Anda di halaman 1dari 42

METODE PENELITIAN KUALITATIF

FENOMENA KONSUMSI KOPI : MENILIK GAYA HIDUP


MASYARAKAT URBAN PADA CAFÉ DI JALAN MULTATULI, KOTA
MEDAN

Disusun Oleh:

Sri Lestari (150901014)


Relica Yolanda (150901080)
Risma Hotmauli Bancin (150901062)
Lolo Kindly Manik (150901086)
Sophia Alida Pulungan (150901030)
Martin Simorangkir (150901060)
Devi Sajaah Rambe (160901028)
Saima Minta Ito Dalimunthe (160901030)
Shamrat Michael Ambarita (160901052)
Lolo Romianna Angkat (160901058)
Ruth Shania Manalu (160901064)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
DAFTAR ISI

BAB 1.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah........................................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................6
2.1 Kopi Dan Warung Kopi...............................................................................................6
2.2 Globalisasi kapitalis.....................................................................................................7
2.3 Masyarakat Konsumsi dan Gaya Hidup......................................................................8
BAB III.....................................................................................................................................15
METODE PENELITIAN.........................................................................................................15
3.1 Jenis Penelitian..........................................................................................................15
3.2 Lokasi Penelitian.......................................................................................................15
3.3 Unit Analisis Dan Informan.......................................................................................16
3.4 Tekhnik Pengumpulan Data.......................................................................................16
3.5 Interpretasi Data........................................................................................................17
BAB IV....................................................................................................................................18
HASIL DAN INTERPRETASI................................................................................................18
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian.......................................................................................18
4.2 Profil Informan..........................................................................................................20
BAB V......................................................................................................................................22
KESIMPULAN........................................................................................................................22
TRANSKIP WAWANCARA...................................................................................................26
INTERVIEW GUIDE...............................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................40

i
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada masa milenial ini, telah mengalami kemajuan yang sangat pesat baik dari
teknologi, informasi, politik dan budaya. Hal ini di buktikan dengan adanya
globalisasi ekonomi yang di rasakan oleh masyarakat. Globalisasi merupakan faktor
meluasnya pengaruh kapitalisme dan demokrasi liberal yang mengarah kepada
hegemoni budaya yang menyebabkan setiap tempat menjadi sama baik dari bentuk
fashion, gadget, arsitektur globalisasi. Wacana modernisasi menyebabkan mudahnya
budaya barat masuk ke indonesia dan mendapatkan pengaruh yang di anggap modern.
Wacana modernisasi ditandai dengan berubahnya sikap dan prilaku, revolusi
pengetahuan melalui komunikasi, dan urbanisasi.
Globalisasi mempengaruhi industri kopi di Indonesia dalam beberapa kurun
tahun terakhir terus bergairah dengan semakin bertambah dan meningkatnya produksi
kopi olahan yang dihasilkan oleh industri pengolahan kopi, semakin suburnya Cafe
dan Coffee Shop di kota-kota besar. Pertembuhan produksi kopi olahan, terutama kopi
bubuk terus menanjak. Strata Industri kopi dalam negeri sangat beragam, dimulai dari
unit usaha berskala home industri hingga industri kopi berskala multinasional.
Produk-produk yang dihasilkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
kopi dalam negeri, namun juga untuk mengisi pasar di luar negeri. Hal tersebut
menunjukkan bahwa konsumsi kopi di dalam negeri merupakan pasar yang menarik
bagi kalangan pengusaha yang masih memberikan prospek dan peluang sekaligus
menunjukkan adanya kondisi yang kondusif dalam berinvestasi dibidang industri
kopi.
Kopi menjadi salah satu komoditi yang menjadi trend dan lifestyle terkini. Tak
lengkap rasanya jika satu pagi tidak dilewati dengan minum secangkir kopi. Budaya
minum kopi ini sudah berlangsung sejak dulu. Di beberapa sentra kopi seperti aceh,
warung kopi menjadi tempat yang wajib ada, kita mengenal banyaknya warung kopi
dalam novel dan film laskar pelangi di bangka dan belitung sering disebut negeri 1001
kedai kopi, begitu lekatnya budaya minum kopi di Indonesia. Di tengah budaya
tersebut saat ini terselip nafas kapitalisme melalui perwujudan sebuah trend minum
kopi melalui waralaba dan brand asing. Memimpin sebuah trend untuk anak muda

1
kota besar yang rela menghabiskan uangnya untuk menjadi bagian dari trend minum
kopi tersebut.
Komoditas Kopi hanya salah satu objek yang digarap oleh para kapitalis untuk
meraup keuntungan sebanyak-banyaknya. Memanfaatkan banyaknya penyuka kopi,
para kapitalis itu berbondong-bondong menyiapkan strategi untuk memonopoli pasar
kopi dan menciptakan daya adiktif bagi konsumen untuk terus menerus
mengkonsumsi produk-produk mereka dengan daya tarik fatamorgana yang mereka
adakan sendiri.
Industrialisasi di era post modern datang terlalu cepat dengan memberikan
suatu hal yang didasari sebuah citra yang mengandung pengekangan yang sangat
absurd, sehingga kita tidak sempat menyadarinya. Alih-alih dimudahkan kita justru
diarahkan untuk semakin menjadi ketergantungan pada produk-produk kapitalis itu.
Kesadaran kita telah dikoyak, diganti dengan kesadaran- kesadaran semu yang
mendadak tergagap membedakan realitas asli dan buatan. Para kapital kopi itu telah
membuat logika masyarakat jungkir balik dikontrol oleh merk dan brand yang mereka
konstruksi dalam iklan. Kemudian melihat suatu kebiasaan baru dari munculnya
globalisasi seperti media sosial yang kemudian masyarakat luas mulai melihat sebagai
suatu hal yang dianggap trend kemudian menjadi gaya hidup masyarakat indonesia
saat ini. Tanpa sadar, kita telah kehilangan diri sendiri, semakin kehilangan
pengetahuan tentang jati diri kita sendiri.
Peningkatan konsumsi kopi domestik Indonesia, selain didukung dengan pola
sosial masyarakat dalam mengkonsumsi kopi, juga ditunjang dengan harga yang
terjangkau, kepraktisan dalam penyajian serta keragaman rasa/cita rasa yang sesuai
dengan selera konsumen. Dengan meningkatnya taraf hidup dan pergeseran gaya
hidup masyarakat perkotaan di Indonesia telah mendorong terjadinya pergeseran
dalam pola konsumsi kopi khususnya pada kawula muda. Generasi muda pada
umumnya lebih menyukai minum kopi instant, kopi three in one maupun minuman
berbasis expresso yang disajikan di cafe. Sedangkan kopi tubruk (kopi bubuk) masih
merupakan konsumsi utama masyarakat/penduduk di pedesaan dan golongan tua.
Hal tersebut terjadi tentu dipengaruhi oleh munculnya modernisasi yang
mempengaruhi perubahan pada masyarakat yaitu gaya hidup dengan pengaruh
kapitalisme. Masyarakat membuat gaya hidup menjadi lebih seimbang dengan gaya
hidup barat bahkan, tidak memikirkan nilai-nilai leluhur pada masyarakat dan
Masyarakat memandang negara barat sebagi kiblat perkembangan zaman.

2
Faktor dari industrialisasi yang mengakibatkan melimpah ruahnya barang-
barang produksi yang menawarkan segala yang serba mewah dan instan yang
membuat masyarakat berperilaku konsumtif pada masyrakat kapitalisme dalam
mengkonsumsi, tidak untuk memenuhi nilai fungsional melainkan memenuhi nilai
simbolik. Maka dari hal tersebut yang semula hanya sebatas kebutuhan sekunder dan
akhirnya menjadi kebutuhan primer. Dalam perubahan konsumsi pada masyarakat
yaitu dapat diartikan bukan hanya sekedar dapat memenuhi kebutuhan melainkan
memenuhi kebutuhan yang mengutamakan “gengsi”.
Perilaku konsumtif ini telah menjadi bagian dari gaya hidup pada masyarakat
kota saat ini. Minum kopi tidak hanya sekedar tuntutan rasa selera melainkan bagi
masyaraat perkotaan sudah menjadi bagian dari gaya hidup dalam budaya minum
kopi pada kenyataannya telah mengalami pergeseran. Minuman kopi mengandung
berbagai zat yang bersifat psikotripika salah satunya adalah kafein, yang mampu
menstimulasi produksi dua hormon perangsang yaitu kortison dan adrenalin.
Akibatnya kopi memberikan efek menghilangkan rasa kantuk, meningkatkan
kesadaran mental, pikiran, fokus dan respon. Minum kopi juga dapat menjadikan
tubuh tetap terjaga dan meningkatkan energi. Sementara itu, kenyataan tentang kedai
kopi sebagai gaya hidup ini makin dipertegas dengan kebutuhan modernisasi, kedai
kopi kini sebagai tempat proses pergaulan sosial, tempat nongkrong anak-anak muda.
Perilaku konsumsi kopi yang dilakukan peminum kopi dapat dilihat dari aktor
atau peminum kopi, aktivitas yang dilakukan, penampilan, alasan konsumsi kopi dan
tempat minum kopi. Hal-hal yang mempengaruhi perilaku konsumsi kopi antara lain
media sosial, gaya hidup, teman atau rekankerja, keluarga, pendapatan, motive dan
pengetahuan peminum kopi. Indikator perilaku konsumtif sendiri antara lain konsumsi
dilakukan hanya untuk menjaga penampilan diri atau gengsi, mengonsumsi atas
pertimbangan harga dan konsumsi untuk menunjukkan status sosial.
Perilaku mengonsumsi kopi yang dilakukan peminum kopi yang Nampak
secara langsung (riil) adalah peminum kopi menikmati secangkir kopi yang telah
dipesan. Disamping itu peminum kopi hanya duduk santai sambil browsing internet
ataupun ngobrol dengan teman atau rekan kerja. Dalam hal ini perilaku mengonsumsi
kopi yang telah ditawarkan kedai kopi melaui tanda dan citra telah menjadi
pengontrol pikiran dan tingkah laku peminum kopi. Kedai kopi telah menawarkan
perilaku menikmati secangkir kopi melalui nilai tanda seperti tempat duduk yang
empuk atau sofa, pencahayaan yang terang, tempat yang nyaman, pemesanan kopi

3
yang praktis, dan pelayanan yang memuaskan. Semua nilai tanda ini telah di
konsumsi oleh peminum kopi, kondisi seperti ini yang disebut hiperealitas. Dalam
simulacra perilaku mengonsumsi kopi, peminum kopi telah mengonsumsi prestise,
gengsi, status sosial, kesan orang yang elegan dan eklusif, dan menjadi gaya hidup
masyarakat modern. Dalam hal ini apa yang dibeli dan dikonsumsi tidak lebih dari
tanda-tanda yang ditanamkan ke dalam obyek-obyek konsumsi yang membedakan
pilihan dan pemaknaan masing-masing individu.
Fenomena konsumsi kopi dapat dilihat di kota medan, di daerah Multatuli.
Medan adalah kota metropolitan, salah satu kota yang memiliki kemajuan ataupun
perkembangan yang kuat. Di kota medan tersebut perkembangan teknologi, informasi,
politik dan budaya telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Medan adalah kota
multietnis yang mana penduduknya terdiri dari orang-orang dengan latar belakang
budaya dan agama yang berbeda-beda. Mayoritas penduduk Medan bekerja di sektor
perdagangan, sehingga banyak ditemukan ruko di berbagai sudut kota. Peneliti
melihat gaya hidup masyarakat yang ada di kota medan tersebut mayoritas memiliki
sifat kapitalis dan bergaya hidup yang modern. Salah satunya yaitu menongkrong di
warung kopi ataupun berkumpul di kafe-kafe dengan tengan sekelompok orang
ataupun sendiri sambil menikmati kopi.
Kota medan juga sudah seaakan memiliki ciri khas dengan budaya nongkrong.
Budaya nongkrong di medan itu sudah seakan mendarah daging, sudah menjadi gaya
hidup. Mulai dari pagi hari hingga malam hari, hampir 24 jam kita bisa melihat
tempat tongkrongan minum kopi ada di setiap penjuru kota medan. Mulai siang hari
tanpak ramai dengan para remaja, pekerja swasta, mahasiswa sudah ramai nongkrong
di tempat-tempat kopi. Warung kopi ataupun cafe-cafe yang ada di kota medan, sejak
pagi hari sudah buka lantas menjelang siang hari sudah banyak yang datang.
Dalam penelitian ini sangat jelas kami melihat bahwa sanya masyarakat yang
ada di kota medan ataupun Multatuli tersebut mayoritas lebih banyak memilih kafe-
kafe untuk tempat tongkrongan atau perkumpulan dengan teman-teman atau
nongkrong sendiri.masyarakat berpendapat bahwa menongkrong di kafe sambil
meminum kopi mempunyai alasan tersendiri, dari suasana yang lebih santai untuk
meminum kopi ditambah tempat yang lebih menarik dibandingkan daripada warung-
warung kopi yang ada di pinggir jalan dan alasan lain yang juga dikatakan masyarakat
yaitu bahwasanya sebagaian ataupun rata-rata kafe yang menyediakan wifi membuat

