Anda di halaman 1dari 41

Metode Penelitian Sosial Kuantitatif dan Statistik

Pengaruh Budaya Meminum Kopi Terhadap Gaya Hidup, Kesehatan dan


Pola Konsumtif Mahasiswa Hubungan Internasional UNJANI
Angkatan 2018

Dosen : Tholhah, S.IP., M.HI.

Ditulis untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian Sosial Kuantitatif
dan Statistik

Disusun Oleh :

Fazriel Muhammad Rayhan

6211181287

Kelas G

HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI (UNJANI)

CIMAHI

2019
Kata Pengantar

Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang masih memberikan kita kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah penelitian yang berjudul “Pengaruh Budaya Meminum Kopi
Terhadap Gaya Hidup, Kesehatan dan Pola Konsumtif Mahasiswa
Hubungan Internasional Angkatan 2018”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metode
Penelitian Sosial Kuantitatif dan Statistik. Dalam makalah ini mengulas tentang
bagaimana pengaruh budaya meminum kopi terhadap gaya hidup, kesehatan dan
pola konsumtif mahasiswa hubungan internasional angkatan 2018

Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua


pihak yang telah membantu saya dalam menyusun makalah ini. Terlebih kepada
orang tua saya, yang selalu mendukung dan mendo’akan kami yang terbaik, dan
juga saya sangat berterimakasih kepada Pak Tolhah yang senantiasa membimbing
saya untuk penyelesaian makalah ini. Saya juga berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat
saya harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki
pembuatan makalah penelitian pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Cimahi, 19 Desember 2019

Fazriel Muhammad Rayhan

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar..................................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................................iii
Abstrak ............................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tinjauan Pustaka................................................................................................5
1.4 Kerangka Teori...................................................................................................6
1.5 Hipotesa..............................................................................................................8
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik Responden....................................................................................9
2.2 Hasil Penelitian................................................................................................11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................29
3.2 Saran.................................................................................................................29
Daftar Pustaka..................................................................................................................31
Lampiran Pertanyaan Kuesioner.....................................................................................32
Lampiran Responden.......................................................................................................35

iii
Pengaruh Budaya Meminum Kopi Terhadap Gaya Hidup, Kesehatan dan
Pola Konsumtif Mahasiswa Hubungan Internasional Angkatan 2018

Abstract : Along with the development of increasingly advanced times, the


flow of an acculturation can not be blocked either about culture, culinary,
language, lifestyle and others. One of the commodities that is currently
beginning to penetrate and much loved by the people of Indonesia is coffee.
Actually, coffee is already familiar to the people of Indonesia, but with the
increasingly rapid globalization, this makes coffee the most sought after
ingredient by some people to be processed like drinks and can also be used as
material for entrepreneurship. Coffee does not currently know who else is
enjoying it because now drinking coffee can be enjoyed by various groups of
both men and women to the elderly and young people can feel the pleasure of
drinking coffee. The culture of drinking coffee today is a style that has
emerged in various circles of society. With the increasing need for coffee,
various brands, cafes and coffee shops are competing to present a different
coffee flavor. In this case the culture of drinking coffee is usually done by
people in cafes and coffee shops in big cities, and in roadside coffee shops or
coffee shops. Behind it all, the culture of getting used to drinking coffee can
cause various impacts that can affect the lifestyle and consumption patterns of
the audience.

Keyword : Coffe, Culture, Life Style, Consumptive.


 

iv
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan berkembang pesatnya peradaban karena arus globalisasi
yang kian tak terbendung, kehidupan dan kebudayaan masyarakat mengalami
perubahan secara signifikan dan perkembangan yang seakan tidak pernah ada
habisnya. Teknologi komunikasi dan informasi kini berkembang dengan sangat
pesat, manusia seakan disibukkan untuk cepat beradaptasi tahap demi tahap
dengan perubahan yang kian tak terbendung ini, karena perubahan mendorong
manusia untuk berfikir cepat serta bertindak secara modern. Gejala modernisasi
saat ini telah menjajaki seluruh aspek kehidupan manusia, baik itu ruang privat
maupun ruang publik sehingga sangat sulit untuk membedakan kedua hal ini.
Modernisasi abad 21 ini tidak melulu hanya soal perubah teknologi canggih yang
bersifat materil tetapi gejala modernisasi ini bahkan sampai kepada tingkat
pemikiran yang bersifat non materil.1
Perkembangan ini membuat semua aspek dapat memberikan kontribusi
terhadap penyebaran sebuah materi, tidak dapat dipungkiri lagi perkembangan
peradaban membuat semua hal yang dahulu sulit untuk dijangkau kini dengan
mudahnya didapatkan karena kemajuan teknologi ini. Dampak dari globalisasi ini
membuat semua yang merambah kedalam suatu negara tidak bisa semuanya di
filter dan perubahan standarisasi sesorang sangat dipengaruhi oleh kemajuan
peradaban ini salah satunya adalah tentang komoditas kopi yang saat ini sangat
diganderungi oleh anak-anak muda.
Kopi adalah minuman hasil dari seduhan biji kopi terpilih yang telah
disangrai dan dihaluskan menjadi bubuk yang menghasilkan citarasa khas dan
aroma yang nikmat. Awal kata kopi berasal dari bahasa arab yaitu qahwah yang
artinya kekuatan, karena ekstrak kopi pada dahulu dijadikan sebagai suplemen
yang bebentuk minuman untuk meningkatkan stamina atau bisa dibilang minuman
berenergi. Kata qahwah mengalami perubahan dan berubah menjadi kata kahveh
1
Matono, N. 2016. Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif Klasik, Modern, Postmodern, dan Poskolonial
edisi Revisi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

v
yang berasal dari bahasa Turki dan kemudian mengalami perubahan menjadi
Coffie yang berasal daribahasa Belanda. Kata Coffie diartikan kedalam bahasa
Indonesia menjadi kata kopi yang dikenal saat ini karena Indonesia merupakan
salah satu negara dengan pembudidayaan dan pengekspor kopi terbesar di benua
Asia maka dari itu, kata coffie cepat diserap menjadi bahasa Indonesia yaitu kopi. 2
Kopi merupakan salah satu komiditas di dunia yang dibudidayakan lebih dari 50
Negara Pemprosesan kopi sebelum dapat diminum melalui proses panjang yaitu
dari pemanenan biji kopi yang telah matang baik dengan cara mesin maupun
dengan tangan kemudian dilakukan pemprosesan biji kopi dan pengeringan
sebelum menjadi kopi berbentuk bubuk, kemudian setelah menjadi bubuk, di
seduh dengan suhu air yang sudah ditentukan dan kopi bisa dinikmati.
Berbicara tentang kopi pada dasarnya merupakan sesuatu hal yang
menarik untuk dibicarakan, karena kopi merupakan salah satu komoditi terlaris
saat ini, yang selalu diburu, dan digandrungi oleh para peminum kopi bahkan
masyarakat awam yang tidak mengerti tentang kopi juga mencari dimanapun kopi
itu berada karena didalam kopi tersbut terdapat jiwa yang bisa mengenalkan orang
tersebut tentang siapa itu dirinya. Kopi sering disebut sebagai minuman yang
sangat khas baik dari aroma maupun citarasa yang dihasilkan. Kenikmatannya
saat ini bisa menjadi media untuk berkomunikasi, sharing dan pada saat ini
menikmati kopi bukan hanya tuntutan selera, melainkan bagi sebagian
masyarakat sudah menjadi bagian dari gaya hidup yang harus tetap dilakukan.
Sejalan dengan perkembangan zaman membuat perubahan terhadap sifat-
sifat manusia baik itu gaya hidup ataupun perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif
diartikan sebagai perilaku konsumsi peminum kopi yang berkaitan dengan budaya
masyarakat konsumsi. Dalam budaya masyarakat, mereka akan berperilaku
konsumtif terhadap produk komoditi dari industrialisasi budaya dari semakin
majunya zaman. Produk komoditi yaitu kopi yang telah di konsumsi masyarakat
akan berubah menjadi suatu ciri yang akan memberikan identitas bagi yang
mengonsumsinya di mana budaya konsumsi kopi ini biasanya dilakukan
masyarakat di warung-warung kopi tetapi saat ini semua kalangan juga bisa
meminum dan menikmati kopi terutama bagi sebagian mahasiswa dan pola
2
Widjaja, R. 2015. Warung Tinggi Coffee: Kopi Legendaris Tertua di Indonesia, sejak 1878. PT Bhuana
Ilmu Populer. Jakarta.

vi
kecenderungan masyarakat untuk setiap hari mengunjungi dan menikmati kopi di
kedai-kedai bisa terjadi, karena harga yang ditawarkan oleh warung-warung kopi
ini bisa dikatakan relatif murah yaitu kisaran antara Rp.25.000 – Rp.30.000
sehingga masyarakat bisa dengan mudahnya membeli kopi.3 Ini menjadi
perubahan perilaku konsumtif di masyarakat karena masyarakat lebih baik
menghabiskan uangnya hanya untuk membeli kopi, karena sifat penasaran yang
dimiliki oleh masyarakat membuat mereka ingin mencoba warung-warung kopi
yang belum pernah mereka datangi dan warung kopi yang didatangi juga tidak
hanya satu, melainkan puluhan bahkan ratusan warung kopi. Saat ini warung kopi
sudah berada dimana mana dengan menawarkan varian dan citarasa kopi yang
berbeda dari setiap warung kopi.
Perilaku meminum kopi kini terpengaruh oleh arus globalisasi yang
mengakibatkan minum kopi menjadi budaya global. Tidak relevan lagi pada saat
ini jika masyarakat mudah menerima suatu kondisi karena sekarang ini tidak
semua apa yang ditawarkan oleh industri budaya atau pasar mengenai perilaku
minum kopi dapat diterima secara sempurna oleh para peminum kopi. 4 Dalam hal
ini perilaku mengonsumsi kopi dilakukan untuk mengikuti gaya hidup masyarakat
modern yang cenderung privat dan mendapatkan kelas sosal di masyarakat,
walaupun mereka mengetahui ekspektasi yang mereka harapkan pada sajian kopi
tersebut pasti berbeda dengan sajian yang franchise kopi itu sajikan, tetapi mereka
tidak peduli karena pandangan prestise dan budaya ini sesuai dengan kebiasaan
masyarakat modern sehingga mereka tetap memilih untuk mengonsumsi sajian
tersebut walaupun tidak sesuai dengan harapan mereka. Kesejagatan telah
mempengaruhi kebiasaan para peminum kopi, peminum kopi yang dahulu hanya
menikmati secangkir kopi di warung-warung kecil pinggir jalan kini telah
bertransformasi ke kedai-kedai kopi modern.
Pemahaman tentang perilaku mengonsumsi kopi akan berbeda sesuai
dengan pengetahuan dan pemaknaan tentang yang dimilikinya. Hal ini yang
menyebabkan terjadinya perbedaan dalam memaknai perilaku mengonsumsi kopi
dari masing-masing peminum kopi. Solikatun mengkategorikan peminum kopi

3
Gemilang, J. 2013. Rahasia Meracik Kopi Ternikmat Dari Berbagai Penjuru Dunia. Yogyakarta : Araska.
4
Ibrahim, I. S., 2010. Estasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia,
Bandung: Mizan Pustaka.

vii
menjadi dua kategori dalam memaknai perilaku mengonsumsi kopi, antara lain 5 :
a. peminum kopi modern terbuka, kategori ini dapat dikatakan sebagai perilaku
mengonsumsi kopi yang bertujuan untuk menunjukkan gaya hidup modern dan
status sosial masyarakat. Perilaku mengonsumsi kopi bukanlah suatu kebutuhan
primer yang harus dipenuhi, namun perilaku mengonsumsi kopi hanyalah sebuah
keinginan. Keinginan perilaku mengonsumsi kopi terbentuk dari pengaruh kedai
kopi, sebuah kedai kopi pasti memilik konsep-konsep yang mewadahi para
peminum kopi agar mengetahui apa yang lazim dilakukan oleh peminum kopi.
Industri budaya terus menerus membentuk selera dan kecenderungan massa,
sehingga hal ini membentuk kesadaran konsumen karena bisa disalurkan dengan
menanamkan keinginan konsumen atas kebutuhan-kebutuhan fana. Oleh karena
itu, industri budaya berupaya mengesampingkan kebutuhan-kebutuhan yang
harusnya menjadi prioritas primer konsumen. Industri budaya sangat pintar dalam
menjalankan hal ini sehingga konsumen telah terkena tipu daya industri budaya
karena konsumen tidak mengetahui apa yang telah terjadi. b. peminum kopi
modern tertutup, peminum kopi modern tertutup dapat dikategorikan sebagai
perilaku mengonsumsi kopi adalah suatu metode untuk mendapatkan ketenangan
diri yang dapat merubah suasana hati atau mood. Peminum kopi mengonsumsi
kopi dengan alasan karena merasa penat dengan masalah yang ada tetapi kembali
bahwa perilaku menikmati secangkir kopi saat ini bertujuan hanya untuk
mendapatkan prestise atau mengikuti gaya hidup masyarakat modern dan
menjadikan perilaku konsumsi menjadi sebuah keharusan yang harus dipunyai
agar mendapatkan gengsi sosial. Dari latar belakang yang dijelaskan diatas, maka
peneliti tertarik untuk meneliti tentang“ Pengaruh Budaya Meminum Kopi
Terhadap Gaya Hidup dan Pola Konsumtif Mahasiswa Hubungan
Internasional Angkatan 2018”.

1.2 Rumusan Masalah :

Berdasarkan latar belakang persoalan yang telah dikemukakan, maka


rumusan masalah yang akan diteliti adalah “Bagaimana Pengaruh Budaya

5
Solikatun. Kartono,DT. Demartoto,A. 2015. Perilaku Konsumsi Kopi Sebagai Budaya Masyarakat
Konsumsi. Jurnal Analisa Sosiologi. 4(1): 60:74.

viii
Meminum Kopi Terhadap Gaya Hidup, Kesehatan dan Pola Konsumtif
Mahasiswa Hubungan Internasional Angkatan 2018?”

1.3 Tinjauan Pustaka


Suatu penetian memererlukan dukungan hasil-hasil penelitian yang telah
ada sebelumnya yang berkiatan dengan penetian tersebut. Penelitian terdahulu ini
menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis
dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang
dilakukan. Untuk mendukung pengkajian yang lebih detail terhadap beberapa
pustaka ataupun karya-karya yang mempunyai relevansi terhadap topik penelitian
ini.

Jurnal Muh Rosyid Ridlo. 2017. Perilaku Konsumtif Remaja Penikmat Warung
Kopi
Karakteristik yang menonjol pada remaja peminum kopi adalah gaya
hidup dan kehidupan sosial mereka. Dalam gaya hidup yang dilakukan oleh
remaja peminum kopi mayoritas suka menghabiskan dengan melakukan kegiatan
bersama teman-temannya. Kegiatan tersebut adalah mulai dari keluar dan
berkumpul dengan teman-teman. Perilaku konsumtif yang dilakukan remaja
peminum kopi lebih mementingkan faktor keinginan dari pada kebutuhan dan
individu cenderung dikuasai oleh hasrat kesenangan semata. Hal ini terbukti dari
temuan dalam penelitian ini, bagi para remaja peminum kopi mengkonsumsi kopi
atau ngopi juga dipandang sebagai cara untuk mencapai tujuan memenuhi
keinginan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif relatif berjenis
deskriptif dan teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
teknik purposive sampling. Hasil dari penelitian ini adalah faktor internal yang
terdapat pada remaja peminum kopi yang mendorong mereka untuk konsumtif
adalah motivasi individu dan ekonomi individu. Perilaku konsumtif yang
dilakukan remaja peminum kopi lebih mementingkan faktor keinginan daripada
kebutuhan.

ix
Jurnal Devanny Gumulya dan Ivana Stacia. 2017. Kajian Budaya Minum Kopi di
Indonesia.
Pada awalnya ngopi hanyalah aktifitas untuk mengisi waktu luang dan
tempat untuk istirahat dari kepenatan. Namun perkembangannya kini kedai kopi
menjadi sebuah tempat yang sering digunakan untuk menghabiskan waktu luang
maupun untuk mengerjkan sesuatu . Dari berbagai perbedaan budaya kedai kopi
memiliki peran yang benar–benar memawadahi masyarakat terutama anak muda
untuk berkreasi , berdiskusi, hiburan walaupun muncul konflik – konflik kecil
didalamnya. Tetapi dalam beberapa hal, kedai kopi juga didirikan dengan latar
belakang yang berbeda. Lebih jauh lagi, dengan adanya kedai kopi ini,
menkonstruksi kultur dan kebiasaan baru dalam berbagai sektor kehidupan,
misalnya ekonomi maupun sosial.

