Anda di halaman 1dari 43

BAB I

THAHARAH

A. MACAM-MACAM AIR 2. Pembagian Najis


Air yang bisa digunakan untuk bersuci ada 7: air Najis berdasarkan bentuknya dibagi menjadi dua
hujan, air laut, air sungai, air sumur, air sumber, air embun, macam :
air es. a) Najis ‘Ainiyah, yaitu najis yang ada salah satu sifatnya,
Air dibagi menjadi 4 macam: baik itu jirim (bentuk), rasa, warna atau bau.
1. Air suci mensucikan (thohir muthohir) dan tidak makruh b) Najis Hukmiyah, yaitu najis yang tidak ada sifatnya,
digunakan, yakni air mutlak baik berupa jirim (bentuk), rasa, warna dan bau.
2. Air suci tidak mensucikan (thohir ghairu muthohir) Najis berdasarkan tingkatannya dibagi menjadi
seperti air musta’mal dan air yang sudah berubah warna, tiga macam :
bau, dan rasanya atau salah satu dari ketiganya a) Najis Mukhaffafah (Ringan)
3. Air suci dan mensucikan tapi makruh digunakan (thohir b) Najis Mutawasithoh (Sedang)
muthohir makruhun) seperti air musyammas (air yang c) Najis Mughalladloh (Berat)
terletak pada wadah yang bisa berkarat dan terkena panas 3. Cara menghilangkan Najis
matahari). a. Najis Mukhaffafah (Ringan)
4. Air mutanajis yaitu air yang terkena najis dalam keadaan Yaitu berupa kencing anak laki-laki yang belum
air tersebut kurang dari 2 qullah atau 2 qullah tapi mencapai usia 2 tahun dan belum makan minum selain
sifatnya sudah berubah karena terkena najis. air susu ibunya sebagai makanan pokok serta najis
tersebut masih ada sifatnya, baik jirim (bentuk), rasa,
B. NAJIS DAN CARA MENSUCIKANNYA warna dan baunya. Cara menghilangkannya, yakni
1. Pengertian Najis dihilangkan terlebih dahulu najis ‘ainiyah nya,
Definisi najis menurut bahasa adalah sesuatu yang kemudian hukmiyah nya. Sehingga jika najis ini tidak
menjijikan. Sedangkan menurut istilah syari’at adalah bercampur dengan najis lain, dihilangkan dahulu salah
sesuatu yang menjijikkan atau benda kotor yang mana satu sifat dari najis air kencing tersebut, dan kemudian
dapat mencegah sahnya mengerjakan suatu ibadah yang memercikkan air di permukaan sesuatu yang terkena
dituntut harus dalam keadaan suci. najis sampai merata, sekalipun tidak sampai mengalir.
b. Najis Mutawasithoh (Sedang) 4. Contoh Praktik Menghilangkan Najis
Yaitu selain dari najis Mukhafafah diatas dan  Contoh 1 : Kotoran ayam di lantai masjid.
selain najis anjing dan babi, seperti kotoran manusia, Caranya dengan menghilangkan jirim atau
darah, dan lain-lain. Cara menghilangkannya dengan sifat-sifat najisnya misalkan dengan kulit kelapa, kain,
menghilangkan ‘ainiyah nya dulu, kemudian atau yang lain sehingga najis yang awalnya ‘ainiyah
mengalirkan air pada sesuatu yang terkena najis berubah menjadi najis hukmiyah. Setelah itu cukup
sekalipun hanya sekali, asalkan air merata pada dialirkan air di atas permukaan lantai yang terkena
permukaan sesuatu yang terkena najis. najis. Cara ini paling efektif sebab masih banyak yang
c. Najis Mugholladloh ( Berat) salah dalam menghilangkan najis dalam kondisi
Yaitu najis dari segala yang berasal dari anjing tersebut. Sehingga ada yang langsung menyiram
dan babi serta keturunannya atau hewan tersebut najisnya dan akibatnya justru memperlebar wilayah
kawin silang dengan hewan lain. Cara yang terkena najis.
menghilangkannya yaitu dengan dihilangkan ‘ainiyah  Contoh 2 : Baju terkena jilatan anjing.
nya dulu. Kemudian dibasuh sebanyak 7 kali, salah Caranya menyediakan air yang dicampur
satu basuhannya dicampur dengan debu yang suci dengan debu yang keduanya suci mensucikan
sekaligus bisa mensucikan atau sesamanya, seperti secukupnya. Kemudian bagian baju atau tempat yang
lumpur atau pasir yang mengandung debu dan terkena jilatan dibasuh dengan air campur debu tersebut
basuhannya harus merata pada seluruh permukaan sampai merata, dan dilanjutkan dengan basuhan air suci
sesuatu yang terkena najis. mensucikan sebanyak 6 kali.
Catatan : Basuhan mulai dihitung satu apabila  Contoh 3 : Kotoran babi di atas lantai.
sudah menghilangkan jirim (bentuk), rasa, warna, dan Caranya menyediakan air yang dicampur
baunya sekalipun membutuhkan cara berulang-ulang. dengan debu secukupnya yang keduanya suci
Sedangkan basuhan yang dicampur debu tidak harus mensucikan. Kemudian kotoran babi dihilangkan dulu
diletakkan pada hitungan tertentu, hanya saja diletakkan bentuk dan sifatnya dengan menggunakan kain bekas,
pada basuhan pertama itu lebih utama. Sedangkan jika kulit kelapa atau yang lain dan bisa juga menggunakan
najis mugholladloh dibasuh dalam air sungai yang air sampai tidak tersisa jirimnya (dan ini sudah dihitung
mengalir dan keruh sebab lumpur, maka cukup digerak- satu basuhan). Kemudian tempat najis dibasuh dengan
gerakkan sebanyak tujuh kali tanpa harus dicampur air yang dicampur dengan debu sampai merata. Dan
dengan debu. dilanjutkan dengan basuhan air suci mencucikan
sebanyak 6 kali jika dalam menghilangkan jirim najis 3. Najis/kotorannya belum kering (masih basah)
memakai selain air dan 5 kali bila menggunakan air. 4. Najis/kotorannya tidak pindah
5. Najis/kotorannya tidak terkena najis yang lain
C. ISTINJA’ 6. Najis/kotorannya tidak mengotori area samping sekitar
1. Pengertian lubang kemaluan baik qubul atau dubur
Istinja’ adalah membersihkan tempat keluarnya Tisu bekas membersihkan najis wajib dibuang ditempat
kotoran (qubul dan dubur) dari kotoran atau najis dengan sampah, bukan dibuang disembarang tempat agar tidak
menggunakan air, batu atau sejenisnya mengenai orang lain.
2. Tata cara
Mengusap tempat keluarnya kotoran (qubul dan D. WUDLU
dubur) dengan menggunakan 3 batu sampai hilang 1. Syarat Wudlu
najisnya kemudian dibasuh menggunakan air sampai a) Islam
hilang bekasnya. Diperbolehkan juga istinja hanya b) Menggunakan air yang suci dan mensucikan
menggunakan salah satu dari keduanya. c) Mengalirkan air pada anggota yang dibasuh
3. Syarat istinja’ menggunakan batu : d) Tidak ada sesuatu yang menghalangi sampainya pada
a) Najisnya belum kering anggota wudlu seperti: cat, kutek, lilin dan lain-lain
b) Tidak bercampur dengan Najis yang lain e) Suci dari haid dan nifas
c) Najis tidak melewati batas tempat keluarnya 2. Rukun Wudlu
d) Batu yang digunakan kering, suci dan bisa a) Niat
menghilangkan najis ِ ِ‫ضا‬
‫هلل تَ َع َال‬ ً ‫صغَ ِر فَ ْر‬ ِ ‫ضوء لِرفْ ِع ا ْْل َد‬
ْ َ‫ث اْال‬ َ َ َ ْ ُ ‫ت ال ُْو‬
ُ ْ‫نَ َوي‬
Catatan : Dalam rangka memenuhi kebutuhan b) Membasuh wajah
sehari-hari manusia selalu menciptakan alat praktis yang bisa c) Membasuh kedua tangan hingga siku
dengan mudah mencukupi kebutuhan mereka, salah satunya d) Mengusap sebagian kepala
untuk istinja’ manusia zaman sekarang tidak menggunakan e) Membasuh kaki hingga mata kaki
batu, tetapi tisu. Beberapa hal yang perlu diperhatikan f) Tertib
diantaranya: 3. Sunnah Wudhu
1. Sediakan tiga tisu suci kering a) Bersiwak
2. Tisu mampu membersihkan kotoran/najis hingga benar- b) Membaca basmalah
benar bersih suci c) Melafadzkan niat
d) Membasuh kedua telapak tangan d) Menyentuh qubul atau dubur menggunakan telapak
e) Menyela-nyela jari tangan tangan.
f) Berkumur dan memasukkan air ke hidung
g) Mengusap seluruh kepala E. MANDI
h) Mengusap kedua telinga 1. Hal Yang Mewajibkan Mandi
i) Mengulangi 3 kali basuhan a) Keluarnya mani
j) Berkesinambungan (muwalah) b) Bertemunya dua khitan atau kemaluan (jima’)
k) Mendahulukan anggota kanan meskipun tidak keluar mani
l) Menghadap kiblat c) Perempuan yang selesai haid, nifas dan wiladah
m) Berdoa selesai wudlu d) Orang kafir yang masuk islam
n) Doa selesai wudlu e) Orang yang meninggal
2. Rukun Mandi Wajib
‫ك لَهُ َوأَ ْش َه ُد أَ ان‬ َ ْ‫أَ ْش َه ُد أَ ْن َالإِ ٰلهَ إِاالهللاُ َو ْح َدهُ َال َش ِري‬
a) Niat
 Niat mandi haid
‫ِْن ِم َن‬ ‫ِْن ِم َن الت ا‬ ٰ
ْ ِ ‫اج َعل‬
ْ ‫ي َو‬َ ْ ِ‫اواب‬ ْ ِ ‫اج َعل‬
ْ ‫ اَلل ُه ام‬.ُ‫اع ْب ُدهُ َوَر ُس ْولُه‬
َ ‫ُُمَ ام ًد‬ ِ ِ‫ضا‬
‫هلل تَ َع َال‬ ِ ‫ث اْالَ ْك ََِب ِم َن اْلَْي‬
ً ‫ض فَ ْر‬ ِ ‫ت الْغُسل لِرفْ ِع ا ْْل َد‬
َ َ َ ْ ُ ْ‫نَ َوي‬
ِ ‫الْمتَطَ ِه ِرين واجعل ِِْن ِمن ِعب‬
َ ْ ِِ‫صاْل‬
‫ي‬ ‫اد َك ال ا‬ َ ْ ْ َْ َ َْ ُ  Niat mandi wiladah
‫هلل تَ َع َال‬ ً ‫ث اْالَ ْك ََِب ِم َن ال ِوَال َدةِ فَ ْر‬
ِ ِ‫ضا‬ ِ ‫ت الْغُسل لِرفْ ِع ا ْْل َد‬
َ َ َ ْ ُ ْ‫نَ َوي‬
4. Hal Yang Membatalkan Wudlu  Niat mandi nifas
a) Keluarnya sesuatu dari kemaluan baik qubul atau ِ ِ‫ضا‬
‫هلل تَ َع َال‬ ِ ‫ث اْالَ ْك ََِب ِم َن النِ َف‬
ً ‫اس فَ ْر‬ ِ ‫ت الْغُسل لِرفْ ِع ا ْْل َد‬
َ َ َ ْ ُ ْ‫نَ َوي‬
dubur
b) Hilangnya akal sebab tidur, gila, mabuk, epilepsi,  Niat mandi jinabat
‫هلل تَ َع َال‬ ً ‫ث اْالَ ْك ََِب ِم َن اجلِنَابَِة فَ ْر‬
ِ ِ‫ضا‬ ِ ‫ت الْغُسل لِرفْ ِع ا ْْل َد‬
َ َ ْ ُ ْ‫نَ َوي‬
pingsan dan lain-lain. Kecuali, orang yang tidurnya
menempatkan pantatnya
َ
c) Bersentuhan kulit antara laki-laki dan Perempuan b) Meratakan air ke seluruh tubuh
yang bukan mahram yang sudah mencapai usia yang
umumnya menimbulkan syahwat (kisaran umur 7
tahun), termasuk bersentuhan dengan antara suami
istri.
F. TAYAMUM c) Mengusap wajah
1. Pengertian d) Mengusap kedua tangan sampai dengan siku-siku
Tayamum adalah mengusap debu suci pada e) Tertib
wajah dan kedua tangan sebagai pengganti dari wudlu, 4. Kesunatan dalam tayamum
mandi, atau basuhan anggota wajib dengan syarat-syarat a) Membaca basmalah
yang telah ditentukan. b) Mendahulukan tangan kanan dari pada tangan kiri dan
2. Syarat diperbolehkan Tayamum mendahulukan bagian atas daripada bagian bawah
a) Udzur (berhalangan) menggunakan air yang c) Bersambung (muwalah)
disebabkan 3 hal : 5. Hal-hal yang Membatalkan Tayamum
 Tidak menemukan air karena bepergian a) Semua hal yang membatalkan wudlu
 Ada dampak negative ketika menggunakan air, b) Melihat/menduga ada air sebelum melaksanakan
seperti penyakitnya tambah parah, tidak sholat bagi yang bertayamum dengan alasan tidak ada
kunjung sembuh, dan lain-lain. air
 Ada air, namun diperlukan untuk kebutuhan lain c) Murtad
yang mendesak, semisal untuk minum 6. Tatacara Tayamum
b) Dilakukan setelah masuk sholat a) Membaca basmalah
c) Dilakukan setelah berusaha mencari air ketika b) Menepukkan kedua telapak tangan pada debu
masuk waktu sholat, kecuali bagi yang bertayamum c) Menipiskan debu dengan cara ditiup atau dikibaskan
dikarenakan sakit d) Mengusap kedua telapak tangan pada wajah
d) Menggunakan debu kering yang suci dan e) Menepukkan kedua telapak tangan pada debu untuk
mensucikan kedua kalinya
3. Rukun Tayamum f) Menipiskan debu dengan cara ditiup atau dikibaskan
a) Memindah debu g) Mengangkat kedua telapak tangan untuk mengusap
b) Niat debu pada tangan kanan
ِ‫صالَةِ ِا‬
‫ّلِل تَ َع َال‬ ‫اح ِة ال ا‬ ِ ِ
َ َ‫ت التايَ ُّم َم ال ْستب‬
ُ ْ‫نَ َوي‬
h) Mengusap tangan kiri dengan teknis yang sama
i) Berdoa seperti doa setelah wudlu
G. LARANGAN ORANG YANG SEDANG BERHADAST
1. Hadas Kecil
a) Sholat
b) Thawaf
c) Memegang mushaf
d) Membawa mushaf
2. Hadas Besar
a) Sholat
b) Thawaf
c) Memegang dan membawa mushaf
d) Membaca al quran
e) Berdiam diri di masjid
f) Puasa
BAB II
SHOLAT

