah, M.Si
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Prodi Ilmu Pemerintahan
Universitas Muhammadiyah Jember
Jl. Karimata No.49 Jember 68121
Email : www.unmuhjember.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan Implementasi Program


Kanggo Riko di Kabupaten Banyuwangi. Dalam penelitian ini menggunakan
metode pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini Sumber data diperoleh dari
Dinas Pemberdayaan Masyrakat dan Desa, Desa Jajag Kecamatan Gambiran,
Pendamping Program Kanggo Riko, dan Rumah Tangga Miskin (RTM) atau
Kepala Rumah Tangga Perempuan Miskin (KRTPM) yang mendapatkan bantuan
Program Kanggo Riko. Pengumpulan data melalui wawancara, observasi, serta
dokumentasi. Dalam Penelitian Program Kanggo Riko menggunakan teori Merilee
S. Grindle. Yang mana dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yakni : isi
kebijakan dan lingkungan implementasinya. Sejauh ini perkembangan Program
Kanggo Riko berjalan cukup baik. Namun dalam Pelaksanaannya masih belum
mencapai target yang sesuai dengan tujuan Program Kanggo Riko untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin, dalam Derajat Perubahan masih
belum sepenuhnya memenuhi target. Untuk implementasinya sudah berjalan
cukup baik. Penelitian ini mengacu pada Peraturan Bupati No 31 Tahun 2018
Tentang Program Kanggo Riko dalam Isi Kebijaknnya telah memenuhi syarat
dalam Ruang Lingkup Program Kanggo Riko sesuai dalam pasal 4. Sasaran
Program Kanggo Riko sudah memenuhi target terhadap Rumah Tangga Miskin
(RTM) ataupun Kepala Rumah Tangga Perempuan Miskin (KRTPM) bagi
mereka yang mempunyai usaha untuk meningkatkan perekonomian. Manfaat dari
adanya Program Kanggo Riko sangat besar. Meraka bisa meningkatkan hasil
usaha mereka tanpa mengeluarkan uang untuk membeli barang-barang yang
mereka butuhkan.

Kata Kunci: Implementasi, Kebijakan, Program Kanggo riko


ABSTRAK

Name : Visca Fabrella


Study Program : Government Science
Judul : Implementation of the Kanggo Riko Program in
Banyuwangi Regency (Jajag Village District Gambiran
Banyuwangi Regendy)
This study aims to describe the Implementation of the Kanggo Riko
Program in Banyuwangi Regency. In this study using a qualitative approach
method. In this study, the data sources were obtained from the Community and
Village Empowerment Service, Jajag Village, Gambiran Subdistrict, Companion
of the Riko Kanggo Program, and Poor Households (RTM) or the Heads of Poor
Female Households (KRTPM) who received assistance from the Rico Kango
Program. Data collection through interviews, observation, and documentation. In
the Kanggo Riko Research Program using the theory of Merilee S. Grindle.
Which in this study uses two variables, namely: the contents of the policy and the
environment of its implementation. So far the development of the Kanggo Riko
Program has been running quite well. But in its implementation it still has not
reached the target that is in accordance with the objectives of the Kanggo Riko
Program to improve the welfare of the poor, in the Degrees of Change still not
fully meeting the target. For the implementation it has run quite well. This study
refers to Regent Regulation No. 31 of 2018 concerning the Kanggo Riko Program
in Contents of the Policy which has fulfilled the requirements in the Kanggo Riko
Program Scope in accordance with article 4. The Kanggo Riko Program targets
have met the target for Poor Households or Female Household Heads Poor
(KRTPM) for those who have businesses to improve the economy. The benefits of
the Kanggo Riko Program are enormous. They can increase the results of their
business without spending money to buy the items they need.

Keywords: Implementation, Policy, Kango Riko Program


BAB 1 pengakuan terhadap hak asal-usul,
sedangkan subsidiaritas yaitu
PENDAHULUAN menetapkan kewenangan berskala
local dan pengambilan keputusan
1.1 Latar Belakang secara local untuk kepentingan
Kemiskinan merupakan masyarakat. Inti dari kedua asas
sebuah fenomena global yang sangat tersebut adalah member kewenangan
memprihatikan, dari tahun ke tahun penuh untuk memutus dan
kemiskinan terus meningkat menghormati kearifan local melalui
bukannya malah menurun, dengan Rembug Desa (Musyawarah Desa).
seiringnya kebutuhan masyarakat Urusan pemberdayaan
serta menurunnya kondisi masyarakat dan penanggulangan
perekonomian masyarakat. kemiskinan serta peningkatan
Kemiskinan merupakan masalah kesejahteraan rakyat di perdesaan
yang harus dihadapi di setiap kota adalah merupakan kewenangan desa
atupun kabupaten berkembang, dalam menjalankan pemberdayaan
kemiskinan merupakan masalah yang masyarakat dengan kemampuan
sangat serius yang harus diperhatikan financial masing-masing desa. Oleh
oleh pemerintah, yang harus di karena itu perlu dikedepankan
tangani secara serius. Kemiskinan pembangunan yang mengedepankan
bukanlah hal baru lagi bagi kita, partisipasi rakyat (participatory
angka kemiskinan di Banyuwangi based development) untyuk
masih cukup tinggi jika menggerakkan pertumbuhan
dibandingkan dengan yang lainnya. ekonomi yang berpihak pada
Bermacam-macam program telah di masyarakat dibawah garis marjinal
lakukan pemerintah unruk (pro poor growth).
menanggulangi anggka kemiskinan Sebagaimana tertuang dalam
di kabupaten ini, namun hal seperti rencana pembangunan jangka
ini tidak kunjung selesai. Kepedulian menengah daerah (RPJMD) 2015-
dan kesadaran antar masyarakat atau 2020, dimana visi pembangunan
setiap warga sangatlah penting dalam kabupaten Banyuwangi yaitu “
membantu menekan tingkat Terwujudnya Banyuwangi Yang
kemiskinan di Banyuwangi. Semakin Sejahterah, Mandiri, Dan
Sesuai dengan ketentuan pasal 18 Berakhlak Mulia Melalui
undang-undang nomor 6 tahun 2014 Peningkatan Perekonomian Dan
tentang Desa yang menyatakan Kualitas Sumber Daya Manusia” dan
bahwa desa diberi kewenangan dengan misi sebagai berikut :
penuh untuk mengurus dan mengatur 1. Mewujudkan aksesibilitas dan
penyelenggaraan pemerintahan, kualitas pelayanan bidang
pembangunan desa, pembinaan pendidikan, kesehatan dan
kemasyarakatan desa dan kebutuhan dasar lainnya.
pemberdayaan masyarakat desa. 2. Mewujudkan daya saing ekonomi
Salah satu prinsip undang- daerah melalui pertumbuhan
undang nomor 6 tahun 2014 tentang ekonomi yang berkualitas dan
desa adalah menganut asas rekognisi berkelanjutan berbasis potensi
dan subsidiaritas. Rekognisi yaitu
sumber daya alam dan kearifan berisis tentang sistem terintergrasi
local. Pengentasan Kemiskinan berbasis
3. Meningkatkan kuantitas dan Geospasial. Aplikasi Jalin Kasih
kualitas insfrastruktur berisi data digital semua masalah
fisik,ekonomi, dan sosial. kemiskinan Program ini dirancang
4. Optimalisasi sumberdaya daerah untuk memvalidasi semua data dan
berbasis pemberdayaan masalah Kemiskinan secara lengkap.
masyarakat, pembangunan Diantaranya Program Jalin Kasih :
berkelanjutan dan berwawasan Garda Ampuh (gerakan anak muda
lingkungan. putus sekolah) program ini berupa
5. Mewujudkan tata pemerintahan Tabungan yang diberikan kepada
yang baik dan bersih (good and anak-anak SD/MI, SMP/MTS,
clean governance) serta layanan SMA/SMK/MA, dan Sekolah Luar
public yang berkualitas berbasis Biasah (SLB), Rantang Kasih
teknologi informasi. Program Pemberian Makanan Gratis
Visi, Misi dan rencana strategis kepada Warga Miskin ,terutama
yang dijanjikan oleh Abdullah Azwar untuk Lansia (lanjut usia) yang sudah
Anas dan Yusuf Widiyatmoko nonproduktif. Jemput Bola Program
sebagai Bupati dan Wakil Bupati ini diperuntukan untuk seluruh warga
Banyuwangi terpilih telah Banyuwangi, warga tidak perlu
menunjukan konsistensinya terhadap datang ke Puskesmas atau Rumah
keberpihakan kepada masyarakat Sakit, karena Petugas Kesehatan
lemah sebagai tujuan utama yang datang ke Rumah Warga.
pengentasan kemiskinan di Berdasarkan data Badan Pusat
Kabupaten Banyuwangi. Statistik menunjukkan bahwa jumlah
Berpijak pada RPJMD serta penduduk wanita lebih banyak
dalam upaya untuk daripada laki-laki. Tahun 2016
menumnbuhkembangkan upaya jumlah penduduk kabupaten
pencapian pembangunan pada banyuwangi 1.599.811 jiwa, terdiri
kemiskinana yang diwujudkan dalam dari 803.835 jiwa perempuan dan
program “kanggo riko”. Program 795.976 jiwa laki-laki. Sementara
Kanggo Riko adalah sebuah program jumlah penduduk menurut usia 15
yang di rancang secara khusus bagi tahun keatas termasuk angkatan kerja
masyarakat yang belom beruntung dan pendidikan berjumlah 893.816
secara ekonomi, sosial, budaya terdiri dari laki-laki 524.240 dan
berdasarkan Basis Data Terpadu perempuan 368.576. sedangkan
(BDT) Tahun 2015 oleh Tim penduduk usia 15 tahun keatas yang
Nasional pecepatan penanggulangan berkerja sejumlah 871.029 terdiri
kemiskinanan terpadu (TNP2K). dari laki-laki bekerja 513.590 dan
Program kanggo riko merupakan perempuan 357.439.
kegiatan yang sangat menyentuh Atas dasar maslah itu,
pada warga masyarakat di bawah pemerintah kabupaten banyuwangi
garis marginal pada status melalui dinas pemberdayaan
kesejahteraan 1-10% terendah (Desil masyarakat dan desa merancang
1). sebuah program untuk mengenai
Beberapa Program Kabupaten kemiskinan melalui Program
Banyuwangi tersedia melalui “Kanggo Riko” sebagai upaya
Aplikasi Jalin Kasih Program yang memberikan bantuan kepada warga
miskin yaitu rumah tangga miskin dan permasalahan Penanggulangan
(RTM) atau Kepala Rumah Tangga Kemiskinan jika melihat kondisi
Perempuan Miskin (KRTPM) seperti hal yang dijelaskan diatas.
dengan nama lain Janda, namun juga Berdasarkan penjelasan diatas maka
diupayakan secara berkelanjutan peneliti tertarik untuk mengangkat
(sustainable) untuk mengantisipasi judul skripsi menegenai Bagaimana
adanya perangkap kemiskinan Implementasi Program “Kanggo
(poverty trap). Riko” dalam Mengentaskan
Kondisi kemiskinan yang ada di Kemiskinan di Desa Jajag
desa tentunya membutuhkan Kecamatan Gambiran Kabupaten
dukungan tidak hanya sector Banyuwangi?
