OLEH: Kelompok 6 1. Ni Komang Sri Marisa Utami ( 1902561068) 2. I Dewa Agung Ayu Ari Shinta Dewi (2002561042) 3. Ida Ayu Ketut Pujayani Subawa (2002561063)
PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2022 A. Tujuan Analisis Situasi Stunting merupakan suatu keadaan balita yang memiliki panjang atau tinggi tubuh yang kurang jika dibandingkan dengan umurnya. Hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan yang dialami anak akibat dari gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikosoial yang tidak memadai baik itu sejak dalam kandungan maupun pada 1.000 HPK (hari pertama kelahiran). Adapun faktor penyebab dari stunting antara lain kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelumnya seperti ibu yang masih muda, dan intervensi yang diterima saat kehamilan atau setelah persalinan. Stunting ini masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia. Salah satu daerah yang terdapat kasusnya yaitu di Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah dengan prevalensi sebesar 32,9% pada tahun 2018. Dari latar belakang permasalahan tersebut maka disusun analisis situasi dengan tujuannya sebagai berikut: 1. Memahami masalah kesehatan secara jelas dan spesifik Masalah kesehatan yang dimaksud dalam hal ini adalah stunting oleh karena itu didalam analasis situasi ini dijelaskan berbagai faktor yang menjadi perhatian diantaranya yaitu: 2. Mempermudah penentuan prioritas dan mempermudah penentuan alternatif pemecahan masalah Menentukan permasalahan yang terjadi dengan menganalisis struktur wilayah, angka kemiskinan, jumlah penduduk, gambaran kualitas sumber daya, dan intervensi yang telah dilakukan sehingga dapat dijadikan upaya untuk mengambil tindakan yang tepat dalam menurunkan angka stunting. B. Hasil Analisis Situasi a. Gambaran geografis wilayah kabupaten grobogan Kabupaten Grobogan memiliki luas wilayah 1.975,86 Km2 dengan kondisi tanah berupa daerah pegunungan kapur, perbukitan dan dataran. Kabupaten Grobogan terdiri dari 19 kecamatan dan 280 desa/ kelurahan dengan jumlah penduduk sebanyak 1.351.429 orang pada tahun 2019. Pada tahun yang sama, diketahui sex ratio Kabupaten grobogan adalah 97,89 per 100 wanita, sehingga jumlah penduduk laki- laki lebih sedikit dari jumlah penduduk wanita. b. Gambaran kemiskinan Terdapat 5 indikator yang digunakan untuk menggambarkan kemiskinana di Kabupaten grobogan pada tahun 2019, yaitu a. Garis kemiskinan = Rp. 375.521/ kapita/ bulan b. Persentase penduduk miskin = 11,77% c. Jumlah penduduk miskin = 161.900 jiwa d. Indeks kedalaman kemiskinan (P1) = 0,90 e. Indeks keparahan kemiskinan (P2) = 0,13
Berdasarkan indek perkembangan kemiskinan dengan target RPJMD tahun 2015-
2019, Kabupaten Grobogan mengalami penurunan linear dari tahun sebelumnya menjadi 11,77 pada 2019. Namun, nilai tersebut masih diatas angka kemiskinan provinsi bahkan nasional. Hal tersebut membuat Kabupaten Grobogan menempati posisi ke-24 dan berada pada zona merah posisi kemiskinana se-Jawa Tengah. c. Gambaran Kualitas Sumber Daya Manusia IPM atau Indeks Pembangunan Manusia menjadi salah satu indikator yang peling diperhitungkan dalam mengukur keberhasilan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Adapun IPM memberikan informasi terkait pendapatan, kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Dasar yang membentuk IPM ini terdiri dari dimensi dasar meliputi umur dan hidup sehat, dimensi pengetahuan, dan standar hidup layak. Pada Kabupaten Grobogan sendiri di tahun 2015 hingga 2019 didapatkan perkembangan IPM yaitu
d. Analisis Situasi Stunting di Tingkat Kabupaten
Kasus stunting di Kabupaten Grobogan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018 terdapat kejadian stunting sebesar 32,9% sehingga menjadi salah satu prioritas tingkat nasional dan provinsi dalam penanganan stunting. Adapun sebaran kasus di tiap kecamatan sebagai berikut: e. Analisis Situasi Pelaksanaan Intervensi Spesifik Stunting di Kabupaten Grobogan Salah satu aspek yang paling penting untuk dipenuhi dalam penanganan stunting adalah pelaksanaan intervensi spesifik yang didalamnya terdapat tindakan-tindakan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) bayi, baik yang menyasar kepada ibu hamil maupun yang secara langsung menyasar kepada bayi. Intervensi spesifik adalah tindakan yang berorientasi pada penanganan jangka pendek, dimana hasilnya juga dapat dilihat secara langsung atau dalam jangka waktu yang pendek pula. Analisis situasi pelaksanaan intervensi spesifik dan sensitif penanganan stunting di Kabupaten Grobogan menyatakan bahwa masih terdapat beberapa faktor yang menjadi perhatian dan secara rinci dapat dilihat pada analisis berikut: i. Masih rendahnya Cakupan Intervensi Layanan Spesifik Kurangnya Ibu hamil dan remaja putri mendapat IFA (TTD) Kurangnya motivasi dan pengetahuan Ibu hamil maupun remaja putri di sekolah mengenai pentingnya tablet penambah darah (TTD) yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan janin. Kurangnya Kehadiran di posyandu Sulitnya meningkatkan kesadaran ibu membawa balitanya secara rutin ke posyandu. Rendahnya Ibu Hamil-K4 Masih rendahnya cakupan kelas ibu hamil K4 dikarenakan kurangnya motivasi dan pengetahuan, alasan kesibukan, maupun kurangnya dukungan dari keluarga. Rendahnya Bayi 0-11 bulan mendapat imunisasi lengkap Sulitnya meningkatkan kesadaran ibu membawa balitanya secara rutin ke posyandu. ii. Masih rendahnya Cakupan Intervensi Layanan Spesifik Rendahnya minat Keluarga yang mengikuti Bina Keluarga Balita Kurangnya motivasi dan pengetahuan orang tua tentang pentingnya mengikuti bina keluarga balita. Sedikit Rumah tangga yang menggunakan sanitasi layak Ketersediaan air bersih yang belum menjangkau seluruh desa, dikarenakan tidak semua wilayah memiliki potensi sumber air bersih. Rendahnya Cakupan orang tua yang mengikuti kelas parenting. Belum tersedianya kelas parenting iii. Faktor penghambat lainnya : Pemberian ASI eksklusif yang terhambat, terutama pada ibu bekerja; Kebiasaan ayah perokok yang sulit dirubah; Angka pernikahan dini cukup tinggi. Hal ini dikarenakan usia remaja secara psikologis belum matang, sehingga belum memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kehamilan dan pola asuh anak yang baik dan benar. Selain itu, organ reproduksinya belum terbentuk sempurna, yang mana berisiko tinggi mengganggu perkembangan janin dan menyebabkan keguguran. Tingginya jumlah anak putus sekolah di Kabupaten Grobogan sehingga mengakibatkan kurangnya pengetahuan. f. Upaya yang telah dilakukan Dalam rangka penurunan angka prevalensi stunting di Kabupaten Grobogan, Pemerintah telah melakukan berbagai upaya melalui program Perbaikan Gizi Masyarakat, baik melalui intervensi gizi spesifik maupun intervensi gizi sensitif, diantaranya sebagai berikut: i. Intervensi Gizi Spesifik Pemberian Makanan Tambahan bagi ibu hamil; Pemberian Tablet Tambah Darah (Ibu hamil dan remaja putri); Promosi dan konseling menyusui; Promosi dan konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) yang tepat, suplemen gizi makro (PMT), suplementasi kalsium, suplementasi vitamin A, suplementasi Zinc untuk diare, imunisasi, suplemen gizi mikro (taburia) dan pemberian obat cacing. ii. Intervensi Gizi Sensitif Program penyehatan lingkungan seperti penyediaan sarana air bersih dan sanitasi; Akses pelayanan Keluarga Berencana (KB), Akses jaminan kesehatan maupun akses bantuan uang tunai maupun bantuan pangan non tunai bagi keluarga miskin; Konseling perubahan perilaku bagi orang tua dan anak; Penyebarluasan informasi melalui berbagai media; Pembentukan Pekarangan Pangan Lestari. iii. Anggaran Berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Tahun 2020, belanja program untuk intervensi stunting spesifik baik yang bersumber dari APBN maupun APBD sudah cukup besar yaitu sebesar Rp30.481.134.000,-. Sedangkan untuk intervensi stunting sensitif baik yang bersumber dari APBN maupun APBD sebesar Rp. 37.954.623.000,-. Hal ini menunjukan komitmen pemerintah daerah dalam menanggulangi stunting di Kabupaten Grobogan. Masih tingginya kasus stunting di Kabupaten Grobogan, yang perlu dievaluasi mengenai sasaran dari program/kegiatan dimaksud serta sejauh mana program/kegiatan yang dilaksanakan berdampak dalam mengintervensi kasus stunting.
C. Manfaat Hasil Analisis Situasi
Dengan adanya hasil analisis situasi di atas, tentu ada banyak manfaat yang dapat diambil oleh masyarakat maupun stake holder yang ada di Kabupaten Grobogan diantaranya mendapatkan gambaran kondisi atau prevalensi stunting terbaru di kabupaten tersebut, dengan itu maka akan mendapatkan gambaran masalah terbaru serta para pemegang kebijakan dapat menentukan kebijakan dan program yang tepat. Dengan kebijakan atau program yang diusulkan diharapkan dapat memecahkan masalah tersebut sehingga setidaknya kejadian stunting dapat ditekan melalui mengintervensi beberapa penyebabnya. DAFTAR PUSTAKA Bappeda Kabupaten Grobogan. (2020). Hasil Analisa Situasi Prevalensi Stunting di Kabupaten Grobogan.