4
masyarakat pengkonsumsi kopi lebih tertarik untuk nongkrong atau minum kopi di
kafe—kafe tersebut.
Perkembangan tempat-tempat nongkrong kopi sangat berkembang pesat
dimanapun Salah satunya di mall-mall yang ada di kota medan. Adanya tempat-
tempat minum kopi yang modern di mall membuat para konsumsi kopi semakin
mudah untuk mememukan tempat untuk mnongkrong minum kopi. Hal tersebut juga
membuat masyarakat semakin banyak untuk mengunjungi mall-mall untuk berbelanja
ataupun nongkrong untuk minum kopi dan hal tersebut juga menyebabkan
berkurangnya minat masyarakat untuk datang ke pasar-pasar tradisional.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang membuat masyarakat tetap meminum kopi?
2. Bagaimana masyarakat membuat penikmat kopi sebagai gaya hidup?
3. Bagaimana perilaku komsumtif remaja penikmat kopi?

1.3 Tujuan Penelitian


Untuk mendapatkan informasi dari hasil penelitian kepustakaan (library
research) yang ditunjang oleh data lapangan (field research) mengenai permasalahan
konsumsi yang dalam penelitian ini akan mengidentifikasi tentang gaya hidup
konsumtif masyarakat di kedai kopi atau pun cafe dan pola konsumsi kopi di Jalan
MultatuliUntuk memberikan informasi tentang pergeseran pola konsumsi kopi. Hal
ini berkaitan dengan mengenai persoalan selera, hasrat, ikon, budaya dan gaya hidup
(life style) konsumerisme di berbagai komunitas cafe atau kedai kopi.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Memberikan kontribusi yang positif dan kontruktif dari hasil penelitian ini,
kepada Prodi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan politik Universitas Sumatera
Utara tentang fenomena pola konsumsi kopi dengan cara menilik gaya hidup
konsumtif penikmat kopi serta komunitas cafe dan kedai kopi di jln. Multatuli.
2. Memberikan kesempatan kepada akademisi sosial dapat melakukan riset yang
dapat mengembangkan disiplin ilmunya, sehingga diharapkan dapat melahirkan
generasi peneliti yang peka terhadap fenomena sosial yang ada di sekitarnya.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kopi Dan Warung Kopi


Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan dan
ekstraksi biji tanaman kopi. Kata kopi sendiri berasal dari bahasa Arab qahwah yang
berarti kekuatan, karena pada awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi
tinggi. Kata qahwah kembali mengalami perubahan menjadi kahveh yang berasal dari
bahasa Turki dan kemudian berubah lagi menjadi coffie dalam bahasa Belanda.
Penggunaan kata coffie segera diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata kopi
yang dikenal saat ini. Secara umum, terdapat dua jenis biji kopi, yaitu arabika
(kualitas terbaik) dan robusta.
Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan
berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa Etiopia di benua Afrika sekitar 3000
tahun (1000 SM) yang lalu. Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi
salah satu minuman paling popular di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan
masyarakat. Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi
per tahunnya. Di samping rasa dan aromanya yang menarik, kopi juga dapat
menurunkan risiko terkena penyakit kanker, diabetes, batu empedu, dan berbagai
penyakit jantung (kardiovaskuler). Budaya ngopi di Amerika Serikat sudah dimulai
sejak tahun 1971 ketika kedai kopi Starbucks yang terkenal itu untuk pertama kalinya
dibuka di Pike Place, Seattle. Semula pengunjung yang datang ke kedai kopi itu
adalah kaum pria. Mereka berkumpul sehabis jam kerja untuk sekedar melepas penat
dengan secangkir kopi dan teman ngobrol yang juga sesama pengunjung. Budaya
ngopi ini menyebar ke seluruh penjuru Amerika dan akhirnya menjalar ke Eropa.
Pengunjung kedai kopi pun tak lagi didominasi kaum pria tapi juga wanita dan
bahkan kalangan remaja.
Indonesia mengenal Warung kopi pertama kali diperkenalkan kepada
masyarakat aceh oleh orang Belanda, yang pada saat itu adalah bangsa yang ingin
menjajah Aceh. Warung kopi khususnya diperkenalkan pada pedagang keturunan
Tionghoa di Aceh. Tujuan orang Belanda mendirikan warung kopi agar masyarakat
Aceh terlena oleh suasana warung kopi yang dibuat untuk tempat bersantai.
Diharapkan nantinya masyarakat Aceh lupa untuk memikirkan hal-hal perlawanan

6
terhadap orang Belanda (Mauriza, 1998: 30). Akan tetapi percakapan yang terjadi
diwarung kopi malah merupakan rencana-rencana perlawanan terhadap pihak
Belanda. Karena hal tersebut, kegiatan berkumpul di warung kopi sempat dilarang.
Akan tetapi, masyarakat Aceh yang sudah nyaman dan senang dengan suasana
warung kopi tetap duduk diwarung kopi secara sembunyi-sembunyi. Pemilik warung
kopi awalnya adalah para keturunan Tionghoa. Mereka lumayan sukses dalam
mengembangkan usaha warung kopi. Orang pribumi Aceh dijadikan pelayan untuk
menjalankan usaha warung kopi. Setelah lama bekerja, barulah orang Aceh
mengetahui cara pembuatan kopi dan mulai membuka usaha warung kopi sendiri
(Mauriza,1998: 30). Hingga sekarang kebanyakan warung kopi yang ada di Banda
Aceh adalah milik orang Aceh.
Saat ini kedai kopi pun lebih dikenal dengan sebutan café untuk
menggambarkan identitasnya sebagai wadah sosialisasi lewat kopi. Starbucks sebagai
pelopor kedai kopi gaul pun berhasil melebarkan sayapnya dan membuka hingga
5.886 kedai di seluruh dunia, termasuk Medan. Budaya ngopi di Medan, sudah mulai
terlihat di awal tahun 1990-an ketika mall mulai menjamur. Budaya mall saat itu lebih
menekankan pada kegiatan ngeceng atau kumpul bersama teman, maka kedua café itu
menawarkan nuansa yang berbeda dengan nuansa café di era millennium seperti
sekarang. Para pelaku bisnis yang jeli membaca pasar segera beramai-ramai membuka
kedai-kedai kopi bermula di Medan hingga ke seluruh kota besar di Indonesia.
Sekarang kita bisa melihat kedai-kedai kopi di Medan dengan berbagai ciri khas
masing-masingnya.

2.2 Globalisasi kapitalis


Perkembangan globalisasi pada abad 21 ini telah mengalami kemajuan yang
pesat, hal ini terbukti dengan adanya globalisasi ekonomi, teknologi, informasi,
politik, budaya, dan lain-lain yang dirasakan oleh masyarakat. Munculnya arus
globalisasi dewasa ini mengakibatkan luruhnya nilai-nilai budaya lokal yang
kemudian diganti dengan budaya modern.
Globalisasi merupakan proses meluasnya pengaruh kapitalisme dan sistem
demokrasi liberal yang menggiring ke arah hegemoni budaya yang menyebabkan
setiap tempat menjadi sama, baik bentuk arsitektur, fashion, gadget, dan lain-lain
(Piliang 2010 : 236). Pengaruh globalisasi dan wacana modernisasi menyebabkan

7
semakin mudahnya budaya barat masuk ke Indonesia dan dianggap modern oleh
sebagian masyarakat.
Modernisasi di tandai oleh berubahnya sikap dan perilaku, pengeluaran
(belanja) pendidikan berat, revolusi pengetahuan melalui sarana komunikasi,
industrialisasi, urbanisasi, sekularisasi, dan teknologi yang maju (Abraham 1991 : 7-
13). Modernisasi ini yang mengubah gaya hidup menjadi lebih seirama dengan gaya
hidup barat bahkan terkadang dengan menanggalkan nilai-nilai budaya lama. Negara-
negara barat dipandang sebagai kiblat perkembangan zaman. Sementara itu,
industrialisasi berkaitan dengan melimpahruahnya barang-barang produksi yang
menawarkan serba kemewahan dan instan menjadikan masyarakat berperilaku
konsumtif.
Konsumsi dalam masyarakat kapitalisme global, tidak hanya untuk memenuhi
nilai fungsional melainkan untuk memenuhi nilai simbolik. Barang-barang yang
semula sebatas kebutuhan sekunder dapat menjadi primer. Perubahan konsumsi
masyarakat di sini dalam arti konsumsi masyarakat bukan hanya sekedar memenuhi
kebutuhan, akan tetapi juga pemenuhan kebutuhan yang memperhitungkan gengsi
atau prestise. Perilaku konsumtif ini telah menjadi bagian dari gaya hidup dalam
kehidupan masyarakat sekarang ini.

2.3 Masyarakat Konsumsi dan Gaya Hidup


Gaya hidup, menurut Kottler , menggambarkan “keseluruhan diri seseorang”
yang berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Susanto 3 , gaya hidup adalah
perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang
dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku. Oleh karena itu banyak
diketahui macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang misalnya gaya
hidup hedonis, gaya hidup metropolis, gaya hidup global dan lain sebagainya.
Plummer (1983) mengatakan bahwa gaya hidup adalah cara hidup individu yang di
identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa
yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka
pikirkan tentang dunia sekitarnya. Adler menyatakan bahwa gaya hidup adalah hal
yang paling berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang dalam hubungannya
dengan 3 hal utama dalam kehidupan yaitu pekerjaan, persahabatan, dan cinta
sedangkan Sarwono (1989) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
gaya hidup adalah konsep diri.