ekonomi yaitu bantuan dari
pemerintah desa tetapi juga perlu 1.2 Rumusan Masalah
dukungan sosial berupa interaksi Berdasarkan latar belakang yang
yang insentif yaitu partisipasi telah dikemukakan di atas maka
kelembagaan masyarakat desa yang dapat dirumuskan suatu rumusan
harus melindungi dan berkelanjutan. masalah dalam penelitian ini yaitu
Desa Jajag merupakan salah satu Bagaimana Implementasi Program
desa yang ada di Banyuwangi, Desa “Kanggo Riko” di Desa Jajag
Jajag menjadi tumpuan desa ataupun Kecamatan Gambiran Kabupaten
daerah kecil lainnya di daerah ini. Banyuwangi dalam mengentaskan
Desa Jajag merupakan sentra kemiskinan ?
perekonomian dan pengembangan
pendidikan di Enam Kecamatan di 1.3 Tujuan Penelitian
Kabupaten Banyuwangi. penduduk Dalam sebuah penelitian, setiap
desa Jajag matapencaharian sebagai aktivitas yang terjadi dikarenakan
Pentani ada pula yang berdagang. adanya tujuan-tujuan tertentu. Hal ini
Meski desa Jajag merupakan Desa bertujuan agar peneliti dalam
Termaju di Kabupaten Banyuwangi melakukan penelitian tidak keluar
mereka masih banyak membutuhkan dari jalur yang telah di tentukan.
bantuan Pemerintah seperti, Adapun tujuan yang ingin dicapai
Pemberdayaan Masyarakat, dalam penelitian yaitu Untuk
Peningkatan kapasitas sumber daya mendeskripsikan Bagaimana
manusia, dan pengentasan Implementasi Program “ Kanggo
kemiskinan. Riko” di Desa Jajag Kabupaten
Selain itu, Program “Kanggo Banyuwangi.
Riko” berfungsi sebagai Program
Pengentasan Kemiskinan, sesuai 1.4 Manfaat Penelitian
pada RPJMD (2015-2020)
mengoptimalisasi sumberdaya daerah 1.4.1 Manfaat Praktis
berbasis Pemberdayaan Masyarakat, Secara umum, penelitian ini
Meningkatkan kuantitas dan kualitas bermanfaat untuk memberikan
insfrastruktur fisik, ekonomi dan umpan balik kepada Pemerintah
sosial dengan cara melalui UMKM. Kabupaten Banyuwangi mengenai
Dengan adanya Program Implementasi Program “Kanggo
“Kanggo Riko” peneliti tertarik Riko” dalam mengentaskan
untuk mengetahui lebih dalam Kemiskinan. Secara rinci, umpan
mengenai Program “Kanggo Riko”
balik pengembangan kompetensi ini ada, yaitu langsung
meliputi : mengimplementasikan dalam bentuk
1. Hasil dari penelitian ini program atau melalui formulasi
diharapkan mampu kebijakan derivat atau turunan dari
meningkatkan hasil Implementasi kebijakan publik tersebut. Rangkaian
Program “Kanggo Riko” yang implementasi kebijakan dapat
telah dilakukan oleh Desa Jajag diamati dengan jelas yaitu dimulai
Kecamatan Gambiran dari program, ke proyek dan ke
Kabupaten Banyuwangi kegiatan. Model tersebut
khususnya dalam mengentaskan mengadaptasi mekanisme yang lazim
Kemiskinan. dalam manajemen, khususnya
manajemen sektor publik. Kebijakan
2. Hasil dari penelitian diharapkan diturunkan berupa program program
menjadi sarana penyempurnaan yang kemudian diturunkan menjadi
Program “Kanggo Riko” yang proyek-proyek, dan akhirnya
telah dilakukan oleh Desa Jajag berwujud pada kegiatan-kegiatan,
Kecamatan Gambiran Kabupaten baik yang dilakukan oleh
Banyuwangi. pemerintah, masyarakat maupun
kerjasama pemerintah dengan
1.4.2 Manfaat Teoristis
masyarakat.
Dari segi teoristis, hasil Van Meter dan Van Horn
penelitian ini bermanfaat untuk (dalam Budi Winarno, 2008:146-
memberikan konstribusi terhadap 147) mendefinisikan implementasi
pengembangan Pemerintahan, bidang kebijakan publik sebagai tindakan-
Kebijakan Program Pengentasan tindakan dalam keputusan-keputusan
Kemiskinan, Khususnya dalam sebelumnya. Tindakan-tindakan ini
Implementasi Program “Kanggo mencakup usaha-usaha untuk
Riko” yang diperlukan selama proses mengubah keputusan-keputusan
pelaksanaan. menjadi tindakan-tindakan
operasional dalam kurun waktu
1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti
tertentu maupun dalam rangka
Penelitian ini bermanfaat melanjutkan usaha-usaha untuk
untuk meningkatkan pengentuan dan mencapai perubahan besar dan kecil
keterampilan penulis di bidang yang ditetapkan oleh keputusan-
penelitian dan sebagai sarana keputusan kebijakan yang dilakukan
Implementasi ilmu yang didapatkan oleh organisasi publik yang
selama di bangku penelitian. diarahkan untuk mencapai
tujuantujuan yang telah ditetapkan.
BAB II Adapun makna implementasi
menurut Daniel A. Mazmanian dan
TINJAUAN PUSTAKA
Paul Sabatier (1979) sebagaimana
2.2.1 Implementasi Kebijakan dikutip dalam buku Solihin Abdul
Wahab (2008: 65), mengatakan
Implementasi kebijakan pada bahwa: Implementasi adalah
prinsipnya adalah cara agar sebuah memahami apa yang senyatanya
kebijakan dapat mencapai tujuannya. terjadi sesudah suatu program
Tidak lebih dan tidak kurang. Untuk dinyatakan berlaku atau dirumuskan
mengimplementasikan kebijakan merupakan fokus perhatian
publik, ada dua pilihan langkah yang
implementasi kebijaksanaan yakni tersebut dapat berwujud sumber
kejadian-kejadian dan kegiatan- daya manusia, misalnya
kegiatan yang timbul sesudah kompetensi implementor dan
disahkannya pedoman-pedoman sumber daya finansial.
kebijaksanaan Negara yang 3. Disposisi, adalah watak dan
mencakup baik usaha-usaha untuk karakteristik yang dimiliki oleh
mengadministrasikannya maupun implementor, seperti komitmen,
untuk menimbulkan akibat/dampak kejujuran, sifat demokratis.
nyata pada masyarakat atau kejadian- Apabila implementor memiliki
kejadian. disposisi yang baik, maka
Dari penjelasan-penjelasan di implementor tersebut dapat
atas dapat disimpulkan bahwa menjalankan kebijakan dengan
implementasi kebijakan tidak akan baik seperti apa yang diinginkan
dimulai sebelum tujuan-tujuan dan oleh pembuat kebijakan. Ketika
sasaran-sasaran ditetapkan atau implementor memiliki sikap atau
diidentifikasi oleh keputusan- perspektif yang berbeda dengan
keputusan kebijakan. Jadi pembuat kebijakan, maka proses
implementasi merupakan suatu implementasi kebijakan juga
proses kegiatan yang dilakukan oleh menjadi tidak efektif.
berbagai aktor sehingga pada 4. Struktur Birokrasi, Struktur
akhirnya akan mendapatkan suatu organisasi yang bertugas
hasil yang sesuai dengan tujuan- mengimplementasikan kebijakan
tujuan atau sasaran-sasaran kebijakan memiliki pengaruh yang
itu sendiri. Terdapat beberapa teori signifikan terhadap implementasi
dari beberapa ahli mengenai kebijakan. Aspek dari struktur
implementasi kebijakan, yaitu: organisasi adalah Standard
Teori George C. Edward Operating Procedure (SOP) dan
Edward III (dalam Subarsono, 2011: fragmentasi. Struktur organisasi
90-92) berpandangan bahwa yang terlalu panjang akan
implementasi kebijakan dipengaruhi cenderung melemahkan
oleh empat variabel,yaitu: pengawasan dan menimbulkan
1. Komunikasi, yaitu keberhasilan red-tape, yakni prosedur birokrasi
implementasi kebijakan yang rumit dan kompleks, yang
mensyaratkan agar implementor menjadikan aktivitas organisasi
mengetahui apa yang harus tidak fleksibel.
dilakukan, dimana yang menjadi Menurut pandangan Edwards
tujuan dan sasaran kebijakan (dalam Budi Winarno, 2008: 181)
harus ditransmisikan kepada sumber-sumber yang penting
kelompok sasaran (target group), meliputi, staff yang memadai
sehingga akan mengurangi sertakeahlian-keahlian yang baik
distorsi implementasi. untuk melaksanakan tugas-tugas
2. Sumberdaya, meskipun isi mereka, wewenang dan fasilitas-
kebijakan telah dikomunikasikan fasilitas yang diperlukan untuk
secara jelas dan konsisten, tetapi menerjemahkan usul-usul di atas
apabila implementor kekurangan kertas guna melaksanakan
sumberdaya untuk melaksanakan, pelayanan-pelayanan publik. Struktur
maka implementasi tidak akan Birokrasi menurut Edwards (dalam
berjalan efektif. Sumber daya Budi Winarno, 2008: 203) terdapat
dua karakteristik utama, yakni derajat implementability dari
Standard Operating Procedures kebijakan tersebut.
(SOP) dan Fragmentasi: SOP atau Isi kebijakan tersebut mencakup hal-
prosedur-prosedur kerja ukuran- hal berikut:
ukuran dasar berkembang sebagai 1. Kepentingan yang terpengaruhi
tanggapan internal terhadap waktu oleh kebijakan.
yang terbatas dan sumber-sumber 2. Jenis manfaat yang akan
dari para pelaksana serta keinginan dihasilkan.
untuk keseragaman dalam 3. Derajat perubahan yang
bekerjanya organisasiorganisasi yang diinginkan.
kompleks dan tersebar luas. 4. Kedudukan pembuat kebijakan.
Sedangkan fragmentasi berasal dari 5. (Siapa) pelaksana program.
tekanan-tekanan diluar unit-unit 6. Sumber daya yang dihasilkan
birokrasi, seperti komite-komite 7. Sementara itu, konteks
legislatif, kelompok-kelompok implementasinya adalah:
kepentingan pejabat-pejabat 8. Kekuasaan, kepentingan, dan
eksekutif, konstitusi negara dan sifat strategi aktor yang terlibat.
kebijakan yang mempengaruhi 9. Karakteristik lembaga dan
organisasi birokrasi pemerintah. penguasa.
Teori Merilee S. Grindle 10. Kepatuhan dan daya tanggap.