A. SHOLAT FARDLU 3. Syarat Wajib


1. Pengertian a) Islam
Secara bahasa, sholat bermakna doa. Sedangkan b) Baligh
menurut istilah, sholat adalah suatu ucapan dan perbuatan c) Berakal
tertentu, yang diawali dengan takbiratul ihram, dan ditutup 4. Syarat Sah Melaksanakan Sholat
dengan salam dengan syarat-syarat tertentu. a) Suci dari hadats kecil dan besar
2. Waktu Sholat Fardhu b) Sucinya badan, pakaian, dan tempat sholat dari najis.
a) Sholat Dhuhur. c) Menutup aurat
Waktunya dimulai saat tergelincirnya d) Mengetahui masuknya waktu sholat
matahari dari posisi pertengahan sampai bayang- e) Menghadap qiblat
bayang benda sama dengan benda tersebut 5. Rukun-Rukun Sholat
b) Sholat Ashar. Dalam sholat terdapat 17 rukun, diantaranya :
Waktunya dimulai setelah berakhirnya waktu a) Niat
dhuhur. Yakni ketika bayang-bayang benda melebihi - Niat sholat Shubuh
tinggi benda tersebut َ ‫إِماما) ِلِلِ تَ َع‬/‫(مأْ ُم ْوما‬
‫ال‬ ِ ِ ِ ِ ْ َ‫الصْبح رَكعت‬
َ ‫ْي ُم ْستَ ْقب َل الْقْب لَة أ ََداء‬ َ ُّ ‫ض‬
ِ ‫أ‬
َ ‫ُصلِّى فَ ْر‬
َ
c) Sholat Maghrib.
- Niat sholat Dhuhur
Waktunya dimulai saat terbenamnya matahari
sampai hilangnya mega merah. َ ‫إِماما) ِلِلِ تَ َع‬/‫(مأْ ُم ْوما‬
‫ال‬ ِ ِ ِ ٍ
َ ‫ض الظُّ ْه ِر أ َْربَ َع َرَكعاَت ُم ْستَ ْقب َل الْقْب لَة أ ََداء‬
ِ ‫أ‬
َ ‫ُصلِّى فَ ْر‬
َ
d) Sholat Isya’. - Niat sholat Ashar
Waktunya dimulai saat hilangnya mega merah َ ‫إِماما) ِلِلِ تَ َع‬/‫(مأْ ُم ْوما‬
‫ال‬ ِ ِ ِ ٍ
َ ‫ص ِرأ َْربَ َع َرَكعاَت ُم ْستَ ْقب َل الْقْب لَة أ ََداء‬
ْ ‫الع‬
َ ‫ض‬
ِ ‫أ‬
َ ‫ُصلِّى فَ ْر‬
َ
sampai terbitnya fajar shodiq.
- Niat sholat Magrib
e) Sholat Shubuh.
َ ‫إِماما) ِلِلِ تَ َع‬/‫(مأْ ُم ْوما‬
‫ال‬ ِ ِ ِ ٍ
َ ‫ث َرَكعاَت ُم ْستَ ْقب َل الْقْب لَة أ ََداء‬
ِ ‫ض املغْ ِر‬
َ َ‫ب ثَال‬ ‫أُصلِِّى فَر‬
َ َ ْ َ
Waktunya dimulai saat munculnya fajar
shodiq sampai terbitnya matahari. - Niat sholat Isya’
َ ‫إِماما) ِلِلِ تَ َع‬/‫(مأْ ُم ْوما‬
‫ال‬ ِ ِ ِ ٍ ِ ‫أُصلِِّى فَر‬
َ ‫ض الع َشاء أ َْربَ َع َرَكعاَت ُم ْستَ ْقب َل الْقْب لَة أ ََداء‬
َ ْ َ
‫‪b) Berdiri bagi yang mampu‬‬ ‫‪6. Sunnah-Sunnah Sholat‬‬
‫‪c) Takbirotul ihrom‬‬ ‫‪Kesunnahan dalam sholat diklasifikasikan menjadi‬‬
‫اَ هِّلِلُ أَ ْك َْب‬ ‫‪2 bagian, yaitu :‬‬
‫‪a) Sunnah Ab’adh.‬‬
‫)‪d‬‬ ‫‪Membaca surat al-Fatihah.‬‬
‫‪1. Tasyahud Awal‬‬
‫)‪e‬‬ ‫’‪Ruku‬‬
‫)‪f‬‬ ‫’‪Tuma’ninahnya ruku‬‬
‫)‪g‬‬ ‫)’‪I’tidal (Berdiri setelah ruku‬‬ ‫الس َال ُم َعلَْيك أَيُّ َها النِ ُّ‬
‫َِّب َوَر ْحَةُ‬ ‫ات َِّلِلِ َّ‬
‫ات الطَّيِِّبَ ُ‬
‫الصلَ َو ُ‬
‫ات َّ‬ ‫ات الْ ُمبَ َارَك ُ‬
‫ِ‬
‫التَّحيَّ ُ‬
‫ْي‪ ,‬أَ ْش َه ُد أَ ْن ََل إلَهَ َّإَل‬ ‫الِلِ َّ ِِ‬ ‫الس َال ُم َعلَْي نَا َو َعلَى عِبَ ِاد َّ‬
‫الِلِ َوبََرَكاتُهُ َّ‬
‫)‪h‬‬ ‫‪Thuma’ninahnya I’tidal‬‬
‫الصاِل َ‬ ‫َّ‬
‫)‪i‬‬ ‫‪Sujud‬‬
‫)‪j‬‬ ‫‪Tuma’ninahnya sujud‬‬ ‫ص ِِّل َعلَى َسيِِّ ِد ََن ُُمَ َّم ٍد‬ ‫َن ُُم َّمدا رس ُ ِ‬
‫ول هللا‪ ,‬اللَّ ُه َّم َ‬ ‫الِلُ َوأَ ْش َه ُد أ َّ َ َ ُ‬ ‫َّ‬
‫)‪k‬‬ ‫‪Duduk diantara dua sujud‬‬ ‫‪2. Doa Qunut‬‬
‫)‪l‬‬ ‫‪Tuma’ninahnya duduk diantara dua sujud‬‬
‫ت َوََب ِرْك‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫اَللِّه َّم اِ ِدِ ِ‬
‫ت َوتَ َولَِّ ِْن فْي َم ْن تَ َولَّْي َ‬
‫ت َو َعاف ِِن فْي َم ْن َعافَ ْي َ‬
‫‪Duduk terakhir sebelum salam.‬‬
‫ِن فْي َم ْن َِ َديْ َ‬
‫)‪m‬‬
‫‪n) Membaca tasyahud akhir‬‬
‫ُ ْ ْ‬
‫ضى وَلَ ي ْقضى علَيك واِ‬ ‫ِل فِيما اَ ْعطَيت وقِِِن َشَّرما قَضيت فَاِ ن َ ِ‬
‫‪o) Membaca shalawat Nabi Muhammad SAW saat‬‬ ‫َّك تَ ْق ْ َ ُ َ َ ْ َ َ‬ ‫ْ َ َ ْ َ َْ َ‬ ‫ْ َْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫نَّهُ َلَ يَذ ُّل َم ْن َوالَْي َ‬
‫‪tasyahud akhir‬‬ ‫ك‬‫ت فَلَ َ‬ ‫ت َربَّنَا َوتَ َعالَْي َ‬ ‫ت تَبَ َارْك َ‬ ‫ت َوَلَ يَعُّز َم ْن َع َاديْ َ‬
‫صلَّى هللاُ َعلَى َسيِِّ َد ََن‬ ‫اِلمد علَى ما قضيت واست غ ِفرَك وات و ِ‬
‫َِّب َوَر ْحَةُ‬ ‫ات َِّلِلِ ‪َّ .‬‬
‫الس َال ُم َعلَْيك أَيُّ َها النِ ُّ‬ ‫ات الطَّيِِّبَ ُ‬‫الصلَ َو ُ‬
‫ات َّ‬ ‫ات الْ ُمبَ َارَك ُ‬
‫ِ‬
‫التَّحيَّ ُ‬ ‫ك َو َ‬ ‫ب الَْي َ‬ ‫َْ ْ ُ َ َ َ َ ْ َ ََ ْ َ ْ ُ ََُ ْ ُ‬
‫ص ْحبِ ِه َو َسلَّ َم‬ ‫ِِ‬ ‫ُُم َّم ٍد النِ ِ ِ‬
‫ْي‪ ,‬أَ ْش َه ُد أَ ْن ََل إلَهَ َّإَل َّ‬ ‫الِلِ َّ ِِ‬ ‫الس َال ُم َعلَْي نَا َو َعلَى ِعبَ ِاد َّ‬
‫الِلِ َوبََرَكاتُهُ ‪َّ .‬‬ ‫َِّب اَْلُِّم ِِّي َو َعلَى آله َو َ‬
‫ِّ‬ ‫َ‬
‫الِلُ‬ ‫الصاِل َ‬ ‫َّ‬
‫‪b) Sunnah Hai’at.‬‬
‫ص ِِّل َعلَى َسيِِّ ِد ََن ُُمَ َّم ٍد ‪َ .‬و َعلَى ِآل َسيِِّ ِد‬ ‫َن ُُم َّمدا رس ُ ِ‬
‫ول هللا‪ ,‬اللَّ ُه َّم َ‬ ‫َوأَ ْش َه ُد أ َّ َ َ ُ‬ ‫‪ Mengangkat tangan ketika takbir, ruku’ dan‬‬
‫ت َع هلى َسيِِّ ِد ََن إِبْ َر ِاِ َيم ‪َ .‬و َع هلى ِآل َسيِِّ ِد ََن إِبْ َر ِاِ َيم‪َ ،‬و‬ ‫صلَّْي َ‬
‫ٍ‬
‫ََن ُُمَ َّمد‪َ ،‬ك َما َ‬ ‫‪bangun dari ruku’.‬‬
‫‪ Meletakkan telapak tangan kanan diatas tangan kiri‬‬
‫ت َع هلى َسيِِّ ِد ََن‬ ‫ٍ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬
‫ََب ِرْك َع هلى َسيِِّد ََن ُُمَ َّمد ‪َ .‬و َعلَى آل َسيِِّد ََن ُُمَ َّمد ‪َ .‬ك َما ََب َرْك َ‬ ‫‪diatas pusar dibawah dada.‬‬
‫حيد َِميد‬ ‫َّك َِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫ْي إِن َ‬
‫إِبْ َراِ َيم ‪َ ،‬و َع هلى آل َسيِِّد ََن إِبْ َراِ َيم‪ِِ ،‬ف الْ َعالَم ْ َ‬ ‫‪ Membaca doa iftitah.‬‬

‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫اَهلل أَ ْكب َكبِْيا و ْ ِ ِ‬


‫‪p) Salam pertama‬‬
‫ت‬‫اِلَ ْم ُدِ هلل َكث ْْيا َو ُسْب َحا َن هللا بُكَْرة َوأَصْيال‪ .‬إِِِِّّن َو ََّّ ْه ُ‬ ‫ُ َُ ْ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ات واْألَر ِ‬ ‫وَّ ِهي لِلَّ ِذي فَطَر َّ ِ‬
‫‪q) Tertib.‬‬ ‫ض َحنْي فا ُم ْسلما َوَما أ َََن م َن الْ ُم ْش ِرك ْ َ‬
‫ْي‪.‬‬ ‫الس َم َاو َ ْ َ‬ ‫َْ َ ْ َ‬
ِ ِ ِ ِ ِ ََ‫إِ َّن صالَِِت ونُس ِكي وَُْمياي وَم‬
َ ‫ك لَهُ َوبِذل‬
‫ك‬ َ ْ‫ َلَ َش ِري‬.‫ْي‬
َ ْ ‫ب الْ َعالَم‬
ِّ ‫اِتِ هلل َر‬
ْ ََ َ َ ْ ُ َْ َ
 Salam yang kedua.
‫ْي‬ ِِ ِ ِ
َ ْ ‫ت َوأ َََن م َن الْ ُم ْسلم‬
ُ ‫أُم ْر‬ 7. Hal-Hal Yang Membatalkan Sholat
 Membaca ta’awwudz. a) Berbicara dengan sengaja baik memahamkan atau
 Membaca secara jahr (keras) atau Sirr (lirih) tidak.
pada tempatnya. b) Melakukan gerakan yang banyak (menurut ‘urf)
 Membaca aamiin setelah Al fatihah. selain gerakan sholat secara berturut-turut.
 Membaca surat setelah Al fatihah (bagi imam c) Datangnya hadats (kecil/besar) sebelum salam
jamaah atau orang sholat sendiri ) pertama
 Membaca takbir kecuali saat bangun dari ruku’. d) Terkena najis yang tidak di ma’fu
 َِ ‫ ََِسع هللا لِمن‬Ketika I’tidal
Membaca ُ‫ح َده‬ e) Terbukanya aurat.
َْ ُ َ
f) Merubah niat
 Membaca doa
g) Merubah arah qiblat
‫ت ِم ْن‬ ِ ِ ِ ‫ات وِملء ْاألَر‬ ِ َّ ‫اِلم ُد ِملء‬
َ ‫ض َوم ْلءُ َما شْئ‬ ْ ُ ْ َ ‫الس َم َو‬ ُ ْ ْ َْ ‫ك‬
َ َ‫َربَّنَا ل‬ h) Makan dan minum
ketika I’tidal . ‫شي ٍءبَ ْع ُد‬ i) Tertawa sampai mengeluarkan suara dua huruf atau
َْ lebih, baik memahamkan atau tidak, atau satu huruf
Membaca (ِ‫ِب الْ َع ِظْي ِم َوِِبَ ْم ِده‬
 َِِّ‫ ) ُسْب َحا َن َر‬ketika ruku’ namun yang bisa dipahami.
(ِ‫ِب األ َْعلَى َوِِبَ ْم ِده‬
َِِّ‫)سْب َحا َن َر‬
ُ ketika sujud dan ‫رب ا ْغفِرلي‬
j) Murtad
8. Waktu-Waktu Yang Dimakruhkan Melaksanakan
‫عنِِّى‬
َ ‫ْف‬ َ ‫ار ُز ْقنِى َوا ْه ِدنِى َو‬
ُ ‫عافِنِى َواع‬ ْ ‫ارفَ ْعنِي َو‬
ْ ‫ار َح ْمنِى واجبرني َو‬
ْ ‫َو‬ Sholat
(ketika duduk di antara dua sujud)
Terdapat waktu-waktu yang dimakruhkan
 Menaruh kedua tangan diatas kedua paha saat
melaksanakan sholat, kecuali sholat karena adanya sebab,
posisi duduk.
baik yang sebabnya telah mendahului seperti sholat qodlo’
 Duduk iftirosy
atau yang sebabnya bersamaan seperti sholat istisqo’ dan
sholat gerhana. Jadi, kemakruhan ini hanya berlaku pada
shalat sunnah muthlaq atau sholat yang tidak ditentukan
waktunya dan sholat yang tidak mempunyai sebab.
Waktu-waktu tersebut adalah :
 Duduk tawarruk ketika tasyahud akhir a) Setelah sholat subuh sampai terbit matahari.
b) Saat terbitnya matahari sampai sempurna, kira-kira
setinggi tombak.
c) Ketika matahari tepat berada ditengah (Istiwa’) 1. Hal-Hal Yang Dimakruhkan Dalam Berjamaah
hingga condong (zawal) a) Bermakmum pada orang yang fasiq, ahli bid’ah,
d) Sesudah sholat ashar sampai terbenam matahari. orang yang mempunyai penyakit ragu-ragu.
e) Ketika hampir terbenamnya matahari sampai b) Makmum menyendiri dari barisan sholat makmum
sempurna terbenamnya. lainnya yang sejenis, sedangkan di situ ada tempat
longgar dalam barisan sholat tersebut.
B. SHOLAT JAMA’AH c) Membuat barisan sholat sebelum barisan di depannya
Sholat jamaah adalah sholat yang dilakukan oleh sempurna.
setidaknya 2 orang (imam dan ma’mum). Dalam sholat d) Tidak mengikuti aturan urutan shaf
maktubah, sholat jamaah dihukumi Sunnah Mu’akkad. e) Bergerak membarengi imam.
Syarat sahnya bermakmum dalam sholat jamaah : f) Mendahului gerakan imam.
a) Niat bermakmum pada imam g) Tertinggal dari imam sampai satu rukun.
b) Tidak bertempat lebih depan dari imam 2. Syarat Menjadi Imam
c) Mengetahui gerakannya imam a) Mengetahui syarat, rukun serta perkara yang
d) Berkumpulnya imam dan makmum pada satu tempat. membatalkan sholat.
e) Kesesuaian dengan imam dalam mengerjakan atau b) Fasih.
meninggalkan kesunnahan c) Paling luas wawasan agamanya.
f) Tidak tertinggal 2 rukun fi’li dari imam dengan sengaja d) Berakal sehat.
dan tanpa udzur sedangkan ia tahu akan keharamannya e) Baligh.
sekalipun hanya 2 rukun pendek. Namun, bila f) Berdiri pada posisi paling depan.
tertinggalnya sebab ada udzur maka sholatnya tidak batal g) Seorang laki-laki.
selama belum tertinggal 3 rukun Panjang. h) Tidak sedang bermakmum kepada orang lain
g) Harus sesuai dengan imam dalam semua gerakan sholat. 3. Macam – macam Ma’mum
Makmum masbuq adalah makmum yang tidak
*Catatan : yang termasuk rukun fi’li pendek adalah mempunyai waktu yang cukup untuk membaca surat al-
I’tidal dan duduk diatara dua sujud. Fatihah (dengan ukuran bacaan yang sedang) ketika imam
berdiri.
Makmum muwafiq adalah makmum yang  2 rakaat setelah isya di tambah 1 rakaat sholat witir.
mempunyai waktu yang cukup untuk membaca surat al-
Fatihah (dengan ukuran bacaan yang sedang) ketika e) Sholat Tahajjud
imam berdiri. َ ‫ْي هللِ تَ َع‬
‫ال‬ ِ ْ َ‫َّه ُّج ِد رْك َعت‬ ِ ُ‫ا‬
َ َ ‫صلِّى ُسنَّة الت‬
َ
C. SHOLAT SUNNAH
a) Sholat Ied
f) Sholat Dhuha
- Idul Fitri
َ ‫ْي هللِ تَ َع‬
‫ال‬ ِ ْ َ‫َّحى رْك َعت‬ ِ ُ‫ا‬
َ ‫صلِّى ُسنَّة الض ه‬
َ ‫إِماما)هللِ تَ َع‬/‫(مأْ ُم ْوما‬
‫ال‬ َ ‫ْي‬ َ
ِ ‫اُصلِِّى سنَّة لِعِي ِد‬
ِ ْ َ‫الفطْ ِر رْك َعت‬ ْ ُ َ َ

g) Sholat Tarawih di bulan ramadlan


- Idul Adha
َ ‫إِماما)هللِ تَ َع‬/‫(مأْ ُم ْوما‬
‫ال‬ ِ ِ ِ ِ ْ َ‫الَّتا ِويْح رْك َعت‬
َ ‫ْي ُم ْستَ ْقب َل الْقْب لَة أ ََداء‬
ِ ُ‫ا‬
َ َ ََّ ‫صلِّى ُسنَّة‬
َ ‫إِماما)هللِ تَ َع‬/‫(مأْ ُم ْوما‬
‫ال‬ ِ ْ َ‫َض َحى رْك َعت‬
َ ‫ْي‬
ِ ِِ ِ ُ‫ا‬
َ ْ ‫صلِّى ُسنَّة لعْيد اْأل‬
َ
َ

