Anda di halaman 1dari 9

ISU STRATEGIS PROMOSI KESEHATAN TERKINI

ANALISIS PENERAPAN KOTA SEHAT DI KOTA JAMBI

DOSEN PENGAMPU:
LA ODE RESKIADDIN, S.KM., M.PH

DISUSUN OLEH:
NIA DELZARIA N1A117007
NURDHILA FARIKHA N1A117008
DILI ANTIKA SARI N1A117016
WESA TRIDIANA N1A117034
ESRA SIANIPAR N1A117056
ALEMINA ATETA GINTING N1A117086
GILBERT HUTABARAT N1A117108
DIAN MAHENDRA N1A117109
MARTHA SIRAIT N1A117116
DIGA ULTARI N1A117141

KELAS: 6 PROMKES

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JAMBI
2020
A. Permasalahan
1. Infrastruktur
2. Banjir
3. Fungsi draise yang kurang maksimal
4. Masih ada masyarakat Yang buang air besar sembarangan (ODF) baik itu di
atas Danau Sipin maupun di sungai batanghari.
5. Kurangnya sosialisasi dari pemerintah, menyebabkan masyarakat tidak
mengetahui program Kota Sehat yang sudah dicanangkan
6. Belum adanya kerjasama lintas sektor yang baik
7. Masalah sampah
Belum adanya pengelolaan sampah yang terintegrasi dan terpadu oleh
pemerintah. Baik dalam bentuk kebijakan maupun program antar pemerintah
pusat dan daerah, antar pemerintahan, maupun antar instansi dan masyarakat.
Karena mengelola dan mengatasi masalah sampah tanpa melibatkan partisipasi
masyarakat tidak akan pernah menyelesaikan persoalan.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2014 yang diterbitkan setiap lima
tahun itu dapat diketahui dari Persentase Cara Pengelolaan Sampah menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi. Diketahui pengelolaan sampah masih
didominasi dengan cara dibakar 60,5 persen, diangkut oleh petugas sebanyak 18,4
persen, dibuang ke parit/kali/laut sebanyak 11,2 persen, ditimbun dalam tanah 6
persen, dibuang sembarangan 3,7 persen dan dibuat kompos hanya 0,3 persen.
Pengelolaan sampah per kabupaten/kota terlihat oleh sampah yang dibuang ke
sungai terbesar ada di Kabupaten Kerinci 38,3 persen, Kota Sungai Penuh 25
persen, Tanjung Jabung Timur 22,2 persen, Bungo 14 persen, Batanghari 13
persen, Merangin 11,5 persen, Tanjung Jabung Barat 9,7 persen, dan disusul Kota
Jambi 4,1 persen, Muaro Jambi 3,6 persen dan Tebo dan Sarolangun. Sedangkan
sampah yang dibuang sembarangan terbesar di Tanjung Jabung Timur sebanyak
17,6 persen dibandingkan daerah lainnya dan sampah yang diangkut petugas
terbanyak di Kota Jambi dan Kota Sungai Penuh yang mencapai di atas 50 persen.
(Universitas Jambi, 2019)
Persolan kemiskinan dan ketersediaan prasarana.
B. Implementasi
1. Program BANGKIT BERDAYA
Filosofi Program BANGKIT BERDAYA (Bangun Kecamatan Secara Intensif dan
Terpadu Berazaskan Swadaya) adalah untuk menciptakan pembangunan yang
merata berbasis pengembangan utilitas lingkungan pada masyarakat dengan
menumbuhkan semangat bergotong royong. Penyelenggaraan Program
BANGKIT BERDAYA dilaksanakan dalam bentuk pemberian bantuan
material/bahan bangunan kepada kelompok RT yang telah memiliki rencana
penggunaan bantuan dan wilayah kerja yang terdokumentasi dengan baik.
Program Bangkit Berdaya ditujukan untuk mendorong percepatan
pembangunan saran prasarana dan utilitas lingkungan rukun tetangga ( RT )
dalam wilayah Kota Jambi; dan untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam
pembangunan lingkungan. Sasaran bantuan material/bahan bangunan adalah
kelompok rukun tetangga dalam wilayah kota Jambi yang telah mengusulkan
rencana penggunaan bantuan material/bahan bangunan dimaksud dan telah
terkompilasi dalam data pokok hasil usulan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrenbang) Kota Jambi, dan telah diverifikasi ulang oleh Camat
pada masing-masing wilayah Kecamatan, serta secara khusus telah mengajukan
dokumen usulan kepada Camat melalui Lurah pada masing-masing wilayah
Kecamatan.

