Anda di halaman 1dari 24

Fiqh Pasien dan Implementasinya

dalam Pelayanan Perawatan


(Fiqh Thaharah untuk Pasien)
Mengapa Perlu Fiqh Bagi Pasien?
Pemahaman terhadap Fiqh
Pasien selain merupakan
tuntutan bagi tenaga
profesional kesehatan, juga
menjadi kompetensi dasar
bagi perawat muslim.
Pengertian Thaharah
• Thaharah (ٌ‫ارة‬ َ ) berasal dari bahasa Arab yang
َ ‫ط َه‬
artinya bersih, kebersihan, atau bersuci.
• Menurut istilah adalah membersihkan diri, pakaian,
tempat, dan benda-benda lain dari najis dan hadats
menurut cara-cara yang ditentukan oleh syariat Islam.
• Kegiatan bersuci dapat dilakukan dengan berwudhu,
tayammum, istinja’ (cebok), mandi, dan bersuci
membersihkan badan, pakaian, dan tempat.
Thaharah

Jenis

Hakiki Hukmi

Najis Hadats

Ringan Sedang Berat Kecil Besar

Percikkan Cuci Cuci Wudhu Mandi

Warna 7 air
Rasa 1 Tanah Tayammum

Aroma
1. Najis Ringan (Mukhafafah)

• Mengapa Ringan?
• Karena untuk mensucikannya cukup ringan
• Cukup dipercikkan air
• Meski masih ada najis sudah dianggap suci

• Dalil
ِ ُ‫ي ْغسل ِمن ب وِل اَ ْْلا ِري ِة وي رش ِمن ب وِل اَلْغ‬
‫الم‬ ْ َ ْ َُ َ َ َ ْ َ ْ ُ َ ُ
Dari As-Sam'i RA berkata bahwa Nabi SAW bersabda,"Air kencing bayi
perempuan harus dicuci sedangkan air kencing bayi laki-laki cukup
dipercikkan air saja. (HR. Abu Daud, An-Nasai dan Al-Hakim)
2. Najis Berat (Mughaladhah)

• Mengapa Berat?
• Mensucikannya tidak cukup hilang warna, rasa dan aroma
• Harus dengan ritual khusus : 7 air + 1 tanah
• Dalil
ٍ ‫طَهور إِ ََن ِء أَح ِد ُكم إِ ْذ ولَ َغ فِ ِيه اَلْ َك ْلب أَ ْن ي ْغ ِسلَه سبع مَّر‬
‫ات‬ َ َ َْ ُ ِ َ ُ َ ْ َ ُُ
‫َخَر َجهُ ُم ْسلم‬
ْ ‫أ‬ - ِ
‫اب‬ ‫لُّت‬ ِ
‫ِب‬ ‫ن‬
َّ ‫ُواله‬
ُ ‫أ‬
َ
Sucinya wadah air kalian yang diminum anjing adalah dengan
mencucinya tujuh kali, salah satunya dengan tanah. (HR.
Muslim)
• Contoh : Babi - Anjing
3. Pertengahan (Mutawasithoh)
Batasan : Selain Najis Ringan dan Berat

• Contoh :
• Darah
• Nanah
• Muntah
• Keluar dari Kemaluan Depan Belakang
• Padat : kotoran, batu ginjal, dll
• Cair : kencing, mazi, wadi, darah, dll
• Gas/kentut
• Bangkai
• Disembelih tidak syar’i
• Mati : tercekik, tertanduk, tenggelam, terantuk batu
• Potongan tubuh hewan hidup
METODE IZALAH (PENGHILANGAN) NAJIS

Penambahan
Pencucian Penyiraman
Air

Pengerikan Pengelapan Penjemuran

Dikesetkan Diperciki Diseret


Ke Tanah Air Di Atas Tanah
9
Najis mukhaffafah → air kencingnya bayi laki-laki
yang belum makan dan minum selain ASI dan
belum berumur dua tahun, dapat disucikan
dengan cara memercikkan air ke tempat yang
terkena najis.

Cara memercikkann air ini harus dengan percikan


yang kuat dan air mengenai seluruh tempat yang
terkena najis. Air yang dipercikkan juga mesti lebih
banyak dari air kencing yang mengenai tempat
tersebut. Setelah itu barulah diperas atau
dikeringkan. Dalam hal ini tidak disyaratkan air
yang dipakai untuk menyucikan harus mengalir.

10
Najis mutawassithah → dapat disucikan dengan cara
menghilangkan lebih dahulu najis ‘ainiyah-nya. Setelah tidak ada
lagi warna, bau, dan rasa najis tersebut baru kemudian menyiram
tempatnya dengan air yang suci dan menyucikan.