Jurnal Elly Herlyana. 2012. Fenomena Coffe Shop Sebagai Gejala Gaya Hidup
Baru Kaum Muda.
Gejala coffe shop sebagai gaya hidup di kalangan remaja disebabkan
banyak faktor baik itu psikologis maupun lingkungan sosial. Selama tidak
menjurus kepada sifat hedonisme, gejala itu dapat dikatakan sebagai suatu gejala
dan respon yang normal dari para remaja terhadap situasi dan keinginan yang
muncul dari hasrat anak muda. Pentingnya memilik Akhlak Islam agar terjaga dari
perilaku dan kecenderungan kepada “hedonism” yang merugikan.

1.4 Kerangka Teori :

 Teori Masyarakat Konsumsi

Konsumsi merupakan kegiatan penggunaan sebuah barang atau jasa untuk


memenuhi kebutuhan hidup. Konsumsi adalah kegiatan manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi
karena barang dan jasa itu tidak digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia. Barang dan jasa dalam proses produksi ini digunakan untuk
memproduksi barang lain.6

6
James, M.2011. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga,Jakarta: Ghalia. hal 49.

x
Menurut Campbell7 Masyarakat konsumen merupakan masyarakat yang
cenderung akan merasa ketinggalan zaman jika masyarakat tidak menggunakan
komoditas atau produk baru dari industri budaya yang telah diatur menjadi sebuah
bagian dari identitas atau gengsi sosial pada masyarakat modern. Hal tersebut
telah dipengaruhi oleh tekanan kebutuhan yang terus menerus untuk menunjukkan
gaya hidup, dan tekanan perusahaan atau industri komersial yang terus
memproduksi barang sesuai perkembangan zaman yang semakin global. Menurut
Baudrillard, ciri dari masyarakat konsumen adalah masyarakat yang didalamnya
terjadi gejolak logika konsumsi yaitu dari logika kebutuhan menjadi logika hasrat,
masyarakat tidak mengonsumsi nilai guna produk melaikan nilai tanda.8
Pemakaian teori masyarakat konsumsi oleh Baudrillard tersebut berguna
untuk memahami bahwa budaya masyarakat peminum kopi merupakan sebagai
bagian dari gaya hidup dan perilaku konsumtif. Pada budaya masyarakat
konsumsi peminum kopi dipahami sebagai suatu kebudayaan yang melihat
eksistensi diri peminum kopi dari segi banyaknya barang yang dikonsumsi dan
ditawarkan saat ini.
Masyarakat konsumsi melihat identitas diri ataupun kebebasan mereka
sebagai dari kebebasan untuk mewujudkan keinginan pada barang-barang industri.
Jika konsumsi dilihat dar perspektif masyarakat, bahwa konsumsi sebagai usaha
masyarakat untuk merebut fungsi-fungsi sosial atau posisi sosial karena
kapitalisme global telah menggeserkan sifat-sifat normatif pada masyarakat dan
pada kegiatan industri budaya dalam penciptaan barang konsumsi.
Budaya masyarakat akan berpengaruh pada setiap perilaku konsumtif
masyarakat terhadap produk-produk komoditi dari industri budaya. Identitas yang
memiliki pola konsumtif akan terbentuk dari perubahan produk komoditi yang
telah di konsumsi sehingga itu menjadi titik sentral dalam perubahan budaya
masyarakat itu sendiri. Fungsi nilai produk komoditi tidak melulu hanya fungsi
guna melainkan juga adanya fungsi simbolik. Sejatinya perilaku konsumtif
tidaklah selalu didefinisikan sebagai perilaku negatif. Terkadang perilaku

7
Wirawan, Ida Bagus. 2012. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma : Fakta Sosial, Definisi Sosial Dan
Perilaku Sosial. Jakarta : Kencana.
8
Suyatno, Bagong. 2013. Sosiologi Ekonomi : Kapitalisme dan Konsumsi di Era Masyarakat Post-
Modernisme. Jakarta : Kencana.

xi
konsumtif yang dilakukan oleh sebagian orang, justru hanya didasarkan pada
kegiatan mencari kesenangan semata.
Tatanan sosial memberikan ruang bagi mereka yang berperilaku konsumtif
untuk memperlihatkan dan membedakan mereka dengan kelas sosial lainnya
dengan memperlihatkan kecenderungan tingkat konsumsi berlebihan dan bersifat
boros. Itu semua menjadi formula gaya hidup untuk menunjukkan simbol status
mereka di sosial. Di dalam gaya hidup masyarakat konsumsi, konsumsi yang
dilakukan tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kepuasan tersendiri tetapi untuk
membuat orang lain menjadi iri dan bertujuan untuk meningkatkan status sosial.9

1.5 Hipotesa :
Hipotesis adalah pernyataan dalam penelitian kuantitatif yang mana peneliti
membuat prediksi atau dugaan tentang hasil hasil hubungan antara atribut atau
karakteristik.10 Pernyataan tersebut diformulasikan dalam bentuk variabel agar
bisa di uji secara empiris. Dari sebuah hipotesis maka akan menimbulkan suatu
prediksi, karena prediksi adalah hasil yang diharapkan diperoleh dari hipotesis.
Adapun hipotesis yang akan diuju dalam penelitian ini adalah:
1. H0 : Terdapat pengaruh budaya minum kopi terhadap gaya hidup.
2. H1 : Terdapat pengaruh budaya minum kopi terhadap pola konsumsi.

BAB II. PEMBAHASAN


9
Veeger, K.J. 1990. Realitas Sosial : Refleksi Filsafat Sosial atas Hubungan Individu-individu Masyarakat
dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi. Jakarta :PT Gramedia Pustaka Utama.
10
Cresswell, J. 2013. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Dan Metode Campuran. Pustaka
Belajar. Yogyakarta. Hal:21-22

xii
Pada Penelitian ini, peneliti memilih teknik pengumpulan data dengan
menggunakan metode Nonprobability Sampling, yaitu Teknik pengambilan
sampel yang tidak memberikan peluang bagi setiap unsur populasi utk dipilih
menjadi sampel. Dengan menggunakan jenis metode Sampling Kuota sehingga
teknik ini akan mengambil sampel dari populasi yg mempunyai ciri-ciri tertentu.

Untuk jumlah populasi, peneliti memilih 85 populasi dari Mahasiswa


jurusan Hubungan Internasional angkatan 2018 dengan taraf kesalahan sebesar
5% sehingga jumlah sampel yang peneliti dapatkan adalah 68 sampel dengan
respondennya adalah Mahasiswa Hubungan Internasional angkatan 2018 yang
menurut peneliti, mereka sering nongkrong di kedai kopi dan minum kopi.