8
Masyarakat yang budayanya kian mengglobal tentu membutuhkan fasilitas
serta sarana hiburan dan teknologi yang lebih modern. Globalisasi telah menjadi
kekuatan besar yang membutuhkan respon tepat karena ia memaksa suatu strategi
bertahan hidup bagi berbagai kelompok dan masyarakat (Featherstone, 19915 ).
Sumber daya manusia yang meningkat menuntut kebutuhan akan teknologi informasi
dan gaya hidup yang lebih maju.
Pengertian Gaya hidup secara luas didefinisikan sebagai cara hidup yang
diidentifikasikan oleh bagaimana seseorang menghabiskan waktu mereka (aktivitas),
apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang
mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia disekitarnya (pendapat).
Gaya hidup suatu masyarakat akan berbeda dengan masyarakat yang lainnya. Bahkan
dari masa ke masa gaya hidup suatu individu dan kelompok masyarakat tertentu akan
bergerak dinamis. Gaya hidup pada dasarnya merupakan suatu perilaku yang
mencerminkan masalah apa yang sebenarnya ada di dalam alam pikir pelanggan yang
cenderung berbaur dengan berbagai hal yang terkait dengan masalah emosi dan
psikologis konsumen.
Jean Baudrillard merupakan seorang teoritisi postmodernis dan sosiolog asal
Perancis, Baudrillard menjelaskan konsep dasar tentang konsumsi dengan
menghubungkannya dengan kapitalisme global dan media massa yang berperan dalam
menyebarkan tanda-tanda untuk dikonsumsi oleh masyarakat konsumen. Baudrillard
(1998 : 32) menyatakan, situasi masyarakat kontemporer dibentuk oleh kenyataan bahwa
manusia sekarang dikelilingi oleh faktor konsumsi. Pada kenyataannya manusia tidak
akan pernah merasa terpuaskan atas kebutuhan-kebutuhannya. Baudrillard (Nanang, 2012
: 134), rasionalitas konsumsi dalam sistem masyarakat konsumen telah jauh berubah,
karena saat ini masyarakat membeli barang bukan sebagai upaya untuk memenuhi
kebutuhan (needs) namun lebih sebagai pemenuhan hasrat (desire).
Baudrillard menyatakan bahwa dalam masyarakat era postmodernitas, nilai
tukar menjadi nilai tanda, konsumerisme masyarakat bukan lagi pada kegunaan suatu
barang, bukan juga berdasarkan harga suatu barang melainkan berdasarkan pada nilai
prestis dan makna simbolis (Yongky, 2014:23-24). Berdasarkan pemahaman tersebut,
dalam membeli suatu barang lebih berorientasi pada nilai simbolis daripada nilai
guna, hal tersebut sama halnya dengan pernyataan Baudrillard. Disamping itu dalam
mengikuti trend terkini, masyarakat juga mengikuti apa yang lagi sedang heboh
maupun viral.

9
Gaya hidup konsumtif masyarakat memiliki kegemaran dari penggunaan
produk-produk bermerek untuk menunjang penampilan yang terlihat modis, dan
kegemarannya untuk ngumpul di café-café serta restoran makanan cepat saji yang
tidak terlepas dari perkembangan industrialisasi. Dimana kapitalisasi yang terjadi di
Kota-kota semakin hari semakin bertambah, dan ini terlihat dari ikon-ikon kapitalisme
yang sudah terpampang dan mudah ditemukan disudut-sudut jalan kota, hampir segala
jenis, seperti pusat perbelanjaan modern (Mall), restoran makanan cepat saji, serta
ragam café yang tersedia. Seolah-olah arus globalisasi yang membawa kapitalisme
sudah membendung dan memanjakan para masyarakat untuk mengikuti selera pasar.
Konsumsi di kalangan masyarakat tidak lagi dinilai lagi secara fungsi, tapi
diambil alih oleh simbol yang telah melewati proses simulasi yang mengaburkan
fungsi itu sendiri. Sehingga yang terjadi adalah tidak adanya timbal balik dalam
hubungan sosial. Hubungan sosial bukan lagi karena kebutuhan (nilai fungsi)
melainkan diganti pertukaran simbolik (status atau identitas) yang direpresentasikan
melalui gaya hidup.
Di dalam ruang lingkup perkotaan perubahan yang terjadi merupakan suatu
kepastian dalam roda perjalanan suatu kota, perkembangan sarana konsumsi yang
pesat di suatu Kota tidak terlepas dari banyaknya kaum muda yang menghuni kota
tersebut. Konsumen muda yang terdiri dari generasi muda maupun milenial, kalangan
pelajar dan kalangan mahasiswa menjadi target sasaran bagi pemilik modal.
Keberadaan berbagai pusat berbelanjaan, ragam café serta restoran makanan cepat saji
menciptakan budaya konsumsi di kalangan kaum muda. Sebagaimana yang dikatakan
oleh Baudrillard, bahwa masyarakat konsumsi itu sendiri tidak terlepas dari arena
konsumsi dalam kehidupan shari-hari, dengan banyaknya arena konsumsi tersebut
maka sebagian waktu mahasiswa dihabiskan untuk ngumpul di café-café dan jalan-
jalan ke mall.
Pemakaian teori masyarakat konsumsi oleh Baudrillard tersebut berguna untuk
memahami budaya masyarakat konsumsi peminum kopi di kedai kopi Kota Medan di
Jalan Multatuli. Pada budaya masyarakat konsumsi peminum kopi dipahami sebagai
suatu kebudayaan yang melihat eksistensi diri peminum kopi dari segi banyaknya
tanda yang dikonsumsi dan ditawarkan saat ini. Masyarakat konsumsi akan melihat
identitas diri ataupun kebebasan mereka sebagai kebebasan mewujudkan keinginan
pada barang-barang industri. Konsumsi dipandang sebagai usaha masyarakat untuk
merebut fungsi-fungsi sosial atau posisi sosial. Hal ini tentunya menjadi mungkin

10
karena dalam kapitalisme global kegiatan produksi sudah bergeser dari penciptaan
barang konsumsi, kepenciptaan tanda.
Konsumsi merupakan aktivitas manusia yang paling mendasar. Konsumsi
dimaknai secara beragam, baik makna luas maupun makna sempit. Makna sempit
seperti yang dikemukakan oleh Mary Douglas dan Baron Isherwood (dalam Adlin,
2006, hlm. 391) bahwa konsumsi sebagai penggunaan hak milik yang bernilaikan
material, yaitu menghabiskan nilai material itu sendiri. Definisi tersebut kurang
melingkupi keseluruhan dari konsumsi seperti yang diungkapkan oleh Piliang. Piliang
(dalam Adlin, 2006, hlm. 391) mengemukakan makna konsumsi secara luas yaitu
kenyataan bahwa orang tidak hanya mengonsumsi yang bersifat material saja akan
tetapi orang juga mengonsumsi sesuatu yang non material, seperti pemikiran dan ide.
Ketika orang berfikir dan memunculkan ide secara berulang, berarti orang tersebut
melakukan konsumsi yang bersifat non material.
Sementara Soebiyakto (1988, hlm. 17) menjelaskan bahwa konsumsi
merupakan suatu pemenuhan kebutuhan yang diperlukan sesuai dengan apa yang
dibutuhkan. Konsumsi yang dilakukan berdasarkan keinginan menimbulkan suatu
perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif biasanya menjelaskan tentang keinginan
seseorang untuk mengonsumsi barang maupun jasa secara berulang-ulang dan
berlebihan yang sebenarnya kurang bahkan tidak diperlukan dan bukan menjadi
kebutuhan pokok, sehingga perilaku konsumtif cenderung mengarah pada perilaku
yang boros (menghambur-hamburkan uang) yang lebih mendahulukan keinginan
daripada kebutuhan pokoknya.
Soebiyakto (1988, hlm. 17) juga menegaskan bahwa perilaku konsumtif
merupakan suatu hal dimana seringnya konsumen membeli suatu barang maupun
suatu produk demi sebuah pengakuan maupun penghargaan, dimana bahwa secara
nyata komoditas produk tersebut kurang dibutuhkan bahkan tidak
dibutuhkan.Masyarakat modern adalah masyarakat konsumtif. Masyarakat yang terus
menerus berkonsumsi. Namun konsumsi yang dilakukan bukan lagi sekedar kegiatan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar dan fungsional manusia. Masyarakat modern
tidak cukup hanya mengkonsumsi sandang, pangan, dan papan saja untuk dapat
bertahan hidup. Meskipun secara biologis kebutuhan makanan dan pakaian telah
cukup terpenuhi, namun untuk kebutuhan dalam tatanan pergaulan sosial dengan
sesama manusia lainnya, manusia modern harus mengkonsumsi lebih dari itu. Dapat
dikatakan bahwa masyarakat modern saat ini hidup dalam budaya konsumen. Sebagai

11
suatu budaya, konsumsi sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari dan mampu
menstruktur kegiatan keseharian di masyarakat. Nilai-nilai pemaknaan dan harga diri
menjadikan sesuatu yang dikonsumsi menjadi semakin penting dalam pengalaman
personal dan kehidupan sosial masyarakat. Konsumsi telah masuk ke dalam
rasionalitas berpikir masyarakat dan teraplikasikan dalam kehidupan sehari-hari (Ulfa,
2014, hlm. 34 dalam Galih Ika Pratiwi, 2015).
Konsumsi dan gaya hidup hanya terjadi atau dialami oleh manusia atau
masyarakat yang hidup di dunia modern. Mulai dari konsumsi yang merupakan
aktivitas manusia yang paling mendasar yang dilakukan manusia, kemudian konsumsi
dijadikan suatu alat pemenuhan kebutuhan, hingga konsumsi dijadikan suatu alat
pemenuhan keinginan dan yang dilakukan secara berulang-ulang.
Teori Masyarakat Konsumsi yang dikemukakan oleh Jean Paul Baudrillard
memberi penjelasan mengenai adanya nilai guna, nilai tanda, dan simulacra dalam
setiap kegiatan konsumsi yang dilakukan. Baudrillard berpedoman pada pendekatan
psikoanalisis Lacanian dan strukturalisme Sausurrian, serta mengadopsi sistem
hubungan antara objek dan komoditas Baudrillard mulai merambah ke pemikiran
Marxis dengan fokusnya terhadap masyarakat konsumer. Baudrillard mengadopsi
pemikiran Sausure mengenai bahasa, Baudrillard melihat objek konsumsi sebagai
sesuatu yang mempunyai makna tertentu dari sebentuk ekspresi yang telah lebih dulu
ada sebelum komoditas. Bagi Baudrillard bahasa lebih diartikan sebagai suatu sistem
klasifikasi terhadap objek. Pada masyarakat konsumer “kebutuhan” ada karena
diciptakan oleh objek konsumsi. Objek yang dimaksud adalah klasifikasi objek itu
sendiri atau sistem objek, bukan objek itu sendiri sehingga konsumsi diartikan sebagai
suatu tindakan sistematis pemanipulasian tanda-tanda (systemic act of manipulation
of signs). Dengan demikian apa yang dikonsumsi tersebut sebenarnya bukanlah objek
itu sendiri melainkan sistem objeknya tersebut (Dermatoto, 2009, hlm. 13).
Maraknya, fenomena masyarakat konsumer saat ini bisa dilihat melalui komoditas apa
yang mereka konsumsi, dimana mayoritas masyarakat modern saat ini lebih
mendahulukan keinginan dari pada kebutuhan, dan mengabaikan fungsi asli dari
komoditas yang dikonsumsi tersebut. Misalnya, contoh: ketika orang membeli makan,
dimana makan merupakan kebutuhan pokok yang harus terpenuhi, memilih makanan
dengan tempat yang bersih nyaman dan mengutamakan tata cara maupun gaya dari
penampilan dan penyajian makanan, yang lebih merayakan gaya makan dari pada
fungsi utama dari makan.

