Laporan Penelitian Kelompok 2
Laporan Penelitian Kelompok 2
LAPORAN PENELITIAN
FENOMENA BUDAYA NONGKRONG ANAK MUDA DI COFFEE SHOP KOTA
PEKANBARU, PELALAWAN, DURI, BANGKINANG, KARIMUN, PADANG
PANJANG DAN MINAS
OLEH:
KELOMPOK 2
Hussein Ruslan 1901111712
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Karena berkat Rahmat, Taufik dan
Hinayahnya maka penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Penelitian ini dengan judul
“Fenomena Budaya Nongkrong Anak Muda Di Coffee Shop Kota Pekanbaru, Pelalawan,
Duri, Bangkinang, Karimun, Padang Panjang dan Minas”
Harapan penulis semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat dalam menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih
jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang telah memberikan dukungan
serta doa sehingga dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik dan dosen yang telah
membimbing serta rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan ide-idenya dalam
penyusunan Laporan Penelitian ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................................... 31
3.1 Identitas Informan ............................................................................................................... 31
3.2 Deskripsi Struktural............................................................................................................. 33
3.2.1 Aktivitas Nongkrong di Kafe Sebagai Gaya Hidup...................................................... 33
3.2.2 Makna Aktivitas Nongkrong di Kafe Bagi Pengunjung Kafe ...................................... 34
BAB IV ......................................................................................................................................... 65
PENUTUP..................................................................................................................................... 65
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 65
4.2 Saran .................................................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 67
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Belakangan ini, terdapat banyak usaha-usaha yang bermunculan diakibatkan oleh ide-
ide kreatif yang kemudian berhasil menciptakan pasarnya sendiri, ataupun tercetus ide usaha
kreatif yang terinspirasi dari hasil pengamatan terhadap perilaku orang lain. Dewasa ini,
kemunculan kafe di kota-kota besar menjadi pemandangan setiap hari yang bisa kita saksikan.
Hal ini dapat dilihat dari data Asosiasi Pengusaha Kafe Restoran Indonesia, di tahun 2012 terjadi
peningkatan 15 sampai 20 persen jumlah kafe dan restoran. Hal ini diikuti pula oleh kafe-kafe
yang berada di kota besar seperti Bandung, Makassar, Yogyakarta, dan Denpasar. Bahkan, di
Jakarta setidak terdapat lebih dari 300 kafe yang beroperasi(Sumandiyar et al., 2020).
Dengan beragam penyebutannya, seperti kedai kopi, coffee shop, bahkan kafe sekalipun
semakin merebak di berbagai kalangan masyarakat mulai dari kalangan atas hingga kalangan
bawah sekalipun khususnya bagi anak muda. Maraknya kehadiran kafe tersebut tentu dibarengi
dengan tujuan dan tema tertentu. Misalnya, konsep yang beragam dengan pertunjukan musik
tertentu, harga yang terjangkau, hingga sajian berbagai menu dengan nuansa tradisional hingga
modern yang menjadi daya tarik pengunjung kafe. Hal ini membuktikan bahwa miat masyarakat
yang tinggi terhadap keberadaan kafe, hal ini dikarenakan keberadaan kafe yang semakin
menjamur secara tidak langsung menunjukkan minat masyarakat terhadap kafe.
5
Dalam hal ini, restoran, warung makan, dan kafe masih menjadi andalan bagi
masyarakat terutama bagi anak muda. Kita dapat melihat maraknya kemunculan coffee shop,
atau yang biasa disebut kafe yang kini telah mengalami pergeseran makna. Kini orang pergi ke
coffee shop bukan hanya untuk menikmati kopi atau menyantap makanan ringan saja, melainkan
juga untuk bersantai atau melepas penat setelah seharian bekerja. Tak jarang kini di Kota
Pekanbaru banyak bermunculan coffee shop dengan berbagai macam konsep yang dapat kita
temui, hal ini dikarenakan demi kepuasan konsumen yang datang berkunjung dan tentunya untuk
kepentingan market share keuntungan atau margin atas usaha yang dijalankan.
Keberadaan kafe di kota Pekanbaru telah mendapat posisi tersendiri dalam keseharian
masyarakat khususnya bagi anak muda, sebagai salah satu alternatif untuk memanfaatkan waktu
luang ataupun untuk tujuan yang lebih penting. Berbagai hal bisa saja terjadi di dalamnya ketika
nongkrong di coffe shop oleh individu yang datang ikut memberikan kontribusi terhadap proses
konsumsi ruang kafe belakangan ini. pola konsumsi ruang terjadi pun mengalami perubahan
seiring dengan mengalirnya selera, begitu juga dengan motif dan berbagai kepentingan yang
terjadi di dalamnya. Bukan hanya itu, perubahan ruang dan kafe dan gaya hidup turut serta
mempengaruhi bahkan mengubah pola konsumsi serta motif individu dalam mengunjungi kafe.
Hal ini dikarenakan, gaya hidup seseorang dipengaruhi oleh tendensi dalam memilih,
menggunakan benda atau dalam proses konsumsinya. Lebih jauh lagi, dinamika yang terjadi
pemaknaan ruang serta konsumsi berdampak sektor usaha terutama sector yang bergerak
dibidang jasa dan kuliner. Perubahan yang terjadi dapat berpengaruh pada orientasi konsumsi
seseorang sehingga kajian ini dapat digunakan sebagai salah satu sarana untuk memprediksi
ataupun membaca arah pola konsumsi masyarakat saat ini. Sesuai dengan pemaparan diatas,
peneliti berupaya untuk mengkaji lebih jauh lagi keterkaitan antara merebaknya kemunculan
kafe-kafe di Kota Pekanbaru, Pelalawan, Duri, Bangkinang, Karimun, Padang Panjang dan
Minas dengan minat anak-anak muda mengunjunginya. Penelitian ini menarik untuk dilakukan
dikarenakan belakangan ini menjamurnya kafe-kafe di Indonesia yang menjadi fenomena
menggejala, begitu pun dengan motif atau tujuan anak-anak muda mengunjungi kafe juga
menjadi hal yang menarik untuk diteliti lebih lanjut. Disisi lain, terdapat kenyataan untuk
menuntut konsumen mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mengunjungi kafe, teerlebih
6
bagi anak muda yang belum berpenghasilan, ini menjadi kenyataan bahwa kafe merupakan ruang
konsumsi yang telah mengalami pergeseran.
Selain perubahan terhadap individu yang menjadi konsumtif, kini kita dihadapkan pada
permsalahan baru yakni leisure time (waktu luang). Aktivitas yang padat dan mobilitas yang
tinggi, serta tuntutan pekerjaan membuat individu menjadi stress menjalani rutinitas sehari–hari.
Hal ini menyebabkan masyarakat mulai mencari leisure time (waktu luang) yang dianggap dapat
menghilangkan rasa lelah setelah beraktivitas selama sehari penuh seperti berkumpul bersama
shopping, atau bersantai di warung kopi sembari menikmati secangkir kopi(Prihandini &
Handoyo, 2014).
Permasalahan leisure time memberikan perubahan terhadap gaya hidup seseorang. Salah
satunya adalah gaya hidup tentang budaya minum kopi. Budaya meminum kopi pada zaman
sekarang tidak hanya terletak pada kebutuhan minum kopi semata tetapi kopi sudah masuk
kedalam ranah gaya hidup dengan varian kopi sekaligus menawarkan tempat yang berkelas
sehingga harganya cenderung lebih mahal. Fenomena anak muda yang selalu berkumpul dan
bersosialisasi ditempat-tempat tertentu adalah hal yang biasa terjadi di masyarakat. Mereka
cenderung berkumpul di satu tempat favoritnya dan menjadikan tempat tersebut sebagai
basecamp bagi kelompok mereka. Biasanya anak muda loyal terhadap tempat tersebut dan
cenderung tidak berpindah ke tempat lain. Kegiatan anak muda ini disebut “nongkrong”.
Kita seringkali melihat banyaknya coffe shop bermunculan di perkotaan dan mulai
menjadi pemandangan yang tidak asing setiap harinya. Maraknya kemunculan coffe shop
tersebut bahkan diiringi dengan tema–tema tertentu, bahkan tak jarang juga kerap di-romantisasi.
Misalnya, kafe tersebut bertemakan musik atau romansa dengan tujuan tertentu agar menarik
7
minat pelanggan juga disertai dengan promo–promo yang menarik. Tentunya hal ini menjadi
Coffee shop atau kedai kopi identik dengan gaya hidup kaum muda yang mana
antusiasme dan penikmat coffee shop paling banyak dikunjungi oleh kaum muda karena sering
terlihat berkumpul dengan teman-temannya. Melihat fenomena keberadaan coffee shop kaum
muda seolah menjadikan coffee shop sebagai tempat untuk nongkrong. Bisa untuk sekedar
mengobrol atau mengerjakan tugas bersama-sama, maupun hanya untuk menghabiskan waktu
berjam-jam bertukar fikiran dan informasi di coffee shop. Melihat realitas yang terjadi pada
fenomena coffee shop sebagai gejala gaya hidup baru kaum muda, tentu saja banyak hal yang
melatarbelakangi kaum muda dalam memilih coffee shop sebagai salah satu tempat
menghabiskan waktunya, tetapi yang perlu diperhatikan adalah seberapa jauh coffee shop ini
berpengaruh terhadap pola pikir dan tingkah laku kaum muda dan apakah mereka
memperhitungkan pengeluarannya dalam membeli minuman atau makanan jika mereka secara
1. Bagaimana pemaknaan anak muda terhadap aktivitas nongkrong di coffee shop Kota
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi remaja untuk melakukan budaya nongkrong di coffe
shop di Kota Pekanbaru, Pelalawan, Duri, Bangkinang, Karimun, Padang Panjang dan
Minas ?
8
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka dapat diketahui tujuan penelitian yaitu :
2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi anak muda untuk melakukan budaya
nongkrong di coffe shop Kota Pekanbaru, Pelalawan, Duri, Bangkinang, Karimun, Padang
Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan menambah khazanah kajian ilmiah bagi mahasiswa,
khususnya mahasiswa sosiologi agar dapat memberkan konstribusi bagi ilmu sosiologi,
Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan anak muda agar mereka bisa
menjadi lebih baik lagi serta agar setiap individu dapat mengubah kebiasaan yang tidak baik
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Mead, makna dan pemikiran adalah sesuatu yang penting dalam mengerti
manusia, dimana kepemilikan karakter-karakter ini membuat esensi berbeda dengan semua
perilaku binatang. Jika dinyatakan bahwa agar binatang bisa bertahan hidup, ia lebih
memanfaatkan reaksi. Tanggapan binatang atas lingkungan atau perilaku yang menjadi stimuli
lebih banyak karena menanggapi objek lain. Ia muncul sekedar spontanitas yang bersifat sesaat.
Tetapi, jika manusia menanggapi apa yang terjadi dilingkungan mereka, maka manusia
menggunakan sesuatu yang dalam bahasa Inggris disebut conduct (sikap). Ada hal spesifik dari
sikap, sebab didalamnya ada mind (pikiran) dan pemilikan self (ke-dirian). Dari kedua unsur
tersebut, berbeda dengan binatang, manusia bisa memandang dirinya sebagai subjek dan juga
objek(Haris & Amalia, 2018).
Menurut Mead, proses evolusi menuntun kepada pengembangan otak manusia yang
secara kualitatif berbeda dengan binatang. Hal ini dikarenakan manusia memiliki kemampuan
untuk menggunakan vocal gestures (isyarat vocal) atau significant symbol. Tindakan sosial
kemudian dilihat sebagai perilaku simbolik, dan interaksi lebih didasarkan pada makna-makna
simbolik yang dibagi-bagi. Makna-makna tersebut dipelajari individuagar hidupnya bisa berjalan
terus-menerus (survive). Tindakan, isyarat (gesture) dan isyarat suara merupakan beberapa hal
yang termasuk dalam kajian interaksionisme simbolik(Siregar, 2016).