Keberhasilan implementasi menurut Keunikan dari model Grindle
Merilee S. Grindle (dalam terletak pada pemahamannya yang
Subarsono, 2011: 93) dipengaruhi komprehensif akan konteks
oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan, khususnya yang
kebijakan (content of policy) dan menyangkut dengan implementor,
lingkungan implementasi (context of penerima implementasi, dan arena
implementation). Variabel tersebut konflik yang mungkin terjadi di
mencakup: sejauhmana kepentingan antara para aktor implementasi, serta
kelompok sasaran atau target group kondisikondisi sumber daya
termuat dalam isi kebijakan, jenis implementasi yang diperlukan.
manfaat yang diterima oleh target Maka penelitian ini, peneliti
group, sejauhmana perubahan yang fokus menggunakan teori model
diinginkan dari sebuah kebijakan, Merilee S. Grindle yang
apakah letak sebuah program sudah menyebutkan bahwa keberhasilan
tepat, apakah sebuah kebijakan telah implementasi dipengaruhi oleh dua
menyebutkan implementornya variabel besar, yakni isi kebijakan
dengan rinci, dan apakah sebuah dan lingkungan implementasi.
program didukung oleh sumberdaya Penggunaan teori tersebut dapat
yang memadai. Sedangkan Wibawa membantu peneliti untuk mengkaji
(dalam Samodra Wibawa dkk, 1994: implementasi Program Kanggo Riko
22-23) mengemukakan model di Desa Jajag secara mendalam.
Grindle ditentukan oleh isi kebijakan Teori Daniel A. Mazmanian
dan konteks implementasinya. Ide dan Paul A. Sabatier Menurut
dasarnya adalah bahwa setelah Mazmanian dan Sabatier (dalam
kebijakan ditransformasikan, barulah Subarsono, 2011: 94) ada tiga
implementasi kebijakan dilakukan. kelompok variabel yang
Keberhasilannya ditentukan oleh mempengaruhi keberhasilan
implementasi, yakni karakteristik
dari masalah (tractability of the perintah-perintah yang
problems), karakteristik disampaikan kepada pelaksana
kebijakan/undang-undang (ability of kebijakan jelas, tetapi bila
statute to structure implementation) perintah tersebut bertentangan
dan variabel lingkungan maka perintah tersebut tidak akan
(nonstatutory variables affecting memudahkan para pelaksana
implementation). kebijakan menjalankan tugasnya
Teori Donald S. Van Meter dengan baik.
dan Carl E. Van Horn Menurut
Meter dan Horn (dalam Subarsono, 2.2.2 Kebijakan Publik
2011: 99) ada lima variabel yang Lingkup dari studi kebijakan
mempengaruhi kinerja implementasi, publik sangat luas karena mencakup
yakni standar dan sasaran kebijakan, berbagai bidang dan sektor seperti
sumberdaya, komunikasi ekonomi, politik, sosial, budaya,
antarorganisasi dan penguatan hukum, dan sebagainya. Disamping
aktivitas, karakteristik agen itu dilihat dari hirarkirnya
pelaksana dan kondisi sosial, kebijakan publik dapat bersifat
ekonomi dan politik. Menurut nasional, regional maupun lokal
pandangan Edward III (Budi seperti undang-undang, peraturan
Winarno, 2008: 175-177) proses pemerintah, peraturan presiden,
komunikasi kebijakan dipengaruhi peraturan menteri, peraturan
tiga hal penting, yaitu: pemerintah daerah/provinsi,
1. Faktor pertama yang berpengaruh keputusan gubernur, peraturan
terhadap komunikasi kebijakan daerah kabupaten/kota, dan
adalah transmisi. Sebelum pejabat keputusan bupati/walikota.
dapat mengimplementasikan suatu Secara terminologi pengertian
keputusan, ia harus menyadari kebijakan publik (public policy) itu
bahwa suatu keputusan telah ternyata banyak sekali, tergantung
dibuat dan suatu perintah untuk dari sudut mana kita
pelaksanaannya telah dikeluarkan. mengartikannya. Easton
2. Faktor kedua adalah kejelasan, memberikan definisi kebijakan
jika kebijakan-kebijakan publik sebagai the authoritative
diimplementasikan sebagaimana allocation of values for the whole
yang diinginkan, maka petunjuk- society atau sebagai pengalokasian
petunjuk pelaksanaan tidak hanya nilai-nilai secara paksa kepada
harus diterima oleh para pelaksana seluruh anggota masyarakat. Laswell
kebijakan, tetapi juga komunikasi dan Kaplan juga mengartikan
kebijakan tersebut harus jelas. kebijakan publik sebagai a
Seringkali instruksi-intruksi yang projected program of goal, value,
diteruskan kepada pelaksana and practice atau sesuatu program
kabur dan tidak menetapkan pencapaian tujuan, nilai-nilai dalam
kapan dan bagaimana suatu praktek-praktek yang terarah.
program dilaksanakan. Pressman dan Widavsky
3. Faktor ketiga adalah konsistensi, sebagaimana dikutip Budi
jika implementasi kebijakan ingin Winarno(2002: 17) mendefinisikan
berlangsung efektif, maka kebijakan publik sebagai hipotesis
perintahperintah pelaksaan harus yang mengandung kondisi-kondisi
konsisten dan jelas. Walaupun awal dan akibat-akibat yang bias
diramalkan. Kebijakan publik itu perwujudan “tindakan” dan bukan
harus dibedakan dengan bentuk- merupakan pernyataan keinginan
bentuk kebijakan yang lain misalnya pemerintah atau pejabat publik
kebijakan swasta. semata.
Hal ini dipengaruhi oleh Pilihan pemerintah untuk
keterlibatan faktor-faktor bukan tidak melakukan sesuatu juga
pemerintah. Robert Eyestone merupakan kebijakan publik karena
sebagaimana dikutip Leo Agustino mempunyai pengaruh (dampak
(2008 : 6) mendefinisikan kebijakan yang sama dengan pilihan
publik sebagai “hubungan antara pemerintah untuk melakukan
unit pemerintah dengan sesuatu. Terdapat beberapa ahli
lingkungannya”. Banyak pihak yang mendefiniskan kebijakan
beranggapan bahwa definisi publik sebagai tindakan yang
tersebut masih terlalu luas untuk diambil oleh pemerintah dalam
dipahami, karena apa yang merespon suatu krisis atau masalah
dimaksud dengan kebijakan publik publik. Begitupun dengan Chandler
dapat mencakup banyak hal. dan Plano sebagaimana dikutip
Menurut Nugroho, ada dua Tangkilisan (2003: 1) yang
karakteristik dari kebijakan publik, menyatakan bahwa kebijakan publik
yaitu: adalah pemanfaatan yang strategis
1) kebijakan publik merupakan terhadap sumberdaya-sumberdaya
sesuatu yang mudah untuk dipahami, yang ada untuk memecahkan
karena maknanya adalah hal-hal masalah-masalah publik atau
yang dikerjakan untuk mencapai pemerintah. Selanjutnya dikatakan
tujuan nasional; bahwa kebijakan publik merupakan
2) kebijakan publik merupakan suatu bentuk intervensi yang
sesuatu yang mudah diukur, karena dilakukan secara terus-menerus
ukurannya jelas yakni sejauh mana oleh pemerintah demi kepentingan
kemajuan pencapaian cita-cita sudah kelompok yang kurang beruntung
ditempuh. dalam masyarakat agar mereka
Menurut Woll sebagaimana dapat hidup, dan ikut
dikutip Tangkilisan (2003:2) berpartisipasi dalam pembangunan
menyebutkan bahwa kebijakan secara luas.
publik ialah sejumlah aktivitas David Easton sebagaimana
pemerintah untuk memecahkan dikutip Leo Agustino (2009: 19)
masalah di masyarakat, baik secara memberikan definisi kebijakan
langsung maupun melalui berbagai publik sebagai “the autorative
lembaga yang mempengaruhi allocation of values for the whole
kehidupan masyarakat. Thomas R society”.Definisi ini menegaskan
Dye sebagaimana dikutip Islamy bahwa hanya pemilik otoritas dalam
(2009: 19) mendefinisikan kebijakan sistem politik (pemerintah) yang
publik sebagai “ is whatever secara syah dapat berbuat sesuatu
government choose to do or not to pada masyarakatnya dan pilihan
do” ( apapaun yang dipilih pemerintah untuk melakukan
pemerintah untuk dilakukan atau sesuatu atau tidak melakukan
untuk tidak dilakukan). Definisi sesuatu diwujudkan dalam bentuk
ini menekankan bahwa kebijakan pengalokasian nilai-nilai. Hal ini
publik adalah mengenai disebabkan karena pemerintah
termasuk ke dalam “authorities in a mempertahankan dan
political system” yaitu para penguasa mengembangkan kehidupan yang
dalam sistem politik yang terlibat bermartabat. Kebutuhan dasar yang
dalam urusan sistem politik sehari- menjadi hak seseorang atau
hari dan mempunyai tanggungjawab sekelompok orang meliputi
dalam suatu maslaha tertentu dimana kebutuhan pangan, kesehatan,
pada suatu titik mereka diminta pendidikan, pekerjaan, perumahan,
untuk mengambil keputusan di air bersih, pertanahan, sumber daya
kemudian hari kelak diterima serta alam, lingkungan hidup, rasa aman
mengikat sebagian besar anggota dari perlakuan atau ancaman tindak
masyarakat selama waktu tertentu. kekerasan, dan hak untuk
berpartisipasi dalam
Berdasarkan pendapat penyelenggaraan kehidupan sosial
berbagai ahli tersebut dapat dan politik. Laporan Bidang
disimpulkan bahwa kebijakan publik Kesejahteraan Rakyat yang
adalah serangkaian tindakan yang dikeluarkan oleh Kementrian Bidang
dilakukan atau tidak dilakukan oleh Kesejahteraan (Kesra) tahun 2004
pemerintah yang berorientasi pada menerangkan pula bahwa kondisi
tujuan tertentu guna memecahkan yang disebut miskin ini juga berlaku
masalah-masalah publik atau demi pada mereka yang bekerja akan
kepentingan publik. Kebijakan tetapi pendapatannya tidak
untuk melakukan sesuatu biasanya mencukupi untuk memenuhi
tertuang dalam ketentuan-ketentuan kebutuhan pokok/dasar. Definisi
atau peraturan perundang-undangan kemiskinan kemudian dikaji kembali
yang dibuat pemerintah sehingga dan diperluas berdasarkan
memiliki sifat yang mengikat dan permasalahan-permasalahan
memaksa. kemiskinan dan faktor-faktor yang
selanjutnya menyebabkan menjadi
2.2.3 Kebijakan Pengentasan miskin. Definisi kemiskinan yang
Kemiskinan dikemukakan oleh Chambers adalah
Kemiskinan adalah kondisi definisi yang saat ini mendapatkan
sosial ekonomi warga masyrakat perhatian dalam setiap program
yang tidak mempunyai kemampuan pengentasan kemiskinan di berbagai
dalam memenuhi kebutuhan pokok negara-negara berkembang dan dunia
yang layak bagi kemanusiaan. ketiga. Pandangan yang
Menurut KBBI, kemiskinan dikemukakan dalam definisi
merupakan situasi penduduk atau kemiskinan dari Chambers
sebagian penduduk yang hanya dapat menerangkan bahwa kemiskinan
memenuhi makanan, pakaian, adalah suatu kesatuan konsep
perumahan,yang sangat diperlukan (integrated concept) yang memiliki
untuk mempertahankan tingkat lima dimensi, yaitu:
kehidupan yang minimum.
a) Kemiskinan
Berdasarkan Undang-Undang No. Permasalahan kemiskinan pada
24 Tahun 2004, kemiskinan adalah dasaranya adalah kondisi ketidak
kondisi sosial ekonomi seseorang mampuan pendapatan seseorang
atau sekelompok orang yang tidak untuk mencukupi kebutuhan
terpenuhinya hak-hak dasarnya untuk pokoknya.
