Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS BONUS DEMOGRAFI DI INDONESIA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Demografi


Dosen Pengampu: Seno Budhi Ajar, S. Pd., M. Si.

Disusun oleh:
Aidah Zahrah Nurrahmah (K5419003)
Anggun Luthfiani (K5419007)
Elvi Nurbaladina (K5419019)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, rasa syukur dipanjatkan kepada Allah subhanahu


wata’ala atas segala limpahan rahmat-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas
mata kuliah Demografi berjudul “Analisis Bonus Demografi di Indonesia” dengan
baik.
Rasa terimakasih tidak lupa ditujukan kepada bapak Seno Budhi Ajar, S. Pd., M.
Si., selaku dosen pengampu pada mata kuliah Demografi semester ganjil angkatan 2019,
atas bimbingan dan diberikannya tugas ini sehingga penulis mendapatkan banyak
pengetahuan khususnya dalam mempelajari dinamika kependudukan. Selain itu,
terimakasih pula kepada berbagai pihak dan rekan-rekan mahasiswa program studi
Pendidikan Geografi angkatan 2019 yang telah berkontribusi memberikan ide-ide
sehingga tugas ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah kelengkapan isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini.

Surakarta, 13 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Data Bonus Demografi di Indonesia

2.2. Pemanfaatan Bonus Demografi di Indonesia

2.2.1. Pemanfaatan Bonus Demografi dalam Bidang Ekonomi

2.2.2. Pemanfaatan Bonus Demografi dalam Bidang Sumber Daya

Manusia (SDM)

2.2.3. Pemanfaatan Bonus Demografi dalam Bidang Kesehatan

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Bonus demografi adalah suatu kondisi dimana komposisi jumlah penduduk
yang berusia produktif lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk usia
tidak produktif. Penduduk usia produktif adalah penduduk yang berada pada
rentang umur 15-64 tahun. Bonus demografi memiliki nilai positif dan keuntungan
besar dari segi pembangunan bila dikelola secara baik karena potensi rasio beban
ketergantungan penduduk akan berkurang. Rasio ketergantungan adalah
perbandingan antara jumlah penduduk usia non produktif dengan jumlah penduduk
usia produktif. Era bonus demografi yang ditandai dengan dominasi jumlah
penduduk usia produktif atas jumlah penduduk tidak produktif ini memiliki dampak
pada pertumbuhan ekonomi dan pembangunan jelas yaitu akan terjadi peningkatan
tabungan masyarakat dan tabungan nasional, yang akan bermuara pada tingkat
kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.

Dampak positif dengan jumlah usia produktif yang lebih besar juga akan
mengakibatkan beban hidup menjadi lebih ringan, karena hidup penduduk usia non
produktif akan ditanggung oleh penduduk usia produktif. Namun, dampak negatif
juga akan dihadapi jika tidak mempersiapkan diri dengan baik dalam menyongsong
periode bonus demografi tersebut, utamanya dalam kesiapan pembangunan sumber
daya manusia yang akan menentukan sejauh mana keberhasilan memanfaatkan
peluang bonus demografi yang akan datang. Tanpa dibekali dengan kualitas sumber
daya manusia yang memadai, maka proporsi penduduk usia produktif yang
sedemikian besar pada saat itu hanya akan menciptakan dampak buruk pada
pembangunan negara. Salah satu dampak negatif yang bisa diprediksi adalah
jumlah pengangguran yang tidak terkendali karena tidak terserap ke dalam
lapangan kerja yang ada akibat kualifikasi dan kualitas yang tidak memenuhi
standar pekerjaan yang tersedia. Kondisi demikian akan memberikan efek berantai
ke berbagai bidang kehidupan manusia. Berkurangnya tingkat pendapatan akibat
ketimpangan antara standar kualifikasi yang dibutuhkan dan kualitas sumber daya
manusia yang tidak memadai, dapat memicu lonjakan tingkat kemiskinan, yang
memberikan dampak buruk pada kehidupan ekonomi, pendidikan dan kesehatan
masyarakat.
Pada tahun 2020-2030 Indonesia berpeluang untuk mengalami bonus
demografi, di mana negara ini akan memiliki sekitar 180 juta orang berusia
produktif, sementara yang tidak produktif berkurang menjadi 60 juta jiwa. Ini
berarti 10 orang usia produktif hanya akan menanggung 3-4 orang usia tidak
produktif. Berdasarkan grafik Badan Pusat Statistik (BPS), tren rasio
ketergantungan (depency ratio) penduduk Indonesia selama kurun waktu 1971-
2016, semakin menurun hingga sebesar 48.4 % pada tahun 2016. Penafsiran arti
rasio ketergantungan 48,4%, yaitu terdapat 48-49 orang tidak produktif, bisa terdiri
atas anak-anak usia 1-15 tahun maupun para orang tua yang telah berusia diatas 64
tahun. Dimana kehidupan dari 48-49 orang tidak produktif tadi akan ditopang dan
ditanggung kehidupannya oleh 100 orang usia produktif. Rasio ketergantungan
Indonesia pada tahun 2016, sudah jauh berkurang dibandingkan dari hasil rasio
yang sama pada tahun 1971 yang masih sebesar 86%. Tren positif grafik rasio
ketergantungan sebenarnya telah terlihat tingkat penurunannya hingga dibawah
50% sejak tahun 2012.