2.1 Karakteristik Responden


Pengumpulan data kuantitatif pada penelitian ini dilakukan dengan cara
penyebaran kuesioner menggunakan kuesioner googleform pada mahasiswa
Hubungan Internasional Unjani angkatan 2018 Karakteristik responden dalam
penelitian ini meliputi ruang kelas dan jenis kelamin. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada grafik charts di bawah ini.
2.1.1 Ruang Kelas

Mahasiswa Hubungan Internasional Unjani angkatan 2018 terdiri dari 8


kelas

dimana setiap orang yang dikelas tentunya berbeda dalam segi perspektif
mengenai budaya ngopi yang dapat mempengaruhi gaya hidup, pola konsumtif,
maka dari itu peneliti membagikan kuesioner kepada perwakilan setiap orang per
kelas untuk memberikan pandangannya terhadap budaya ngopi ini.

xiii
Sebanyak 12,3% dari kelas A membagikan perspektifnya terhadap topik
penelitian ini. 8,8% dari kelas B turut ikut serta menjawab kuesioner yang
diberikan, kelas C sebanyak 7%, kelas D sebanyak 6%, kelas E sebanyak 8%,
kelas F sebanyak 14%, kelas G sebanyak 35,1%, dan kelas Ekstensi sebanyak
8,8%.

Jadi bisa diambil kesimpulan bahwa setiap kelas Hubungan Internasional


angkatan 2018 memberikan perspektif nya dengan mengisi kuesioner penelitian
ini sehingga data yang dapat diberikan oleh peneliti bersifat menyeluruh karena
setiap kelas di jurusan Hubungan Internasional Unjani angakatan 2018
memberikan suaranya.

2.1.2 Jenis Kelamin Responden

Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap populasi manusia terdiri dua jenis
kelamin yaitu laki-laki dan perempuan, dalam penelitian ini, peneliti ingin
menggunakan dua sudut pandangan baik itu kaum laki-laki maupun perempuan
karena zaman sekarang budaya meminum kopi pun digemari oleh perempuan
yang notabene tidak begitu familiar dengan rasa pahitnya kopi.

Presentase penelitian dengan menggunakan kuesioner ini menunjukan


bahwa adanya perbedaan tipis antara laki-laki dan perempuan dalam
mengonsumsi kopi. Di jurusan Hubungan Internasional Unjani angkatan 2018.
Laki-laki yang menjawab kuesioner ini sebanyak 52,6% jika dikarkulasikan
dengan tanggapan yang berjumlah 68, maka laki-laki yang ikut serta menjawab
yakni 36 orang, sedangkan perempuan memilki presentase sebanyak 47,4% atau
32 orang. Ini menunjukan bahwa kopi tidak hanya digandrungi oleh kaum laki-
laki saja melainkan perempuan pun ikut menggandrungi budaya meminum kopi
tersebut karena faktor akulturasi yang masuk sehingga perempuan ingin ikut

xiv
dalam trend yang saat ini sedang berkembang di kalangan kaum muda yaitu
meminum kopi.

2.2 Hasil Penelitian


2.2.1 Minum Kopi Sebagai Gaya Hidup Mahasiswa Hubungan
Internasional UNJANI 2018

Presentase responden Mahasiswa jurusan Hubungan Internasional Unjani


angkatan 18 dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan minum kopi
sebagai gaya hidup zaman sekarang adalah 53,6% menjawab ‘ya’ dan 46,4%
menjawab ‘tidak’.

Seperti yang kita ketahui bahwa kopi ini menjadi salah satu hasil dari
perkembangan globalisasi, tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat terutama
Mahasiswa sekarang identik dengan istilah kopi sehingga meminum kopi
menjadi budaya yang paling menjadi prioritas Mahasiswa jika ingin nongkrong
atau mengerjakan sesuatu, terbukti dengan banyaknya kedai-kedai kopi yang
mulai buka dimana setiap jalan yang ada di kota besar pasti terdapat satu kedai
kopi, ini menunjukan bahwa kopi saat ini tengah menjadi komoditi yang hangat
bagi Mahasiswa terutama Mahasiswa Hubungan Internasional Unjani angkatan
2018.

Dilihat dari banyaknya responden yang menjawab ‘tidak’ pada pertanyaan


nomer satu yang peneliti berikan ini menunjukan bahwa mahasiswa HI Unjani
tidak menjadikan budaya meminum kopi ini sebagai bagian dari gaya hidup
mereka.

xv
2.2.2 Trend Orang Meminum Kopi Berpengaruh Terhadap Gaya
Hidup

Sebanyak 85,7% responden menganggap bahwa mereka meminum kopi


bukan karena ingin mengikuti budaya meminum kopi yang digemari oleh
kalangan masyarakat, sedangkan 14,3% menganggap bahwa mereka meminum
kopi karena ikut-ikutan masyarakat yang kini beralih ke budaya meminum kopi.
Trend meminum kopi ini muncul sekitar tahun 2016, dengan banyak
munculnya franchise-franchise yang menyediakan sajian kopi seperti starbucks,
excellso, dan lain-lain. Trend ini pun masuk ke kalangan kaum muda, tanpa ada
batas wilayah dan batas waktu, budaya ini pun masuk dan menjadi budaya.
Dengan trend senja yang saat ini menjadi hangat diperbincangkan dan dengan
sebatang rokok yang dihisap membuat mereka tertarik untuk mencoba budaya
baru dan alhasil mereka menjadi kecanduan akan budaya ini.

Dari jawaban responden mengenai pertanyaan diatas, bisa disimpulkan


bahwa mahasiswa Hubungan Internasional Unjani angkatan 2018 meminum kopi
bukan karena terpengaruh oleh trend minum kopi yang saat ini sedang hype.

2.2.3 Memberikan Kemudahan Dalam Bersosialisasi jika berkunjung


ke Coffe Shop

xvi
Sebanyak 64,3% responden tidak setuju menjadikan coffe shop sebagai
tempat yang cocok untuk bersosialisasi, disusul dengan 35,7% setuju menjadikan
coffe shop sebagai yang mewadahi mereka untuk lebih mudah bersosialisasi.

Bahwa sejatinya manusia adalah makhluk sosial, tidak bisa manusia hidup
sendiri. Bersosial penting dilakukan karena itu merupakan metode unuk
mendekatkan dengan makhluk sosial lainnya, dalam budaya ngopi ini
bersosialisasi kerap dijadikan sebagai tujuan mahasiswa nongkrong di kopi karena
menurut mereka berbincang lebih enak dilakukan sambil meminum sesuatu, bisa
kopi maupun teh. Konteks bersosialisasi dalam budaya ngopi ini sering dijadikan
sebagai ajang untuk semakin dekat dengan mahasiswa lain, menambah relasi, dan
bisa saja mendapatkan pasangan.

Di jurusan Hubungan Internasional Unjani angkatan 2018, sebagian orang


tidak setuju bahwa bersosialisasi akan lebih mudah jika dilakukan di kedai kopi
karena menurut mereka bersosialisasi bisa dilakukan dimana saja, tidak harus di
tempat seperti kedai-kedai kopi. Hasil dari diagram diatas menunjukan bahwa
mahasiswa HI Unjani angkatan 2018 bisa bersosialisasi dimana saja dengan sama
mudahnya.

2.2.4 Coffe shop Sebagai Tempat Bersosialisasi Bagi Responden

xvii
Sebanyak 64,3% responden merasa bahwa coffe shop cocok menjadi suatu
tempat yang digunakan untuk bersosialisasi. Kemudian 35,7% merasa bahwa
coffe shop tidak cocok dijadikan sebagai tempat untuk bersosialisasi.

Budaya ngopi saat ini merupakan aktivitas yang dapat menghasilkan gaya
ekspresi dan tanda prestise, kemewahan, kekuasaan, dan sebagainya. Esensi nilai
guna dari ngopi ini telah berubah haluan menjadi sebuah esensi yang bersifat
semntara demi tercapainya sebuah gengsi sosial di lingkungan sosial masyarakat.
Kenyataannya pada saat ini sangat sulit untuk membedakan mahasiswa atau anak
muda yang datang ke kedai kopi, apakah mereka ingin sekedar meminum kopi
untuk bersantai dan menghilangkan penat atau ada tujuan lain yang menyebabkan
kaum muda ini ingin ngopi. Saat ini kedai kopi telah berubah menjadi salah satu
tempat waralaba yang sangat digandrungi kaum muda. Bagaikan sebuah magnet
yang membuat kaum muda ingin datang mengunjungi kedai-kedai kopi untuk
nongkrong atau hanya dengan menghabiskan waktu disana dengan fasilitas yang
disediakan seperti koneksi internet yang cepat.