b) Ketidak berdayaan Program Kanggo Riko. Program
Kanggo Riko adalah sebuah program
Rendahnya kemampuan yang di rancang secara khusus bagi
pendapatan akan berdampak pada masyarakat yang belom beruntung
kekuatan sosial dari seseorang atau secara ekonomi, sosial, budaya
sekelompok orang terutama dalam berdasarkan Basis Data Terpadu
memperoleh keadilan ataupun (BDT) Tahun 2015 oleh Tim
persamaan hak untuk mendapatkan Nasional pecepatan penanggulangan
penghidupan yang layak bagi kemiskinanan terpadu (TNP2K).
kemanusiaan. Program kanggo riko merupakan
c) Kerentanan menghadapi situasi kegiatan yang sangat menyentuh
darurat pada warga masyarakat di bawah
garis marginal pada status
Seseorang atau kelompok orang kesejahteraan 1-10% terendah (Desil
yang disebut miskin tisak memiliki 1).
kemampuan untuk mengadapi situasi
yang tidak terduga dimana situasi ini 2.3.1 Maksud dan Tujuan
membutuhkan alokasi pendapatan Pada pasal 2 Maksud
untuk menyelesaikannya. dilaksanakannya Program “Kanggo
Riko” ini adalah untuk
d) Ketergantungan
mengoptimalkan kinerja KPMD dan
Keterbatasan kemampuan mengefektifkan program
pendapatan ataupun kekuatasn sosial penanggulangan kemiskinana bagi
dari seseorang atau sekelompok rumah tangga miskin (RTM).
orang yang disebut miskin tadi Tujuan Program “Kanggo
menyebabkan tingkat ketergantungan Riko” diantaranya Memberikan
pihak lain adalah sangat tinggi. akses interaksi dan perlindungan
terhadap RTM melalui optimalisasi
e) Keterasingan kinerja KPMD, serta untuk
Dimensi keterasingan seperti Memperluas akses RTM terhadap
yang dimaksudkan oleh Chambers usaha produktif untuk peningkatkan
adalah faktor lokasi yang aset usaha / pendapatan keluagra,
menyebabkan seseorang atau Membantu mendorong upaya
sekelompok orang miskin. ketahanan sosial ekonomi rumah
Masyarakat yang disebut miskin tangga untuk memenuhi kebutuhan
pada umumnya berada pada daerah hidup dasar dan untuk Memorong
yang jauh dari pusat-pusat motivasi untuk berusaha (need for
pertumbuhan ekonomi. achievement) dan kemampuan (life
skill) dalam meningkatkan
2.3 Program Kanggo Riko (untuk kesrejahteraannya
anda)
2.3.2 Ruang Lingkup
Berdasarkan Perbub no 31
Tahun 2018 dalam rangka Pada pasal 4 Ruang lingkup
meningkatkan kesejahteraan yang diatur dalam Peraturan Bupati
masyarakat miskin dan percepatan ini meliputi:
penanggulangan kemiskinan di a. sasaran
Kabupaten Banyuwangi, perlu b. pendataan dan pelaksanaan
menetapkan Peraturan Bupati tentang
c. penetapan dan tugas Pendamping BAB III
Program Kanggo Riko
d. pembiayaan METODE PENELITIAN
e. pembinaan dan pengawasan.
3.1 Jenis Penelitian
2.3.3 Indikator Kemiskinan Dalam penelitian ini
RTM adalah seorang baik menggunakan jenis penelitian
lelaki atupun perempuan yang karena kualitatif. Metode Penelitian
sesuatu hal menyebabkan dia kualitatif ini sering disebut “metode
menjalankan fungsi sosial maupun penelitian naturalistik” karena
ekonomi sebagai kepala rumah penelitiannya dilakukan pada kondisi
tangga. Criteria Rumah Tangga yang alamiah (natural
Miskin (RTM) antara lain : setting).Sugiono dalam Prastowo
1. Rumah Tangga Miskin (2011 : 22) menjelaskan bahwa
berdasarkan data pada Basis Data metode penelitian kualitatif adalah
Terpadu (BDT) metode penelitian yang digunakan
2. RTM dan KRTP yang produktif untuk meneliti pada kondisi objek
3. Tidak menjadi sasaran penerima yang alamiah. Penelitian kualitatif
bantuan Program bantuan lain merupakan suatu proses penyelidikan
seperti Jalin Matra (baik pemahaman berdasar pada tradisi
BRTSM, PFK ataupun PK2) metodologis terpisah yang
4. RTM dimana Kepala Rumah mengeksplorasi suatu masalah sosial
Tangga Perempuan (KRTP) atau manusia. Peneliti kualitatif
dengan statusnya bercerai mengungkap situasi sosial tertentu
5. Ditinggal suami dalam waktu dengan mendeskripsikan kenyataan
lama (minimal 6 bulan) dan tidak secara benar dibentuk dengan kata-
mendapatkan nafkah kata berdasarkan teknik
(ditelantarkan) pengumpulan data dan analisis data
6. Memiliki suami yang yang relevan yang diperoleh dari
difabel/cacat dan atau mengalami situasi sosial tertentu. Dengan
sakit menahun sehingga tidak demikian, peneliti kualitatif tidak
bisa melakakukan aktifitas hanya sebagaiupaya mendeskripsikan
produktif data, tetapi deskripsi tersebut hasil
7. RTM hidup sebatangkara, dari pengumpulan data yang sahih
produktif dan mampu mengelola yang dipersyaratkan kualitatif, yaitu
usah. wawancara, observasi (Pengamatan),
penelaahan dokumen (Moleong,
2.3.4 Sasaran 2018 : 9).
Pada pasal 5 sasaran
Program “Kanggo Riko” adalah 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
RTM dan KRTPM yang tercantum Penelitian ini dilakukan di
dalam BDT. Kabuaten Banyuwangi, penulis
melakukan penelitian ini di Desa
Jajag Kecamatan Gambiran, penulis
juga melakukan survey di Desa Jajag
serta wawancara di Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
untuk mendapatkan informasi yang informasi yang akan digali; 2.
lebih maksimal. Memahami informasi yang akan
digali; dan 3. Pegawai unggul
3.3 Sumber Data (champion) yang mendekati
Data atau informasi dalam karakteristik sebagai agen perubahan
penelitian ini diperoleh dari sumber (change agent).
“social situation” (Spradley; 1980).
Situasi sosial terdiri atas tiga elemen, 3.4 Metode Pengumpulan Data
yaitu: tempat (place), aktivitas Dalam rangka pengumpulan
(activity), dan pelaku (actor). Tempat data atau informasi dilapangan, maka
adalah ruang dengan segala aspek dalam penelitian ini digunakan
fisiknya, termasuk, dokumen, teknik antara lain:
computer, compact disc (CD), dan
perangkat keras lainnya. Aktivitas 3.4.1 Wawancara
adalah seperangkat kegiatan yang Wawancara yaitu cara
dilakukan oleh orang (akan digali mendapatkan informasi dengan
melalui observasi). Pelaku adalah bertanya langsung kepada informan
semua orang (pegawai) yang terlibat terhadap permasalahan yang ingin
dalam situasi sosial. Sebagian diteliti. Teknik wawancara yang
pegawai dipilih untuk memberikan digunakan adalah wawancara terbuka
informasi (diwawancarai). Mereka (tidak terstruktur). Dalam wawancara
dinamakan informan. Penetapan terbuka ini informan bisa secara
informan ditetapkan dengan cara bebas menyampaikan pendapatnya
memilih orang tertentu yang tentang suatu gejala sosial tertentu.
dipertimbangkan akan memberikan Teknik ini bertujuan untuk
data atau informasi yang diperlukan, memperoleh informasi yang
selanjutnya berdasarkan informasi mendalam mengenai persepsi,
informan peneliti akan menetapkan pendapat, kepercayaan, dan sikap
informan lainnya yang dari para informan. Wawancara
dipertimbangkan akan memberikan mendalam dilakukan secara
informasi yang lebih lengkap. terstruktur dengan menggunakan
Demikian seterusnya hingga panduan wawancara (interview
informasi dianggap cukup. guide), maupun wawancara bebas
(tidak berstruktur) bersamaan dengan
Dengan menggunakan observasi.
“purposive sampling” informan
yang dipilih pada awal penelitian 3.4.2 Observasi
yaitu: (1) Kepala Bidang
Menurut Nawawi dan Martini
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa,
(1992:74), “Observsi adalah
(2) Kepala dan perangkat Desa Jajag,
pengamatan dan pencatatan secara
(3) Masyarakat desa Jajag, (4)
sistematik terhadap unsur-unsur yang
Pendamping Desa Program “Kanggo
tampak dalam suatu gejala atau
Riko”. Selanjutnya, dengan bantuan
gejala-gejala pada obyek penelitian”.
informasi dari para informan tersebut
Dengan kata lain merupakan
peneliti menetapkan informan
kegiatan pengamatan dan pencatatan
berikutnya yang memenuhi
yang dilakukan oleh peneliti guna
kualifikasi (alternatif) berikut: 1.
menyempurnakan penelitian agar
Memegang jabatan atau membidangi
mencapai hasil yang maksimal. Jenis
observasi yang digunakan peneliti
adalah observasi partisipan, yaitu
pengamatan yang dilakukan dengan 1. Data Reduction (Reduksi Data),
melibatkan diri secara langsung artinya Mereduksi data berarti
dalam proses kegiatan yang merangkum, memilih hal-hal
dilakukan oleh informan. yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, dicari tema
3.4.3 Dokumentasi dan polanya.
Menurut Hamidi (2004:72), 2. Data Display (Penyajian Data),
Metode dokumentasi adalah artinya Setelah data direduksi,
informasi yang berasal dari catatan maka langkah selanjutnya adalah
penting baik dari lembaga atau mendisplaykan data.
organisasi maupun dari perorangan.
Dokumentasi penelitian ini 3. Conclusion Drawing
merupakan pengambilan gambar (verification),artinya penarikan
oleh peneliti untuk memperkuat hasil kesimpulan dan verifikasi.
dari penelitian. Menurut Sugiyono Kesimpulan dalam penelitian
(2013:240), dokumentasi bisa kualitatif adalah merupakan
berbentuk tulisan, gambar atau temuan baru yang sebelumnya
karya-karya monumentel dari belum pernah ada.
seseorang.
3.6 Keabsahan Data
3.5 Metode Analisis Data Uji keabsahan data dalam
Dalam penelitian kualitatif, penelitian sering hanya ditekankan
teknik analisis data yang digunakan pada uji validitas dan reliabilitas.
akan diarahkan untuk menjawab Dalam penelitian kualitatif, temuan
rumusan masalah yang telah atau data dapat dinyatakan valid
dirumuskan dalam proposal. Analisis apabila tidak ada perbedaan antara
adata merupakan suatu usaha untuk yang dilaporkan peneliti dengan apa
mengkaji ulang dari hasil yang telah yang sesungguhnya terjadi pada
dilakukan kategori sehingga bisa obyek yang diteliti. Trianggulasi
dijadikan pola yang memiliki adalah cara yang paling umum
relevensi dengan teori-teori yang digunakan dalam penjaminan
dilakukan dalam penelitian, yang validitas data dalam penelitian
kemudian ditentukan tema dan dapat kualitatif. Trianggulasi merupakan
dirumuskan hipotesis kerja seperti teknik pemeriksaan keabsahan data
yang disarankan oleh data. dengan memanfaatkan sesuatu yang
Menurut Miles and Huberman lain diluar data itu untuk keperluan
dalam (Sugiyono, 2012:246) pengecekan data atau sebagai
aktivitas dalam analisis data yaitu pembanding terhadap data itu.
data reduction, data display, dan Menurut Sugiyono (2006:267),
conclusion drawing/verification. Validitas merupakan “derajat
ketetapan antara data yang terjadi
pada objek penelitian dengan daya
yang dapat dilaporkan oleh peneliti”.
