Anda di halaman 1dari 3

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

GERAKAN PENCEGAHAN STUNTING DI BUMI BAREH SOLOK


IKATAN DOKTER INDONESIA
TAHUN 2019

I. Pendahuluan
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak usia di bawah lima tahun
(balita) akibat kekurangan gizi kronis, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial
yang tidak memadai terutama dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu
dari janin hingga anak berusia dua tahun. Anak tergolong stunting apabila panjang
atau tinggi badannya berada di bawah minus dua standar deviasi panjang atau tinggi
anak seumurnya (Kementerian Kesehatan, 2018).

Stunting dan kekurangan gizi lainnya yang terjadi pada 1.000 HPK, disamping
berisiko menghambat pertumbuhan fisik dan rentan terhadap penyakit, juga
menghambat perkembangan kognitif yang akan berpengaruh pada tingkat
kecerdasan dan produktivitas anak di masa depan. Kondisi ini diperkirakan dapat
menurunkan Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar 3 persen per tahun (World Bank,
2014).

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, 37,2% atau sekitar 9 juta
balita menderita stunting. Sebanyak 228 kabupaten/kota mempunyai prevalensi
stunting di atas 40 (tergolong sangat tinggi). 190 kabupaten/kota mempunyai
prevalensi stunting antara 30-40 % (tergolong tinggi). Hanya 8 kabupaten/kota
(1,6%) yang mempunyai prevalensi stunting di bawah 20%, (tergolong sedang dan
rendah).

Lima Pilar yang menjadi dasar Strategi Nasional Percepatan Pencegahan


Stunting, yaitu: (1) Komitmen dan Visi Kepemimpinan; (2) Kampanye Nasional dan
Komunikasi Perubahan Perilaku; (3) Konvergensi, Koordinasi, dan Konsolidasi
Program Pusat, Daerah, dan Desa; (4) Gizi dan Ketahanan Pangan; dan (5)
Pemantauan dan Evaluasi. Strategi ini diselenggarakan di semua tingkatan
pemerintah dan melibatkan berbagai institusi pemerintah terkait dan institusi
nonpemerintah, seperti swasta, masyarakat madani, dan komunitas.

Upaya pencegahan dan penurunan angka stunting tidak dapat dilakukan


hanya oleh sektor kesehatan, tetapi dengan melibatkan lintas sektor dan tentunya
dari dalam keluarga itu sendiri oleh karena itu IDI bersama dengan ICMI dan lintas
sektor lainnya bersinergi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan Stunting
dengan tema “GERAKAN PENCEGAHAN STUNTING DI BUMI BAREH SOLOK “
dengan lokus di Kecamatan Junjuang sirieh,wilayah kerja Puskesmas Paninggahan

II. Tujuan umum dan tujuan khusus


A.Tujuan Umum
a.Membantu memberikan masukan secara profesional dalam merumuskan
kebijakan program percepatan pencegahan dan penanggulangan stunting di
Kabupaten Solok

b. memberikan pengetahuan dan informasi kepada masyarakat tentang situasi,


kondisi, penyebab, dan dampak stunting bagi anak

B.Tujuan Khusus
a.Pelaksanaan kampanye publik dan komunikasi dalam meningkatkan kesadaran
publik dan perubahan perilaku masyarakat dalam penurunan stunting di kabupaten
Solok

b. Rencana kegiatan intervensi gizi terintegrasi penurunan stunting dengan lintas


sektor dan.Pelaksanaan intervensi gizi prioritas termasuk dalam mengoptimalkan
sumber daya alam yang ada di kabupaten Solok.

III Kegiatan pokok dan rincian kegiatan


a.Sosialisasi kegiatan dalam tahapan pemberdayaan masyarakat serta Penyebaran informasi
konvergensi pencegahan stunting yang berfungsi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran
masyarakat

b.Kampanyepencegahan stunting dengan tema “GERAKAN PENCEGAHAN STUNTING DIBUMI


BAREH SOLOK “
c.Himbauan kepada masyarakat tentang pemanfaatan sumber gizi Lokal sebagai sumber protein
yang tinggi “BILIH SINGKARAK “ (sudah dilakukan penelitian oleh mahasiswa Unand dan bahkan
sudah di buat syrup dari bilih tsb)

IV.Sasaran
1.Seluruh masyarakat yang ada di wilayah kerja kecamatan junjuang sirieh

V.Jadwal pelaksanaan kegiatan


Kegiatan ini dilaksanakan tahun 2019, Bertempat Wilayah kerja Puskesmas
Paninggahan Kabupaten Solok yang dilaksanakan pada
hari...........tanggal....................2019 di.......................

VII.Penutup
Saat ini,kabupaten Solok merupakan salah satu Kabupaten . dengan prevalensi
stunting yang cukup tinggi. Situasi ini jika tidak diatasi dapat mempengaruhi kinerja
pembangunan Kabupaten Solok baik yang menyangkut pertumbuhan ekonomi,
kemiskinan dan ketimpangan.

Penanganan stunting perlu koordinasi antar sektor dan melibatkan berbagai


pemangku kepentingan seperti Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Dunia
Usaha, Masyarakat Umum,Organisasi profesi dan lainnya. IDI berkomitmen untuk
membantu upaya penanganan stunting agar penurunan prevalensi stunting dapat
dipercepat di kabupaten Solok.

Anda mungkin juga menyukai