Anda di halaman 1dari 2

IDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN DI KABUPATEN CIANJUR

Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan


meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan diselenggarakan
dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata yang
merupakan upaya seluruh potensi, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah, yang diorganisir
oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasioanal (RPJMN) Bidang Kesehatan Tahun 2020-2024
yakni meningkatkan pelayanan kesehatan semesta dengan menetapkan lima fokus strategi
pembangunan kesehatan untuk 5 tahun kedepan yaitu Kesehatan Ibu dan Anak, kesehatan
reproduksi, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan penguatan sistem kesehatan serta
pengawasan obat dan makanan. Selain itu ada empat isu kesehatan yang harus diselesaikan saat ini
yaitu stunting, angka kematian ibu dan angka kematian bayi, perbaikan manajemen kesehatan
nasional, penguatan pelayanan kesehatan, obat serta kemandirian obat dan alat kesehatan.

Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur berupaya maksimal untuk melakukan penanganan stunting di
kabupaten Cianjur dengan mengarahkan dan membimbing secara langsung/tidak langsung proses
penanganan stunting yang dilakukan baik di tingkat kabupaten maupun di tingkat kecamatan/desa
hingga menyentuh langsung ke sasaran (convergensi), hampir semua desa lokus sudah
mengalokasikan anggaran APBDesnya untuk penanggulangan stunting. Hasil intervensi spesifik dan
sensitif yang sudah dilaksanakan di Kabupaten Cianjur Tahun 2020 dapat menurunkan prevalensi
stunting, meningkatkan cakupan masyarakat mendapatkan akses sanitasi, air besih yang layak dan
desa bebas buang air besar sembarangan atau desa SBS serta dapat meningkatakan cakupan hasil
kegiatan.

Prevalensi hasil bulan penimbangan balita tahun 2018 mengalami penurunan secara tajam di 2019
dimana pada tahun 2018 terdapat 33 desa yang prevalensinya diatas 20% dan di tahun 2019
menurun menjadi 2 desa yang prevalensinya diatas 20%, yaitu desa Majalaya kecamatan
Cikalongkulon dengan prevalesni 23,19% dan desa Ramasari kecamatan Haurwangi dengan
prevalensi 21,29%. Penurunan prevalensi stunting terjadi karena kemungkin kesalahan pengukuran
(penentuan status gizi anak) pada tahun 2018. Dan sudah dilaksanakan intervensi di desa lokus baik
intervensi spesifik maupun intervensi sensitive , Tahun 2020 terdapat 7 desa lokus baru dan 2 desa
lokus lama, sehingga total desa lokus stunting dari tahun 2018 – 2020 sebanyak 50 desa.

Dari 50 desa lokus stunting masih terdapat 14 desa yang belum mendapat akses sanitasi yang baik
dan belum menjadi desa SBS. Sanitasi berpengaruh besar terjadinya stunting sehingga perbaikan
sanitasi untuk dapat menurunkan prevalensi stunting. Untuk meningkatkan akses sanitasi dan
meningkatkan desa SBS diperlukan kerjasama dengan lintas sektor terutama dengan perkimtan
dalam pembangunan sarana sanitasi dan meningkatan promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat agar
dapat merubah perilaku masyarakat sehingga dapat terwujud desa SBS.

PROSES MEMBANGUN SISTEM KESEHATAN DAERAH UNTUK MASALAH KESEHATAN DI KABUPATEN


CIANJUR

Pelaksanaan kegiatan intervensi stunting menjadi tugas bersama dan dilaksanakan secara
berkesinambungan oleh stakeholder terkait dibidang kesehatan maupun lintas sektor:

1. Pendekatan intervensi stunting perlu dilaksanakan secara holistic integrative dan dimonitor
secara berkala;
2. Intervensi Stunting dilaksanakan mengacu pada kebijakan dan strategi program Indonesia
Sehat, dimana pencegahan stunting harus dimulai dari pelayanan antenatal yang sesuai
standar, pelayanan kesehatan balita sampai pelayanan kesehatan reproduktif sesuai
standar, dimana terdapat intervensi spesifik dan sensitif;
3. Perubahan perilaku Masyarakat dilakukan melalui Pendekatan Keluarga, sebagai upaya
pengawasan sampai tingkat keluarga terhadap permasalahan kesehatan termasuk
permasalahan stunting melalui Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku dalam pencegahan
dan penanggulangan stunting;
4. Melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, melibatkan lintas sektor dan masyarakat dalam
penanggulangan stunting;
5. Perlu Dilakukan monitoring dan evaluasi secara rutin terhadap program melalui pemantauan
wilayah setempat (PWS) KIA, Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG), SKDN
(pemantauan pertumbuhan balita), serta STBM (Sanitasi Terpadu Berbasis Masyarakat). Dari
hasil tersebut, dapat dilihat apakah pelaksanaan program sesuai dengan SOP;
6. Perlu peningkatan Upaya Promosi Kesehatan yang dilakukan oleh sektor kesehatan terkait
hal-hal: (Pemeriksaan kesehatan sesuai jadwal, termasuk deteksi dini terjadinya stunting,
asupan gizi seimbang termasuk IMD dan ASI Ekslusif, Pencegahan Penyakit,dll);
7. Peningkatan koordinasi dengan OPD lain di tingkat Kabupaten maupun tingkat
Kecamatan/Desa diperlukan dalam pengintegrasiaan program pencegahan terjadinya
stunting;
8. Peningkatan peran serta Kepala Desa , aparat desa lainnya, Kader dan Tokoh Masyarakat
untuk mendorong setiap ibu hamil, bayi dan balita untuk datang ke Posyandu dan
melakukan pemeriksaan kesehatan ke tenaga kesehatan/fasilitas kesehatan terdekat;
9. Perencanaan anggaran dimulai tingkat kabupaten melalui APBD II maupun DAK Non fisik,
hingga tingkat desa melalui Dana Desa untuk intervensi spesifik dan sensitive stunting yang
di dasarkan pada permasalahan spesifik lokal yang ada sehingga penanggulangan
stuntingdapat berjalan secara optimal.

Anda mungkin juga menyukai