Menurut Hamidi (2004:82-83), Ada
beberapa teknik yang dapat
digunakan untuk mengetahui dokumen yang berisi catatan terkait
validitas data, yaitu: dengan data yang ingin diperoleh
1. Teknik trianggulasi antar sumber peneliti.
data, teknik pengumpulan data,
dan pengumpulan data yang BAB IV PEMBAHASAN
dalam hal terakhir ini peneliti
akan berupaya mendapatkan rekan 4.1. Peraturan Bupati No 31
atau pembantu dalam penggalian Tahun 2018 Tentang Program
data dari warga di lokasi-lokasi Kanggo Riko
yang mampu membantu setelah Dalam rangka meningkatkan
diberi penjelasan. kesejahteraan masyarakat miskin dan
2. Pengecekan kebenaran informasi percepatan penanggulangan
kepada para informan yang telah kemiskinan di Kabupaten
ditulis oleh peneliti dalam laporan Banyuwangi perlu menetapkan
penelitian (member check). Peraturan Bupati tentang Program
3. Akan mendiskusikan dan Kanggo Riko. maksud ditetapkannya
menyeminarkan dengan tema Peraturan Bupati ini ialah untuk
sejawat di jurusan tempat memberikan kepastian hukum bagi
penelitian belajar (peer pelaksanaan Program Kanggo Riko
debricfing), termasuk koreksi di di Kabupaten. Yang bertujuan untuk
bawah para pembimbing. meningkatkan kesejahteraan
4. Perpanjangan waktu penelitian. masyarakat miskin dan percepatan
Cara ini akan ditempuh selain penanggulangan keamiskinan di
untuk memperoleh bukti yang Kabupaten Banyuwangi.
lebih lengkap juga untuk
memeriksa konsistensi tindakan 4.2 Pendataan dan Pelaksanaan
para informan. Dalam pasal 6 Sumber data
Program Kanggo Riko bagi Rumah
Adapun macam dari Tangga Miskin (RTM) dan Kepala
trianggulasi memiliki tiga macam Rumah Tangga Perempuan Miskin
yang pertama, trianggulasi sumber (KRTPM) berasal dari Basis Data
data yang berupa informasi dari Terpadu (BDT). Apabila ditemukan
tempat, peristiwa dan dokumen serta ketidakcocokan antara data RTM
arsip yang memuat catatan berkaitan dan KRTPM yang berasal dari BDT
dengan data yang dimaksud. Kedua, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
trianggulasi teknik atau metode dengan kondisi sesungguhnya yang
pengumpulan data yang berasal dari terdapat di DPPKR, Kepala
wawancara, observasi, dan dokumen. DPPKR dapat mengubah data RTM
Ketiga, trianggulasi waktu dan KRTPM berdasarkan kondisi
pengumpulan data merupakan kapan sesungguhnya yang terdapat di
dilaksanakannya trianggulasi atau DPPKR. Perubahan RTM dan
metode pengumpulan data. KRTPM sebagaimana
Berdasarkan pemaparan di atas dimaksud pada ayat (2), ditetapkan
penelitian ini menggunakan dua dengan Keputusan Kepala DPPKR
macam trianggulasi, pertama setelah melalui rembug warga dan
trianggulasi sumber data yang berupa dikoordinasikan dengan Tim
observasi serta wawancara dengan Koordinasi Penanggulangan
narasumber secara langsung dan Kemiskinan Kabupaten Banyuwangi.
Rembug warga sebagaimana Kepala DPPKR dan perangkat desa
dimaksud pada ayat (3) dihadiri dan dibantu oleh Pendamping Program
atau melibatkan Rukun Tetangga Kanggo Riko menyerahkan bantuan
dan Rukun Warga, serta calon Program Kanggo Riko kepada RTM
penerima Program Kanggo Riko. dan KRTPM. Secara
Dalam pasal 7 Hasil rembug warga berkesinambungan Program Kanggo
sebagaimana dimaksud dalam Pasal Riko dilaksanakan di desa-desa
6 ayat (4) dituangkan dalam berita dalam rangka menanggulangi
acara. Dalam Berita acara kemiskinan di Kabupaten.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibuat rangkap 2 (dua), dengan 4.3. Pedoman Umum Program
peruntukan 1 (satu) untuk arsip Kanggo riko
DPPKR dan 1 (satu) diserahkan pada Kebijakan Program “Kanggo
Tim Koordinasi Penanggulangan Riko” dilaksanakan di Kabupaten
Kemiskinan Kabupaten pada saat Banyuwangi pada 18 Agustus 2018
dilaksanakan koordinasi yang diatur dalam Peraturan Bupati
sebagaimana dimaksud dalam Pasal Banyuwangi Nomor 31 Tahun 2018
6 ayat (3). Setelah menerima berita tentang Program “Kanggo Riko”.
acara sebagaimana dimaksud pada Kanggo Riko adalah sebuah program
ayat (2), Tim Koordinasi yang didesain secara khusus bagi
Penanggulangan Kemiskinan masyarakat yang belum beruntung
Kabupaten melaksanakan secara ekonomi, sosial, budaya
penyesuaian BDT. Setelah berdasarkan Basis Data Terpadu
dilaksanakan koordinasi (BDT) Tahun 2015 oleh Tim
sebagaimana dimaksud pada ayat Nasional Percepatan Penanggulangan
(2), Kepala DPPKR menetapkan Kemiskinan Terpadu (TNP2K).
perubahan penerima bantuan Tujuan ditetapkannya
Program Kanggo Riko di desanya Peraturan Bupati ini ialah untuk
dengan Keputusan Kepala Desa. meningkatkan kesejahteraan
Dalam pasal 8 Program masyarakat miskin dan percepatan
Kanggo Riko dilaksanakan di penanggulangan kemiskinan di
DPPKR. Pelaksanaan Program Kabupaten .
Kanggo Riko sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dibantu oleh 4.4 Implementasi Program Kanggo
pendamping Program Kanggo Riko. Riko
Pendamping Program Kanggo Kesejahteraan Masyarakat
Riko sebagaimana dimaksud pada sebuah kondisi yang terpenuhinya
ayat (2) Desa melakukan pendataan kebutuhan material, spiritual, dan
barang kebutuhan pokok yang sosial warga negara agar dapat hidup
dibutuhkan oleh RTM dan KRTPM. layak dan mampu mengembangkan
Hasil pendataan barang kebutuhan diri, sehingga dapat melaksanakan
pokok sebagaimana dimaksud pada fungsi sosialnya. Pemerintah melalui
ayat (3), dituangkan dalam rincian kebijakan publiknya bertanggung
anggaran biaya. Pendamping jawab dalam menciptakan
Program Kanggo Riko kesejahteraan bagi masyarakat.
menyampaikan rincian anggaran Kebijakan Publik yang sudah
biaya sebagaimana dimaksud pada diimplementasikan dapat dinilai
ayat (4) kepada Kepala DPPKR. berhasil apabila tujuan dari kebijakan
tersebut sudah tercapai dan tertuju yang masih Produktif dalam artian
pada titik sasaran yang sudah sesuai yang mempunyai usaha. Dalam pasal
pada tujuan awalnya. Implementasi 4 ruang lingkup Program Kanggo
Program “Kanggo Riko” bisa Riko meliputi :
berjalan dengan cukup baik karena a. Sasaran
ada beberapa faktor-faktor Sasaran Program Kanggo
kebrhasilan implementasi yang Riko di Peruntukan untuk
saling terkait dengan satu sama lain. Masyarakat Miskin atau Rumah
Selain itu, karakteristik kelompok Tangga Miskin yang masih
sasaran juga bisa mempengaruhi Produktif. Menurut Pak Masduki
lama tidaknya implementasi bisa selaku kepala bidang pemberdayaan
diterapkan. masyrakat memberikan keterangan:
Dalam penelitian ini, “program ini buat mereka
pendekatan yang digunakan dalam yang buntuh bantuan mbk,
menganalisis implementasi kebijakan khususnya masyarakat yang
Program Kanggo Riko adalah teori mempunyai usaha kecil-
Merilee S. Grindle yang kecilan. Bagi mereka yang
menyebutrkan bahwah keberhasilan tidak mempunyai usaha ya
implementasi kebijakan ditentukan tidak mendapatkan bantuan
oleh derajat implemenbility dari dan juga mereka yang sudah
kebijakan tersebut. derajat tersebut tercantum di BDT”.
ditentukan dua variabel yaitu, isi (wawancara 22 April 2019)
kebijakan dan konteks implementasi.
Variabel tersebut mencangkup : Pemaparan yang dilakukan oleh
sejauhmana kepentingan kelompok Bapak Parno Selaku Kepala Desa
sasaran atau target group termuat jajag mengatakan :
dalam isis kebijikan, jenis manfaat “sasaran program ini sudah
yang diterima oleh target group, sesuai dengan tupoksi yang
sejauhmana perubahan yang ada di undang-undang mbak.
dinginkan dari sebuah kebijakan, Pihak desa sudah menyurve
apakah letak program sudah tepat, lagi dari beberapa masyarakat
apakah sebuah kebijakan sudah yang mendaptkan Program
menyebutkan implementatornya ini”. (wawancara 25 April
dengan rinci dan apakah sebuah 2019)
program didukung oleh sumberdaya
memadai. Variabel tersebut akan Berdasarkan hasil jawaban
dijelaskan sebagai berikut : diatas tentang sasaran Program
4.5.1 Isi Kebijakan Kanggo Riko sudah tepat sasaran
Program Kanggo Riko sesuai dengan Perbub No 31 Tahun
ditetapkan berdasarkan Peraturan 2019 Bab III Pasal 4 tentang Ruang
Bupati No 31 tahun 2018 Tentang Lingkup Program Kanggo Riko.
Program Kanggo Riko. Program b. Pendataan dan Pelaksanaan
Kanggo Riko merupakan Program Dalam pasal 6 sumber data
Penanggulangan Kemiskinan atau dari Program Kanggo Riko berasal
percepatan penanggulangan dari Basis Data Terpadu (BDT)
Kemiskinan yang ada di Tahun 2015 oleh Tim Nasional
Banyuwangi. Selain itu Program ini Percepatan Penanggulangan
juga memanfaatkan sumber daya Kemiskinan Terpadu (TNP2K).
