Anda di halaman 1dari 17

TUGAS DEMOGRAFI 3

Dosen : Dr. Tantan Hermansah, S. Ag., M.Si.

Disusun Oleh :
Hana Fairuz 11180540000026 (PMI 5A)
Ishmah Alya Diska 11180540000047 (PMI 5B)

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


1. Problem Demografi di Kota Semarang
Kota Semarang pada tahun 2018 masih memiliki beberapa masalah yang masih
dihadapi. Seperti misalnya persentase angka buta huruf perempuan yang lebih tinggi
dibanding laki-laki, persentase penduduk perempuan yang tidak/belum pernah sekolah lebih
tinggi dibanding laki-laki, serta keterlibatan perempuan di dunia kerja. Sebagai bagian dari
daerah otonom, sebagian besar proses pembangunan berada di tangan pemerintahan Kota
Semarang. Untuk itu diperlukan kebijakan, perencanaan dan program yang berperspektif
gender untuk mencapai hasil pembangunan yang adil dan efektif. Kota Semarang dalam
beberapa tahun ke belakang, memang cukup menggeliat dan menjadi magnet bagi para
pendatang. Tidak heran, jika semakin lama Kota Semarang terus padat penduduknya.
Kepala BPS Kota Semarang Erisman mengatakan faktor penarik bagi para pendatang ke
kota ATLAS ini memang cukup besar, terutama dari segi fasilitas perkotaannya dan juga
upah pekerja yang cukup tinggi dibanding kota lainnya di Jawa Tengah. Sehingga, setiap
tahun terjadi urbanisasi atau perpindahan penduduk ke Kota Semarang. Bahkan, jelas
Erisman, ada tiga wilayah di Kota Semarang yang jumlah penduduknya cukup besar
dibanding kecamatan lainnya. Yakni Kecamatan Tembalang, Pedurungan dan Semarang
Barat.
Menurutnya, dengan kondisi jumlah penduduk yang cukup besar di Kota Semarang akan
menjadi nilai tambah dalam menggerakkan roda perekonomian. Terlebih lagi, sebagian besar
tulang punggung perekonomian di Kota Semarang masih ditopang sektor industri dan
kemudian berikutnya adalah perdagangan.
“Pertumbuhan penduduk secara umum, itu cukup pesat. Pertumbuhannya cukup tinggi
dalam 10 tahun terakhir ini. Jadi, kalau lihat angka proyeksi dulu mungkin Kabupaten Brebes
jumlah penduduknya terbanyak. Nah, mulai 2019 jumlah penduduk terbanyak ini adalah
Kota Semarang. Bisa mencapai 1,8 jutaan lebih. Faktor yang memengaruhinya mungkin
bukan karena fertilitas, tetapi migrasi atau penduduk yang datang cukup besar,” kata
Erisman.

2. Tingkat kota
a) Mortalitas / kematian

2
Tahun 2018 angka CDR Kota Semarang sebesar 3,20 yang artinya setiap 1.000
penduduk selama setahun jumlah penduduknya berkurang karena meninggal sebanyak 3
orang. Dengan demikian selisih dari keduanya adalah 22,39 atau jika dibulatkan menjadi
22 orang per seribu bila dinyatakan dalam persen sebesar 2,24 persen merupakan angka
pertumbuhan penduduk alamiah atau Rate of natural increase (RNI).

1. Kematian Ibu Maternal


Angka kematian ibu (AKI) menjadi indikator penting dari derajat kesehatan
masyarakat. Berdasarkan laporan puskesmas, kematian ibu maternal di kota
Semarang pada tahun 2016 sebanyak 32 kasus dari 26.337 kelahiran hidup atau
sekitar 121,5 per 100.000 KH. Pada tahun 2015 122,25 per 100.000 KH pada tahun
2014. Jika dilihat, ada penurunan kasus menjadi 32 kasus di tahun 2016. Di antara
penyebab kematian ibu adalah karena penyakit (51%) antara lain : tumor otak, kanker
tulang, kanker getah bening, PJB, TB, kanker mamae dan AIDS. Penyebab lainnya
adalah karena PEB (21%), pendarahan (12%), lain-lain (9,4%) dan sepsis (6%).

2. Kematian Bayi dan Balita


Berdasarkan hasil laporan sarana kegiatan pelayanan kesehatan tahun 2016
jumlah kematian bayi terjadi sebanyak 201 dari 26.337 kelahiran hidup, sehingga
mendapatkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 7,63 per 1.000 KH. Angka
kematian balita (AKABA) adalah jumlah yang meninggal sebelum usia 5 tahun. Pada
tahun 2016 adalah sebanyak 232 kasus dari 26.337 kelahiran hidup. Sehingga
AKABA kota Semarang sebesar 8,81 per 1.000. Kelahiran hidup menurun
sebelumnya sebesar 10,4 per 1.000 KH.

b) Fertilitas/Kelahiran
Tahun 2018 angka CBR Kota Semarang mencapai angka 27,77 yang berarti setiap
1.000 penduduk jumlahnya bertambah karena kelahiran sebanyak 27,77 atau kalau
dibulatkan adalah 28 orang. Nilai CBR semestinya menjadi perhatian khusus, terutama
dalam hal pengendalian pertumbuhan penduduk, serta dari aspek peningkatan kualitas
penduduk terutama sektor kesehatan dan pendidikan.

3
Jumlah Kelahiran dan Kematian
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2018

Sumber: Dinas Pendudukan dan Catatan Sipil Kota Semarang, 2018.

c) Migrasi
Selama tahun 2018 jumlah pendatang kota semarang tercatat 1.703 orang yang terdiri
dari 784 orang laki laki dan 919 orang perempuan. Sedangkan jumlah penduduk yang
pindah keluar kota Semarang ada sejumlah 12.839 orang yang terdiri dari 6.357 orang
laki laki dan 6.482 orang perempuan.

CBR, CDR, Tingkat Migrasi masuk dan Migrasi keluar


Tahun 2018 Kota Semarang

4
Sumber: Dinas Pendudukan dan Catatan Sipil Kota Semarang, 2018

3. Titik tekan atau lokus


a) Komposisi, distribusi penduduk
 Jumlah Penduduk
Berdasarkan proyeksi penduduk hasil Sensus Penduduk 2010 (SP2010), jumlah
penduduk Kota Semarang pada tahun 2019 tercatat sebesar 1.814.110 jiwa. Penduduk
tersebut mendiami wilayah seluas 373,70 km2 sehingga rata-rata kepadatan penduduk
Kota Semarang adalah 4.854,46 jiwa per km 2. Penduduk Kota Semarang pada lima
tahun terakhir menunjukkan tren meningkat. Walaupun jumlah penduduk meningkat
selama kurun waktu tersebut secara nominal, laju pertumbuhan penduduk dapat
dikatakan mengalami perlambatan dari tahun 2015 sebesar 1,68 persen menjadi 1,57
persen pada 2019.
Sebagai daerah tujuan urbanisasi, dimana daya tarik ketersedian lapangan usaha
(terutama sektor manufacture) yang cukup besar, wajar saja apabila laju pertumbuhan
penduduk Kota Semarang relatif lebih besar dibandingkan kabupaten lain di

5
sekitarnya. Jumlah penduduk yang besar dan berkualitas adalah aset yang sangat
bermanfaat dalam perekonomian. Dan upaya pengendalian jumlah penduduk
hendaknya terus diupayakan dalam rangka menciptakan tatanan keluarga kecil yang
sehat dan berkualitas.
Piramida penduduk menunjukkan distribusi penduduk menurut umur dan jenis
kelamin, serta tingkat perkembangan penduduk pada setiap kelompok umur yang
berbeda. Komposisi penduduk Kota Semarang menurut struktur umur dan jenis
kelamin digambarkan dengan oleh piramida penduduk berikut ini :
Piramida Penduduk Kota Semarang Tahun 2019

Sumber: Pubikasi Kota Semarang Dalam Angka 2020 bersumber dari Proyeksi
Penduduk Hasil SP2010 (Sensus Penduduk) 2010

Secara umum, dari gambaran piramida penduduk Kota Semarang menunjukkan


bahwa komposisi penduduk muda (usia 0-15 tahun) semakin sedikit, selanjutnya
grafik menunjukkan cembung di tengah, hal ini memperlihatkan bahwa derajat
kesehatan penduduk usia produktif yang lahir sekitar 20 tahun yang lalu semakin baik
sehingga mampu bertahan hidup hingga saat ini, sedangkan penduduk usia 60 ke atas
ditunjukkan dengan grafik mengerucut. Dapat diamati pula dari struktur piramida
penduduk Kota Semarang tahun 2019, bahwa penduduk usia produktif, khususnya

6
usia 20-24 tahun merupakan komposisi terbesar dalam menyusun piramida penduduk
Kota Semarang tahun 2019.
Informasi penting lainnya yang dapat diperoleh dari priramida penduduk adalah
angka beban ketergantungan (Dependency Ratio). Angka beban ketergantungan
menunjukkan seberapa jauh penduduk yang berusia produktif atau aktif secara
ekonomi harus menanggung penduduk yang belum produktif dan pasca produktif.
Angka beban ketergantungan merupakan perbandingan antara penduduk yang belum
atau tidak produktif (usia 0-14 tahun dan usia 65 tahun ke atas) dibanding dengan
penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun). Angka beban ketergantungan Kota
Semarang pada tahun 2019 sebesar 37,04 persen, sedangkan angka ketergantungan
penduduk muda sebesar 29,20 persen dan angka ketergantungan penduduk tua
sebesar 7,83 persen.

Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk, dan Kepadatan Penduduk


Tahun 2010, 2015 dan 2019 di Kota Semarang

7
8
b) Sarana dan fasilitas kesehatan
 Sarana Kesehatan
Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat perlu
didukung oleh adanya sarana kesehatan yang memadai dan memiliki kualitas
pelayanan yang baik. Sarana kesehatan dasar yang ada di Kota Semarang pada tahun
2016 terdiri dari :

9
Sumber: Bidang Pelayanan Kesehatan DKK Semarang

Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat, telah


terdapat beberapa sarana pelayanan kesehatan yang telah dilengkapi oleh fasilitas
laboratorium kesehatan dan 4 (empat) spesialis dasar. Kondisi yang ada di Kota
Semarang pada tahun 2016, diketahui bahwa sarana kesehatan yang memiliki
laboratorium kesehatan sebanyak 59 buah (100%) dan yang memberikan pelayanan 4
spesialis dasar sebesar 15 buah (93,75%). Sarana kesehatan tersebut terdiri dari : 16
Rumah Sakit Umum dengan fasilitas laboratorium kesehatan dan 4 spesialis dasar; 5
buah Rumah Sakit Khusus yang memiliki laboratorium kesehatan, 1 Rumah Sakit
Jiwa, serta 37 puskesmas se-Kota Semarang telah seluruhnya dilengkapi oleh fasilitas
laboratorium kesehatan sederhana.

10
Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses oleh
masyarakat di Kota Semarang pada tahun 2016 sebanyak 37 sarana kesehatan (100%)
yaitu 18 Rumah Sakit Umum (100%), 1 RS Jiwa (100%), 7 RS Khusus (87,5%) dan
11 puskesmas perawatan (100%).
Desa Siaga, merupakan desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya
dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan secara mandiri. Sebuah desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa
tersebut telah memiliki minimal sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Jumlah
desa/kelurahan siaga yang ada di Kota Semarang Tahun 2016 sebanyak 177
Kelurahan, artinya semua kelurahan di Kota Semarang telah menjadi kelurahan siaga.

Kondisi bangunan & sarana pendukung puskesmas


Kota Semarang tahun 2016.

Sumber: Data Dasar Puskesmas

Jumlah Desa/Kelurahan Yang Memiliki Sarana Kesehatan Menurut


Kecamatan, 2018-2019

11
12
13
14
 Jaminan Kesehatan
Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar
iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Iuran jaminan kesehatan ada yang
dibayarkan oleh pemerintah seperti BPJS PBI dan Jamkesda ada yang dibayarkan
secara mandiri (BPJS non PBI dan Asuransi swasta), dan ada pula yang dibayarkan
oleh perusahaan/kantor.
Di tahun 2018 penerima bantuan berupa BPJS PBI (Penerima Bantuan Iuran)
sekitar 22,21 persen penduduk laki laki dan 22,18 persen penduduk perempuan.
Sedangkan penerima Jaminan kesehatan Daerah (Jamskesda) sekitar 11,23 persen
bagi penduduk laki laki dan 10,99 bagi penduduk perempuan.
Peserta jaminan kesehatan mandiri berupa BPJS non PBI ada sekitar 41,41
persen untuk laki laki dan 44,16 persen untuk perempuan. Sedangkan pemilik
jaminan kesehatan berupa asuransi swasta untuk laki laki ada sekitar 3,19 persen dan
perempuan sekitar 2,36 persen.
Penerima jaminan kesehatan dari perusahaan/kantor sekitar 6,70 persen untuk
laki laki dan 6,50 persen untuk perempuan. Sedangkan penduduk yang tidak memiliki
jaminan kesehatan sekitar 22,37 untuk laki laki dan 20,87 untuk perempuan.

Persentase Penduduk menurut Jaminan Kesehatan


yang Dimiliki Tahun 2018

15
Sumber : Susenas 2018

 Fasilitas kesehatan selama pandemi Covid-19


Fasilitas kesehatan di Kota Semarang selama pandemi COVID-19 tetap berjalan
optimal dan segala upaya telah dilakukan untuk mendukung hal tersebut mulai dari
tes swab bagi para tim medis hingga pelayanan secara online melalui Mobile JKN.
Kepala Dinas Kota Semarang Mochammad Abdul Hakam mengatakan bersama BPJS
Kesehatan Kota Semarang, pemerintah terus memberikan dukungan pelayanan
kesehatan bagi peserta JKN-KIS dan masyarakat umum dengan pemberian masker,
alat pelindung diri, sampai dengan melakukan tes swab massal.
 Dinas Kesehatan Kota Semarang juga telah melakukan koordinasi dengan BPJS
Kesehatan Cabang Semarang untuk mempermudah alur pelayanan konsultasi dokter
bagi pelayanan pasien non gawat darurat baik melalui Mobile JKN, telepon, Video
Call, maupun whatsapp yang menggunakan nomor hp dokter di fasilitas kesehatan.
Selain itu, telah dilaksanakan pula sistem peresepan obat secara online baik
kepada peserta JKN-KIS maupun pasien umum, BUMOKSI sebagai salah satu
pelayanan home care apabila pasien tidak bisa datang ke faskes maka ambulan motor
yang akan datang kerumah rumah. Serta adanya aplikasi PUSTAKA atau Puskesmas
Tanpa Antrian di seluruh Puskesmas di Kota Semarang. Aplikasi tersebut menjadi
andalan Dinas Kesehatan Kota Semarang, pasien akan diatur jam kedatangannya
berbanding dengan ketersediaan dokter dan jam pelayanan dokter dengan estimasi
pemeriksaan setiap pasien kurang lebih dalam 1 jam 10 pasien.
Pemkot Semarang juga memiliki Klinik Febris yang dibentuk pada akhir Maret
2020, sehingga semua masyarakat yang datang ke Puskesmas dalam kondisi demam
dilaksanakan pemisahan pelayanan dengan pasien tanpa gejala demam dengan
harapan apabila ternyata pasien dengan gejala demam tersebut ternyata positif
COVID-19 di kemudian hari dapat diputus mata rantai penyebarannya lebih awal.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. www.dinkes.semarangkota.go.id
2. Dian Eka, Retno. 2020. Profil Gender Kota Semarang Tahun 2018. Semarang: Badan
Pusat Statistik Kota Semarang.
3. Badan Pusat Statistik Kota Semarang. 2018. Publikasi Indeks Pembangunan Manusia
Kota Semarang 2018. Semarang: BPS Kota Semarang.
4. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. 2018. Konsep Indeks Pembangunan
Manusia.https://jateng.bps.go.id/subject/26/indekspembangunanmanusia.html#subjek
ViewTab1. (06 Mei 2020).
5. Badan Pusat Statistik Kota Semarang. 2020. Indeks Pembangunan Manusia Kota
Semarang 2019. Semarang: BPS Kota Semarang.
6. Badan Pusat Statistik Kota Semarang. 2020. KOTA SEMARANG DALAM ANGKA
Semarang Municipality in Figures 2020. Semarang: BPS Kota Semarang

17

Anda mungkin juga menyukai