Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS RENCANA PEMBANGUNAN

JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI


LAMPUNG TERHADAP RENCANA
STRATEGIS PROVINSI LAMPUNG DAN
KOTA METRO TERKAIT PROGRAM GIZI
MUHAMMAD AZZIBAGINDA GANIE
LATAR BELAKANG
Status gizi balita sangat pendek dan pendek (Stunting) merupakan kondisi
RPJMD Provinsi Lampung gangguan pertumbuhan fisik dan otak pada anak. Prevalensi stunting di Provinsi
Lampung berdasarkan Riskesdas 2013 dan 2018 cenderung menurun dari 42,6
% di tahun 2013 menjadi 27,3 % di tahun 2018, begitu juga dengan angka
nasional yang turun dari angka 37,2 % di tahun 2013 menjadi 30,8 % di tahun
2018.

Memperhatikan dan bersinergi dengan dokumen perencanaan sektoral lainnya,


RPJMD KOTA METRO salah satunya RPJMD provinsi lampung, Rencana Pembangunan Industri Kota,
RAD Pangan dan Gizi, Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah serta
RPJMD Kabupaten yang berbatasan langsung denga wilayah Kota Metro.

Pencegahan stunting penting dilakukan agar tidak terjadi lost generation dan menjadi tanggung jawab semua pihak
baik pemerintah, swasta dan masyarakat.
HAL YANG DIBAHAS PADA RPJMD DAN
RENSTRA PROV LAMPUNG DAN KOTA
METRO
1. Penurunan dan pencegahan stunting
2. Ibu hamil KEK
3. Gizi buruk
4. Obesitas pada usia diatas 18 tahun
5. Anemia pada remaja
Intervensi stunting, khususnya di Provinsi Lampung dilaksanakan sejak tahun
2018 dengan tiga kabupaten prioritas, yaitu: Kabupaten Lampung Selatan,
Lampung Tengah dan Lampung Timur. Kemudian di tahun 2019 ini terdapat
penambahan lokus Kabupaten Tanggamus, dan tahun 2020 nanti ada perluasan PROV LAMPUNG
lokus kembali dengan penambahan Kabupaten Lampung Utara dan Pesawaran,
sehingga kabupaten prioritas stunting di Provinsi Lampung tahun 2020 sebanyak
6 kabupaten.

Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan dengan indikator 100% tiap
tahunnya Untuk kasus gizi buruk, pada tahun 2020 tidak ditemukan kasus balita
gizi buruk. Sejak tahun 2016 sampai 2020, di Kota Metro juga tidak ditemukan KOTA METRO
kasus anak terkena penyakit polio. Sedangkan kasus diare, tren cenderung
menurun sejalan dengan semakin membaiknya sanitasi di Kota Metro. Bahkan
pada tahun 2019 lalu, Kota Metro mendeklrasikan ODF.
ISI
Intervensi stunting dilaksanakan sejak tahun 2018 dengan tiga kabupaten prioritas, yaitu: Kabupaten
Lampung Selatan, Lampung Tengah dan Lampung Timur. Kemudian di tahun 2019 ini terdapat
penambahan lokus Kabupaten Tanggamus, dan tahun 2020 nanti ada perluasan lokus kembali dengan
penambahan Kabupaten Lampung Utara dan Pesawaran, sehingga kabupaten prioritas stunting di Provinsi
Lampung tahun 2020 sebanyak 6 kabupaten.