2. Kampung BANTAR
Program KAMPUNG BANTAR (Bersih, Aman dan Pintar) adalah program
inisiatif Pemerintah Kota Jambi yang ditujukan untuk mengakselerasi percepatan
pembangunan. Pemerintah dan Kemasyarakatan di Kota Jambi yang bertujuan
untuk mengurangi ketimpangan pembangunan antar wilayah, meningkatkan
kualitas kesejahteraan dan meningkatakan kualitas perekonomian masyarakat,
khususnya dilokasi RT Kampung Bantar.
Tujuan Program KAMPUNG BANTAR adalah untuk menjadikan suatu
lingkungan perkampungan terkecil lingkup RT di masyarakat yang berwawasan
lingkungan bersih dan sehat, tercukupinya fasilitas sanitasi sarana dan prasarana
lingkungan memadai, permukiman layak huni dan tertata rapi (nyaman), aman
dan tertib, tingkat kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang cukup baik
(produktif), serta senantiasa menjaga semangat jiwa gotong royong, nilai-nilai
agama, kesetiakawanan nasional, adat istiadat dan normanorma hukum dalam
kehidupan bermayarakat, berbangasa yang lebih berakhlak, beradat dan
berbudaya.

3. Perda Pengelolan Sampah di Kota Jambi


Sebagai bentuk penyehatan lingkungan dan untuk menumbuhkembangkan
kebersihan serta keindahan kota secara berkelanjutan, maka pemerintah Kota
Jambi mengeluarkan dua Peraturan Daerah agar terwujudnya lingkungan Kota
yang bersih, rapi dan indah. Perda ini juga dikeluarkan agar pengelolaan sampah
dari hulu ke hilir dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna, sehingga
memberikan manfaat secara ekonomi bagi daerah, yang berwawasan lingkungan.
Dua buah peraturan daerah yang dikeluarkan Pemerintah Kota Jambi yaitu:
 Peraturan Daerah Kota Jambi No. 8 Tahun 2013 tentang pengelolaan
sampah
 Peraturan Daerah Kota Jambi No 54 Tahun 2018 tentang Kebijakan dan
Strategi Kota Jambi dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

4. Gerakan Masyarakat Hidup Bersih dan Sehat


5. Forum Kota Sehat Jambi,yang berperan untuk menentukan arah, prioritas,
perencanaan pembangunan wilayahnya yang mengintegrasikan berbagai aspek,
sehingga dapat mewujudkan wilayah yang bersih, nyaman, aman, dan sehat untuk
dihuni oleh warganya.