Menurut Pak Masduki selaku kepala kepala DPKKR setelah melalui
bidang pemberdayaan masyrakat rembug warga dan koordinasikan
memberikan keterangan: dengan tim koordinasi
“data nama penerima berasal penanggulangan kemiskinan
dari pusat mbk, yang sudah Kabupaten Banyuwangi.
terdafdar di BDT kemudian
di berikan di salah satu kantor c. Penetapan dan Tugas Pendamping
desa yang mendapatkan Kanggo Riko
program ini, setelah itu desa Pendamping Program
mencocokan kembali nama- Kanggo Riko Desa adalah anggota
nama yang tertera di BDT”. masyarakat desa yang memiliki
(wawancara 22 April 2019) pengetahuan dan kemampuan untuk
menggerakkan masyarakat
Pemaparan yang dilakukan oleh berpartisipasi dalam pemberdayaan
Bapak Parno Selaku Kepala Desa masyarakat dan pembangunan
jajag mengatakan : partisipatif. Pelaksanaan Program
“pendataan maupun Kanggo Riko di bantu oleh
pelaksanakan desa Pendamping Program Kanggo Riko
menyesuaikan dengan nama- yang di tunjuk oleh Kepala DPPKR
nama yang sudah tercamtum dan ditetapkan dengan keputusan
mbk, apabila ada salah warga Kepala Desa.
yang tidak memenuhi syarat Tugas pendamping Program
maupun criteria kita Kanggo riko dalam pasal 10 ialah
melakukan musyawarah membantu Kepala DPPKR
untuk mengganti calon RTM melakukan verifikasi calon penerima
atau KRTPM melalui rembug bantuan Program Kanggo Riko
warga dan koordinasi dengam secara riil dan factual, mendata
Tim Koordinasi barang kebutuhan pokok yang
Penanggulangan Kemiskinan dibutuhkan oleh RTM dan KRTPM,
Kabupaten Banyuwangi. Dan membantu Kepala DPPKR dan
Alhamdulillah nama-nama perangkat desa menyerahkan bantuan
RTM yang ada di desa jajag Program Kanggo Riko kepada RTM
semua bener”. (wawancara 25 dan KRTPM dan mendampingi
April 2019) Pemerintah Desa dalam melakukan
rembug Warga guna keperluan
Berdasarkan hasil jawaban diatas perubahan calon penerima bantuan
pendataan dan pelaksanaan Program Program Kanggo Riko;
Kanggo riko berdasarkan Basis Data d. Pembiayaan
Terpadu (BDT) apabila ada Pembiayaan Pendamping
ketidakcocokan antara RTM dan Program Kanggo Riko di bebankan
KRTPM yang berasal dari BDT, pada Anggaran Pendapatan Belanja
kepala DPPKR dapat mengubah data Daerah Kabupaten, sedangkan
Rumah Tangga Miskin dan Kepala Pembiayaan Program Kanggo Riko
Rumah Tangga Perempuan Miskin brsumber dari Alokasi Dana Desa.
berdasarkan kondisi sesungguhnya. Bantuan program Kanggo Riko
Dan perubahan dapat dilakukan sebesar Rp 2.500.000 setiap kepala
semestinya dalam pasal 6 ayat (2) rumah tangga dalam bentuk barang
ditetapkannya dengan keputusan
kebutuhan pokok sesuai rincian telah memenuhi syarat dalam Ruang
anggaran Lingkup Program Kanggo Riko
sesuai dalam pasal 4. Sasaran
e. Pembinaan dan Pengawasan Program Kanggo Riko sudah
Dalam pasal 12 Pembinaan memenuhi target terhadap Rumah
dan Pengawasan Pelaksanaan Tangga Miskin (RTM) ataupun
Program Kanggo Riko dilakukan Kepala Rumah Tangga Perempuan
oleh DPMD setelah itu kepala Miskin (KRTPM) bagi mereka yang
DPMD melaporkan hasil mempunyai usaha untuk
pelaksanaan Pembinaan dan meningkatkan perekonomian. Dalam
Pengawasan Program Kanggo Riko Pendataan dan pelaksanaan
kepada bupati secara bersekala dilakukan sesuai dengan tupoksi
minimal 1 (satu) Tahun sekali. yang sudah ada, begitu juga dalam
Dalam Implementasinya Tugas Pendamping membantu
Kebijakan Program Kanggo Riko di DPKKR melakukan verifikasi calon
Kabupaten Baanyuwangi ini pihak- penerima bantuan Program Kanggo
pihak yang terlibat adalah Dinas Riko, pembiayaan dan pembinaan
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa pengawasan dilakukan dengan baik
Kabupaten Banyuwangi. Tim sesuai dengan tupoksi yang sudah
Fasilitas Kecamatan, Pemerintah ada.
desa, Pendamping Program Kanggo
Riko, serta warga yang mendapatkan 4.5.1.1 Kepentingan yang
bantuan Kanggo Riko. Dalam teknis Tepengaruhi
Program Kanggo Riko yang telah di Kepentingan yang
keluarkan oleh Kepala Dinas Tepengaruhi dengan berbagai
Pemberdayaan Mayarakat dan Desa kepentingan yang mempengaruhi
sebagai penanggung jawab tim suatu implementasi kebijakan.
pengelola Program Kanggo Riko Indikator ini berargumen bahwa
Pemerintah Desa dan Sekertaris Desa suatu kebijakan dalam
yang di tunjuk oleh Kepala Dinas pelaksanaannya pasti melibatkan
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa banyak kepentingan, dan sejauh
Kabupaten Banyuwangi. Di Desa tim mana kepentingan-kepentingan
Pengelola sudah dibentuk dan sesuai tersebut membawa pengaruh
dengan apa yang sudah termuat terhadap implementasinya, hal inilah
dalam Perbub No 31 Tahun 2018. yang ingin diketahui lebih lanjut.
Hal ini di tunjukan dengan Dalam Hal ini Kebijakan Program
dibentuknya Organisasi Pengelolaan Kanggo Riko ini sasaran utamanya
Desa yang termuat dalam pedoman adalah Rumah Tangga Miskin
umum pelaksanaan Program Kanggo (RTM) atau Kepala Rumah Tangga
Riko. Adapun tujuan Program Perempuan Miskin (KRTPM).
Kanggo Riko pada Peraturan Bupati Dengan adanya Program Kanggo
pasal 3 ini ialah untuk meningkatkan Riko masyarakat mampu
kesejahteraan masyarakat miskin dan meningkatkan perekonomian di
percepatan penanggulangan bidang usahanya. Menrut Pak
kemiskinan di Kabupaten. Masduki selaku kepala bidang
Berdasarkan Peraturan Bupati pemberdayaan masyarakat
No 31 Tahun 2018 Tentang Program memberika keterangan:
Kanggo Riko dalam Isi Kebijaknnya “sosialisasi atau pembukaan
(launching) dilakukan di
Desa Jajag. Sosiliasi Berikut ini merupakan
merupakan kegiatan yang pemaparan yang dilakukan oleh
sangat mempengaruhi dalam Bapak Masduki selaku Kepala
berjalannya program ini. Jika Bidang Permberdayaan masyrakat
sosilasi di lakukan dengan dan desa di Dinas Pemberdayaan
benar maka proses program Masayarakat dan Desa Kabupaten
kanggo riko akan berjalan Banyuwangi yaitu:
dengan semestinya”. “pelaksana program kanggo
(wawancara, 10 Januari 2019) riko adalah Desa yang disebut
Berdasarkan hasil wawancara dengan pelaksana program
di atas sosialisasi sangatlah penting kanggo riko (DPPKR). Tugas
dalam berjalannya suatu program. Dinas disini hanya
Sosialisasi memberikan informasi memfasilitasi pelayanan saja.
tentang suatu program yang Selebihnya desa yang
dijalankan oleh Pemerintah. Dalam bertanggung jawab. Dan
proses sosialiasi yang diakan di desa untuk pendampingan di
mereka mengajak semua anggota Masyarakat yang menerima
Rumah Tangga Miskin (RTM) atau bantuan ada Pendamping
Kepala Rumah Tangga Perempuan Program Kanggo riko yang di
Miskin (KRTPM) yang mendapatkan sebut dengan (KPMD)”.
Program tersebut sesuai dengan (Wawancara, 13 Desember
sasaran reumah tangga miskin. 2018).
Sosialisasi yang di berikan ke warga
guna untuk memberikan informasi, Disimpulkan bahwa Desa
wawasan tentang program dan teknis adalah sebenarnya pelaksana dari
penggunaan program Kanggo Riko program kanggo riko. Desa sudah
yang sesuai dengan Peraturan Bupati. mengimplemntasikan program ini
sejak diluncurknya pada tahun 2018.
4.5.1.2 (Siapa) pelaksana Program yang sesuai dalam pasal 8 yang
Pelaksana program adalah berbunyi Program Kanggo Riko
suatu hal yang penting dalam suatu dilaksanakan di DPPKR dan
kebijakan, karena pelaksana program pelaksana program ini dibantu oleh
adalah penggerak ataupun alat untuk Pendamping Program Kanggo Riko.
mencapai suatu keberhasilan yang Pasal 8 (7) secara berkesinambungan
telah ditetapkan pada awal pembuat program Kanggo Riko dilaksanakan
kebijakan.Dapat dikatakan para di Desa-Desa dalam rangka
pelaksana ini adalah penyedia dan menanggulangi Kemiskinan di
pemberi layanan bagi masyarakat Kabupaten Banyuwangi.
didalam suatu program.Selain itu
pelaksana program juga sebagai tolak 4.5.1.3 Sumber daya yang
ukur untuk melihat sejauh mana digunakan
suatu program Pelaksanaan atau
diimplementasikannya. Untuk pengimplementasian suatu kebijakan
mengetahui pelaksana program perlu didukung dengan adanya
dalam program kanggo riko, sumber daya yang dapat memberikan
berdasarkan ini peneliti menjelaskan pengaruh positif dan berguna untuk
siapa pelaksana program Kanggo mensukseskan dalam pelaksanaan
riko. suatu kebijakan ataupun program
tersebut. sumber daya yang memadai
tentunya sangat membantu didalam mengembangkan usahanya,
pelaksanaan suatu kebijakan tersebut untuk usaha pendukung
agar dapat berjalan dengan baik, diambil 20% dan 10%
maksimal, efektif dan efisien. digunakan untuk memenuhi
Pelaksana kebijakan akan kebutuhan mereka”.
berjalan dengan baik dan lancar wawancara, 5 Maret 2019).
