tertentu, sangat dibutuhkan dalam perencanaan program dan penentuan kebijakan pada wilayah
tersebut. Ketersediaan data penduduk dapat dipenuhi dari hasil sensus penduduk ataupun survei
tentang kependudukan. Namun, sayangnya tidak setiap tahun tersedia. Oleh karena itu, perlu
dibuat suatu perkiraan mengenai jumlah penduduk pada suatu wilayah kabupaten/kota untuk
mengisi kekosongan pada tahun-tahun tertentu atau untuk masa yang akan datang. Ketersediaan
data penduduk tidak hanya berbicara mengenai jumlah penduduk saja, namun dilengkapi dengan
karakteristik jenis kelamin dan umur.
Secara nasional dan pada tingkat provinsi informasi penduduk masa yang datang
diproyeksikan menggunakan metode komponen, dimana metode tersebut mempertimbangkan
pengaruh kelahiran, kematian, dan perpindahan. Untuk tingkat kabupaten/kota dilakukan
estimasi penduduk dengan mempertimbangkan laju pertumbuhan untuk masing-masing
kabupaten/kota, dimana jumlahnya dipagu dari hasil proyeksi provinsinya. Metode estimasi yang
digunakan untuk memperkirakan penduduk masa yang akan datang menggunakan metode
geometrik. Pemilihan metode ini didasarkan kesesuaian pertambahan secara geometrik dengan
perkembangan jumlah penduduk dan disadari bahwa belum dapat dilakukannya proyeksi
komponen untuk kabupaten/kota karena komponen pertumbuhan belum tersedia lengkap.
Estimasi penduduk dengan metode geometrik menggunakan asumsi bahwa jumlah penduduk
akan bertambah secara geometrik menggunakan dasar perhitungan bunga majemuk. Laju
pertumbuhan penduduk (rate of growth) dianggap sama untuk setiap tahun. Berikut formula yang
digunakan pada metode geometrik:
Dimana:
1. Pendekatan Politik, pendekatan ini memandang bahwa pemilihan Kepala Daerah pada
dasarnya merupakan bagian terpenting di dalam proses penyusunan rencana program. Hal ini
terjadi karena rakyat pemilih menentukan pilihannya berdasarkan program-program
pembangunan yang ditawarkan para calonKepala Daerah. Dalam hal ini, rencana
pembangunan adalah penjabaran agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan Kepala
Daerah saat kampanye ke dalam RPJMD.
2. Pendekatan Teknokratik, pendekatan ini dilaksanakan dengan menggunakan metode dan
kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga yang secara fungsional bertugas untuk hal tersebut.
3. Pendekatan Partisipatif, pendekatan ini dilaksanakan dengan melibatkan pemangku
kepentingan (stakeholders) pembangunan. Pendekatan ini bertujuan untuk mendapatkan
aspirasi dan menciptakan rasa memiliki.
4. Pendekatan atas-bawah (top-down) dan bawah-atas (bottom-up). Pendekatan ini
dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Hasil proses tersebut kemudian diselaraskan
melalui musyawarah rencana pembangunan.
Setiap tahunnya RPJMD perlu dijabarkan ke dalam dokumen Rencana Kerja Pembangunan
Daerah (RKPD) untuk dijadikan dasar pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan tiap
tahunnya. RKPD memuat rencana program dan kegiatan pembangunan, pendanaan dan kinerja
pembangunan tiap tahun untuk seluruh urusan pemerintahan daerah. Selain itu, RPJMD
dijabarkan ke dalam rencana strategis (Renstra) setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) atau
Perangkat Daerah (PD) untuk melaksanakan rencana pembangunan periode 2017-2022 di urusan
pembangunan yang menjadi tanggung jawabnya. Untuk memudahkan pelaksanaan pembangunan
tiap urusan di setiap tahunnya, dibuat dokumen rencana kerja (Renja) PD yang mengacu pada
program dan kegiatan di Renstra PD dan menjabarkan RKPD di tahun yang bersesuaian.
