Jenis
Hakiki Hukmi
Najis Hadats
Warna 7 air
Rasa 1 Tanah Tayammum
Aroma
1. Najis Ringan (Mukhafafah)
• Mengapa Ringan?
• Karena untuk mensucikannya cukup ringan
• Cukup dipercikkan air
• Meski masih ada najis sudah dianggap suci
• Dalil
ِ ُي ْغسل ِمن ب وِل اَ ْْلا ِري ِة وي رش ِمن ب وِل اَلْغ
الم ْ َ ْ َُ َ َ َ ْ َ ْ ُ َ ُ
Dari As-Sam'i RA berkata bahwa Nabi SAW bersabda,"Air kencing bayi
perempuan harus dicuci sedangkan air kencing bayi laki-laki cukup
dipercikkan air saja. (HR. Abu Daud, An-Nasai dan Al-Hakim)
2. Najis Berat (Mughaladhah)
• Mengapa Berat?
• Mensucikannya tidak cukup hilang warna, rasa dan aroma
• Harus dengan ritual khusus : 7 air + 1 tanah
• Dalil
ٍ طَهور إِ ََن ِء أَح ِد ُكم إِ ْذ ولَ َغ فِ ِيه اَلْ َك ْلب أَ ْن ي ْغ ِسلَه سبع مَّر
ات َ َ َْ ُ ِ َ ُ َ ْ َ ُُ
َخَر َجهُ ُم ْسلم
ْ أ - ِ
اب لُّت ِ
ِب ن
َّ ُواله
ُ أ
َ
Sucinya wadah air kalian yang diminum anjing adalah dengan
mencucinya tujuh kali, salah satunya dengan tanah. (HR.
Muslim)
• Contoh : Babi - Anjing
3. Pertengahan (Mutawasithoh)
Batasan : Selain Najis Ringan dan Berat
• Contoh :
• Darah
• Nanah
• Muntah
• Keluar dari Kemaluan Depan Belakang
• Padat : kotoran, batu ginjal, dll
• Cair : kencing, mazi, wadi, darah, dll
• Gas/kentut
• Bangkai
• Disembelih tidak syar’i
• Mati : tercekik, tertanduk, tenggelam, terantuk batu
• Potongan tubuh hewan hidup
METODE IZALAH (PENGHILANGAN) NAJIS
Penambahan
Pencucian Penyiraman
Air
10
Najis mutawassithah → dapat disucikan dengan cara
menghilangkan lebih dahulu najis ‘ainiyah-nya. Setelah tidak ada
lagi warna, bau, dan rasa najis tersebut baru kemudian menyiram
tempatnya dengan air yang suci dan menyucikan.
Sebagai contoh kasus, bila seorang anak buang air besar di lantai
ruang tamu, umpamanya, maka langkah pertama untuk
menyucikannya adalah dengan membuang lebih dahulu kotoran
yang ada di lantai. Ini berarti najis ‘ainiyahnya sudah tidak ada dan
yang tersisa adalah najis hukmiyah. Setelah yakin bahwa wujud
kotoran itu sudah tidak ada (dengan tidak adanya warna, bau dan
rasa dan lantai juga terlihat kering) baru kemudian menyiramkan
air ke lantai yang terkena najis tersebut. Tindakan menyiramkan air
ini bisa juga diganti dengan mengelapnya dengan menggunakan
kain yang bersih dan basah dengan air yang cukup. 11
Kaifiyah Mensucikan Najis Mughllazhah
Dapat disucikan dengan cara membasuhnya dengan air sebanyak tujuh kali basuhan di mana salah
satunya dicampur dengan debu. Namun sebelum dibasuh dengan air mesti dihilangkan terebih dulu
‘ainiyah atau wujud najisnya. Dengan hilangnya wujud najis tersebut maka secara kasat mata tidak ada
lagi warna, bau dan rasa najis tersebut. Namun secara hukum (hukmiyah) najisnya masih ada di tempat
yang terkena najis tersebut karena belum dibasuh dengan air.
Yang
termasuk
najis
Anjing Babi
Khamr Bangkai
13
14
Jika ada tanah yang terkena air kencing atau najis
sedangkan tanah itu bisa meresap, maka cara
mensucikannya cukup disiram dengan air satu timba
sesuai dengan hadits atau disiram dengan air sampai
kita punya keyakinan bahwa najis tersebut telah
hilang karena meresap bersama air.
15
1. Jika air kencing atau najis itu ada di tengah-tengah
lantai masjid, maka air kencing itu diserap dulu
dengan kain yang kering atau ditimbun dengan
tanah/pasir, kemudian kainnya diangkat atau pasirnya
dibersihkan. Pada saat mengangkat kain atau
membersihkan pasirnya jangan sampai ada yang
menetes/tercecer, setelah itu dilap dengan lap basah
yang suci minimal tiga kali atau sampai yakin bahwa
najisnya telah hilang.
2. Kalau air kencing atau najis itu mengenai lantai bagian
pinggir maka cukup disiram dengan air yang dialirkan
mengarah keluar lantai sampai yakin bahwa najisnya
telah hilang.
16
17
Apabila najisnya berupa kotoran yang
kelihatan, seperti kotoran manusia, maka
cara mensucikannya, kotoran tersebut
dihilangkan dulu sampai bersih setelah itu
baru disucikan dengan cara dimasukkan ke
dalam bak/ember diisi air sampai luber
sambil diaduk-aduk minimal tiga kali luberan
atau sampai yakin bahwa najisnya telah
hilang mengalir bersama air yang luber atau
pakaian itu diangkat dan diguyur dengan air
sampai yakin bahwa najisnya telah hilang.
18
Apabila najisnya berupa air kencing,
maka cara mensucikannya, pakaian
yang terkena najis itu dimasukkan ke
dalam bak/ember lalu diisi air
sampai luber dengan diaduk-aduk
minimal tiga kali luberan atau
diluberi sampai yakin najisnya telah
hilang atau pakaian yang terkena
najis itu diangkat dan diguyur
dengan air sampai yakin bahwa
najisnya telah hilang.
19
20
Apabila pakaian yang ada di
laundry itu tidak ada yang najis
atau terkena najis maka hasil
cuciannya suci, tanpa perlu
memperhatikan proses
perendaman baju (kecuali apabila
dalam proses perendaman ada
benda najis atau terkena najis dari
dalam mesin dan belum sempat
dihilangkan serta disucikan).
21
Apabila pakaian/cucian terdapat najis
atau terkena najis maka najis yang
ada atau yang melekat harus
dihilangkan terlebih dahulu, baru
kemudian diadakan proses penyucian.
Apabila diperlukan pemisahan antara
pakaian yang terkena najis dengan
yang tidak, maka hal itu juga sangat
baik untuk dilakukan.
22
Dalam pandangan fiqih terutama madzhab Syafi’i,
setelah ‘ainiyah (materi) najis hilang, proses berikutnya
yakni penyucian baju atau pakaian yang terkena najis
(mutanajjis) seperti pakaian harus memenuhi beberapa
kriteria diantaranya adalah adanya aliran air yang
menembus dan mengalir ke setiap sisi bekas najis
23
HILANGKAN SUCIKAN
24