MAKALAH
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi yang
dibimbing oleh dosen pengampu Drs. Ec. Marseto.
Kelas : A
Anggota Kelompok 3 :
Dwi Fadhilah Umami 21011010004
Yasya Fitria Apsari 21011010038
Fahreza Amalia Al Jafar 21011010040
Cantika Dwi Maharani Ningtias 21011010041
Yeni 21011010053
Laela Faiqotul Himmah 21011010054
Dewi Sri Maulydia 21011010055
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
nikmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini, sehingga dapat
dipersembahkan kepada pembaca. Sholawat serta salam tak lupa penulis panjatkan
kepada baginda besar yakni Nabi Muhammad SAW.
Atas rahmat Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Aliran Institusional”. Kami berharap semoga dengan adanya makalah ini, kami dapat
memberikan gambaran tentang pemahaman yang dapat kami simpulkan dari berbagai
referensi yang telah kami baca, sehingga mendapatkan ilmu yang bermanfaat bagi kita
maupun masyarakat luas.
Kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu yaitu
Bapak Drs. Ec. Marseto. dan untuk semua Anggota Kelompok 3 yang bersedia
membagi sebagian pengetahuannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik. Kami menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun kami perlukan untuk perbaikan penyusunan
makalah yang lebih baik kedepannya.
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
Catalog
KATA PENGANTAR ··································································································· 2
DAFTAR ISI·················································································································· 3
BAB I ····························································································································· 4
PENDAHULUAN ········································································································· 4
1.1. LATAR BELAKANG····················································································· 4
1.2. RUMUSAN MASALAH ················································································ 5
1.3. TUJUAN ········································································································· 5
BAB II···························································································································· 6
PEMBAHASAN ············································································································ 6
2.1. Biografi Thorstein Bunde Veblen (1857-1929). ············································· 6
2.2. Motivasi Konsumen ························································································ 7
2.3. Perilaku Pengusaha ························································································· 8
2.4. Tokoh Tokoh Lainnya ····················································································· 9
BAB III ························································································································ 12
PENUTUP···················································································································· 12
3.1. Kesimpulan ······································································································ 12
DAFTAR PUSTAKA ·································································································· 13
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Biarkanperekonomian berjalan dengan wajar tanpa campur tangan pemerintah.
Nantiakan ada suatu tangan tak kentara (invisible hand)yang akan membawa
perekonomian tersebut ke arah keseimbangan. Jika banyak campur tanga
npemerintah, pasar justru akan mengalami distorsi yang akan membawa
perekonomian pada ketidakefisienan (inefficiency)dan
ketidakseimbangan.Sementara itu, muncul aliran pemikiran ekonomi lain yang di
sebut aliran“institusional”.Sejarah pemikiran ekonomi mengacu pada berbagai
pemikir dan teoritentang hal-hal yang kelak menjadi ekonomi politikdan
ekonomidari duniakunosampai dunia saat ini. Dari semua mashab tersebut mashab
institusionalmerupakan mashab yang cukup asing bagi kami. Untuk itu kami
tertarik untuk mengangkat dan menggali lebih dalam tentang aliran institusional
sebagai pokok bahasan kami kali ini.
Dari latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang dapat dibuat
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana biografi Thorstein Bunde Veblen?
2. Bagaimana pemikiran Thorstein Bunde Veblen tentang motivasi konsumen ?
3. Bagaimana pemikiran Thorstein Bunde Veblen tentang perilaku pengusaha ?
4. Siapa saja tokoh-tokoh institusionalis lainnya ?
1.3. TUJUAN
Dari rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui biografi Thorstein Bunde Veblen.
2. Untuk mengetahui pemikiran Thorstein Bunde Veblen tentang motivasi
konsumen.
3. Untuk mengetahui pemikiran Thorstein Bunde Veblen tentang perilaku
pengusaha.
4. Untuk mengetahui tokoh-tokoh institusionalis lainnya.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
dalam karyanya The Theory of the Leisure Class di mana dia berargumentasi bahwa
terdapat pemisahan antara mereka yang mendapatkan keinginannya dengan jalan
eksploitasi dan mereka yang melakukannya dengan jalan industri. Buku klasik ini
membahas tentang kehidupan dan pola konsumsi yang dilakukan oleh kelas penikmat
(leisure class).
2.2. Motivasi Konsumen
Secara historis, Veblen merupakan salah seorang sosiolog awal yang
mengakui signifikansi sosial dari konsumsi (Miles, 2006). Karya terpenting Veblen
yaitu The Theory of the Leisure Class yang terbit pada tahun 1899. Buku klasik ini
membahas tentang kehidupan dan pola konsumsi yang dilakukan oleh kelas penikmat
(leisure class). Veblen mengambil sikap kritis dengan menyoroti pemborosan dari
banyak praktik konsumsi mereka. Oleh sebab itu, kelas penikmat juga sering disebut
kelas pemboros. Kondisi ini seolah menggambarkan antitesis dari ide tentang etika
Protestan Weber yang cenderung mendorong penghematan, penundaan kesenangan,
dan etos kerja sehingga hal ini oleh sekelompok pelaku industri menjadi spirit yang
mendukung terwujudnya kapitalisme di dunia Barat.
Pada masa hidup Veblen, kelas penikmat sebenarnya bukan termasuk kategori
kelas atas. Kelas atas itu sendiri sudah melekat pada sosok keluarga kerajaan dan kaum
bangsawan (aristokrat) di benua Eropa. Adapun kelas penikmat yang dimaksudkan oleh
Veblen ialah kelas menengah perkotaan (kaum nouveaux) di Amerika Serikat yang baru
merasakan kekayaan (orang kaya baru). Kekayaan tersebut diperoleh melalui kerja
keras dalam memproduksi barang-barang sebagai buah dari zaman Revolusi Industri.
Namun kekayaan yang diperoleh dari kesuksesan dalam dunia bisnis pada era itu relatif
masih kurang terpandang bila dibandingkan dengan kekayaan kaum aristokrat
(mungkin berbeda dengan konteks pandangan masyarakat pada saat sekarang).
Sebabnya ialah label bahwa kekayaan orang kaya baru ini dihasilkan dari pabrik-pabrik
yang kotor atau ternodai oleh pekerjaan tangan-tangan buruh yang jorok (Corrigan,
1997; Paterson, 2006). Berbeda dengan kaum aristokrat Eropa yang memang sudah
kaya secara turun temurun.
Memperoleh status sebagai orang kaya baru namun rasanya kurang
mendapatkan penghargaan yang sepantasnya membidani lahirnya tindakan sosial
berupa demonstrasi status melalui aktivitas konsumsi. Kekurangan mereka atas status
kehormatan di kompensasi melalui konsumsi yang mencolok. Diawali dengan niat
meniru gaya hidup kelas atas di Eropa atau mengembangkan selera elite. Selanjutnya
7
senantiasa menyesuaikan kebiasaan konsumsi yang selevel dengan selera kelas atas,
baik jenis barang maupun cara yang benar dalam mengonsumsinya (Veblen, 1899).
Barang-barang konsumen kemudian dijadikan sebagai penanda prestise dan status
sosial. Dengan harta melimpah kaum nouveaux berlomba-lomba membeli barang yang
digunakan untuk pamer. Pembelian barang dilakukan dengan tujuan yang sifatnya non-
utilitarian, kontras dengan Keyakinan banyak ekonom.
Pola konsumsi semacam ini sengaja ditampilkan supaya publik menilai bahwa
mereka selangkah lebih maju dari status aslinya sebagai kaum Nouveaux (Miles, 2006)
atau statusnya setara dengan kaum aristokrat. Penikmatan yang berlebihan adalah
strategi khusus kelas penikmat dalam Menjejakkan perbedaan atau menyatakan kualitas
mereka kepada dunia. Tujuannya meninggalkan kesan di tengah masyarakat bahwa
kekayaan mereka tak terbatas jumlahnya sehingga timbul kekaguman dari orang lain.
Hal ini diwujudkan melalui tindakan sosial berupa konsumsi yang mencolok
(conspicious consumption) (Veblen, 1899), seperti penggunaan waktu secara tidak
produktif serta menghabiskan uang dan barang lebih dari yang selayaknya mereka
lakukan (Ritzer & Goodman, 2011). Veblen mencoba memahami “motif” kelas
penikmat menampakkan pola konsumsi mereka. Hasil studinya yaitu konsumsi yang
mencolok sebagai strategi perjuangan hierarki di dalam ruang sosial dan bagian dari
kontes kekuasaan dengan harapan menumbuhkan otoritas di tengah masyarakat. Selain
waktu luang, kekayaan juga didemonstrasikan melalui konsumsi yang berlebihan
terutama atas barang-barang yang mahal. Hal ini mengutip Veblen (1899) dalam rangka
menunjukkan “status superior dari mereka yang mampu membayar kesenangan”.
8
perusahaan, tetapi tidak ikut terjun langsung dalam kegiatan operasional perusahaan.
Walaupun golongan ini tidak ikut dalam kegiatanoperasional, dalam kenyataan mereka
memperoleh keuntungan paling besar.
Untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya, ada pengusaha absentee
ownership tidak segan-segan mematikan usaha pengusaha sungguhan yang
memperoleh keuntungan dengan kerja keras.Salah satu cara itu ialah dengan melakukan
akuisasi. Cara lain yaitu dengan membanting harga,sehingga produk-produk dari
perusahaan–perusahaan pesaing tidak laku. Dengan monopoli power yang ada ditangan,
mereka sering mengurangi pasok (supply) barang-barang sehinggaharga melambung.
Dari uraian diatas, tidak mengherankan Veblen menolak keras tesis kaum klasik.
Tesis yang ditentangnya menganggap bahwa usaha setiap orang yang mengejar
kepentingannya masing-masing pada akhirnya akan melahirkan suatu harmoni dan
keseimbangan suatu masyarakat secara keseluruhan. Hal itu karena dari gejala-gejala
yang diamatinya, ia melihat bahwa perilaku pengusaha yang mengejar kepentingan
pribadi sangat bertolak belakang dengan tujuanmasyarakat secara keseluruhan.
Sebaliknya, demi mengejar kepentingan pribadi ada pengusahayang tidak segan-segan
menghambat dan mematikan kepentingan orang banyak.
Veblen menilai bahwa para pengusaha absentee ownership berpotensi
melahirkan golongan leisure class. Secara psikologis orang yang memperoleh sesuatu
tanpa keringat tidak begitu menghargai sesuatu yang diperolehnya. Oleh karena itu,
tidak mengherankan kalau perilaku konsumsinya akan bersifat conspicuous
consumption.
9
Economic Research”. Dari penelitian ini memungkinkan lebih dikembangkannya
penelitian-penelitian tentang pendapatan nasional, fluktuasi ekonomi, perubahan
produktivitas, analisis harga dan sebagainya.
2.4.2 Gunnar Karl Myrdal (1898-19..)
Gunnar Myrdal dari Swedia juga digolongkan sebagai pendukung aliran
institusional. Setelah menyelesaikan dalam bidang hukum, Myrdal melanjutkan
Pendidikan dalam bidang ekoknomi dan selesai pada rahun 1927. Ia banyak menulis
buku diantaranya : An American Dilemna (1944), Value in Social Theory (1958),
Challenge to Affluence (1963), dan Asian Drama: An Inquiry into the Poverty of
Nations (1968). Salah satu pesan Myrdal pada ahli-ahli ekonomi ialah agar ikut
membuat velue judgemment. Jika itu tidak dilakukan struktur-struktur teoritis ilmu
ekonomi akan menjadi tidak realistis. Sebagai penganjur aliran institusional, ia percaya
bahwa pemikiran institusional sangat diperlukan dalam melaksanakan pembangunan
dinegara-negara berkembang. Atas jasa-jasanya dalam menyumbangkan pemikiran-
pemikiran ekonomi, terutama bagi pembangunan negara-negara berkembang, tahun
1974 bersama-sama dengan F.A. Hayek ia memperoleh hadiah Nobel dalam bidang
ekonomi.
2.4.3 Joseph A. Schumpeter (1883-1950)
Joseph berpendapat bahwa sumber utama kemakmuran bukan terletak dalam
domain ekonomi itu sendiri, melainkan berada diluarnya, yaitu dalam lingkungan dan
institusi masyarakat. Lebih jelasnya, sumber kemakmuran terletak dalam jiwa
kewiraswastaan para pelaku ekonomi yang mengarsiteki pembangunan. Schumpeter
membedakan pengertian invensi dengan inovasi. Invensi adalah hal penemuan Teknik-
teknik produksi baru. Sementara itu, inovasi mempunyai makna lebih luas yang tidak
hanya menyangkut penemuan Teknik-teknik berproduksi baru. Tetapi juga penemuan
komoditi baru, jenis material baru untuk produksi, cara-cara usaha baru, cara-cara
pemasaran baru, dan sebagainya. Oleh Schumpeter inovasi dianggap sebagai sesuatu
loncatan dalam fungsi produksi. Inovasi ditemukan oleh innovator, tetapi
entrepreneurlah yang mempraktikkan hasil temuan tersebut pertama kali. Lebih jauh,
Schumpeter mengatakan bahwa entrepreneur tidak sama dengan pengusaha biasa.
Entrepeneur lebih jeli mencari peluang, mampu merintis dan mengatur inovasi, mau
mengadopsi Teknik, cara dan pola baru, dan yang paling penting berani mengambil
resiko.
2.4.4 Douglas North
10
Orang terakhir yang perlu dicantumkan sebagai pendukung aliran institusional
adalah Douglas North dari University of Washington, Missouri, Amerika Serikat.
Penghargaan terhadap aliran institusional mencapai puncaknya tahun 1993 pada waktu
Douglas North menerima hadiah nobel dalam bidang ekonomi. North menerima hadiah
yang sangat membanggakan tersebut karena jasanya yang sangat besar dalam
memperbarui riset dalam penelitian sejarah ekonomi dan metode-metode kuantitatif.
Selama ini kebanyakan pakar-pakar ekonomi menganggap hanya mekanisme pasar
sebagai satu-satunyapenggerak roda ekonomi, dan mengabaikan peran institusi. Hal ini
dinilai North keliru, sebab peran institusi, baik institusi politik maupun institusi
ekonomi, tidak kalah pentingnya dalam pembangunan ekonomi. Agar reformasi
berhasil dibutuhkan dukungan seperangkat institusi yang mampu memberikan insentif
yang tepat kepada setiap pelaku ekonomi. Beberapa contoh institusi yang mampu
memberikan insentif tersebut adalah hukum paten dan hak cipta, hukum kontrak dan
pemilikan tanah.
11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Viblen menulis sebuah buku yang berjudul The Theory of Leissure Class. Teori
ini menceritakan perilaku kelas orang orang kaya, dimana mereka berlomba lomba
mengumpulkan kekayaan sebagai motif kekuatan benda benda yang dikumpulkan
merupakan gambaran konsumsi mewah (conspicous consumtion).
Dan laisure class adalah kelasnya orang orang kaya yang sebenarnya
mempunyai kesenggangan yang banyak (conspicious laisure) suka mengonsumsi
mewah dan boros, suka pamer sehingga perilakunya cenderung boros (conspicuous
waste) dan dapat menjurus kepada keserahakan (penuaniary emulation).
Dalam buku yang berjudul The Theory of Business, pengusaha bagi Viblen
bukanlah penggerak ekonomi akan tetapi penyabot. Masyarakat industri di kurung oleh
mesin dan manusia diatur secara mekanistik. Manusia bekerja sesuai dengan mesin.
Peraturan mesin dan disiplin mesin.
Tokoh- tokoh aliran institusi lainnya yang juga penjadi penganut Veblen
diantaranya ialah Wesley Clair Mitchel (1874-1948), Gunnar Karl Myrdal, Joseph A.
Schumpeter (1883-1950), dan Douglas North.
12
DAFTAR PUSTAKA
Deliarnov. (2007). Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Indra Setia Bakti, Anismar, Khairul Amin. Pamer Kemewahan: Kajian Teori
Konsumsi Thorstein Veblen. Vol 14, No 1 (2020)
13