Terdapat nilai serta tanda tersendiri mengapa masyarakat lebih


memprioritaskan meminum kopi di kedai-kedai kopi. Terlepas dari adanya
dampak yang akan memberikan pengaruh terhadap gaya hidup dan pola
konsumtifnya, kedai kopi pun menawarkan diri sebagai tempat menemukan ide
dan gagasan. Maka tidak aneh lagi kalau begitu banyak kelompok - kelompok
sosial dari berbagai kalangan datang berbondong-bondong ke kedai-kedai kopi.

2.2.5 Coffe shop cocok menjadi tempat bersantai

xviii
Sebanyak 75% responden ingin mengunjungi kedai kopi jika ingin
bersantai dan 25% responden tidak ingin berkunjung ke kedai kopi dan lebih
memilih tempat lain jika ingin bersantai.

Di tengah kesibukan Mahasiswa dengan keikutsertaan di organisasi


kampus atau dengan banyaknya tugas membuat Mahasiswa butuh menghilangkan
penat tersebut. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menghilangkan penat
tersebut, apalagi jika Mahasiswa yang tidak jauh dari rumah orang tua, berbeda
dengan Mahasiswa yang jauh dengan orang tuanya, mereka bingung menemukan
cara untuk menghilangkan penatnya atau ingin bersantai. Banyak Mahasiswa yang
lebih memiilih untuk nongkrong di kedai kopi dengan teman-temannya untuk
bersantai sejenak dengan menghirup aroma dari kopi yang sangat khas ditambah
dengan sebatang rokok membuat mereka merasa lebih santai.
Dari data di atas, ternyata Mahasiswa HI Unjani angkatan 2018 lebih
memilih mengunjungi kedai-kedai kopi untuk menghilangkan pikiran yang
menyelimutinya dan untuk bersantai sejenak.
2.2.6 Meminum Kopi Memberikan Efek Santai

Sebanyak 46,4% responden menganggap kopi akan membuat dirinya


merasa menjadi santai, kemudian 53,6% merasa bahwa kopi tidak memberikan
efek santai terhadap dirinya setelah meminum kopi.

Coffee shop telah menjadi sebuah tempat yang berhaluan positif karena
tempat ini dapat menjadi tempat yang nyaman untuk melakukan interaksi dan
coffe shop ini cocok menjadi tempat sebagai ajang kepada teman sebaya ataupun
rekan bisnis sehingga kaum muda dapat bertukar ide atau gagasan sehingga dapat
menemukan inspirasi di dalamnya. Tetapi harus tetap dikhawatirkan bahwa bisa

xix
saja generasi muda dengan mudahnya terjebak dalam suatu kondisi yang
mengakibatkan kurang produktifnya generasi muda yang tentu kita harapkan
mempunyai basis yang kuat dalam menjadi generasi yang cerdas, ide atau gagasan
yang kreatif dan inovatif. Kecenderungan kaum muda menghabiskan sebagian
waktunya hanya untuk nongkrong di coffeshop membuat mereka akan lupa
tentang tugas dia sebagai pelajar ataupun melalaikan kewajiban yang harusnya
dilaksanakan. Salah satu faktor modern yang dapat merubah pola pikir maupun
pola hidup seseorang yaitu gaya hidup. Pentingnya melakukan suatu kajian
terhadap keberadaan coffee shop ini karena coffe shop telah mengalami
pembaharuan yang menghasilkan sebuah pergeseran budaya, terutama semua itu
berkaitan dengan gaya hidup minum kopi khalayak kaum muda zaman sekarang.
Bisa dilihat dalam grafik charts diatas, bahwa Mahasiswa HI Unjani tidak
sepakat dengan kopi bisa memberikan efek santai terhadap dirinya, mereka
merasa biasa saja jika sudah meminum kopi.

2.2.7 Meminum Kopi Dapat Menghilangkan Penat

Dari 68 tanggapan yang peneliti terima, Sebanyak 53,6% responden setuju


dengan pertanyaan bahwa kopi dapat menghilangkan penat, kemudian 7,1%
responden sangat setuju dengan efek kopi yang dapat memberikan ketenangan dan
menghilangkan penat, 21% menjawab ragu-ragu dan 17,9% responden tidak
sepakat dengan menjadikan kopi sebagai minuman yang dapat menghilangkan
penat.

Rasa gundah menjadi salah satu alasan utama peminum kopi melakukan
aktivitas minum kopi, biasanya ada dua pola yang berhubungan dengan tingkah

xx
laku peminum kopi, yang pertama adalah para peminum kopi merasa sedang
dalam kondisi gundah atau penat di kehidupan sehari-harinya kemudian yang
kedua adalah keinginan para peminum kopi untuk memanfaatkan momen tersebut
sebagai ajang untuk berkumpul, bertukar ide atau gagasan.
Memaknai suatu perilaku orang yang mengonsumsi kopi bisa dilihat dari
suasana hati mereka dan kopi pun menjadi akrab dengan para pecintanya karena
dengan citarasa yang dimiliki oleh kopi tersebut sehingga peminum kopi
menganggap kopi sebagai teman setia. Peminum kopi biasanya lebih peka
terhadap keinginan hati peminumnya sehingga kopi dapat memberikan suatu
formulasi demi tercapainya kepuasan hati diri sendiri. Selain itu kopi dapat
dimaknakan sebagai suatu racikan yang dapat membuat pikiran menjadi tenang,
bisa lebih santai dalam berbincang atau berdiskusi dan ada filosofi tersendiri dari
sebuah sajian kopi yaitu kopi dapat menumbuhkan rasa tali kekerabatan,
kekeluargaan dan kopi akan menemukan para penikmatnya dengan inspirasi yang
bisa berbuah terhadap ide atau gagasan yang kreatif maupun inovatif.
Dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa Kuesioner,
instrumen tersebut diberikan kepada 68 mahasiswa Hubungan Internasional
Unjani 2018. Dari 68 responden, setelah dilakukan analisis, terdapat:
5 orang menjawab SS
37 orang menjawab S
14 orang menjawab RG
12 orang menjawab TS
0 orang menjawab STS
Setelah melihat hasil data tersebut dapat disimpulkan bahwa 62% Mahasiswa HI
Unjani setuju dengan khasiat kopi sebagai minuman penghilang penat. Dapat
dikatakan bahwa Mahasiswa HI Unjani lebih cenderung untuk memilih meminum
kopi dikala merasa penat dalam suatu permasalahan atau penat dalam
mengerjakan sesuatu

2.2.8 Coffe shop Menjadi Tempat Untuk Mengerjakan Sesuatu

xxi
Sebanyak 53,6% responden berpendapat bahwa coffe shop menjadi tempat
yang cocok untuk mengerjakan sesuatu , kemudian 46,4% merasa bahwa coffe
shop bukanlah tempat yang cocok bagi yang ingin mengerjakan sesuatu karena
riuh dan berisik nya yang terjadi di coffe shop membuat mereka merasa
terganggu.

Budaya dapat didefinisikan sebagai elemen yang memiliki keterkaitan


antara akal dan cara hidup, budaya bersifat dinamis karena budaya akan selalu
berkembang dari waktu ke waktu, pernyataan tersebut relate dengan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti karena peneliti menemukan perubahan arus budaya
dan bagaimana budaya itu akan terus bergerak tanpa melihat adanya batas
wilayah, waktu karena seiring dengan perkembangan global. Aktivitas nongkrong
telah dianggap sebagai aktivitas yang lazim dilakukan oleh kaum muda. Maka
dari itu pengusaha-pengusaha mulai memanfaatkan budaya baru ini untuk
membuka kedai-kedai kopi dengan memberikan fasilitas dan layanan terbaik agar
para kaum muda bisa merasakan apa artinya nongkrong yang produktif.
Berdasarkan hasil kuesioner tersebut, kebanyakan dari mahasiswa HI
Unjani angkatan 2018 lebih memilih untuk mengunjungi coffe shop jika ingin
mengerjakan sesuatu.