h) Sholat Tasbih
b) Sholat gerhana matahari dan gerhana rembulan
- Gerhana Matahari َ ‫إِماما)هللِ تَ َع‬/‫(مأْ ُم ْوما‬
‫ال‬ ِ ِ ِ ِ ْ َ‫صلِِّى ُسنَّة التَسبِْي ِح رْك َعت‬
َ ‫ْي ُم ْستَ ْقب َل الْقْب لَة أ ََداء‬ َ ْ َ ُ‫ا‬
َ ‫إِماما)هللِ تَ َع‬/‫(مأْ ُم ْوما‬
‫ال‬ ِ ْ َ‫س رْك َعت‬
َ ‫ْي‬ َ ‫َّم‬
ِ ‫اُصلِِّى سنَّة لِ ُكسو‬
ِ ْ ‫ف الش‬ ُْ ُ َ
D. SHOLAT HARI RAYA
Allah menjadikan dua hari raya untuk orang-orang
- Gerhana Bulan
mukmin dalam setahun yang kedua-duanya dirayakan setelah
َ ‫إِماما)هللِ تَ َع‬/‫(مأْ ُم ْوما‬
‫ال‬ َ ‫ْي‬ َ َ
ِ ‫اُصلِِّى سنَّة ِلسو‬
ِ ْ َ‫ف الْ َقم ِر رْك َعت‬
ُْ ُ ُ َ sempurna menjalankan ibadah. Hari raya Idul Adha setelah
sempurna menjalan ibadah haji dan hari raya Idul Fitri setelah
c) Sholat Istisqo’ sempurna menjalankan ibadah puasa ramadhan. Hari jum’at
َ ‫إِماما)هللِ تَ َع‬/‫(مأْ ُم ْوما‬
‫ال‬ ِ ْ َ‫صلِِّى ُسنَّة ا ِإل ْستِس َق ِاءرْك َعت‬
َ ‫ْي‬ َ ُ‫ا‬
juga termasuk hari raya walaupun hanya hari raya mingguan.
َ ْ Sedangkan hari rayanya orang-orang mukmin di dalam surga
d) Sholat Rowatib
adalah waktu mereka bertemu dengan Allah SWT, dan bagi
 2 rakaat sebelum subuh.
mereka tidak ada yang lebih menyenangkan daripada itu.
 4 rakaat sebelum dhuhur.
1. Hukum Sholat Hari Raya
 2 rakaat sesudah dhuhur.
Melakukan sholat Hari Raya, yakni idul fitri dan
 4 rakaat sebelum ashar.
Idul Adha hukumnya sunnah muakkad, dan makruh
 2 rakaat setelah maghrib.
meninggalkannya. Tapi ada yang berpendapat fardhu c) Membaca takbir sebanyak 7x, di sela-sela takbir
kifayah, memandang bahwa sholat ied adalah bagian dari membaca:
syi’ar Islam. ‫سبحان هللا والحمد هللا وآلإله إال هللا وهللا أكبر‬
Sholat Ied dalam menjalankannya baik secara d) Membaca ta’awudz.
berjama’ah atau sendirian, mukmin atau musafir, orang e) Membaca surat al-Fatihah.
merdeka atau hamba sahaya, laki-laki atau perempuan f) Membaca surat Qof, atau al-A’la, atau surat al-Kafirun,
(yang tidak cantik dan yang tidak banyak bertingkah atau yang lainnya dengan suara yang keras.
bergaya, kemayu). Berbeda dengan perempuan yang sudah g) Selanjutnya seperti halnya sholat pada umumnya.
tua dan mendapatkan izin dari suaminya. Roka’at kedua:
2. Waktu Sholat Hari Raya a) Membaca takbir 5x.
Waktu mengerjaka sholat hari raya ialah setelah b) Membaca ta’awudz.
matahari terbit sampai zawal (dhuhur). Namun c) Membaca surat al-Fatihah.
mengerjakan sholat saat matahari baru terbit sebagian, hal d) Membaca surat al-Qomar, atau al-Ghosiyah, atau surat
ini juga sah. Akan tetapi yang lebih baik sholat diakhirkan al-Ikhlas, atau yang lainnya dengan suara yang keras.
sampai naiknya matahari. e) Selanjutya sepertih halnya sholat pada umumnya.
Bagi makmum disunahkan berangkat pagi-pagi
dan mencari tempat untuk mendirikan sholat, berbeda E. SHOLAT JUM’AT
dengan imam. Adapun bagi imam disunahkan berangkat 1. Hukum Sholat Jum’at
ke masjid ketika akan didirikannya sholat. Sholat Jum’at adalah sholat yang paling utama
3. Cara Mendirikan Sholat Hari Raya dibandingkan dengan sholat-sholat yang lain. Sholat jum’at
Roka’at pertama: hukumnya fardhu ‘ain bagi orang yang sudah memenuhi
a) Takbirotul ihrom dengan niat sholat hari raya, seperti: syarat-syaratnya.
 Sholat Idul Fitri: 2. Syarat Wajib Sholat Jum’at
َ ‫إِ َماما) ِهِّلِلِ تَ َع‬/‫(مأْ ُم ْوما‬
‫ال‬ ِ ْ َ‫ُصلِِّي ُسنَّة لعِْي ِد اْ ِلفطْ ِر رْك َعت‬
َ ‫ْي‬ َ َ‫أ‬ a) Islam.
b) Laki-laki
 Sholat Idul Adha:
c) Baligh.
َ ‫إِ َماما) ِهِّلِلِ تَ َع‬/‫(مأْ ُم ْوما‬
‫ال‬ ِ ْ َ‫َض َحى رْك َعت‬
َ ‫ْي‬
ِِ
َ ْ ‫ُسنَّة لعْيد اْأل‬ ‫ُصلِِّ ْي‬
َ‫أ‬ d) Berakal.
b) Membaca doa iftitah e) Merdeka (buka hamba sahaya).
f) Menetap (mustauthim).
g) Tidak ada udzur.
Sholat Jum’at wajib bagi orang-orang berikut ini: kecil yang sudah tamyiz, hamba sahaya, wanita, banci,
akan tetapi mereka tidak boleh mendirikan sholat jum’at dan musafir.
tersendiri (tidak bisa mengesahkan sholat jum’at), di f) Orang yang tidak wajib mendirikan sholat jum’at,
antaranya ialah: sholatnya sah dan mengesahkan, yaitu orang sakityang
a) Orang yang bermukim di tempat didirikannya sholat mustauthin dan orang yang mendapat kemurahan
jum’at, akan tetapi tidak menetap (mustauthin). meninggalkan jama’ah (ma’dzur).
b) Orang yang mukim di tempat yang penduduknya tidak 3. Syarat Sahnya Sholat Jum’at
mencapai 40 orang dan bisa mendengar suara adzan Selain syarat-syarat sebagaimana sholat fardhu
jum’at dari desa tetangga. ang lainnya, sholat jum’at mempunyai enam syarat yang
Dari ketentuan di atas, orang dinisbatkan kepada lain, yaitu:
sholat jum’at menjadi enam bagian, diantaranya: a) Didirikan secara berjama’ah pada rokaat pertama.
a) Orang yang wajib mendirikan sholat jum’at, sholatnya b) Didirikan oleh 40 orang (termasuk imam) yang bisa
sah dan bisa mengesahkan, yaitu orang-orang yang mengesahkan sholat jum’at. Oleh karena itu apabila
memenuhi syarat-syarat di atas. imam berjam’ah bersama 40 orang (jadi jumlahnya 41),
b) Orang yang wajib mendirikan sholat jum’at, sholatnya pada roka’at kedua imam batal atau makmum
sah akan tetapi tidak bisa mengesahkan, yaitu orang yang mufaroqoh kemudian makmum meneruskan sholat
mukim yang tidak menetap (mustauthin) dan orang yang sendiri-sendiri, maka sholatnya tetap sah dengan syarat
bisa mendengar adzan jum’at, tetapi dia tidak bertempat jumlah musholli yang sholat sampai selesai tidak
di desa yang dikumandangkan adzan tersebut. kurang dari 40 orang.
c) Orang yang wajib mendirikan sholat jum’at, sholatnya c) Didirikan di dalam balad, yakni yang dimaksud balad
tidak sah dan tidak bisa mengesahkan, yaitu orang-orang adalah bangunan-bangunan tempat menetapnya orang-
yang murtad. orang mendirikan sholat jum’at, baik desa maupun
d) Orang yang tidak wajib mendirikan sholat jum’at, kota.
sholatnya tidak sah dan tidak bisa mengesahkan, yaitu d) Didirikan di waktu dhuhur (beserta dengan dua
orang kafir asli, anak yang belum tamyiz, orang gila, khutbahnya).
orang yang ayan (mughma alaih) dan orang yang mabuk e) Sholat didirikan setelah dua khutbah.
dengan sengaja. f) Tidak didahului atau bersamaan dengan takbiratul
e) Orang yang tidak wajib mendirikan sholat jum’at, ihrom-nya imam sholat jum’at yang lain di tempat
sholatnya sah tetapi tidak bisa mengesahkan , yaitu anak balad tersebut (dalam satu balad ada dua sholat jum’at
atau lebih).
.
F. MACAM-MACAM SUJUD 3. Sujud Syukur
1. Sujud Sahwi Sujud syukur adalah sujud yang dilaksanakan
Sujud sahwi adalah sujud yang dilakukan karena ketika mendapat suatu kenikmatan, sembuh dari sakit atau
meninggalkan sunnah ab'ad baik karena lupa maupun terhindar dari malapetaka atau musibah.
disengaja, seperti meninggalkan tasyahud awal, qunut Kaifiyah :
sholat subuh, membaca sholawat setelah tasyahud awal  Memenuhi syarat sebagai berikut:
dll. Serta ragu terhadap raka'at sholat. Caranya dengan a) Menutup aurat
cara melakukan sujud dua kali sesudah membaca tahiyat b) Menghadap kiblat
akhir. c) Suci tempatnya
Bacaan sujud sahwi: d) Tidak harus suci dari hadas, akan tetapi lebih
3x ُ َ‫ُس ْب َحا َن َم ْن اال يَن‬
‫ام َوَال يَ ْس ُه ْو‬ utama suci
 Membaca takbir dan secara langsung melakukan
2. Sujud Tilawah
sujud satu kali
Sujud tilawah adalah sujud yang dilakukan ketika
 Tidak pada keadaan mengerjakan sholat
membaca ayat-ayat sajdah.
Bacaan sujud syukur :
Kaifiyyah:
Nabi tidak menggariskan apa yang dibaca dalam
a. Apabila membaca ayat sajdah pada waktu sholat
sujud syukur, namun terserah kepada yang melakukan.
maka langsung sujud kemudian berdiri lagi
Contoh:
meneruskan ayat berikutnya.
a) Membaca
b. Apabila tidak pada waktu sholat maka setelah
membaca ayat-ayat sajdah kemudian niat sujud x۳ ِ‫ّب ْاْلَ ْعلَى َوِِبَ ْم ِده‬
َ ِ‫ُس ْب َحا َن َر‬
tilawah (dalam hati) dan langsung sujud diiringi b) Atau ditambah:
bacaan takbir. Setelah sujud duduk kembali dan ‫ت َعلَ اي‬ ِ‫ا ْْلم ُد ِا‬
َ ‫ّلِل الا ِذي فَطََر َما َس َج ْدتُهُ َس ْج َدةً أَنْ َع ْم‬ َْ
diakhiri dengan salam.
c) Ada keterangan lain seperti bacaan sujud tilawah
Bacaan sujud tilawah:
Setelah sujud tanpa salam kemudian
mengucap Alhamdulillah atas kenikmatan yang
‫ص َرهُ ِِبَ ْولِ ِه َوقُ اوتِِه‬ ِِ
َ ‫َس َج َد َو ْج ِه َي للاذي َخلَ َقهُ َو‬
َ َ‫ص اوَرهُ َو َش اق َسَْ َعهُ َوب‬ diterima atau kesembuhan penyakitnya atau
ِ ِ ْ ‫اّلِل أَحسن‬
‫ي‬َْ ‫اْلَالق‬ َ َ ْ ُ‫فَ تَ بَ َار َك ا‬
terhindar dari malapetaka.
G. SHOLAT JAMA’ DAN QOSHOR  Adanya udzur yang membolehkan sholat jama’
1. Sholat Jama’ seperti Bepergian (safar).
a) Pengertian Sholat Jama’  Kedua sholat yakin dilakukan pada waktu sholat
Sholat Jama’ adalah mengumpulkan dua pertama, sehingga kalau pelaksanaan sholat yang
sholat fardhu untuk didirikan dalam satu waktu. Bila kedua ragu-ragu atau bahkan yakin telah keluar
dikerjakan dalam waktu sholat yang pertama disebut dari waktu sholat pertama. Maka hukum sholat dan
jama’ taqdim. Dan apabila dikerjakan pada waktu jama’nya batal.
sholat yang kedua disebut jama’ ta’khir. Sholat yang c) Syarat Jama’ Takhir
bisa dijama’ adalah sholat dhuhur dengan ashar dan  Niat jama’ ta’khir di dalam waktu sholat yang awal
sholat maghrib dengan isya’, baik cara (dhuhur/maghrib). Yaitu mulai masuknya waktu
pelaksanaannya di waktu sholat yang pertama (jama’ sholat yang awal sampai akhir waktu, sekira cukup
taqdim) atau di waktu sholat yang ke dua (jama’ digunakan untuk melakukan sholat yang pertama
ta’khir). Namun dalam hal ini, musafir lebih utama (cukup dua rokaat bila sholat diqoshor dan empat
melakukan sholat sempurna, dibandingkan men- rakaat bila tidak diqoshor).
jama’ sholatnya.  Masih dalam bepergian (safar) hingga kedua sholat
b) Syarat-syarat Jama’ Taqdim selesai. Jadi, apabila musafir bermuqim sebelum
 Berurutan (tertib), yakni memulai dengan sholat kedua sholat selesai, maka sholat yang pertama
yang ada diwaktu pertama, yani melakukan hukumnya qodho’.
sholat dhuhur dahulu sebelum ashar dan maghrib  Dalam jama’ ta’khir tidak disyaratkan tertib,
sebelum isya’. muwalah dan niat sholat yang awal, hanya saja
 Niat jama’ saat melaksanakan sholat yang ketiganya sunnah dilakukan.
pertama yakni antara takbirotul ihram sampai
salam. Akan tetapi meletakkan niat bersamaan
dengan takbirotul ihram itu lebih utama.
 Muwalah, antara sholat yang pertama dan kedua
harus beruntun/tidak boleh berselang lama.
Menurut sebagian ulama, batasan muwalah ialah
waktu di antara dua sholat yang di-jama’ tadi
tidak melebihi waktu untuk digunakan sholat dua
roka’at.
2. Sholat Qoshor bepergian yang mudah seperti dalam rangka
a) Pengertian Sholat Qoshor. berdagang.
Sholat qoshor adalah sholat yang diringkas  Jarak yang ditempuh minimal dua marhalah atau
dari empat roka’at menjadi dua roka’at. Dan Sholat lebih.
yang boleh diqoshor hanyalah sholat yang  Harus sholat ada’ atau faitah (tertinggal) dalam
jumlahnya empat roka’at. perjalanan dan di-qodho’ dalam perjalanan.
b) Jarak Perjalanan  Niat qoshor pada waktu takbiratul ihrom.
Secara terperinci hukum melaksanakan  Tidak bermakmum kepada imam yang
qoshor dibedakan sebagai berikut: mendirikan sholat secara sempurna (tidak meng-
 Jawaz (boleh), Apabila perjalanan sudah qoshor).
mencapai 84 Mil/ 16 Farsakh atau 2 Marhalah/  Perjalanan masih berlangsung dalam semua
80.640 Km (80 kilometer lebih 640m), namun sholatnya (sampai sholat kedua selesai).
belum mencapai 3 Marhalah/ 120.960 Km (120  Mempunyai tujuan yang jelas.
Kilometer lebih 960 meter). Atau bagi mereka  Menjaga dari hal-hal yang menafi’kan niat
yang selalu bepergian di darat mupun laut, baik qoshor.
mempunyai tempat tinggal atau pun tidak.  Bepergiannya karena tujuan yang benar (shohih)
Dalam jarak sekian ini mereka semua sunah/ menurut syara’.
lebih baik tidak melakukan qoshor.  Mengetahui tentang diperbolehkannya meng-
 Lebih baik menggunakan qoshor (jika jarak qoshor sholat.
tempuh mencapai 3 Marhalah atau lebih). 3. Sholat Jama’ dan Qoshor Sebab Sakit.
 Wajib, apabila sholat tidak cukup untuk Rukhshoh (keringanan) sholat tidak hanya
digunakan kecuali dengan cara meringkas diperuntukkan bagi musafir saja, akan tetapi juga bagi
sholat(qoshor). orang yang sakit, sekiranya terjadi masyaqoh (merasa
c) Syarat Sahnya Sholat Qoshor berat), seandainya sholat dilakukan tanpa jama’ qoshor.
Syarat shalat qoshor ada sepuluh, sebagai Hal ini seperti yang disampaikan oleh Imam Nawawi
berikut: dalam kitab Maj’munya, Imam Syuyuti dan didukung oleh
 Perjalanan bukan untuk maksiat, yaitu yang beberapa kalangan ulama.
mencangkup bepergian wajib seperti untuk
membayar hutang, bepergian sunnah seperti
untuk menyambung persaudaraan, atau pun
‫‪4.‬‬ ‫‪Niat sholat Jama’ dan Qoshor‬‬