12
Perkembangan kapitalisme lanjut semenjak tahun 1920-an menunjukkan
perubahan dramatis karakter produksi dan konsumsi dalam masyrakat konsumen.
Dalam era kapitalisme awal, produksi menjadi faktor dominan yang membentuk pasar
kapitalisme kompetitif, maka dalam era kapitalisme lanjut, konsumsi adalah
determinan pasar kapitalisme yang juga berubah semakin bersifat monopolistik. Awal
lahirnya masyarakat konsumen yang dibentuk dan hidupi oleh konsumsi yang
menjadikan konsumsi sebagai pusat aktivitas kehidupan, dengan hasrat untuk selalu
dan selalu mengonsumsi. Dalam masyarakat konsumen, objek-objek konsumsi yang
berupa komoditas tidak lagi sekedar memiliki manfaat (nilai guna) dan harga (nilai
tukar) seperti dijelaskan oleh marx. Namun lebih dari itu, ia kni menandakan status,
prestise dan kehormatan (nilai-tanda dan nilai-simbol).
Nilai-tanda dan nilai-simbol, yang berupa status, prestise, ekspresi gaya dan
gaya hidup. Kemewahan dan kehormatan adalah motif utama aktivitas konsumsi
masyarakat onsumen. Pergeseran nilai yang trjad seiring dengan perubahan karakter
masyarakat postmodern inilah yang kemudian menarik perhatian dalam bukunya For
a Critique of The Political Economy of Barthes, pemikiran ekonomi politik Marx,
pemikiran Mauss dan Bataille tentang sifat non-utilitarian aktivitas konsumsi
manusia, serta konsep the society of spectacle Guy Debord, untuk menyatakan bahwa
konsep nilai-guna dan nilai-tanda dn nilai-simbol. Namun sebelum sampai kesana,
Baudrillard terlebih dahulu mengkaji kondisi masyarakat barat yang tengah memasuki
era masyarakat konsumen.
Konsumsi kini telah menjadi faktor fundamental dalam ekologi spesies
manusia (Baudriliard, 1970:29). Sambil menyanggah pendapat Galbraith yang
menyatakan bahwa manusia adalah homo psychoeconomicus, Baudriliard
menyaatakan bahwa mekanisme sistem konsumsi pada dasarnya berangkat dari sistem
nilai-tanda dan nilai-simbol, dan bukan karena kebutuhan atau hasrat mendapat
kenikmatan (Baudriliard, 1970:47). Dengan pernyataan ini Baudriliard sama sekali
tidak bermaksud menafikan pentingnya kebutuhan. Ia hanya ingin menagatakan
bahwa dalam masyarakat konsumen, konsumsi sebagai sistem pemaknaan tidak lagi
diatur oleh faktor kebutuhan atau hasrat mendapat kehormatan, prestise, status dan
identitas melalui sebuah mekanisme penandaan.
Dalam perkembangan kapitalisme lanjut, seperti dijelaskan Marx, nilai-tukar
kemudian mendominasi nilai-guna. Melalui komoditas dan uang segala sesuatu dalam
realitas masyarakat dewasa ini berfungsi sebagai nilai-tukar untuk memperoleh

13
keuntungan. Kejayaan nilai-tukar ini , sejalan dengan pemikiran semiologi. Juga
berarti kejayaan penanda (signifier) atas petanda (signified). Lebih jauh bahkan
menurut Debord, penanda telah tampil sebagai elemen independen dalam bentuk
tontoan. Tontonan yang mengedepankan penampakan, mutlak membutuhkan sistem
penanda sebagai prinsip pendukungnya.

14
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi
dalam menggambarkan fenomena minum kopi pada kalangan masyarakat kota Medan
di Jalan Multatuli. Dengan menggunakan metode tersebut peneliti juga berharap dapat
menggambarkan gaya hidup pada kebiasaan masyarakat konsumsi kopi dan kebiasaan
yang membentuk suatu identitas. Pendekatan kualitatif merupakan sebuah pendekatan
penelitian yang dilakukan melalui proses investigatif (Miles dan Huberman dalam
Creswell, 2016:275). Peneliti akan memasuki dunia informan melalui interaksi
berkelanjutan, mencari makna dan perspektif informan (Marshall dan Rossman dalam
Creswell, 2016:275). Sedangkan, fenomenologi sendiri merupakan sebuah metode
penelitian kualitatif yang mendeskripsikan pengalaman manusia dari sebuah fenomena
sosial tertentu, dalam hal ini tentu saja bagaimana ia menuturkan beragam pengalaman
yang dirasakan selama minum kopi menjadi gaya hidup (Giorgi dalam Creswell,
2016:19).
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti nantinya akan mendeskripsikan
pemaknaan umum dari sejumlah individu terhadap berbagai pengalaman hidup mereka
terkait dengan fenomena minum kopi (Creswell, 2015: 105). Deskripsi ini berisi dari
hal apa yang mereka alami dan bagaimana mereka mengalaminya (Moustakas dalam
Creswell, 2015:105). Peneliti akan mengumpulkan data dari individu yang telah
mengalami fenomena tersebut kemudian akan mengembangkannya ke dalam sebuah
analisa deskriptif yang sebelumnya telah direduksi terlebih dahulu. Dengan
menggunakan metode fenomenologi diharapkan penelitian ini nantinya cukup jelas
dalam menggambarkan realitas yang berkembang dalam masyarakat saat ini.

3.2 Lokasi Penelitian


Peneliti memilih penelitian di warung kopi atau café di Jalan Multatuli sebagai
lokai penelitian karena salah satu lokasi café diminati banyak oleh pengunjung. Seperti
di Kopi Tabo Coffe, Posh Café & Resto, The Thity six,Warkop Ujang, dll.

3.3 Unit Analisis Dan Informan


3.3.1 Unit Analisis

15
Unit analisis adalah hal-hal yang diperhitungkan menjadi subjek penelitian
keseluruhan unsur yang menjadi fokus penelitian (Bungin,2007). Adapun yang terkait
dengan hal ini yang menjadi subyek penelitian adalah konsumen kopi yang ditemui di
cafe pada Jalan Multatuli, Medan.
3.3.2 Informan
Informan adalah orang yang diwawancarai, dimintai informasi oleh
pewawancara. Informan adalah orang yang menguasai dan memahami data, informasi
ataupun fakta dari suatu objek penelitian (Bungin,2007). Peneliti akan memilih
informan yang memiliki kebiasaan dalam kegiatan minum kopi di cafe.

3.4 Tekhnik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi
yang dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan-permasalahan yang
bersangkutan. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
data primer dan data sekunder, yang dapat digolongkan sebagai berikut:
3.4.1 Data Primer
a. Observasi
Observasi merupakan kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan
panca indera mata sebagai alat bantu utama selain panca indera lainnya seperti
telinga, penciuman, mulut dan kulit. Oleh karena itu, obeservasi adalah kemampuan
seseorang untuk menggunakan pengamatan melalui hasil kerja panca indera serta
dibantu dengan panca indera lainnya (Bungin, 2007).
b. Wawancara
Wawancara dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mendapatkan
informasi (data) dari para informan dengan cara bertanya langusng secara tatap muka.
Namun demikian wawancara ini dalam perkembangannya tidak harus dilakukan
secara berhadapan langsung, melainkan dapat saja dengan cara memanfaatkan sarana
komunikasi lain, misalnya telepon dan internet. Tetapi untuk medapatkan hasil yang
efektif dan bagus, wawancara langsung akanmemperlihatkan ekspresi informan dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan di dalam penelitian.

c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menganalisis
dokumen-dokumen baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik, metode
dokumentasi digunakan untuk mendukung metode lainnya.
3.4.2 Data Sekunder

16
Data sekunder merupakan data kedua setelah data primer dengan kata
lain data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek
penelitian. Data sekunder dapat diperoleh dari sumber yang berada di luar
lapangan seperti buku-buku, tulisan ilmiah, laporan penelitian yang berkaitan
dengan permasalahan yang diteliti. Selain bahan bacaan cetak, media
elektronik dan sumber online juga membantu dalam penelitian ini untuk
menemukan teori dan penunjang terkait dengan masalah yang dikaji.

3.5 Interpretasi Data


Interpretasi data merupakan suatu tahap pengkajian data yang mencakup
perilaku onjek, hasil wawancara, temuan data dilapangan yang teridentifikasi dan
bahan-bahan kepustakaan yang telah dikumpulkan, interpretasi data dimulai dengan
menelaah seluruh data yang diperoleh melalui observasi, wawancara dan juga
dokumen.Setelah itu data yang diperoleh tersebut dipelajari dan ditelaah kembali
untuk mencari jawaban pertanyaan rumusan masalah sehingga terbentuklah solusi.
Data yang sudah lengkap, direduksi dengan cara abstraksi.

Bab IV
Hasil Dan Interpretasi

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian


Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara secara umum adalah kota
ketiga terbesar di Indonesia dan kota terbesar di Pulau Sumatera. Perkembangan Kota
Medan mengalami pasang surut. Munculnya warung kopi atau café di Medan
meningkatkan struktur ekonomi yang ada dan lapangan pekerjaan yang baru.

17
Medan muncul sebagai pusat kegiatan ekonomi, administrasi pemerintahan,
politik dan kebudayaan. Medan sebagai pusat kegiatan ekonomi perkebunan menjadi
daya tarik yang luar biasa bagi kaum pendatang untuk mengadu nasib. Akibatnya
berbagai macam kelompok ethnik diantaranya adalah : Karo, Toba, Mandailing,
Minangkabau, Aceh, Cina, Jawa, India dan lain lain menjadi penghuni Kota Medan
bersama dengan etnik asli yakni Melayu (Suprayitno : 2005).
Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di propinsi Sumatera Utara,
Kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis secara
regional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara. Untuk itu kota memiliki
berbagai kelebihan yang dapat dilihat dari berbagai aspek. Secara geografis, Kota
Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka
di bagian Utara, sehingga relatif dekatdengan kota-kota / negara yang lebih maju
seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara
demografis Kota Medandiperkirakan memiliki pangsa pasar barang/jasa yang relatif
besar. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana tahun
2018 diperkirakan telah mencapai 14.102.911 jiwa (BPS :2018).
Pada penelitian ini, Kota Medan merupakan lokas yang dituju peneliti.
Penelitian ini dilaksanakan di warung kopi sekitaran Jl, Mulatuli, Medan. Banyaknya
kafe disekitaran Jalan Multatuli, membuat peneliti mencari informan di empat lokasi
café yang berbeda sebagai berikut: Warung Kopi Ujang, Warkop Ramah Tamah,
Grand Keude Kupie Ule Kareng & Gayo dan Wakuduk ( Warung Kopi dan Nasi
Uduk). Bangunan Warung Kopi Ujang dan Warkop Ramah Tamah seperti bangunan
biasa tempat warung kopi sedangkan Grand Keude Kupie Ule Kareng &Gayo,
Wakuduk ( Warung Kopi dan Nasi Uduk) memiliki tempat yang memiliki fasilitas
yang lebih baik berupa ruang khusus untuk merokok, tempat untuk sambil bermain
kartu, dan tempat khusus bebas rokok.
Jalan Multatuli merupakan salah satu tujuan anak muda untuk menghabiskan
waktunya dengan sekedar bercengkrama, menikmati makanan dan minuman, serta
melakukan kegiatan lainnya. Multatuli memiliki tujuan lokasi tempat yang banyak
dengan fasilitas dan harga yang berbeda-beda. Banyaknya lokasi café atau warung
kopi di sekitaran jalan berdasarkan observasio peneliti banyak dimanfaatkan oleh
banyak kalangan terutama anak muda.
Gambaran malam waktu di Jalan Multatuli banyak menyita peneliti
dikarenakan semakin malam, café semakin ramai. Lampu-lampu jalan dan lampu-

18
lampu dari café terlihat seperti jalan yang tidak pernah sepi pengunjung. Banyaknya
peminat masayarakat Medan akan kopi menjadi salah satu sebab banyaknya
pengunjung. Pemilik modal tentu berlomba-lomba untuk menyediakan fasilitas dan
pelayanan terbaik. Banyaknya tempat café dan warkop di Jalan Multatuli tidak semua
menyediakan fasilitas seperti AC dan WIFI. Beberapa café atau warkop banyak yang
mendirikan tempatnya sekedar seperti di depan indomaret dengan jumlah tempat
duduk terbatas namun tidak sepi pengunjung. Kopi yang disediakan cukup berbeda
dari tempat yang sudah di kunjungi peneliti, cukup unik karena menggunakan kopi
Keberadaan warung kopi di Jl Multatuli mewadahi setiap interaksi. Telah
menjadi tempat interaksi sosial dan perputaran arus informasi. Di warung kopi (cafe)
itu setiap orang yang datang bebas membicarakan berbagai hal. Apapun, tanpa
pretensi, tanpa sekat, tanpa pembatasan. Dari hal yang remeh-temeh sama sekali tidak
penting, sampai hal-hal yang pelik. Obrolan politik dapat dibahas. Kegiatan ekonomi
dari seribu rupiah hingga bermilyar rupiah ditransaksikan, obrolan tentang
pendidikan, sosial, budaya dan lainnya menjadi topik yang dapat didiskusikan dengan
hangat. Warung kopi menjadi wahana antar-anggota masyarakat menyampaikan
pesan, informasi dan artikulasi. Fenomena, aktivitas dan interaksi sosial di warung
kopi seperti inilah yang seolah menjadikannya sebuah refleksi mengenai keleluasaan
di tengah keadaan di masyarakat lebih umum, yang penuh dengan berbagai
ketimpangan dan krisis: sosial, ekonomi, politik, budaya bahkan agama.

4.2 Profil Informan

Identitas Informan 1
Tanggal dan waktu wawancara : Sabtu, 05 januari 2019
Tempat wawancara : Warkop Ramah Tamah
1. Nama : A.B Manurung
2. Tempat,tanggal lahir : Medan, 13 agustus 1972
3. Jumlah saudara : 5 orang
4. Tempat tinggal orangtua : Medan
5. Pekerjaan : Dosen di Universitas Sumatera Utara ( FIB )

19
Identitas Informan 2
Tanggal dan waktu wawancara : Sabtu, 05 januari 2019
Tempat wawancara : Wak Uduk (Nasi Uduk & Kopi)
1. Nama : Fairuzziyah Salmah
2. Tempat/Tgl.Lahir : Kota Pinang, 23 April
1997
3. Jumlah saudara : 3 orang
4. Tempat tinggal orangtua :Desa Padang
maninjau, Kab. Labuhanbatu Utara
5. Pekerjaan : Mahasiswi

Identitas informan 3
Tanggal dan waktu wawancara : Sabtu, 05 januari 2019
Tempat wawancara : Wak Uduk (Nasi Uduk & Kopi)
1. Nama : Esron Simangunsong
2. Tempat/Tgl.Lqahir : Jakarta/27 Maret
2018
3. Jumlah Saudara : 2 Orang
4. Tempat tinggal orang tua : Jakarta
5. Pekerjaan : Farina TV

Identitas Informan 4
Tanggal dan waktu wawancara : Sabtu, 05 januari 2019
Tempat wawancara : Warkop Ujang jalan Multatuli, Medan
1. Nama : Dehri Drajat
2. Tempat/Tgl.Lahir : Tebing Tinggi 24november 1989
3. Jumlah saudara : 4 orang
4. Tempat tinggal orangtua : STM Ujung, Medan
5. Pekerjaan : Karyawan Swasta

Identitas informan 5
Tanggal dan waktu wawancara : Sabtu, 05 januari 2019
Tempat wawancara : Warkop Ujang jalan Multatuli, Medan
1. Nama : Samuel Nababan
2. Tempat/Tgl.Lahir : Tebing Tinggi 22 november 1990
3. Jumlah saudara : 4 orang
4. Tempat tinggal orangtua : Kota KIM (kawasan industri medan)
5. Pekerjaan : Wiraswasta

20
Identitas Informan 6
Tanggal wawancara : Senin, 7 Januari 2019 pukul 16.00
Tempat Wawancara : Grand Kedeu Kupie Ule Kareng & Gayo
1. Nama : Fauziah Al Amin Pandingan
2. Usia : 20 tahun
3. Alamat : Jl Berdikari, No 8, Padang Bulan
4. Tempat tinggal ortu : Tarutung
5. Pekerjaan : Mahasiswa ( Hukum st. 2016)

BAB V

KESIMPULAN

Kopi sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat urban, khususnya di
kalangan anak muda. Rasa dan aroma kopi yang khas, menjadikan kopi sebagai
minuman yang banyak dipilih untuk segala suasana. Tidak heran, kopi menjadi
minuman kedua yang paling banyak dikonsumsi orang Indonesia.
Perilaku mengonsumsi kopi yang dilakukan peminum kopi sekarang ini adalah
suatu tindakan membeli barang yang kurang diperlukan sehingga bersifat berlebihan.
Dalam artian individu akan lebih mementingkan faktor keinginan (want) daripada
kebutuhan (need) dan individu cenderung dikuasai oleh hasrat kesenangan material
semata. Dalam penelitian ini masyarakat tidak lagi mengenali kebutuhan pokok,
namun justru tergoda untuk memuaskan keinginan yang semu supaya disebut orang
modern.

21
Hal yang menyebabkan peminum kopi berperilaku konsumtif adalah dengan
membeli suatu komoditi dapat menjaga penampilan diri dan gengsi. Perilaku
mengonsumsi kopi merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan untuk mengisi
waktu senggang. Perilaku mengonsumsi kopi yang dilakukan para peminum kopi
merupakan bagian dari gaya hidup sebagian masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari
maraknya media soaial seperti iklan, internet, dan lain sebagainya. Sementara itu
selain media sosial dan teman atau rekan kerja, lingkungan keluarga juga akan
mempengaruhi perilaku mengonsumsi kopi.
Perilaku mengonsumsi kopi yang biasanya dilakukan oleh orang tua telah
diturunkan pada seorang anak. Perilaku mengonsumsi kopi sekarang ini dilakukan
oleh semua kalangan, mulai dari kalangan menengah ke bawah sampai kalangan
menengah ke atas. Kopi dikonsumsi mulai dari anak-anak sampai orang dewasa,
namun khususnya kaum mudalah yang banyak mengonsumsi kopi.Kopi sekarang ini
bukan sekedar minuman orang tua.Menikmati secangkir kopi sudah menjadi
kebiasaan sebagian masyarakat Medan.Minum kopi yang dilakukan pada pagi hari
dapat memberikan semangat untuk mengawali rutinitas sehari-hari. Perilaku
menikmati minuman kopi sekarang ini telah menjadi suatu kebiasaan atau budaya
masyarakat. Dalam perilaku mengonsumsi kopi ada makna tertentu dari setiap
individu.Makna minum kopi sendiri dalam masyarakat sekarang ini tidak lagi menjadi
satu-satunya aktivitas untuk memenuhi kebutuhan nilai fungsi, melainkan sebagai
pemenuhan kebutuhan nilai simbolik. Dimana pemaknaan minum kopi tidak hanya
untuk memenuhi kebutuhan hidup, akan tatapi juga sebagai alat untuk
mengekspresikan diri.
Mengonsumsi minuman tertentu saat ini tampak menjadi suatu aktivitas baru
yang mulai biasa dilakukan oleh tiap-tiap individu. Peminum kopi melakukan
perilaku mengonsumsi kopi ada alasan dan makna tertentu yang ingin disampaikan.
Alasan peminum kopi melakukan aktivitas minum kopi telah dibedakan menjadi dua
yaitu motif karena antara lain individu mengonsumsi kopi karena rasa gundah ketika
ada suatu masalah. Selain itu ada motif untuk antara lain penghilang rasa jenuh
ataupenat, keinginan kumpul bersamadan berdiskusi atau tukar pendapat, menikmati
aroma dan rasa minuman kopi yang khas dan unik, serta peminum kopi mengonsumsi
kopi untuk minum kopi yang berkualitas dan harganya mahal.
Makna perilaku mengonsumsi kopi yang dilakukan peminum kopi antara lain
minum kopi dapat merubah moodatau suasana hati dan juga kopi ibarat teman yang

22
setia menemani penikmat kopi. Minum kopi dalam hal ini dapat memenuhi keinginan
diri pribadi peminum kopi. Peminum kopi lebih mengutamakan kepuasan hati diri
sendiri. Selain itu ada makna lain yang ingin dicapai peminum kopi yang lainnya
antara lain kopi dapat menenangkan pikiran, cuci mata, dan menambah kenalan, kopi
dapat menumbuhkan rasa bersama dan kekerabatan antar teman, keluarga ataupun
rekan kerja, kopi memberikan inspirasi dan bisa berapresiasi, serta mengonsumsi kopi
dapatmenunjukkan status sosial.
Kebiasaan mengonsumsi kopi sekarang ini sudah menjadi salah satu
kebutuhan, karena kopi ibarat candu yang harus dipenuhi. Kopi dapat dinikmati
sambil berkumpul, sharing atau diskusiserta menyelesaikan pekerjaan. Hal ini dapat
diartikan bahwa aktivitas minum kopi dapat menunjukkan adanya sifat kebersamaan
yang terjalin antara individu satu dengan individu lain. Kebiasaan mengonsusmsi kopi
dilakukan untuk bisa mendapatkan kenikmatan rasa dan aroma yang khas dari
secangkir kopi. Dimana dalam hal ini kopi sudah menjadi candu yang memikat hati
pecinta kopi dan membuat peminumnya merasa ketagihan.Hal ini yang telah
memberikan arti dalam mengonsumsi kopi, bahwa kopi telah memberikan
kenikmatan, ketenangan pikiran dan inspirasi bagi peminumnya. Selanjutnya, perilaku
mengonsumsi kopi yang tadinya dilakukan dirumah sekarang ini mengalami
pergeseran atau perubahan.
Hal ini disebabkan oleh arus globalisasi yang membawa pengaruh terhadap
perkembangan kota termasuk Kota Medan. Globalisasi disebabkan oleh
perkembangan kapitalisme yang melahirkan pasar global dan didominasi oleh negara-
negara maju. Dimana dalam hal ini dapat ditandai oleh maraknya pusat perbelanjaan,
industri mode atau fashion, munculnya hunian mewah, berkembangnya industri
poperti dan gencarnya iklan dalam mempromosikan berbagai gaya hidup baru.
Hal-hal tersebut yang memperlihatkan betapa kuatnya pengaruh globalisasi
dan transfornasi kapitalisme konsumsi terhadap sebagian besarmasyarakat.Globalisasi
juga terjadi dalam setiap aktivitas ekonomi, termasuk aktivitas dalam mengonsumsi
kopi. Perkembangan globalisasi menghasilkan bertambahnya kesamaan disemua
tempat, misalnya saja McDonalisasi yang kini menjadi ikon bisnis. Selain McDonald,
masuknya kedai kopi Starbucks yang merupakan salah satu kedai kopi bersifat
franchise yang berasal dari Amerika Serikat. Kedai kopi ini mengakibatkan
munculnya kedai-kedai kopi yang ada di Kota Medan. Bahkan Starbucks telah
menjadi ikon gaya hidup dan budaya minum kopi di kedai kopi modern yang telah

23
menjadi trend di kalangan masyarakat. Dimana yang di cari bukanlah kopi itu sendiri
melainkah fasilitas, suasana, prestise dan gengsi.Maraknya kedai kopi yang berada di
Kota Medan telah mengalami standarisasi, dalam artian konsep dari budaya minum
kopi(ngopi) adalah gambaran budaya minum kopi yang telah ditawarkan oleh kedai
kopi dari luar negeri.
Banyaknya peminat kopi yang daikibatkan globalisasi dan dilihat memiliki
petensi keuntungan secara ekonomi. Banyak pemilik modal saat ini berlomba untuk
mendirikan café yang memilki desain yang mengarah pada minuman kopi. Gaya
hidup mengonsumsi kopi yang telah ditawarkan kedai kopi dar luar negeri kemudian
mempengaruhi kesadaran dan pengetahuan peminum kopi. Kebiasaan mengonsumsi
kopi yang dilakukan di kedai kopi merupakan salah satu cara untuk mempublikasikan
diri kepada orang lain yang berkaitan dengan hal kedudukan sosial. Sehingga aktivitas
mengonsumsi kopi akan mempunyai makna tersendiri bagi masing-masing individu.
Setelah peminum kopi mengetahui apa saja yang telah ditawarkan dan diberikan café
atau warung kopi kepada penikmat kopi, maka peminum kopi akan memaknai
perilaku mengonsumsi kopi tidak hanya sekedar minum secangkir kopi, melainkan
minum kopi itu hal yang praktis, berkualitas dan mahal, serta dapat menunjukkan
status sosial yang berkelas.
Interaksi sosial ditandai dengan kontak sosial dan komunikasi (Dra
Parwitaningsih, Pengantar Sosiologi, 2009:2.9-2.10). Interaksi sosial selalu
mengambil bentuk yang bersifat asosiatif (menuju ke arah kerjasama dan persatuan)
maupun bersifat disosiatif (menuju pada perpecahan dan perselisihan). Bentuk
interaksi sosial asosiatif dapat kita lihat dalam beberapa gejala yang
dinamakan akomodasi (kedua belah pihak mengambil hubungan yang setara dan
saling menampung gagasan masing-masing) dan asimilasi (kedua belah pihak saling
mengidentifikasi dirinya untuk mencapai tujuan bersama). Sementara interaksi sosial
yang bersifat disosiatif dapat dilihat dalam beberapa gejala
seperti kompetisi (persaingan), kontravensi (boikot) serta konflik (perselisihan terbuka
yang dalam derajat tertentu disertai dengan ancaman dan kekerasan). Meminum
secangkir kopi dalam sebuah pertemuan bersama-sama mencerminkan bentuk
interaksi sosial yang bersifat asosiatif dimana pihak-pihak yang terlibat di dalamnya
saling berkontak dan berkomunikasi dalam relasi yang bersifat simetris dan sederajat.
Dalam banyak kasus, secangkir kopi menjadi penanda dan penyerta sebuah interaksi

24
sosial beberapa kelompok sosial tertentu, sehingga meningkatkan makna dalam
sebuah interaksi sosial.