Sebagai contoh kasus, bila seorang anak buang air besar di lantai
ruang tamu, umpamanya, maka langkah pertama untuk
menyucikannya adalah dengan membuang lebih dahulu kotoran
yang ada di lantai. Ini berarti najis ‘ainiyahnya sudah tidak ada dan
yang tersisa adalah najis hukmiyah. Setelah yakin bahwa wujud
kotoran itu sudah tidak ada (dengan tidak adanya warna, bau dan
rasa dan lantai juga terlihat kering) baru kemudian menyiramkan
air ke lantai yang terkena najis tersebut. Tindakan menyiramkan air
ini bisa juga diganti dengan mengelapnya dengan menggunakan
kain yang bersih dan basah dengan air yang cukup. 11
Kaifiyah Mensucikan Najis Mughllazhah
Dapat disucikan dengan cara membasuhnya dengan air sebanyak tujuh kali basuhan di mana salah
satunya dicampur dengan debu. Namun sebelum dibasuh dengan air mesti dihilangkan terebih dulu
‘ainiyah atau wujud najisnya. Dengan hilangnya wujud najis tersebut maka secara kasat mata tidak ada
lagi warna, bau dan rasa najis tersebut. Namun secara hukum (hukmiyah) najisnya masih ada di tempat
yang terkena najis tersebut karena belum dibasuh dengan air.

Mencampur air dan debu secara berbarengan


baru kemudian diletakkan pada tempat yang Memberi air terlebih dahulu di tempat yang
terkena najis. Cara ini adalah cara yang lebih 01 03 terkena najis, lalu memberinya debu dan
mencampur keduanya, baru kemudian
utama dibanding cara lainnya.
dibasuh

Meletakkan debu di tempat yang


02
terkena najis, lalu memberinya air dan
mencampur keduanya, baru kemudian
dibasuh.
Yang
keluar dari
dubur dan
qubul
Muntaha
Darah n

Yang
termasuk
najis
Anjing Babi

Khamr Bangkai

13
14
Jika ada tanah yang terkena air kencing atau najis
sedangkan tanah itu bisa meresap, maka cara
mensucikannya cukup disiram dengan air satu timba
sesuai dengan hadits atau disiram dengan air sampai
kita punya keyakinan bahwa najis tersebut telah
hilang karena meresap bersama air.

15
1. Jika air kencing atau najis itu ada di tengah-tengah
lantai masjid, maka air kencing itu diserap dulu
dengan kain yang kering atau ditimbun dengan
tanah/pasir, kemudian kainnya diangkat atau pasirnya
dibersihkan. Pada saat mengangkat kain atau
membersihkan pasirnya jangan sampai ada yang
menetes/tercecer, setelah itu dilap dengan lap basah
yang suci minimal tiga kali atau sampai yakin bahwa
najisnya telah hilang.
2. Kalau air kencing atau najis itu mengenai lantai bagian
pinggir maka cukup disiram dengan air yang dialirkan
mengarah keluar lantai sampai yakin bahwa najisnya
telah hilang.
16
17
Apabila najisnya berupa kotoran yang
kelihatan, seperti kotoran manusia, maka
cara mensucikannya, kotoran tersebut
dihilangkan dulu sampai bersih setelah itu
baru disucikan dengan cara dimasukkan ke
dalam bak/ember diisi air sampai luber
sambil diaduk-aduk minimal tiga kali luberan
atau sampai yakin bahwa najisnya telah
hilang mengalir bersama air yang luber atau
pakaian itu diangkat dan diguyur dengan air
sampai yakin bahwa najisnya telah hilang.

18
Apabila najisnya berupa air kencing,
maka cara mensucikannya, pakaian
yang terkena najis itu dimasukkan ke
dalam bak/ember lalu diisi air
sampai luber dengan diaduk-aduk
minimal tiga kali luberan atau
diluberi sampai yakin najisnya telah
hilang atau pakaian yang terkena
najis itu diangkat dan diguyur
dengan air sampai yakin bahwa
najisnya telah hilang.

19
20
Apabila pakaian yang ada di
laundry itu tidak ada yang najis
atau terkena najis maka hasil
cuciannya suci, tanpa perlu
memperhatikan proses
perendaman baju (kecuali apabila
dalam proses perendaman ada
benda najis atau terkena najis dari
dalam mesin dan belum sempat
dihilangkan serta disucikan).

21
Apabila pakaian/cucian terdapat najis
atau terkena najis maka najis yang
ada atau yang melekat harus
dihilangkan terlebih dahulu, baru
kemudian diadakan proses penyucian.
Apabila diperlukan pemisahan antara
pakaian yang terkena najis dengan
yang tidak, maka hal itu juga sangat
baik untuk dilakukan.

22
Dalam pandangan fiqih terutama madzhab Syafi’i,
setelah ‘ainiyah (materi) najis hilang, proses berikutnya
yakni penyucian baju atau pakaian yang terkena najis
(mutanajjis) seperti pakaian harus memenuhi beberapa
kriteria diantaranya adalah adanya aliran air yang
menembus dan mengalir ke setiap sisi bekas najis

23
HILANGKAN SUCIKAN

24

Anda mungkin juga menyukai