‫‪ ‬مجع تقدمي‬ ‫‪ ‬مجع أتخري ‪ +‬قصر‬


‫ص ُر َجَْ َع تَ ْق ِد ٍي َِّلِلِ تَ َع َال‬ ‫ِ‬ ‫‪-‬أ ِ‬ ‫صرا َِّلِلِ تَ َع َال‬ ‫ِ‬ ‫‪ -‬أُصلِ‬
‫ض الظُّ ْه ِر َْم ُموعا إِلَْيه َ‬
‫الع ْ‬ ‫ُصلِّي فَ ْر َ‬
‫َ‬ ‫ص ِر َجَْ َع ََتْخ ٍْْيقَ ْ‬
‫الع ْ‬‫ْي َْم ُموعا إِ َل َ‬ ‫ض الظُ ْه ِر رْك َعتَ ْ ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ر‬‫ْ‬ ‫َ‬‫ف‬ ‫ى‬‫ِّ‬ ‫َ‬
‫‪ -‬أُصلِِّي فَرض العص ِر َْمموعا إِ َل الظُّه ِر َجع تَ ْق ِد ٍي َِِّ‬ ‫صرا َِّلِلِ تَ َع َال‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫‪-‬أ ِ‬
‫لِل تَ َع َال‬ ‫ْ َْ َ‬ ‫َ ْ َ َْ ُ‬ ‫ْي َْم ُموعا إِلَْيه الظُّ ْه ُر َجَْ َع ََتْخ ٍْْيقَ ْ‬
‫ص ِر رْك َعتَ ْ ِ‬
‫الع ْ َ‬ ‫ض َ‬ ‫ُصلِّى فَ ْر َ‬
‫َ‬
‫‪ ‬مجع أتخري‬
‫‪ -‬أُصلِِّي فَرض الظُّه ِر َْمموعا إِ َل العص ِر َجع ََتْ ِخ ٍْي َِِّ‬
‫لِل تَ َع َال‬ ‫َ ْ َْ َ ْ‬ ‫َ ْ َ ْ ُ‬
‫ص ِر َْم ُموعا إِلَْي ِه الظُّ ْه ُر َجَْ َع ََتْ ِخ ٍْْي َِّلِلِ تَ َع َال‬ ‫‪-‬أ ِ‬
‫الع ْ‬
‫ض َ‬ ‫ُصلِّي فَ ْر َ‬
‫َ‬
‫‪ ‬قصر‬
‫صرا َِّلِلِ تَ َع َال‬ ‫ض الظُّ ْه ِر رْك َعتَ ْ ِ‬ ‫أُصلِ‬
‫ْي قَ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ر‬ ‫ْ‬ ‫ف‬
‫َ‬ ‫ي‬ ‫ِّ‬ ‫َ‬
‫‪ ‬مجع تقدمي ‪ +‬قصر‬
‫ص ُر َجَْ َع تَ ْق ِد ٍي‬
‫الع ْ‬
‫ِ‬
‫ْي َْم ُموعا إِلَْيه َ‬ ‫ض الظُّ ِه ِر رَك َعتَ ْ ِ‬
‫َ‬ ‫َصلِّي فَ ْر َ‬
‫‪-‬أ ِ‬
‫َ‬
‫صرا َِّلِلِ تَ َع َال‬ ‫قَ ْ‬
‫ْي َْم ُموعا إِ َل الظُّ ْه ُر َجَْ َع تَ ْق ِد ٍي‬ ‫ص ِر رَك َعتَ ْ ِ‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫الع‬
‫َ‬ ‫ض‬
‫َ‬ ‫ر‬‫ْ‬ ‫ف‬
‫َ‬ ‫ي‬ ‫‪ -‬أَصلِ‬
‫ِّ‬ ‫َ‬
‫صرا َِّلِلِ تَ َع َال‬ ‫قَ ْ‬
BAB III
PUASA

1. Pengertian Puasa 3. Syarat Wajib Puasa


Puasa secara bahasa berarti menahan. Sementara a) Islam
menurut istilah adalah menahan diri dari hal-hal yang b) Baligh
membatalkan puasa mulai terbitnya fajar shodiq hingga c) Berakal
terbenamnya matahari disertai niat tertentu. d) Mampu mengerjakan puasa
2. Hukum Puasa 4. Rukun Puasa
a) Wajib, yaitu puasa ramadan, puasa qadla', puasa nadzar, a) Niat dalam hati dengan ketentuan sebagai berikut:
puasa kafarat (seperti puasa dalam ibadah haji dan umrah  Untuk puasa fardu, niat harus dilakukan sebelum
sebagai pengganti menyembelih hewan dam), puasa terbitnya fajar shodiq.
hendak melakukan sholat istisqa' ketika diinstruksikan  Puasa fardu yang melebihi satu hari, pelaksanaan
olah imam (pemerintah). niatnya dilakukan setiap malam.
b) Sunah, seperti puasa hari senin dan kamis.  Mencantumkan status puasa dalam puasa fardu
c) Makruh, yaitu menentukan puasa hanya hari jum'at atau (semisal puasa ramadan, puasa nadzar, dll) dan
sabtu atau ahad saja tanpa disambung dengan hari puasa sunah yang memiliki sebab (tidak puasa sunah
sebelumnya dan puasa yang dilakukan selama bertahun- yang memiliki waktu, semisal puasa senin, kamis,
tahun jika dikhawatirkan dapat membahayakan fisik. dll). Contoh niat puasa ramadan yang sempurna
d) Haram, Puasa dengan hukum haram terbagi menjadi dua: sebagai berikut:
 Tetap sah, yaitu puasanya seorang istri tanpa seizin ِ ِ ‫سن ِة‬
‫ّلِل تَ َع َال‬ ِ ِ ‫ان‬
َ ‫هذه ال ا‬ ِ‫ض‬ ِ ‫ص ْو َم غَ ٍد َع ْن أ ََد ِاء فَ ْر‬
َ ‫ض َش ْه ِر َرَم‬ َ ‫ت‬
ُ ْ‫نَ َوي‬
suaminya, kecuali puasa wajib.
b) Menghindari hal-hal yang membatalkan puasa
 Tidak sah, yaitu puasa Hari Raya Idul Fitri, Idul
Adha, puasa hari tasyriq (tanggal 11, 12, 13
Dzulhijjah) dan puasa pada hari yang masih
diragukan (tanggal 30 Sya'ban ketika ada desas-
desus telah terjadi ru'yah bulan Ramadan).
5. Kesunnahan Puasa
a) Makan sahur. Waktu sahur dimulai pada tengah malam 6. Hal-Hal Yang Membatalkan Puasa
(+ jam 12 malam) sampai sebelum terbit fajar shadiq. a) Masuknya suatu benda melalui lubang yang terbuka ke
Oleh karena itu, orang yang makan atau minum sebelum dalam rongga tubuh seperti perut, otak, bagian dalam
tengah malam, tidak disebut sahur. Sehingga ia tidak tenggorokan, telinga, dua lubang telinga, dua lubang
mendapat kesunahan. kemaluan, dsb
b) Mengakhirkan sahur sampai akhir waktu malam selama b) Murtad
tidak terjadi keraguan atas terbitnya fajar shadiq. c) Haid, nifas dan melahirkan
c) Segera berbuka puasa bila yakin matahari telah d) Gila
terbenam. Saat berbuka, disunahkan berbuka dengan e) Muntah dengan sengaja
buah kurma. Jika tidak ada, berbuka dengan manis- f) Bersetubuh
manisan. Dan bila tidak ada, dengan air putih. g) Mengeluarkan mani dengan sengaja, baik dengan
d) Berdoa ketika berbuka. Do’a yang lebih utama adalah: tangannya sendiri, tangannya istri, menghanyal atau
ِ
‫ب‬َ َِ َ‫ت ذ‬ ُ ‫ك أَفْطَْر‬َ ‫ت َو َعلَى ِرْزق‬ ُ ‫ك َآمْن‬ َ ِ‫ت َوب‬
ُ ‫ص ْم‬ ُ ‫ك‬ َ َ‫الله َّم ل‬
melihat sesuat yang diketahui akan menyebabkakn
ُ keluarnya sperma, atau pertesetubuhan. Semua hal di atas,
ِ
َ ِ‫ك أَن تَ ْغفَر ِِل بَِر ْحَت‬
‫ك‬ ْ ‫وق اللَّ ُه َّم إِِِِّّن أ‬
َ ُ‫َسأَل‬ ُ ‫لت الْعُُر‬ِ َ‫الظُّمأُ واب ت‬ bila dilakukan dan mengeluarkan sperma, maka puasanya
َْ َ batal.
.‫ت ُك ِِّل َشي ٍء‬ ِ
ْ ‫الَِِّت َوس َع‬
7. Udzur-Udzur yang Diperbolehkan Tidak Puasa
ْ a) Sakit. Yakni sakit yang akan bertambah parah jika dia
e) Menjaga mulut dari hal-hal yang tidak bermanfaat, melakukan puasa
terlebih dari hal-hal yang diharamkan. b) Perjalanan jauh yang jaraknya tidak kurang dari 81 km,
f) Memperbanyak amal kebaikan. dengan syarat perjalanan tersebut (bukan perjalanan yang
g) Memperbanyak i'tikaf, terutama pada sepuluh hari diharamkan) secara syar'i, dan dilakukan dalam tempo
terakhir pada bulan ramadan. sehari penuh.
h) Tidak berlebihan saat berbuka puasa. c) Tidak mampu melaksanakan puasa. Seperti orang yang
i) Menghindari perkara-perkara yang syubhat (belum jelas sudah tua renta yang tidak mampu untuk berpuasa, dan
hukum halal haramnya). orang sakit yang tidak bisa diharapkan kesembuhannya. Hal
j) Sholat tarawih dan sholat witir pada malam hari bulan ini karena puasa hanya wajib dilakukan bagi orang yang
Ramadlan. mampu untuk melaksanakannya saja.
8. Seputar Qadla' Puasa dan Membayar Fidyah Bagi Orang
yang Meninggalkan Puasa
a) Wajib qadla' dan membayar fidyah.
 Orang hamil atau menyusui yang khawatir akan
timbul dampak negatif terhadap janinnya atau
khawatir air susunya akan berkurang,
 Orang yang mengakhirkan qadla' puasa tanpa ada
udzur hingga datang ramadan berikutnya.
b) Wajib qadla' tanpa membayar fidyah
 Orang sakit yang bisa diharapkan kesembuhannya.
 Orang bepergian yang telah mencapai jarak tempuh
diperbolehkan mengqashar sholat.
 Orang yang tidak niat puasa di malam hari, baik
disengaja atau tidak.
 Orang yang haid atau nifas.
 Orang hamil atau menyusui yang khawatir terhadap
keselamatan diri dan janinnya atau anak yang
disusuinya.
 Orang yang sengaja meninggalkan puasa Ramadan
dengan tanpa sebab.
c) Wajib membayar fidyah tanpa qadla' puasa.
 Orang yang sudah terlalu tua dan tidak kuat puasa.
 Orang sakit yang tidak bisa diharapkan
kesembuhannya
BAB IV
ZAKAT

Zakat menurut bahasa adalah “membersihkan” dan h. Ibnu Sabil (Orang yang sedang dalam perjalanan
“berkembang”. Sedangkan menurut istilah adalah sesuatu yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam
dikeluarkan dari harta (zakat maal) atau badan (zakat fitrah) perjalanannya)
dengan ketentuan yang ada. 2. Rukun Zakat Fitrah
A. Zakat Fitrah a) Niat
1. Pengertian - Niat untuk diri sendiri

ْ ْ‫نَوَْيتُ أَﻥْ أُخْ ِرﺝَ ﺯَكَاﺓَ ﺍْلفِطْرِ عَنْ َنف‬


‫سي فَرْضا ِللهِ َتعَالَى‬
Zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan kepada
setiap muslim sebagai santunan kepada orang-orang
miskin, tanda berakhirnya bulan Ramadhan sebagai - Niat untuk diri sendiri dan keluarga
ِ
‫ِّن‬ ِ
pembersih dari hal- hal yang mengotori puasa. Kewajiban
ْ ُ‫ِّن َﻭعَنْ ََّمِيْعِ مَا تَ ْلَزم‬
ِّْ َ‫نَوَْيتُ َﺃﻥْ ﺃُخْ ِرﺝَ ﺯَكَاﺓَ ﺍْلفِطْ ِرع‬
membayar zakat fitrah bersamaan dengan disyariatkan
puasa Ramadhan, yaitu pada tahun kedua Hijriah. ‫َن َفقَاتُهُ ْم شَرْعا فَرْضا ِللهِ َتعَالَى‬
Kewajiban membayar zakat fitrah dibebankan - Niat perwakilan
kepada setiap orang islam, baligh atau belum, kaya atau
tidak, dengan ketentuan bahwa ia masih hidup saat
‫) فَرْضا ِللهِ َتعَالَى‬.....( ْ‫نَوَْيتُ َﺃﻥْ ﺃُخْ ِرﺝَ ﺯَكَاﺓَ ﺍْلفِطْرِ عَن‬
terbenamnya matahari pada hari terakhir bulan ramadhan b) Muzakki (Orang yang berzakat)
dan memiliki kelebihan dari kebutuhan pokoknya dan c) Mustahiq (Orang yang menerima zakat)
keluarganya sampai hari raya. d) Barang yang dizakatkan
Terdapat delapan golongan yang berhak 3. Ketentuan Zakat Fitrah
menerima zakat (mustahiq): a) Besarnya zakat Fitrah adalah 1 sha’ dari makanan
a. Fakir pokok daerah tersebut.
b. Miskin Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bin
c. ‘Amil (panitia zakat yang ditunjuk oleh pemerintah) Hanbal berpendapat bahwa satu sha’ setara dengan
d. Mu’allaf 2176 gram atau 2,2 kilogram.
e. Riqab (budak mukattab)
f. Gharim Catatan : Perlu diketahui bahwa sha’ merupakan
g. Sabilillah (Orang yang berjuang di jalan Allah) ukuran takaran, bukan timbangan. Maka ukuran ini sulit
untuk dikonversi ke dalam ukuran berat, sebab nilai berat e) Orang yang nafkahnya menjadi tanggung jawab
satu sha’ itu berbeda-beda, tergantung berat jenis benda Muzakki (orang yang menunaikan zakat)
yang ditakar. Sebagai bentuk kehati-hatian, para ulama B. ZAKAT MAL (HARTA)
menyarankan agar mengeluarkan zakat fitrah sejumlah 2,5 1. Macam-macam Zakat Mal
sampai 3,0 kilogram. a) Binatang ternak (unta, sapi dan kambing)
b) Waktu mengeluarkan zakat fitrah adalah sejak awal b) Benda berharga (emas dan perak)
bulan Ramadhan hingga sebelum shalat ‘Idul Fitri. c) Tanaman (bahan makanan pokok)
Secara rinci, zakat fitrah memiliki pembagian waktu d) Buah-buahan (kurma dan anggur)
sebagai berikut : e) Harta Tijaroh (perdagangan)
 Waktu jawaz (boleh), yakni mengeluarkan 2. Syarat Wajib Zakat Mal
zakat di awal bulan Ramadhan.
Jenis Harta Syarat Wajib
 Waktu wajib, yakni mengeluarkan zakat ketika
telah terbenamnya matahari pada akhir a. Islam
Ramadhan. b. Merdeka
 Waktu fadhilah, yakni mengeluarkan zakat c. Kepemilikan sempurna
ketika sebelum keluar untuk melaksanakan Binatang ternak
d. Sudah mencapai nishab
shalat Ied. e. Mencapa haul
 Waktu makruh, yakni mengakhirkan f. Binatang digembalakan
membayar zakat dari shalat ied, kecuali karena a. Islam
udzur semisal menunggu kerabat (untuk b. Merdeka
diberikan zakat padanya) atau orang yang lebih c. Kepemilikan sempurna
butuh. Benda berharga
d. Sudah mencapai nishab
 Waktu haram, yakni mengakhirkan membayar e. Mencapa haul
zakat fitrah dari hari raya Ied (setelah a. Tanaman tersebut memang
terbenamnya matahari) tanpa adanya udzur sengaja ditanam
4. Golongan Yang Tidak Boleh Diberi Zakat. Tanaman b. Berupa makanan pokok
a) Orang kaya. c. Mencapai nishab
b) Budak.
a. Islam
c) Keturunan Bani Hasyim dan Bani Muthollib.
Buah-buahan b. Merdeka
d) Orang kafir.
c. Kepemilikan sempurna
d. Sudah mencapai nishab
a. Islam
b. Merdeka
c. Kepemilikan sempurna
Tijaroh
d. Sudah mencapai nishab
e. Mencapa haul
*Keterangan :
 Nishab : ukuran tertentu dari harta yang wajib dizakati.
 Haul : setahun penuh menurut hitungan hijriyah
TABEL KETENTUAN ZAKAT MAL