C. Tantangan
Adapun tantngan yang masih di hadapi pemerintah dalam melakukan
penerapan kota sehat di Kota Jambi diantaranya :
1. Kondisi Penduduk
Proyeksi Penduduk Indonesia 2015-2045 hasil Survei Penduduk
Antarsensus (Supas) 2015 Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bappenas
menunjukkan bahwa jumlah penduduk Jambi tahun 2019 diproyeksikan
sebanyak 3,5662 juta jiwa dan terus bertambah hingga mencapai 4,2499 juta
jiwa di tahun 2045. Akan ada tambahan sekitar 693 ribu penduduk dalam
kurun waktu 26 tahun ke depan. Sekitar 33 persen penduduk tinggal di wilayah
perkotaan.
Distribusi penduduk menurut pulau di Indonesia masih relatif
stabil. Tahun 2019, Jawa menjadi tempat tinggal bagi 56,35 persen penduduk
Indonesia, diikuti Sumatera (21,90 persen), Sulawesi (7,33 persen), Kalimantan
(6,08 persen), Bali-Nusa Tenggara (5,60 persen), dan Maluku-Papua (2,74
persen).
Struktur umur penduduk Jambi masih didominasi oleh usia
produktif (15-64 tahun) dengan jumlah mencapai 2,4587 juta jiwa (69,14
persen). Jauh melampaui jumlah penduduk usia muda (0-14 tahun) sebanyak
906,9 ribu jiwa dan penduduk lanjut usia (65 tahun ke atas) sebanyak 200,6
ribu jiwa.
Rasio ketergantungan mencapai angka 45, yang bermakna bahwa
setiap 100 penduduk usia produktif akan menanggung 45 penduduk usia
nonproduktif. Rasio ketergantungan tahun 2019 merupakan yang terendah
selama ini, menandai kita sedang memasuki periode terbaik bonus demografi.
Rasio ketergantungan akan terus mencetak rekor terendah dan
setelahnya diproyeksikan terus naik. Selama periode 2019 hingga 2045,
struktur umur penduduk akan berubah. Jumlah penduduk usia 0-14 tahun
relatif stabil, tetapi cenderung turun sebagai konsekuensi penurunan angka
kelahiran (total fertility rate).
Penduduk usia produktif mencetak rekor tertinggi, dan setelahnya
diproyeksikan terus turun..Sebaliknya, jumlah warga lansia meningkat terus
sepanjang periode 2019-2045, sebagai konsekuensi membaiknya usia harapan
hidup.
Adapun proyeksi penduduk terbaru memperlihatkan puncak bonus
demografi terjadi lebih awal di tahun 2020-2023, bahkan dengan rasio
ketergantungan yang lebih rendah, sebesar 45.
2. Tantangan Kependudukan dan Revolusi Industri 4.0
Data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS pada
Agustus 2018 menunjukkan terdapat 1.790.437 penduduk Jambi adalah
angkatan kerja, jumlahnya bertambah 65,8 ribu orang dari Agustus 2017.
Sejalan dengan itu, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga
meningkat 3,82 poin. Dalam setahun terakhir, pengangguran bertambah 2,28
ribu orang, meskipun TPT turun sebesar 0,01 poin. Dilihat dari tingkat
pendidikan, TPT untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebesar 7,75
persen, masih mendominasi diantara tingkat pendidikan lainnya. Penduduk
yang bekerja sebanyak 1.721,36 ribu orang, bertambah 63,54 ribu orang dari
Agustus 2017. Sektor-sektor yang mengalami peningkatan persentase
penduduk yang bekerja terutama pada sektor perdagangan (0,73 poin), sektor
pertambangan (0,5 poin) dan jasa perusahaan (0,38 poin). Sementara itu,
sektor-sektor yang mengalami penurunan adalah sektor pertanian (1,21 poin),
sektor transportasi (0,35 poin), sektor akomodasi & penyediaan makan minum
(0,17 poin). Sebanyak 961,765 ribu orang (55,87 persen) penduduk Jambi
bekerja di kegiatan informal, akan tetapi persentasenya menurun sebesar 2,66
poin dibanding Agustus 2017. Jika ingin pekerja kita bekerja lebih layak dan
sejahtera, proporsi pekerja di sektor formal harus ditingkatkan. Caranya dengan
memperbaiki daya saing sehingga mampu mendorong peningkatan investasi di
sektor formal.
Berdasarkan Indeks Daya Saing Global 2017-2018 (WEF: Global
Competitiveness Report 2017-2018), Indonesia terus mengalami kenaikan
peringkat daya saing global, dari peringkat ke-50 (2013) menjadi ke-36 (2018).
Namun, peringkat daya saing kita akan naik lebih cepat jika kita mampu
memperbaiki daya saing di pilar pendidikan, kesehatan, dan kesiapan
teknologi.
Menurut Forum Ekonomi Dunia (WEF), daya saing suatu negara
ditentukan oleh tiga pendorong utama, yaitu dorongan faktor produksi (factor-
driven), dorongan efisiensi (efficiency-driven), dan dorongan inovasi
(innovation-driven).
Kebijakan pemerintah membangun infrastruktur fisik dan
