Disusun oleh :
Era globalisasi pada abad 21 ini telah mengalami kemajuan yang pesat, hal ini terbukti dengan
adanya globalisasi ekonomi, teknologi, informasi, politik, budaya, dan lain-lain yang dirasakan
oleh masyarakat. Akibat dari perubahan sektor tersebut, kebutuhan hidup manusia ikut berubah.
hal ini disebabkan karena semakin kompleksnya aktivitas manusia sekarang ini, dimana tidak
hanya untuk memenuhi nilai konsumsi secara fungsional melainkan untuk memenuhi nilai
simbolik. Barang-barang yang semula sebatas kebutuhan sekunder dapat menjadi primer.
Perubahan konsumsi masyarakat disini dalam arti konsumsi masyarakat bukan hanya sekedar
memenuhi kebutuhan, akan tetapi juga pemenuhan kebutuhan yang memperhitungkan gengsi
atau prestise. Perilaku konsumtif ini telah menjadi bagian dari gaya hidup dalam kehidupan
masyarakat sekarang ini.
Gaya hidup merupakan pola-pola tindakan yang membedakan antara orang satu dengan orang
yang lain. Gaya hidup berarti pemburuan penampilan diri dimuka publik dan pemburuan citra
diri dipentas komunikasi massa. Seiring dengan perkembangan teknologi, iklan sebagai salah
satu media massa yang telah menjadi semacam saluran hasrat manusia dan sekaligus saluran
wacana mengenai konsumsi dan gaya hidup.
Di Indonesia sendiri terkait dari berbagai konsumsi dan gaya hidup yang populer, terdapat
sebuah gaya hidup coffe shop. Sebenarnya istilah coffe shop adalah istilah asing. Coffe shop
sama halnya dengan kedai kopi biasa, dan biasa disebut perkembangan istilah dari warung kopi.
Karena istilah coffe shop di kota-kota kecil atau di daerah cenderung tidak dipakai, karena pada
umumnya di kota-kota atau di daerah sering mengunakan istilah warung kopi.
Kopi sendiri merupakan minuman kegemaran di hampir setiap negara di dunia termasuk
Indonesia. Industri kopi di Indonesia dalam beberapa kurun tahun terakhir terus bergairah
dengan semakin bertambah dan meningkatnya produksi kopi olahan yang dihasilkan oleh
industri pengolahan kopi Strata Industri kopi dalam negeri sangat beragam, dimulai dari unit
usaha berskala home industri hingga industri kopi berskala multinasional. Produk-produk yang
dihasilkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kopi dalam negeri, namun juga
untuk mengisi pasar di luar negeri. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumsi kopi di dalam
negeri merupakan pasar yang menarik bagi kalangan pengusaha yang masih memberikan
prospek dan peluang sekaligus menunjukkan adanya kondisi yang kondusif dalam berinvestasi
dibidang industri kopi. Peningkatan konsumsi kopi domestik Indonesia, selain didukung dengan
pola sosial masyarakat dalam mengkonsumsi kopi, juga ditunjang dengan harga yang terjangkau,
kepraktisan dalam penyajian serta keragaman rasa/cita rasa yang sesuai dengan selera konsumen.
Dengan meningkatnya taraf hidup dan pergeseran gaya hidup masyarakat perkotaan di Indonesia
telah mendorong terjadinya pergeseran dalam pola konsumsi kopi khususnya pada kawula muda.
Generasi muda pada umumnya lebih menyukai minum kopi instant, kopi three in one maupun
minuman berbasis expresso yang disajikan di cafe. Sedangkan kopi tubruk (kopi bubuk) masih
merupakan konsumsi utama masyarakat/penduduk di pedesaan dan golongan tua. Budaya minum
kopi saat ini merupakan suatu trend baru yang muncul diberbagai kalangan masyarakat.