TRANSKIP WAWANCARA

Hasil wawancara Informan 1


Pewawancara :Selamat siang mbak, maaf mengganggu bisa minta waktunya
sebentar?
Narasumber : Siang, iya bisa. Ada apa ya ?
Pewawancara : Mmm, begini mbak saya ada tugas kuliah untuk mewawancarai
orang-orang yang sedang meminum kopi di cafe-cafe gitu mbak.
Narasumbe : Oh begitu, oh iya kamu dari kampus mana dan jurusan apa ?
Pewawancara : oh iya mbak kita perkenalan dulu ya, nama saya Relica Yolanda dan
yang disebalah saya Sri lestari. Kami dari kampus usu jurusan sosiologi angkatan
2015 mbak.
Narasumber : Oh kampus usu, mmm yaudah kita mulai darimana ini
wawancaranya penasaran juga saya hehehe ?
Pewawancara : Ok mbak kita mulai ya, gini mbak dalam seminggu itu mbaknya
berapa kali mengkonsumsi kopi ?
Narasumber : Berapa ya, aduh saya juga bingung, bisa jadi sih seminggu itu 3 kali ya.

25
Pewawancara: Oh 3 kali ya mbak, berarti jarang juga lah ya mbak. ngomong-
ngomong mbak sering minum kopi di cafe ini ? terus kenapa mbak memilih minum
kopi ditempat ini ?
Narasumber :Iya jarang sih karna lebih suka ngeteh gitu minum kopi hanya sekedar
pengen doang , enggak sih baru ini saya ketempat ini dan minum kopi disini, tadi
kebetulan lewat dan kayaknya tempatnya asik.
Pewawancara : Jadi karna sekedar lewat dan tempatnya asik ya mbak, iya sih
tempatnya bagus dan nyaman recommended lah mbak harga juga standart.
Narasumber : Iya nih, harganya standart engga nguras kantong juga dan tempatnya
juga bagus untuk foto-foto. Ada lagi yang mau ditanya, kalau engga ada biar saya
yang nanya hehehe becanda kok.
Pewawancara : Hahaha mbak ini , masih ada mbak sekitar 20 pertanyaan lagi ehh
engga deng becanda 7 lagi sih mbak. gini mbak ada gak sih tujuan mbak minum kopi
dan berapa biaya yang mbak keluarkan kalau lagi minum kopi ?
Narasumber : Waah banyak yaa hehehe. Tujuannya sih ada ya kalau minum kopi itu
ada hasrat gimana gitu aromanya juga mengenyangkan hehehe. Kalau biaya yang
dikeluarkan juga berapa ya sekitaran 20 ribuan gitu sih terkadang juga dibawah
20ribuan kan tergantung tempat juga.
Pewawancara : Gitu ya mbak, kalau lagi minum kopi mbak ngajak teman atau
sendirian ?dan biasanya itu mbak mengajak rekan laki-laki atau perempuan ?
Narasumber : Terkadang ngajak teman terkadang sendirian kalau ini sih lagi
sendirian karna lagi pengen pergi sendiri, dan kalau ngajak teman sih biasanya rame-
rame ya ada temen cewe cowo juga.
Pewawancara : Oooh gitu, lanjut kepertanyaan berikutnya ya mbak.
Narasumber : Ok silahkan
Pewawancara : Apakah kopi yang diminum dipilih berdasarkan rasa atau mahalnya
harga ?
Narasumber : Kalau saya ya berdasarkan rasa sih, kalau harga soal belakangan
karna kan tujuan utamanya nikmat untuk dikonsumsi.
Pewawancara : Iya mbak betul sekali. Apakah dengan melakukan minum kopi di mall
menaikkan status sosial dan kalau lagi nongkrong sering mengupload ke sosial
media ?
Narasumber : Kalau saya sih enggak ya gak naikin status sosial sama sekali cuma
tanggapan orang-orang aja yang berbeda, kalau masalah mengupload sih iya karna
kan lagi sama teman-teaman dan itu pasti moment terpenting dan jarang dilakukan
jadi patut untuk diabadikan.
Pewawancara : Setuju sama mbaknya, ini mbak pertanyaan terakhir ya mbaknya
jangan bosan hehehe. Apakah mbak merasa nyaman jika minum kopi di public ?

26
Narasumber : Oh ini udah pertanyaan yang terakhir ya, kalau saya sih nyaman
nyaman aja orangnya semua tempat bagi saya sama aja.
Pewawancara : Iya mbak, wah mbaknya seru ya, ok deh mbak pertanyaannya udah
selesai, makasih banyak ya mbak waktunya dan udah mau juga diwawancarai, maaf
ya mbak udah mengganggu.
Narasumber : Ohh iya sama sama, iya gak apa apa.

Hasil wawancara Informan 2

1. Berapa kali kegiatan minum kopi dilakukan dalam seminggu ?


Jawab : Kalau saya sih minum kopi itu setiap hari dek, bahkan sehari saya bisa
minum kopi sampai 3 gelas jadi kalau ditanya berapa kali seminggu ya 3 x 7 berarti
21 kali saya minum kopi dalam seminggu.

2. Mengapa memilih minum kopi di tempat ini ?


Jawab : sebenarnya saya tidak sering ketempat ini, saya memilih minum kopi di
tempat ini hanya karna tadi saya ada kerjaan di dekat daerah sini jadi kebetulan lewat
dan juga saya mau minum kopi jadi saya singah di tempat ini.

3. Berapa biaya yang dialokasikan untuk kegiatan minum kopi ?


Jawab : Kalau masalah dana yang saya alokasikan untuk minum kopi biasanya
budget 30 rb sampai 50 rb tapi kalau misalnya ada kopi yang enak dan harganya
melebihi alokasi dana yang saya tentukan saya tidak masalah asalkan kualitas dari
kopi tersebut sama dengan harganya.

4. Apakah ada tujuan untuk minum kopi ?


Jawab : tujuan saya minum kopi ya karna saya memang suka minum kopi, bahkan
saya bukan hanya suka minum kopi, saya adalah penikmat kopi. Saya sudah tau
bagaimana rasa rasa kopi jadi saya bukan hanya sekedar minum kopi saja tapi saya
juga sudah tau menbedakan rasa dari kopi kopi yang sudah saya minum.

5. Siapa saja yang menjadi teman untuk diajak dalam kegiatan minum kopi ?
Jawab : saya biasa minum kopi bersama teman teman kerja saya, kadang juga sama
rekan rekan saya, dan saya juga sering minum kopi sendiri di tempat-tempat seperti
ini.

6. Apakah ada rekan wanita/pria yang diajak untuk minum kopi bersama ?
Jawab : kalau rekan spesial sih tidak ada, hanya kalau saya sedang ada pekerjaan atau
sedang kumpul bersama rekan rekan saya seperti yang saya bilang tadi, ya kami
minum kopi bersama-sama. Jadi kalau untuk rekan khusus sih tidak ada.

7. Apakah kopi yang diminum dipilih berdasarkan rasa atau mahalnya harga kopi ?
Jawab : kalau saya sih lebih mengutamakan rasa, karna seperti saya katakan diawal
saya bukan lagi hanya sekedar minum kopi tapi saya sudah penikmat kopi. Saya
sudah tau berbagai macam rasa kopi. Mungkin orang-orang awam hanya mengetahui

27
bahwa kopi terbaik itu berasal dari sidikalang, sebenarnya itu salah, kita punya
banyak kopi yang rasanya istimewa seperti kopi-kopi dari daerah toba sana. Mungkin
belum ada yang tau rasa kopi itu ada 3 yaitu : pahit,manis dan juga asam. Tapi
kebanyakan orang-orang lebih suka dengan kopi yang manis dan di campur dengan
gula. Kalau masalah harga saya sudah pernah minum kopi yang harganya 100 rb
hanya segelas kecil saja, intinya sih bagi saya harga bukan menjadi persoalan asal
rasa kopi nya memang istimewa.

8. Apakah dengan melakukan minum kopi di mall menaikkan status sosial ?


Jawab : saya pribadi mau minum kopi dmana saja, baik itu di warkop warkop seperti
ini ataupun di mall, tapi saya lebih suka minum kopi di warkop warkop seperti ini,
saya lebih suka cita rasa kopi yang dibuat secara manual tidak menggunakan mesin.
Jadi kalau masalah minum kopi di mall meningkatkan status sosial mungkin bagi
sebagian orang iya, tapi kalau bagi saya sih sama saja.

9. Apakah kegiatan minum kopi yang dilakukan sering di upload ke media sosial ?
Jawab : kalau saya sih tidak suka bermain media sosial, jadi kalau saya minum kopi
pun saya jarang upload ke media sosial. Tapi terkadang kalau saya sedang minum
kopi bersama rekan rekan kerja saya, kami terkadang juga mau upload kemedia
sosial sebagai kenang kenangan saja. Tapi itupun jarang karna seperti saya katakan
tadi saya tidak suka bermain sosial media.

10. Apakah merasa nyaman jika minum kopi di ruang publik ?


Jawab : ya saya nyaman , menurut saya tidak ada masalah sama sekali, nyaman
nyaman saja.

Hasil wawancara Informan 3


A: “Halo bang selamat sore..kalo boleh minta waktunya bisa kenalan dulu ngga?
abang namanya siapa?”
B: “sore juga, boleh, Esron. Kalo boleh tahu mau ngapain ya?”
A: “oh… kenalin aku Ika. Ini temanku Lestari. Mau nanya-nanya aja kok bang
seputar kopi. gapapa kan??”
B: “Ahaha aduh gak banyak tahu tentang kopi nih hahaha.”
A: “hehehe gapapa kok. Kalo boleh tau, abang kesini sama siapa ya?”
B: “oh ini lagi sama kawan kantor aja lagi ngumpul-ngumpul habis pulang kerja. Eh
adek-adek duduk dulu aja sambil cerita-cerita”
A: “oh iya. Makasih bang. Kalo boleh tahu ini abang kalo ngumpul emang sukanya
pesen kopi ni?”