memperbaiki tata kelola pemerintahan selama empat tahun terakhir berdampak
positif terhadap peningkatan daya saing yang bersifat factor-driven. Jumlah
penduduk yang besar dengan daya beli yang terus meningkat menjadikan
Indonesia memiliki modal daya saing dari sisi efficiency-driven.
Di era Revolusi Industri 4.0, daya saing sangat ditentukan bukan
hanya oleh factor and efficiency-driven, melainkan juga kemampuan inovasi
(innovation-driven). Revolusi Industri 4.0 dipicu oleh revolusi digital dan
teknologi informasi yang berkembang sejak awal 2000. Memudahkan orang
untuk mengakses informasi dan pengetahuan, mempromosikan produknya, dan
melakukan ekspansi pasar.
Namun, Revolusi Industri 4.0 juga menciptakan tantangan di era
bonus demografi karena ancaman untuk terjadinya pemutusan hubungan kerja
(PHK) di industri juga meningkat. Pekerja dituntut memiliki kompetensi kerja
yang tinggi atau akan tersisih. Tantangan ini berpotensi menjadi ancaman bagi
bonus demografi jika kita tidak segera membangun SDM dengan kompetensi
inovasi.
Inovasi bersumber dari pengetahuan baru dan lulusan terlatih yang
dihasilkan sekolah dan universitas. Namun, WEF menjelaskan bahwa sebagian
besar sistem pendidikan saat ini masih mengacu pada model yang
dikembangkan seabad lalu. Pemerintah perlu segera menyempurnakan sistem
pendidikan, ekosistem inovasi melalui sistem dan lingkungan yang mendukung
berkembangnya inovasi.
Sistem pendidikan harus menghasilkan manusia unggul yang
berkarakter, inovatif, dan berbakat tinggi. Pendidikan tidak sekadar
mengajarkan siswanya agar lulus ujian. Pendidikan harus mendidik siswa
untuk mampu memecahkan masalah, mengambil keputusan, berpikir kritis dan
kreatif, memiliki kecerdasan emosi, dan mampu menjadi pribadi berkarakter
lifelong learning.
3. Dibidang kesehatan
Tokoh kesehatan yang juga mantan Plt Direktur Rumah Sakit
Umum Abdul Manaf Jambi dr. H. Maulana, MKM dalam acara peringatan hari
kontrasepsi sedunia (26/9) di Bagan Pete kemarin mengatakan dewasa ini ada 4
(empat) tantangan pembangunan kesehatan daerah perkotaan.
Keempat masalah tersebut menurutnya merupakan faktor yang melahirkan
permasalah kesehatan di kota Jambi dan daerah perkotaan lainnya di Indonesia.
"Tantangan kesehatan di kota itu dapat berbentuk masalah urbanisasi yang
tinggi, tingkat polusi yang kian bertambah, masalah ketersediaan air minum
dan sanitasi hingga perubahan gaya hidup masyarakat," katanya. Keempat
masalah tersebut menurut sesepuh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) kota Jambi
tersebut menjadi ancaman bidang kesehatan di kota Jambi, seperti masalah
urbanisasi yang tinggi "Usia produktif yang besar seharusnya memberikan
kontribusi pada pembangunan, namun untuk daerah perkotaan justru ini
menjadi ancaman apabila derajat kesehatan mereka terganggu, apalagi jika di
ikuti dengan pola hidup yang tidak sehat dari kaum urban tersebut," jelasnya.
Bahkan, dalam berbagai kasus urbanisasi ini memiliki korelasi yang erat
dengan penyebaran penyakit menular atau tidak menular di provinsi Jambi.
Selanjutnya suami dari dr. Hj. Nadiyah, SPOG ini mengatakan
pencegahan penyakit menular dan tidak menular sangat tergantung dari
perilaku individu yang di dukung kualitas lingkungan, ketersediaan sarana
prasarana layanan kesehatan, inilah yang menyebabkan urbanisasi membuat
kita terkadang kurang siap memberi layanan kesehatan. Sehingga untuk
mengantisipasi hal ini dr. Maulana mengatakan salah satu solusi yang bisa
dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menciptakan sumber
daya kesehatan yang berkualitas baik secara manusia dan sarana prasarana di
kota Jambi. "Sehingga berapun tingkat urbanisasi di Kota Jambi bisa kita
antisipasi di bidang kesehatan," pungkasnya.
D. Solusi
1. Melakukan pembinaan sosialisasi untuk tidak melakukan buang air besar
sembarangan di atas sungai maupun di atas Danau
Pemerintah Kota Jambi agar membuatkan pipa komunal kepada masyarakat-
masyarakat yang belum memiliki WC permanen
2. Melakukan denda kepada masyarakat yang membuang sampah di dalam aliran
sungai ataupun di dalam saluran-saluran air Drainase.
3. Melakukan kegiatan bersepeda sebagai alternatif transportasi sehat
Sumber:
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/30432/06_BAB
%20II.pdf?sequence=6&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai