Disusun Oleh :
Hana Fairuz 11180540000026 (PMI 5A)
Ishmah Alya Diska 11180540000047 (PMI 5B)
2. Tingkat kota
a) Mortalitas / kematian
2
Tahun 2018 angka CDR Kota Semarang sebesar 3,20 yang artinya setiap 1.000
penduduk selama setahun jumlah penduduknya berkurang karena meninggal sebanyak 3
orang. Dengan demikian selisih dari keduanya adalah 22,39 atau jika dibulatkan menjadi
22 orang per seribu bila dinyatakan dalam persen sebesar 2,24 persen merupakan angka
pertumbuhan penduduk alamiah atau Rate of natural increase (RNI).
b) Fertilitas/Kelahiran
Tahun 2018 angka CBR Kota Semarang mencapai angka 27,77 yang berarti setiap
1.000 penduduk jumlahnya bertambah karena kelahiran sebanyak 27,77 atau kalau
dibulatkan adalah 28 orang. Nilai CBR semestinya menjadi perhatian khusus, terutama
dalam hal pengendalian pertumbuhan penduduk, serta dari aspek peningkatan kualitas
penduduk terutama sektor kesehatan dan pendidikan.
3
Jumlah Kelahiran dan Kematian
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2018
c) Migrasi
Selama tahun 2018 jumlah pendatang kota semarang tercatat 1.703 orang yang terdiri
dari 784 orang laki laki dan 919 orang perempuan. Sedangkan jumlah penduduk yang
pindah keluar kota Semarang ada sejumlah 12.839 orang yang terdiri dari 6.357 orang
laki laki dan 6.482 orang perempuan.
4
Sumber: Dinas Pendudukan dan Catatan Sipil Kota Semarang, 2018
5
sekitarnya. Jumlah penduduk yang besar dan berkualitas adalah aset yang sangat
bermanfaat dalam perekonomian. Dan upaya pengendalian jumlah penduduk
hendaknya terus diupayakan dalam rangka menciptakan tatanan keluarga kecil yang
sehat dan berkualitas.
Piramida penduduk menunjukkan distribusi penduduk menurut umur dan jenis
kelamin, serta tingkat perkembangan penduduk pada setiap kelompok umur yang
berbeda. Komposisi penduduk Kota Semarang menurut struktur umur dan jenis
kelamin digambarkan dengan oleh piramida penduduk berikut ini :
Piramida Penduduk Kota Semarang Tahun 2019
Sumber: Pubikasi Kota Semarang Dalam Angka 2020 bersumber dari Proyeksi
Penduduk Hasil SP2010 (Sensus Penduduk) 2010
6
usia 20-24 tahun merupakan komposisi terbesar dalam menyusun piramida penduduk
Kota Semarang tahun 2019.
Informasi penting lainnya yang dapat diperoleh dari priramida penduduk adalah
angka beban ketergantungan (Dependency Ratio). Angka beban ketergantungan
menunjukkan seberapa jauh penduduk yang berusia produktif atau aktif secara
ekonomi harus menanggung penduduk yang belum produktif dan pasca produktif.
Angka beban ketergantungan merupakan perbandingan antara penduduk yang belum
atau tidak produktif (usia 0-14 tahun dan usia 65 tahun ke atas) dibanding dengan
penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun). Angka beban ketergantungan Kota
Semarang pada tahun 2019 sebesar 37,04 persen, sedangkan angka ketergantungan
penduduk muda sebesar 29,20 persen dan angka ketergantungan penduduk tua
sebesar 7,83 persen.
7
8
b) Sarana dan fasilitas kesehatan
Sarana Kesehatan
Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat perlu
didukung oleh adanya sarana kesehatan yang memadai dan memiliki kualitas
pelayanan yang baik. Sarana kesehatan dasar yang ada di Kota Semarang pada tahun
2016 terdiri dari :
9
Sumber: Bidang Pelayanan Kesehatan DKK Semarang
10
Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses oleh
masyarakat di Kota Semarang pada tahun 2016 sebanyak 37 sarana kesehatan (100%)
yaitu 18 Rumah Sakit Umum (100%), 1 RS Jiwa (100%), 7 RS Khusus (87,5%) dan
11 puskesmas perawatan (100%).
Desa Siaga, merupakan desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya
dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan secara mandiri. Sebuah desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa
tersebut telah memiliki minimal sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Jumlah
desa/kelurahan siaga yang ada di Kota Semarang Tahun 2016 sebanyak 177
Kelurahan, artinya semua kelurahan di Kota Semarang telah menjadi kelurahan siaga.
11
12
13
14
Jaminan Kesehatan
Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar
iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Iuran jaminan kesehatan ada yang
dibayarkan oleh pemerintah seperti BPJS PBI dan Jamkesda ada yang dibayarkan
secara mandiri (BPJS non PBI dan Asuransi swasta), dan ada pula yang dibayarkan
oleh perusahaan/kantor.
Di tahun 2018 penerima bantuan berupa BPJS PBI (Penerima Bantuan Iuran)
sekitar 22,21 persen penduduk laki laki dan 22,18 persen penduduk perempuan.
Sedangkan penerima Jaminan kesehatan Daerah (Jamskesda) sekitar 11,23 persen
bagi penduduk laki laki dan 10,99 bagi penduduk perempuan.
Peserta jaminan kesehatan mandiri berupa BPJS non PBI ada sekitar 41,41
persen untuk laki laki dan 44,16 persen untuk perempuan. Sedangkan pemilik
jaminan kesehatan berupa asuransi swasta untuk laki laki ada sekitar 3,19 persen dan
perempuan sekitar 2,36 persen.
Penerima jaminan kesehatan dari perusahaan/kantor sekitar 6,70 persen untuk
laki laki dan 6,50 persen untuk perempuan. Sedangkan penduduk yang tidak memiliki
jaminan kesehatan sekitar 22,37 untuk laki laki dan 20,87 untuk perempuan.
15
Sumber : Susenas 2018
16
DAFTAR PUSTAKA
1. www.dinkes.semarangkota.go.id
2. Dian Eka, Retno. 2020. Profil Gender Kota Semarang Tahun 2018. Semarang: Badan
Pusat Statistik Kota Semarang.
3. Badan Pusat Statistik Kota Semarang. 2018. Publikasi Indeks Pembangunan Manusia
Kota Semarang 2018. Semarang: BPS Kota Semarang.
4. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. 2018. Konsep Indeks Pembangunan
Manusia.https://jateng.bps.go.id/subject/26/indekspembangunanmanusia.html#subjek
ViewTab1. (06 Mei 2020).
5. Badan Pusat Statistik Kota Semarang. 2020. Indeks Pembangunan Manusia Kota
Semarang 2019. Semarang: BPS Kota Semarang.
6. Badan Pusat Statistik Kota Semarang. 2020. KOTA SEMARANG DALAM ANGKA
Semarang Municipality in Figures 2020. Semarang: BPS Kota Semarang
17