10
Selanjutnya, Mead menyatakan hal yang perlu diperhatikan dalam interaksionisme
simbolik diantaranya sebagai berikut:
1. Berpikir (Mind)
Mead menyatakan bahwa mind adalah tindakan yang menggunakan simbol-simbol dan
mengarahkan simbol-simbol tersebut menuju self. Sama dengan elemen yang dijelaskan
sebelumnya, bahwa mind bersifat sosial. Ia hidup di luar individu dalam dirinya. Dengan
mind, simbol-simbol yang beragam bisa dimanipulasi. Aktivitas yang dimainkan mind
bisa berupa komunikasi dengan orang lain, tetapi bisa juga merupakan percakapan
dengan self, dengan diri kita, atau dengan simbol-simbol yang kita pahami atau akan kita
manipulasi. Mengapa mind menjadi sangat penting, sebab ia bisa langgeng atau tidak
berdasarkan interaksi sosial yang selalu dialami oleh individu.
2. Diri (Self)
Self akan berkembang dan lengkap jika seseorang secara relatif yakin bahwa makna yang
diberikan individu pada simbol hampir sama dengan makna yang diberikan dari orang
lain. Orang lain yang dimaksud disini adalah generalized other. Simbol digunakan untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Berkat pengembangan-perkembangan simbol tersebut,
self pun bersifat dinamis. Ia akan mengalami perubahan-perubahan setiap saat ketika
individu-individu berinteraksi. Berkaitan dengan kesadaran diri dan bayang-bayang
berarti letak self tidak diluar, tetapi dalam diri individu. Sekalipun, didalam individu,
tetapi self selalu berinteraksi dengan dunia luar (others). Karenanya kembali pada Mead,
self bisa dibedakan menjadi dua unsur, yakni I dan me.
Untuk keperluan analisis, kita bisa merinci dan mengenali watak masing-masing. Watak-
watak dari I adalah:
a) Aspek spontanitas dari self. Karena sifat ini, ia memberi tanggapan yang tidak teramalkan
dan unik pada berbagai situasi. I juga bertugas memberikan tanggapan pada me.
b) Bagi I, norma dan makna menjadi bervariasi dan ditafsirkan seperti yang
diinternalisasikan.
c) Menyediakan sebuah penjelasan dari elemen yang kreatif dan dinamis dalam perilaku
manusia. Oleh karenanya, temuan-temuan kreatif dari tingkah laku manusia banyak
dihasilkan oleh I.
11
d) Sebagai reaksi individu atas situasi, I memiliki sifat-sifat seperti spontan, tidak
teorganisasi, tidak terencanakan, tidak teramalkan, dan tidak dapat diperhitungkan.
e) Dalam situasi interaktif, perilaku partisipan tidak pernah teramalkan secara lengkap dari
pengetahuan harapan sosial.
a) Di dalamnya terdapat norma, nilai, definisi dan makna yang telah diinternalisasikan oleh
individu dari kelompok sosial. Oleh karena itu, me adalah kendaraan untuk pengaturan
self dan kontrol sosial. Sementara, I bersifat kreatif, sedangkan me menyusun batasan dan
memaksakan struktur yang berdasar pada nilai-nilai sosial. Sesuatu yang baru muncul
dari I, tetapi struktur bentuk dari self merupakan satu hal yang biasa, yang menurut adat
muncul dari me.
b) Mampu mendeteksi konsistensi normatif dengan mengungkapkan self yang terorganisasi
dan memiliki stabilitas tertentu.
c) Mekanisme konformitas dan kontrol yang ada dalam individu membawa pengaruh dalam
kondisi yang benar dalam situasi yang terjadi.
3. Masyarakat (Society)
Mead berkeinginan membangun teori yang menggabungkan antara fenomena mikro dan
makro. Oleh karenanya, ia menyatakan bahwa ada tiga elemen yang berhubungan dengan
individu, yakni individu biologis, masyarakat mikro dan masyarakat makro. Masyarakat mikro
mulai memengaruhi individu, kemudian disusul dengan masyarakat makro, dan barulah
pengaruh lingkungan fisik. Dari ketiga pengaruh itulah kemudian muncul perilaku. Terdapat
hubungan timbal balik antara perilaku dengan individu biologis tersebut, yang kemudian
memengaruhi masyarakat mikro, makro, dan lingkungan fisik(Nasiwan & Wahyuni, 2016).
Masyarakat tersebut kemudian dimulai dari sesuatu yang bersifat makro, dengan
terlebih dahulu memulai pada anggapan dasar bahwa manusia merupakan makhluk atau individu
biologis. Tidak selamanya individu menjadi makhluk biologis, sebab adanya interaksi sosial.
Uniknya, interaksi sosial tidak hanya berjalan sekali atau berlangsung terus-menerus.
12
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat dikatakan bahwa aktivitas nongkrong di
coffee shop merupakan perilaku atau tindakan yang telah diinternalisasi dalam diri individu
melalui proses interaksi sosial dalam masyarakat. Dengan kata lain, dewasa ini perkembangan
coffee shop yang pesat telah menimbulkan kebiasaan baru yang dilakukan oleh masyarakat
khususnya pengunjung coffee shop. Kafe merupakan salah satu dari bentuk interaksi sosial yang
mengandung proses komunikasi sehingga memunculkan makna. Manusia merupakan makhluk
yang bertindak atas dasar makna yang mereka ciptakan. Sehingga, simbol-simbol yang
digunakan oleh masyarakat merupakan hasil dari penciptaan masyarakat itu sendiri yang
kemudian membentuk tindakan mereka(Pouly, n.d.).
13
2.1.1 Tinjauan Pustaka Terhadap Aktivitas Nongkrong
Budaya nongkrong adalah satu dari sekian banyak jenis budaya yang ada di Indonesia.
Kemajemukan budaya tersebut dapat dilihat sebagai dari sikap, cara hidup dan nilai–nilai yang
ada didalam kelompok tertentu. Hal ini dapat dipahami sebagai suatu aktivitas tertentu yang
sudah menjadi kebiasaan, yaitu nongkrong. Meskipun kerap dipandang sebelah mata dan
dianggap hanya menghabiskan waktu saja, budaya nongkrong hingga kini masih eksis dan masih
banyak dijumpai ditempat–tempat tertentu sekaligus berguna untuk mengisi waktu tertentu atau
melepas penat setelah seharian bekerja seperti berkumpul, berbincang santai bahkan menikmati
hidangan tertentu. Menurut (Fauzi et al., 2017) budaya nongkrong akan menjadi aktivitas yang
dinamis serta memiliki makna dan kepuasan tersendiri bagi para pelakunya. Meskipun kerap
dipandang sebelah mata dan dipandang negatif, budaya nongkrong tetap eksis menjadi bentuk
ekspresi masyarakat di kala mengisi waktu luang atau melepas penat setelah seharian bekerja
sekedar untuk berkumpul, mengobrol bersama atau bahkan sambil menikmati hidangan ringan.
Disisi lain, tendensi budaya nongkrong dipandang sebagai budaya pemalas dan hanya
membuang-buang waktu serta tidak berguna. Akan tetapi, jika dipandang lebih lanjut budaya
nongkrong memiliki potensi besar untuk mengurangi stress akibat tekanan kerja atapun tekanan
tugas menumpuk bagi mahasiswa dan pelajar. Lebih lanjut, budaya nongkrong juga berperan
meningkatkan kreativitas dalam berpikir dan berkarya. Kemudian kretivitas ini dituangkan dalam
dunia bisnis dan usaha. Misalnya, menjamurnya kafe dan kedai kopi seperti sekarang ini
menjadi wadah dalam budaya nongkrong anak-anak muda. Bukan hanya itu, tersebarnya kedai
kopi diberbagai sudut kota menjadi tempat nongkrong favorit dikarenakan harga yang
ditawarkan terjangkau dan merakyat(Fauzi et al., 2017).
14
2.1.2 Manfaat Aktivitas Nongkrong
Walaupun disatu sisi masyarakat kerap menilai budaya nongkrong seperti budaya
pemalas dan kerap diasosiasikan negatif, sebenarnya budaya nongkrong memiliki
manfaat, diantaranya:
Kafe berasal dari bahasa Perancis yang berarti coffee, dalam Bahasa Indonesia yaitu kopi
atau coffee house dan dalam Bahasa Indonesia adalah kedai kopi, istilah ini mucnul pada awal
mula abad ke–18 di Inggris. Awal mulanya kafe difungsikan sebagai kedai kopi, akan tetapi
seiring perkembangan zaman kafe telah melahirkan banyak konsep, kafe/coffee shop adalah salah
satu usaha dibidang makanan dan minuman yang pengelolaannya dikelola secara komersial,
dengan menawarkan hidangan kepada para pelanggan berupa minuman atau makanan kecil
dengan bentuk pelayanan dalam suasana tidak formal. Harga makanan dan minum yang
ditawarkan sangat bervariasi, akan tetapi harga yang ditawarkan lebih murah karena kafe–kafe
dizaman sekarang target pemasarannya adalah pada anak muda atau mahasiswa dengan
menyediakan berbagai macam fasilitas yang menarik seperti acara Live Music, nonton bersama
dilayar kaca, internet atau fasilitas Wi-Fi, games dan berbagai fasilitas yang membuat para
pelanggan setia mereka betah untuk berlama–lama atau nongkrong di kafe tersebut(Restika,
2021).
15
2.2 Penelitian Terdahulu
Table 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu
No Penelitian Terdahulu
1 Nafik, siti syarifatun. 2017. “ Pemaknaan Aktivitas Nongkrong di Kafe Sebagai
Gaya Hidup Modern”. Skripsi. Tidak diterbitkan. Malang : Universitas
Brawijaya.
1. Untuk Mengetahui, Menjelaskan,
Dan Menganalisis Pemaknaan
Tujuan Pengunjung Kafe Di Kota
Probolinggo Terhadap Aktivitas
Nongkrong Di Kafe.
16
Persamaan Penelitian Penelitian ini sama-sama mengkaji tentang
fenomena budaya nongkrong
2. Muawanah, imroatun. 20219. “FENOMENA MARAKNYA COFFEE SHOP
SEBAGAI GEJALA GAYA HIDUP ANAK MUDA DI KOTA METRO (Studi
Pada Mahasiswa IAIN Metro)”. Skripsi. Tidak diterbitkan. Lampung: IAIN
Metro
1. Untuk mengetahui Gaya Hidup
Mahasiswa IAIN Metro terhadap
Tujuan Maraknya Coffee Shop di Kota
Metro dalam Perspektif Ekonomi
Islam.
1. Peneliti menemukan hasil mengenai
fenomena gaya hidup anak muda di
Coffee Shop dimana aktivitas yang
menunjukkan suatu gaya hidup anak
Hasil Penelitian muda pun sangat beragam dilakukan
di tempat tersebut seperti nongkrong
(hang out) bersama teman,
mengobrol, diskusi mengenai
pekerjaan, mengerjakan tugas kuliah
dan tugas sekolah.
2. Dalam hasil penelitian juga
ditemukan fenomena budaya
nongkrong anak muda khususnya
mahasiswa.
3. Dalam hasil penelitian menunjukkan
mahasiswa Kota Metro sangat
senang nongkrong di cafe, hal ini
merupakan bukti adanya ketertarikan
tidak hanya rasa makanan ataupun
minuman yang di jual di cafe tetapi
Coffee Shop memiliki daya tarik
lain, seperti wifi gratis, nyamannya
tempat serta fasilitas yang disediakan
sehingga membuat anak muda sangat
senang berlama-lama di Coffee Shop.