CAPAIAN INDIKATOR RPJMD


KOTA METRO Pemenuhan Gizi Masyarakat untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan,
sampai dengan saat ini masyarakat Kota Metro masih mengandalkan pada
pasokan yang berasal dari daerah lain yang berada di sekitarnya

Kota Metro masih memiliki kawasan yang telah ditetapkan melalui Peraturan Daerah sebagai Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (LP2B) ketersediaan dan akses terhadap bahan pangan memiliki peranan yang sangat penting khususnya
dalam menjaga kualitas sumber daya manusia.
Dalam RPJMD Provinsi Lampung juga membahas terkait integrase Sustainable
Development Goals (SDGS) dengan RPJMD Provinsi Lampung berupa:

◦ Tujuan SDGS: Menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta
meningkatkan pertanian berkelanjutan
Indikator SDGS: Menurunnya prevalensi kekurangan gizi dan Meningkatnya kualitas konsumsi pangan
yang diindikasikan oleh skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Indikator RPJMD: Prevalensi Balita Gizi Kurang , Skor Pola Pangan Harapan, ketersediaan pangan utama,
Penguatan Cadangan Pangan
◦ Tujuan SDGS: Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan
Indikator SDGS: Pola Konsumsi
Indikator RPJMD: Pengeluaran konsumsi perkapita
Dalam RPJMD juga membahas terkait masalah kesehatan terlebih sektor gizi
dan pangan yaitu masalah gizi balita yang masih sangat kompleks. Tidak
hanya masalah gizi buruk dan gizi kurang, stunting (pendek) merupakan
masalah banyak terjadi , hal ini disebabkan oleh kurangnya asupan bergizi,
kemiskinan dan pola asuh yang tidak tepat. Masih terdapat wilayah miskin
rawan pangan dan stunting. Masih tingginya harga komoditi pangan. Belum
optimalnya diversifikasi penganekaragaman konsumsi pangan yang berbasis
pangan lokal.
Sejalan dengan Visi Pembangunan Dalam RPJMD Provinsi Lampung
Kota Metro yaitu terwujudnya kota memiliki beberapa misi yang salah
metro berpendidikan, sehat, satunya pada misi 3 dengan agenda
Lampung Ramah Perempuan dan
sejahtera dan berbudaya dengan
Anak. Menjadikan Lampung sebagai
pokok pembahasan pada kata sehat Provinsi Ramah Perempuan dan Anak
yaitu Kota Metro Sehat diwujudkan (bersinergi dengan Pemerintah
dengan membangun masyarakat Kabupaten dan Kota) salah satu poinya
yang sehat secara jasmani, rohani yaitu memfasilitasi pemenuhan gizi
dan sehat secara sosial. yang baik bagi anak
KOMITMEN KOTA PEMERINTAH KOTA METRO PROGRAM KERJA PEMERINTAH KOTA METRO

◦ Meningkatkan derajat kesehatan 1. Peningkatan Cakupan Pelayanan Kesehatan


masyarakat, membangun perilaku pola 2. Peningkatan Kesehatan Ibu, Anak dan KB melalui JAMA-
hidup bersih dan sehat; serta peningkatan PAI(Jaringan Masyarakat Peduli Anak dan Ibu)
cakupan dan kualitas pelayanan 3. Perawatan lansia berbasis home care dan hospital base
kesehatan; 4. Peningkatan insentif kader poskeskel, posyandu, posbindu,
jumantik, PHBS, LBS, Kelas Ibu dan KB
◦ Meningkatkan sifat dan jiwa religius
5. Peningkatan insentif RT dan RW
masyarakat Kota Metro dalam kehidupan
6. Menggiatkan kembali sistem gotong-royong dan siskamling
sosial, ekonomi dan politik;
di masyarakat
◦ Peningkatan budaya gotong-royong dan 7. Meningkatkan insentif bagi pegiat keagamaan, seperti
kepedulian sosial masyarakat. kaum, guru ngaji, marbot, dan penggali kubur.
PEMBAHASAN
Masih rendahnya status gizi masyarakat yang ditandai
dengan tingginya angka stunting dan wasting. Renstra Kota Metro berpatokan pada RPJMD Kota
Metro, RPJMD dan Renstra Provinsi Lampung serta
Nasional. Dalam arah kebijakannya sesuai dengan
RPJMD Kota Metro terdapat program Peningkatan
Penyebab langsung masalah gizi pada anak termasuk stunting pelayanan kesehatan ibu dan anak disertai peningkatan
adalah rendahnya asupan gizi, adanya penyakit penyerta seperti gizi masyarakat melalui program JAMA PAI (Jaringan
kecacingan, diare. Masyarakat Peduli Anak Ibu)