Berdasarkan rangkuman data dari BPS, jumlah penduduk Indonesia pada


tahun 2016 diperkirakan sebanyak 258 juta orang. Terdiri atas penduduk berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 129,98 juta dan penduduk berjenis kelamin perempuan
sebanyak 128,71 juta orang. Dari grafik data jumlah penduduk Indonesia tahun
2016 yang diterbitkan oleh BPS, terdapat sekitar 174 juta jiwa penduduk usia
produktif atau sebanyak 67% dari jumlah total penduduk Indonesia. Hal itu semakin
memperkuat asumsi bahwa negara Indonesia memang sudah mulai memasuki suatu
masa emas berupa era bonus demografi. Proyeksi puncak era bonus demografi
Indonesia menurut proyeksi BPS akan dicapai antara rentang tahun 2025-2030, atau
ketika jumlah penduduk usia produktif Indonesia ada pada angka minimal 70% dari
total jumlah penduduk. Dari perspektif pembangunan manusia, tidak pelak lagi
rentang waktu menjelang tahun 2020-2030 merupakan periode yang paling tepat
mempersiapkan fondasi kokoh bagi periode bonus demografi tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana data bonus demografi di Indonesia?

2. Apakah Indonesia mampu memanfaatkan peluang bonus demografi yang


akan terjadi pada tahun 2020-2030?
1.3. Tujuan Penulisan

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Demografi yang diampu oleh Bapak
Seno Budhi Ajar, S. Pd., M. Si.

2. Untuk mengetahui bagaimana data bonus demografi di Indonesia.

3. Untuk mengetahui apakah Indonesia mampu memanfaatkan peluang bonus


demografi yang akan terjadi pada tahun 2020-2030.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Data Bonus Demografi di Indonesia

Gambar 2.1. Grafik Bonus Demografi di Indonesia

Menurut data “Proyeksi Penduduk Indonesia” yang telah disusun oleh


Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas), jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2015 tercatat 255,5 juta jiwa.
Jumlah itu terdiri dari penduduk usia di bawah 15 tahun sekitar 69,9 juta jiwa (27,4
persen) dan penduduk yang berumur 65 tahun ke atas sekitar 13,7 juta jiwa (5,4
persen). Total usia tak produktif ini sebanyak 32,8 persen. Sedangkan penduduk
usia produktif yang berusia 15-64 tahun sekitar 171,9 juta jiwa (67,3 persen).
Gambar 2.2. Piramida Penduduk Indonesia Tahun 2015

Begitu memasuki tahun 2020, persentasenya akan berubah dengan jumlah


penduduk produktif 70 persen dan tak produktif 30 persen. Pada tahun 2020 ini total
jumlah penduduk diperkirakan akan mencapai 269,6 juta jiwa, yang terdiri dari
penduduk usia di bawah 15 tahun sekitar 71 juta jiwa (26,3 persen) dan penduduk
yang berumur 65 tahun ke atas sekitar 16,7 juta jiwa (6,2 persen). Total usia
produktif ini sebanyak 32,5 persen. Sedangkan penduduk usia produktif yang
berusia 15-64 tahun sekitar 181,9 juta jiwa (67,5 persen).
Gambar 2.3. Piramida Penduduk Indonesia Tahun 2020