Meningkatnya permintaan akan kopi, memancing munculnya berbagai brand, cafe dan coffee
shop di kota-kota besar. Meskipun banyak brand yang bemunculan namun pangsa pasar
yangdituju berbeda-beda. Dalam hal ini budaya konsumsi kopi ini biasanya dilakukan
masyarakat di cafe dan coffee shop di kota-kota besar, dan di kedai atau warung kopi pada
masyarakat desa ataupun kotakota kecil. Budaya minum kopi awalnya itu minuman kopinya
berwarna hitam pekat, rasanya pahit dan panas. Selain itu, karena tempatnya berupa sebuah
warung yang suasana tempatnya juga panas dan penuh dengan orang-orang maka orang yang
minum kopi merasakan panasnya.
Mengkonsumsi kopi telah menjadi kebutuhan dan kebiasaan. Salah satu contohya, yakni
kebiasaan ngopi di warung kopi yang menjadi salah satu kebutuhan bagi sebagian masyarakat
yang ingin mengisi waktu luang. setelah menjalani rutinitas. Ngopi adalah adalah istilah yang
digunakan sebagaian warga Indonesia saat sedang santai dan menikmati makanan ringan. Namun
istilah ngopi ini juga bisa pada arti yang sebenarnya yaitu “minum secangkir kopi”. Serta adanya
budaya ngopi dan menghias batang rokok dengan ampas/sisa kopi sehingga menghasilkan rokok
yang indah dipandang dan nikmat dihisap karena adanya perpaduan aroma kopi dan rokok.
Semula kebiasaan ngopi didominasi oleh orang dewasa dan orang tua, tapi kini dalam
perkembangannya remaja yang sebagian besar pelajar mulai terpengaruh dan mengikuti
kebiasaan ngopi. Sekarang ini coffe shop sedang tren dikalangan remaja di kota-kota besar.
Remaja dikota-kota besar cenderung lebih bersantai dan minum kopi di coffe shop atau kedai
kopi. Menikmati kopi dikedai sekarang ini, bukan hanya sekedar tuntutan selera atau kebutuhan,
Melainkan bagi sebagian remaja perkotaan sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Remaja yang
hidup di kota-kota besar seperti Surabaya dapat menikmati kopi yang ada di mall atau pusat
perbelanjaan seperti Starbucks, Excelso, Coffee Luwak, J’Co Donuts and Coffee, dll.
Gaya hidup yang dilakukan oleh para remaja peminum kopi ini mempengaruhi
perubahan perilaku dan sikap yang masih dalam masa perkembangannya.
Terutama gaya hidup remaja dalam perilaku konsumtif yang mereka lakukan
menimbulkan suasana santai. Gaya hidup ini sudah menjadi bagian dari kebutuhan
yang ingin mereka capai dan sudah melekat bagi remaja peminum kopi dalam
kegiatan sehari-hari mereka.
Budaya minum kopi saat ini sudah tumbuh menjadi gaya hidup seiring dengan
berkembangnya zaman. Kopi sudah tumbuh menjadi gaya hidup masyarakat urban.
Karena rasa dan aroma khas kopi, menjadikan kopi sebagai minuman yang banyak
dipilih untuk segala suasana. Keunikan kopi, bagaimana rasa dan aroma minuman
ini mampu mencairkan suasana sekaligus membuat komunikasi berjalan lebih
lancar. Hal tersebut nampak pada interaksi yang terjadi saat remaja penikmat kopi
nampak dari suasana keakraban antara sesama penikmat kopi. Ada ikatan saling
ketergantungan diantara satu orang dengan hubungan timbal balik antar pribadi
identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain. Perilaku ini biasanya
ditunjukan dengan perasaan, tindakan, sikap keyakinan, kenangan, atau rasa
hormat terhadap orang lain. Interaksi sosial biasanya merupakan sifat relatif untuk
menanggapi orang lain dengan cara yang berbeda-beda.
Para remaja penikmat kopi biasanya terjalin komunikasi, bertukar informasi dan
menjalin keakraban antara sesama penikmat kopi. Pada dasarnya setiap individu
adalah makhluk sosial yang senantiasa hidup dalam lingkup masyarakat baik itu
lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis yang di dalamnya saling
mengadakan hubungan timbal balik antara individu satu dengan individu lainnya.
Salah satu ciri bahwa kehidupan sosial itu ada yaitu dengan adanya interaksi,
interaksi sosial menjadi faktor utama di dalam hubungan antar dua orang atau lebih
yang saling mempengaruhi. Hinigharst (Sarwono, 2006), seorang remaja harus
memiliki interaksi sosial yang baik dengan lingkungannya. Interaksi sosial di
kalangan remaja yaitu interaksi yang terjadi antara remaja dengan teman sebaya,
remaja dengan lingkungan keluarga dan remaja dengan orang tua. Lingkungan
keluarga adalah faktor utama yang sangat dibutuhkan oleh anak dalam proses
perkembangan sosialnya yaitu kebutuhan akan rasa aman, dihargai, disayangi,
diterima dan kebebasan untuk menyatakan diri dalam keluarga (Ali & Asrori,
2012).
Disini lah manfaat kedai kopi selain tempat untuk menikmati cita rasa minuman
kopi, dapat sebagai wadah tempat bagi remaja untuk berkomunikasi satu sama lain.
Demikian pula seseorang individu remaja ketika ingin menikmati kopi memiliki
motif yang tidaklah sama. Artinya tentu ada sebuah tujuan yang mereka inginkan
ketika melakukan gaya hidup semacam itu. Apakah sekedar untuk mengikuti tren
gaya hidup coffe shop ataukah untuk kepentingan lain. Fenomena ini tidak jauh
dari apa yang terjadi dikalangan para remaja penikmat kopi, sehingga penulis
tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai “hubungan perilaku konsumtif
remaja penikmat kopi dengan interaksi sosial”.
interaksi sosial sendri dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, salah satunya
interaksi yang terjadi di coffe shop. Sebenarnya istilah coffe shop adalah istilah
asing. Coffe shop sama halnya dengan kedai kopi biasa, dan biasa disebut
perkembangan istilah dari warung kopi. Karena istilah coffe shop di kota-kota
kecil atau di daerah cenderung tidak dipakai, karena pada umumnya di kota-kota
atau di daerah sering mengunakan istilah warung kopi. sejak dulu tujuan orang
datang ke warung kopi tidak hanya untuk melepas dahaga dan menikati rasa
nikmatnya kopi, namun juga untuk bersosialisasi sekaligus mencari tahu inormasi
yang berkembang ditempat tinggalnya. Di warung kopi lah informasi terkumpul
dan disana pula orang-oraang saling berinteraksi sambil menikmati minumannya.
Budaya minum kopi saat ini sudah tumbuh menjadi gaya hidup seiring dengan
berkembangnya zaman. Karena rasa dan aroma khas kopi, menjadikan kopi
sebagai minuman yang banyak dipilih untuk segala suasana. Keunikan kopi,
bagaimana rasa dan aroma minuman ini mampu mencairkan suasana sekaligus
membuat komunikasi berjalan lebih lancar.
Semula kebiasaan ngopi didominasi oleh orang dewasa dan orang tua, tapi kini
dalam perkembangannya remaja yang sebagian besar pelajar mulai terpengaruh
dan mengikuti kebiasaan ngopi. Sekarang ini coffe shop sedang tren dikalangan
remaja di kota-kota besar maupun didesa-desa. Menikmati kopi dikedai sekarang
ini, bukan hanya sekedar tuntutan selera atau kebutuhan, Melainkan bagi sebagian
remaja sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Gaya hidup yang dilakukan oleh
para remaja peminum kopi ini mempengaruhi perubahan perilaku dan sikap yang
masih dalam masa perkembangannya. Terutama gaya hidup remaja dalam perilaku
konsumtif yang mereka lakukan menimbulkan suasana santai dan juga keakraban
antara sesama penikmat kopi. Selain itu biasannya para remaja penikmat kopi
terjalin komunikasi dan saling bertukar informasi ditempat coffe shop atau kedai
kopi tersebut.
Demikian pula seseorang individu remaja ketika ingin menikmati kopi memiliki
motif yang tidaklah sama. Artinya tentu ada sebuah tujuan yang mereka inginkan
ketika melakukan gaya hidup semacam itu. Apakah sekedar untuk mengikuti tren
gaya hidup coffe shop ataukah untuk kepentingan lain. sehingga dengan motif
tersebutlah apakah menjadi penyebab ada dan tidaknya interaksi sosial. Fenomena
ini tidak jauh dari apa yang terjadi dikalangan para remaja penikmat kopi, sehingga
penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai “hubungan perilaku
konsumtif remaja penikmat kopi dengan interaksi sosial”.
Nasional (Jakarta: 2008) hlm. 594. 2 Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 1522 3 Soejono Soekanto,
Sosiologi: Suatu Pengantar, hlm. 78.
Aspek-Aspek Interaksi Sosial
Aspek-aspek yang mendasari terjadinya interaksi sosial, yaitu
(Anorogo dan Widiyanti , 1990) :
a. Adanya Kontak Sosial
Dalam hubungan kontak sosial memiliki tiga bentuk yaitu
hubungan antar perorangan, hubungan antar orang dengan kelompok,
hubungan antar kelompok. Hubungan ini bisa terjadi bila kita
berbicara dengan pihak lain secara berhadapan langsung maupun tidak
langsung.
b. Adanya Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan
seseorang pada orang lain, yang biasanya proses penyampaiannya dengan
menggunakan bahasa. Walaupun ada juga yang menggunakan
bahasa atau hanya dengan isyarat saja. Dalam kehidupan sehari-hari
kita melihat komunikasi ini dalam berbagai bentuk, misalnya bergaul
dengan teman, percakapan antara dua orang, pidato, berita yang
dibacakan oleh penyiar, buku cerita, koran, dan sebagainya. Terdapat
lima unsur dalam proses komunikasi yaitu :
1) Adanya pengirim berita
2) Penerima berita
3) Adanya berita yang dikirimkan
4) Ada media atau alat pengirim berita
5) Ada sistem simbol yang digunakan untuk menyatakan berita
Faktor interaksi
Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada beberapa
faktor berikut ini :
a. Imitasi
Gabriel Tarde (Dayakisni & Hudaniah, 2009 ) menyatakan bahwa
seluruh kehidupan sosial manusia didasari oleh faktor-faktor imitasi.
Imitasi dapat mendorong individu atau kelompok untuk
melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik.
b. Sugesti
Soekanto (1990; dalam Dayakisni & Hudaniah, 2009) menyatakan
bahwa proses sugesti dapat terjadi apabila individu yang memberikan pandangan tersebut adalah
orang yang berwibawa atau
karena sifatnya yang otoriter.
c. Identifikasi
Identifikasi di dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi
indentik (sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun
bathiniah.
d. Simpati
Simpati merupakan suatu bentuk interaksi yang melibatkan adanya
ketertarikan individu terhadap individu lainnya. Soekanto (1990;
dalam Dayakisni & Hudaniah, 2009 ) menyampaikan bahwa
dorongan utama pada simpati adalah adanya keinginan untuk
memahami pihak lain dan bekerja sama.
Perilaku konsumtif menurut Kotler (1997) dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:
a. Faktor Budaya
Faktor budaya memiliki pengaruh yang luas dan mendalam terhadap perilaku.
1. Peran budaya. Budaya adalah penentu keinginan dan perilaku yang paling14
2. Sub budaya. Setiap budaya terdiri dari sub budaya yang lebih kecil yang
3. Kelas sosial pembeli. Pada dasarnya semua masyarakat memiliki strata sosial.
Strata tersebut biasanya terbentuk system kasta di mana anggota kasta yang
berbeda dibesarkan dengan peran tertentu dan tidak dapat mengubah keanggotaan
kasta mereka. Stratifikasi lebih sering ditemukan dalam bentuk kelas sosial.
b. Faktor Sosial
seseorang pada perilaku dan gaya baru. Mereka juga mempengaruhi perilaku
apa yang mungkin mempengaruhi pilihan produk dan merk actual seseorang.
pengaruh utama atas pilihan merk dalam barang-barang seperti perabot dan
pakaian.
dalam masyarakat, dan telah menjadi obyek penelitian yang ekstensif. Anggotakeluarga
merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. Keluarga
primer terdiri dari orang tua dan saudara kandung. Dari orang tua individu
mendapatkan orientasi atas agama, politik, ekonomi, ambisi peribadi, harga diri,
signifikan.