2.2.9 Inspirasi Muncul Saat Meminum Kopi

xxii
Sebanyak 59,3% responden berpendapat bahwa meminum kopi tidak akan
memberikan pengaruh terhadap pikiran kreatif dan inovatif, kemudian 40,7%
merasa bahwa dengan meminum kopi akan memberikan sebuah inspirasi yang
membuat menjadi kreatif dan inovatif.

Aktivitas yang sangat digemari untuk dilakukan oleh kaum muda zaman
kini adalah nongkrong, tetap harus diingat bahwa nongkrong pun harus sesuai
dengan kemampuan finansial yang dimiliki, dalam artian tidak memaksakan
nongkrong tetapi tidak mempunyai uang atau harus meminjam terlebih dahulu
kepada orang lain dan perlu diingat nongkrong juga harus mengetahui waktu
jangan sampai memaksakan waktu yang seharusnya dipakai untuk kegiatan lain.
Budaya nongkrong akan menjadi suatu kegiatan positif apabila menghasilkan
suatu ide yang kreatif atau inovatif sehingga nongkrong menjadi suatu aktivitas
yang produktif dan aktivitas nongkrong ini bisa menjadi suatu wadah untuk
bertukar gagasan dengan orang lain sehingga nongkrong ini mempunyai nilai
tujuan yang jelas.
Berdasarkan grafik charts diatas, dapat dikatakan bahwa mahasiswa HI Unjani
tidak terpengaruh dengan meminum kopi untuk mendapatkan inspirasi yang
kreatif dan inovatif.

2.2.10 Pekerjaan Akan Cepat Selesai Jika Mengerjakan Di Coffe Shop

xxiii
Sebanyak 92,9% responden berpendapat jika coffe shop akan membuat
sesuatu yang dikerjakannya terhambat dan tidak akan cepat selesai dalam
pengerjaannya, kemudian 7,1% responden merasa bahwa kalau mengerjakan
pekerjaan di coffe shop akan mempercepat dalam penyelesainnya.

Dapat disimpulkan bahwa mahasiswa HI Unjani lebih memilih untuk tidak


mengerjakan sesuatu atau pekerjaan di coffe shop karena akan menggangu dalam
pengerjaannya.

2.2.11 Kelas Sosial Mempengaruhi Intensitas Berkunjung Ke Coffe Shop

Dari 68 tanggapan yang peneliti terima, Sebanyak 64,3% responden


menjawab ‘tidak’ dengan pertanyaan bahwa kelas sosial mempengaruhi intensitas
berkunjung ke coffe shop, kemudian 35,7% responden menjawab ‘tidak’ dari
pertanyaan yang dilontarkan tersebut.

Kelas sosial akan membentuk bagaimana sesorang memiliki pola pikir


atau pola hidup yang akan mempengaruhi gaya hidup sehingga akan terbentuk
sebuah kasta dalam masyarakat dan menjadikan perbedaan tersebut sebagai hal
yang lumrah terjadi di masyarakat. Kelas sosial pun akan membentuk sesorang
dalam gaya hidupnya sehingga akan mengalami perbedaan dalam masyarakat.
Terdapat dua faktor utama yang membuat sistem sosial di masyarakat menjadi
adanya kelas, yang pertama adalah kedudukan dan yang kedua adalah peran.
Strata sosial beralih menjadi sebuah alasan seseorang untuk menentukan intensitas
seseorang untuk nongkrong di suatu tempat yang bisa dibilang mahal dan ramai.

xxiv
Dari hasil jawaban atas pertanyaan tersebut, peneliti bisa mengatakan
bahwa kelas sosial tidak memberi pengaruh signifikan terkait dengan intensitas
seseorang untuk berkunjung atau nongkrong di coffe shop.

2.2.12 Intensitas Nongkrong di Coffe Shop Akan Mempengaruhi Kelas


Sosial

Dari 68 tanggapan yang peneliti terima, Sebanyak 21,4% responden setuju


dengan pertanyaan bahwa jika sering nongkrong akan membawa pengaruh ke
dalam kelas sosial, kemudian 7,1% responden sangat tidak setuju dengan jika
sering nongkrong akan membawa pengaruh ke dalam kelas sosial, dan 42,9%
responden menjawab ragu-ragu.
Dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa Kuesioner,
instrumen tersebut diberikan kepada 68 mahasiswa Hubungan Internasional
Unjani 2018. Dari 68 responden, setelah dilakukan analisis, terdapat:
5 orang menjawab SS
15 orang menjawab S
28 orang menjawab RG
15 orang menjawab TS
5 orang menjawab STS

xxv
Jumlah skor untuk 5 orang yg menjawab Sangat Setuju : 5 x 5 = 25
Jumlah skor untuk 15 orang yg menjawab Setuju : 15 x 4 = 60
Jumlah skor untuk 28 orang yg menjawab Ragu-Ragu : 28 x 3 = 84
Jumlah skor untuk 15 orang yg menjawab Tidak Setuju : 15 x 2 = 30
Jumlah skor untuk 5 orang yg menjawab Sangat Tidak Setuju : 5 x 1 = 5
Jumlah Total = 204

STS TS RG S SS

100 200 204 300 400 500

Berdasarkan data dari 68 responden Mahasiswa HI Unjani angkatan 2018


menunjukan angka interval ragu-ragu, sehingga dapat dikatakan bahwa Mahsiswa
HI Unjani angakatan 2018 ragu-ragu terhadap ungkapan bahwa intensitas
nogkrong akan mempengaruhi dalam lingkungan sosialnya.

2.2.13 Adanya Perbedaan Sosial Jika Tidak Nongkrong

Dari 68 tanggapan yang peneliti terima, sebanyak 57,1% responden tidak


setuju dengan adanya perbedaan jika seseorang tidak suka atau jarang nongkrong,
kemudian 32,1% responden sangat tidak setuju jika adanya kelas dalam
lingkungan sosial bagi sesorang yang tidak suka kopi atau jarang nongkrong, dan
10,7% menjawab ragu-ragu.

xxvi
Dari 68 responden menjawab:
0 orang Sangat Setuju
0 orang Setuju
7 orang Ragu-Ragu
39 orang Tidak Setuju
22 orang Sangat Tidak setuju
Berdasarkan hasil analisis diatas, dapat dikatakan bahwa mahasiswa HI
Unjani tidak setuju dengan anggapan bahwa seseorang akan diremehkan jika tidak
suka meminum kopi atau tidak pernah nongkrong.
2.2.14 Pengeluaran Uang Secara Berlebihan

Sebanyak 78,6% responden tidak melulu menghabiskan uangnya untuk


berdiam atau nongkrong di coffe shop karena mereka memahami bahwa ada
kebutuhan yang harus mereka penuhi dibanding dengan mengeluarkan uangnya
secara sia-sia, kemudian 21,4% responden sering menghabiskan uangnya atau
bahkan waktunya untuk nongkrong di coffe shop karena sudah kecanduan.

Dilihat dari banyaknya responden yang menjawab ‘tidak’ pada pertanyaan


yang peneliti berikan ini menunjukan bahwa mahasiswa HI Unjani tidak selalu
menghabiskan uangnya hanya untuk meminum kopi di kedai-kedai kopi karena
masih ada kebutuhan yang harus dipenuhinya.

2.2.15 Menyisihkan Sebagian Uang Untuk Berkunjung Ke Coffe shop

xxvii
Sebanyak 57,1% responden tidak pernah menyisihkan uangnya untuk
sekedar nongkrong di coffe shop, kemudian 42,9% responden sering menyisihkan
uang jajannya untuk nongkrong atau berkunjung ke kedai-kedai kopi.

Dilihat dari banyaknya responden yang menjawab ‘tidak’ pada pertanyaan


yang peneliti berikan ini menunjukan bahwa mahasiswa HI Unjani tidak
menyisihkan sebagian uang jajan mereka hanya untuk sekedar nongkrong di
kedai-kedai kopi, mereka hanya nongkrong jika merasa mempunyai dana yang
berlebih.

2.2.16 Penyesalan Mengeluarkan Uang Untuk Nongkrong

Sebanyak 78,6% responden tidak menyesal jika mengeluarkan uangnya


untuk nongkrong di coffe shop karena merasa mendapatkan kopi yang sesuai
dengan materi yang mereka bayarkan sehingga mereka tidak akan pernah
menyesal jika harus mengeluarkan uangnya di kedai kopi, kemudian 21,4%
responden merasa menyesal jika harus mengeluarkan uangnya untuk nongkrong
di kedai kopi.

Dilihat dari banyaknya responden yang menjawab ‘tidak’ pada pertanyaan


yang peneliti berikan ini menunjukan bahwa mahasiswa HI Unjani tidak menyesal
jika harus mengeluarkan uang untuk menjalani kebiasaannya yang itupun sudah
dijadikan sebagai gaya hidup oleh sebagian orang.

2.2.17 Nongkrong Di Coffe shop Sebagai Sikap Konsumtif

xxviii
Dari 68 tanggapan yang peneliti terima, Sebanyak 7,1% responden sangat
setuju bahwa keseringan nongkrong di coffe shop merupakan bagian dari sifat
konsumtif, kemudian 14,3% responden tidak setuju dengan pertanyaan yang
diajukan oleh peneliti, 32,1% menjawab ragu-ragu dan 46,4% responden sepakat
dengan bahwa nongkrong merupakan suatu bagian dari sikap konsumtif.

Dari 68 responden memberikan jawaban terkait pertanyaan diatas, dengan


hasil:
4 orang Sangat Setuju
32 orang Setuju
22 orang Ragu-Ragu
10 orang Tidak Setuju
0 orang Sangat Tidak setuju

Berdasarkan grafik charts diatas, dapat dikatakan bahwa mahasiswa HI


Unjani setuju jika budaya minum kopi di kedai-kedai kopi ini merupakan
sebagian dari sikap atau pola konsumtif.

2.2.18 Sikap Konsumtif Menjadi Kepuasan Pribadi

xxix
Dari 68 tanggapan yang peneliti terima, Sebanyak 39,3% responden
menganggap kepuasan pribadi tidak tercipta dari sikap konsumtif, kemudian
17,9% responden menganggap kepuasan pribadi pasti tercipta dari kebiasaan
bersifat konsumtif dalam membeli suatu barang atau konsumtif dalam segi
apapun, dan 42,9% menjawab ragu-ragu.

Sebanyak 68 responden memberikan hak menjawabnya, dengan hasil


sebagai berikut:
0 responden Sangat Setuju
12 responden Setuju
30 responden Ragu-Ragu
26 responden Tidak Setuju
0 responden Sangat Tidak setuju

Dilihat dari jawaban para responden mahasiswa Hubungan Internasional


Unjani angkatan 2018 menunjukan adanya keseimbangan anggapan yang
menunjukan tentang sikap konsumtif yang mengakibatkan ada rasa kepuasan
tersendiri yang didapatkan.

2.2.19 Budaya Meminum Kopi Membuat Munculnya Sikap Konsumtif

Sebanyak 57,1% responden berpendapat jika budaya minum kopi ini tidak
akan membuat timbulnya suatu sikap konsumtif terhadap peminumnya,
sedangkan 42,9% responden merasa bahwa budaya minum kopi ini akan
menimbulkan sikap konsumtif terhadap dirinya karena dari kecanduan kopi

xxx
tersebut, mereka akan sering nongkrong atau take away produk kopi dari kedai-
kedai kopi.

Dilihat dari banyaknya responden yang menjawab ‘tidak’ pada pertanyaan


yang peneliti berikan ini menunjukan bahwa mahasiswa HI Unjani tidak
menjadikan budaya meminum kopi ini salah satu alasan keluarnya sikap atau pola
konsumtif diri sendiri.

2.2.20 Sikap Konsumtif Lahir Dari Kelas Sosial Masyarakat

Dari 68 tanggapan yang peneliti terima, sebanyak 50% responden sepakat


dengan argumen bahwa sikap konsumtif terlahir dari kelas sosial pada masyarakat
karena akan berpengaruh pada gengsi sesorang maupun prestise nya, 7,1%
responden menilai bahwa sikap konsumtif tidak terlahir dari kelas sosial
masyarakat, kemudian 17,9% menjawab ragu-ragu dan 25% responden sangat
setuju dengan pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.
Dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa Kuesioner,
instrumen tersebut diberikan kepada 68 mahasiswa Hubungan Internasional
Unjani 2018. Dari 68 responden, setelah dilakukan analisis, responden
menjawab :

xxxi
17 responden Sangat Setuju
34 responden Setuju
12 responden Ragu-Ragu
5 responden Tidak Setuju
0 responden Sangat Tidak Setuju
Jumlah skor untuk 17 responden menjawab Sangat Setuju : 17 x 5 = 85
Jumlah skor untuk 34 responden menjawab Setuju : 34 x 4 = 136
Jumlah skor untuk 12 responden menjawab Ragu-Ragu : 12 x 3 = 36
Jumlah skor untuk 5 responden menjawab Tidak Setuju : 5 x 2 = 10
Jumlah skor untuk 0 responden menjawab Sangat Tidak Setuju : 0 x 1 = 0
Jumlah Total = 267

STS TS RG S SS

100 200 267 300 400 500

Dilihat dari interval jawaban para responden, hasil menunjukan bahwa


mahasiswa HI Unjani ragu-ragu untuk menganggap sikap atau pola konsumtif
seseorang ini terlahir dari kelas sosial atau kasta sosial yang berada di masyarakat.

xxxii
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hampir seluruh responden mahasiswa jurusan Hubungan Internasional


Unjani angkatan 2018 pernah meminum kopi dan nongkrong di kedai-kedai kopi.
Perubahan kultur juga sangat dirasakan di mahasiswa HI Unjani angkatan 2018
dimana bukan hanya laki-laki yang kerap meminum kopi, kaum perempuan pun
ikut untuk menikmati kopi tersebut. Tidak dapat dipungkiri kalau gaya hidup akan
terpengaruhi oleh sikap konsumtif sehingga budaya barat yang dianggap liberal
akan mudah merambah kepada sikap normatif yang biasanya dipakai oleh
masyarakat Indonesia. Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti
mendapatkan sebuah pandangan atau perspektif dari responden yang mewakili
setiap kelas di jurusan Hubungan Internasional angkatan 2018. Gaya hidup
mereka tidak terpengaruh oleh budaya minum kopi dan budaya minum kopi ini
hanya dijadikan sebagai metode untuk menghilangkan penat, santai, dan
bersosialisasi. Sifat konsumtif pun menjadi hal yang dianggap terlalu mengganggu
keaadan mereka saat meminum kopi, adanya perasaan atau anggapan
menghabiskan uang hanya untuk meminum kopi atau hanya sekedar nongkrong di
kedai-kedai kopi.

Dapat dikatakan bahwa budaya minum kopi ini tidak memberikan


pengaruh apapun terhadap gaya hidup mahasiswa jurusan Hubungan Internasional
Unjani angkatan 2018 tetapi budaya meminum kopi atau nongkrong ini
memberikan pengaruh untuk kepada mahasiswa HI Unjani angkatan 2018 untuk
bersifat konsumtif dalam bentuk intensitas yang sering untuk nongkrong dan
membeli sebuah kopi.

3.2 Saran

Dengan segala kenikmatan yang diberikan oleh seduhan kopi dan dengan
segala kenyamanan yang diberikan oleh kedai-kedai kopi, saran saya adalah pihak
kedai kopi harus tetap menjaga kualitas pelayanannya dan kualitas menu yang
ditawarkan. Tentu itu semua harus didukung dengan beberapa inovasi baru. Selain

xxxiii
itu, masyarakat harus bisa memilih mana yang menjadi kebutuhan primer dan
mana yang menjadi kebutuhan sekunder karena tidak dapat dipungkiri bahwa
kecanduan nongkrong di kedai-kedai kopi ini akan memberikan pengaruh
terhadap gaya hidup dan akan cenderung lebih konsumtif. Terlebih lagi bagi kaum
muda hendaknya selalu dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya dan
berusaha menjadi pribadi yang produktif. Sehingga gaya hidup kita dapat lebih
positif.

xxxiv
Daftar Pustaka

Buku

Cresswell, J. 2013. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Dan


Metode Campuran. Pustaka Belajar. Yogyakarta. Hal: 21-22.

Gemilang, J. 2013. Rahasia Meracik Kopi Ternikmat Dari Berbagai Penjuru


Dunia. Araska. Yogyakarta.

Ibrahim, I. S., 2010. Estasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat
Komoditas Indonesia. Mizan Pustaka. Bandung.

Matono, N. 2016. Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif Klasik, Modern,


Postmodern, dan Poskolonial edisi Revisi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Veeger, K.J. 1990. Realitas Sosial : Refleksi Filsafat Sosial atas Hubungan
Individu-individu Masyarakat dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Widjaja, R. 2015. Warung Tinggi Coffee: Kopi Legendaris Tertua di Indonesia,


sejak 1878. PT Bhuana Ilmu Populer. Jakarta.

James, M. 2011. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Ghalia. Jakarta. hal 49.
Wirawan, Ida Bagus. 2012. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma : Fakta
Sosial, Definisi Sosial Dan Perilaku Sosial. Kencana. Jakarta.
Suyatno, Bagong. 2013. Sosiologi Ekonomi : Kapitalisme dan Konsumsi di Era
Masyarakat Post-Modernisme. Kencana. Jakarta.

Jurnal

Gumulya, D. Stacia, I. 2017. Kajian Budaya Minum Kopi Indonesia. Dimensi.


13(2): 153-172.
Herlyana, E. 2012. Fenomena Coffe Shop Sebagai Gejala Gaya Hidup Baru Kaum
Muda. Thaqafiyyat. 13(1): 188-204.
Ridlo, R. 2017. Perilaku Konsumtif Remaja Penikmat Warung Kopi. Jurnal
Sosiologi DILEMA. 32(1): 9-22.
Solikatun. Kartono, DT. Demartoto ,A. 2015. Perilaku Konsumsi Kopi Sebagai
Budaya Masyarakat Konsumsi. Jurnal Analisa Sosiologi. 4(1): 60:74.

xxxv
3.3 Lampiran Pertanyaan kuesioner
Halo,
Perkenalkan nama saya Fazriel Muhammad Rayhan, mahasiswa jurusan
Hubungan Internasional Universitas Jenderal Achmad Yani angkatan 2018.
Saya ingin memberikan beberapa pertanyaan dan saudara akan menjawabnya.
Dimohon kerjasamanya karena ini merupakan salah satu tugas dari mata
kuliah Metode Penelitian Sosial Kuantitatif Statistika. Terima kasih.

Kuesioner akan berisi petunjuk pengisian sebagai berikut:

Berilah jawaban pada pertanyaan berikut ini sesuai dengan pendapat saudara,
dengan cara memberi tanda centang pada kolom yang tersedia dengan
keterangan sebagai berikut:

o Sangat Setuju o Iya


o Selalu
o Tidak
o Setuju o Tidak Selalu
o Tidak Sama Sekali
o Ragu- Ragu
o Biasa Saja
o Tidak Setuju
o Sangat Tidak Setuju

PERTANYAAN
1. Apakah meminum kopi adalah gaya hidup anda pada saat ini?
A. Iya
B. Tidak
2. Apakah gaya hidup anda saat ini terpengaruh oleh trend orang yang sering
meminum kopi?
A. Iya
B. Tidak
3. Apakah anda lebih mudah bersosialisasi jika mengunjungi coffe shop?
A. Iya
B. Tidak

xxxvi
4. Apakah coffe shop menjadi tempat yang cocok untuk bersosialisasi?
A. Selalu
B. Tidak Selalu
C. Tidak Sama Sekali
D. Biasa Saja
5. Jika anda ingin bersantai, apakah anda aka mengunjungi coffe shop?
A. Iya
B. Tidak
6. Apakah dengan meminum kopi akan membuat anda merasa lebih santai?
A. Iya
B. Tidak
7. Apakah meminum kopi atau mengunjungi coffe shop bisa menghilangkan
penat?
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Ragu-Ragu
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
8. Apakah anda akan memilih mengunjungi coffe shop untuk mengerjakan
sesuatu?
A. Iya
B. Tidak
9. Apakah anda menemukan inspirasi dalam mengerjakan sesuatu jika
meminum kopi?
A. Iya
B. Tidak
10. Apakah dengan berkunjung ke coffe shop membuat pekerjaan anda lebih
cepat selesai?
A. Iya
B. Tidak
11. Apakah kelas sosial mempengaruhi anda untuk selalu berkunjung ke coffe
shop?
A. Iya
B. Tidak
12. Anggapan bahwa jika sering nongkrong ke coffe shop akan membawa
pengaruh ke dalam kelas sosial?
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Ragu-Ragu
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
13. Anggapan bahwa sesorang yang tidak suka meminum kopi dan nongkrong
akan diremehkan di sosialnya?
A. Sangat Setuju
B. Setuju

xxxvii
C. Ragu-Ragu
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
14. Apakah anda sering menghabiskan uang untuk nongkrong di coffe shop?
A. Iya
B. Tidak
15. Apakah anda menyisihkan uang anda untuk main ke coffe shop?
A. Iya
B. Tidak
16. Apakah anda menyesal mengeluarkan uang untuk nongkrong di coffe
shop?
A. Iya
B. Tidak
17. Sering nongkrong di coffe shop merupakan sikap dari konsumtif
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Ragu-Ragu
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
18. Sikap konsumtif ini menjadi kepuasaan pribadi
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Ragu-Ragu
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
19. Apakah dengan budaya minum kopi di coffe shop ini membuat pribadi
anda menjadi konsumtif?
A. Iya
B. Tidak
20. Sikap konsumtif lahir dari kelas sosial di masyarakat
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Ragu-Ragu
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju

xxxviii
Lampiran Responden

No. Nama Kelas


1 Resi Agung Muhammad A
2 Resty Kurniati A
3 Shafa Salsabila A
4 Desy Syahbani A
5 Aceng MZ A
6 Rai Muhammad A
7 Izza Aditya A
8 Tegar Citra Samudera A
9 Raja Madhani B
10 Naufal Ariq B
11 Rizkie Agustie B
12 Hagies Akbar B
13 Andika Dunant B
14 Andica Tri B
15 Miraj Saraswati C
16 Shafa Willy C
17 Andi Maulida C
18 Didi Sopiyan C
19 M. Khoir C
20 Zevira Alviniasdi D
21 Bachtiar PL D
22 Erica Octaviani D
23 Amalia Putri D
24 Sintania D
25 Fenty Nurhayati E
26 M Irfan Erfan E
27 Luthfia Calista E
28 Vitria Kai E
29 Reyal Nur Akbar F
30 Ghulam Alfian F
31 Didik Ramadhan F

xxxix
32 Ramaldo Satriatama F
33 Ayumi Rahmah F
34 Gita Oktaviani F
35 Mila Amelia F
36 Mutiara Rachmah F
No. Nama Kelas
37 Winny Allipia F
38 Syarief Eliyasa F
39 Anggit Dwi Nabila G
40 Arika Kairuzan G
41 Bagas Ramadhani G
42 Devi Sri G
43 Deanita Sari G
44 Fahd Abdurrahman G
45 Firman Maulana G
46 Iqbal Raihan G
47 Louis Harlianto G
48 Maulan Zidan G
49 Mega Oktaviani G
50 Musda Depansha G
51 Nadifa Fatma G
52 Nurma Lia G
53 Popi Sopmawati G
54 Rafinuur Adhil G
55 Rayhan Zidnie G
56 Risa Prisanti G
57 Safa Gemma G
58 Sigit Fajrin G
59 Sofyan Wananda G
60 Syifa Azkiya G
61 Yulis Agustin G
62 Zahraa Nisrina Azhar G
63 Sheren A. Puteri Ekstensi
64 Sandi P Ekstensi
65 Olandina Ekstensi
66 Dinan Haryan Ekstensi
67 Rio A Ekstensi
68 Bagus Satria Ekstensi

xl
xli

Anda mungkin juga menyukai