No Jenis harta Ketentuan wajib zakat Keterangan Pengeluaran


Nishab Kadar
I HEWAN TERNAK
5 1 ekor kambing Bintu mahadz adalah unta berumur
10 2 3kor kambing 1 tahun,
15 3 ekor kambing Bintu labun adalah unta berumur 2
20 4 ekor kambing tahun,
25 1 ekor bintu makhadz Hiqqah adalah unta berumur 3 tahun,
1 Unta 36 1 ekor bintu labun Jadz’ah adalah unta berumur 4 tahun Haul
46 1 ekor hiqqah
61 1 ekor jadz’ah *Kemudian untuk setiap bertambah
76 2 ekor bintu labun 40 ekor ditambah 1 bintu labun dan
91 2 ekor hiqqah setiap 50 ekor ditambah 1 hiqqah
121 3 ekor bintu labun
30 1 ekor tabi’
40 1 ekor musinnah
60 2 ekor tabi’ Tabi’ adalah anak lembu jantan usia
2 Lembu / sapi 70 2 ekor (1 tabi’ dan 1 1-2 tahun Haul
musinnah) Musinnah adalah anak sapi betina
80 2 ekor musinnah usia 2-3 tahun
90 3 ekor tabi’
100 3 ekor musinnah
40 1 ekor kambing Setiap bertambah 100 ekor maka
3 Kambing 121 2 ekor kambing zakatnya ditambah 1 ekor kambing Haul
210 3 ekor kambing
II EMAS-PERAK
1 Emas 77, 58 gram 2,5% Haul
2 Perak. 543, 35 gram 2,5% Haul
III TUMBUHAN
1 Beras 815, 758 kg 5% = 41 kg Dengan biaya pengairan Setiap panen
10% = 82 kg Tanpa biaya pengairan
2 Gabah 1323, 132 kg 5% = 66, 5 kg Dengan biaya pengairan Setiap panen
10% = 133 kg Tanpa biaya pengairan
3 Biji-bijian, jagung, kacang, Senilai nishob 5% - 10% Setiap panen
kedelai, dls, kurma dan anggur beras
kering.
4 Segala jenis tumbuh-tumbuhan Senilai nishob 2,5% Haul
yang lainnya yang bernilai emas
ekonomis.
IV PERNIAGAAN (TIJAROH)
1 Industri seperti semen, pupuk, Senilai nishob 2,5% Haul
tekstil, dlsb-nya. emas
2 Usaha jasa Senilai nishob 2,5% Haul
emas
3 Pendapatan gaji, Honorarium, Senilai nishob 2,5% Haul
Jasa, Produksi lembur, dlsb- emas
nya
4 Usaha Perkebunan, perikanan, Senilai nishob 2,5% Haul
dan Peternakan. emas
5 Tabungan,deposito, dlsb-nya Senilai nishob 2,5% Haul
emas
BAB V
MACAM-MACAM DARAH WANITA
 Warna darah ada 5
A. HAID 1. Hitam
Haid atau biasa disebut menstruasi, secara harfiah 2. Merah
(lughot) mempunyai arti mengalir. Sedangkan menurut arti 3. Coklat
syara' adalah darah yang keluar melalui alat kelamin wanita 4. Kuning
yang sudah mencapai usia minimal 9 tahun kurang 16 hari 5. Keruh
kurang sedikit dalam hitungan tahun Hijriyah atau (usia 8  Hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh Wanita
tahun 11 bulan 14 hari lebih sedikit), keluar secara alami Haid
(tabiat perempuan) dan bukan karena disebabkan 1. Sholat
melahirkan atau suatu penyakit pada rahim. 2. Puasa
Darah yang keluar dihukumi haidl apabila 3. Membaca Al Qur’an
memenuhi 4 syarat sebagai berikut: 4. Menyentuh dan membawa mushaf
1. Keluar dari wanita yang usianya minimal 9 tahun 5. Masuk masjid bagi wanita yang darahnya
kurang 16 hari kurang sedikit. dikhawatirkan akan mengotori masjid
2. Darah yang keluar minimal 1 hari 1 malam jika keluar 6. Thawaf
secara terus-menerus, atau sejumlah 24 jam jika keluar 7. Dicerai
secara terputus-putus asal tidak melampaui 15 hari. 8. Bersenang-senang pada anggota tubuh antara pusar
3. Tidak lebih dari 15 hari 15 malam jika keluar terus- dan lutut dari tubuh perempuan
menerus. 9. Jima’ atau bersetubuh
4. Keluar setelah masa minimal suci, yakni 15 hari 15
malamdari haidl sebelumnya.
Apabila darah yang keluar tidak memenuhi syarat
di atas, maka dinamakan darah ISTIHADLAH. Umumnya
Wanita mengeluarkan darah haidl selama 6 atau 7 hari.
Landasan hitungan tersebut berdasarkan hasil penelitian
(observasi) Ulama terdahulu.
 Masa Suci Kurang dari 15 Hari ► KD 1 + B ≤ 15
1. Bila darah pertama dan kedua masih dalam ► KD 1 + B + KD 2 > 15
rangkaian masa 15 hari terhitung dari keluarnya Maka, termasuk Mustahadlah
darah pertama, maka semuanya dihukumi HAID
termasuk masa Berhenti diantara dua darah
Contoh soal:
tersebut.
KD :6
B :6
KD 1 + B + KD 2 + dst ≤ 15 KD :6
Maka, semua HAID Maka termasuk Mustahadlah
3. Bila darah kedua sudah di luar rangkaian masa 15
Catatan: hari dari permulaan haid pertama (jumlah masa
KD = Keluar Darah pemisah ditambah darah pertama tidak kurang dari
B = Berhenti 15 hari), maka diperinci sebagai berikut:
a) Bila jumlah pemisah ditambah darah kedua
Contoh soal: totalnya tidak melebihi 15 hari, maka darah
KD :3 kedua dihukumi darah ISTIHADLAH.
B :3
KD :5 B + KD 2 ≤ 15
Maka, keseluruhan darah yang keluar termasuk Maka, KD 2 = ISTIHADLAH
masa berhenti dihukumi HAID
2. Bila sebagian darah kedua di dalam rangkaian 15
Contoh soal:
hari dari permulaan keluarnya darah pertama,
KD : 8
sementara jumlah masa darah pertama dan kedua
B :9
ditambah masa pemisah totalnya lebih dari 15 hari,
KD : 3
maka wanita ini termasuk MUSTAHADLAH.
Maka, 8 hari awal dihukumi haid, 9 hari
Sedangkan perincian hukum darahnya disesuaikan
berhenti dihukumi suci, 3 hari dihukumi
dalam pembagian bab Istihadlah.
istihadlah
b) Bila jumlah pemisah ditambah darah kedua B. ISTIHADLAH
totalnya melebihi 15 hari, maka sebagian Darah yang keluar dari kemaluan wanita di luar
darah kedua dihukumi darah ISTIHADLAH ketentuan haidl dan nifas. Orang yang istihadlah pada
untuk menyempurnakan masa minimal suci hakikatnya adalah suci.Jadi, dia tetap wajib melaksanakan
pemisah. Sisanya dihukumi HAID yang kedua sholat, boleh berpuasa, disetubuhi, serta menyentuh dan
bila memenuhi ketentuan haid membaca Al-Quran.
 Istihadlah terjadi saat :
1. Darah keluar pada perempuan yang belum berusia 9
B + KD 2 > 15 tahun Hijriyah kurang 16 hari kurang sedikit.
Maka, KD 2 diperinci: Contoh: seorang perempuan berusia 8 tahun
ISTIHADLAH untuk menyempurnakan mengeluarkan darah selama 7 hari. Maka semua
masa suci dan sisanya HAID yang darah yang dikeluarkan bukan haidl, melainkan
selanjutnya. ISTIHADLAH/FASAD.
2. Darah yang keluar kurang dari 24 jam
Contoh: seorang perempuan mengeluarkan darah
Contoh soal:
mulai pagi sampai malam dan tidak keluar lagi
KD : 5
setelahnya. Total darah yang dikeluarkan adalah 11
B : 10
jam. Maka semuanya dihukumi ISTIHADLAH.
KD : 10
3. KD melebihi 15 hari
Maka, 5 hari awal dihukumi haid, 10 hari
Contoh: seorang perempuan yang memiliki
darah berhenti ditambah 5 hari masa KD
kebiasaan (adat) haid selama 5 hari mengeluarkan
kedua (darah fasad) dihukumi masa suci, 5
darah selama 23 hari. Maka darah yang 5 hari (sesuai
hari akhir (sisanya) dihukumi haid yang
adat) dihukumi HAID dan 18 hari dihukumi
kedua.
ISTIHADLAH.
4. Darah keluar sebelum masa suci 15 hari
Contoh: seorang perempuan mengeluarkan darah
selama 7 hari, suci 12 hari dan KD lagi 3 hari. Makah
darah kedua selama 3 hari dihukumi
ISTIHADLAH.
 Cara Bersuci Orang Yang Istihadlah Pendarahan setelah melahirkan juga dihukumi nifas,
1. Membersihkan kemaluannya dari darah atau walaupun plasenta masih berada di dalam rahim.
lendir. Adapun darah yang keluar saat melahirkan (dam al-
2. Menyumbat menggunakan semacam kapas dan thalq) atau bersamaan dengan bayi, maka tidak disebut
ditahan dengan pembalut dan celana dalam yang darah nifas.
ketat untuk menghentikan atau meminimalisir  Masa Minimal Dan Maksimal Darah Nifas
darah yang keluar. 1. Minimalnya nifas adalah setetes atau sebentar
3. Segera wudlu dengan muwalah (terus-menerus), 2. Kebiasaannya adalah 40 hari
dengan niat: 3. Masa maksimalnya nifas adalah 60 hari 60 malam
َِِّ ِ‫الص َالة‬
‫لِل تَ َع َال‬ َّ ‫اح ِة‬ ِ ِ
َ َ‫ض ْوءَ َل ْستب‬
ُ ‫ت الْ ُو‬
ُ ْ‫نَ َوي‬
terhitung sejak keluarnya seluruh tubuh janin atau
gumpalan daging.
4. Segera melaksanakan sholat. Hanya saja dia boleh
menundanya untuk melakukan hal- hal yang terkait
dengan kemaslahatan sholat seperti menutup aurat,
menunggu jamaah.
5. Semua tatacara tersebut harus dilakukan secara
berurutan dan setelah masuk waktu sholat.
C. NIFAS
Nifas menurut bahasa berarti melahirkan, sedangkan
menurut istilah syara' adalah darah yang keluar melalui alat
kelamin perempuan setelah melahirkan dengan syarat
belum melebihi 15 hari setelahnya, bila darah tidak
langsung keluar.
Nifas adalah darah yang keluar setelah kosongnya
rahim dari kandungan. Jadi meskipun kandungannya masih
berupa ‘alaqoh (gumpalan darah), ataupun mudghoh
(gumpalan daging). Termasuk perempuan yang keguguran,
maka darah yang keluar setelahnya dihukumi nifas.
BAB VI
(TAJHIZUL MAYYIT) PERAWATAN JENAZAH

Tajhizul Mayyit atau Merawat Mayat artinya merawat 3. Tata cara memandikan
atau mengurus seseorang yang telah meninggal. Dengan Batas minimal memandikan mayat adalah
demikian, apabila ada orang islam yang meninggal dunia (selain dengan menghilangkan najis yang ada pada tubuh
mati syahid atau bayi prematur) secara fardlu kifayah langkah- mayat. Kemudian mengguyurkan air secara merata
langkah yang harus dilakukan adalah 4M: pada seluruh tubuhnya. Termasuk anggota yang wajib
1. Memandikan. dibasuh adalah sesuatu yang tampak dari kemaluan
2. Mengkafani. janda ketika duduk. Dan bagian dalam alat kelamin
3. Mensholati. laki-laki yang belum dikhitan (kucur) serta bibir
4. Menguburkan. kemaluan wanita yang kelihatan tatkala jongkok.
A. MEMANDIKAN MAYAT Adapun cara memandikan mayat yang lebih sempurna
1. Syarat-syarat orang yang memandikan: adalah sebagai berikut:
a) Harus sejenis, mempunyai ikatan mahrom atau a) Mayat dibawa ke tempat pemandian dan tubunya
seseorang yang memiliki hubungan suami istri. ditutup dengan kain tipis.
Jika tidak menemukan syarat tersebut, maka mayat b) Mayat diletakkan di tempat yang agak tinggi
cukup ditayamumi dan orang yang menayamumi seperti dipan atau dipangku oleh tiga atau empat
harus beralas tangan (menggunakan sarung orang. Sementara kaki orang yang memangku
tangan). diganjal dengan semisal batu dengan posisi
b) Orang yang memandikan dan orang yang kakinya orang yang berada di tengah agak
membantunya hendaknya orang yang dapat merenggang.
dipercaya (amanah) serta mempunyai keahlian. c) Punggung mayat disandarkan pada lutut orang
2. Tempat Memandikan yang memangku dan Pundaknya disanggah dengan
a) Harus sepi dan tertutup serta tidak ada orang yang tangan kanan dan meletekkan ibu jari pada tengkuk
masuk selain orang yang bertugas memandikan. mayat (githok) untuk menyangga kepala agar tidak
b) Ditaburi wewangian, seperti dengan membakar miring
dupa, dan lain sebagainya. d) Perut mayat diurut menggunakan tangan kiri orang
yang memangku secara pelan- pelan dan berulang-
ulang agar kotoran yang ada di dalam perut dapat diletakkan dikain kafan dan dikubur bersama
keluar. Setelah itu mayat disiram dengan air yang mayat.
banyak. j) Mengguyurkan air yang telah dicampur daun
e) Mayat ditidurkan dengan posisi terlentang, bidara atau sabun ke anggota badan depan mayat
kemudian dimiringkan ke kiri kemudian ke kanan sebelah kanan, mulai leher sampai kaki, serta
untuk dibersihkan kedua alat kemaluannya serta menggosok-gosok tubuh mayat dengan pelan-
daerah sekitarnya dengan tangan kiri yang pelan. Kemudian dilanjutkan bagian tubuh sebelah
dibungkus kain (sarung tangan), dan saat kiri.
membersihkan atau menggosok-gosok aurat k) Mayat dimiringkan kekiri, lalu mengguyurkan air
(seperti anggota di antara pusar dan lutut bagi laki- pada bagian belakang sebelah kanan, mulai
laki) juga harus menggunakan penghalang, seperti tengkuk sampai ujung kaki. Selanjutnya
sarung tangan atau kain. Kerena aurat itu haram dimiringkan ke kanan, kemudian mengguyurkan
dilihat dan haram disentuh secara langsung (tanpa air pada bagian sebelah kiri mayit, mulai tengkuk
penghalang). Setelah itu segera disiram dengan air sampai ujung kaki.
yang banyak. l) Mengguyur seluruh tubuh mayat mulai kepala
f) Mengambil kain lain yang dibasahi untuk sampai kaki dengan air yang murni (tidak
membersihakn gigi dan lubang hidung dengan jari dicampur daun bidara atau sabun) sebayak dua
telunjuk tangan kiri serta membersihkan kotoran kali. Basuhan ini untuk membilas sisa-sisa daun
yang ada pada kuku, telinga dan mata. bidara atau sabun.
g) Mewudhukan mayat persis seperti wudhunya m) Mengguyur seluruh tubuh mayat dengan air yang
orang yang hidup, baik rukun dan syaratnya. dicampur sedikit kapur barus yang tidak sampai
Dengan niat : merubah kemutlakan air sebanyak tiga kali dengan
ِ‫ ِِل ِذهِ الْميِت ِة ِا‬/ ‫ت‬ ِ
‫اَى‬
َ ‫ّلِل تَ َع‬ َ َ َ ِ ِ‫وء ال َْم ْسنُو َن ِلََذا ال َْمي‬
َ ‫ض‬ُ ‫ت ال ُْو‬
ُ ْ‫نَ َوي‬ niat :
ِ‫ ه ِذهِ الْميِت ِة ِا‬/ ‫ت‬
h) Dan diusahakan mulut mayat tidak terbuka agar air ‫ّلِل تَ َع َال‬ َ َ َ ِ ِ‫ت الْغُ ْس َل َع ْن َه َذا ال َْمي‬
ُ ْ‫نَ َوي‬
tidak masuk ke dalam. Kemudian mengguyur
kepala mayat serta jenggot dengan air yang
dicampur daun bidara atau shampo.
i) Menyisir rambut dan jenggot dengan pelan-pelan.
Apabila ada rambut yang rontok, maka sunah
B. MENGKAFANI MAYAT 5. Kemudian kain kafan dilipatkan dengan urutan:
Sebelum mayat selesai dimandikan, hal- hal yang pertama melipatkan kain sisi kiri menuju ke kanan,
harus segera dipersiapkan adalah kapas yang telah diberi kemudian melipatkan kain sisi kanan menuju ke
wewangian dan kain kafan yang juga telah diberi kiri. Untuk melipatkan lapis kedua dan
wewangian. Untuk kain kafan yang lebih utama jumlahnya selanjutnya, caranya sama dengan di atas. Langkah
adalah sebagai berikut: ini dilakukan setelah pemakaian baju kurung dan
1. Untuk mayat laki-laki, disiapkan 5 lembar kain kafan serban. Dan diusahakan kain pocong kepala lebih
bersih warna putih yang terdiri dari 3 kain lebar, baju panjang.
kurung dan sorban. 6. Setelah semua kain kafan telah dilipatkan,
2. Untuk mayat perempuan, disiapkan 5 lembar kain kemudian ujung masing-masing kain kafan yang
kafan yang terdiri dari 2 lembar kain lebar, baju kurung, ada di kepala dan kaki disatukan, serta ditarik agar
kerudung dan sarung. rapat. Setelah itu, mayat diikat pada bagian atas,
 Tata cara mengkafani tengah dan kaki dengan ikat simpul (tali wangsul)
1. Letakkan lembaran-lembaran kain lebar, baju dan posisi ikatan berada dibagian kiri mayit. Untuk
kurung, lalu sorban (untuk mayat laki-laki). Atau perempuan ditambah ikatan pada bagian dadanya.
sarung, baju kurung dan kerudung (untuk mayat
perempuan). C. MENSHOLATI MAYAT
2. Letakkan (mayat yang telah selesai dimandikan 1) Syarat-syarat sholat jenazah:
dan ditaburi wewangian) di atas kain kafan dengan a. Mayat telah selesai dimandikan dan suci dari najis,
posisi terlentang dan posisi tangan disedekapkan. baik tubuh, kafan ataupun tempatnya.
3. Letakkan kapas yang telah diberi wewangian pada b. Orang yang mensholati mayat telah memenuhi
anggotaanggota tubuh yang berlubang. Anggota syarat sah melakukan sholat.
tubuh tersebut meliputi kedua mata, kedua lubang c. Jika sholat dilakukan di luar masjid, jarak antara
hidung, kedua telinga dan mulut. Selain itu, juga mayat dan orang yang mensholati tidak melebihi
letakkan kapas pada kening mayat, kedua telapak 300 dziro' (+150 m).
tangan, di antara kedua pergelangan tangan, kedua d. Orang yang sholat berada di belakang jenazah jika
lutut dan di antara jari-jari tangan dan diantara jari- jenazahnya laki-laki. Bagi imam atau munfarid
jari kaki serta anggota tubuh yang terluka. (orang yang sholat sendirian) sebaiknya berdiri
4. Kedua pantat diikat dengan kain tepat pada bagia kepala mayat. Sedang bila
ٍ ِ ِ ٍ
‫ت َعلَى‬ َ ‫صلَّْي‬ َ ‫ َك َما‬،‫ َو َعلَى آل َسيِِّد ََن ُُمَ َّمد‬، ‫ص ِِّل َعلَى سيدَن ُُمَ َّمد‬ َ ‫اللَّ ُه َّم‬
jenazahnya perempuan, maka posisi orang yang
mensholati tepat pada pantat mayat.
e. Tidak ada penghalang dan antara mayat orang yang ‫ َوََب ِرْك َعلَى َسيِِّ ِد ََن ُُمَ َّم ٍد َو َعلَى ِآل‬.‫َسيِِّ ِد ََن إِبْ َر ِاِ َيم وعلى ِآل َسيِِّ ِد ََن إِبْ َر ِاِ َيم‬
mesholati. ‫ت َعلَى َسيِِّ ِد ََن إِبْ َر ِاِ َيم َو َعلَى ِآل َسيِِّ ِد ََن إِبْ َر ِاِ َيم ِِف‬ ٍ ِ
َ ‫ َك َما ََب َرْك‬،‫َسيِِّد ََن ُُمَ َّمد‬
f. Orang yang sholat berada di dekat mayat jika
mayat yang disholati tidak ghaib. .‫حيد َِميد‬ َِ ‫َّك‬
َ ‫ْي إِن‬ ِ
َ ‫الْ َعالَم‬
2) Rukun-rukun sholat jenazah e. Melakukan takbir ketiga. Kemudian membaca doa:
a. Niat. - Untuk laki-laki
b. Berdiri bagi yang mampu. ِِ ِ
ُ‫ف َعْنه‬
ُ ‫الله َّم ا ْغف ْر لَهُ َو ْارحَْهُ َو َعافه َو ْاع‬
ُ
c. Takbir empat kali dengan menghitung takbiratul
- Untuk perempuan
ihram.
‫ف َعْن َها‬ ِ ِ
d. Membaca surat Al-Fatihah. ُ ‫الله َّم ا ْغف ْر ََلَا َو ْارحَْ َها َو َعاف َها َو ْاع‬
ُ
e. Membaca shalawat pada Nabi SAW setelah takbir f. Melakukan takbir yang keempat dan sunah
kedua. membaca do'a:
f. Mendoakan mayat setelah takbir ketiga. - Untuk laki-laki
ِ ِ
ْ ‫الله َّم ََل ََْت ِرْمنَا أ‬
g. Salam.
ُ‫َََّرهُ َوََل تَ ْفتنَا بَ ْع َدهُ َوا ْغف ْر لَنَ َاولَه‬ ُ
3) Teknis pelaksanaan mensholati mayat
- Untuk perempuan
a. Takbiratul ihram (takbir pertama) besertaan
dengan niat. ‫َََّرَِا َوََل تَ ْفتِنَا بَ ْع َد َِا َوا ْغ ِف ْر لَنَ َاوََلَا‬
ْ ‫الله َّم ََل ََْت ِرْمنَا أ‬
ُ
- Niat untuk mayat laki-laki: g. Mambaca salam:
َ ‫ض َك َفايٍَة َِّلِلِ تَ َع‬
‫ال‬ ِ ِ
َ ‫ إِ َماما فَ ْر‬/ ‫أصلَّى َعلَى َِ َذا الْ َميِِّت أ َْربَ َع تَ ْكبِ َْيات َمأْ ُموما‬
َ ‫الس َال ُم َعلَْي ُك ْم َوَر ْحَةُ هللاِ َوبََرَكاتُه‬
َّ
- Niat untuk mayat perempuan:
َ ‫ض كِ َفايٍَة َِّلِلِ تَ َع‬
‫ال‬ ٍ ِ ِِ
َ ‫ إِ َماما فَ ْر‬/ ‫َصلَّى َعلَى َِذه الْ َمْيت أ َْربَ َع تَ ْكبِ َْيات َمأْ ُموما‬
َ‫أ‬ D. PEMAKAMAN JENAZAH
b. Membaca surat Al-Fatihah. 1. Persiapan
c. Melakukan takbir kedua Sebelum jenazah diberangkatkan ke tempat
d. Membaca shalawat pada Nabi Muhammad : pemakaman, liang kubur harus sudah siap, begitu pula
semua peralatan pemakaman seperti papan, batu nisan
dan lain-lain.
2. Liang kubur yakni satu orang di depan dan dua yang lain di
Ukuran liang kubur adalah sepanjang jenazah belakang atau masing masing dua orang.
ditambah kira-kira 0.5 m dan lebarnya +1 m, sedangkan Sedangkan pengusung sebaiknya dilakukan
dalam liang kubur tingginya setinggi postur tubuh oleh orang laki-laki.
manusia ditambah satu hasta (+ 60 cm). Menurut  Dalam pengusungan, posisi kepala jenazah
keterangan dalam kitab l'anah al-Tholibin juz II hal 117 berada didepan.
disebutkan, bahwa untuk panjang dan lebar liang kubur  Pengiring jenazah lebih baik berada di depan
seyogyanya seukuran jenazah ditambah tempat yang dan dekat dengan jenazah. Mengiring dengan
sekiranya cukup digunakan untuk orang yang menaruh berjalan kaki lebih baik dari pada
mayit didalam kubur. berkendaraan.
3. Proses pemberangkatan Jenazah  Bagi orang yang mengusung jenazah
a) Pelepasan jenazah, setelah selesai disholati, disunatkan berjalan agak cepat.
kemudian keranda jenazah diangkat setelah itu  Makruh hukumnya berbicara (ramai-ramai)
salah satu wakil dari keluarga memberikan kata kecuali dengan bacaan al-Qur'an dan dzikir
sambutan pelepasan jenazah yang isinya ketika mengiringi jenazah.
sebagaimana berikut:  Juga makruh mengiringi bagi perempuan,
 Permintaan maaf kepada para hadirin dan serta mengiringi dengan menyalakan
handai taulan, atas kesalahan yang pernah semacam api atau dupa.
diperbuat mayit. c) Proses Pemakaman Jenazah.
 Pemberitahuan tentang pengalihan urusan Dalam penguburan mayit dikenal dua jenis
hutang piutang kepada ahli waris. liang kubur :
 Persaksian atas baik dan buruknya amal  Liang cempuri, yaitu liang kuburan yang
perbuatan mayit tengahnya digali (seperti menggali sungai),
 Sekedar mau'idhah hasanah. hal ini diperuntukkan bagi tanah yang gembur.
b) Cara mengantar jenazah  Liang landak, yaitu liang kuburan yang sisi
 Pada dasarnya, dalam mengusung jenazah sebelah baratnya digali sekira cukup untuk
diperbolehkan dengan berbagai cara. Namun mayit, hal ini diperuntukkan bagi tanah yang
disunatkan meletakkan jenazah di keranda, keras.
dengan diusung oleh tiga atau empat orang,
Kemudian dilakukan proses pemakaman kemudiaan menaburkannya ke dalam kubur
sebagaimana berikut: melalui arah kepala mayit.
a. Setelah jenazah sampai di tempat pemakaman, e. Dan setelah itu salah satu diantara pengiring
keranda diletakkan diarah posisi peletakkan membaca adzan dan iqomah didalam qubur.
kaki mayit (untuk Indonesia pada arah selatan Sedangkan lafadznya sama dengan adzan dan
kubur). iqomah dalam sholat. Kemudian diatas mayit
b. Kemudian, jenazah dikeluarkan dari keranda ditutup dengan papan dan lubang-lubangnya
dimulai dari kepalanya lalu diangkat dalam ditutup dengan bata/ tanah. Khusus untuk
posisi agak miring dan kepala menghadap liang landak, lubang yang ada didalamnya
kiblat dengan pelan-pelan. ditutup dengan tanah dan bata. Kemudian
c. Kemudian diserahkan pada orang yang ada di liang kubur ditimbun dengan tanah sampai
dalam kubur yang sudah siap-siap untuk kira-kira setinggi satu jengkal dari tanah (sak
menguburkannya. Hal ini bisa dilakukan oleh kilan: jawa).
tiga orang: yang pertama bertugas menerima f. Dan disunatkan lagi memberi / memasang dua
bagian kepala, orang kedua bagian lambung nisan (satu lurus diatas kepala dan yang
dan orang ketiga bagian kaki. satunya lurus diatas kaki).
d. Kemudian jenazah diletakkan pada tempat g. Juga disunatkan menabur bunga memberi
tersebut / (dasar makam) dengan posisi minyak wangi. meletakkan kerikil serta
menghadap (miring) ke arah kiblat serta memercikkan air diatas makam.
kepala di arah utara. Tali-tali, terutama yang h. Selanjutnya salah satu wakil dari pihak
ada pada bagian atas. supaya dilepas agar keluarga atau orang yang ahli ibadah
wajah jenazah terbuka. Kemudian pipi jenazah mentalqin mayit. Bagi yang mentalqin duduk
ditempelkan pada tanah. Catatan: Pada saat dengan posisi menghadap ke timur lurus
proses pemakaman ini, setelah liang kubur dengan kepala mayat. Dan bagi penta'ziah
ditutup dan sebelum ditimbun tanah, bagi sebaiknya berdiri. Dalam talqin ini disunatkan
penta'ziah (orang sekeliling) disunatkan untuk diulangi tiga kali.
dengan kedua tangannya untuk mengambil i. Selesai pentalgiman pihak keluarga dan para
tiga genggam tanah bekas penggalian kubur penta'ziah sebaiknya tidak bergegas untuk
pulang akan tetapi tinggal dulu sebentar untuk
mendo'akan mayit agar dipermudah oleh Allah
swt. untuk menjawab semua pertanyaan yang
diajukan oleh malaikat Munkar dan Nakir.
j. Setelah berdo'a secukupnya para penta'ziah
sudah diperbolehkan untuk pulang.
BAB VII
KHUTBAH JUM’AT

A. Syarat Sahnya Khuthbah Jum'at. B. Rukun Khuthbah Jum'at


Syarat sahnya khuthbah ada sebelas, yaitu: Rukunnya khuthbah ada lima, yaitu :
1. Memperdengarkan rukun-rukun khutbah pada 40 orang 1. Memuji kepada Alloh SWT pada khutbah pertama dan
ahli jum'at. kedua dengan menggunakan lafadz yang tercetak
2. Menggunakan bahasa arab dalam rukunnya khutbah. (musytaq) dari lafadz "hamdun" dan dengan lafadz
3. Berdiri bagi khothib yang mampu berdiri. jalalah (Allah).
4. Dalam keadaan suci, baik dari hadas maupun dari najis 2. Membaca sholawat Nabi Muhammad Saw pada
yang tidak di-ma’fu baik di badannya maupun tempat khutbah pertama dan kedua dengan menggunakan
khutbah. lafadz yang tercetak (musytaq) dari lafadz (sholatun)
5. Menutup aurat. dan dengan nama Nabi Muhammad Saw (tidak boleh
6. Duduk diantara dua khuthbah dengan tumakninah. menggunakan dhomir).
7. Beruntun (wila’) antara rukun-rukunya khuthbah dan 3. Memberi wasiat bertaqwa kepada Alloh SWT pada
antara dua khuthbah. khutbah pertama dan kedua. Dalam berwasiat, lafadz
8. Sama’ (bisa didengar oleh jama’ah) 40 orang. dan panjangnya bebas (tak tertentu) sehingga
9. Didahulukan dari sholat. dicukupkan semisal lafadz (atii'ulloh).
10. Kedua khutbah diletakkan pada waktu zhuhur. 4. Membaca ayat yang memahamkan (bisa dipahami
11. Khothibnya seorang laki laki. maksudnya) pada salah satu khutbah dan lebih afdhol
dibaca pada khutbah pertama
*Catatan: 5. Mendo'akan orang-orang mukmin dengan doa ukhrowi
 Duduk diantara dua khutbah disunnahkan kira-kira pada khutbah ke dua.
lamanya membaca surat al-ikhlas dan juga
disunnahkan membacanya *Catatan:
 Ketika Khotib berkhutbah dengan duduk karena ada  Bagi khothib disunnahkan mengurutkan tiga rukun
udzur, ia wajib memisah kedua khutbahnya dengan yang pertama yaitu pertama ia memuji kepada Alloh,
diam. membaca sholawat kemudian memberi wasiat
bertaqwa.
C. Kesunnhan Khutbah 4. Berdoa ketika sampai pada tempat duduk (di belakang
Diantara sunah-sunahnya adalah: mimbar) sebelum kemudian duduk
1. Ketika memasuki masjid, khothib mengucapkan salam 5. Sebentar-sebentar berhenti sambil berdoa pada setiap
pada hadirin, begitu juga ketika sampai pada mimbar, ia tangga mimbar
mengucapkan salam kepada orang yang berada di sekitar 6. Terlalu cepat ketika membaca khuthbah kedua.
mimbar dan juga ketika khothib sudah menghadap 7. Memelankan suara pada khuthbah kedua.
kepada jama'ah (sudah di atas mimbar). 8. Berlebihan dalam menyebutkan sifat-sifatnya pemimpin
2. Duduk di tempat yang disediakan (di belakang mimbar) (pemerintah) ketika mendo'akannya.
ketika adzan dikumandangkan, dan disunahkan adzan ini
dikumandangkan di depan khothib. *Catatan:
3. Menghadapkan wajahnya kepada jama'ah.  Termasuk dari bid'ah yang munkar yaitu menulisi
4. Mengeraskan suaranya melebihi dari yang wajib. kertas yang disebut dengan hafaizh (jimat) ketika
5. Tidak menoleh ke kanan ataupun ke kiri dan menjaga khuthbah pada jum'at terakhir bulan Romadhon.
anggota badannya untuk bisa khusyu' dalam Bahkan yang demikian ini terkadang bisa haram
khuthbahnya. ketika yang ditulis adalah tulisan yang tidak diketahui
6. Khutbahnya baligh, bisa difaham oleh semua orang dan artinya (semacam rajah), karena terkadang tulisan
sedang (tidak terlalu panjang juga tidak terlalu pendek). tersebut menunjukkan pada kekufuran.
7. Berpegangan pada semisal tongkat dengan tangan
kirinya, dan tangan kanannya ditaruh pada mimbar.
8. Bergegas turun dari mimbar setelah selesai berkhuthbah
supaya bisa sampai pada mihrob ketika muadzin selesai
mengumandangkan iqomah.
D. Kemakruhan Khuthbah.
Diantara makruhnya khuthbah adalah:
1. Khotib menoleh pada khuthbah yang kedua.
2. Menunjuk dengan menggunakan tangan atau yang
lainnya.
3. Menghentakkan semisal tongkat atau kakinya pada
tangga mimbar.
‫‪BAB VIII‬‬
‫‪DO’A‬‬

‫‪ Bacaan wirid setelah sholat fardlu‬‬

‫ب‬ ‫الِلَ الْ َع ِظْي َم‪ .‬الَّ ِذ ْي ََل اِهلهَ اََِّل ُِ َو ْ‬


‫اِلَ َّي الْ َقيُّ ْوَم َواَتُ ْو ُ‬ ‫هِّ‬ ‫َستَ ْغ ِف ُر‬
‫أْ‬ ‫‪.1‬‬
‫ْي َع هلى ُك ِِّل َح ٍال َونِ ْع َم ٍة)‬ ‫لِل ‪( ۳۳x‬أَ ِْلم ُد ِهلِلِ ر ِ ِ‬ ‫‪ .9‬أَ ِْلم ُد ِهِ‬
‫ب الْ َعالَم ْ َ‬
‫َ ْ ِّ َ ِّ‬ ‫َ ْ ِّ‬
‫اِلَْي ِه ‪۲x‬‬ ‫‪ .11‬اَ هِّلِلُ أَ ْك َبُ ‪۳۳x‬‬
‫اِل ُقو ِق الْو ِاَّب ِ‬ ‫ي وِأل ْ ِ‬ ‫ِِ‬ ‫أَستَ ْغ ِفر ه ِ‬
‫ات‬ ‫َص َحاب ُْ ْ َ َ‬ ‫الِلَ الْ َعظْي َم‪ِْ ِ .‬ل َول َوال َد َّ َ‬ ‫ْ ُ ِّ‬ ‫‪.2‬‬
‫َصْيال‬ ‫اِلم ُد ِهلِلِ َكثِْيا‪ ،‬وسبحا َن هالِلِ بكْرة وأ ِ‬
‫اَ هِّلِلُ أَ ْك َبُ َكب ْْيا َو َْ ْ ِّ ْ َ ُ ْ َ ِّ ُ َ َ‬
‫ِ‬
‫ات والْمسلِ ِمْي والْمسلِم ِ‬
‫ات‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِِ‬
‫ْي َوالْ ُم ْؤمنَ َ ُ ْ ْ َ َ ُ ْ َ‬ ‫َعلَ َّي َوِلَمْي ِع الْ ُم ْؤمن ْ َ‬ ‫اِلَ ْم ُد ُُْيِ ْي‬
‫ك َولَهُ ْ‬ ‫ك لَهُ‪ ،‬لَهُ الْ ُم ْل ُ‬ ‫‪ََ .11‬ل إِهلهَ إََِّل هِّ‬
‫الِلُ َو ْح َدهُ ََل َش ِريْ َ‬
‫ات‬‫ْاألَحي ِاء ِمْن هم و ْاألَمو ِ‬
‫َْ ُ ْ َ َْ‬ ‫ت َوُِ َو َع هلى ُك ِِّل َشْي ٍئ قَ ِديْر‪.‬‬ ‫ِ‬
‫َوُُيْي ُ‬
‫ِ ِ‬
‫اِلَ ْم ُد ُُِِْ‬ ‫ك َولَهُ ْ‬ ‫ك لَ ْه‪ ،‬لَهُ الْ ُم ْل ُ‬ ‫ََل ا هلهَ اََّل هِّ‬
‫الِلُ َو ْح َدهُ ََل َش ِريْ َ‬ ‫‪.3‬‬
‫الِلَ الْ َع ِظْي ِم‪ ،‬إِ َّن‬ ‫‪ََ .12‬لحوَل وََل قُ َّوةَ إََِّل َِب هلِلِ الْعلِ ِي الْع ِظي ِم‪ ،‬أ ِ‬
‫َستَ ْغف ُر هِّ‬
‫ِّ َ ِّ َ ْ ْ‬ ‫َْ َ‬
‫ت َوُِ َو َع هلى ُك ِِّل َشْي ٍئ قَ ِديْر ‪۳x‬‬ ‫ِ‬
‫َوُُيْي ُ‬ ‫الِلَ َغ ُف ْور َّرِحْيم‪.‬‬
‫ِ‬ ‫ه‬ ‫هِّ‬
‫الس َال ُم فَ َحيِِّنَا‬
‫ك يَعُ ْوُد َّ‬ ‫الس َال ُم َوالَْي َ‬
‫ك َّ‬ ‫الس َال ُم َوِمْن َ‬
‫ت َّ‬ ‫اَللِّ ُه َّم أَنْ َ‬ ‫‪.4‬‬ ‫ِ ِ‬ ‫‪ .13‬أَفْضل ِِّ‬
‫الِلُ ‪۳۳x‬‬ ‫اعلَ ْم أَنَّهُ ‪ََ -‬ل ا هلهَ اََّل هِّ‬‫الذ ْك ِر فَ ْ‬ ‫َُ‬
‫ت‬‫ت َربَّنَا َوتَ َعالَْي َ‬ ‫الس َالِم تَبَ َارْك َ‬
‫اِلَنَّةَ َد َار َّ‬ ‫لس َالِم َوأ َْد ِخ ْلنَا ْ‬ ‫َربَّنَا َِب َّ‬
‫ََي َذا ا ِْلََال ِل و ِْ‬
‫اإل ْكَرِام‪.‬‬ ‫َ‬ ‫‪ Do’a Setelah Sholat Fardlu‬‬

‫ُس ْوَرةُ الْ َف ِاَتَ ِة‬ ‫‪.5‬‬


‫ص ِِّل َع هلى َسيِِّ ِد ََن ُُمَ َّم ٍد َّو َع هلى اه ِل َسيِِّ ِد ََن ُُمَ َّم ٍد‪َ ،‬و َسلِِّ ْم َوَر ِض َي‬ ‫ه‬
‫اَللِّ ُه َّم َ‬
‫رسي‬ ‫آية ال ُك ِ‬ ‫‪.6‬‬
‫َ‬ ‫اِلم ُد ِهلِلِ‬ ‫اب رسوِل هللاِ أ ْ ِ‬ ‫هللا تَبارَك وتَع َال َعن س َاداتِنَا أ ْ ِ‬
‫ِِ‬ ‫ْي َو َْ ْ ِّ‬ ‫ََجَع ْ َ‬ ‫َص َح َ ُ ْ‬ ‫ْ َ‬ ‫ُ ََ َ َ‬
‫ت َم ْوََل ََن‬‫ا هَل ْي ََي َرِِِّْب أَنْ َ‬ ‫‪.7‬‬ ‫ِ‬
‫اِلَ ْم ُد َك َما‬
‫ك ْ‬ ‫اِف نِ َع َمهُ َويُ َكاف ُئ َم ِزيْ َدهُ‪ََ ،‬ي َربَّنَا لَ َ‬
‫ْي‪ ،‬حَْدا يُّ َو ِ ْ‬
‫رِ ِ‬
‫ب الْ َعالَم ْ َ‬
‫َ ِّ‬
‫الِلِ َوِِبَ ْم ِدهِ َدائِما أَبَدا)‬
‫(سْب َحا َن هِّ‬ ‫الِل ‪ُ ۳۳x‬‬
‫سبحا َن هِ‬
‫ُ ْ َ ِّ‬ ‫‪.8‬‬ ‫ه‬
‫ص ِِّل َع هلى‬
‫ك‪ ،‬اَللِّ ُه َّم َ‬ ‫ك الْ َك ِرِْي َو َع ِظْي ِم ُس ْلطَانِ َ‬ ‫يَْن بَغِ ْي ِِلََال ِل َو َّْ ِه َ‬
‫ات‪ ،‬وتَ ْق ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ ِ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬
‫ض ْي‬ ‫ص َالة تُْنجْي نَا ِبَا م ْن ََجْي ِع ْاأل َِْ َوال َو ْاألأفَ َ‬ ‫َسيِِّد ََن ُُمَ َّمد َ‬
‫‪ Bacaan Tahlil‬‬

‫آت‪َ ،‬وتَ ْرفَعُنَا ِِبَا‬ ‫السيِئ ِ‬ ‫ات‪ ،‬وتُطَ ِهرََن ِِبا ِمن َِ‬ ‫اِل ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫صلَّى ا هِّلِلُ َعلَْي ِه‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫‪ ‬إِ َل َح ْ ِ ِ‬
‫َجْي ِع َّ َِّ‬ ‫اَّ َ ِّ ُ َ ْ‬ ‫لَنَا ِبَا ََجْي َع َْ َ‬ ‫صطََفى َسيِِّد ََن َوَم ْولَنَا ُُمَ َّمد َ‬ ‫َِّب الْ ُم ْ‬
‫ضَرة الن ِِّ‬
‫الْي ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬ ‫ِعْن َد َك أ َْعلَى الد ِ ِ ِ‬ ‫ِِ ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِِ‬
‫ات‬ ‫صى الْغَ َاَيت‪ ،‬م ْن ََجْي ِع َْْ َ‬ ‫َّر ََّات‪َ ،‬وتُبَلِّغُنَا ِبَا أَقْ َ‬ ‫َ‬ ‫َو َسلَّ َم َوإِ َل أ َْرَو ِاح اه ََبئه َوأ َُّم َهاته َوذُِِّرََّيته َوإِ ْخ َوانه م َن النَّبِيِِّ ْ َ‬
‫ْي‬
‫ِ‬ ‫ات‪ .‬اَل هلِّ ُه َّم ا ْغ ِف ْرِ ِْل َولَِوالِ َد َّ‬
‫اِلياةِ وب ع َد الْمم ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ْي َو َبابِ ِع التَّابِع ْ َ‬
‫ِ‬
‫ْي َوالتَّابِع ْ َ‬
‫اب ُك ٍل أ ْ ِ‬ ‫َصح ِ‬ ‫والْمرسلِ ْ َ ِ‬
‫اِّن‬
‫ي َو ْارحَْ ُه َما َك َما َربَّيَ ْ‬ ‫ِف ََْ َ َ ْ َ َ‬ ‫ْي‬ ‫ََجَع ْ َ‬ ‫ِّ‬ ‫ْي َواهل ُك ٍِّل َوأ ْ َ‬ ‫َ ُْ َ‬
‫ات‪،‬‬ ‫ات‪ ،‬والْم ْؤِمنِْي والْم ْؤِمنَ ِ‬
‫َ ُ َْ َ ُ‬
‫صغِْيا‪ ،‬و ِِل ِمي ِع الْمسلِ ِمْي والْمسلِم ِ‬
‫َ ْ َ َ ْ ُ ْ َْ َ ُ ْ َ‬ ‫الديْ ِن‪ ،‬اَلْ َف ِاِتَ ْة‪..‬‬
‫ان إِ َل ي وِم ِِّ‬
‫َْ‬
‫ََلم ِبِِحس ٍ‬
‫ُْ ْ َ‬
‫ْاألَحي ِاء ِمْن هم و ْاَلَمو ِ ه‬ ‫‪ُُ ‬ثَّ إِ َل أَرو ِاح ْاألَئِ َّم ِة ْاألَرب ع ِة الْمجت ِه ِدين وم َقلِِّ ِدي ِهم ِِف ِِّ‬
‫اف‬
‫ك ا َْلَُدى َوالتُّ َقى َوالْ َع َف َ‬ ‫ات‪ ،‬اَللِّ ُه َّم إِ ََّن نَ ْسأَلُ َ‬ ‫َْ ُ ْ َ َْ‬ ‫الديْ ِن َوإِ َل‬ ‫َْ َ ُ ْ َ ْ َ َ ُ ْ ْ‬ ‫َْ‬
‫والْغِِن‪ ،‬اَل هلِّه َّم إِ ََّن نَسأَلُك الْع ْفو والْعافِيةَ‪ ،‬والْمعافَا َة الدَّائِمةَ ِِف ِِّ‬
‫الديْ ِن‬ ‫ْي اَيْنَ َما َكانُ ْوا‬ ‫ِ ِِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫أَرو ِاح الشُّه َد ِاء و َّ ِِ‬
‫َ‬ ‫ْ َ َ َ َ َ َ َ َُ‬ ‫َ َ ُ‬ ‫ْي َواْأل َْوليَاء َوالْعُلَ َماء الْ َعامل ْ َ‬ ‫الصاِل ْ َ‬ ‫َ َ‬ ‫َْ‬
‫ْي َوإِ َْلَ َام‬ ‫ِ‬ ‫ْي َو ِح ْف َ‬ ‫ه‬ ‫ِ‬ ‫ض إِ َل َمغَا ِرِِبَا بَِِّرَِا َوَِْب ِرَِا َوبَِال ِد َِا َوَِّبَ ِاَلَا‬ ‫ِم ْن َم َشا ِرِق ْاأل َْر ِ‬
‫ظ الْ ُم ْر َسل ْ َ‬ ‫َوالدُّنْيَا َو ْاألَخَرَة‪ .‬اَللِّ ُه َّم ْارُزقْ نَا فَ ْه َم النَّبِيِِّ ْ َ‬
‫اَّ َع ْلنَا‬ ‫ب لَنَا ِم ْن أ َْزو ِاَّنَا وذُِِّرََّيتِنَا قَُّرةَ أ َْع ُ ٍ‬
‫ْي َّو ْ‬ ‫ْي‪َ ،‬ربَّنَا َِ ْ‬
‫ِ‬
‫الْ َم ََلئ َكةَ الْ ُم َقَّربِ ْ َ‬ ‫ف‬ ‫الرََّبِِِّن والْعا ِر ِ‬ ‫ضرةِ الشَّْي ِح الْ ُقطْ ِ‬ ‫وأ َْوِديتِ َها ُخ ُ ِ‬
‫َ َ‬ ‫ب َّ ِّ َ َ‬ ‫ص ْوصا إ َل َح ْ َ‬ ‫َ َ‬
‫لِْلمت َِّقْي إِماما‪ ،‬ربَّنَا ا ْغ ِفرلَنَا وِِإلخوانِنَا الَّ ِذين سب ُقو ََن َِبِْإلُْيَ ِ‬ ‫اِلِي َالِِن ر ِضي هالِل عْن هم أ ْ ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫ان َوََل ََْت َع ْل‬ ‫ْ َ ََ ْ‬ ‫ْ َ َْ‬ ‫ُ َْ َ َ‬ ‫َع َاد‬‫ْي أ َ‬ ‫ََجَع ْ َ‬ ‫الص َم َد ِاِن الشَّْي ِخ َعْبد الْ َقاد ِر ْ ْ َ َ ُِّ َ ُ ْ‬ ‫َّ‬
‫الرِحْي ُم‪َ ،‬ربَّنَا اهتِنَا ِِف الدُّنْيَا‬ ‫ِِ‬ ‫الِلُ َعلَْي نَا ِم ْن بََرَكاِتِِ ْم َوَكَرَماِتِِ ْم ِِف الدُّنْيَا َو ْاَل ِخَرةِ‪ ،‬اَلْ َف ِاِتَ ْة‪...‬‬
‫َّك َرُؤْوف َّ‬ ‫ِ ِْف قُلُ ْوبِنَا ِغ اال للَّذيْ َن اه َمنُ ْوا َربَّنَا إِن َ‬ ‫هِّ‬
‫اب النَّا ِر‪َ ،‬وأ َْد ِخ ْلنَا ْ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ََّ َد ِاد ََن َو ََّدَّاتِنَا‬ ‫ضرِة اهَبئِنَا واَُّمهاتِنَا واََّ َد ِاد ََن وأ ِ‬
‫اِلَنَّةَ َم َع ْاألَبْ َرا ِر‪،‬‬ ‫َح َسنَة َوِِف ْاَلخَرةِ َح َسنَة َوقنَا َع َذ َ‬ ‫ََّ َداد أ ْ‬ ‫َ ْ‬ ‫‪ُُ ‬ثَّ إِ َل َح ْ َ َ َ َ َ ْ‬
‫ب الْعَِّزةِ ع َّما ي ِ‬ ‫َيع ِزي ز َي َغفَّار َير َّ ِ‬ ‫َّات َّدَّاتِنَا وأَخوالِنَا وخ َاَلتِنَا وأ َْعم ِامنَا وع َّماتِنَا وم َش ِِ‬
‫ص ُف ْو َن‪،‬‬ ‫َ َ‬ ‫ك َر ِِّ‬ ‫ْي‪ُ ،‬سْب َحا َن َربِِّ َ‬ ‫ب الْ َعالَم ْ َ‬ ‫َ َ ُْ َ ُ َ َ‬ ‫اينَا‬ ‫ََ‬ ‫َ َ ََ‬ ‫َ َْ َ َ‬
‫ِ‬
‫َو ََّد َ‬
‫ِ‬ ‫وس َالم علَى الْمرسلِْي‪ ،‬و ْ ِ ِ‬ ‫اينَا وُم َؤلِِِّفي الْ ُكتُ ِ‬
‫ْي‪.‬‬ ‫ب الْ َعالَم ْ َ‬ ‫اِلَ ْم ُد هِّلِل َر ِِّ‬ ‫َ َ َ ُْ َ ْ َ َ‬ ‫اِا َوإِ َل‬ ‫اِا َو َعلَّ ْمنَ َ‬ ‫ب الَِِّت تَ َعلَّ ْمنَ َ‬
‫ِِ‬
‫َوَم َشاي ِخ َم َش َ‬
‫ِ‬
‫اَلْ َف ِاَتَ ْة‪.‬‬ ‫َحيَ ِاء‬ ‫ِ ِ‬
‫ْي َوالْ ُم ْؤمنَات ْاأل ْ‬
‫ِِ‬ ‫ِ ِ‬
‫ْي َوالْ ُم ْسل َمات َوالْ ُم ْؤمن ْ َ‬
‫ِِ‬ ‫ِ‬
‫أ َْرَو ِاح ََجْي ِع الْ ُم ْسلم ْ َ‬
‫ِ‬ ‫ضرةِ من َكانَ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ت الْقَراءَةُ َوالتِّ َال َوةُ لَهُ‬ ‫ص ْوصا إِ َل َح ْ َ َ ْ ْ‬ ‫مْن ُه ْم َو ْاأل َْم َوات ُخ ُ‬
‫(‪ )Nama yang dikhususkan‬اَلْ َف ِاِتَ ْة‪...‬‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ص ‪3x‬‬ ‫اإل ْخالَ ِ‬ ‫ُس ْورةِ ِْ‬
‫َ‬ ‫‪‬‬ ‫صرا‬‫َخطَأْ ََن‪َ ،‬ربَّنَا َوََل ََْتم ْل َعلَْي نَآ إِ ْ‬ ‫َربَّنَا ََل تُ َؤاخ ْذ ََن إِ ْن نَّسْي نَآ أ َْو أ ْ‬
‫ُس ْوَرةِ الْ َفلَ ِق‬ ‫‪‬‬ ‫َك َما َحَْلتَهُ َعلَى الَّ ِذيْ َن ِم ْن قَ ْبلِنَا‪َ ،‬ربَّنَا َوََل َُتَ ِِّم ْلنَا َما ََل طَاقَةَ لَنَا بِِه‪،‬‬
‫ُس ْوَرةِ الن ِ‬
‫َّاس‬ ‫‪‬‬ ‫ف َعنَّا َوا ْغ ِف ْر لَنَا َو ْارحَْنَا (‪)7x‬‬ ‫َو ْاع ُ‬ ‫‪‬‬
‫ُس ْوَرةِ الْ َف ِاَتَ ِة‬ ‫‪‬‬ ‫ص ْرََن َعلَى الْ َق ْوِم الْ َكافِ ِريْ َن‪.‬‬ ‫ت َم ْوََل ََن فَانْ ُ‬ ‫أَنْ َ‬ ‫‪‬‬
‫ب فِْي ِه‪ُِ ،‬دى‬ ‫الرِحي ِم‪ ،‬اأٓل‪ ،‬هذلِ َ ِ‬ ‫الِلِ َّ‬ ‫إِرحَْنَا َيأَرحم َّ ِِ‬
‫اب ََل َريْ َ‬ ‫ك اْلكتَ ُ‬ ‫ح ِن َّ ْ ِّ‬ ‫الر ْ ه‬ ‫بِ ْس ِم هِّ‬ ‫‪‬‬ ‫ْي (‪)7x‬‬ ‫الراح ْ َ‬ ‫ْ َ ْ ََ‬ ‫‪‬‬
‫ب وي ِقيمو َن َّ ِ‬ ‫لِِّْلمت َِّق ْ َ ِ ِ ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ر ْحةُ هِ‬
‫اِ ْم‬
‫الص َالةَ َوَمَّا َرَزقْ نَ ُ‬ ‫ْي‪ ،‬اَلَّذيْ َن يُ ْؤمنُ ْو َن َبلْغَْي ِ َ ُ ْ ُ ْ‬ ‫ُ‬ ‫الِل َوبََرَكاتُهُ َعلَْي ُك ْم أ َِْ َل الْبَ ْيت إِنَّهُ َحْيد َمْيد‪ ،‬إَِّاَمَا يُِريْ ُد هِّ‬
‫الِلُ‬ ‫َ َ ِّ‬ ‫‪‬‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫لِي ْذ ِ‬
‫ك‪،‬‬‫ك َوَمآ أُنْ ِزَل م ْن قَ ْبل َ‬ ‫يُْنف ُق ْو َن‪َ ،‬والَّذيْ َن يُ ْؤمنُ ْو َن ِبَآ أُنْ ِزَل إِلَْي َ‬ ‫س أ َِْ َل الْبَ ْيت َويُطَ ِِّهَرُك ْم تَطْ ِه ْْيا‪ ،‬إِ َّن هِّ‬
‫الِلَ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬
‫ْ‬ ‫ب َعْن ُكم الِِّ‬
‫ر‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫ُ‬
‫ِ‬ ‫صلُّ ْوا َعلَْي ِه‬ ‫ِ‬ ‫َوَم ََلئِ َكتَهُ يُ َ ُّ‬
‫ك ُِ ُم‬ ‫ك َعلَى ُِدى ِِّم ْن َرِِِّبِ ْم َواُولأئِ َ‬ ‫َوَِبَْل ِخَرةِ ُِ ْم يُ ْوقنُ ْو َن‪ ،‬اُولأئِ َ‬ ‫َِّب‪ََ ،‬يأَيُّ َها الَّذيْ َن َآمنُ ْوا َ‬ ‫ِ‬
‫صل ْو َن َعلَى الن ِِّ‬
‫الْ ُم ْفلِ ُح ْو َن‪.‬‬ ‫َو َسلِِّ ُم ْوا تَ ْسلِْيما‪.‬‬
‫رسي‬ ‫آية ال ُك ِ‬
‫َ‬ ‫‪‬‬ ‫ص ِِّل َو َسلِِّ ْم َعلَى َسيِِّ ِد ََن ُُمَ َّم ٍد (‪)7x‬‬ ‫ه‬
‫اَللِّ ُه َّم َ‬ ‫‪‬‬
‫ض‪َ ،‬وإِ ْن تُْب ُد ْوا َما ِ ِْف أَنْ ُف ِس ُك ْم‬ ‫الس همو ِ‬ ‫ِِ ِ‬ ‫اب رسوِل هالِلِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫ات َو َما ِف اْأل َْر ِ‬ ‫هِّلِل َما ِف َّ َ‬ ‫‪‬‬ ‫َص َح ِ َ ُ ْ ِّ‬ ‫الِلُ تَبَ َارَك َوتَ َع َال َع ْن َس َاداتنَا أ ْ‬ ‫َو َسلِّ ْم َوَرض َي هِّ‬ ‫‪‬‬
‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ََجعِْي‪ ،‬وحسب نَا هالِل ونِعم الْوكِيل‪ ،‬نِعم الْموَل ونِعم الن ِ‬
‫ب َم ْن يَّ َشآءُ‪،‬‬ ‫الِلُ‪ ،‬فَيَ ْغف ُر ل َم ْن يَّ َشآءُ َويُ َع ِّذ ُ‬ ‫أ َْو ُُتْ ُف ْوهُ َُُاسْب ُك ْم بِه هِّ‬ ‫َّص ْْيُ‪َ ،‬وََل‬ ‫أ ْ َ ْ َ َ َ ْ ُ ُِّ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َ َ ْ َ ْ َ‬
‫الر ُس ْو ُل ِِبَآ أُنْ ِزَل اِلَْي ِه ِم ْن َّربِِِّه‬ ‫الِلُ َعلَى ُك ِِّل َش ْي ٍء قَ ِديْر‪َ ،‬آم َن َّ‬ ‫َو هِّ‬ ‫َح ْوَل َوََل قُ َّوَة إََِّل َِب هِّلِلِ الْ َعلِ ِِّي الْ َع ِظْي ِم‪.‬‬
‫ِ ِِ ِ ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫الِلُ الْ َع ِظْي ِم (‪)7x‬‬ ‫أ ِ‬
‫َوالْ ُم ْؤمنُ ْو َن‪ُ ،‬كلٌّ َآم َن َِب هِّلِل َوَم ََلئ َكته َوُكتُبِه َوُر ُسله‪ََ ،‬ل نُ َفِِّر ُق بَْ َ‬
‫ْي‬ ‫َستَ ْغف ُر هِّ‬‫ْ‬ ‫‪‬‬
‫ِ‬ ‫أ ٍ‬ ‫ِ‬ ‫أ ِ‬
‫ص ْْيُ‪،‬‬ ‫ك الْم ِ‬ ‫ِ‬
‫ك َربَّنَا َوإلَْي َ َ‬ ‫َحد ِِّم ْن ُر ُسل ِه‪َ ،‬وقَالُْوا ََِس ْعنَا َوأَطَ ْعنَا غُ ْفَرانَ َ‬ ‫َ‬ ‫الرِحْي ِم‬
‫الِلُ الْ َع ِظْي ِم ا َّن هللاَ َغ ُف ْوُر َّ‬ ‫َستَ ْغف ُر هِّ‬‫ْ‬ ‫‪‬‬
‫ِ‬ ‫أَفْضل ِِّ‬
‫ت‪،‬‬ ‫ت َو َعلَْي َها َماا ْكتَ َسبَ ْ‬ ‫الِلُ نَ ْفسا إََِّل ُو ْس َع َها‪ََ ،‬لَا َما َك َسبَ ْ‬ ‫ف هِّ‬ ‫ََل يُ َكلِّ ُ‬ ‫الذ ْك ِر فَ ْعلَ ْم أَنَّهُ‪،‬‬ ‫َُ‬ ‫‪‬‬
‫الِلُ َح ٌّي َم ْو َُّ ْود‪ََ ،‬ل إِهلهَ إََِّل ا هِّلِلُ َح ٌّي َم ْعبُ ْود‪ََ ،‬ل إِهلهَ إََِّل‬ ‫ََل إِهلهَ إََِّل هِّ‬ ‫‪‬‬ ‫‪ Doa Tahlil‬‬