28
B: “ohhh iyaa..hahaha abang emang suka minum kopi kalo lagi ngumpul kaya gini
apalagi kalo habis pulang kerja biasanya harus kali minum kopi. kalo ngga minum
kopi rasanya pait aja. Udah pait hidup gak boleh lah pait perasaan hahaha.”
A: “Oh gitu. Udah dari jam berapa udah disini bang??”
B: “dari jam 5 sore lah. Abis pulang kantor kebetulan lewat sisni sekalian singgah
ama kawan kantor kesini..”
A: “Kalo boleh tahu, abang biasanya minum kopi berapa kali sih bang? Misalnya
dalam sehari?”
B: “Kalo biasanya minum kopi abang hampir tiap hari dek. Pagi minum kopi sebelum
kerja dan setelah pulang kerja. Biasanya kalo minum kopi pagi di kantor seduh
sendiri. Terus pulang kantor baru singgah ke warkop atau café terdekat.”
A: “sering gak, ngopi di sini ?”
B: “Kebetulan kalo ke tempat ini, emang baru pertama kali. Tapi kayanya hampir
semua tempat minum kopi di Medan udah abang cobain, dek. Ini kebetulan abang lagi
ada kegiatan di daerah sini jadi sempetin minum kopi dulu aja.”
A: “biasanya pengeluaran buat minum kopi sendiri berapa bang? Yah… per bulan
atau per minggu gitu?”
B: “abang karena suka minum kopi jadi tiap hari abang nge alokasiinnya 100 ribu gak
boleh lebih takut habis di minum kopi aja dek gaji abang. Tapi sehari gak sampe
segitu juga juga sihh..kalo kebetulan lagi beli kopi yang rada mahal lahh palng mahal
harus segitu.”
A: “oh, oke deh. Biasanya ngopi di sini ngapain aja bang?Yah selain ngopi tentunya..”
B: “biasanya yah ngobrol, nikmatin fasilitas yang adalah dek”
A : “ tujuan abang biasanya minum kopi itu apa?
B : “ kalo abang emang udah suka minum kopi dari kecil. Bapa abang itu suka kali
tiap pagi minum kopi. Jadi dari kecil abang udah mulai coba-coba minum kopi eh jadi
ketagihan ampe dewasa ini. Biasanya abis minum kopi abang lebih seger aja.”
A: “Selain sama teman, biasa sama siapa kak kalo mau ngopi-ngopi gini?”
B: “biasanya sama pacar kalo ngga sama temen dek. Cuman pacar abang gak terlalu
suka kopi cuman nemenin abang lah kalo malam minggu gitu.”
A: “Terus kalo temen cewe yang minum kopi abang pernah liat atau punya ngga?”
B: “Ada. Tapi temen kantor juga, dia suka minum kopi. lagi gak bareng kita aja sih
sekarang.”
A: “Pandangan abang yang cewe kalo minum kopi kaya gimana bang?

29
B: “Biasa aja sih kalo abang ya..karena kopi buat abang bagian dari seni. Seni cita
rasa, yang dinilai itu rasanya. Kalo perempuan suka minum kopi abang rasa dia punya
selera yang sama aja kaya abang”
A: “kalo milih tempat ngopi biasanya karena harga kopinya… atau karena rasanya
bang?
B: “ohhh itu mah enggak. karena rasalah. Kalo gak enak tapi mahal ngapain juga.
Abang lebih liat rasa disbanding harga. Tapi emang dari sepanjang abang minum kopi
di Medan sebagian harga menentukan kualitas rasa.
A: “Hmm bang, ada gak sih gengsi tersendiri gitu buat minum kopi di satu tempat
gitu?”
B: “Buat abang kalo tempatnya kaki lima, rasa bintang lima tidak jadi masalah ya dek.
Kaya ada satu tempat kopi di daerah multatuli juga, tapi sekarang udh pindah. Dia
tempatnya gak kaya gini dek..bener2 kaki lima depan indomaret.. tapi rasanya jempol
kali dekk, harganya juga murah kali. Tapi sekarang udah pindah dek. Ntah kemana
abang juga gatau”
A: “Lebih suka warung kopi yang fasilitas seadanya atau punya fasilitas bagus?
B: “Kalo lagi jalan bareng pacar tentunya abang bawa ke tempat yang menyediakan
fasilitas yang bagus pastinya. Tapi kalo lagi hunting kopi sih biasanya sekedar mau
nyobain rasa kopi di tempat-tempat yang berbeda.
A: “Punya kriteria gak bang warkop/café yang fasilitas bagus tuh seperti apa aja sih?”
B: “Kalo menurut abang ber AC, terus tempat buat rokok dan yang gak nge rokok
beda, dan kalo ada wifi lebih baik lagi dan yang utama rasa kopinya harus beda lah
sama kopi yang dijual di warung hahaha”
A: “Kalo lagi ngopi-ngopi gini di upload gak bang ke sosmednya?”
B: “Sering sih. Biasanya abang emang suka bagiin kegiatan santai abang di Instagram
abang. Terus karena abang juga suka hunting kopi di Medan, biasanya instagram
abang penuh dengan gambar kopi dan suasan tempa abang biasa ngopi, dek.”
A: “Ahhh… terus kak. Nyaman gak sih minum kopi di publik?”
B: “Nyaman nyaman aja kok. Kan ini tempat umum yaa..siapa pun boleh minum
kopi. Kecuali kalo memang lagi males ditempat rame biasa bawa ke rumah sih. Itu
biasanya kalo lagi berantem ama pacar dek hahaha maunya tuh sendiri dulu”
A : “ohh gitu ya bang.. terus tanggapan abang buat orang yang minum kopi sebagai
gaya hidup dan ningkatin status sosial seperti bang?

30
B: “Kalo buat abang sih sah-sah aja. Apalagi saat ini kan dunia serba teknologi.
Sekarang status sosial orang diliat gak berdasarkan berapa harta kau dek,, sekarang
orang liat status sosial orang lain cuman dengan liat keseharian orang di instagram aja
dek. Udah dibilang kayak au dek.
A: “oh gitu ya bang kalo abang sendiri, termaksud tipe itu gak sih?”
B: “hahaha kalo abang lebih kesukaan aja sih dek. Kalo buat ningkatin status sosial
karena upload ke instagram sih nggak kesitu tujuannya. Bener-bener biar kaya anak
jaman sekarang aja dek..hahaha”
A: “ Ohh gitu bang.. kalo gitu makasih ya bang buat waktunya, mohon maaf
mengganggu hehehe”
B: “Oh iya dek sama-sama.”

Hasil wawancara Informan 4


A: “permisi bang mengganggu, apakah kami bisa minta waktunya sebentar?
B1: o, ada apa ya?
A: “kenalin bang, kami dari mahasiswa usu ingin melakukan penelitian dengan cara
mewawancarai abang?
B1: “mewawancarai tentang apa?
A1: “kami ingin melakukan wawancarai abang mengenai fenomena masyarakat
minum kopi
B1: “hahahaha oke oke, silahkan dek. Tapi abang gak sukak minum kopi sih.
Abang tersebut mengalhkan kami ke abang yang di sampingnya,
“mungkin bang Dehri bisa adek-adek wawancarai.
Lalu kami berjabat tangan denagn abang-abang itu, dan kami bertanya tentang profil.
A: “kalau boleh tau nama abang siapa ya,
B2: “Dehri Drajat
A: “dan usia abang berapa?
B2: “30 tahun
A: “tempat tinggal dan pekerjaan abang?
B2: “abang tinggal di Jln. STM Ujung dan abang bekerja sebangai karyawan swasta.
A: “dan giliran kami memperkenalkan diri bang saya Devi dan ini teman saya Samrat,
kami ingin melakukan penelitian bang, apakah abang bersedia menjadi informan
kami”?
B2: “iya dek sini-sini lah, duduk”.

31
A: terimakasih ya bang
B2: hahahaha belum wawancara kok terimakasih dek
A: iya bang gak papa
B2: “apa yang mau di tanyak dek?
A : gini bang, kami ada tugas dari dosen yang temanya tentang fenomena
masyarakat minum kopi, jadi kami mau nanyak abang, Berapa kali kegiatan
minum kopi dilakaukan dalam seminggu?
B2 : “saya tidak terlalu sering meminum kopi dan saya meminum kopi dalam satu
minggu kadang-kadang 1 samapai 3 kali. Gak pala terlalu wajib si dek kalau untuk
abang minum kopi. Tapi kalau yang udah berumur sukak minum kopi ya wajar-wajar
saja, karena kopi inikan memang udah ada sejak dulu, tapi kalau untuk anak muda
wajib untuk minum kopi, ya lucu lah dek,
A : “hehehehe iya bang, jadi abang mengapa memilih meminum kopi di tempat ini?
B2 : “ya saya ke tempat ini karena di ajak teman saya juga mendatangi tempat ini
baru baru pertama kali ya baru malam ini.
A : “ooo iya bang, pertanyaan selanjutnya bang, hehehehe,
B2 : “ iya apa itu dek
A : “Berapa biaya yang abang alokasiakan untuk kegiatan minum kopi
B2 : “berapa ya...? hahahahaha......
Tergantung tempatnya sih, kalau saya ke warung kopi biasanya uang yang saya
keluarkan 15 ribu, tapi kalau saya ke cafe uang yang saya keluarkan kurang lebih 200
ribu sampai 300 ribu. Tapi itu perminngunya ya, tapi kalau sekali minum kopi, hmmm
berapa ya?.......... ya itunlah kalau di totalkan perminggu 200 ribu samapai dengan 300
ribu kurang lebihnya.
A : ooo gitu ya bang, tapi kalau di warung kopi lebih murah ya kan bang,
hehehehe, tapi orang lebih banyak ke cafe, hehehehehe,
B2 : “ ya mungkin karena tempatnya dek, ya walaupun mahal tapi mungkin lebih
nyarik nyamannya, kan mau santai-santai,
A : “iya sih bang, jadi bang, apakah ada tujuan abang untuk meminum kopi?
B2 : “maksudnya tujuan gimana ya?
A : “ tujuannya seperti ini bang, untuk jumpai teman, atau urusan pekerjaan dan
hanya sekedar iseng-iseng aja
B2 : “Ooo. kalau tujuan ya untuk santai-santai dan kumpul dengan teman. Ya
kayak malam ini, untuk jumpa dengan abang yang di sebelah, hahaha.

32
A : “jadi ceritanya ini terputuslah ya abang karena kami mewawancarai abang
hehehe,
B2 : “ahh enggak lah dek, abangpun sukak kok lihat kelen-kelen ini, apalagi untuk
tugas kuliah, abang ya senang membantu
A : “hahahaha makasih banyak ya bang,
B2 : “ iya dek sama-sama”
A : “jadi kalau boleh tau siapa saja yang menjadi teman abang ajak untuk
kegiatan kegiatan minum kopi?
B2 : biasanya kawan yang saya ajak ya kawan-kawan sekolah yang udah lama
tidak jumpa, sekalian reauni hahaha, temu kangen, dan juga kawan-kawan satu
kerjaan.
A : “jadi sama pasanagannya gak pernah ya bang,
B2 : “hehehehe pernah si dek, tapi karena cewek abang gk sukak minum kopi ya
kalau jalan sama dia ya gak ke tempat-tempat jual kopi, tapi kalau dia mau ikut sama
abang kumpul-kumpul dengan kawan-kawan abang kalau dia mau ikut ya abg ajak,
A : “cieee, cowok idaman lah kayak abang ini,
B2 : idaman kayak mana dek,
A : “ya iyalah bang, mau ngajak ceweknya kumpul dengan teman-teman abang,
kan ada cowok gitu kalau udah kumpul sama kawan-kawannya gak mau di ganggu,
hehehe
B2 : “hahahahahahahahahahahahaha
A : “kalau abang minum kopi apakah kopi yang di minum di pilih berdasarkan
rasa atau mahalnya harga?
B2 : “kalau abang milih kopi berdasarkan rasanya lah, kalau kita beli yang mahal
dan rasanya sama aja dengan yang lebih murah, ya mendingan milih yang lebih
murah, hahahaha. Abangkan penikmat kopi, kalau rasanya enak, ya itu aja yang abang
beli.
A : “kalau kopinya enak dan mahal abang milih kopi itu jugak?
B2 : “iya lah dek, kalau kita beli yang murah rasanya gk enakkan rugi juga, tapi
walaupun itu mahal dan enak, abang milih itu,
A : “oke bang, keren jawabannya, kalau menurut abang apakah dengan
melakukan minum kopi di mall menambah status sosial:

33
B2 : kalau menurut saya sih minum kopi yang di lakukankan itu bukan suatu
untuk menaikkan status sosial, saya tidak setuju kalau itu di katakan penilaian untuk
satatus sosial.
A : “kan pada masa ini media sosial tidak asing lagi kan abang, jadi apakah
kegiatan minum kopi sering abang upload ke media sosial
B2 : “hahahahaha ya pernah lah dek. Tapi yang terlalu sering sih, biasanya
perempuan yang wajib untuk meupload, kalau laki-laki tidak terlalu.
A : “oo iya ya bang, tapikan laki-laki jugak banyak yang sering upload
contohnya ke facebook atau instagram, hehehehehe.
A : “apa pandangan abang ketika melihat perempan melakukan minum kopi di
cafe gimana ya bang?
B2 : kalau menurut saya ya boleh-boleh saja, kalau dia memiliki uang banyak ya
terserah, tapi kalau uang hanya pas-pasan dan tidak pas juga untuk dia ya abang
kurang setuju. Tapi kalau punya uang ya boleh-boleh saja.
A : “oke bang, oke. Hmmmmm apalagi ya, hehehehehe
B 2: apaaaaaaaaaaaaa hehehehe
A : “ pertanyaan yang ingin kami cari tau jawabannya dari abg sudah terjawab
semua bang, dan jawaban abang ini akan sangat membantu tugas kami bang,
hehehehe.
B2 : “iya dek abang ngerti kok itu,
A : “ jadi abang kami boleh minta tolong untuk kesekian kalinya bang,
B2 : apa itu dek,
A : “kami mau minta foto dengan abang-abang, untuk menjadi dokumentasi
kami.
B2 : “ooo boleh dek boleh,

Hasil wawancara Informan 5

1. Berapa kali kegiatan minum kopi dilakukan dalam seminggu?


Jawab : kegiatan minum kopi dilakukan setiap hari. Karena saya juga termaksud
salah satu penikmat kopi dari saya mulai kecil dan menurut saya kebiasaan
meminum kopi sudah menjadi tururn temurun mulai dari kakek saya.
2. Mengapa memilih minum kopi di tempat ini?
Jawab: sebenarnya saya tidak terlalu suka meminum kopi di warkop, karna saya
lebih suka atau sering meminum kopi dirumah bersama keluarga. Menurut saya,

34
Minum kopi di rumah itu lebih puas dan kita bisa membuat kopi sesuai dengan
selera kita sendiri. Apalagi kopi yang saya minum di rumah, memiliki kualitas
yang lebih baik karna kopi tersebut saya beli langsung dari petani kopi.
3. Berapa biaya yang dialokasikan untuk kegiatan minum kopi?
Jawab: kalo biaya tiap minum kopi beragam ya, tergantung dengan jenis kopi
yang kita pesan dan juga tergantung pada tempatnya.Kaya disini harga kopinya
murah hanya mengeluarkan biaya sebesar Rp.15.000 dan rasanya juga tidak
kalahlah dengan kopi yang dijual di cafe-cafe yang lebih mahal.
4. Apakah ada tujuan untuk minum kopi?
Jawab: ya, saya minum kopi untuk menghilangkan stres dan karna memang hobbi
sih.
5. Siapa saja yang menjadi teman untuk diajak kegiatan minum kopi ?
Jawab: kalo teman minum kopi biasanya itu adalah keluarga dan teman-teman
seperjuangan(hahaaha).
6. Apakah ada rekan wanita/pria yang di ajaka minum kopi?
Jawab : Tidak ada, karna berhubung saat ini saya sedang
jomblo( hahhhaahahahahahahahahahahahah), kalo ada kawan-kawan adek yang
lagi jomblo, bolehlah dikenali sama abang.
7. Apakah kopi yang diminum dipilih berdasarkan rasa atau mahalnya harga?
Jawab :kalo saya meminum kopi itu lebih mengutamakan rasa, jadi kalo masalah
harga tidak terlalu saya pikirkan sih.
8. Apakah dengan melakukan minum kopi di mall menaikkan status sosial?
Jawab: iya, karna banyak orang meminum kopi hanya ikut-ikutan saja dan Cuma
untuk gaya-gayaan. Apalagi kalo pas minum kopinya di cafe-cafe yang mahal.
9. Apakah kegiatan ini sering di upload ke sosial media?
Jawab : jarang si , karna menurut saya orang yang terlalu mengupload ke media
sosial itu hidupnya terlalu lebay(hahaha).
10. Apakah abng merasa nyaman jika melihat perempuan minum kopi di cafe?
Jawab : kalau saya tidak terlalu nyaman melihat perempuan yang minum kopi di
cafe, sebab saya melihat kebanyakan perempuan yang minum kopi itu hanyalah
ikut-ikutan atau hanya untuk gaya-gayaan saja. Padahal dia enggak suka dengan
kopi, tetapi karna sekarang jamannya minum kopi maka dia ikut-ikutan minum-
minum kopi gitu.

Hasil wawancara Informan 6

35
A: “Selamat sore kak, bisa minta waktunya sebentar, bisa kenalan dulu kak? Kakak
namanya siapa?”
B: “sore juga, boleh, Fauziah. Kalo boleh tahu mau ngapain ya?”
A: “oh… kenalin kak, nama saya Shania. Ini mau dikit nanya tentang kopi kak.
B: “Oh kopi yaa yaudah silahkan duduk kak”
A: “Makasih kak.. Kalo boleh tau, kakak kesini sama siapa ya?”
B: “Oh ini lagi nongkrong sama teman-teman. Siap ujian penat ya kan mending
nongkrong aja dulu sambil minum kopi.
A: “Terus kakak kalau ngumpul sukanya pesen kopi ?”
B: “Iya kak, aku lebih suka minum kopi tadi terkadang juga suka teh tarik gitu,
kadang kan pengen manis manis juga gak pahit aja “
A: “Oh gitu. Kakak udah dari jam berapa disini?”
B: “Masih barusan disini kak.Habis siap ujian gak tau kemana ya kan mending
nongkrong, kita sering kesini kok “
A: “Oh gitu ya kak. Kalo boleh tahu, kakak biasanya minum kopi berapa kali .
Misalnya dalam sehari?”
B: “Kalo biasanya minum kopi kalau lagi mood aja sih kak, kalau lagi suntuk, random
berapa kali minumnya, gak nentu’’
A: “Berarti minum kopi disin sering ya kak?
B: “Iya sering kak, tempatnya comfy buat duduk nyantai sama kawan kawan”
A: “pengeluaran kakak biasanya habis berapa “
B: “Gak nentu sih kak, kadang kalau minum kopi disini gak habis lima puluh ribu sih
dalam sehari tapi kalau di starbuck minum kpinya lebih mahal”
A: “Oh gitu ya kak. Selain ngopi kakak biasanya ngapain disini”
B: “Kadang sih main uno sama kawan kawan, kadang juga makan kesini”
A : “ Tujuan kakak minum kopi apa sih?”
B : “Kalau aku pribadi suka kopi karna terkadang buat tenang gitu kak apalagi rasa
vietnam rid aku paling suka rasa kopi itu
A: “Selain sama teman, biasa sama siapa kak kalo mau ngopi-ngopi gini?”
B: “Biasanya sama pacar aja kalok gak sama teman”
A: “Pandangan kakak yang cewe kalo minum kopi kaya gimana bang?
B: “Biasa aja sih kalo. Saya juga ngopi kok.
A: “kalo milih tempat ngopi biasanya karena harga kopinya… atau karena rasanya
kak ?

36
B: “Karena rasalah tentunya. Biasa nya sih kalok rasanya enak kopinya mahal juga.
A: “Kakak merasa aman gak kalok minum kopi di publik?”
B: “Nyaman aja sih karena kan aku gak sendirian minum kopinya terus sama teman
kalau gak pacar jadi mau di tempat sepi atau ramai sekalipun, biasa aja.
A: “Lebih suka warung kopi yang fasilitas seadanya atau punya fasilitas bagus?
B: “Saya lebih suka yang fasilitasnya bagus, kalok warkop biasa saya gak suka karena
ada juga itu cowok cowok ngopi ribut ngomongnya, jadi gak tenang
A: “Kalo lagi ngopi-ngopi gini di upload ke sosmed gak kak?”
B: “iyaa kadang upload kadang juga enggak
A : “tanggapan kakak buat orang yang minum kopi sebagai gaya hidup dan ningkatin
status sosial seperti apa kak?
B: “Ada sih gitu kawan aku yaa kan, dia itu mesan kopi tapi hanya untuk update di
sosmed aja, biar keren apa gitu gadis kopi, biar eksistensi dirinya keren”
A: “oh gitu ya kak kalo kakak sendiri, termaksud tipe itu gak sih, maaf nii yaa kak?”
B: “hahaha kadang aku juga mau update tapi ya gitu aja sekali sekali, gak maksud
untuk apa apa”
A: “ Ohh gitu ya kak , kalau gitu makasih ya kak maaf menganggu waktunya.
B: “Oh iya dek sama-sama.”

INTERVIEW GUIDE

A. PROFIL INFORMAN:
Nama :
Tempat/Tgl.Lahir :
Jumlah saudara :
Tempat tinggal ortu :

37
Pekerjaan :

B. KONSUMEN KOPI
11. Berapa kali kegiatan minum kopi dilakukan dalam seminggu?
12. Mengapa memilih minum kopi di tempat ini?
13. Berapa biaya yang dialokasikan untuk kegiatan minum kopi?
14. Apakah ada tujuan untuk minuk kopi?
15. Siapa saja yang menjadi teman untuk diajak kegiatan minum kopi ?
16. Apakah ada rekan wanita/pria yang di ajaka minum kopi?
17. Apakah kopi yang diminum dipilih berdasarkan rasa atau mahalnya harga?
18. Apakah dengan melakukan minum kopi di mall menaikkan status sosial?
19. Apakah kegiatan ini sering di upload ke sosial media?
20. Apakah merasa nyaman jika minum kopi di public?

38
39
DAFTAR PUSTAKA

Adlin, A. 2006. Resistensi Gaya Hidup Teori Dan Realitas. Bandung: Jalasutra.
Adlin, A. 2006. Menggeledah Hasrat. Yogyakarta: Jalasutra
Andietya Kurniawan. 2017. “Perilaku konsumtif remaja penikmat warung kopi”. Jurnal
sosiologi Dilema. Vol:32. No 1.
Devvany Gumulya, ivana staca helmi. 2017. “Kajian Budaya Minum Kopi di Indonesia”.
Jurnal Universitas Pelita Harapan. Vol. 13, No.2: 153-172
Irwanti Said. 2017. “Warung kopi dan gaya hidup modern. Jurnal Al.Khitabah”. Vol III.No
7:33-47.
Kelvianto Suisa, Veronica Febrilia. 2014. “Gaya Hidup Minum Kopi Konsumen Di The
Coffee Bean & Tea Leaf Plasa Tunjungan Surabaya”. Jurnal Hositality dan
Manajemen jasa. Vol.2, No.2
Mowen, J. C. (1995). Consumer behavior (4th ed). New Jersey : Prenticehall, inc
Pratiwi, Galih, Ika. 2015. Perilaku Konsumtif Dan Bentuk Gaya Hidup ; Studi Fenomenologi
pada Anggota Komunitas Motor Bike of Kawasaki Riders Club (BKRC) Chapter
Malang. Malang.
Ria Lestari Baso, RatyaAnindita. 2018. AnalisisDayaSaing Kopi Indonesia.
Solikatun, Drajat Tri Kartono, Argyo Demartoto. 2015. Perilaku Konsumsi Kopi Sebagai
Budaya Masyarakat Konsumsi: Studi fenomenologi pada peminum Kopi Di Kedai
Kopi Kota Semarang.
Teggia, Gabriella, Mark Hanusz. 2003. A Cup Of Java. Equinox Publishing Pte.Ltd

40

Anda mungkin juga menyukai