Perbedaan Penelitian Penelitian ini menggunakan teknik sampling
snowball
Persamaan Penelitian Penelitia ini sama-sama mengkaji aktivitas
dan budaya nongkrong di kalangan anak
17
muda
3. Nadia, Rifca. 2020. “HABIT “NONGKRONG” DI KAFE PADA REMAJA
(Studi Deskriptif Pada Remaja SMA N 1 Medan)”. Skripsi. Tidak diterbitkan.
Medan: Universitas Sumatera Utara.
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi Siswa SMA Negeri 1
Medan untuk nongkrong di kafe.
2. Untuk mengetahui kebiasaan
Tujuan nongkrong dikafe yang dilakukan
oleh siswa SMA Negeri 1 Medan.
3. Untuk mengetahui tanggapan guru
dan orang tua dari siswa SMA
Negeri 1 Medan dalam menanggapi
kebiasaan para siswa nongkrong di
kafe.
1. Sebagai sinyal kapitalisme di kota
medan menjadi dalam format
kapitalisme konsumsi -> nilai guna -
> nilai tanda.
2. Kapitalisme konsumsi berwujud dan
Hasil Penelitian menjadi suatu lapisan termaksud
analisis mendalam terhadap
pendidikan masyarakat 3. Habit
nongkrong ini, ada faktor individual
dan eksternal.
3. Kebiasaan itu tertulis dalam format.
4. Orangtua memiliki program yg
berharga.
18
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
fenomena kemunculan coffee shop di
kota Denpasar merupakan jawaban
atss kebutuhan anak muda akan
Hasil Penelitian kebutuhan eksistensi mereka yang
kemudian menjadikannya sarana
pelepas hasrat, serta sebagai ajang
pembentukan budaya dan gaya
hidupnya. Keberadaan coffee shop
pun menjadi sarana anak muda
sekaligus sebagai bentuk distinction
(jarak) antara kelas dominan dengan
kelas lainnya.
2. Pada saat ini kafe mengalami
pergeseran nilai guna (use values)
yang mengarah pada nilai tanda (sign
values). Nilai-nilai tersebut bukan
lagi terletak pada kebutuhan
fungsional bagi masing-masing
individu di dalamnya, melainkan
berbagai motif dan kepentingan yang
terjadi sifatnya lebih personal
menjadi bagian dari proses konsumsi
ruang kafe tersebut.
19
hidup dan kehidupan sosial mereka.
Hasil Penelitian Dalam gaya hidup yang dilakukan
oleh remaja peminum kopi mayoritas
suka menghabiskan dengan
melakukan kegiatan bersama teman-
temannya. Kegiatan tersebut adalah
mulai dari keluar dan berkumpul
dengan temanteman, melakukan
kegiatan mengkonsumsi kopi,
bermain Play Station, dan berolah
raga futsal. Sedangkan untuk
kehidupan sosial remaja peminum
kopi, mayoritas mereka adalah
remaja yang supel dan suka bergaul,
dan aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan. Namun ada juga
yang pendiam, sulit bergaul dan tidak
aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan. Karakteristik
remaja peminum kopi ini
mempengaruhi perilaku konsumtif
pada minuman kopi yang dilakukan
remaja peminum kopi. Bertujuan
untuk memenuhi keinginannya
mereka melakukan kegiatan
mengkosumsi kopi sebagai cara
untuk memuaskan keinginannya.
2. Faktor internal yang terdapat pada
remaja peminum kopi yang
mendorong mereka melakukan
kegiatan mengkonsumsi minuman
kopi ada dua, yaitu motivasi individu
dan ekonomi individu.
3. Perilaku konsumtif yang dilakukan
remaja peminum kopi lebih
mementingkan faktor keinginan dari
pada kebutuhan dan individu
cenderung dikuasai oleh hasrat
kesenangan semata. Hal ini terbukti
dari temuan dalam penelitian ini,
20
bagi para remaja peminum kopi
mengkonsumsi kopi atau ngopi juga
dipandang sebagai cara untuk
mencapai tujuan memenuhi
keinginan.
Perbedaan Penelitian Penelitian ini lebeih kepada faktor yang
mengakibatkan remaja menjadi lebih suka
nongkrong di kedai kopi.
Persamaan Penelitian Penelitian ini sama-sama menggunakan
teknik kualitatif
6. Kholik, Nadiya Sahlatul. 2018. “Kajian Gaya Hidup Kaum Muda Penggemar
Coffee Shop” (Studi Kasus Pada Coffe Shop “Strbucks” di Mall Botani Square
Bogor). Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
1. Mengetahui gaya hidup kaum muda
yang terjadi didalam coffeshop
Tujuan starbucks.
2. Factor pembentuk gaya hidupkaum
muda penggemar coffeshop.
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat beberapa faktor yang
membentuk gaya hidup anak muda.
Diantaranya adalah mereka memiliki
Hasil Penelitian persepsi gerai kopi Starbucks
sebagai simbol status sosial, sehingga
anak muda tersebut menjadikan
nongkrong di gerai kopi Starbucks
sebagai gaya hidupnya
2. Dari penelitian yang dilakukannya
didapatkan hasil aktivitas nongkrong
yang dilakukan anak muda di gerai
kopi Starbucks telah berhasil
menjadikan aktivitas nongkrong
mereka dengan tepat, terbukti gerai
kopi Starcbucks memberikan fasilitas
nongkrong dengan fasilitas serta
suasana tempat yang nyaman dan
didukung fasilitas internet yang
gratis.
21
sudah terkenal.
Persamaan Penelitian Penelitian ini sama-sama menggunakan
teknik kualitatif.
22
perkembangan zaman kafe telah melahirkan banyak konsep, kafe/coffee shop adalah
salah satu usaha dibidang makanan dan minuman yang pengelolaannya dikelola secara
komersial, dengan menawarkan hidangan kepada para pelanggan berupa minuman atau
makanan kecil dengan bentuk pelayanan dalam suasana tidak formal.
23
2.4 Kerangka Berfikir
GAYA HIDUP
NONGKRONG REMAJA
DI COFFE SHOP
Berasal dari
Gaya modernisasi
Interaksionisme
simbolik
24
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan
interpretif yang bertujuan untuk analisis sistematis mengenai aksi sosial yang bermakna melalui
observasi manusia secara terperinci dan langsung dengan latar alamiah dengan tujuan untuk
memperoleh pemahaman dan interpretasi mengenai cara individu menciptakan dan
25
mempertahankan dunia sosial mereka. Penelitian disini ingin mempelajari aktivitas nongkrong di
coffee shop dan bagaimana seseorang memaknai aktivitas nongkrong di coffe shop.
1. Populasi Penelitian
Berdasarkan kutipan dari (Wiyono, 2013) Menurut Uber Silalahi (2006) populasi
adalah jumlah total dari seluruh unit atau elemen dimana peneliti tertarik. Berdasarkan
pengertian tersebut maka populasi yang akan diambil untuk penelitian ini adalah orang
yang datang mengunjungi coffe shop, dengan jumlah populasi yang tidak diketahui dari 2
toko coffe shop yang berada di Kota Pekanbaru, Pelalawan, Duri, Bangkinang, Karimun,
2. Sampel Penelitian
Dalam kutipan dari (García Reyes, 2013) Sampel adalah kumpulan elemen yang
merupakan bagian kecil dari populasi, Maka dari itu dapat ditarik kesimpulan bahwa
sampel dari penelitian ini adalah anak remaja laki-laki ataupun perempuan yang berumur
12 sampai 24 tahun yang datang mengunjungi coffe shop sebagai pembeli yang
nongkrong di coffe shop tersebut. Dengan jumlah sampel yang diambil sebanyak 40
26
responden dari masing-masing toko coffe shop yang ada di Kabupaten Karimun dan Kota
Pekanbaru.
Adapun teknik penarikan sampel yang akan digunakan adalah sampel jenuh, hal
karakteristik yang sama dalam populasi ini, sehingga semuanya bisa dijadikan sampel.
Batasan sampel adalah ketika peneliti sudah merasa cukup dengan hasil informasi yang
27
diperoleh adalah berdasarkan hasil penelitian terdahulu melalui jurnal, skripsi dan buku-buku
beserta foto informan saat melakukan aktivitas nongkrong dengan keterkaitan permasalahan
yang sama dengan penelitian ini(Mulyadi, 2007)
Metode ini digunakan peneliti sebagai strateginya untuk mendapatkan informasi yang
lebih lengkap, dengan melihat dan mengamati langsung lokasi penelitiannya. Karena
penelitian ini menggunakan kualitatif, peneliti menggunakan metode observasi partisipatif
agar peneliti dapat ikut aktif dan mengetahui secara langsung aktiftas yang sedang terjadi di
lokasi yang akan ditelitinya, sehingga peneliti secara alamiah mengetahui pasti apa yang
sedang terjadi dan dapat penjelasan yang cukup untuk penelitian ini(Pershing & Austin,
2017).
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang paling sering digunkan dalam
berbagai metode pengumpulan data. Metode observasi dan wawancara sering dilengkapi
dengan kegiatan penelusuran dokumentasi. Tujuan metode pengumpulan data dengan
dokumentasi adalah untuk mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan interpretasi
28
data. Hasil dari dokumentasi juga dapat menjadi sumber data yang dimanfaatkan untuk juga
dapat menjadi sumber rujukan data yang dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan
meramalkan. Data yang diperoleh melalui dokumentasi ini adalah data yang terkait dengan
aktivitas nongkrong di kafe sebagai gaya hidup. Langkah-langkah dokumentasi yang
dilakukan oleh peneliti yaitu berupa foto kegiatan, laporan, surat, ataupun data-data terkait
dengan penelitian(Kholik, 2018).
29
pertanyaan yang mengalami pengulangan dapat dihapus agar tidak terdapat pertanyaan
yang sama.
c. Struktur Tematik (Thematic portrayal), Data horizon yang telah ditulis berdasarkan
tema yang sesuai kemudian dikumpulkan dan nantinya dapat digunaka n ke seluruh objek.
d. Deskripsi tekstural (textural description), Menyalin data penelitian yang paling awal,
yang merupakan pernyataan dan pendapat dari objek penelitian. Yang merupakan
pernyataan dan pendapat dari objek penelitian.
- Textural individu (individual textural), Salinan data yang telah didapar dari objek
penelitian dikumpulkan secara individual.
- Tekstrural gabungan (composite textural), salinan data yang diperoleh dari objek
penelitian dikumpulkan menjadi satu.
e. Deskripsi struktural (structural description), Data penelitian asli disalin menggunakan
bahasa peneliti, kemudian data tersebut disusun secara struktural.
- Struktural individu (individu structural), Data penelitian yang asli dari objek
penelitian disalin kemudian disusun kembali secara struktural menggunakan bahsa
peneliti.
- Struktural gabungan (composite structural), salinan berupa data penelitian yang telah
disusun dengan cara struktural.
f. Variasi imajinatif (imaginative variations), dalam hal ini menganalisis dan proses
berfikir berdasarkan kerangka teori, yang dimana hasil dari penelitian yang diperoleh
sesuai dengan teori yang digunakan. Akan tetapi, jika teori yang digunakan tidak sesuai
maka diperlukan teori baru lainnya yang dapat mendukung hal dari proses penelitian.
g. Sintesis, adalah kesimpulan akhir dari seluruh hasil penelitian yang telah dianalisa
berdasarkan kerangka teori, baik dengan menggunakan kerangka teori yang lama ataupun
teori baru yang menggambarkan fenomena dalam penelitian ini(Fauzi et al., 2017).