PIRAMIDA PENDUDUK
Komposisi penduduk Kabupaten Sorong menurut struktur umur dan jenis kelamin dapat
digambarkan dengan lebih jelas oleh piramida penduduk. Dengan piramida penduduk dapat
melihat tingkat perkembangan penduduk pada setiap kelompok umur dan jenis kelamin. Gambar
diatas menunjukkan piramida penduduk Kabupaten Sorong pada tahun 2016. Dari Gambar diatas
terlihat bahwa penduduk Kabupaten Sorong tergolong sebagai “penduduk muda”. “Penduduk
muda” digambarkan oleh bentuk piramida penduduk dengan alas yang besar dan mengecil
dengan cepat pada kelompok umur berikutnya, serta puncak piramidanya lancip pada kelompok
umur 65 tahun ke atas.
Penduduk usia produktif (15 – 64 tahun) merupakan suatu modal penting dalam pelaksanaan
pembangunan di segala sektor. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk keadaan Juni 2016,
sebanyak 62,63 persen penduduk Kabupaten Sorong merupakan penduduk usia produktif, dan
sisanya, yaitu 37,37 persen merupakan penduduk usia non-produktif (0 – 14 tahun dan 65 tahun
ke atas). Rasio ketergantungan (dependency ratio) pada tahun 2016 mencapai 59,66 persen,
Implikasi dari struktur penduduk muda adalah besarnya persentase penduduk yang bersiap
memasuki batas penduduk usia kerja (economically active population) dan besarnya rasio
ketergantungan (dependency ratio). Dengan jumlah penduduk muda yang besar tentu potensi
jumlah penduduk yang akan terjun ke dalam angkatan kerja juga besar.
Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara
kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu daerah apakah tergolong daerah maju atau
daerah yang sedang berkembang. Semakin tinggi rasio ketergantungan menunjukkan semakin
tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup
penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan semakin rendah rasio
ketergantungan menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang
produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.
Dari grafik tersebut memberikan informasi bahwa besarnya rasio ketergantungan Kabupaten
Sorong sebesar 59,66 persen. Artinya dari 100 orang yang masih produktif (15 – 64 tahun) harus
menanggung beban hidup sekitar 59 orang yang belum produktif (0 – 14 tahun) dan tidak
produktif (65 tahun keatas). Jika dilihat dari sisi gender, maka rasio ketergantungan dari
penduduk perempuan lebih tinggi daripada penduduk laki-laki.
PERSEBARAN PENDUDUK
Persebaran penduduk Kabupaten Sorong terpusat di daerah-daerah yang berdekatan dengan pusat
pemerintahan dan dengan perusahaan-perusahaan yang mampu menyerap banyak tenaga kerja.
Persebaran penduduk Kabupaten Sorong yang tidak merata diperlihatkan pada Kepadatan
penduduk terkonsentrasi di beberapadistrik. Hal ini terlihat jelas pada table yang ada di atas.
Sebaran penduduk yang tidak merata mengindikasikan kegiatan perekonomian terpusat di
wilayah tertentu. Distrik Aimas yang merupakan ibu kota Kabupaten Sorong memiliki kepadatan
penduduk terpadat kedua, yaitu 101 jiwa/km2. Sebagai distrik yang menjadi pusat kegiatan
ekonomi dan pemerintahan di Kabupaten Sorong, tentunya akan menjadi daya tarik bagi para
imigran untuk tinggal dan menetap di distrik ini. Distrik dengan penduduk terpadat pertama
adalah Distrik Aimas, dengan kepadatan penduduk 105 jiwa/km 2. Kepadatan penduduk dari ke
dua distrik ini hampir sama. Hal ini dapat dijelaskan bahwa Distrik Mariatmerupakan distrik
pemekaran dari Distrik Aimas, sehingga Distrik Mariat mempunyai akses ke pusat-pusat
kegiatan ekonomi yang relatif mudah untuk dijangkau. Distrik Mayamuk merupakan distrik ke
tiga terpadat penduduknya, yaitu 55 jiwa/km2. Sedangkan Distrik Salawati, Moisegen dan
Klamono mempunyai kepadatan penduduk antara 10 sampai 21 jiwa/km 2. Distrik-distrik lainnya,
yaitu Distrik Seget, Makbon, Klabot, Beraur, Klawak, Klaso, Salawati Selatan, Klayili, Sayosa,
Maudus dan Segun mempunyai kepadatan penduduk di bawah 5 jiwa/km2. Secara keseluruhan,
kepadatan penduduk Kabupaten Sorong pada tahun2016 hanya mencapai 7 jiwa/km2.