3. Peran dan Status. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh
c. Faktor Pribadi
Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi,
1. Usia dan Tahap Siklus Hidup. Orang membeli barang dan jasa yang berbeda
sepanjang hidupnya. Tahap siklus hidup, situasi keuangan dan minat produk
pada situasi hidupnya. Pemasar memberikan perhatian yang besar pada situasi
hidup yang berubah, bercerai dan dampak mereka terhadap perilaku konsumtif.
Pekerja kerah biru akan membeli pakaian kerja, sepatu kerja. Direktur
memiliki minat di atas rata-rata atas produk dan jasa mereka. Sebuah
pekerjaan tertentu.
dan sikap atas belanja dan menabung. Pemasar barang-barang yang peka
ulang, dan menetapkan kembali harga produk sehingga mereka dapat terus
4. Gaya Hidup. Orang-orang yang berasal dari sub budaya, kelas sosial, dan
pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup
pilihan produk atau merk yang berkaitan dengan kepribadian adalah konsep
d. Faktor Psikologis
Pilihan pembelian dipengaruhi oleh enam faktor psikologis utama yaitu:
1. Motivasi. Motivasi berasal dari kata motif, merupakan kekuatan yang terdapat
dalam diri individu yang menyebabkan individu bertindak atau berbuat. Setiap
2. Persepsi. Individu yang termotivasi pasti akan siap bereaksi, tapi bagaimana
sifat yang ada dalam diri individu yang sangat berpengaruh pada perubahan
internal dirinya, seperti motif, IQ, emosi spiritualitas, maupun persepsi dan
Pengertian Remaja
Istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata
Belanda, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
dewasa (dalam Hurlock, 1999). Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat
ini mempunyai arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional, spasial dan
fisik.
remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia
dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan
Menurut Monks (1999) remaja adalah individu yang berusia antara 12-21
tahun yang sedang mengalami masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa,
dengan pembagian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja
dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, dimulai saat anak secara seksual matang dan
Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1999) ciri-ciri masa remaja antara lain:
1. Masa remaja sebagai periode yang penting
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah
demikian dapat diartikan bahwa apa yang telah terjadi sebelumnya akan
meninggalkan bekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang, serta mempengaruhi
pola perilaku dan sikap yang baru pada
tahap berikutnya.
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar
pesat diikuti dengan perubahan perilaku dan sikap yang juga berlangsung
pesat. Perubahan fisik menurun, maka perubahan sikap dan perilaku juga
menurun.
masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak
laki-laki maupun anak perempuan. Ada dua alasan bagi kesulitan ini,
yaitu :
a. Sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian
diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan
remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah.
b. Remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi
masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru.
5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pencarian identitas dimulai pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian
diri dengan standar kelompok lebih penting daripada bersikap
individualistis.Penyesuaian diri dengan kelompok pada remaja awal
masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan, namun lambat
laun mereka mulai mendambakan identitas diri dengan kata lain ingin
menjadi pribadi yang berbeda dengan oranglain.
6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotype budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak
rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku
merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan
mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan
bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal
Remaja pada masa ini melihat dirinya sendiri dan orang lain
menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain
ditetapkannya sendiri.
memberi citra yang mereka inginkan Sesuai dengan pembagian usia remaja menurut Monks
(1999) maka terdapat
tiga tahap proses perkembangan yang dilalui remaja dalam proses menuju
dirinya. Pada tahap ini remaja berada dalam kondisi kebingungan karena
masih ragu harus memilih yang mana, peka atau peduli, ramai-ramai
pencapaian :
lain.
umum.
remaja adalah bahwa masa remaja adalah merupakan periode yang penting, periode
peralihan, periode perubahan, usia yang bermasalah, mencari identitas, usia yang
menimbulkan ketakutan, masa yang tidak realistik dan ambang masa kedewasaan.