‫ِِ‬ ‫ح ِن َّ ِ‬ ‫الِلِ َّ‬ ‫ان َّ ِ‬ ‫أَعوذُ َِب هلِلِ ِمن الشَّيطَ ِ‬


‫الِلُ َح ٌّي ََبق‪،‬‬ ‫هِّ‬ ‫ب‬ ‫الرحْي ِم‪ ،‬اَ ِْلَ ْم ُد هِّلِل َر ِِّ‬ ‫الر ْ ه‬ ‫الرَّْي ِم‪ ،‬بِ ْس ِم هِّ‬ ‫ُ ْ ِّ َ ْ‬
‫الِلُ (‪)33x‬‬ ‫ََلإِهلهَ إََِّل هِّ‬ ‫‪‬‬ ‫اِف نِ َع َمهُ َويُ َكافِ ُئ‬ ‫ْي‪ ،‬حَْدا يُ َو ِ ْ‬
‫ِِ‬ ‫ِ‬
‫ْي‪ ،‬حَْدا الشَّاك ِريْ َن‪ ،‬حَْدا النَّاعم ْ َ‬
‫ِ‬
‫الْ َعالَم ْ َ‬
‫ََل إِهله إََِّل هالِل ‪ 2x‬سيِ ُد ََن ُُم َّمد َّرسو ُل هالِلِ‬
‫َ ِّ َ ُ ْ ِّ‬ ‫َ ُِّ‬ ‫‪‬‬ ‫ك الْ َك ِرِْي َو َع ِظْي ِم‬ ‫اِلَ ْم ُد َك َما يَْن بَغِ ْي ِِلََال ِل َو َّْ ِه َ‬ ‫ك ْ‬ ‫َم ِزيْ َدهُ‪ََ ،‬ي َربَّنَا لَ َ‬
‫َِّب ص َالةُ هللاِ‬ ‫ك‪ ،‬اَل هلِّه َّم ص ِل ع هلى سيِ ِد ََن ُُم َّم ٍد ص َالة تُْن ِجي نَا ِِبا ِمن َِ‬ ‫ِ‬
‫الِلُ ‪َ 2x‬علَى النِ ِِّ َ‬ ‫ََل إِهلهَ إََِّل هِّ‬ ‫‪‬‬ ‫َجْي ِع‬ ‫ْ َ ْ‬ ‫ُس ْلطَان َ ُ َ ِّ َ َ ِّ َ َ‬
‫َِّب س َالم هللاِ‬
‫الِلُ ‪َ 2x‬علَى النِ ِِّ َ ُ‬ ‫ََل إِهلهَ إََِّل هِّ‬ ‫‪‬‬ ‫ات‪َ ،‬وتُطَ ِِّه ُرََن ِِبَا ِم ْن‬ ‫اِلاَّ ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ْاأل َِْ َوال َو ْاألأفَات‪َ ،‬وتَ ْقض ْي لَنَا ِبَا ََجْي َع َْ َ‬
‫ِ‬
‫ص ِِّل َعلَ ِيه َو َسلِِّم‬ ‫ِ‬ ‫آت‪ ،‬وتَرفَعنَا ِِبا ِعْن َد َك أ َْعلَى الد ِ ِ ِ‬ ‫السيِئ ِ‬ ‫َِ‬
‫ص ِِّل َعلَى َسيِِّد ََن ُُمَ َّمد‪ ،‬اَللَّ ُه َّم َ‬ ‫اَللَّ ُه َّم َ‬ ‫‪‬‬ ‫صى‬ ‫َّر ََّات‪َ ،‬وتُبَلِّغُنَا ِبَا أَقْ َ‬ ‫َ‬ ‫َُْ َ‬ ‫َجْي ِع َّ َِّ‬
‫ص ِِّل َعلَ ِيه َو َسلِِّم‬‫ب َ‬
‫ِ‬
‫ص ِِّل َعلَى َسيِِّد ََن ُُمَ َّمد‪ََ ،‬ي َر ِِّ‬ ‫اَللَّ ُه َّم َ‬ ‫‪‬‬ ‫ات‪ ،‬اَل هلِّ ُه َّم أ َْو ِص ْل َو‬ ‫اِلياةِ وب ع َد الْمم ِ‬
‫الَْ َْيات ِف ََْ َ َ ْ َ َ‬
‫َجْي ِع ْ ِ ِ‬ ‫ت‪ِ ،‬من َِ‬
‫ْ‬
‫الْغَاَي ِ‬
‫َ‬
‫ان َعلَى‬ ‫ان خ ِفي َفتَ ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫الِلُ َعلَْيه َو َسلَّ َم‪َ ،‬كل َمتَ َ ْ‬
‫قَ َال رسو ُل هالِلِ صلَّى ه ِ‬
‫َ ُ ْ ِّ َ ِّ‬ ‫‪‬‬ ‫آن الْ َع ِظْي ِم‪َ ،‬وَما َِلَّْلنَا َوَما َسبَّ ْحنَا َوَما‬ ‫تَ َقبَّل ثَواب ما قَرأْ ََنه ِمن الْ ُقر ِ‬
‫ْ َ َ َ َ ُ َ ْ‬
‫ح ِن‪،‬‬ ‫ان إِ َل َّ‬
‫الر ْ ه‬ ‫ان ِِف الْ ِمي ز ِان‪ ،‬حبِي ب تَ ِ‬
‫َْ َ َْ‬
‫ان‪ ،‬ثَِقي لَتَ ِ‬
‫ْ‬
‫اللِِّس ِ‬ ‫الِلُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‪ِ َِ ،‬ديَّة‬ ‫صلَّى هِّ‬
‫ٍ‬ ‫ِ‬
‫صلَّْي نَا َعلَى َسيِِّد ََن ُُمَ َّمد َ‬ ‫استَ ْغ َف ْرََن َوَما َ‬ ‫ْ‬
‫َ‬
‫ِ‬
‫الِل الْ َعظْي ِم (‪)7x‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫الِل َوِبَ ْمده ُسْب َحا َن هِّ‬
‫ِ‬
‫ُسْب َحا َن هِّ‬ ‫‪‬‬ ‫ضَرةِ َحبِْيبِنَا َو َش ِفْيعِنَا َوقَُّرةِ أ َْعيُنِنَا‬ ‫اصلَة َّوَر ْحَة ََّن ِزلَة َّوبََرَكة َش ِاملَة إِ َل َح ْ‬ ‫وِ‬
‫َ‬
‫ص ْحبِ ِه َو َسلِِّ ْم‬ ‫ِِ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ه‬ ‫َجْي ِع إِ ْخ َوانِِه ِم َن‬ ‫سيِ ِد ََن وموََل ََن ُُم َّم ٍد صلَّى هالِل علَي ِه وسلَّم‪ ،‬و إِ َل َِ‬
‫ك َسيِِّد ََن ُُمَ َّمد َو َعلَى اهله َو َ‬ ‫ص ِِّل َعلَى َحبِْيبِ َ‬ ‫اَللِّ ُه َّم َ‬ ‫‪‬‬ ‫َ ِّ َ َ ْ َ َ ُِّ َ ْ َ َ َ َ‬
‫ِ‬ ‫الصاِلِِْي و َّ ِ‬ ‫آء والش ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫‪2x‬‬ ‫الص َحابَة َوالتَّابِع ْ َ‬
‫ْي‬ ‫ُّه َدآء َو َّ ْ َ َ‬ ‫ْي‪َ ،‬و ْاأل َْوليَ َ َ‬ ‫ْاألَنْبِيَآء َوالْ ُم ْر َسل ْ َ‬
‫ص ْحبِ ِه َوََب ِرك‬ ‫ِِ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ه‬ ‫اِ ِديْ َن ِ ِْف َسبِْي ِل‬ ‫َجي ِع الْمج ِ‬ ‫ص ِ‬ ‫ِ‬ ‫آء الْع ِاملِْي والْم ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫ك َسيِِّد ََن ُُمَ َّمد َو َعلَى اهله َو َ‬ ‫ص ِِّل َعلَى َحبِْيبِ َ‬ ‫اَللِّ ُه َّم َ‬ ‫‪‬‬ ‫ْي َو َ ْ ُ َ‬ ‫ْي الْ ُم ْخلَ ْ َ‬ ‫صنِّف ْ َ‬‫َوالْعُلَ َم َ ْ َ َ ُ َ‬
‫ْي‬ ‫ِ ِ‬
‫َو َسلِّ ْم أََجَع َ‬ ‫ص ْوصا إِ َل َسيِِّ ِد ََن الشَّْي ِخ َعْب ِد‬ ‫ْي ُخ ُ‬
‫ِ ِ‬
‫ْي َو الْ َم ََلئ َكة الْ ُم َقَّربِ ْ َ‬
‫ِهلِلِ ر ِ ِ‬
‫ب الْ َعالَم ْ َ‬ ‫ِّ َ ِّ‬
‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫الْ َق ِاد ِر ِْ‬
‫(الفاَتة)‬ ‫‪‬‬ ‫اِلْيالَِِِّنِّ‪ُُ ،‬ثَّ إِ َل أ َْرَو ِاح ََجْي ِع أ َِْ ِل الْ ُقبُ ْوِر م َن الْ ُم ْسلم ْ َ‬
‫ْي‬
‫ض إِ َل َمغَا ِرِِبَا بَِِّرَِا‬ ‫ات ِم ْن َم َشا ِرِق اَْلَْر ِ‬ ‫ات والْم ْؤِمنِْي والْم ْؤِمنَ ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫َوالْ ُم ْسل َم َ ُ ْ َ َ ُ‬
‫ص ْوصا‬ ‫ص ُخ ُ‬‫ََّ َد ِاد ََن َو ََّدَّاتِنَا َوَنُ ُّ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ص ْوصا إِ َل اه ََبئنَا َواَُّم َهاتنَا َوأ ْ‬ ‫َوَِْب ِرَِا ُخ ُ‬
‫ََّلِ ِه(‪ )Nama yang dikhususkan‬اَل هلِّ ُه َّم‬ ‫ِ‬
‫اِنَا بِ َسبَبِه َوِأل ْ‬ ‫إِ َل َم ِن ْ‬
‫اَّتَ َم ْعنَا َِ ُ‬
‫ك فِ َداء ََلُْم ِم َن النَّا ِر َو ِح َجاَب ََلُْم ِم َن النَّا ِر َو ِس َّْتا ََلُْم ِم َن النَّا ِر‪،‬‬ ‫ِ‬
‫اَّ َع ْل هذل َ‬ ‫ْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ه‬
‫ب تَ ْوبَتَ ُه ْم‬ ‫اس َُّْت عُيُ ْوَِبُْم َوتُ ْ‬
‫ف َعْن ُه ْم َو ْ‬ ‫اَللِّ ُه َّم ا ْغف ْرََلُْم َو ْارحَْ ُه ْم َو َعاف ِه ْم َو ْاع ُ‬
‫ك‬ ‫اِلَنَّةَ َمأْ َو ُاِ ْم َوَم ْد َخلَ ُه ْم بَِر ْحَتِ َ‬
‫اَّ َع ِل ْ‬ ‫َوتَ َقبَّ ْل اَ ْع َما ََلُْم َونَِِّوْر قَْ َبُِ ْم َو ْ‬
‫الر ْحَةَ َوالْ َم ْغ ِفَرةَ َعلَى أ َِْ ِل الْ ُقبُ ْوِر ِم ْن أ َِْ ِل‬‫ْي‪ ،‬اَل هلِّ ُه َّم اَنْ ِزِل َّ‬ ‫َيأَرحم َّ ِِ‬
‫الراح ْ َ‬ ‫َ ْ ََ‬
‫ب‬ ‫ِ‬ ‫ََل إِهله إََِّل هالِل ُُم َّمد َّرسو ُل هِ‬
‫الِل‪َ ،‬ربَّنَا ََل تُِز ْغ قُلُ ْوبَنَا بَ ْع َد إ ْذ َِ َديْتَ نَا َوَِ ْ‬ ‫َ ُِّ َ ُ ْ ِّ‬
‫اب‪َ ،‬ربَّنَا آتِنَا ِِف الدُّنْيَا َح َسنَة َّوِِف‬ ‫ِ‬
‫ت الْ َوَِّ ُ‬ ‫َّك اَنْ َ‬ ‫ك َر ْحَة‪ ،‬ان َ‬ ‫لَنَا ِم ْن لَّ ُدنْ َ‬
‫الِلُ َعلَى َسيِِّ ِد ََن ُُمَ َّم ٍد َّو َعلَى‬ ‫صلَّى هِّ‬ ‫اب النَّا ِر‪َ ،‬و َ‬
‫ِ‬
‫ْاَلخَرةِ َح َسنَة َّوقنَا َع َذ َ‬
‫ِ‬
‫ِ‬ ‫آلِِه وصحبِ ِه وسلَّم‪ ،‬و ْ ِ ِ‬
‫ْي‪.‬‬‫ب الْ َعالَم ْ َ‬‫اِلَ ْم ُد هِّلِل َر ِِّ‬ ‫َ َْ ََ َ َ‬
‫(الفاَتة)‬

Anda mungkin juga menyukai