Persentase akan semakin ideal begitu memasuki masa puncak antara tahun
2028-2030. Setelah itu, komposisi penduduk kemudian mulai kembali menjauh dari
persentase ideal. Pada tahun 2028-2030 tersebut merupakan puncak bonus
demografi, dimana 100 orang produktif menanggung 44 orang non produktif.
Terkait dengan analisa mengenai hal ini, maka penulis merujuk pada rasio
ketergantungan (dependency ratio), dimana rasio ketergantungan Indonesia
diperkirakan mencapai angka terendah pada tahun tersebut.

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 hingga tahun 2010, Badan


Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) yang semula memproyeksikan
pertumbuhan penduduk 1,2 persen per tahun, angka tersebut justru naik 1,45 persen
menjadi 1,49 persen. Padahal, jika mengikuti proyeksi BKKN, laju pertumbuhan
penduduk di tahun 2030 hanya 288 juta jiwa. Namun, jika pertumbuhannya tidak
sesuai proyeksi maka tidak menutup kemungkinan jumlah penduduk Indonesia
nanti pada tahun 2030 mencapai 345 juta jiwa atau lebih. Perkiraan pertumbuhan
penduduk ini bisa dilihat dari perubahan struktur perubahan penduduk Indonesia
berdasarkan sensus penduduk tahun 1961, 1971, 1980, 1990, 2000, dan 2010.
Dalam data sensus tahun 1960, terlihat jumlah penduduk usia muda sangat banyak
jumlahnya. Namun ketika era tahun 2010 yang terjadi adalah bahwa jumlah usia
tua semakin banyak. Belum lagi ketika melihat angka fertilitas di Indonesia yang
tidak banyak berubah. Angka fertilitas di Indonesia pernah turun antara tahun 1991-
2002 yaitu dari tiga kelahiran per wanita menjadi 2,62 per wanita, kemudian setelah
itu angkanya stagnan di 2,6 kelahiran per wanita.

Gambar 2.4. Piramida Penduduk Indonesia Tahun 2030

2.2. Pemanfaatan Bonus Demografi di Indonesia

Menurut penulis, Indonesia mampu memanfaatkan bonus demografi ini.


Indonesia yang pada tahun 2020-2030 akan mengalami puncak bonus demografi
dikarenakan proses transisi demografi yang berkembang sejak beberapa tahun lalu
dipercepat dengan keberhasilan program KB menurunkan tingkat fertilitas dan
meningkatnya kualitas kesehatan serta suksesnya program-program pembangunan
lainnya.

Ada salah satu faktor yang paling mempengaruhi, yaitu ekonomi


kependudukan. Pada ekonomi kependudukan, bonus demografi dapat di maknai
sebagai sebuah keuntungan ekonomis yang di sebabkan semakin besarnya jumlah
tabungan penduduk produktif sehingga dapat memacu investasi dan pertumbuhan
ekonomi, sehingga Indonesia harus melakukan akselerasi ekonomi dengan
mengoptimalkan seluruh bidang karena berlimpahnya faktor produksi tenaga kerja,
tujuannya adalah mengupayakan meningkatnya pendapatan perkapita sehingga
tercapainya kesejahteraan. Namun, hal tersebut juga harus diimbangin dengan
ketersediaan lapangan kerja sehingga tidak terciptanya lonjakan angka
pengangguran. Bonus demografi sangatlah penting dalam ekonomi kependudukan,
jika negara tidak bisa memanfaatkan sebuah keuntungan ini, maka hal tersebut akan
menjadikan sebuah masalah bagi negara.

Salah satu cara untuk memanfaatkan sebuah bonus demografi adalah


meningkatkan kualitas penduduk. Untuk meningkatkan tingkat kualitas penduduk,
khususnya penduduk menengah kebawah yang berusia produktif, pemerintah
negara harus memikirkan suatu cara untuk meningkatkan tingkat kualitas
penduduk. Cara yang dapat pemerintah lakukan seperti mengadakan pelatihan
usaha-usaha industri kecil kreatif serta pelatihan usaha makanan dengan pinjaman
uang pemerintah dengan bunga ringan. Pelatihan dan usaha-usaha kreatif sudah
hampir dilaksanakan di seluruh Indonesia dan ini merupakan respon yang baik dari
pemerintah Indonesia. Hal tersebut pun merupakan langkah awal yang baik dalam
pemanfaatan bonus demografi, sehingga penulis pun optimis jika Indonesia mampu
memanfaatkan bonus demografi secara baik.