apabila didalam pelaksanaannya
dilakukan oleh Sumber Daya Berdasarkan keterangan
Manusia (SDM) yang mencukupi diatas, sumber daya program Kanggo
dan tentunya berkualitas. Dalam Riko melalui sarana dan prasaranya
pencapaian tersebut tentu diambil 70% yang digunakan untuk
membutuhkan SDM yang sesuai membeli barang-barang kegiatan
dengan kemampuan, yang memiliki usaha ekonomi Produktif. Contohnya
kecakapan dan kecukupan untuk mereka yang mempunyai usaha toko
menjalankan suatu kebijakan barang-barang yang dibutuhkan
tersebut. dalam toko tersebut, sedangkan
Program ini semua ditunjang usaha pendukung seperti karangkitri
dengan memaksimalkan anggaran, diambil 20% dan untuk kebutuhan
baik anggaran dari dana Anggaran dasar sehari-hari maksimal 10% dari
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) bantuan Rumah Tangga Miskin
Kabupaten Banyuwangi pada (RTM)
bantuan Keuangan Pemerintah Desa Keterangan yang
dan Alokasi Dana Desa. Berdasarkan disampaikan oleh Bu Novi selaku
Peraturan Bupati No 31 Tahun 2018 Kasih di Bidang Pemberdayaan
menyebutkan dalam Pasal 11 Masyarakat mengatakan:
Pembiayaan Program Kanggo Riko “sumber daya yang dilakukan
dapat dibebankan pada Alokasi Dana oleh Program Kanggo Riko
Desa DPPKR (Desa Pelaksana tentu saja dari sdm yang di
Program Kanggo Riko). kerahkan langsung oleh dinas
Keterangan yang dilakukan terkait. Baik dari pegawai
oleh Bapak Masduki selaku Kepada dinas terkait dan Pemerintah
Bidang Pemberdayaan Masyarakat : Desa yang menjadi sasaran
“Program Kanggo Riko di program ini”. (wawancara 12
masing-masing desa Desember 2012)
2.500.00; (dua juta lima
ratus) per 40 rumah tangga Seorang informan Mas Aziz
miskin atau KRTPM”. selaku staf di Desa Jajag juga
(wawancara, 12 Desember menyampaikan sebagai berikut:
2019) “keikut sertaan yang
dilakukan oleh SKPD dan
Hal ini serupa juga yang Pemerintah desa terkait
disampaikan oleh bapak Parno selaku dengan adanya program
Kepala Desa mengatakan : kanggo riko ini memiliki
“anggaran dana dalam tupoksi masing-masing dalam
Program ini digunakan melaksanakan
membeli barang-barang yang tugasnya”.(wawancara 5
mereka butuhkan70% berupa Maret 2019)
sarana dan prasarana dalam
Berdasarkan keterangan cukup (wawancara, Ibu
diatas, memang yang terpenting Ndarwati, 67 Tahun. 11
adalah sumber daya manusianya. Maret 2019)
Ketersediaan masyarakatnya dalam
seluruh kegiatan Program Kanggo “perubahan ada mbak, yang
Riko salah satunya dalam sebelumnya hanya
pemberdayaan ekonomi. Msyarakat mendapatkan Rp, 500,000; ya
bisa sadar akan adanya program dan sekarang udah ada lebihnya
tujuan dari adanya program kanggo ya nambah Rp, 50,000; mbak.
riko. Dan barulah didampingi oleh (wawancara Ibu Sutik, 50
para pelaksana dan pemberi layanan Tahun. 12 Maret 2019).
yang memiliki pengetahuan dan
kemampuan untuk menggerakan “kalau perubahan saya belom
masyarakat berpatisipasi dalam ada mbk. Pendapatan saya
pemnerdayaan masyarakat dan masih sama saja”.
pembangunan partisipatif. (wawancara ibu dartik, 56
Tahun. 12 Maret 2019)
4.5.1.4 Derajat Perubahan
Setiap kebijakan memiliki “saya belom mendapatkan
target yang hendak dan ingin dicapai. perubahan sama sekali.
Content of policy yang ingin Pendapatan pas-pasan. Untuk
dijelaskan pada pon ini adalah bahwa balik modal lagi ya agak
sejauh mana perubahan yang susah”. (wawancara ibu
diinginkan dari sebuah kebijakan giyem, 50 Tahun. 12 Maret
haruslah memiliki skala yang jelas.. 2019)
Suatu program yang bertujuan
mengubah sikap dan perilaku Berdasarkan hasil jawaban
kelompok sasaran relative lebih sulit wawancara dapat disimpulkan
diimplementasikan daripada program Derajat Perubahan tentang Program
yang sekedar memberikan bentuan Kanggo Riko ini sudah sesuai
kredit atau bantuan beras kepada dengan tupoksinya sesuai dengan
kelompok masyarakat miskin. pasal 3 Tujuan ditetapkannya
“Allhamdulilah mbak, kalau Peraturan Bupati ini ialah untuk
untuk penghasilan udah lebih meningkatkan kesejahteraan
baik dari sebelumnya, masyarakat miskin dan percepatan
biasahnya saya hanya penanggulangan kemiskinan di
mendaptkan Rp. 500,000; per Kabupaten. Namun masih dalam hal
bulan sekarang udah Rp, ini masih ada diantara mereka yang
700,000; udah untuk bisa belom merasakan perubahan setelah
menabung dan mencukupi mendapatkan Program Kanggo Riko.
yang lainnya. (wawancara Ibu
Rukiyah, 52 Tahun. 11 Maret 4.5.1.5 Kedudukan Pembuat
2019) Kebijakan
Letak pengambilan keputusan
“perubahan yang saya rasa ya tentunya sangat erat kaitannya
ada mbak, sebelumnya modal dengan para stakeholder diamana
hanya pas-pasan penghasilan setiap keputusan yang diambil dalam
ya kurang, sekarang ya menjalankan suatu kebijakan satu
alhamdulilah mbak lebih dari program harus sesuai dengan
peraturan dan ketentuan yang ada 4.5.1.6 Manfaat Yang di hasilkan
dan keputusan yang diambil tentu Manfaat Program ini adalah
untuk kepentingan untuk mengentaskan kemiskinan
bersama.Pengambilan keputusan di yang ada di Kabupaten Banyuwangi,
dalam suatu kebijakan memegang masyarakat lebih baik dari
peranan penting dalam menentukan sebelumnya. Menurut ibu supriyati
keberhasian implemntasinya, seperti 50 tahun memberikan keterangan
yang kita tahu juga bahwa kebijakan “manfaat yang saya rasakan
menurut Thomas R.Dye dalam buku ada mbak. Saya mendapatkan
Budi Winarno (2012:20) adalah bantuan tanpa mengeluarkan
apapun yang dipilih oleh pemerintah uang”.(wawancara, 15 Maret
untuk melakukan atau tidak 2019).
melakukan. (public policy is
whatever goverments choose to do or Berdasarkan hasil wawancara
not to do). di atas Dalam hal ini manfaat yang
Berdasarkan bagian ini dirasakan oleh warga yang
peneliti akan menjelaskan letak mendapatkan Program Kanggo Riko
pengambilan keputusan mengenai adalah mereka mendapatkan
Program Kanggo Riko. Pemaparan tambahan modal barang tanpa
pertama adalah menurut Bapak dengan mengeluarkan uang
Masduki selaku Kepala Bidang sepeserpun, dan mendapatkan
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa pengahasilan tambahan dari program
Kabupaten Banyuwangi adalah: ini karna biasanya tersebut sudah di
“program ini dibuat oleh tanggung oleh Alokasi Dana Desa
Bupati Banyuwangi Abdullah (ADD) dengan sejumlah Rp.
Azwar Anas. Disini Bupati 2.500,000;.
membentuk dan menetapkan
sekertariat Program Kanggo 4.5.2 Konteks Implementasi
Riko, menetapkan alokasi Selain dari isi kebijakan,
dana pendukung Program konteks kebijakanpun perlu
kanggo riko, dan juga diperhatikan dalam
memberikan pembinaan di pengimplemntasian suatu kebijakan
dinas dan Program Kanggo agar dapat diketahui hal apa saja
Riko ini di ketuai oleh Pak yang termasuk dalam konteks
Zen”. (wawancara, 13 kebijakan dalam sebuah
Desember 2018). implementasi kebijakan. Berdasarkan
teori implementasi model Merille
Berdasarkan jawaban dari S.Grindle konteks kebijakan
wawancara di atas Kedudukan merupakan hal yang menentukan
Pembuat Kebijakan Program Kanggo bagi keberhasilan suatu implementasi
Riko adalah Bapak Bupati kebijakan termasuk juga program
Banyuwangi dan yang menjadi Ketua Kanggo Riko dalam pemberdayaan
Program Kanggo Riko adalah Kepala ekonomi melakukan pengentasan
Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kemiskinan Berikut ini merupakan
dan Desa Banyuwangi, Yang penjelasan mengenai konteks
beranggotakan Pejabat/staf intrernal, kebijakan tersebut.
Kecamatan Lokasi, yang ditetapkan
dengan Keputusan Bupati.
4.5.2.1 Kekuasaan, Kepentingan, melalui Pemerintah Desa,
dan strategi actor yang terlibat menetapkan RTM dan daftar
Variabel konteks penerima bantuan, jenis usaha dan
implementasi ini berkaitan dengan jumlah bantuan dengan keputusan
adanya situasi dan kondisi pihak- Kepala Desa dan melakukan
pihak terkait dan masyarakat sebagai pencarian untuk program Kanggo
penerima Bantuan Progam Kanggo Riko untuk di belanjakan sesuai
Riko. Kebijakan Program Kanggo dengan kebutuhan RTM.
Riko adalah Kebijakan Kabupaten 4. Pendamping Program Kanggo
Banyuwangi yang berlaku untuk Riko
seleruh warga Banyuwangi. Tenaga Pendamping yang
Kebijakan ini banyak melibatkan ditugaskan oleh Pemerintah Desa
pihak-pihak Pemerintah Kabupaten. untuk memfasilitasi pelaksanaan
Stakeholder yang terlibat Kanggo Riko di Desa.
dalam implementasi kebijakan 5. Rumah Tangga Miskin (RTM)
Program Kanggo Riko di Kabupaten atau Kepala Rumah Tangga
Banyuwangi yaitu : Perempuan Miskin (KRTPM)
1. Bupati Rumah Tangga Miskin disini
Bupati disini memliki peran dalam menanggapi pelaksanaan
membentuk dan menetapkan Program Kanggo Riko saling
Sekertariatan Program Kanggo Riko, membahu untuk terlaksananya
menetapkan Alokasi Dana Desa Program Kanggo Riko ini.
pendukung Program Kanggo Riko, Masyarakat sadar akan adanya
dan memberikan pembinaan dan Program ini untuk meningkatkan
arahan kepada sekertariat Program Perekonomian mereka dalam bidang
Kanggo Riko dalam melaksanakan usaha yang mereka miliki.
Program Kanggo Riko. Stakeholder tersebut memiliki
2. Dinas Pemberdayaan Masyarakat tupoksi tersendiri dalam menjalankan
dan Desa tugas yang di tugaskan oleh Dinas
Melakukan pelayanan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa.
administrasi dan operasional Kekuasaan, kepentingan dan strategi
Program Kanggo Riko, menyusun yang dilakukan para actor dan
kebijakan local yang mendukung masyarakat menjadi sasaran
pelaksanaan Program Kanggo Riko, kebijakan memiliki strategi sendiri,
menganggarkan dana pendukung dalam hal ini masyarakat dengan
melalui Anggaran Pendapatan lebih mudah meningkatkan usaha
Belanja Daerah (APBD) Kabupaten mereka dengan adanya Program ini.
untuk mendukung berjalannya
Program ini, dan melaksanakan 4.5.2.2 Karakteristik Lembaga dan
sosialisasi dan fasilitas pelaksanaan Penguasa
Program Kanggo Riko. Implementasi kebijakan yang
3. Pemerintah Desa telah dibuat, maka pelaksanaannya
Pemerintah Desa adalah yang akan terlepas dari karakteristik atau
penanggungjawab Program Kanggo peran dari para pelaksana kebijaka
Riko di tingkat Desa. Dalam hal ini itu sendiri. Karakteristik stakeholder
pemerintah desa menetapkan dalam hal ini sesuai dengan tugas
keanggotaan sekertariat desa dan pokok masing-masing dinas atau
pendamping program kanggo riko instansi terkait dalakm melaksanakan
tugasnya. Setiap dinas pasti memiliki
peran nya masing-masing didalam mekanisme untuk melaksanakan
pengimplementasian program perannya masing-masing dalam
Kanggo Riko didalam program Kanggo Riko adapun peran
pengimplementasiannya di Desa masing-masing tersebut dipaparkan
Jajag Kecamatan Gambiran oleh Bapak Zen selaku Kepala Dinas
Kabupaten Banyuwangi. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Bapak Parno selaku Kepala Kabupaten Banyuwangi yaitu:
Desa Jajag mengernai koordinasi “yang terpenting SKPD
dalam Proses pengimplementasian dalam program Kanggo Riko
Program Kanggo Riko di Masyarakat sadar dalam melakukan
dalam usahanya Rumah Tangga tugasnya masing-masing ya
Miskin yaitu: merupakan sebagai bukti
“koordinasi awal melakukan kepatuhan dan adanya respon
sosialisasi di Desa terkait dari para pelaksana.”