30
BAB III
31
19 20 Kabupaten Kampar
Prima Harfandy Laki-Laki Mahasiswa
tahun (Bangkinang)
20 Mhd.
20 Kabupaten Kampar
Laksamana Laki-Laki Mahasiswa
tahun (Bangkinang)
Andika
21 Denisa P 19 Mahasiswa Kabupaten Padang
Panjang
Tahun
22 Zikra P 18 Mahasiswa Kabupaten Padang
Panjang
Tahun
23 Hidayatul Husna P 20 Mahasiswa Kabupaten Padang
Panjang
Tahun
24 Nadia Suzana P 21 Mahasiswa Kabupaten Padang
Panjang
Fitri Tahun
25 Novi P 41 PNS Kabupaten Padang
Panjang
Tahun
26 Yuhana 22 Kabupaten Pelalawan
Perempuan Mahasiswi
Apriyani tahun (Ukui)
27 Shinta Puspita 19 Kabupaten Pelalawan
Perempuan Mahasiswi
Sari tahun (Ukui)
28 18 Admin Online Kabupaten Pelalawan
Dea Putri Jelita Perempuan
tahun Shop (Ukui)
29 21 Buruh Non Kabupaten Pelalawan
Tri Saputra Laki-Laki
tahun Pertanian (Ukui)
30 20 Karyawan Kabupaten Pelalawan
Aulia Agustina Perempuan
tahun Rumah Makan (Ukui)
31 21 Kabupaten Bengkalis
Aji Pangestu Laki-Laki Karyawan
tahun (Duri)
32 Muhammad 21 Kabupaten Bengkalis
Laki-Laki Mahasiswa
Fajro Akbar tahun (Duri)
33 21 Kabupaten Bengkalis
Clarisha Adelina Perempuan Mahasiswa
tahun (Duri)
34 21 Kabupaten Bengkalis
Julia Safitri Perempuan Karyawan
tahun (Duri)
35 Raudhatul 21 Kabupaten Bengkalis
Perempuan Karyawan
Jannah tahun (Duri)
32
3.2 Deskripsi Struktural
Qurratul Aini. Berdasarkan hasil wawancara, aktivitas nongkrong yang dilakukan cukup
sering dalam seminggu terkahir ini, biasanya saat nongkrong Qurratul dan temannya saling
mengobrol satu sama lain dan juga sambil mengambil beberapa foto. Aktivitas nongkrong yang
dilakukan Qurratul didukung dengan gaya penampilan yang bagus, karena ia sangat
memperhatikan penampilannya. Dalam beraktivitas ini, Qurratul mengakui bahwa ia tidak
keberatan dengan mengeluarkan uangnya untuk membeli makanan dan minuman di kafe
tersebut, yangmana hal ini menunjukkan bahwa gaya hidup yang konsumtif.
Selanjutnya, Rio Bagus. Dari hasil wawancara, aktivitas nongkrong yang dilakukan
adalah berkumpul bersama temannya, saling bertukar informasi baik itu seputar agama, social
dan budaya bahkan politik. Dalam melaksanakan aktivitasnya Rio juga termasuk orang yang
memperhatikan penampilannya saat akan mengunjungi kafe/coffeshop. Rio menyatakan bahwa ia
tidak keberatan untuk mengeluarkan uang saat nongkrong, tapi ia menyatakan bahwa jika terlalu
sering beraktivitas seperti ini maka akan dapat menghabiskan uang.
Senada dengan pernyataan Rio, Raja Nurul. Menyatakan bahwa aktivitas nongkrong
yang ia lakukan adalah untuk berkumpul, mengobrol bahkan curhat dengan temannya tentang
masalah yang dihadapi. Raja Nurul juga mengakui ia adalah orang yang sangat memperhatikan
penampilannya dengan menyesuaikan tempat, kondisi dan situasi coffeshop yang akan ia
kunjungi.
33
Sama halnya dengan Yolanda, Dara. Melakukan aktivitasnya nongkrong di kafe
bersama temannya yang ia sebut dengan “chill healing” yang berarti aktivitas nongkrong yang
santai bersama temannya. Walapun ia tidak terlalu suka dengan aktivitas nongkrong ini, ia hanya
mengikuti temannya saja, Dara pun merasa tidak keberatan untuk mengeluarkan untuk membeli
makanan dan minuman, karena ia juga menikmati menu yang ia pesan saat nongkrong ini
berlangsung. Dalam hal penampilan Dara menyatakan bahwa ia sangat memperdulikan
penampilannya dimanapun ia akan pergi, hal ini juga terlihat saat diwawancarai, pakaian yang
sangat bergaya dan populer dikalangan wanita.
Rio Bagus. Hasil dari wawancara Rio mengakui bahwa makna aktivitas
nongkrong yang dilakukannya dapat membawa hal positif baginya, karena ia bisa
menjalin silahturahmi, berjumpa dengan kawan lama dan mengisi waktu luang. Ia juga
kerap mempublikasikan keberadaan dan aktivitas nongkrong-nya dimedia social bersama
temannya, bahkan ia pun senang jika bisa mempromosikan coffeshop yang ia datangi.
Aktivitas nongkrong yang dilakukan Rio berlangsung cukup lama biasanya lebih dari 60
menit, karena ia menganggap saat nongkrong adalah quality time-nya bersama teman.
34
Senada dengan pernyataan Rio, Nurul juga memanfaatkan aktivitas nongkrong
sebagai quality time saat berkumpul bersama teman.
35
3.3 Deskripsi Struktural
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi gaya hidup pengunjung kafe di Kota
Pekanbaru, antara lain seperti kafe yang buka 24 jam, harga makanan dan minuman yang
terjangkau, tersedia fasilitas yang memadai (AC, sofa, WiFi dan coloka listrik), gaya berpakaian,
serta menu makanan dan minuman dengan rasa yang enak. Tempat yang nyaman menjadikan
pengunjung kafe lebih betah menghabiskan waktu lebih lama bersama teman sambil bersenda
gurau, bertukar cerita dan pengalaman, bertukar ide dan pikiran bahkan hingga bergosip. Berikut
seperti yang disampaikan oleh informan
Fajri
“Aktivitas yang saya lakukan biasanya di coffe shop biasanya sih ya bahas-bahas
pekerjaan kebtulan saya kan programmer jadi lebih butuh ide-ide segar,kebetulan saya
kadan bersama kawan kalau datang ke coffe shop itu. Kalau saya ke coffe shop itu
biasanya bisa sampe mau tutup karena kan kalau sama kawan kalau udah bahas-bahas
tentang programmer itu bisa sampe 5-6 jam jadi ya kalau ke coffe shop setelah kita
menikmati hidangan seperti makan dan minuman agenda selanjutnya ya bahas-bahas
tentang pekerjaan, dan yang terakhir kalau ke coffe shop wajib yang ada WiFi-nya.”
Fajri responden pertama peneliti menjadikan coffe shop sebagai tempat untuk
membahas pekerjaanya sebagai programmer bersama teman-teman.
Hal yang senada diungkapkan oleh Fadli, yang memandang aktivitas nongkrong
di coffe shop sebagai sesuatu yang sama:
Fadli
“Kalau saya nongkrong di kafe itu ya sama kayak bang Fajar tadi kebetulan saya
kan rekan kerja dia jadi kami ya bahas-bahas seputar programmer gitu, jadi kalau udah
nongkrong di kafe ya bahas-bahas pekerjaan aja sih. Terutama kalau udah nongkrong di
coffe shop ya bicara soal ide-ide terbaru untuk pekerjaan biar nanti kerjanya lebih bagus
dan lebih maksimal, kami berdua kalau nyari coffe shop kalau bisa sih yang bukanya 24
jam dan ada WiFi-nya untuk menunjang pembahasan kami seputar programmer.”
36
Menurut Fadli, coffe shop merupakan tempatnya untuk membahas pekerjaan
bersama rekan-rekan dan membicarakan ide untuk pekerjaannya.
Putra
“saya kalau ke coffe shop itu bukan hanya sekedar ngobrol atau ngopi doang,
kadang ya ketemuan sama temen yang udah lama nggak ketemu karena kesibukan
masing-masing kaya kuliah atau kerja, jadi kalau ke coffe shop ya seperti bisa dibilang
reuni gitu apalagi masa-masa psbb kemaren sempat udah setahun nggak ketemu teman,
tapi kalau masa-masa new normal seperti sekarang ini ya tetap mengikuti protokol
kesehatan yang berlaku”.
Menurut Putra, coffe shop bukan hanya tempat sekedar ngopi tetapi juga tempat
untuk bersilahturahmi bersama teman yang sudah lama tidak bertemu.
Melda
“Menurut saya aktivitas ngumpul atau nongkrong di coffe shop itu ya untuk
menghilangkan bosan abis kuliah gitu, apalagi kalau udah habis UAS atau UTS kadang
kan pusing jadi kalau ke coffe shop bisa dibilang refreshing setelah seharian ngerjain
tugas kuliah atau habis UTS atau UAS seperti yang saya bilang tadi”.
Meidina
“Menurut aku kalau pergi ke coffe shop atau kafe sebagai reward untuk diri
sendiri ya, setelah berhasil mencapai target yang telah aku tetapkan ke diri sendiri. Misal,
aku menetapkan target minggu ini harus menyelesaikan tugas yang udah dikasih dosen
dan ternyata aku berhasil menyelesaikannya dengan baik, nah kemudian sebagai
rewardnya aku pergi ke coffe shop atau kafe, atau mungkin semester ini aku berhasil
37
mencapai ipk yang bagus lalu aku pergi jalan-jalan atau pergi ke coffe shop sebagai
rewardnya”.
Menurutnya, nongkrong di coffe shop bukan hanya sebagai gaya hidup tetapi
juga bisa sebagai reward terhadap diri sendiri yang telah mencapai target telah
ditetapkan.
Selain gaya hidup, aktivitas nongkrong di coffe shop juga dimaknai oleh pengunjung
kafe sebagai eksistensi diri mereka dan prestise. Pengunjung coffe shop di Kota Pekanbaru
menunjukkan eksistensi diri mereka melalui unggahan foto-foto selfie dan ataupun makanan dan
minuman yang tersedia di coffe shop tersebut ke akun instagram dan Whatsapp pribadi mereka.
Berdasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa sebagian pengunjung ingin
menunjukkan diri mereka kepada khalayak ramai atau masyarakat umum. Selain itu, adanya
hasrat ingin selalu menjadi pusat perhatian atau trend setter dalam mengunjungi coffee shop
terbaru untuk mencoba hal tersebut dan tak ketinggalan pula untuk mengunggah foto terkait coffe
shop atau menu baru coffe shop tersebut di akun sosial media milik pribadi seperti instagram dan
whatsapp seperti yang diungkapkan oleh Fajri
Fajri
“Ya seperti yang saya bilang tadi, cuman untuk berkumpul sesama rekan kerja
aja, bahas seputar dunia programmer untuk ide-ide terbaru yang bisa bikin kerjaan jadi
lancar. Saya juga sering bikin status di wa upload foto pas di coffe shop biar rekan
sesama programmer tau kalau saya lagi di coffe shop terus mereka join biar makin rame
kalau bahas seputar programmer”.
“ya lebih sering upload di instagram atau wa, kebetulan instagram saya sekarang
lagi di suspend karena kemaren saya utak-atik instagram akhirnya kena suspend, jadi
sekarang saya lebih sering upload di wa.”
38
Sementara itu Fadli, eksistensi yang ia dapatkan dari aktivitas nongkrong di
coffe shop sebagai kejenuhan dan membaur sesama rekan kerja:
Fadli
“ ya buat inspirasi juga, kalau terlalu lama di ruangan kamar kan kadang bosan
juga, makanya saya ke coffe shop sama kawan untuk cari suasana baru, bisa ketemu
kawan sambil ngobrol ringan seputar kerjaan jadi programmer, terus bisa nambah-
nambah pengalaman sama kawan juga dari obrolan.”
Putra
“kalau saya memaknainya ya untuk bertukar pikiran pas nongkrong saya upload
di story wa dan instagram terus nanti kawan-kawan join gitu, lalu bisa kita ngumpul
sama-sama bertukar pikiran dan bercerita.”
“kalau foto bersama ya pasti, terus nanti diupload di sotry wad an instagram,
kalau bahasa anak jaman sekarang ya kebutuhan story gitu.”
Melda
“saya kalau ke coffe shop ya sekedar untuk menghilangkan stress dan mengisi
waktu luang, tapi hanya di akhir bulan aja, kadang seminggu bisa sampe 3-4 kali, di akhir
hulan aja loh ya. Kalau di awal-awal bulan sih enggak, terus cari coffe shop yang ada
WiFi-nya untuk main medsos ntarkan soalnya foto itu diupload kesana.”
39
(Wawancara I, 20 Mei 2021)
Ada kriteria khusus yang diberikan oleh pengunjung coffe shop jika harus
berkunjung ke coffe shop seperti estethic dan tidak terlalu ramai pengunjung yang datang
ke coffe shop tersebut untuk melakukan aktivitas nongkrong seperti yang diutarakan oleh
Meidina berikut ini:
Meidina
“kalau saya nyari tempat nongkrong itu yang esthetic dan tidak terlalu ramai
pengunjungnya, soalnya kan nanti kalau upload di story juga biar keliatan bagus gitu,
coffe shop yang esthetic gitu kan nanti juga menarik minat pengunjung biar banyak
pengunjungnya. Ya intinya sih saya nongkrong ini untuk mengisi waktu luang dan untuk
ngonrol-ngobrol santai bersama teman-teman kampus saya.”
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi gaya hidup anak muda pengunjung coffe
shop di kota Bangkinang Kabupaten Kampar, antara lain tempat yang nyaman, berkumpul
bersama teman atau saudara, fasilitas coffe shop yang memadai, gaya berpakaian, serta harga
yang terjangkau untuk makanan dan minuman. Tempat yang nyaman membuat anak muda
menghabiskan waktu lama untuk bersenda gurau, main game online bersama, saling bertukar
cerita. Seperti yang disampaikan oleh beberapa informan:
Reihan Ramadhani Amir
“Biasanya saya ke coffe shop 1 minggu sekali”
“Yang saya lakukan di coffe shop biasanya bercerita dan berkomunikasi dengan saudara dan
bermain game mobile legend”
“Gaya berpakaian tidak terlalu saya perhatikan, asal rapi dan wangi sudah cukup”
“Tentu saja tidak, saya tidak keberatan untuk hal tersebut”
(Wawancara I, tanggal 22 Mei 2021)
40
Dalam beraktivitas ini, Reihan mengatakan bahwa ia tidak keberatan dengan mengeluarkan
uangnya untuk membeli makanan dan minuman di coffe shop tersebut, hal ini menunjukkan
bahwa gaya hidup Reihan yang konsumtif.
Senada dengan Reihan, Rezki juga memandang aktivitas nongkrong di coffe shop
sebagai hal yang sama:
Muhammad Rezki
“Yang saya lakukan biasanya berkomunikasi, becerita dengan saudara-saudara tentang
banyak hal, seperti roasting kenangan masa lalu pada saat masih kecil, bermain game bareng,
dan menyantap hidangan yang telah dipesan”
“Tidak juga, karena bagi saya asal pakaian tersebut bersih dan wangi sudah cukup, asal
sesuai dengan situasi dan kondisi dengan siapa akan bertemu”
“Saya tidak keberatan untuk mengeluarkan uang untuk memesan makanan dan minuman”
(Wawancara I, tanggal 22 Mei 2021)
41
coffeshop yang akan ia kunjungi. Gian tidak keberatan mengeluarkan uang jika kulalitas rasa
makanan dan minuman sesuai dengan harganya. Gian juga menyatakan ia memiliki menu
favorit yaitu adalah vietnam drips.
Tidak jauh berbeda, Prima menyatakan aktivitas nongrong di coffe shop sebagai
waktu berkumpul dengan teman:
Prima Harfandy
“Nongkrong di coffe shop biasanya manghabiskan waktu bersama teman dan memesan
beberapa menu”
“Waktu yang saya habiskan di coffe shop biasanya 2 sampai 3 jam-an”
“Tidak, saya ke coffe shop jika ada teman yang mengajak”
(Wawancara I, tanggal 23 Mei 2021)
Prima menyatakan aktivitasnya datang ke kafe adalah nongkrong menghabiskan
waktu bersama teman, dan memesan beberapa menu yang ada di coffe shop. Prima
mengatakan biasanya menghabiskan waktu di coffe shop selama dua sampai tiga jam. Prima
tidak akan pergi ke coffe shop sendirian, ia akan pergi nongkrong jika ada teman yang
mengajak.
Mhd. Laksamana Andika
“Saya bisa 2 sampai 3 kali ke coffe shop dalam 1 minggu”
“Yang saya lakukan ngobrol dan main game mobile bersama teman”
“Saya sangat memperhatikan pakaian saya saat ingin nongkrong di coffe shop bersama teman
agar terlihat rapih, bersih, dan wangi”
(Wawancara I, tanggal 23 Mei 2021)
Andika datang nongkrong di coffe shop biasanya dua atau tiga kali dalam seminggu.
Andika menyatakan aktivitas yang dilakukan di coffe shop adalah mengobrol dan bermain
game online bersama teman-temannya. Aktivitas nongkrong yang dilakukan Andika
didukung dengan gaya penampilan yang bagus, karena ia sangat memperhatikan
penampilannya.
Selain sebagai gaya hidup, pemaknaan aktivitas nongkrong di coffe shop yang
terjadi oleh anak muda Kota Bangkinang Kabupaten Kampar disebabkan oleh gaya hidup
42
remaja sekarang, berkumpul bersama teman-teman dan sahabat lama yang sudah jarang
dijumpai, mengisi waktu luang dan mempererat pertemanan dan persaudaraan. Serta ingin
mengunggah foto coffe shop yang dikunjungi. Seperti yang disampaikan oleh beberapa
informan:
Reihan Ramadhani Amir
“Bagi saya sendiri yah boleh-boleh saja, asal tidak merugikan orang lain”
“Tidak juga, menurut saya itu tidak terlalu penting”
“Hal positifnya yakni dapat mempererat tali silaturrahmi dan dapat saling berinteraksi dan
hal negatifnya menurut saya dapat melalaikan waktu jika terlalu lama nongkrong”
(Wawancara I, tanggal 22 Mei 2021)
Menurut Reihan nongkrong di coffe shop boleh saja dilakukan karena tidak
merugikan orang lain. Reihan juga menyatakan makna aktivitas nongkrong di coffe shop ini
karena selain ngumpul bersama teman atau saudara aktivitas ini juga memiliki nilai positif
sebagai cara untuk mempererat tali silaturrahmi dan persaudaraan. Reihan menyatakan
bahwa jarang dan menanggap mempublikasikan keberadaan dan aktivitas nongkrong-nya
dimedia sosial tidak terlalu penting.
Muhammad Rezki
“Iya, apalagi zaman sekarang nongkrong di coffe shop menjadi sebuah trend baru terutama
dikalangan anak muda, kita dapat mendapatkan teman baru dan mencoba hal baru, seperti
mencoba menu di coffe shop dan juga dapat pengalaman baru”
“Tidak juga, karena menurut saya mempublikasikan keberadaan atau aktivitas tidak terlalu
penting, selain itu memberitahu khalayak ramai hal buruk seperti kejahatan bisa terjadi
karena keberadaan kita diketahui oleh banyak orang”
“Pendapat saya mengenai budaya nongkrong ini tidak apa-apa atau boleh saja asal tidak
melakukan perbuatan negatif yang dapat merugikan orang lain”
“Bersih, nyaman, toiletnya juga harus bersih, dan pada saat pandemi sangat penting coffe
shop untuk menerapkan protokol kesehatan kepada semua pengunjung”
(Wawancara I, tanggal 22 Mei 2021)
Hasil dari wawancara Rezki mengakui bahwa makna aktivitas nongkrong yang
dilakukannya dapat membawa hal positif baginya, karena ia bisa mendapat teman baru
untuk menambah relasi dan juga mendapat pengalaman yang baru. Ia jarang
mempublikasikan keberadaan dan aktivitas nongkrong-nya dimedia sosial, karena
43
menurutnya hal tersebut tidak terlalu penting dan dapat mengundang terjadinya
kejahatan. Menurut Rezki aktivitas budaya nongkrong yang dilakukan anak muda sah-sah
saja dilakukan asal tidak melakukan hal negatif saat nongkrong. Rezki juga menyatakan
kriteria coffe shop yang perlu dikunjungi adalah coffe shop yang fasilitasnya bersih dan
melaksanakan protokol kesehatan dalam masa pandemi.
Selanjutnya, Gian memanfaatkan aktivitas nongkrong di coffe shop ini untuk
berinteraksi dan bersosial.
Gian Ito Fachrano
“Positifnya budaya nongkrong membuat kita dapat berintraksi dan bersosial dan
negatifnya jika terlalu sering dilakukan maka hanya akan membuang waktu saja”
“Biasa saja, karena saya jarang bermain sosial media”
“Ini menarik karena bisa kita lihat coffe shop sekarang pasti akan didatangi oleh
kaula muda dengan begitu secara tidak langsung juga meningkatkan kegiatan
perekonomian”
(Wawancara I, tanggal 23 Mei 2021)
Dari hasil wawancara, Gian menyatakan bahwa aktivitas nongkrong yang
dilakukannya dapat membuatnya melakukan interaksi dan bersosial, namun jika terlalu
sering nongkrong juga akan membuang waktu saja. Selain itu Gian juga meyatakan
bahwa ia jarang mempublikasikan aktivitas nongkrong di coffe shop di sosial medianya,
karena ia jarang bermain sosial media. Menurut Gian budaya nongkrong di coffe shop
sangat menarik karena dapat meningkatkan kegiatan perekonomian.
Selanjutnya, Prima memanfaatkan aktivitas nongkrong di coffe shop ini
untuk dapat berkumpul dengan teman lamanya.
Prima Harfandy
“Iya, karena di coffe shop bagus untuk tempat berkumpul dengan teman lama untuk
melepas rindu bagi para kaum muda”
“Menurut saya positifnya anak-anak muda bisa mempererat tali pertemanan dan
negatifnya salahnya pergaulan tongkrongan dapat menjerumuskan anak muda ke hal
yang negatif”
“Tidak, karena menurut saya orang lain tidak perlu tahu mengenai aktivitas saya
lebih intens”
“Memiliki waiters yang ramah, menu yang bervarian dan harga yang terjangkau”
44
(Wawancara I, tanggal 23 Mei 2021)
Berdasarkan hasil wawancara aktivitas nongkrong yang dilakukan Prima
dilakukan untuk berjumpa dengan teman lamanya. Selain itu menurut Prima budaya
nongkrong di coffe shop dapat mempererat tali pertemanan namun juga dapat menajadi
hal negatif jika salah memilih teman untuk pergi nongkrong di coffe shop. Selanjutnya
menurut Prima mempublikasikan aktivitas disosial media tidak terlalu penting, karena
menurutnya orang lain tidak perlu tahu mengenai aktivitas dan keberadaannya. Menurut
Prima kriteria coffe shop yang patut dikunjungi adalah coffe shop yang memiliki pelayan
yang ramah memiliki menu yang bervarian dan harganya yang terjangkau.
Berbeda dengan yang disampaikan Prima, Andika cukup sering
mempublikasikan aktivitas nongkrong-nya di sosial media
Mhd. Laksamana Andika
“Saya sering mempublikasikan aktivitas nongkrong di coffe shop di sosial media
untuk memberitahu teman online saya kegiatan yang saya lakukan”
“Hal positif yang saya dapatkan berinteraksi dengan orang lain sehingga banyak
mendapat teman baru dan hal negatifnya jika terlalu lama nongkrong dapat
membuang waktu”
“Menurut saya setiap coffe shop memiliki karakteristik dan keunikannya masing-
masing, sehingga semua coffe shop menarik untuk dikunjungi”
(Wawancara I, tanggal 23 Mei 2021)
Dalam hal mempublikasikan aktivitas atau keberadaan Andika menyatakan
bahwa ia sering memposting kegiatan nongkrong di coffe shop disosial medianya untuk
memberitahu teman online-nya tentang aktivitas dan keberadaannya. Andika mengatakan
dengan nongkrong di coffe shop ia banyak mendapat teman baru tetapi jika terlalu lama
nongkrong juga dapat membuang waktu saja. Selanjutnya Andika mengatakan bahwa
tidak ada kriteria tertentu untuk mengunjungi coffe shop, karena setiap coffe shop
memiliki karakter dan keunikan masing- masing sehingga semua patut dikunjungi.
45
3.5 Deskripsi Struktural
Aktivitas yang dilakukan anak muda di caffe/coffe shop oleh anak muda di kota
padang panjang memiliki banyak faktor seperti makanan yang enak, tempat yang bagus
dan pelayanan yang terbaik. Berikut hasil wawancara peneliti dengan beberapa informan:
Denisa
“Dalam seminggu terakhir ini saya udah hampir 5 kali ke coffe shop/kafe”
“Aktivitas yang biasanya saya lakukan seperti makan, minum dan nongkrong dengan
teman-teman.
“Saya biasanya menghabiskan waktu berada di kafe biasanya lebih 2 jam, tergantung
aktivitas yang saya lakukan, jika ditanya biya yang saya keluarkan untuk ke caffe ,
biasanya kalau hanya minum budget yang saya keluarkan sekitar Rp.20.000, tapi kalau
dengan makan sekitar Rp.40.000”
“tergantung mood, kadang ada orang yang dikit-dikit selalu update di medsos tapi saya
tidak seperti itu.
Berdasarkan hasil wawancara diatas, denisa sangat sering mengunjungi caffe/coffe shop
hanya untuk self healing dan makan serta sekedar nongkrong dengan teman-temannya.
Denisa juga menghabiskan waktu cukup lama berada di café. Budget yang biasanya
dikeluarkan denisa untuk sekali ke caffe lebih kurang membawa uang sekitar 50 ribu. Serta
denisa tidak terlalu mengekspose kegiatanya dimedia sosial.
Sama halnya dengan responden kedua mengungkap bahwa :
Zikra
“dalam minggu ini sudah sekitar 5 kali yang
“saya lakukan nongkrong, kadang nyari wifi buat tugas”
“saya tidakkeberatan mengeluarkan uang untuk sekali ke caffe, biasanya kalau saya
hanya mesan minum sekitar 20 ribu, beda kalau makan bisa sekitar 40-50 ribu. menurut
saya caffe/ coffe shop itu harus memiliki pelayanan yang bagus, ramah dan makanan
yang enak
Berdasarkan wawancara di atas, Zikra merupakan tipe orang yang cukup sering ke
caffe/coffe shop hanya untuk nongkrong bahwa sekedar mencari wifi untuk tugas kuliah..
46
Zikra juga tidak keberatan mengeluarkan uang saat berada di caffe meskipun hanya memesan
minum.
Tak jauh berbeda jawaban dari responden ketiga yang menggungkap bahwa:
Hidayatul Husna
“dalam minggu ini sudah dua kali, sekekedar nongkrong dan nyari wifi untuk buat tugas”
“bisa menghabiskan watu bisa sekitar 3 jam bahkan lebih, biasanya paling sebentar
sekitar 1 jam. “
“tidak, bianya saya hanya memesan minum itu sekitar 20 ribuan dan jarang sekali
memesaan makanan”.
“menurut saya sudah hedon, sangat terpengaruh pada media sosial, dan terlalu menilai
orang dari penampilannya”
Berdasarkan wawancara diatas, Dia menjelaskan bahwa aktivitas nongkrong
biasanya dilakukan untuk nongkrong dengan teman-temannya dan membuat tugas. Dia juga
mengungkapkan bahwa budaya nongkrong ini juga sudah menjadi budaya baru di kalangan
kita saat ini. Da juga cukup banyak menghasikan waktun di caffe/coffe shop dan ia tidak
keberatan dengan budget yang ia keluarkan untuk sekedar memesan minum dan makanan. Ia
juga menilai bahwa budaya nongkrong akibat hedonism dan media sosial sangat
mempengaruhi gaya hidup kaum muda.
Hal yang sama diungkapkan oleh responden ke empat.
Nadia suzana fitri
“Dalam minggu sudah 3 kali, tapi biasanya setiap minggu pasti saya mengunjungi coffe
shop/caffe. biasanya nongkrong biasa danterkadang buat tugas”
“kalau sendiri biasnya sekitar 2 jam, kalau dengan teman-teman bisa sampai 3 jam lebih
“…… tidak, biasanya saya hanya memesan minum itu sekitar 20 ribuan, tapi kalau saya
mesan makan bisa sampai 50 ribuan”
“cukup jarang buat snap ataupun update di media sosial, tergantung juga kalau ada foto
yang bagus biasanya saya post, kalau tidak ada ya tidak saya post”
Berdasarkan hasil wawancara bersama nadia, dia mengungkapkan bahwa
merupakan tipe orang yang setiap minggu pasti mengunjungi caffe/coffe shop sekali ataupun
dua kali seminggu. Aktivitas yang biasa dilakukan nadia yaitu nongkrong dan buat tugas dan
47
budget yang biasanya dikeluarkannya sekitar 50 ribu. Ia juga tipe orang yang tidak selalu
mengupload kegiatannya di media sosial.
Selanjutnya hasil wawancara dengan koresponden terakhir.
Novi
“Dalam minggu cuma sekali ini, kerena ibu jarang keluar hanya untuk ngobrol-ngobrol,
chit-chat dengan teman.
“….kira-kira sekitar1 jam, karena sudah berumah tangga biasnya tidak lama-lama,
karena biasnya anak muda yang lama di coffe shop
“….tidak juga, hal yang wajar juga, kan ngk mungkin juga ke coffe shop cuman
nongkrong doang tapi ngk mesan. Biasanya ibu mesan jus sekitar 20 ribuan”
“media sosial ada tapi, jarang sekali post-post kegiatan”
Menurut pandangan ibu novi melihat fenomena budaya nongkrong anak muda saat
ini sudah beda generasi dari cara pergaulannya sudah beda, dan berkunjung ke coffe shop
zaman sekarang sudah hal yang sangat wajar tidak hanya anak muda ya, tapi ibu-ibu pun juga
sering ngumpul di coffe shop hanya untuk reuni dan ngobrol-ngobrol. Ibu novi juga
memandang bahwa dengan tidak semua kegiatan harus di post di media sosial dan ia juga
tidak keberatan dengan budget untuk sekali memesan makanan atau minuman.
Budaya nongkrong sebagai gaya hidup kaum muda di Kota Padang Panjang
disebabkan oleh berbagai factor seperti semakin banyaknya caffe yang bermunculan, akibat
arus globalisasi, pergaulan dan sebagainya. Aktivitas nongkrong dimaknai memiliki berbagai
dampak positif dan dampak negatif bagi kaum muda saat ini. Berikut ungkapan yang
disampaiakan oleh beberapa responden .
Denisa
“Menurut saya dampak positifnya self healing, silaturrahmi dengan teman-teman, kalau
dampak negatifnya menurutnya ya duit keluar, sebenarnya bisa makan di rumah, malah
sok-sokan pergi makan atau minum ke coffe shop”
“Caffe/coffe shop yang wajib dikunjungi menurut saya instagramable, yang memiliki
pelayanan yang baik, makanan yang enak, dan juga ada area untuk yang bebas rokok dan
48
ada yang kawasan rokoknya, pelayanannya kayak menyediakan kabel untuk charger,
sehingga kita bisa nyaman”
“Fashion ke caffe/coffe shop menurut saya tidak terlalu penting, itu tergantung orangnya,
saya biasanya hanya pakai pakaian yang sederhana dan tidak terlalu mementingkan
pakaian atau outfit yang saya pakai asalkan bersih dan wangi, bahkan saya terkadang
hanya menggunakan sandal jepit”
Berdasarkan wawancara dengan denisa bidaya nongkrong memiliki dampak positif
bagi diri sendiri dan mempererat tali silaturrahmi dan juga memiliki dampak negative seperti
dapat menhabiskan uang yang sebenarnya jika makan di rumah lebih hemat. Denisa juga
mengungkapkan bahwa caffe yang harus dikunjungi itu harus memiliki tempat , pelayanan,
dan dilengkapi dengan fasilitas yang ,mendukung. Selanjutnya fashion menurut denisa tidak
terlalu penting untuk berkunjung ke caffe/coffe sho yang penting bersih dan wangi.
Sama halnya dengan responden kedua mengungkap bahwa :
Zikra
“ menurut pribadi saya ngj juga, tergantung mood-modan juga untuk memposting ke
giatan di medsos”
“menurut saya budaya nongkrong sudah mengikut ke arus perubahan zaman, kadang
ikut-ikut teman dalam pergaulan, jika dampaknya positifnya kita bisa buat tugas tidak
hanya suntuk di rumah saja, itu juga bisa self healing bagi diri sendiri, kalau dampak
negatifnya ya kadang jadi lupa waktu.”
“Kalau soal penampilan iya saya sangat mempehatikannya, kadang saya merasa insecure,
makanya saya sangat mementingkan gaya penampilan saya baik ke coffe shop atau pun
ke tempat lainnya.”
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden kedua, bagi zikra budaya
nongkong sudah menjadi gaya hidup kaum muda karena sudah mengikuti perubahan
zaman, bahkan iku-ikutan dengan teman. Dan ia juga tidak selalu memposting
kegiatannya di snap/media sosial. Zikra memaknai bahwa budaya nongkrong bisa self
healing bagi dirinya dan kadang juga lupa waktu saat suadah nongkrong dengan teman-
temannya. Zikra orang yang sangat memperhatikan penampilannya, baik saat
mengunjungi caffe ataupun kegiatan lain.
Sama halnya dengan responden ketiga yang mengungkapkan bahwa.
49
Hidayatul Husna:
“menurut saya selagi bermanfaat tidak ada masalah asalkan bisa membagi waktu dengan
baik dan tidak melupakan pekerjaan yang di rumah, ya wajar-wajar saja apalagi budaya
nongkrong ini juga sudah menjadi budaya baru di kalangan kita saat ini”.
“ menurut saya dampak positifnya bisa menambah informasi dengan teman-teman,
berbagi pengalamam dan peluang kerja. Tapi kalau dampak negatifnya lebih banyak
menghabiskan waktu di luar rumah sehingga tidak bisa membantu pekerjaan rang tua di
rumah.”
“kalau menurut saya tergantung, tergantung pergi dengan siapa dan dalam rangka apa
yang terpenting wangi dan rapi sudah cukup”
Berdasarkan hasil wawancara dengan dia , ia mengungkapkan bahwa budaya
nongkrong sebagai hal yang wajar, tetapi terutama perempuan harus meneyelesaikan
pekerjaan rumah dulu baru pergi beraktivitas. Dia memaknai juiga bahwa budaya nongkrong
dapat menambah informasi sesame teman baik pengalaman maupun informasi pekerjaan, dan
berdampak negative terhadap terlalu banyak wktu yang dihabisakan sehingga tidak
membantu orang tau di rumah. Dia juga memandang bahwa fashion itu tergantung pada
situasi dan dalam rangka apa yang terpenting bagimya, pakaian itu harus wangi dan rapi.
50
“menurut saya banyak dampak positifnya seperti menambah pendapatan perkapita
daerah, memajukan kuliner daerah juga apalagi sudah banyak makanan daerah yang
dibuat lebih menarik dan modern. Kalau dampak negatifnya banyak cewek- cewek yang
biasnya jarang keluar malam jadi terbiasa keluar malam”
“menurut saya gaya berpekaian itu sangat penting, kan ngk mungkin memakai pakaian
tidur ke coffe shop, sesuaikan dengan tempat saja”
Berdasarkan hasil wawancara dengan nadia, ia mengungkapkan bahwa dengan
budaya nongkrong di kota padang panjang dapat membuat kota menjadi rame yang dan maju
serta menambah pendapatan perkapita daerah dan memajukan kuliner daerah yang dibuat
lebih modern. Dan juga ia membandingkan ada perbedaan budaya kaum muada di Kota
Padang Panjang dengan Depok. Nadia juga memaknai bahwa dengan budaya nongkrong juga
dapat menambah pendapatan daerah serta berdampak negative kepada para wanita yang jadi
sering keluar malam. Selanjutnya nadia juga memandang bahwa gaya berpakaian itu sangat
penting.
Novi
“menurut ibu karena sudah beda generasi ya tentu cara pergaulannya sudah beda, dan
berkunjung ke coffe shop zaman sekarang sudah hal yang sangat wajar tidak hanya anak
muda ya, tapi ibu-ibu pun juga sering ngumpul di coffe shop hanya untuk reuni dan
ngobrol-ngobrol. menurut ibu untuk zaman sekrang budaya nongkrong sudah menjadi
kebiasaan baru ya bagi kaum muda saat ini. Selagi masih ingat waktu dan tidak
berlebihan masih wajar. Apalagi bagi kaum perempuan yang biasanya tidak pernah
keluar rumah karena ajakan teman untuk ngumpul di coffe shop jadi terbiasa dengan hal
tersebut.”
“menurut ibu ada bagus dan buruknya. Kalau positifnya kita bisa bersosialisasi dan ajang
untuk kumpul bersama. Tapi kalau negatifnya adanya kecemburuan apalagi kalau
seseorang tersebut memposting di media sosialnya. “
“kalau menurut ibu penting ya, asalkan bisa menyesuaikan dengan teman dan tetap
beretika dalam berpakaian”
51
Menurut pandangan ibu novi melihat fenomena budaya nongkrong anak muda saat
ini sudah beda generasi dari cara pergaulannya sudah beda, dan berkunjung ke coffe shop
zaman sekarang sudah hal yang sangat wajar. Serta ibu novi menganggap budaya nongkrong
dapat menjadi ajang bersosialisasi dan berkumpul dengan teman. Dan bila memposting
kegiatan di media sosial dapat menimbulkan kecemburuan bagi yang melihatnya. Ibu novi
juga mengungkapkan bahwa gaya berpakaian itu harus sesuai etika yang ada.
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi gaya hidup anak muda pengunjung
coffe shop di Desa Ukui Kabupaten Pelalawan, antara lain tempat yang menarik, nyaman,
tempat untuk berkumpul bersama teman atau pun keluarga, fasilitas coffe shop yang
memadai dan bisa memenuhi kebutuhan gaya hidup, gaya berpakaian, serta harga yang
terjangkau untuk makanan dan minumannya. Seperti yang disampaikan oleh beberapa
informan:
Yuhana Apriyani
52
Lain halnya dengan Shinta, ia memandang aktivitas nongkrong di coffe shop
sebagai tempat reunian atau ngedate:
Bagi Shinta, aktivitas nongkrong yang dilakukan nya adalah ngedate dengan
pacarnya, nongkrong dengan temannya, dan juga reunian dengan teman lamanya. Dalam
melaksanakan aktivitasnya, Shinta juga termasuk orang yang cukup memperhatikan
penampilannya saat akan mengunjungi coffe shop. Shinta juga menyatakan bahwa ia
tidak keberatan untuk mengeluarkan uang saat nongkrong di coffe shop.
Selain itu, Dea menganggap aktivitas nongkrong di coffe shop digunakan untuk
tempat berkumpul dengan reseller ollshop nya:
53
“ Menu favorit saya adalah nugget dan cappucino dingin”
(Wawancara I, tanggal 20 Mei 2021)
Tri Saputra
Aulia Agustina
54
"Tentu iya, Karena menurut saya penampilan merupakan hal yang paling utama
apalagi kita berada di lingkungan masyarakat, tentu kita harus berpenampilan
menarik dan rapi agar enak dilihat oleh orang sekitar/pengunjung coffee yang
lain"
(Wawancara I, tanggal 25 Mei 2021)
Aulia datang nongkrong di coffe shop biasanya hanya 1 kali dalam seminggu.
Aulia menyatakan aktivitas yang dilakukan di coffe shop adalah untuk santai-santai dan
refreshing. Aulia juga menyatakan bahwa ia biasanya nongkrong sekitar 1 jam-an saja.
Menurut Aulia penampilan itu sangat penting, karena penampilan itu merupakan hal yang
paling utama apalagi kita berada dilingkungan masyarakat, tentu kita harus
berpenampilan menarik dan rapi agar enak dilihat oleh orang sekitar/pengunjung coffee
lain.
Selain sebagai gaya hidup, pemaknaan aktivitas nongkrong di coffe shop yang terjadi
oleh anak muda Desa Ukui Kabupaten Pelalawan disebabkan oleh gaya hidup remaja sekarang,
berkumpul bersama teman-teman dan teman-teman lama yang sudah lama tidak berjumpa,
nongkrong dengan teman dan mempererat pertemanan dan persaudaraan. Serta ada beberapa
informan yang ingin mempublikasikan aktivitas nya di sosial media. Seperti yang disampaikan
oleh beberapa informan:
Yuhana Apriyani
“menurut saya nongkrong itu sudah menjadi budaya anak dimuda dimasa
sekarang, karena anak-anak mudah lebih suka nongkrong ditempat yang modern ”
“Hal positifnya coffee shop bisa kita jadikan tempat untuk berdiskusi jika
melakukan rapat, bisa untuk menenangkan pikiran saat sedang banyak pikiran”
(Wawancara I, tanggal 20 Mei 2021)
Menurut Yuhana nongkrong dicoffe shop sudah menjadi budaya anak muda
dimasa sekarang, karena anak-anak lebih suka nongkrong di tempat yang modern.
55
Yuhana juga menyatakan makna aktivitas nongkrong di coffe shop ini karena selain
ngumpul bersama teman, aktivitas ini juga memiliki nilai positif sebagai tempat untuk
berdiskusi jika melakukan rapat, bisa untuk menenangkan pikiran saat sedang banyak
pikiran. Yuhana juga menyatakan bahwa ia sangat suka mempublikasikan aktivitas nya di
sosial media.
“Iya, apalagi zaman sekarang nongkrong dicoffe shop menjadi sebuah trend baru
terutama dikalangan anak muda, kita dapat mendapatkan teman baru dan
mencoba hal baru, seperti mencoba menu di coffe shop dan juga dapat
pengalaman baru”
“Tidak, karena menurut saya kalau terlalu diumbar kurang menikmati suasana di
coffee shop ”
“Hal positifnya kalangan muda seperti saya bisa bertukar pikiran bersama dengan
teman saya, Kemudian saya bisa bahagia, tertawa dan asik bercanda gurau
membuat saya terhibur dari jenuh nya suasana kos yang sepi”
“Ada, coffe shop yang harus saya kunjungi tidak terlalu penuh atau rame,
kemudian juga coffe shop harus terlihat menarik, menu favorit saya dan kondisi
yang nyaman seperti ada musik atau sejenis lainnya”
(Wawancara I, tanggal 20 Mei 2021)
Hasil dari wawancara Shinta mengakui bahwa makna aktivitas nongkrong yang
dilakukannya dapat membawa hal positif baginya, karena ia bisa bertukar pikiran
bersama temannya, bisa merasakan bahagia tertawa dan asik bercanda gurau yang
membuat ia merasa terhibur. Ia jarang mempublikasikan keberadaan dan aktivitas
nongkrong-nya dimedia sosial, karena menurutnya hal tersebut tidak terlalu penting dan
akhirnya kurang menikmati suasana coffee shop. Menurut Shinta zaman sekarang
nongkrong di coffee shop menjadi sebuah trend baru terutama dikalangan anak muda.
Shinta juga menyatakan kriteria coffe shop yang perlu dikunjungi adalah coffe shop yang
tempatnya tidak terlalu penuh, terlihat menarik, menu favorit nya ada, dan kondisi yang
nyaman seperti ada musik atau sejenis lainnya.
56
Selanjutnya, Dea memanfaatkan aktivitas nongkrong di coffe shop ini untuk
berkumpul bersama reseller ollshop nya:
“Hal positifnya bisa dijadikan tempat santai, hal negatifnya untuk anak-anak yang
belum berpenghasilan sendiri demi mengikuti perkembangan zaman mereka bisa
menyusahkan orang tuanya, karena untuk mengunjungi coffee shop mereka meminta
uang kepada orang tuanya”
“Menurut pendapat saya, sudah menjadi hal yang tidak asing lagi, karena anak
muda zaman sekarang lebih suka nongkrong di coffee shop dibandingkan dengan di
warung warung biasa karena kan lebih modern gitu”
Dari hasil wawancara, Dea menyatakan bahwa aktivitas nongkrong itu sudah
menjadi hal yang tidak asing lagi, karena anak muda zaman sekarang lebih suka
nongkrong di coffee shop dibandingkan di warung-warung biasa karena terlihat lebih
modern. Selain itu Dea juga menyatakan bahwa ia suka mempublikasikan aktivitas nya di
sosial media karena ia sekalian mempromosikan barang dagangan nya. Menurut Dea
budaya nongkrong memiliki hal positif dan negatif nya, hal positif nya yaitu bisa
dijadikan tempat untuk bersantai, dan hal yang negatifnya bagi anak-anak yang belum
berpenghasilan sendiri karena mereka ingin mengikuti perkembangan zaman dengan
nongkrong di coffee shop, mereka pasti akan menyusahkan orang tua karena mereka
meminta uang kepada orang tuanya.
Selanjutnya, Tri memanfaatkan aktivitas nongkrong di coffe shop ini untuk dapat
berkumpul dengan teman nya.
57
Tri Saputra
“Iya, karena dizaman sekarang nongkrong atau mengunjungi coffee shop sudah
menjadi hal yang sangat lumrah bagi kaum muda pada saat ini”
“Menurut saya artian nongkrong termasuk ke dalam kategori baik atau buruk itu
tergantung dari pribadi masing-masing bagaimana melakukannya. Tidak semua
nongkrong itu buruk, bisa jadi hal positif nya kita mempunyai sebuah proyek yang akan
dibuat dan membutuhkan diskusi, oleh karna itu kita melakukan diskusi di cafe dengan
mengobrol santai dengan rekan proyek yang lain. Namun hal negatifnya nongkrong juga
bisa dikatakan buruk/negatif bagi yang tidak menggunakan waktunya sebaik mungkin,
semisal kita hanya nongkrong saja, hanya mengobrol dan membicarakan yang tidak
penting. Menurut saya hal ini hanya buang waktu dan percuma”
“Tidak, karena saya tidak terlalu mempublikasikan hidup saya di sosial media”
Berdasarkan hasil wawancara aktivitas nongkrong sudah menjadi hal yang sangat
lumrah bagi kaum muda saat ini. Selain itu menurut Tri budaya nongkrong di coffe shop
mempunyai hal positif, yaitu jika kita mendapatkan sebuah proyek yang akan dibuat dan
membutuhkan diskusi, dapat melakukan diskusi di coffee shop tersebut. Dan hal
negatifnya yaitu jika kita nongkrong tetapi tidak menggunakan waktunya sebaik
mungkin, misalnya hanya nongkrong saja, dan membicarakan hal yang tidak penting
menurut nya itu hanya membuang waktu dan percuma. Selanjutnya, menurut Tri
mempublikasikan aktivitas di sosial media tidak terlalu penting, karena ia tidak suka
membuplikasikan aktivitas nya. Menurut Tri kriteria coffe shop yang patut dikunjungi
adalah coffe shop yang nyaman untuk dikunjungi.
Berbeda hal nya dengan yang disampaikan oleh Tri, Aulia sangat suka
mempublikasikan aktivitas nongkrongnya di sosial media
58
Aulia Agustina
Pada bagian ini peneliti akan membahas mengenai aktivitas nongkrong di choffe
shop sebagai gaya hidup anak muda. Sebagai makhluk hidup tentunya sudah menjadi hal
yang sangat lumrah jika manusia memiliki ketertarikan akan aktivitas ngongkrong yang
dilakukan di choffe shop.
59
Peneliti melakukan observasi dan wawancara sehingga dapat diketahui bahwa
para pengunjung sangat menyukai minuman dan maknan yang ada di choffe shop dan
bahkan mereka tidak keberatan untuk mengeluarkan uang untuk sekedar membeli
makanan dan minuman yang mereka sukai. Seperti yang disampaikan oleh beberapa
informan:
Aji Pangestu
Senada dengan Aji, Akbar juga memandang aktivitas nongkrong di coffe shop
sebagai hal yang sama:
“biasanya saya ke Coffe shop ketika saya rasa perlu untuk mencari inspirasi
mengerjakan tugas kuliah”
“saya biasanya memesan minuman yang saya pikir worth it dari segi harga dan
kualitas minuman yang ada di cafe ini”
“saya kesini biasanya hanya untuk mengerjaan tugas kuliah, karena ada wifi gratis
jadi berasa lebih mudah mengerjakan tugasnya”
(Wawancara I, tanggal 21 Mei 2021)
Clarisha Adelina
“saya kesini hanya kalau diajak oleh teman, dan itu jarang”
60
“kalau lapar saya memesan makanan yang cukup mengenyangkan misalnya mie
goreng atau nasi goreng dan itu worth it untuk dibeli karna harga sesuai dengan
kualitas yang diberikan oleh cafe ini”
“untuk minuman saya tidak begitu suka yang kopi, saya lebih suka membeli
minuman dengan rasa Taro atau Red velvet”
“biasanya saya ke coffe shop hanya untuk sekedar mencari penghibur diri dan
menenangkan pikiran ”
Tidak jauh berbeda, Julia menyatakan aktivitas nongrong di coffe shop sebagai
waktu berkumpul dengan teman:
Julia Safitri
Raudhatul Jannah
“Saya jarang ke coffe shop, saya hanya pergi ketika ada tean yang mengajak dan itu
bisa terjadi sekali dalam sebulan”
“Yang saya lakukan ngobrol dan sekedar curhat bersama teman”
“saya biasanya kalau ingin lama duduk saya akan memesan makanan kecil dan
minuman karna segan sama yang punya cafe kalau sekedar mesan minuman tapi
duduknya lama”
(Wawancara I, tanggal 21 Mei 2021)
61
Berdasarkan hasil pemaparan para informan diatas, dapat kita simpulkan bahwa
mereka tidak mempersoalkan harga makanan atau minuman jika itu sesuai dengan
kualiatas dari makanan dan minuman tersebut. karena hal itu sesuai dnegan apa yang
mereka sukai dan biasanya mereka juga mengatakan bahwa nongkrong hanya dilakukan
ketika hanya sekedar buat tugas, kumpul bersama teman, dan sekedar untuk mencari
tempat yang nyaman untuk menenangkan pikiran.
Aji Pangestu
“Bagi saya sendiri yah boleh-boleh saja, asal tidak merugikan orang lain”
“Hal positifnya yakni dapat mempererat tali silaturrahmi dan stresnya hilang dan
hal negatifnya menurut saya dapat melalaikan waktu jika terlalu lama nongkrong
dan menghabiskan banyak uang”
(Wawancara I, tanggal 21 Mei 2021)
Menurut Aji, makna dari aktivitas nongkrong yang dilakukan hanya untuk bersenang-
senang saja dan dianggap sebagai aktivitas yang dilakukan ketika ingin menenangkan
diri.
“Iya, apalagi zaman sekarang nongkrong dicoffe shop menjadi sebuah hal yang
dilakukan anak muda untuk sekedar ikut-ikutan ”
62
“untuk saya nongkrong sendiri sah sah saja dilakukan, asla banyak sisi positifnya.
Misalnya untuk sekedar mengerjakan tugas, menenangkan fikiran dan bertemu
dengan teman lama”
(Wawancara I, tanggal 21 Mei 2021)
Clarisha Adelina
Julia Safitri
“Iya, karena di coffe shop bisa dibilang tempat yang nyaman untuk sekedar
berrcerita dan bertemu dengan teman”
“tempat yang nyaman dan estetik juga bagus untuk sekedar foto dan dibagikan ke
sosial media sebagai wujud kenang-kenangan karna jarang bertemu dengan
teman”
(Wawancara I, tanggal 21 Mei 2021)
Raudhatul Jannah
“Menurut saya, nongkrong dikafe boleh boleh saja. Selama hal yang dilakukan
tidak menjurus kepada hal-hal yang negatif”
63
“selama budaya nngkrong itu dilakukan dengan bduget yang tepat dan tidak
memaksa untuk sekedar gaya-gayaan saja itu boleh dilakukan”
(Wawancara I, tanggal 21 Mei 2021)
64
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis wawancara yang dilakukan dengan beberapa informan di Kota
Pekanbaru, Karimun, Duri, Padang Panjang, Pelalawan, Bangkinang dan Minas maka dapat
dilihat bahwa dalam aktivitas nongkrong yang dilakukan anak muda di coffe shop memiliki
pemaknaan yang berbeda dari masing-masing individu. Pemaknaan dari aktivitas nongkrong ini
adalah karena gaya hidup, gaya hidup setiap individu yang membuat masing-masing individu
melakukan aktivitas nongkrong di coffe shop. Kesimpulan budaya aktivitas nongkrong di coffe
shop dapat dijabarkan dari hasil analisis penelitian yang dilakukan, diantaranya:
1. Aktivitas nongkrong di kafe adalah gaya hidup (lifestyle) yang modern untuk mereka
meng-ekspresikan diri dalam memenuhi kebutuhannya sebagai anak muda.
2.Aktivitas nongkrong yang dapat membuat gaya hidup yang konsumtif. Hal ini dikarenakan
dengan seringnya anak muda yang datang mengunjungi dan nongkrong di kafe membuat
mereka akan terus berbelanja, sehingga secara ekonomis menimbulkan pemborosan karena
lebih mengutamakan kesenangan pribadi daripada mengutamakan hal yang menjadi
kebutuhan dikehidupan sehari-hari.
4.2 Saran
Berdasarkan dari hasil kesimpulan, peneliti akan memberikan usulan yang dapat
dipertimbangkan bagi peneliti lain, diantaranya:
1. Bagi peneliti lain: Penelitian ini hanya menjelaskan dari sudut pandang anak muda yang
nongkrong, tetapi belum menjelaskan bagaimana pandangan masyarakat khususnya
orangtua atas aktivitas nongkrong yang dilakukan anak muda. Hal ini dikarenakan
peneliti fokus pada target pemilihan informan hanya pada anak muda yang nongkrong di
kafe.
2. Bagi pemerintah: Peneliti menyarankan kepada pemerintah untuk tetap menggalakkan
aksinya di kafe-kafe agar tetap menjalankan protocol kesehatan dimasa pandemic ini. Hal
ini dikarenakan saat melakukan penelitian, peneliti melihat masih banyak individu yang
tidak menjaga jarak, yang akan dapat memudahkan penyebaran virus covid-19 ini.
65
3. Bagi anak muda: Peneliti menyarankan kepada anak muda yang melakukan aktivitas
nongkrong, untuk tetap menjaga dan memiliki batasan saat melakukan aktivitas
nongkrong ini, hal ini dikarenakan jika terlalu sering nongkrong di coffe shop maka akan
membawa dampak yang negative seperti pemborosan uang, penyakit diabetes yang
dihasilkan dari makanan atau minuman manis dan lainnya.
66
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, D. (2008). Interaksi Simbolik. Jurnal Mediator, 9(2), 301–316.
Fauzi, A., Punia, I. N., & Kamajaya, G. (2017). Budaya Nongkrong Anak Muda di Kafe
(Tinjauan Gaya Hidup Anak Muda di Kota Denpasar). Jurnal Ilmiah Sosiologi (SOROT),
3(5), 40–47. https://ojs.unud.ac.id/index.php/sorot/article/view/29665
García Reyes, L. E. (2013). 済無No Title No Title. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
Haris, A., & Amalia, A. (2018). MAKNA DAN SIMBOL DALAM PROSES INTERAKSI
SOSIAL (Sebuah Tinjauan Komunikasi). Jurnal Dakwah Risalah, 29(1), 16.
https://doi.org/10.24014/jdr.v29i1.5777
Kholik, N. S. (2018). Kajian Gaya Hidup Kaum Muda Penggemar Coffee Shop. In Jurnal UIN.
Komunikasi, F. I., Muda, D., Sixtynine, D. I., Pluit, C., & Indika, M. V. (2019). Universitas prof.
dr. moestopo (beragama) fakultas ilmu komunikasi.
Maiti, & Bidinger. (1981). “Digital Repository Universitas Jember Digital Repository
Universitas Jember.” In Journal of Chemical Information and Modeling (Vol. 53, Issue
9).
Pershing, S. P., & Austin, E. K. (2017). Behavioral Revolution. Organization Theory and
Governance for the 21st Century, 49–77. https://doi.org/10.4135/9781483395562.n3
67
Pouly, M. (n.d.). A Unifying Theory for Automated Reasoning. 6.
Prihandini, O. D., & Handoyo, P. (2014). Pola Interaksi Simbolik Barista. Paradigma, 2(2), 1–8.
Restika, A. (2021). Hubungan antara Konformitas dengan Harga Diri Pelanggan Coffee Shop di
Kota Bukittinggi. 4, 23–27.
Shintaviana, F. V., & Yudarwati, A. (2013). Konsep Diri serta Faktor-Faktor Pembentuk Konsep
Diri Berdasarkan Teori Interaksionisme Simbolik. Universitas Atma Jaya, 4(sosial), 1–
15. http://e-journal.uajy.ac.id/5781/1/jurnal.pdf
Sumandiyar, A., Makassar, U. S., Syarif, M., Provinsi, P., Selatan, S., & Pd, M. (2020). Ebook
Sosiologi Perkotaan (Issue October).
Wiyono. (2013). Bab Iii Metode Penelitian a. METODE PENELITIAN ILMIAH, 84, 487–492.
68
LAMPIRAN
69
70
71
72
73
74