Anda di halaman 1dari 42

PROPOSAL SKRIPSI

Pengaruh Literasi Digital terhadap Dinamika Sosial Masyarakat di


Perpustakaan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi

Ahmad Farhan

11190251000039

PRODI ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... 2
A. LATAR BELAKANG MASALAH............................................................................................................ 3
B. IDENTIFIKASI MASALAH..................................................................................................................... 7
C. PEMBATASAN DAN RUMUSAN MASALAH........................................................................................ 8
D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN............................................................................................... 9
E. REVIEW KAJIAN TERDAHULU.......................................................................................................... 10
F. LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN.........................................................................19
G. HIPOTESIS............................................................................................................................................. 27
H. METODE PENELITIAN........................................................................................................................ 29
I. KERANGKA URAIAN........................................................................................................................... 33
J. DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................... 34
A. Latar Belakang Masalah

Literasi digital adalah kemampuan dasar untuk mengerti dan memanfaatkan informasi
dalam beragam sumber yang sangat lebar dalam mengakses piranti komputer yang secara efektif
dan efisien dalam beragam konteks seperti akademik, karir, dan kehidupan sehari-hari.1 Adapun
dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia menjelaskan bahwa literasi
digital merupakan ketertarikan, sikap, dan penguasaan individu memanfaatkan teknologi digital
dan alat komunikasi untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, menganalisis, dan
mengevaluasi informasi, membangun pengetahuan baru, membuat dan berkomunikasi, serta
berkolaborasi dengan orang lain supaya bisa berpartisipasi secara efektif dan efisien dalam
masyarakat.2

Adanya teknologi digital di Indonesia, justru dapat memberikan 2 sisi dampak penggunaan
teknologi digital di Indonesia. Salah satunya adalah pengunaan gadget dalam memberikan
informasi yang berkaitan dengan bahan informasi di berbagai bidang, contohnya di bidang
perpustakaan dan lembaga informasi. Informasi harus disajikan dalam bentuk grafis, tertulis,
video, audio, dan lain sebagainya. Informasi dianggap menjadi 2 sisi bagaikan koin. Di satu sisi
masyarakat membutuhkan informasi untuk menunjang perekonomian, sosial, budaya, politik,
untuk mencari informasi di internet, buku, jurnal, prosiding, dan lain sebagainya. Adapun di sisi
lain informasi bisa disalahgunakan untuk kepentingan SARA, pornografi, kekerasan, berita
hoaks, ujaran kebencian, penipuan dan lain sebagainya. Tentu bisa jadi mempunyai dampak
positif dan negatif akibat adanya kemajuan teknologi digital. Dari berbagai isu hangat yang ada
pada saat ini, isu berita hoaks lah salah satunya menjadi bahan konsumsi masyarakat untuk
menyebarkan konten dan memproduksi konten, tanpa memverifikasi lebih lanjut dari mana asal
berita dan siapa yang membuat konten tersebut. Dengan demikian, masyarakat sudah termakan
informasi abal-abal dan bukan informasi resmi yang sudah terverifikasi dari kemenkominfo dan

1
Paul Giltser dalam Admin GLN, Buku Literasi Digital | Gerakan Literasi Nasional (Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2017), accessed November 19, 2021,
https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/buku-literasi-digital/.
2
Menkominfo dalam artikel Kompas Cyber Media, “Menkominfo: Mulailah Literasi Digital dari Keluarga,”
KOMPAS.com, last modified January 30, 2018, accessed November 19, 2021,
https://lifestyle.kompas.com/read/2018/01/30/193015920/menkominfo-mulailah-literasi-digital-dari-keluarga.
dewan pers Indonesia. Apalagi, Indonesia mengalami tingkat literasi digital terendah dan
cenderung tidak etis memberikan informasi yang tepat.

Berdasarkan survei digital yang dikemukakan oleh Kemenkominfo, Indonesia masih di


kategori sedang yaitu berkisar di atas 3,00 namun belum mencapai 4,003 atau berkisar 3,474 dari
skala 1-5. Artinya, Indonesia masih belum mencapai indikator kategori literasi digital yang baik,
sehingga Indonesia harus mengejar ketinggalan akibat adanya kurang pahamnya informasi atau
kurangnya kesadaran masyarakat pentingnya literasi bagi masyarakat setempat.

Literasi digital yang ditemukan oleh perpustakaan Kemendesa, frekuensi membaca orang
Indonesia rata-rata 3-4 kali perminggu; lama waktu membaca per hari rata-rata hanya berkisar
30-59 menit; jumlah buku yang ditamatkan per tahun hanya berkisar 5-9 buku. Sehingga
diperoleh rata-rata tingkat kegemaran membaca masyarakat Indonesia adalah 36,48 atau kategori
rendah. Itu merupakan survei dari Perpusnas tahun 2017. Berdasarkan data Potensi Desa tahun
2014, hanya 8.038 desa yang mempunyai taman baca masyarakat, sedangkan berdasarkan
Permendesa NO. 19 Tahun 2017 tentang Prioritas Penggunaan dana desa tahun 2018 yaitu dana
desa dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas Pendidikan dan budaya literasi masyarakat.
Misalnya, pembangunan perpustakaan desa, pengembangan koleksi/bahan bacaan, taman baca
masyarakat, pembangunan PAUD, buku dan peralatan belajar PAUD, pembangunan balai
pelatihan/kegiatan belajar masyarakat, taman belajar keagamaan, wahana permainan anak
PAUD, bantuan insetif guru PAUD, bantuan insentif guru, dan pengembangan pusat informasi
desa.5

3
PDSI KOMINFO, “Siaran Pers No. 149/HM/KOMINFO/11/2020 Tentang Hasil Survei Indeks Literasi Digital Nasional
2020, Akses Internet Makin Terjangkau,” Website Resmi Kementerian Komunikasi Dan Informatika RI, accessed
November 19, 2021, http:///content/detail/30928/siaran-pers-no-149hmkominfo112020-tentang-hasil-survei-
indeks-literasi-digital-nasional-2020-akses-internet-makin-terjangkau/0/siaran_pers.
4
Anshar Dwi Wibowo, “Kemenkominfo Susun Survei Literasi Digital Indonesia 2021 - Teknologi Katadata.Co.Id,”
Kemenkominfo Susun Survei Literasi Digital Indonesia 2021, last modified Oktober , 16:54 2021, accessed
November 19, 2021, https://katadata.co.id/anshar/digital/617bc4bf0cf9e/kemenkominfo-susun-survei-literasi-
digital-indonesia-2021.
5
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dalam Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi, “GAIRAHKAN PERPUSTAKAAN DESA, KEMENDES PDTT KOLABORASI DENGAN PERPUSTAKAAN
NASIONAL,” GAIRAHKAN PERPUSTAKAAN DESA, KEMENDES PDTT KOLABORASI DENGAN PERPUSTAKAAN
NASIONAL, last modified March 28, 2018, accessed November 19, 2021,
https://kemendesa.go.id/berita/view/detil/2354/gairahkan-perpustakaan-desa-kemendes-pdtt-kolaborasi-dengan-
perpustakaan-nasional.
Jika dilihat dengan data literasi digital perpustakaan Kemendesa, itu belum sepenuhnya ter-
update, namun data itu baru disurvei oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia tahun 2017.
Dengan demikian, data dari perpustakaan Kemendesa atau Kemendesa belum melakukan survei
dan/atau belum mengumumkan hasil survei terkait dengan literasi digital. Padahal, masyarakat
dan peneliti dapat mengakses hasil penelitian tersebut, sehingga masyarakat harus
mempersiapkan tantangan dan evaluasi hasil tingkat literasi digital di perpustakaan Kemendesa
atau paling tidak Kemendesa itu sendiri.

Dampak dari adanya literasi digital dalam dinamika sosial masyarakat di perpustakaan
Kemendesa tersebut adalah literasi digital berkembang, apabila perpustakaan desa bisa maju dan
masyarakat sudah mengenal teknologi digital, seperti perpustakaan digital desa, OPAC, dan
berbagai teknologi digital lainnya yang kemungkinan tersentuh oleh desa. Dengan demikian,
masyarakat desa bisa maju dan berkembang dengan memanfaatkan teknologi digital dari
perpustakaan. Tidak hanya itu, masyarakat juga disadari dengan adanya kekuatan utama
Perpustakaan Desa, dan Perpustakaan khusus Kemendesa, beserta Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia, dapat menikmati fasilitas perpustakaan dengan mempelajari kewirausahaan
desa, ekonomi kreatif, digital marketing, beserta pelatihan dan bantuan dana desa untuk
mengelola dan mengevaluasi serta alokasi dana tersebut untuk kepentingan produktif dan
memberikan manfaat banyak bagi desa. Pemustaka juga diajari oleh pustakawan dan pemerintah
Kemendesa tentang cara seleksi informasi dan mentransferkan pengetahuan dalam menunjang
kemajuan desa dan daerah tertinggal serta transmigrasi.

Dampak lainnya yaitu literasi digital dapat mengetahui masyarakat untuk memilah dan
memilih informasi yang sesuai dengan kebutuhan informasi masyarakat desa. Dengan demikian,
masyarakat sadar harus mempersiapkan bahan bacaan masyarakat dalam menghindari adanya
disinformasi dan misinformasi serta berbagai berita hoaks lainnya yang merebak dimasyarakat,
khususnya masyarakat desa dan pemustaka yang berbagai wilayah desa atau kelurahan setempat.
Namun, ada beberapa tantangan literasi digital dalam dinamika sosial masyarakat, yaitu masih
adanya kekurangan anggaran dana desa untuk membangun perpustakaan desa. Selain itu, masih
rendahnya budaya literasi digital di Indonesia, khususnya pemustaka di Perpustakaan
Kemendesa6 dan masih adanya berita hoaks mengenai informasi Kemendesa dan Perpustakaan
Kemendesa. Padahal, pemerintah harus menggencarkan terus untuk program desa maju dan
merdeka dari berita hoaks, sehingga dengan berlimpahnya potensi desa-desa di Indonesia, dapat
mendukung penuh dalam menggalakkan program literasi digital, masyarakat desa bisa
memahami informasi dan teknologi digital serta melakukan seleksi informasi yang benar-benar
sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa dan pemustaka. Untuk itu, Kemendesa PDTT dapat
menyiapkan dan mendukung penuh dalam hal informasi-informasi dan testimoni-testimoni
dibagikan oleh Kemendesa PDTT dan Perpusnas, dari desa-desa yang telah maju ke desa yang
masih progress pembangunan. Program Perpuseru diungkapkan oleh Kepala Perpusnas yang
dikembangkan dalam bentuk platform dan berguna sebagai penghubung utama untuk masyarakat
desa.7

Namun pada penelitian ini, peneliti hanya terfokus pada masalah penelitian tentang
“Pengaruh Literasi Digital terhadap Dinamika Sosial Masyarakat di Perpustakaan
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi”

6
mediaindonesia com developer, “Anggaran Perpustakaan Nasional Kecil, Kolaborasi Solusinya,” Anggaran
Perpustakaan Nasional Kecil, Kolaborasi Solusinya, last modified September 29, 2020, accessed November 19,
2021, https://mediaindonesia.com/humaniora/348829/anggaran-perpustakaan-nasional-kecil-kolaborasi-
solusinya.
7
kayubihi.desa.id, “Menjaga Peradaban dengan Perpustakaan,” Desa Kayubihi Kecamatan Bangli Kabupaten
Bangli, last modified June 1, 2018, accessed November 19, 2021,
http://kayubihi.desa.id/artikel/2018/6/1/menjaga-peradaban-dengan-perpustakaan.
B. Identifikasi Masalah

Terdapat beberapa faktor tantangan literasi digital :

1. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan informasi serta kurang kritis


dalam menerima informasi
2. Mudah terhasut dengan berita hoaks dan ujaran kebencian beserta Isu SARA
3. Rendahnya literasi digital masyarakat dalam hal penguasaan asal informasi
4. Kurangnya anggaran desa dalam membangun perpustakaan desa
5. Enggan berkunjung ke perpustakaan untuk mencari informasi
6. Sosialisasi pemanfaatan koleksi digital dan tercetak serta penggunaan teknologi digital
kurang sempurna
7. Dan lain sebagainya

Beberapa faktor tersebut sedikit banyak berkaitan dengan dinamika sosial masyarakat yang
dilakukan oleh pemustaka dan masyarakat setempat.
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Penelitian dibatasi dengan membahas : Sosialisasi pemanfaatan koleksi digital dan tercetak
serta penggunaan teknologi digital kurang sempurna, dan pengaruhnya dengan dinamika sosial
masyarakat yang dilakukan oleh pemustaka dan masyarakat setempat. Sehingga pembatasan
penelitian tersebut yaitu :

Analisis pengaruh antara kurangnya sosialisasi pemanfaatan koleksi digital dan tercetak
serta penggunaan teknologi digital dengan dinamika sosial masyarakat yang dilakukan oleh
pemustaka dan masyarakat setempat..

Adapun rumusan masalahnya dijelaskan sebagai berikut :

Seberapakah pengaruh antara kurangnya sosialisasi pemanfaatan koleksi digital dan


tercetak serta penggunaan teknologi digital dengan dinamika sosial masyarakat yang
dilakukan oleh pemustaka dan masyarakat setempat?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk :

Menjelaskan hasil pengaruh antara kurangnya sosialisasi pemanfaatan koleksi digital dan
tercetak serta penggunaan teknologi digital dengan dinamika sosial masyarakat yang
dilakukan oleh pemustaka dan masyarakat setempat;

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu :

1. Secara praktis, penelitian ini dapat memanfaatkan program literasi digital dalam
pemustaka dan masyarakat yang ada di Perpustakaan Kemendesa serta menghindari
adanya berita hoaks yang beredar di masyarakat.
2. Secara teoritis, diharapkan penelitian ini mampu mengembangkan pemikiran dalam
ilmu pengetahuan agar mampu mengelola literasi digital menjadi sarana pemilihan
atau seleksi kebutuhan informasi dan memberikan dampak yang luas bagi masyarakat
serta pemustaka agar menghindari adanya berita hoaks yang beredar di masyarakat.
E. Review Kajian Terdahulu

Berikut adalah Perbandingan antara Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Terbaru yang
relevan dengan judul penelitian diambil dari Skripsi dan Thesis tersebut :
N Nama Judul Tahu Tujuan Metode Hasil
o Peneliti n
1. Mustami Pengaruh 2019 1. Mengetahu Kuantitatif 1. Tingkat literasi
d (S2) Literasi i dan Korelasiona digital subjek
Digital, menganalis l penelitian
Persepsi Atas is pengaruh cenderung
Mediasi literasi tinggi karena
Orangtua, dan digital mean empirik
Kontrol Diri terhadap (40,94) > mean
Terhadap perilaku hipotetik
Perilaku online (28,50). Hal ini
Online berisiko dibuktikan
Berisiko Siswa siswa kelas dengan data
Kelas V V mayoritas
Madrasah Madrasah subjek (63,24%)
Ibtidaiyah Ibtidaiyah yang berada
Negeri (MIN) Negeri pada kategori
Di Provinsi (MIN) literasi digital
DIY Provinsi yang tinggi.
DIY Sementara itu,
2. Mengetahu literasi digital
i dan berpengaruh
menganalis secara negatif
is pengaruh dan signifikan
persepsi terhadap
atas perilaku online
mediasi berisiko siswa
orangtua kelas V
terhadap Madrasah
perilaku Ibtidaiyah
online Negeri (MIN) di
berisiko Provinsi DIY
siswa kelas dengan
V sumbangan
Madrasah efektif (SE)
Ibtidaiyah sebesar 15,90%
Negeri atau secara
(MIN) relatif setara
Provinsi dengan 31,93%.
DIY 2. Tingkat persepsi
N Nama Judul Tahu Tujuan Metode Hasil
o Peneliti n
3. Mengetahu atas mediasi
i dan orangtua subjek
menganalis penelitian
is pengaruh cenderung
kontrol diri tinggi karena
terhadap mean empirik
perilaku (29,62) > mean
online hipotetik (27).
berisiko Tingkat persepsi
siswa kelas atas mediasi
V orangtua
Madrasah mayoritas
Ibtidaiyah subjek berada
Negeri pada kategori
(MIN) yang sedang
Provinsi (50,74%) dan
DIY tinggi (35,29%).
4. Mengetahu Selanjutnya,
i dan persepsi atas
menganalis mediasi
is pengaruh orangtua
literasi memiliki
digital, pengaruh yang
persepsi negatif dan
atas signifikan
mediasi terhadap
orangtua, perilaku online
dan kontrol berisiko siswa
diri secara kelas V
simultan Madrasah
terhadap Ibtidaiyah
perilaku Negeri (MIN) di
online Provinsi DIY
berisiko dengan
siswa kelas sumbangan
V efektif (SE)
Madrasah sebesar 7,40%
Ibtidaiyah atau secara
Negeri relatif setara
(MIN) dengan 14,86%.
3. Tingkat kontrol
diri subjek
penelitian
cenderung
N Nama Judul Tahu Tujuan Metode Hasil
o Peneliti n
tinggi karena
mean empirik
(59,84) > mean
hipotetik (45).
Mayoritas
subjek berada
pada kategori
kontrol diri
yang tinggi/baik
(45,22%) dan
sedang
(51,84%).
Selanjutnya,
kontrol diri
memiliki
pengaruh yang
negatif dan
signifikan
terhadap
perilaku online
berisiko siswa
kelas V
Madrasah
Ibtidaiyah
Negeri (MIN) di
Provinsi DIY
dengan
sumbangan
efektif (SE)
sebesar 26,50%
atau secara
relatif setara
dengan 53,21%.
Dengan
demikian,
kontrol diri
(X3) menjadi
penyumbang
terbesar pertama
dalam
memengaruhi
variabel
independen/peri
laku online
N Nama Judul Tahu Tujuan Metode Hasil
o Peneliti n
berisiko (Y).
4. Tingkat perilaku
online berisiko
subjek
penelitian
cenderung
rendah karena
mean empirik
(12,43) < mean
hipotetik
(31,50).
Mayoritas
subjek berada
pada kategori
perilaku online
berisiko yang
rendah
(87,13%).
Sementara itu,
literasi digital,
persepsi atas
mediasi
orangtua, dan
kontrol diri
secara simultan
memiliki
pengaruh yang
negatif dan
signifikan
terhadap
perilaku online
berisiko siswa
kelas V
Madrasah
Ibtidaiyah
Negeri (MIN) di
Provinsi DIY
dengan
persentase
sumbangan
sebesar 49,80%.
Sedangkan
sisanya sebesar
50,20%
N Nama Judul Tahu Tujuan Metode Hasil
o Peneliti n
dipengaruhi
oleh variabel
lain yang tidak
dimasukkan dan
dibahas dalam
penelitian ini.
2. Bella Pengaruh 2018 Mengetahui Kuantitatif Penerapan literasi
Elpira Penerapan pengaruh Regresional digital berpengaruh
(S1) Literasi Digital penerapan terhadap
Terhadap literasi digital peningkatan
Peningkatan terhadap pembelajaran siswa
Pembelajaran peningkatan di SMP Negeri 6
Siswa di SMP pembelajaran Banda Aceh. Hal
Negeri 6 siswa di SMP ini terbukti dari
Banda Aceh. Negeri 6 analisis regresi
Banda linier sederhana
Aceh. dengan memperoleh
nilai koefisiensi
korelasi sebesar
0,669 yang berarti
adanya pengaruh
yang kuat dari
pengaruh penerapan
literasi digital
terhadap
peningkatan
pembelajaran
siswa di SMP
Negeri 6 Banda
Aceh.
3. Shafira Pengaruh 2021 Menganalisis Kuantitatif 1. Terdapat
Ulfa Literasi Digital pengaruh Korelasiona pengaruh signifikan
Rahmani terhadap literasi digital l dan negatif dari
(S1) Kecenderunga terhadap literasi digital
n Perilaku kecenderungan terhadap
Cyberbullying perilaku kecenderungan
Remaja di cyberbullying perilaku
Media Sosial remaja di cyberbullying pada
Instagram media sosial remaja di media
Instagram. sosial Instagram
dengan nilai sig.p
sebesar 0,000 (p <
0,05) yang
menunjukkan
N Nama Judul Tahu Tujuan Metode Hasil
o Peneliti n
bahwa semakin
tinggi literasi digital
maka semakin
rendah perilaku
cyberbullying.
Begitu juga
sebaliknya, semakin
rendah literasi
digital maka
semakin tinggi
perilaku
cyberbullying.
2. Persentase
kontribusi literasi
digital terhadap
perilaku
cyberbullying pada
remaja di media
sosial Instagram
adalah sebesar
0,206. Hal ini
menunjukkan
bahwa literasi
digital
mempengaruhi
perilaku
cyberbullying
sebesar 20,6%,
sedangkan sisanya
sebesar 79,4%
disebabkan faktor-
faktor lain di luar
literasi digital yang
tidak diteliti dalam
penelitian ini.
3. Subjek penelitian
yang memiliki
literasi digital tinggi
sebanyak 65 orang
atau 59,6% dan
yang memiliki
literasi digital
sedang sebanyak 44
orang atau 40,4%.
N Nama Judul Tahu Tujuan Metode Hasil
o Peneliti n
Sedangkan subjek
yang memiliki
tingkat literasi
digital rendah tidak
ada.
4. Subjek penelitian
yang memiliki
perilaku
cyberbullying
sedang sebanyak 35
orang atau 32,1%
dan tingkat perilaku
cyberbullying
rendah sebanyak 74
orang atau 67,9% .
Sedangkan subjek
yang memiliki
tingkat perilaku
cyberbullying tinggi
tidak ada.
5. Terdapat
beberapa hasil
tambahan dalam
penelitian yaitu:
a. Tidak terdapat
perbedaan yang
signifikan
kecenderungan
perilaku
cyberbullying
anatara laki-laki dan
perempuan dengan
p > 0,05 (0,120 >
0,05).
b. Tidak terdapat
perbedaan yang
signifikan
kecenderungan
perilaku
cyberbullying
berdasarkan durasi
penggunaan media
sosial dengan p >
0,05 (0,363 > 0,05).
N Nama Judul Tahu Tujuan Metode Hasil
o Peneliti n
4. Hadi Pengaruh 2019 1. Untuk Kuantitatif 1. Literasi digital
Susilo Literasi Digital mengetahui Deskriptif memiliki pengaruh
(S2) dan Literasi adakah dan terhadap hasil
Informasi pengaruh Korelasiona belajar afektif PAI
Keislaman literasi digital l peserta didik kelas
Terhadap Hasil terhadap hasil X, XI SMA N 1
Belajar Afektif belajar afektif Kendal Tahun
Pendidikan PAI peserta pelajaran
Agama Islam didik SMA 2018/2019. Hal ini
Peserta Didik Negeri 1 dibuktikan dengan
SMA N 1 Kendal. ditunjukkan beta
Kendal 2. Untuk sebesar 0,335 dk =
mengetahui 118; nilai thitung
adakah sebesar 2,607
pengaruh berarti terdapat
literasi pengaruh kuat
informasi positif dibuktikan
keislaman dengan t-kritis pada
terhadap hasil taraf sign. 5,0%
belajar afektif sebesar 1,980.
PAI peserta 2. Literasi informasi
didik SMA keislaman memiliki
Negeri 1 pengaruh terhadap
Kendal. hasil belajar afektif
3. Untuk PAI peserta didik
mengetahui kelas X, XI SMA N
adakah 1 Kendal Tahun
pengaruh pelajaran
literasi digital 2018/2019. Hal ini
dan literasi dibuktikan dengan
informasi ditunjukkan beta
keislaman sebesar 0,017 dk =
terhadap hasil 118; nilai thitung
belajar PAI sebesar 0,157
peserta didik berarti terdapat
SMA Negeri 1 pengaruh kuat
Kendal. positif dibuktikan
dengan t-kritis pada
taraf sign. 5,0%
sebesar 1,980 yang
berarti signifikan
sehingga terdapat
pengaruh nyata
antara literasi
N Nama Judul Tahu Tujuan Metode Hasil
o Peneliti n
informasi keislaman
terhadap hasil
belajar PAI peserta
didik.
3. literasi digital
dan literasi
informasi keislaman
terhadap hasil
belajar afektif PAI
peserta didik kelas
X, dan kelas XI di
Sekolah Menengah
Atas Negeri 1
Kendal Tahun
Pelajaran
2018/2019 yaitu
dengan
membandingkan
Fhitung dengan
Ftabel. Pada
perhitungan
didapatkan hasil
Fhitung yaitu 3,441,
maka setelah itu
dikonsultasikan
dengan nilai Ftabel
pada taraf
signifikansi 5%
maupun 1%. Nilai
Ftabel 5% yaitu
3,073, jadi Fhitung
> Ftabel 5% berarti
signifikan.
F. Landasan Teori dan Kerangka Pemikiran

I. Pengertian Literasi digital

Menurut Paul Gilster dalam buku “literasi digital”, bahwa Literasi digital adalah
kemampuan dasar untuk mengerti dan memanfaatkan informasi dalam beragam sumber yang
sangat lebar dalam mengakses piranti komputer yang secara efektif dan efisien dalam beragam
konteks seperti akademik, karir, dan kehidupan sehari-hari.8 Adapun dari Kementerian
Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia menjelaskan bahwa literasi digital merupakan
ketertarikan, sikap, dan penguasaan individu memanfaatkan teknologi digital dan alat
komunikasi untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, menganalisis, dan mengevaluasi
informasi, membangun pengetahuan baru, membuat dan berkomunikasi, serta berkolaborasi
dengan orang lain supaya bisa berpartisipasi secara efektif dan efisien dalam masyarakat.9

Berikutnya yang dijelaskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang


ditambah dengan Riset dan Teknologi) Republik Indonesia, bahwa literasi digital adalah
kemampuan dasar dalam memahami sumber informasi, menemukan kembali informasi,
menyeleksi informasi, mereproduksikan, menafsirkan, dan menggunakan informasi digital baik
secara online maupun offline untuk menargetkan kelebihan atau mutu baik, di bidang ekonomi,
sosial, budaya, pendidikan, sains dan teknologi, maupun politik dan agama serta kesehatan.10

Pendapat lain yang dikemukakan oleh National Institute for Literacy, bahwa literasi digital
merupakan suatu jenis pencapaian seseorang dalam menyelesaikan masalah pada level
problematika yang beragam, yang tidak hanya sekadar sebagai kompetensi membaca, berbicara
dan menulis, tetapi juga di level pekerjaan, masyarakat, dan keluarga, serta bidang lain yang
lebih mencakup didalamnya.11 Selanjutnya yang dikemukakan oleh UNESCO, bahwa literasi
8
Paul Giltser dalam GLN, Buku Literasi Digital | Gerakan Literasi Nasional.
9
Menkominfo dalam artikel Media, “Menkominfo.”
10
PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN, KONSEP LITERASI DIGITAL DALAM KURIKULUM 2013 (Jakarta:
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT KURIKULUM
DAN PERBUKUAN, 2017), 6, accessed November 23, 2021,
http://kurikulum.kemdikbud.go.id/kurikulum/data/data/3%20Dokumentasi%20Implementasi/Literasi
%20Digital.pdf.
11
National Institute for Literacy dalam Deepublish Publisher, “7 Arti Literasi Digital Menurut Para Ahli,” Buku
Deepublish, June 17, 2020, accessed November 23, 2021, https://penerbitbukudeepublish.com/arti-literasi-digital-
menurut-para-ahli/.
digital adalah sebuah pemahaman dasar dalam menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan
Komunikasi dalam hal berupa literasi TIK atau Keterampilan dasar TIK yang lebih mengarahkan
kepada kompetensi teknis yang sifatnya untuk meningkatkan pelayanan publik berbasis digital.12
Adapun menurut Bawden dalam artikel 7 arti literasi digital menurut para ahli, dijelaskan bahwa
literasi digital merupakan suatu penekanan dasar pada literasi komputer dan literasi Informasi
dalam keterampilan teknis yaitu melalui mencari , mengerti, memodifikasi sebuah kata dan
kalimat, serta membagikan sebuah informasi, yang tidak hanya akrab sebuah pemahaman dasar,
melainkan juga sebuah menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari di era milenial seperti
sekarang ini.13

Dari beberapa pendapat ahli yang telah disebutkan tentang pengertian literasi digital, bisa
di tarik kesimpulan bahwa literasi digital adalah : sebuah kemampuan teknis dan non teknis
dalam kompetensi tidak hanya membaca dan menulis, melainkan juga keterampilan memahami,
menelusur, menafsirkan, menseleksi, memodifikasi, mengintegrasikan, membagikan, dan
mengkolaborasi di berbagai bidang, antar lembaga, antar wilayah dan antar negara yang secara
efektif dan efisien dalam penggunaan pendidikan pemakai dan literasi dalam berbagai bidang,
khususnya pengelolaan teknologi digital.

II. Pengertian Dinamika Sosial

Menurut kingsley Davis, Dinamika sosial yaitu jenis perubahan yang sudah meliputi
kehidupan sosial masyarakat di dalam skala yang cukup lebar. Perubahan-perubahan yang terjadi
seperti ini mencakup aspek-aspek secara spesifik, yaitu struktur serta fungsi di dalam kehidupan
masyarakat. Selanjutnya yang dilakukan William F. Ogborn menjelaskan bahwa pengertian
Dinamika sosial merupakan sebuah ruang lingkup dari perubahan sosial yang lebih luas, serta
yang di dalamnya mencakup aspek-aspek secara khusus contoh aspek kebudayaan, baik yang
mempunyai sifat material maupun yang immaterial. Aspek dari kebudayaan ini yaitu jenis aspek
yang memiliki peranan yang penting sebagai panduan dasar dalam masyarakat dalam
mempersiapkan sesuatu perubahan dari waktu ke waktu lainnya.14
12
UNESCO pada ibid.
13
Bawden dalam ibid.
14
Rada, “Dinamika Sosial - Pengertian ,Ciri, Aspek dan Contoh | dosenpintar.com,” website Pendidikan, Dinamika
Sosial - Pengertian ,Ciri, Aspek dan Contoh, last modified May 11, 2021, accessed November 26, 2021,
https://dosenpintar.com/dinamika-sosial/.
Berbeda dengan Selo Soemardjan yang mendefisikan dinamika sosial sebagai perubahan
sosial, beliau menjelaskan bahwa perubahan sosial merupakan seluruh perubahan pada lembaga-
lembaga kemasyarakatan di dalam sesuatu masyarakat yang dipengaruhi oleh sistem sosialnya,
termasuk didalamnya nilai-nilai sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok
masyarakat.15 Adapun yang dikemukakan oleh Gillin of Gillin bahwa perubahan sosial yaitu
sesuatu pola dari cara-cara hidup yang sudah diterima, yang dikarenakan baik sebab perubahan-
perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun
adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat tersebut.16

Dari beberapa pendapat ahli yang telah disebutkan tentang pengertian dinamika atau
perubahan sosial, bisa di tarik kesimpulan bahwa dinamika atau perubahan sosial adalah suatu
aturan dasar dalam perubahan kelembagaan dan perilaku masyarakat dalam berbagai aspek dan
bidang kehidupan, seperti kebudayaan, pola interaksi masyarakat, ideologi, sistem pengetahuan,
sistem kepercayaan atau keagamaan dan sebagainya yang mengubah aturan nilai, sikap dan
perilaku masyarakat yang sebelumnya menjadi kebiasaan pola masyarakat setempat.

III. Konsep Literasi Digital

Konsep literasi digital yang dikemukakan oleh Paul Gilster (1997) menjelaskan bahwa ada
4 kompetensi dasar dalam sesorang yang bisa mengerti dan memakai informasi dalam berbagai
tipe yang dimanfaatkan. Gilter juga diungkapkan bahwa literasi digital tidak hanya sebagai
kompetensi untuk membaca dan menulis, melainkan juga kompetensi dasar seseorang untuk bisa
dipahami berbagai maksud dan dimengerti atas bacaan tersebut. Literasi digital sudah meliputi
kepada perluasan ide-ide dalam menelusur informasi yang tercakup dalam format dan tidak
hanya penekanan dasar terhadap pemahaman tombol. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa
Gilster menekankan pada lebih dari proses untuk berpikir kritis terhadap temuan dasar dalam
media digital, dan lebih menekankan lagi pada penilaian yang kritis terhadap informasi apapun

15
DosenSosiologi.com, “√ Pengertian Dinamika Sosial, Ciri, Aspek, dan Contohnya | DosenSosiologi.Com,”
Pengertian Dinamika Sosial, Ciri, Aspek, dan Contohnya, last modified April 14, 2020, accessed November 26, 2021,
https://dosensosiologi.com/dinamika-sosial/.
16
Gillin of Gillin dalam Nufian Susanti Febriani, “Faktor Kebudayaan Pendorong Munculnya Loyalitas pada
Konsumen Kuliner Kota Kediri Jawa Timur,” Jurnal Studi Komunikasi 1, no. 3 (November 1, 2017): 244.
yang sudah di temukan lewat media digital daripada dengan kompetensi teknis yang dibutuhkuan
untuk menelusur media digital tersebut.17

Gilster menyusun ke dalam empat kompetensi ini yang perlu dipunyai seseorang sehingga
bisa dikatakan mempunyai kemampuan literasi digital yaitu meliputi : aspek pencarian di
internet (Internet Searching), Hypertext Navigation, aspek evaluasi konten informasi (Content
Evaluation) serta aspek penyusunan pengetahuan (knowledge assembly). Secara lebih lanjut ke
empat kompetensi tersebut dijabarkan sebagai berikut18 :

1) Pencarian di Internet (Internet Searching)

Gilster (1997) menjabarkan yaitu kompetensi seseorang dalam melaksanakan aktivitas


memakai internet yang meliputi beberapa kumpulan kompetensi yaitu kompetensi untuk
melaksanakan pencarian informasi di internet dengan memanfaatkan search engine, serta
melaksanakan aktivitas didalamnya. Adapun kegiatan yang bisa dilaksanakan di internet.

2) Hypertext Navigation

Hypertext Navigation yaitu suatu keterampilan dasar untuk membaca serta pemahaman
dasar secara dinamis terhadap hypertext. Seseorang dituntut untuk mengerti navigasi (pandu
arah) suatu hypertext dalam web browser yang tentunya jauh berbeda dengan teks yang
dijumpai dalam buku teks.

3) Evaluasi konten informasi (content evaluation information)

Gilster (1997) kemampuan seseorang untuk berpikir kritis dan memberikan lebih lanjut
evaluasi terhadap apa yang sudah ditemukan secara daring yang di sertai dengan kompetensi
untuk mengindentifikasi kesahihah dan kelengkapan informasi yang di rujukkan oleh link
hypertext.

17
Gilster dalam Eka Khusniatuz Zahro, “Digital Literacy Skill dalam Upaya Peningkatan Laba Usaha pada Kalangan
Pelaku Usaha Kecil di Kota Surabaya,” Palimpsest: Jurnal Ilmu Informasi dan Perpustakaan 11, no. 2 (December 30,
2020): 86–87.
18
Gilster dalam Wafdane Dyah Prima Jati, “Literasi Digital Ibu Generasi Milenial terhadap Isu Kesehatan Anak dan
Keluarga,” Jurnal Komunikasi Global 10, no. 1 (June 30, 2021): 3.
4) Penyusunan pengetahuan (knowledge assembly)

Merujuk pada kompetensi untuk menyusun pengetahuan dari suatu komponen informasi
yang ditemukan dari berbagai sumber elektronik baik berupa fakta dan opini, menyeleksi,
memproduksinya, kemudian mengembangkannya menjadi suatu pengetahuan yang berguna
bagi kehidupan, baik dalam konteks pendidikan maupun dalam konteks pekerjaan. Kemampuan
ini meliputi kompetensi untuk melaksanakan memeriksa ulang atau mengecek kembali
informasi yang dihasilkan untuk memvalidasikan kebenarannya dari berbagai sumber media
dan menyusunnya untuk bisa dimanfaatkan dalam kehidupan.

IV. Konsep Dinamika Sosial

Konsep dinamika sosial di masyarakat dapat memberikan arti yang nyata dalam
penelitian sosial di masyarakat. Perubahan sosial dalam masyarakat terjadi karena adanya
interaksi sosial antar individu dalam masyarakat ataupun antar masyarakat dalam suatu wilayah
tertentu. Hal tersebut didasari sebab adanya perubahan unsur-unsur yang mengutuhkan
kesetaraan masyarakat, contohnya perubahan unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis,
teknologi, dan kebudayaan. Perubahan-perubahan tersebut dilaksanakan untuk mengadaptasi
perkembangan zaman yang telah ada. Dari beberapa teori sosiologi yang didapatkan dalam
teori perubahan sosial atau dinamika sosial, teori fungsionalis lah merupakan salah satu yang
paling berpengaruh dalam perkembangan literasi digital di berbagai perpustakaan dan lembaga
informasi. Teori ini juga membahas tentang kelembagaan atau pranata sosial dalam mengikuti
pola kebudayaan yang sangat cepat, namun arus budaya mereka tidak bergerak secara dinamis,
sehingga dinamakan culture lag (kesenjangan budaya).

Konsep yang paling berkembang dalam teori ini yaitu culture lag (kesenjangan budaya).
Konsep ini didukung oleh Teori Fungsionalis untuk menjabarkan lebih lanjut bahwa perubahan
sosial tidak lepas dari interaksi antar unsur-unsur kebudayaan dalam masyarakat. Menurut teori
ini, beberapa unsur kebudayaan hanya beberapa kebudayaan dapat berubah dengan cepat sekali,
sedangkan unsur yang lainnya tidak bisa mengikuti kecepatan perubahan unsur tersebut.
Ketinggalan ini mengakibatkan adanya kesenjangan sosial (social lag).
Para penganut Teori Fungsionalis lah lebih menerima perubahan sosial sebagai sesuatu
yang stabil dan tidak membutuhkan penjabaran. Perubahan dianggap menjadi suatu hal yang
mengusik kesetaraan masyarakat. Proses pengusikan inilah yang dimaksud ketika perubahan
tersebut lebih dipadukan dalam kebudayaan. Jika, perubahan tersebut yang ternyata lebih
bermanfaat, maka perubahan itu bersifat fungsional, dan akhirnya masyarakat menerima
budaya tersebut. Namun, jika terbukti disfungsional atau berasa tidak bermanfaat bagi mereka,
maka perubahan tersebut akan dibatalkan atau ditiadakan.19 Tokoh dalam teori tersebut yaitu
William Ogburn, seorang ahli sosiologi bidang perubahan dan perencanaan sosial yang
menjelaskan teori ini dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pemerintah Indonesia
akan mencanangkan program literasi digital bagi masyarakat. Awal mulanya masyarakat belum
paham apa itu literasi digital dan sebagian masyarakat justru menolak jika masyarakat di
Indonesia akan meninggalkan interaksi sosial secara tatap muka dan mencari informasi
konvensional, juga banyak informasi yang tidak benar di media digital. Namun, masyarakat
sadar bahwa masyarakat Indonesia akan justru ketinggalan zaman dan tingkat literasi digital
kita rendah, sehingga masyarakat mau menerima program literasi digital dalam berbagai bidang
kehidupan serta mengejar ketinggalan untuk kemajuan teknologi digital, dan tentu saja
masyarakat Indonesia akan terbebas dengan berita hoaks berkat dengan adanya program literasi
digital.

Secara singkat, pandangan teori fungsionalis yaitu sebagai berikut :

A. Setiap masyarakat relatif bersifat stabil


B. Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang kestabilan budaya
C. Setiap masyarakat umumnya relatif terintegrasi
D. Kestabilan sosial tergantung sekali pada konsensus (persetujuan bersama) diberbagai
anggota kelompok masyarakat
V. Asumsi dasar dari Konsep dan Teori yang saling mempengaruhi antara literasi digital dan
dinamika sosial

19
William Ogburn dalam Yusuf Arisandi, “Peran Pendidikan Dalam Membentuk Masyarakat Yang Beradab,” Jurnal
Pendidikan Islam 7, no. 2 (November 26, 2017): 229–248.
Asumsi dasar dalam memberikan konsep dan teori yang berkaitan dengan literasi digital,
yaitu menurut pandangan Gilster dalam bukunya “digital literacy” dia berasumsi bahwa literasi
digital mempunyai 2 asumsi dasar yaitu :
(1) Asumsi pertama, bahwa literasi digital merupakan perangkat keterampilan yang diterima
secara luas dalam mewakili keterampilan digital. Asumsi ini bisa diterima oleh
masyarakat yang bergolongan konservatif bahwa apa yang kita hadapi yaitu sejumlah
keterampilan yang terpisah. Akibatnya, pendekatan ini diarahkan oleh garis besar tahapan
demi tahapan yang perlu diambil diluar dari peningkatan utama daftar keterampilan yang
koheren dengan prima facie. Ini sudah termasuk dengan analisis holistik dari Konatif/
Psikomotorik dan Afektif, interaksi timbal balik mereka dan tanggapan mereka yang
dihasilkan untuk perkembangan pendidikan dan teknologi.
(2) Asumsi kedua, bahwa literasi digital yang berasal dari keraguan mereka tentang asumsi
golongan konservatif dan dari hipotesis itulah bahwa diluar dari daftar keterampilan
digital ada sesuatu yang jauh lebih ke akarnya. Asumsi ini akan terbagi menjadi golongan
skeptis moderat dan skeptis radikalis. Pada asumsi skeptis moderat pertama bahwa
perangkat keterampilan literasi digital yang beragam sebenarnya representasi gaya belajar
yang beragam, pengetahuan, atau jenis kepribadian. Pandangan skeptis moderat ini,
literasi digital tidak bisa dipisahkan dari berbagai tubuh bekerja pada gaya belajar, multi
kecerdasan atau jenis kepribadian. Sebaliknya, pada skeptis radikalis bahwa sebenarnya
ada kategori keterampilan yang beragam, yang secara logis dan yang secara empiris tidak
sesuai, dan pada realitanya representasi dua budaya yang beragam pula. Hal ini terkait
dengan mengacu pada budaya digital di satu sisi dan budaya yang berbasis pada buku,
sedangkan disisi lain yang meliputi dari epistemologi dan nilai yang berbeda. Pandangan
skeptis radikalis ini bahwa sebenarnya ialah puncak gunung es sastra tentang bertubrukan
peradaban yang mengilustrasikan alih masyarakat barat dari budaya berbasis buku,
rasional, individualistis ke budaya digital, audiovisual, yang mencirikan pada kejenuhan
atau terpecah belah diri.
VI.
VII. Kerangka Pemikiran

Berikut adalah konsep kerangka berpikir Terkait dengan teori literasi digital dan dinamika sosial
menurut Paul Gilster dan William Ogburn

Kerangka Berpikir Pengaruh Literasi Digital terhadap Dinamika Sosial Masyarakat di


Perpustakaan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Sosialisasi pemanfaatan koleksi digital dan
tercetak serta penggunaan teknologi digital kurang
sempurna, masih merebaknya berita hoaks dimana-  Digital Literacy Theory and
mana serta literasi digital di masyarakat masih Concept– Paul Gilster
rendah dan pengaruhnya dengan dinamika sosial
masyarakat yang dilakukan oleh pemustaka dan
masyarakat setempat

Pada asumsi yang didapatkan terdapat perbedaan pandangan asumsi literasi digital, yang
diantaranya adalah asumsi konservatif yang merupakan keterampilan yang terpisahkan. Adapun
pada asumsi kedua ada skeptis yang meragukan pandangan konservatif dan memperdalam
keterampilan digital yang didapatkan. Satu diantaranya adalah skeptis moderat yang
mengintegrasikan antara keterampilan, pengetahuan dan sikap digital, sedangkan skeptis radikalis
yang lebih dominan pada mengacu pada budaya digital di satu sisi dan budaya yang berbasis pada
buku, sedangkan disisi lain yang meliputi dari epistemologi dan nilai yang berbeda.

Kompetensi Literasi Digital (variabel bebas) bisa berpengaruh dengan Variabel Dinamika Sosial
Fungsionalis (Variabel Terikat)

Seberapakah pengaruh antara kurangnya sosialisasi pemanfaatan koleksi digital dan tercetak
serta penggunaan teknologi digital dengan dinamika sosial masyarakat yang dilakukan oleh
pemustaka dan masyarakat setempat?

Identifikasi Masalah

Kompetensi Literasi Digital Menurut Gilster


1. Pencarian di internet (Internet Searching) (X1), Dinamika Sosial Fungsionalis (Y)
2. Hypertext Navigation (X2),
3. Evaluasi konten informasi (Content Evaluation) (X3),
4. Penyusunan pengetahuan (knowledge assembly) (X4)
VIII.
G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

(1) Hipotesis nol (H0) : Tidak terdapat pengaruh antara literasi digital dengan dinamika
sosial masyarakat di Perpustakaan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi;
(2) Hipotesis kerja (H1) : Terdapat pengaruh antara literasi digital dengan dinamika
sosial masyarakat di Perpustakaan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi.

Hipotesis diatas dirumuskan kembali menjadi sub-sub hipotesis sebagai berikut:

(1) Hipotesis nol (H0) Tidak terdapat pengaruh antara literasi digital dalam Pencarian
di internet dengan dinamika sosial masyarakat Fungsionalis di Perpustakaan
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Hipotesis
kerja (H1) Terdapat pengaruh antara literasi digital dalam Pencarian di internet
dengan dinamika sosial masyarakat Fungsionalis di Perpustakaan Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi;
(2) Hipotesis nol (H0) Tidak terdapat pengaruh antara literasi digital dalam Hypertext
Navigation dengan dinamika sosial masyarakat Fungsionalis di Perpustakaan
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Hipotesis
kerja (H1) Terdapat pengaruh antara literasi digital dalam Hypertext Navigation
dengan dinamika sosial masyarakat Fungsionalis di Perpustakaan Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi;
(3) Hipotesis nol (H0) Tidak terdapat pengaruh antara literasi digital dalam Evaluasi
konten informasi dengan dinamika sosial masyarakat Fungsionalis di Perpustakaan
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Hipotesis
kerja (H1) Terdapat pengaruh antara literasi digital dalam Evaluasi konten
informasi dengan dinamika sosial masyarakat Fungsionalis di Perpustakaan
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
(4) Hipotesis nol (H0) Tidak terdapat pengaruh antara literasi digital dalam
Penyusunan pengetahuan dengan dinamika sosial masyarakat di Perpustakaan
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Hipotesis
kerja (H1) Terdapat pengaruh antara literasi digital dalam Penyusunan pengetahuan
dengan dinamika sosial masyarakat Fungsionalis di Perpustakaan Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

Operasionalisasi variabel Pengaruh Literasi Digital terhadap Dinamika Sosial


Masyarakat di Perpustakaan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi

Variabel Definisi Data yang Indikator Pengukuran


Dibutuhkan

Literasi Digital Kemampuan dasar Instrumen 1. Mampu Skala Interval


untuk mengerti dan singkat dalam mengenal <1= Sangat
memanfaatkan Survei Literasi tentang Rendah
informasi dalam digital pemahaman 10 = Sangat
beragam sumber literasi digital Tinggi
yang sangat lebar
2. Mampu Skala Interval
dalam mengakses
mempraktikkan <1= Sangat
piranti komputer
dasar literasi Rendah
yang secara efektif
digital dalam 10 = Sangat
dan efisien dalam
memilah dan Tinggi
beragam konteks
memilih
seperti akademik,
informasi yang
karir, dan kehidupan
sesuai
sehari-hari.
3a. Mampu Skala Interval
memberikan <1= Sangat
sikap yang tepat Rendah
apabila 10 = Sangat
seseorang yang Tinggi
menyebarkan
berita hoaks
dan cara
mencegahnya
dengan literasi
digital dalam
konteks sikap
sosial dan
budaya

3b. Mampu Skala Interval


memberikan <1= Sangat
sikap yang tepat Rendah
apabila 10 = Sangat
seseorang yang Tinggi
menyebarkan
berita hoaks
dan cara
mencegahnya
dengan literasi
digital dalam
konteks sikap
spiritual

Pencarian di Kompetensi 1. Mampu Skala Interval


Internet (X1) seseorang dalam memahami <1= Sangat
melaksanakan tentang Rendah
aktivitas memakai Pencarian di 10 = Sangat
internet yang Internet Tinggi
meliputi beberapa
2. Mampu Skala Interval
kumpulan
mempraktikkan <1= Sangat
kompetensi yaitu
Pencarian di Rendah
kompetensi untuk
Internet dalam 10 = Sangat
melaksanakan
fenomena Tinggi
pencarian informasi
literasi digital
di internet dengan
memanfaatkan
search engine, serta
melaksanakan
aktivitas
didalamnya.

Hypertext Suatu keterampilan 1. Mampu Skala Interval


Navigation dasar untuk memahami <1= Sangat
(X2) membaca serta tentang Rendah
pemahaman dasar Hypertext 10 = Sangat
secara dinamis Navigation Tinggi
terhadap hypertext.
2. Mampu Skala Interval
mempraktikkan <1= Sangat
Hypertext Rendah
Navigation 10 = Sangat
dalam Tinggi
fenomena
literasi digital

Evaluasi konten Kemampuan 1. Mampu Skala Interval


informasi (X3) seseorang untuk memahami <1= Sangat
berpikir kritis dan tentang Rendah
memberikan lebih Evaluasi konten 10 = Sangat
lanjut evaluasi informasi Tinggi
terhadap apa yang
2. Mampu Skala Interval
sudah ditemukan
mengevaluasi <1= Sangat
secara daring yang
hasil praktik Rendah
di sertai dengan
konten 10 = Sangat
kompetensi untuk
informasi dalam Tinggi
mengidentifikasi
fenomena
kesahihah dan
literasi digital
kelengkapan
informasi yang di 3a. Mampu Skala Interval
rujukkan oleh link memberikan <1= Sangat
hypertext. penilaian sikap Rendah
yang tepat 10 = Sangat
apabila Tinggi
seseorang yang
berpikir kritis
dalam
menghadapi
konten negatif,
misalnya hoaks
dalam konteks
sikap sosial dan
budaya

3b. Mampu Skala Interval


memberikan <1= Sangat
penilaian sikap Rendah
yang tepat 10 = Sangat
apabila Tinggi
seseorang yang
berpikir kritis
dalam
menghadapi
konten negatif,
misalnya hoaks
dalam konteks
sikap spiritual

Penyusunan Kompetensi untuk 1. Mampu Skala Interval


pengetahuan menyusun memahami <1= Sangat
(X4) pengetahuan dari tentang Rendah
suatu komponen Penyusunan 10 = Sangat
informasi yang pengetahuan Tinggi
ditemukan dari
2. Mampu Skala Interval
berbagai sumber
mempraktikkan <1= Sangat
elektronik baik
Penyusunan Rendah
berupa fakta dan
pengetahuan 10 = Sangat
opini, menyeleksi,
dalam Tinggi
memproduksinya,
fenomena
kemudian
literasi digital
mengembangkannya
menjadi suatu 3a. Mampu Skala Interval
pengetahuan yang memberikan <1= Sangat
berguna bagi sikap sosial dan Rendah
kehidupan, baik budaya yang 10 = Sangat
dalam konteks tepat ketika Tinggi
pendidikan maupun seseorang yang
dalam konteks masih ragu-ragu
pekerjaan. dalam
penyusunan
pengetahuan
dan masih
bingung
membedakan
antara fakta dan
opini serta
hoaks

3b. Mampu Skala Interval


memberikan <1= Sangat
sikap spiritual Rendah
yang tepat 10 = Sangat
ketika Tinggi
seseorang yang
masih ragu-ragu
dalam
penyusunan
pengetahuan
dan masih
bingung
membedakan
antara fakta dan
opini serta
hoaks

Dinamika Perubahan sosial Data statistik 1. Mampu Skala Interval


Sosial tidak lepas dari atau instrumen memahami <1= Sangat
Fungsional (Y) interaksi antar singkat dalam tentang Rendah
unsur-unsur menghadapi Fenomena 10 = Sangat
kebudayaan dalam fenomena Dinamika Tinggi
masyarakat. dinamika sosial Sosial
Fungsional

2. Mampu Skala Interval


menjelaskan <1= Sangat
tentang Rendah
Fenomena 10 = Sangat
Dinamika Tinggi
Sosial
Fungsional
dalam
kehidupan era
digital

3a. Mampu Skala Interval


memberikan <1= Sangat
sikap sosial dan Rendah
budaya yang 10 = Sangat
tepat dalam Tinggi
menghadapi
perubahan
sosial
fungsional di
sekitar kita

3b. Mampu Skala Interval


memberikan <1= Sangat
sikap spiritual Rendah
yang tepat 10 = Sangat
dalam Tinggi
menghadapi
perubahan
sosial
fungsional di
sekitar kita
H. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif regresi. Pendekatan kuantitatif yang


dimaksud adalah data penelitian didapatkan berdasarkan pada angka-angka yang ditemukan di
lapangan. Sementara untuk regresi yang dimaksud ialah penelitian yang bertujuan untuk
memberikan pengaruh mengenai suatu pendekatan meramalkan pengaruh data yang satu dengan
lainnya atau pendekatan yang mempunyai hubungan fungsional antara variabel-variabel yang
berpengaruh satu sama lainnya.

Populasi didefinisikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang sudah ditentukan oleh peneliti yang
kemudian akan dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh
pemustaka dan masyarakat serta pustakawan dan staff yang bertugas pada Perpustakaan
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi sebanyak 10000 orang,
yang mana pemustaka dan masyarakat serta pustakawan dan staff yang bertugas tersebut sebagai
responden. Sampel sebagai representasi dasar dan sekaligus mewakili adanya populasi yang
terkait. Adapun sampel yang digunakan yaitu menggunakan teknik sampel sederhana. Karena
pengambilan sampel ini dilakukan secara acak tanpa menghiraukan sistematis atau strata yang
ada dalam populasi.

Dalam menentukan jumlah sampel, penulis menggunakan rumus Cochran Sebagai berikut :

n = no/1+(no/N)

no = t2.(p.q)/d2

Keterangan:
n: ukuran sampel yang dicari

no: ukuran sampel asumsi

N: Jumlah Populasi

d: Nilai presisi (misal sebesar 95% atau α=0.05) / sampling error


p & q : parameter proporsi binomial

t : koefisien kepercayaan

Maka perhitungannya adalah sebagai berikut:


no = t2.(p.q)/d2

no = (2,58)2.(0,5.0,5)/(0,05)2

no = 665,64 dibulatkan menjadi 666

n = no/1+(no/N)

n = 666/1+(666/1000)
n = 666/1+(0.0666)
n = 666/1,0666
n = 624,414026 dibulatkan menjadi 625

Jadi ukuran sampel yang representatif adalah sekurang-kurangnya n = 625. Setelah ukuran
sampel yang diperoleh, selanjutnya peneliti harus mencari unit sampel yang dimaksud, yakni
siapa 625 orang dari 10000 orang anggota komunitas tersebut, dengan menggunakan tabel angka
random atau program komputer. Penulis lebih disarankan menggunakan program komputer di
randomizer.org, supaya selain menghemat waktu pemilihan sampel, juga menjadikan hasil yang
lebih optimal dalam penelitian.

Penelitian ini akan dilaksanakan di Perpustakaan Kementerian Desa Pembangunan Daerah


Tertinggal dan Transmigrasi yang beralamat di Jl. TMP. Kalibata No.17, RT.6/RW.7, Rawajati,
Kec. Pancoran, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12750. Penulis melakukan
penelitian pada pemustaka dan masyarakat serta pustakawan dan staff yang bertugas di
Perpustakaan Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Alasan
lainnya yaitu untuk sebagai penelitian terbaru yang belum ditemukan tempat para penelitian
sebelumnya. Adapun penelitian ini akan dilakukan pada tanggal perkiraan antara tahun 2022-
2023, atau akan dilakukan setelah proposal penelitian skripsi.
Sumber data primer berasal dari data yang diperoleh dengan cara melakukan pembagian
kuesioner kepada responden yaitu pemustaka dan masyarakat serta pustakawan dan staff yang
bertugas di Perpustakaan Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

Sumber data sekunder berasal dari kajian sebelumnya melalui jurnal ilmiah terdahulu,
skripsi, tesis, disertasi, serta bahan Pustaka lainnya, kemudian website resmi pemerintah dan
masyarakat, dan hasil penelitian dari penelitian terdahulu, yang berkaitan dengan literasi digital
dan dinamika sosial masyarakat.

Instrumen penelitian yaitu suatu alat atau fasilitas yang dimanfaatkan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih optimal, dalam arti
cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah. Instrumen penelitian yang dipakai dalam
penelitian ini adalah kuisioner/angket. Untuk Skala pengukuran pada angket dalam penelitian ini,
peneliti memakai skala likert summated ratings sebagai skala pengukuran variabel. Skala likert
summated ratings yaitu Teknik mengukur sikap dimana subjek diminta untuk mengindikasikan
tingkat kesetujuan atau ketidaksetujuan mereka terhadap masing-masing pernyataan. Adapun
penulis menggunakan skala pengukuran interval, karena lebih merinci tentang tingkat
berpengaruh terhadap variabel satu dengan lainnya. Penulis akan mencoba mengedit,
mengkoding dan mentabulasi sederhana dalam mengelompokkan tingkat kesetujuan responden
dalam mengambil keputusan.

Sementara variabel adalah kegiatan menguji hipotesis, yaitu menguji kecocokan antara
teori dan fakta didunia nyata. Dalam suatu penelitian terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas
dan variabel terikat. Variabel bebas yaitu variabel yang menjabarkan atau mempengaruhi
variabel lain, sedangkan variabel terikat ialah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.

Teknik pengumpulan data yang dimanfaatkan penulis dalam penelitian yaitu melalui
kuisioner (angket). Kuisioner atau angket adalah suatu teknik pengumpulan data yang
dilaksanakan dengan cara memberi sekumpulan pertanyaan dan pernyataan kepada responden
untuk memberikan respons terhadap daftar pertanyaan yang sudah diberikan. Daftar pertanyaan
dapat bersifat terbuka, yaitu jika jawaban tidak dipilih sebelumnya oleh peneliti serta bersifat
tertutup, bila alternatif pilihan jawabannya sudah dipilih sebelumnya oleh peneliti. Angket dalam
penelitian ini memanfaatkan pertanyaan yang sifatnya tertutup, dengan pilihan jawaban yang
sudah disiapkan, lalu responden menentukan salah satu jawaban dari pernyataan maupun
pernyataan yang dianggapnya paling tepat dengan kondisi yang ada. Sementara itu angket dibuat
menggunakan google form yang disebarkan melalui internet.

Teknik Pengolahan Data memanfaatkan Uji Validitas, Uji Reliabilitas, Uji Normalitas, dan
Uji Regresi Linear Sederhana.

a. Uji Validitas

Validitas yaitu suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut benar-benar
mengukur apa yang diukur. Untuk mengecek apakah kuesioner yang disusun tersebut valid,
maka perlu diuji dengan uji korelasi antara skor tiap-tiap butir pertanyaan dengan skor total
kuesioner.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada pengertian apakah instrument dapat mengukur sesuatu


yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Teknik uji realibilitas yang penulis akan
di pakai dalam penelitian ini adalah teknik Cronbach Alpha.

c. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengecek apakah data penelitian berdistribusi normal
atau tidak. Karena, dalam statistik parametrik distribusi data yang normal adalah suatu keharusan
dan yaitu syarat mutlak yang perlu terpenuhi. Uji ini dilaksanakan sebagai syarat dalam uji
independent sample t test, uji Paired sample t test dan uji Anova, termasuk uji Regresi linear
sederhana.

d. Uji Regresi Linear Sederhana

Analisis regresi linear sederhana dimanfaatkan untuk mengecek pengaruh satu variabel
bebas terhadap variabel terikat. Syarat uji ini harus menggunakan uji validitas, uji reliabilitas, uji
Normalitas dan bersifat linear. Artinya data tersebut harus valid, reliabilitas, normal, dan harus
satu arah, walaupun variabel bebas bercabang dengan variabel terikat.
I. Kerangka Uraian
J. Daftar Pustaka

Arisandi, Yusuf. “Peran Pendidikan Dalam Membentuk Masyarakat Yang Beradab.” Jurnal
Pendidikan Islam 7, no. 2 (November 26, 2017): 229–248.

Deepublish Publisher. “7 Arti Literasi Digital Menurut Para Ahli.” Buku Deepublish, June 17,
2020. Accessed November 23, 2021. https://penerbitbukudeepublish.com/arti-literasi-
digital-menurut-para-ahli/.

DosenSosiologi.com. “√ Pengertian Dinamika Sosial, Ciri, Aspek, dan Contohnya |


DosenSosiologi.Com.” Pengertian Dinamika Sosial, Ciri, Aspek, dan Contohnya. Last
modified April 14, 2020. Accessed November 26, 2021.
https://dosensosiologi.com/dinamika-sosial/.

Febriani, Nufian Susanti. “Faktor Kebudayaan Pendorong Munculnya Loyalitas pada Konsumen
Kuliner Kota Kediri Jawa Timur.” Jurnal Studi Komunikasi 1, no. 3 (November 1, 2017):
240–252.

GLN, Admin. Buku Literasi Digital | Gerakan Literasi Nasional. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2017. Accessed November 19, 2021.
https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/buku-literasi-digital/.

Jati, Wafdane Dyah Prima. “Literasi Digital Ibu Generasi Milenial terhadap Isu Kesehatan Anak
dan Keluarga.” Jurnal Komunikasi Global 10, no. 1 (June 30, 2021): 1–23.

kayubihi.desa.id. “Menjaga Peradaban dengan Perpustakaan.” Desa Kayubihi Kecamatan Bangli


Kabupaten Bangli. Last modified June 1, 2018. Accessed November 19, 2021.
http://kayubihi.desa.id/artikel/2018/6/1/menjaga-peradaban-dengan-perpustakaan.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. “GAIRAHKAN


PERPUSTAKAAN DESA, KEMENDES PDTT KOLABORASI DENGAN
PERPUSTAKAAN NASIONAL.” GAIRAHKAN PERPUSTAKAAN DESA, KEMENDES
PDTT KOLABORASI DENGAN PERPUSTAKAAN NASIONAL. Last modified March 28,
2018. Accessed November 19, 2021.
https://kemendesa.go.id/berita/view/detil/2354/gairahkan-perpustakaan-desa-kemendes-
pdtt-kolaborasi-dengan-perpustakaan-nasional.

KOMINFO, PDSI. “Siaran Pers No. 149/HM/KOMINFO/11/2020 Tentang Hasil Survei Indeks
Literasi Digital Nasional 2020, Akses Internet Makin Terjangkau.” Website Resmi
Kementerian Komunikasi Dan Informatika RI. Accessed November 19, 2021.
http:///content/detail/30928/siaran-pers-no-149hmkominfo112020-tentang-hasil-survei-
indeks-literasi-digital-nasional-2020-akses-internet-makin-terjangkau/0/siaran_pers.

Media, Kompas Cyber. “Menkominfo: Mulailah Literasi Digital dari Keluarga.” KOMPAS.com.
Last modified January 30, 2018. Accessed November 19, 2021.
https://lifestyle.kompas.com/read/2018/01/30/193015920/menkominfo-mulailah-literasi-
digital-dari-keluarga.

mediaindonesia com developer. “Anggaran Perpustakaan Nasional Kecil, Kolaborasi Solusinya.”


Anggaran Perpustakaan Nasional Kecil, Kolaborasi Solusinya. Last modified September
29, 2020. Accessed November 19, 2021.
https://mediaindonesia.com/humaniora/348829/anggaran-perpustakaan-nasional-kecil-
kolaborasi-solusinya.

PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN. KONSEP LITERASI DIGITAL DALAM


KURIKULUM 2013. Jakarta: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT KURIKULUM DAN
PERBUKUAN, 2017. Accessed November 23, 2021.
http://kurikulum.kemdikbud.go.id/kurikulum/data/data/3%20Dokumentasi
%20Implementasi/Literasi%20Digital.pdf.

Rada. “Dinamika Sosial - Pengertian ,Ciri, Aspek dan Contoh | dosenpintar.com.” Website
Pendidikan. Dinamika Sosial - Pengertian ,Ciri, Aspek dan Contoh. Last modified May
11, 2021. Accessed November 26, 2021. https://dosenpintar.com/dinamika-sosial/.

Wibowo, Anshar Dwi. “Kemenkominfo Susun Survei Literasi Digital Indonesia 2021 -
Teknologi Katadata.Co.Id.” Kemenkominfo Susun Survei Literasi Digital Indonesia 2021.
Last modified Oktober , 16:54 2021. Accessed November 19, 2021.
https://katadata.co.id/anshar/digital/617bc4bf0cf9e/kemenkominfo-susun-survei-literasi-
digital-indonesia-2021.

Zahro, Eka Khusniatuz. “Digital Literacy Skill dalam Upaya Peningkatan Laba Usaha pada
Kalangan Pelaku Usaha Kecil di Kota Surabaya.” Palimpsest: Jurnal Ilmu Informasi dan
Perpustakaan 11, no. 2 (December 30, 2020): 81–95.

Anda mungkin juga menyukai