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)
Kondisi perekonomian Kabupaten Sorong tahun 2016 bila dilihat dari nilai Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Nilai PDRB Kabupaten
Sorong atas dasar harga berlaku (ADHB) yang terbentuk pada tahun 2016 mencapai 8,9 triliun
rupiah. Nilai ini mengalami perkembangan 1,24 kali dari nilai PDRB ADHB tahun 2010 yang
nilainya sebesar 7,2 triliun rupiah. Nilai PDRB Kabupaten Sorong atas dasar harga konstan 2010
ADHK 2010) pada tahun 2016 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2015. Pada tahun
2016, nilai PDRB ADHK 2010 yang tercipta sebesar 7,72 triliun rupiah, sementara nilai PDRB
ADHK 2010 di tahun 2015 sebesar 7,64 triliun rupiah. Sebagai salah satu daerah penghasil
minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia, tentunya nilai PDRB Kabupaten Sorong sangat
dipengaruhi oleh minyak dan gas bumi tersebut. Sehingga untuk dapat melihat keterbandingan
antara nilai PDRB Kabupaten Sorong dengan daerah lain maka perlu dilakukan analisis PDRB
Kabupaten Sorong tanpa migas, yaitu dilakukan dengan mengeliminir komponen minyak dan gas
bumi. Setelah komponen migas dieliminir, terlihat bahwa nilai PDRB Kabupaten Sorong tanpa
migas lebih kecil dibandingkan dengan nilai PDRB dengan migas. Nilai PDRB tanpa migas
tahun 2016 sebesar 3,8 triliun rupiah, atau telah berkembang 1,91 kali dari nilai PDRB tanpa
migas tahun 2010 yang nilainya 2 triliun rupiah. Sedangkan bila dilihat dari nilai PDRB riil atau
atas dasar harga kontan tahun 2010, nilai PDRB Kabupaten Sorong tahun 2016 berkembang 1,40
kali dari PDRB tanpa migas tahun 2010, yaitu dari 2 triliun rupiah di tahun 2010 menjadi 2,85
triliun rupiah.
PERTUMBUHAN PENDUDUK
Menurut data yang didapat dari papua.bps.go.id, jumlah penduduk di kabupaten Sorong yang
dari tahun 2011-2018 terus meningkat setiap tahunnya. Namun, laju pertumbuhan penduduk di
kabupaten Sorong juga berkurang pada setiap tahunnya sekitar 0,4% per tahun. Pada tahun 2011
jumlah penduduk kabupaten Sorong sebanyak 785.979 ribu jiwa dengan laju pertumbuhan
penduduk sebesar 2,71%. Pada tahun 2012 jumlah penduduk kabupaten Sorong sebanyak
806.995 ribu jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,67%. Pada tahun 2013 jumlah
penduduk kabupaten Sorong sebanyak 828.293 ribu jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk
sebesar 2,64%. Selanjutnya pada tahun 2014 jumlah penduduk kabupaten Sorong sebanyak
849.809 ribu jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,6%. Pada tahun 2015 jumlah
penduduk kabupaten Sorong sebanyak 871.510 ribu jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk
sebesar 2,55%. Lalu pada tahun 2016 jumlah penduduk kabupaten Sorong sebanyak 893.362
ribu jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,51%. Pada tahun 2017 jumlah penduduk
kabupaten Sorong sebanyak 915.361 ribu jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar
2,46%. Dan terakhir pada tahun 2018 jumlah penduduk kabupaten Sorong sebanyak 937.458
ribu jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,41%.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa meskipun dengan berkurangnya laju pertumbuhan
penduduk, pertambahan jumlah penduduk tiap tahun selalu lebih banyak. Hal tersebut terjadi
karena lebih besar rasio pertambahan jumlah penduduk di kabupaten Sorong lebih besar daripada
rasio laju pertumbuhan penduduknya.