2.2.1. Pemanfaatan Bonus Demografi dalam Bidang Ekonomi

Saat ini, Negara Indonesia berada dalam masa transisi menjemput bonus
demografi dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 mencapai 5,02%. Di
tahun 2018 Pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia
dalam angka (5,4-6,1)%. Karena itu, Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (RAPBN) harus disusun dengan realitistis dan kredibel. Selain itu, lembaga
Price Waterhouse Coopers (PWC) memprediksi Negara Indonesia di tahun 2030
akan memiliki pertumbuhan ekonomi mencapai peringkat lima dunia. Sementara
itu, dalam sebuah laporan berjudul “The Long View How Will The Global
Economic Order Change by 2050” yang dirilis pada Februari 2017 memprediksi
perekonomian Indonesia tahun 2030 mencapai US$ 5,42 triliun atau sekitar Rp
72,14 kuantiliun (juta triliun) pada 2030. Oleh karena itu, persiapan generasi usia
produktif sangat diperlukan sehingga menjadi anugerah bagi bangsa Indonesia.

Sementara itu, kekuatan daya saing perekonomian Indonesia berasal dari


kondisi ekonomi makro yang relatif stabil dan kekuatan ekonomi Indonesia (market
size) sebagai perekonomian terbesar ke-15 dunia (dari sisi Produk Domestik Bruto
(PDB)). Keunggulan ini dapat dipelihari dan ditingkatkan jika Indonesia mampu
menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Sehubungan dengan
hal tersebut, keberhasilan Indonesia dalam memanfaatkan dan mengelola bonus
demografi yang sedang dialami menjadi sangat krusial. Linieritas atau
kebersinambungan pertumbuhan ekonomi harus dijaga dengan mendorong
investasi. Pasalnya, investasi akan mendorong penciptaan lapangan kerja, sehingga
ledakan jumlah penduduk usia kerja dapat diantisipasi dan ancaman lonjakan
tingkat pengangguran bisa dihindari.

Karena itu, berbagai faktor yang selama ini menggerus daya saing Indonesia
dan menghambat investasi, seperti infrastruktur yang buruk, inefisiensi birokrasi,
korupsi, kesulitan dalam mengakses pinjaman perbankan untuk modal usaha, dan
berbagai hambatan lainnya sedang menjadi prioritas pemerintah untuk dibereskan.

2.2.2. Pemanfaatan Bonus Demografi dalam Bidang Sumber Daya


Manusia (SDM)

Bonus demografi yang terjadi di Indonesia dapat dijadikan momentum


untuk melahirkan sumber daya manusia (SDM) berbasis inovasi oleh pemerintah
Indonesia yang mencanangkan program prioritas pembangunan nasional ke depan
untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu,
pemerintah Indonesia meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0 sebagai salah
satu wujud kesiapan memasuki tahun-tahun bonus demograsi, terutama jika melihat
tahun-tahun ini pun merupakan era industri 4.0. Salah satu poin yang ditekankan
adalah memacu kompetensi sumber daya manusia (SDM) industri. Sebab, industri
selama ini konsisten menjadi kontributor terbesar bagi pertumbuhan ekonomi
nasional.

Di samping itu, dengan adanya industri 4.0, perkembangan teknologi


semakin berkembang, dan membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang
kompeten dan disarankan menguasai digitalisasi. Lima kompetensi yang perlu
dikembangkan untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) unggul agar bisa
menopang implementasi industri 4.0. Generasi muda antara lain harus mengusai
tentang coding dan programming, mekatronika atau otomasi, data analisis dan
statistik, artificial intelligence, serta soft skill flexibility.

Selain dengan peningkatan kualitas pada tenaga kerja, bonus demografi


dapat dimanfaatkan secara optimal melalui peningkatan kualitas pada generasi
muda/pelajar di Indonesia. Salah satu langkah agar bonus demografi menjadi
keuntungan bagi negara yaitu dengan meningkatkan kualitas pendidikan melalui
akses pendidikan yang meluas, merata, dan berkeadilan. Salah satu program yang
dijalankan yaitu Program Indonesia Pintar. Program tersebut dapat menjadi era
penting bagi Indonesia dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Data Human Development Index (HDI) yang disajikan oleh United Nations for
Development Program (UNDP) menunjukkan, saat ini kualitas SDM Indonesia
masih rendah. Pada 2016 lebih dari separuh penduduk yang bekerja memiliki
riwayat pendidikan yang rendah, atau SMP ke bawah (Sakernas, Agustus 2016).
Selain itu, dalam meningkatkan kualitas pendidikan diperlukan juga peningkatan
kualitas mental dan spiritual. Dengan adanya pendidikan yang merata dan
berkualitas diharapkan Indonesia dapat memanfaatkan bonus demografi dengan
baik.

2.2.3. Pemanfaatan Bonus Demografi dalam Bidang Kesehatan

Dengan adanya bonus demografi ini, maka Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia melakukan beberapa inovasi seperti pada pendidikan kedokteran, sistem
pelayanan JKN yang harus segera diperbaiki, serta mewujudkan gerakan hidup
bersih dan sehat. Hal tersebut dilakukan untuk mengatasi kondisi kesehatan
penduduk Indonesia, seperti stunting, gizi buruk, obesitas, kebiasaan buruk
(merokok, pemakaian narkoba, memimum alkohol, seks bebas), dan lain-lain, yang
dapat mengancam kesuksesan dalam pemanfaatan bonus demografi.
KESIMPULAN

Bonus demografi adalah suatu kondisi dimana komposisi jumlah penduduk


yang berusia produktif lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk usia
tidak produktif. Penduduk usia produktif adalah penduduk yang berada pada
rentang umur 15-64 tahun. Bonus demografi memiliki nilai positif dan keuntungan
besar dari segi pembangunan bila dikelola secara baik karena potensi rasio beban
ketergantungan penduduk akan berkurang. Rasio ketergantungan adalah
perbandingan antara jumlah penduduk usia non produktif dengan jumlah penduduk
usia produktif. Era bonus demografi yang ditandai dengan dominasi jumlah
penduduk usia produktif atas jumlah penduduk tidak produktif ini memiliki dampak
pada pertumbuhan ekonomi dan pembangunan jelas yaitu akan terjadi peningkatan
tabungan masyarakat dan tabungan nasional, yang akan bermuara pada tingkat
kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.

Pada tahun 2020-2030 Indonesia berpeluang untuk mengalami bonus


demografi, di mana negara ini akan memiliki sekitar 180 juta orang berusia
produktif, sementara yang tidak produktif berkurang menjadi 60 juta jiwa. Ini
berarti 10 orang usia produktif hanya akan menanggung 3-4 orang usia tidak
produktif. Berdasarkan grafik Badan Pusat Statistik (BPS), tren rasio
ketergantungan (depency ratio) penduduk Indonesia selama kurun waktu 1971-
2016, semakin menurun hingga sebesar 48.4 % pada tahun 2016. Penafsiran arti
rasio ketergantungan 48,4%, yaitu terdapat 48-49 orang tidak produktif, bisa terdiri
atas anak-anak usia 1-15 tahun maupun para orang tua yang telah berusia diatas 64
tahun. Dimana kehidupan dari 48-49 orang tidak produktif tadi akan ditopang dan
ditanggung kehidupannya oleh 100 orang usia produktif. Rasio ketergantungan
Indonesia pada tahun 2016, sudah jauh berkurang dibandingkan dari hasil rasio
yang sama pada tahun 1971 yang masih sebesar 86%. Tren positif grafik rasio
ketergantungan sebenarnya telah terlihat tingkat penurunannya hingga dibawah
50% sejak tahun 2012. Hal inilah yang melatarbelakangi peluang bonus demografi
di Indonesia.

Menurut penulis, Indonesia mampu memanfaatkan bonus demografi ini.


Indonesia yang pada tahun 2020-2030 akan mengalami puncak bonus demografi
dikarenakan proses transisi demografi yang berkembang sejak beberapa tahun lalu
dipercepat dengan keberhasilan program KB menurunkan tingkat fertilitas dan
meningkatnya kualitas kesehatan serta suksesnya program-program pembangunan
lainnya. Ada salah satu faktor yang paling mempengaruhi, yaitu ekonomi
kependudukan. Pada ekonomi kependudukan, bonus demografi dapat di maknai
sebagai sebuah keuntungan ekonomis yang di sebabkan semakin besarnya jumlah
tabungan penduduk produktif sehingga dapat memacu investasi dan pertumbuhan
ekonomi, sehingga Indonesia harus melakukan akselerasi ekonomi dengan
mengoptimalkan seluruh bidang karena berlimpahnya faktor produksi tenaga kerja,
tujuannya adalah mengupayakan meningkatnya pendapatan perkapita sehingga
tercapainya kesejahteraan. Namun, hal tersebut juga harus diimbangin dengan
ketersediaan lapangan kerja sehingga tidak terciptanya lonjakan angka
pengangguran. Bonus demografi sangatlah penting dalam ekonomi kependudukan,
jika negara tidak bisa memanfaatkan sebuah keuntungan ini, maka hal tersebut akan
menjadikan sebuah masalah bagi negara.

Salah satu cara untuk memanfaatkan sebuah bonus demografi adalah


meningkatkan kualitas penduduk. Untuk meningkatkan tingkat kualitas penduduk,
khususnya penduduk menengah kebawah yang berusia produktif, pemerintah
negara harus memikirkan suatu cara untuk meningkatkan tingkat kualitas
penduduk. Cara yang dapat pemerintah lakukan seperti mengadakan pelatihan
usaha-usaha industri kecil kreatif serta pelatihan usaha makanan dengan pinjaman
uang pemerintah dengan bunga ringan. Pelatihan dan usaha-usaha kreatif sudah
hampir dilaksanakan di seluruh Indonesia dan ini merupakan respon yang baik dari
pemerintah Indonesia. Hal tersebut pun merupakan langkah awal yang baik dalam
pemanfaatan bonus demografi, sehingga penulis pun optimis jika Indonesia mampu
memanfaatkan bonus demografi secara baik.
DAFTAR PUSTAKA

 Sulistyawati, Laeny Rr. 2015. Tahun 2030, Penduduk Indonesia Tembus


345 Juta Jiwa. Diakses pada tanggal 12 November 2019 dalam situs
https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/04/22/nn6hdn-
tahun-2030-penduduk-indonesia-tembus-345-juta-jiwa

 Advertorial. 2018. Kabar Baik Jelang Bonus Demografi. Diakses pada


tanggal 12 November 2019 dalam situs https://tirto.id/kabar-baik-jelang-
bonus-demografi-cPYH

 Ruslan, Kadir. 2019. Memetik Manfaat Bonus Demografi. Diakses pada


tanggal 12 November 2019 dalam situs
https://www.indonesiana.id/read/37291/memetik-manfaat-bonus-
demografi

 Faizal, Mohammad. 2019. Ada Bonus Demografi, Indonesia Perlu


Bangun SDM Berkualitas. Diakses pada tanggal 12 November 2019
dalam situs https://ekbis.sindonews.com/read/1441829/34/ada-bonus-
demografi-indonesia-perlu-bangun-sdm-berkualitas-1569047918

 Dewi, Dyah Makutaning. 2018. Bonus Demografi dan Pemerataan


Pendidikan. Diakses pada tanggal 12 November 2019 dalam situs
https://news.detik.com/kolom/d-4301103/bonus-demografi-dan-
pemerataan-pendidikan

 Ragil, Krismansyah. 2016. Indonesia, Mampukah Memanfaatkan Bonus


Demografi? Diakses pada tanggal 12 November 2019 dalam situs
https://www.kompasiana.com/krismansyahragil/58503d58597b612c7113e
121/indonesia-mampukah-memanfaatkan-bonus-demografi

 Asriyani. 2019. Bonus Demografi, Peluang atau Tantangannya.


Diakses pada tanggal 12 November 2019 dalam situs
https://www.kompasiana.com/asriyani43645/5cade7cdcc52833fef176412/
bonus-demografi-peluang-atau-tantangannya?page=all

Anda mungkin juga menyukai