Program Kanggo Riko. (Wawancara 14 Desember
Sehingga pemerintah desa 2018)
melakukan pembinaan dan
pengawasan pengadaan Seperti keterangan
barang dan jasa yang yang disampaikan oleh Pak Nur
dilakukan oleh tim pengelola selaku Pendamping Program Kanggo
kegiatan”. (wawancara,21 Riko:
Februari 2019) “tugas saya ya gak banyak
mbak, saya seminggu dua
Dalam karakteristik lembaga kali nyambangi rumah warga
dan penguasa program Kanggo Riko mbak. Untuk melakukan
sudah berjalan dengan baik di desa pengecekan”. (wawancara, 28
Jajag. Pemerintah Desa sudah Februari 2019).
menjalakan tugasnya sesuai dengan
pedoman umum pelaksanaan Berdasarkan hasil dari
program Kanggo Riko. wawancara diatas semua pelaksana
baik mulai dari implementor atau
4.5.2.3 Kepatuhan dan Daya pelaksana tingkat Kabupaten maupun
Tanggap Desa merupakan suatu kepatuhan
Hal ini juga bagian penting dan daya tanggap. Dan semua
dari proses implementasi suatu memiliki perannya masing-masing
kebijakan, dimana tingkat kepatuhan didalam melaksanakan dan
dan adanya respon dari para mengimplementasi program Kanggo
pelaksana kebijakan merupakan aksi Riko.
nyata dari para pelaksana untuk
melaksanakan tugas pokok dan BAB V
fungsinya dalam
pengimplementasian program PENUTUP
Kanggo Riko dalam pemberdayaan
ekonomi masyarakat Desa Jajag 5.1 Kesimpulan
melalui pengembangan Usaha Berdasarkan hasil penelitian
Menengah Kecil terlaksana dengan dan pembahasan mengenai
baik, secara optimal dan berdaya Implementasi Program Kanggo Riko
guna. Maka berkaitan dengan hal Di Desa Jajag Kecamatan Gambiran
tersebut, ada beberapa aturan serta
Kabupaten Banyuwangi diukur bagi warga yang mendapatkan
melalui 6 variabel konten isi Program bantuan dari Pemerintah
Kebijakan (countain of policy) dan 3 dan menjalankan bantuan dengan
variabel konteks lingkungan (context sebagaimana mestinya.
of policy) adalah sebagai berikut:
Sementara itu, pelaksana
Pertama, Kanggo Riko adalah Program Kanggo Riko ini berjalan
sebuah Program Pemerintah untuk sudah cukup baik. Adanya
masyarakat yang digunakan koordinasi antara dinas dan desa
mengatasi suatau masalah yang mendapatkan Program bantuan
Kemiskinan dengan memanfaatkan Kanggo Riko.. kunci keberhasilan
Sumber Daya Manusia berupa Usaha dari program ini adalah Desa. Karena
Menengah Kecil atau (UMK). Dalam Desa sudah menjalankan tugasnya
isi kebijakan dari Program Kanggo sesuai tupoksi yang sudah ada dan
Riko dalam Pemberdayaan Ekonomi sadarnya masyarakat dalam Program
Desa Jajag telah memenuhi syarat, ini.
Berdasarkan Peraturan Bupati No 31
Tahun 2018 Tentang Program Sumber daya yang digunakan
Kanggo Riko dalam Isi Kebijaknnya sesuai dengan Peraturan Bupati No
telah memenuhi syarat dalam Ruang 31 Tahun 2018 sumber daya yang
Lingkup Program Kanggo Riko digunkan dari Anggaran Pendapatan
sesuai dalam pasal 4. Sasaran Belanja Daerah untuk Pendamping
Program Kanggo Riko sudah Program Kanggo Riko sedangkan
memenuhi target terhadap Rumah untuk Program Kanggo Riko melalui
Tangga Miskin (RTM) ataupun dari Alokasi Dana Desa, yang setiap
Kepala Rumah Tangga Perempuan kepala Rumah Tangga Miskin
Miskin (KRTPM) bagi mereka yang mendapatkan Rp. 2.500.00 bantuan
mempunyai usaha untuk tersebut digunakan untuk membeli
meningkatkan perekonomian. Dalam barang-barang keperluan yang
Pendataan dan pelaksanaan mereka butuhkan untuk menunjang
dilakukan sesuai dengan tupoksi usaha mereka.
yang sudah ada, begitu juga dalam
Dalam kedudukan pembuatan
Tugas Pendamping membantu
kebijakan yang dilakukan dalam
DPKKR melakukan verifikasi calon
Program Kanggo Riko sudah cukup
penerima bantuan Program Kanggo
baik. Letak pengambilan keputusan
Riko, pembiayaan dan pembinaan
dalam pembuatan kebijakan adalah
pengawasan dilakukan dengan baik
Pemerintah Banyuwangi, dinas
sesuai dengan tupoksi yang sudah
hanya menjalankan tugsasnya
ada.
sebagai sekertaris, dan memberikan
Berjalannya Program Kanggo
pembinaan terhadap desa yang
Riko karna adanya proses sosialisai,
mendapatkan bantuan Program
sosialisasi sangat berpengaruh dalam
Kanggo Riko. Kunci keberhasilan
berjalannya suatu Program Kanggo
Program Kanggo Riko ini adanya
Riko. Karna dengan adanya sosialisai
kekompakan antara pelaksana
memberikan suatu informasi tentang
Program yaitu Dinas Pemberdayaan,
Program yang dijalankan oleh
Desa dan juga Aktor yang terlibat.
Pemerintah Banyuwangi. Dengan
adanya tindakan sosialisai berguna
Manfaat dari adanya Program melaksanakan dan
Kanggo Riko sangat besar. Meraka mengimplementasikan Program
bisa meningkatkan hasil usaha Kanggo Riko.
mereka tanpa mengeluarkan uang
untuk membeli barang-barang yang 5.2 Saran
mereka butuhkan. Berdasarkan hasil penelitian
implementasi Program Kanggo Riko
Derajat Perubahan sesuai di desa Jajag Kecamatan Gambiran
dengan Peraturan Bupati No 31 Kabupaten Banyuwangi, maka
Tahun 2018 adalah untuk peneliti menggunakan saran
meningkatkan Kesejahteraan sekiranya bermanfaat untuk bahan
masyarakat miskin dan percepat koreksi peran Pemerintah Desa
penanggulangan kemiskinan, hal ini pelaksana Kebijakan Program
ditunjukkan dengan banyaknya dari Kanggo Riko:
Rumah Tangga Miskin (RTM) yang
menghasilkan penghasilan lebih dari Perlu diadakan pemantuan
sebelumnya, namun ada juga di lagi, meski sudah banyak diantara
antara mereka yang masih Rumah Tangga Miskin yang sudah
mendaptkan pas-pasan. mendapatkan penghasilan lebih dari
sebelumnya tapi masih saja ada
Stakeholder yang terlibat beberapa Rumah Tangga Miskin
dalam Implementasi Kebijakan yang masih minim dalam
Program Kanggo Riko yaitu Bupati, pendapatan.
Dinas Pemberdayaan Masyarakat
dan Desa, Pemerintah Desa, DAFTAR PUSTAKA
Pendamping Kanggo Riko, dan
Rumah Tangga Miskin (RTM) atau
Kepala Rumah Tangga Perempuan AG. Subarsono. 2011. Analisis
Miskin (KRTPM). Stakeholder Kebijakan Publik (konsep.
tersebut memiliki fungsi regulasi dan teori dan
pelaksana Program Kanggo Riko. aplikasi).Yogyakarta: Pustaka
Pemerintah Desa disini ditunjuk Pelajar.
untuk mengurus pelaksanya Program
Kanggo Riko atau penanggung jawab Islamy, Irfan M. 2009. Prinsip-
Program Kanggo Riko di tingkat Prinsip Perumusan
desa. Kebijakan Negara. Cetakan
ke-15. Jakarta: Bumi Aksara.
Adapula karakteristik
Lembaga dan Penguasa sudah
berjalan cukup baik. Pemerintah Tangkilisan, Hesel. 2003. Kebijakan
Desa sudah menjalankan tugasnya Publik Yang Membumi:
sebagaimana mestinya dan dalam Konsep, Strategi dan Kasus.
Kepatuhan dan Daya Tanggap Yogyakarta:YPAPI.
adanya respon dari semua pelaksana
baik mulai dari implementor atau Sugiyono. 2012. Memahami
pelaksana tingkat kabupaten maupun Penelitian Kualitatif.
desa merupakan suatu kepatuhan dan Bandung: ALFABETA.
daya tanggap yang memiliki
perannya masing-masing didalam
Wibawa, Samudra, dkk. 1994. Hamidi. 2004. Metode Penelitian
Evaluasi Kebijakan Publik. Kualitatif: Aplikasi
Jakarta: PT. Raja Grafindo Praktis Pembuatan
Persada. Proposal dan Laporan
Penelitian. Malang: UMM
Abdul Wahab,Solichin.2008.Analisis Press.
Kebijakan : Dari Formulasi
ke Implementasi Kebijakan Sumber Jurnal Internet:
Negara Edisi Kedua. Bumi :
Aksara. Jakarta http://journal.upgris.ac.id/index.php/
civis/article/view/633
Agustino, Leo. 2008. Dasar-dasar
Kebijakan Publik. https://www.researchgate.net/publica
CV.Alfabeta. Bandung. tion/309744985_PEMBERDAYAA
N_USAHA_MIKRO_KECIL_DAN
_MENENGAH_UMKM_DALAM_
Andi Prastowo. 2011. Metode PENANGGULANGAN_KEMISKI
Penelitian Kualitatif dalam NAN
Perspektif Rancangan Dokumen Lainya:
Penelitian. Jogjakarta: Ar- Undang-undang No 24 Tahun 2004
Ruzz Media. tentang kemiskinan
Peraturan Bupati No 31 Tahun 2018
Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Tentang Program Kanggo Riko
Penelitian Kualitatif. Undang-undang No 6 Tahun 2014
Bandung : PT Remaja Tentang Desa
Rosdakarya Peraturan Presiden No 15 Tahun
2010 Tentang Percepatan
Nawawi, Hadari dan M. Martini Penanggulangan Kemiskinan
Hadari. 1992. Instrumen
Penelitian Bidang
Sosial.Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.

Spradley.P. James. 1980. Participant


Observation. Florida: Holt,
Rinehart and Winston

Winarno, Budi. 2002. Kebijakan


Publik: Teori dan Proses.
Media Presindo:Yogyakarta

Budi Winarno, Kebijakan Publik :


Teori dan Proses Edisi
Revisi, Media Presindo.
Yogyakarta. 2007

Anda mungkin juga menyukai