PARTISIPASI SEKOLAH
Data diatas merupakan data partisipasi sekolah dari penduduk yang berusia sekolah di kabupaten
Sorong pada tahun 2022 menurut papua.bps.go.id. Dapat diketahui kelompok usia sekolah dasar
(SD) yakni pada rentang usia 7-12 tahun yang masih sekolah sebanyak 4.878 ribu jiwa, yang
belum pernah sekolah sebanyak 441 jiwa, dan yang tidak menempuh sekolah lagi sebanyak 109
jiwa, dengan penyandang disabilitas sebanyak 21 jiwa dimana yang memiliki akte kelahiran
sebesar 4.465 penduduk dan 984 penduduk diantaranya belum memiliki akte kelahiran.
Selanjutnya pada kelompok usia sekolah menengah pertama (SMP) yakni pada rentang usia 13-
15 tahun yang masih sekolah sebanyak 2.447 ribu jiwa, yang belum pernah sekolah sebanyak 86
jiwa, dan yang tidak menempuh sekolah lagi sebanyak 119 jiwa, dengan penyandang disabilitas
sebanyak 13 jiwa dimana yang memiliki akte kelahiran sebesar 2.312 penduduk dan 353
penduduk diantaranya belum memiliki akte kelahiran. Lalu, pada kelompok usia sekolah
menengah atas (SMA) yakni pada rentang usia 16-18 tahun yang masih sekolah sebanyak 2.258
ribu jiwa, yang belum pernah sekolah sebanyak 77 jiwa, dan yang tidak menempuh sekolah lagi
sebanyak 570 jiwa, dengan penyandang disabilitas sebanyak 15 jiwa dimana yang memiliki akte
kelahiran sebesar 2.588 penduduk dan 332 penduduk diantaranya belum memiliki akte kelahiran.
Terakhir, pada kelompok usia perguruan tinggi (PT) yakni pada rentang usia 19-24 tahun yang
masih sekolah sebanyak 1.613 ribu jiwa, yang belum pernah sekolah sebanyak 172 jiwa, dan
yang tidak menempuh sekolah lagi sebanyak 3.198 jiwa, dengan penyandang disabilitas
sebanyak 44 jiwa dimana yang memiliki akte kelahiran sebesar 4.437 penduduk dan 590
penduduk diantaranya belum memiliki akte kelahiran.
KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SORONG NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG
PENGENDALIAN PENDUDUK DAN PENYELENGGARAAN KELUARGA
BERENCANA
Secara UMUM
MOBILITAS PENDUDUK
Pasal 18:
Pasal 19
Pasal 20
Pasal 23
Untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas, Wali kota
menetapkan kebijakan keluarga berencana melalui penyelenggaraan program keluarga
berencana.
Pasal 24:
Pasal 25
PEMBANGUNAN KELUARGA
Pasal 33
Pasal 34
Untuk pelaksanaan RPJMD Papua 2019-2023, terdapat 6 (enam) prinsip dasar pembangunan
yang menjadi pegangan bagi pelaksanaan pembangunan, yaitu:
ORIENTASI PEMBANGUNAN
Dalam bidang ekonomi, pemerataan dan keadilan dapat diwujudkan dalam bentuk
perbaikan distribusi pendapatan, perbaikan pemerataan pendapatan antar daerah,
perbaikan kesenjangan antara kampung, terjadinya proses afirmasi bagi orang asli Papua.
Dalam bidang sosial, pemerataan dan keadilan berupa perbaikan akses terhadap
pelayanan pendidikan, kesehatan dan kebebasan berpolitik, serta pemerataan antara laki-
laki dan perempuan.
Dalam 5 (lima) tahun mendatang, arah kebijakan utama pembangunan wilayah Papua difokuskan
pada akselerasi pembangunan dan pengurangan kesenjangan pembangunan antarwilayah dengan
pendekatan pembangunan berkelanjutan yang inklusif sebagai berikut: