Anda di halaman 1dari 20

NAJIS DAN ISTINJA

Mohamad Rana
NAJIS

Definisi Najis
• Etimologi
Sesuatu yang menjijikan.
• Terminologi
Setiap benda yang yang haram dikonsumsi secara mutlak,
dalam keadaan bebas serta mudah membedakannya, bukan
karena dimuliakan, akan tetapi karena menjijikan dan
berbahaya untuk tubuh atau pikiran, dan mencegah keabsahan
shalat apabila terbawa didalamnya.
NAJIS
Pembagian Najis

Hukmiyah Mukhaffafah
NAJIS
Ainiyyah Mughaladlah

Mutawasithah
NAJIS
Pembagian Najis
1. Najis Hukmiyyah
• Najis yang tidak berbentuk (jirim), tidak ada rasa, bau, dan
juga warna.

• Cara mensucikan najis ini adalah dengan mengalirkan air


secara merata pada bagian suatu benda yang terkena najis
sekalipun hanya sekali.
NAJIS
Pembagian Najis
2. Najis ‘Ainiyyah
• Najis yang terdapat salah satu bentuk (jirim), baik rasa, bau,
atau warna,

• Najis jenis ini terbagi menjadi 3 (tiga):


1. Mukhaffafah;
2. Mutawasithah; dan
3. Mughaladah
NAJIS
Pembagian Najis ‘Ainiyyah
1. Najis Mukhaffafah
• Najis yang berupa air kencingnya anak laki-laki yang belum
mencapai usia dua tahun, dan belum makan atau minum
selain air susu ibunya (ASI).

Cara Mensucikan
• Apabila tidak bercampur dengan najis lain, maka cara
mensucikannya adalah dengan menghilangkan bentuk (jirim)
air kencing tersebut, kemudian memercikkan air dipermukaan
benda yang terkena najis tersebut sampai merata, meskipun
tidak samapi mengalir.
NAJIS
Pembagian Najis ‘Ainiyyah
2. Najis Mutawasithah
• Najis pertengahan, atau najis selain najis mukhaffafah dan
najis mughaladlah. Seperti: darah, kotoran manusia maupun
binatang, nanah, dan lain sebagainya.

Cara Mensucikan
• Hilangkan terlebih dahulu bentuk najis (jirim) tersebut, baik
rasa, bau, maupun warnanya, kemudian dibasuh dengan air.
NAJIS
Pembagian Najis ‘Ainiyyah
3. Najis Mughaladlah
• Najis yang berupa anjing dan babi, atau keturunan dari
keduanya, walaupun lahir dari hasil kawin silang dengan jenis
hewan lainnya.

Cara Mensucikan
• Dibasuh dengan air sebanyak 7 (tujuh) kali, salah satunya
dicampur dengan debu yang suci dan mensucikan serta bisa
mengeruhkan air. Dan basuhan atau siramannya harus merata
pada seluruh bagian yang terkena najis, baik bagian dalam
maupun luarnya.
NAJIS
Cara Membersihkan Najis Mughaladlah

Cara Mencampur Air dengan Debu

Cara Pertama
1. Debu yang suci mensucikan dicampur dengan air hingga keruh;
2. Hilangkan bentuk najisnya (jirim) dengan sesuatu yang kering, sampai
hilang sifat-sifat najisnya (rasa, bau, dan warna);
3. Kemudian disiram dengan air yang telah dicampur debu secara merata
sebanyak tujuh kali.
NAJIS
Cara Membersihkan Najis Mughaladlah

Cara Mencampur Air dengan Debu

Cara Kedua
1. Hilangkan bentuk najisnya (jirim) dengan sesuatu yang kering, sampai
hilang sifat-sifat najisnya (rasa, bau, dan warna);
2. Benda yang terkena najis dibasuh atau disiram dengan air secara merata,
kemudian taburkan debu hingga merata, dan bersihkan kembali dengan
air sebanyak sisa siraman yang ada.
NAJIS
Cara Membersihkan Najis Mughaladlah

Cara Mencampur Air dengan Debu

Cara Ketiga
1. Sediakan air yang telah dicampur dengan debu yang suci;
2. Hilangkan bentuk najisnya (jirim) dengan sesuatu yang kering, sampai
hilang sifat-sifat najisnya (rasa, bau, dan warna);
3. Taburkan debu yang suci pada benda yang terkena najis, kemudian siram
secara merata dengan air.
NAJIS
Catatan Penting
Hukum Percikan Najis Mughaladlah
Apabila terdapat basuhan najis mughaladhah yang mengenai sesuatu
diluar tempat najis tersebut, maka cara mensucikannya adalah
dengan membasuh sebanyak sisa basuhan dari air yang mengenainya.
Apabila sisa basuhan najis tersebut belum dicampur debu, maka
dalam membersihkan sesuatu yang terkena percikan tersebut harus
dicampur debu pada salah satu sisa basuhannya.
NAJIS
Catatan Penting
Penggunaan Air
Dalam membersihkan najis pada suatu benda, sedikit dan banyaknya air yang
digunakan harus diperhatikan. Air yang sedikit adalah air yang kurang dari dua
qullah, sedangkan air yang banyak adalah air yang mencapai dua qullah.
Menurut Imam Nawawi:
2 qullah = 175 Liter air dalam wadah penuh/Ukuran bak mandi 55,9 Cm (kubus)
Menurut Imam Rofi’i:
2 qullah = 177 Liter air dalam wadah penuh/Ukuran bak mandi 56, 1 Cm (kubus).
Maka, apabila dalam membersihkan najis menggunakan air yang kurang dua qullah,
maka cara membersihkan benda yang terkena najis tersebut dengan cara disiram
(bukan dicelupkan). Karena apabila dicelupkan, maka air menjadi terbawa najis.
ISTINJA
Mohamad Rana
ISTINJA’ (CEBOK)
Definisi dan Hukum Istinja’
1. Definisi
Istinja’ adalah menghilangkan dan membersihkan sesuatu yang
keluar dari qubul (air kecil), dan dubur (air besar) dengan
sesuatu yang telah ditentukan oleh syari’at.
ISTINJA’ (CEBOK)
Definisi dan Hukum Istinja’
2. Hukum Istinja’
Menurut Imam Haramain (Kitab Bughyatu al-Mustarsyidin), terdapat
lima hukum dalam beristinja’:
1) Wajib, disebabkan keluarnya najis yang mengotori (BAB, dan
BAK,)
2) Sunnah, disebabkan keluarnya cacing dari dubur maupun sesuatu
hal yang kotor (Madi, dan Wadli);
3) Makruh, disebabkan keluarnya angin (kentut);
4) Haram, disebabkan menggunakan makanan;
5) Mubah, yang dilakukan sebelum masuknya waktu shalat (hukum
asal istinja’)
ISTINJA’ (CEBOK)
Struktur dan Tata Cara Ber-Istinja’

1. Struktur dalam Istinja’

1. Mustanji: Orang yang beristinja’ ;


2. Mustanja minhu: Kotoran yang keluar;
3. Mustanja bih: air atau batu;
4. Mustanja fih: Qubul (Jalan depan), dan Dubur (jalan
belakang)
ISTINJA’ (CEBOK)
Struktur dan Tata Cara Ber-Istinja’

2. Tata Cara Istinja’


Istinja’ wajib hukumnya dilakukan pasca buang air kecir maupun
besar, baik dengan menggunakan air, batu, maupun benda
lainnya yang memiliki sifat keras, suci, dapat membersihkan, dan
tidak dimulyakan.
Untuk istinja’ dengan menggunakan batu, diwajibkan melakukan
pengusapan minimal 3 kali usapan, baik dengan menggunakan 3
buah batu, maupun satu buah batu yang memiliki 3 sudut.
Apabila 3 kali usapan tidak mencukupi, maka diwajibkan
menambah usapan hingga bersih.
ISTINJA’ (CEBOK)
Struktur dan Tata Cara Ber-Istinja’

3. Syarat Istinja’
1) Kotoran atau sesuatu yang keluar baik dari qubul maupu
dubur tersebut belum kering;
2) Kotoran tersebut tidak berpindah dari tempat keluarnya;
3) Tidak bercampur dengan najis yang lain.

Apabila salah satu dari ketiga syarat tersebut tidak terpenuhi,


maka tidak diperbolehkan istinja’ dengan menggunakan batu,
dan diharuskan dengan air.
ISTINJA’ (CEBOK)
Syarat Istinja’ dan Etikanya
2. Etika Istinja’
1) Kotoran atau sesuatu yang keluar baik dari qubul maupu
dubur tersebut belum kering;
2) Kotoran tersebut tidak berpindah dari tempat keluarnya;
3) Tidak bercampur dengan najis yang lain.

Apabila salah satu dari ketiga syarat tersebut tidak terpenuhi,


maka tidak diperbolehkan istinja’ dengan menggunakan batu,
dan diharuskan dengan air.

Anda mungkin juga menyukai