Penurunan stunting menitikberatkan pada penanganan penyebab


masalah gizi
Penurunan stunting menitikberatkan pada penanganan penyebab masalah gizi:
1. faktor yang berhubungan dengan ketahanan pangan khususnya akses terhadap pangan bergizi,
2. lingkungan sosial yang terkait dengan praktik pemberian makanan bayi dan anak (pengasuhan),
3. akses terhadap pelayanan kesehatan untuk pencegahan dan pengobatan (kesehatan),
4. serta kesehatan lingkungan utamanya terkait dengan ketersediaan sarana air bersih dan sanitasi
(lingkungan).
Status gizi ibu hamil haruslah normal, karena ketika ibu hamil tersebut mengalami gizi kurang atau gizi
berlebih akan banyak komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan dan berdampak pada kesehatan
janin yang dikandungnya.
Salah satu permasalahan gizi ibu hamil adalah kekurangan energi kronik (KEK).
KONDISI IBU HAMIL KEK Kondisi ibu hamil KEK berisiko menurunkan kekuatan otot yang membantu
proses persalinan

Sehingga dapat mengakibatkan:


1. kematian janin (keguguran),
2. prematur,
3. lahir cacat,
4. bayi berat lahir rendah (BBLR)
5. kematian bayi.
6. Ibu hamil KEK dapat mengganggu tumbuh kembang janin yaitu pertumbuhan fisik (stunting),
perkembangan otak dan gangguan metabolisme yang cenderung beresiko menyebabkan penyakit tidak
menular di usia dewasa.
Prevalensi risiko KEK pada ibu hamil (15-49 tahun) masih cukup tinggi yaitu sebesar 21,3%. Prevalensi
tertinggi ditemukan pada usia (40-44 tahun) sebesar 63,6% dibandingkan dengan kelompok lain. Indikator
persentase ibu hamil KEK diharapkan turun sebesar 1,5% setiap tahunnya.

Ibu hamil dengan konsumsi asupan gizi yang rendah dan mengalami penyakit infeksi akan melahirkan bayi
dengan Berat Lahir Rendah (BBLR), dan/atau panjang badan bayi di bawah standar.
Asupan gizi yang baik tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga tetapi juga
dipengaruhi oleh pola asuh seperti:
1. pemberian kolostrum (ASI yang pertama kali keluar),
2. Inisiasi Menyusu Dini (IMD),
3. pemberian ASI eksklusif,
4. pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) secara tepat.
Obesitas juga mendapat perhatian dalam RPJMD dan Renstra Provinsi Lampung dan Kota metro dan telah
bersinergi dengan visi, misi, dan tujuan pembangunan kesehatan sebagaimana tertuang dalam Renstra
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Visi dan Misi Renstra Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tersebut sejalan dengan Visi dan Misi
Provinsi Lampung dan Kota metro dalam bidang kesehatan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
setingi-tingginya dengan melibatkan peran pemerintah pusat, pemerintah daerah (Provinsi & Kabupaten/
Kota) dan masyarakat.
KESIMPULAN

Pada RPJMD Provinsi Lampung dalam Renstra Dinkes Provinsi Lampung serta RPJMD Kota Metro dan
Renstra Dinkes Kota Metro terkait masalah gizi secara garis besar telah menjelaskan semua tentang arah
dan tujuan baik itu akar permasalahan, arah kebijakan dan juga target indikator keberhasilan. Dalam isi dan
pembahasannya juga telah berkesinambungan dengan visi presiden sampai tingkat kota.
Prevalensi stunting juga merupakan masalah utama yang dibahas terkait gizi pada renstra Dinkes Provinsi
Lampung maupun Kota Metro. Selain itu dibahas juga terkait status kesehatan KEK, anemia pada ibu
hamil serta balita wasting.

Anda mungkin juga menyukai