THAHARAH
h) Sholat Tasbih
b) Sholat gerhana matahari dan gerhana rembulan
- Gerhana Matahari َ إِماما)هللِ تَ َع/(مأْ ُم ْوما
ال ِ ِ ِ ِ ْ َصلِِّى ُسنَّة التَسبِْي ِح رْك َعت
َ ْي ُم ْستَ ْقب َل الْقْب لَة أ ََداء َ ْ َ ُا
َ إِماما)هللِ تَ َع/(مأْ ُم ْوما
ال ِ ْ َس رْك َعت
َ ْي َ َّم
ِ اُصلِِّى سنَّة لِ ُكسو
ِ ْ ف الش ُْ ُ َ
D. SHOLAT HARI RAYA
Allah menjadikan dua hari raya untuk orang-orang
- Gerhana Bulan
mukmin dalam setahun yang kedua-duanya dirayakan setelah
َ إِماما)هللِ تَ َع/(مأْ ُم ْوما
ال َ ْي َ َ
ِ اُصلِِّى سنَّة ِلسو
ِ ْ َف الْ َقم ِر رْك َعت
ُْ ُ ُ َ sempurna menjalankan ibadah. Hari raya Idul Adha setelah
sempurna menjalan ibadah haji dan hari raya Idul Fitri setelah
c) Sholat Istisqo’ sempurna menjalankan ibadah puasa ramadhan. Hari jum’at
َ إِماما)هللِ تَ َع/(مأْ ُم ْوما
ال ِ ْ َصلِِّى ُسنَّة ا ِإل ْستِس َق ِاءرْك َعت
َ ْي َ ُا
juga termasuk hari raya walaupun hanya hari raya mingguan.
َ ْ Sedangkan hari rayanya orang-orang mukmin di dalam surga
d) Sholat Rowatib
adalah waktu mereka bertemu dengan Allah SWT, dan bagi
2 rakaat sebelum subuh.
mereka tidak ada yang lebih menyenangkan daripada itu.
4 rakaat sebelum dhuhur.
1. Hukum Sholat Hari Raya
2 rakaat sesudah dhuhur.
Melakukan sholat Hari Raya, yakni idul fitri dan
4 rakaat sebelum ashar.
Idul Adha hukumnya sunnah muakkad, dan makruh
2 rakaat setelah maghrib.
meninggalkannya. Tapi ada yang berpendapat fardhu c) Membaca takbir sebanyak 7x, di sela-sela takbir
kifayah, memandang bahwa sholat ied adalah bagian dari membaca:
syi’ar Islam. سبحان هللا والحمد هللا وآلإله إال هللا وهللا أكبر
Sholat Ied dalam menjalankannya baik secara d) Membaca ta’awudz.
berjama’ah atau sendirian, mukmin atau musafir, orang e) Membaca surat al-Fatihah.
merdeka atau hamba sahaya, laki-laki atau perempuan f) Membaca surat Qof, atau al-A’la, atau surat al-Kafirun,
(yang tidak cantik dan yang tidak banyak bertingkah atau yang lainnya dengan suara yang keras.
bergaya, kemayu). Berbeda dengan perempuan yang sudah g) Selanjutnya seperti halnya sholat pada umumnya.
tua dan mendapatkan izin dari suaminya. Roka’at kedua:
2. Waktu Sholat Hari Raya a) Membaca takbir 5x.
Waktu mengerjaka sholat hari raya ialah setelah b) Membaca ta’awudz.
matahari terbit sampai zawal (dhuhur). Namun c) Membaca surat al-Fatihah.
mengerjakan sholat saat matahari baru terbit sebagian, hal d) Membaca surat al-Qomar, atau al-Ghosiyah, atau surat
ini juga sah. Akan tetapi yang lebih baik sholat diakhirkan al-Ikhlas, atau yang lainnya dengan suara yang keras.
sampai naiknya matahari. e) Selanjutya sepertih halnya sholat pada umumnya.
Bagi makmum disunahkan berangkat pagi-pagi
dan mencari tempat untuk mendirikan sholat, berbeda E. SHOLAT JUM’AT
dengan imam. Adapun bagi imam disunahkan berangkat 1. Hukum Sholat Jum’at
ke masjid ketika akan didirikannya sholat. Sholat Jum’at adalah sholat yang paling utama
3. Cara Mendirikan Sholat Hari Raya dibandingkan dengan sholat-sholat yang lain. Sholat jum’at
Roka’at pertama: hukumnya fardhu ‘ain bagi orang yang sudah memenuhi
a) Takbirotul ihrom dengan niat sholat hari raya, seperti: syarat-syaratnya.
Sholat Idul Fitri: 2. Syarat Wajib Sholat Jum’at
َ إِ َماما) ِهِّلِلِ تَ َع/(مأْ ُم ْوما
ال ِ ْ َُصلِِّي ُسنَّة لعِْي ِد اْ ِلفطْ ِر رْك َعت
َ ْي َ َأ a) Islam.
b) Laki-laki
Sholat Idul Adha:
c) Baligh.
َ إِ َماما) ِهِّلِلِ تَ َع/(مأْ ُم ْوما
ال ِ ْ ََض َحى رْك َعت
َ ْي
ِِ
َ ْ ُسنَّة لعْيد اْأل ُصلِِّ ْي
َأ d) Berakal.
b) Membaca doa iftitah e) Merdeka (buka hamba sahaya).
f) Menetap (mustauthim).
g) Tidak ada udzur.
Sholat Jum’at wajib bagi orang-orang berikut ini: kecil yang sudah tamyiz, hamba sahaya, wanita, banci,
akan tetapi mereka tidak boleh mendirikan sholat jum’at dan musafir.
tersendiri (tidak bisa mengesahkan sholat jum’at), di f) Orang yang tidak wajib mendirikan sholat jum’at,
antaranya ialah: sholatnya sah dan mengesahkan, yaitu orang sakityang
a) Orang yang bermukim di tempat didirikannya sholat mustauthin dan orang yang mendapat kemurahan
jum’at, akan tetapi tidak menetap (mustauthin). meninggalkan jama’ah (ma’dzur).
b) Orang yang mukim di tempat yang penduduknya tidak 3. Syarat Sahnya Sholat Jum’at
mencapai 40 orang dan bisa mendengar suara adzan Selain syarat-syarat sebagaimana sholat fardhu
jum’at dari desa tetangga. ang lainnya, sholat jum’at mempunyai enam syarat yang
Dari ketentuan di atas, orang dinisbatkan kepada lain, yaitu:
sholat jum’at menjadi enam bagian, diantaranya: a) Didirikan secara berjama’ah pada rokaat pertama.
a) Orang yang wajib mendirikan sholat jum’at, sholatnya b) Didirikan oleh 40 orang (termasuk imam) yang bisa
sah dan bisa mengesahkan, yaitu orang-orang yang mengesahkan sholat jum’at. Oleh karena itu apabila
memenuhi syarat-syarat di atas. imam berjam’ah bersama 40 orang (jadi jumlahnya 41),
b) Orang yang wajib mendirikan sholat jum’at, sholatnya pada roka’at kedua imam batal atau makmum
sah akan tetapi tidak bisa mengesahkan, yaitu orang yang mufaroqoh kemudian makmum meneruskan sholat
mukim yang tidak menetap (mustauthin) dan orang yang sendiri-sendiri, maka sholatnya tetap sah dengan syarat
bisa mendengar adzan jum’at, tetapi dia tidak bertempat jumlah musholli yang sholat sampai selesai tidak
di desa yang dikumandangkan adzan tersebut. kurang dari 40 orang.
c) Orang yang wajib mendirikan sholat jum’at, sholatnya c) Didirikan di dalam balad, yakni yang dimaksud balad
tidak sah dan tidak bisa mengesahkan, yaitu orang-orang adalah bangunan-bangunan tempat menetapnya orang-
yang murtad. orang mendirikan sholat jum’at, baik desa maupun
d) Orang yang tidak wajib mendirikan sholat jum’at, kota.
sholatnya tidak sah dan tidak bisa mengesahkan, yaitu d) Didirikan di waktu dhuhur (beserta dengan dua
orang kafir asli, anak yang belum tamyiz, orang gila, khutbahnya).
orang yang ayan (mughma alaih) dan orang yang mabuk e) Sholat didirikan setelah dua khutbah.
dengan sengaja. f) Tidak didahului atau bersamaan dengan takbiratul
e) Orang yang tidak wajib mendirikan sholat jum’at, ihrom-nya imam sholat jum’at yang lain di tempat
sholatnya sah tetapi tidak bisa mengesahkan , yaitu anak balad tersebut (dalam satu balad ada dua sholat jum’at
atau lebih).
.
F. MACAM-MACAM SUJUD 3. Sujud Syukur
1. Sujud Sahwi Sujud syukur adalah sujud yang dilaksanakan
Sujud sahwi adalah sujud yang dilakukan karena ketika mendapat suatu kenikmatan, sembuh dari sakit atau
meninggalkan sunnah ab'ad baik karena lupa maupun terhindar dari malapetaka atau musibah.
disengaja, seperti meninggalkan tasyahud awal, qunut Kaifiyah :
sholat subuh, membaca sholawat setelah tasyahud awal Memenuhi syarat sebagai berikut:
dll. Serta ragu terhadap raka'at sholat. Caranya dengan a) Menutup aurat
cara melakukan sujud dua kali sesudah membaca tahiyat b) Menghadap kiblat
akhir. c) Suci tempatnya
Bacaan sujud sahwi: d) Tidak harus suci dari hadas, akan tetapi lebih
3x ُ َُس ْب َحا َن َم ْن اال يَن
ام َوَال يَ ْس ُه ْو utama suci
Membaca takbir dan secara langsung melakukan
2. Sujud Tilawah
sujud satu kali
Sujud tilawah adalah sujud yang dilakukan ketika
Tidak pada keadaan mengerjakan sholat
membaca ayat-ayat sajdah.
Bacaan sujud syukur :
Kaifiyyah:
Nabi tidak menggariskan apa yang dibaca dalam
a. Apabila membaca ayat sajdah pada waktu sholat
sujud syukur, namun terserah kepada yang melakukan.
maka langsung sujud kemudian berdiri lagi
Contoh:
meneruskan ayat berikutnya.
a) Membaca
b. Apabila tidak pada waktu sholat maka setelah
membaca ayat-ayat sajdah kemudian niat sujud x۳ ِّب ْاْلَ ْعلَى َوِِبَ ْم ِده
َ ُِس ْب َحا َن َر
tilawah (dalam hati) dan langsung sujud diiringi b) Atau ditambah:
bacaan takbir. Setelah sujud duduk kembali dan ت َعلَ اي ِا ْْلم ُد ِا
َ ّلِل الا ِذي فَطََر َما َس َج ْدتُهُ َس ْج َدةً أَنْ َع ْم َْ
diakhiri dengan salam.
c) Ada keterangan lain seperti bacaan sujud tilawah
Bacaan sujud tilawah:
Setelah sujud tanpa salam kemudian
mengucap Alhamdulillah atas kenikmatan yang
ص َرهُ ِِبَ ْولِ ِه َوقُ اوتِِه ِِ
َ َس َج َد َو ْج ِه َي للاذي َخلَ َقهُ َو
َ َص اوَرهُ َو َش اق َسَْ َعهُ َوب diterima atau kesembuhan penyakitnya atau
ِ ِ ْ اّلِل أَحسن
يَْ اْلَالق َ َ ْ ُفَ تَ بَ َار َك ا
terhindar dari malapetaka.
G. SHOLAT JAMA’ DAN QOSHOR Adanya udzur yang membolehkan sholat jama’
1. Sholat Jama’ seperti Bepergian (safar).
a) Pengertian Sholat Jama’ Kedua sholat yakin dilakukan pada waktu sholat
Sholat Jama’ adalah mengumpulkan dua pertama, sehingga kalau pelaksanaan sholat yang
sholat fardhu untuk didirikan dalam satu waktu. Bila kedua ragu-ragu atau bahkan yakin telah keluar
dikerjakan dalam waktu sholat yang pertama disebut dari waktu sholat pertama. Maka hukum sholat dan
jama’ taqdim. Dan apabila dikerjakan pada waktu jama’nya batal.
sholat yang kedua disebut jama’ ta’khir. Sholat yang c) Syarat Jama’ Takhir
bisa dijama’ adalah sholat dhuhur dengan ashar dan Niat jama’ ta’khir di dalam waktu sholat yang awal
sholat maghrib dengan isya’, baik cara (dhuhur/maghrib). Yaitu mulai masuknya waktu
pelaksanaannya di waktu sholat yang pertama (jama’ sholat yang awal sampai akhir waktu, sekira cukup
taqdim) atau di waktu sholat yang ke dua (jama’ digunakan untuk melakukan sholat yang pertama
ta’khir). Namun dalam hal ini, musafir lebih utama (cukup dua rokaat bila sholat diqoshor dan empat
melakukan sholat sempurna, dibandingkan men- rakaat bila tidak diqoshor).
jama’ sholatnya. Masih dalam bepergian (safar) hingga kedua sholat
b) Syarat-syarat Jama’ Taqdim selesai. Jadi, apabila musafir bermuqim sebelum
Berurutan (tertib), yakni memulai dengan sholat kedua sholat selesai, maka sholat yang pertama
yang ada diwaktu pertama, yani melakukan hukumnya qodho’.
sholat dhuhur dahulu sebelum ashar dan maghrib Dalam jama’ ta’khir tidak disyaratkan tertib,
sebelum isya’. muwalah dan niat sholat yang awal, hanya saja
Niat jama’ saat melaksanakan sholat yang ketiganya sunnah dilakukan.
pertama yakni antara takbirotul ihram sampai
salam. Akan tetapi meletakkan niat bersamaan
dengan takbirotul ihram itu lebih utama.
Muwalah, antara sholat yang pertama dan kedua
harus beruntun/tidak boleh berselang lama.
Menurut sebagian ulama, batasan muwalah ialah
waktu di antara dua sholat yang di-jama’ tadi
tidak melebihi waktu untuk digunakan sholat dua
roka’at.
2. Sholat Qoshor bepergian yang mudah seperti dalam rangka
a) Pengertian Sholat Qoshor. berdagang.
Sholat qoshor adalah sholat yang diringkas Jarak yang ditempuh minimal dua marhalah atau
dari empat roka’at menjadi dua roka’at. Dan Sholat lebih.
yang boleh diqoshor hanyalah sholat yang Harus sholat ada’ atau faitah (tertinggal) dalam
jumlahnya empat roka’at. perjalanan dan di-qodho’ dalam perjalanan.
b) Jarak Perjalanan Niat qoshor pada waktu takbiratul ihrom.
Secara terperinci hukum melaksanakan Tidak bermakmum kepada imam yang
qoshor dibedakan sebagai berikut: mendirikan sholat secara sempurna (tidak meng-
Jawaz (boleh), Apabila perjalanan sudah qoshor).
mencapai 84 Mil/ 16 Farsakh atau 2 Marhalah/ Perjalanan masih berlangsung dalam semua
80.640 Km (80 kilometer lebih 640m), namun sholatnya (sampai sholat kedua selesai).
belum mencapai 3 Marhalah/ 120.960 Km (120 Mempunyai tujuan yang jelas.
Kilometer lebih 960 meter). Atau bagi mereka Menjaga dari hal-hal yang menafi’kan niat
yang selalu bepergian di darat mupun laut, baik qoshor.
mempunyai tempat tinggal atau pun tidak. Bepergiannya karena tujuan yang benar (shohih)
Dalam jarak sekian ini mereka semua sunah/ menurut syara’.
lebih baik tidak melakukan qoshor. Mengetahui tentang diperbolehkannya meng-
Lebih baik menggunakan qoshor (jika jarak qoshor sholat.
tempuh mencapai 3 Marhalah atau lebih). 3. Sholat Jama’ dan Qoshor Sebab Sakit.
Wajib, apabila sholat tidak cukup untuk Rukhshoh (keringanan) sholat tidak hanya
digunakan kecuali dengan cara meringkas diperuntukkan bagi musafir saja, akan tetapi juga bagi
sholat(qoshor). orang yang sakit, sekiranya terjadi masyaqoh (merasa
c) Syarat Sahnya Sholat Qoshor berat), seandainya sholat dilakukan tanpa jama’ qoshor.
Syarat shalat qoshor ada sepuluh, sebagai Hal ini seperti yang disampaikan oleh Imam Nawawi
berikut: dalam kitab Maj’munya, Imam Syuyuti dan didukung oleh
Perjalanan bukan untuk maksiat, yaitu yang beberapa kalangan ulama.
mencangkup bepergian wajib seperti untuk
membayar hutang, bepergian sunnah seperti
untuk menyambung persaudaraan, atau pun
4. Niat sholat Jama’ dan Qoshor
Zakat menurut bahasa adalah “membersihkan” dan h. Ibnu Sabil (Orang yang sedang dalam perjalanan
“berkembang”. Sedangkan menurut istilah adalah sesuatu yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam
dikeluarkan dari harta (zakat maal) atau badan (zakat fitrah) perjalanannya)
dengan ketentuan yang ada. 2. Rukun Zakat Fitrah
A. Zakat Fitrah a) Niat
1. Pengertian - Niat untuk diri sendiri
Tajhizul Mayyit atau Merawat Mayat artinya merawat 3. Tata cara memandikan
atau mengurus seseorang yang telah meninggal. Dengan Batas minimal memandikan mayat adalah
demikian, apabila ada orang islam yang meninggal dunia (selain dengan menghilangkan najis yang ada pada tubuh
mati syahid atau bayi prematur) secara fardlu kifayah langkah- mayat. Kemudian mengguyurkan air secara merata
langkah yang harus dilakukan adalah 4M: pada seluruh tubuhnya. Termasuk anggota yang wajib
1. Memandikan. dibasuh adalah sesuatu yang tampak dari kemaluan
2. Mengkafani. janda ketika duduk. Dan bagian dalam alat kelamin
3. Mensholati. laki-laki yang belum dikhitan (kucur) serta bibir
4. Menguburkan. kemaluan wanita yang kelihatan tatkala jongkok.
A. MEMANDIKAN MAYAT Adapun cara memandikan mayat yang lebih sempurna
1. Syarat-syarat orang yang memandikan: adalah sebagai berikut:
a) Harus sejenis, mempunyai ikatan mahrom atau a) Mayat dibawa ke tempat pemandian dan tubunya
seseorang yang memiliki hubungan suami istri. ditutup dengan kain tipis.
Jika tidak menemukan syarat tersebut, maka mayat b) Mayat diletakkan di tempat yang agak tinggi
cukup ditayamumi dan orang yang menayamumi seperti dipan atau dipangku oleh tiga atau empat
harus beralas tangan (menggunakan sarung orang. Sementara kaki orang yang memangku
tangan). diganjal dengan semisal batu dengan posisi
b) Orang yang memandikan dan orang yang kakinya orang yang berada di tengah agak
membantunya hendaknya orang yang dapat merenggang.
dipercaya (amanah) serta mempunyai keahlian. c) Punggung mayat disandarkan pada lutut orang
2. Tempat Memandikan yang memangku dan Pundaknya disanggah dengan
a) Harus sepi dan tertutup serta tidak ada orang yang tangan kanan dan meletekkan ibu jari pada tengkuk
masuk selain orang yang bertugas memandikan. mayat (githok) untuk menyangga kepala agar tidak
b) Ditaburi wewangian, seperti dengan membakar miring
dupa, dan lain sebagainya. d) Perut mayat diurut menggunakan tangan kiri orang
yang memangku secara pelan- pelan dan berulang-
ulang agar kotoran yang ada di dalam perut dapat diletakkan dikain kafan dan dikubur bersama
keluar. Setelah itu mayat disiram dengan air yang mayat.
banyak. j) Mengguyurkan air yang telah dicampur daun
e) Mayat ditidurkan dengan posisi terlentang, bidara atau sabun ke anggota badan depan mayat
kemudian dimiringkan ke kiri kemudian ke kanan sebelah kanan, mulai leher sampai kaki, serta
untuk dibersihkan kedua alat kemaluannya serta menggosok-gosok tubuh mayat dengan pelan-
daerah sekitarnya dengan tangan kiri yang pelan. Kemudian dilanjutkan bagian tubuh sebelah
dibungkus kain (sarung tangan), dan saat kiri.
membersihkan atau menggosok-gosok aurat k) Mayat dimiringkan kekiri, lalu mengguyurkan air
(seperti anggota di antara pusar dan lutut bagi laki- pada bagian belakang sebelah kanan, mulai
laki) juga harus menggunakan penghalang, seperti tengkuk sampai ujung kaki. Selanjutnya
sarung tangan atau kain. Kerena aurat itu haram dimiringkan ke kanan, kemudian mengguyurkan
dilihat dan haram disentuh secara langsung (tanpa air pada bagian sebelah kiri mayit, mulai tengkuk
penghalang). Setelah itu segera disiram dengan air sampai ujung kaki.
yang banyak. l) Mengguyur seluruh tubuh mayat mulai kepala
f) Mengambil kain lain yang dibasahi untuk sampai kaki dengan air yang murni (tidak
membersihakn gigi dan lubang hidung dengan jari dicampur daun bidara atau sabun) sebayak dua
telunjuk tangan kiri serta membersihkan kotoran kali. Basuhan ini untuk membilas sisa-sisa daun
yang ada pada kuku, telinga dan mata. bidara atau sabun.
g) Mewudhukan mayat persis seperti wudhunya m) Mengguyur seluruh tubuh mayat dengan air yang
orang yang hidup, baik rukun dan syaratnya. dicampur sedikit kapur barus yang tidak sampai
Dengan niat : merubah kemutlakan air sebanyak tiga kali dengan
ِ ِِل ِذهِ الْميِت ِة ِا/ ت ِ
اَى
َ ّلِل تَ َع َ َ َ ِ ِوء ال َْم ْسنُو َن ِلََذا ال َْمي
َ ضُ ت ال ُْو
ُ ْنَ َوي niat :
ِ ه ِذهِ الْميِت ِة ِا/ ت
h) Dan diusahakan mulut mayat tidak terbuka agar air ّلِل تَ َع َال َ َ َ ِ ِت الْغُ ْس َل َع ْن َه َذا ال َْمي
ُ ْنَ َوي
tidak masuk ke dalam. Kemudian mengguyur
kepala mayat serta jenggot dengan air yang
dicampur daun bidara atau shampo.
i) Menyisir rambut dan jenggot dengan pelan-pelan.
Apabila ada rambut yang rontok, maka sunah
B. MENGKAFANI MAYAT 5. Kemudian kain kafan dilipatkan dengan urutan:
Sebelum mayat selesai dimandikan, hal- hal yang pertama melipatkan kain sisi kiri menuju ke kanan,
harus segera dipersiapkan adalah kapas yang telah diberi kemudian melipatkan kain sisi kanan menuju ke
wewangian dan kain kafan yang juga telah diberi kiri. Untuk melipatkan lapis kedua dan
wewangian. Untuk kain kafan yang lebih utama jumlahnya selanjutnya, caranya sama dengan di atas. Langkah
adalah sebagai berikut: ini dilakukan setelah pemakaian baju kurung dan
1. Untuk mayat laki-laki, disiapkan 5 lembar kain kafan serban. Dan diusahakan kain pocong kepala lebih
bersih warna putih yang terdiri dari 3 kain lebar, baju panjang.
kurung dan sorban. 6. Setelah semua kain kafan telah dilipatkan,
2. Untuk mayat perempuan, disiapkan 5 lembar kain kemudian ujung masing-masing kain kafan yang
kafan yang terdiri dari 2 lembar kain lebar, baju kurung, ada di kepala dan kaki disatukan, serta ditarik agar
kerudung dan sarung. rapat. Setelah itu, mayat diikat pada bagian atas,
Tata cara mengkafani tengah dan kaki dengan ikat simpul (tali wangsul)
1. Letakkan lembaran-lembaran kain lebar, baju dan posisi ikatan berada dibagian kiri mayit. Untuk
kurung, lalu sorban (untuk mayat laki-laki). Atau perempuan ditambah ikatan pada bagian dadanya.
sarung, baju kurung dan kerudung (untuk mayat
perempuan). C. MENSHOLATI MAYAT
2. Letakkan (mayat yang telah selesai dimandikan 1) Syarat-syarat sholat jenazah:
dan ditaburi wewangian) di atas kain kafan dengan a. Mayat telah selesai dimandikan dan suci dari najis,
posisi terlentang dan posisi tangan disedekapkan. baik tubuh, kafan ataupun tempatnya.
3. Letakkan kapas yang telah diberi wewangian pada b. Orang yang mensholati mayat telah memenuhi
anggotaanggota tubuh yang berlubang. Anggota syarat sah melakukan sholat.
tubuh tersebut meliputi kedua mata, kedua lubang c. Jika sholat dilakukan di luar masjid, jarak antara
hidung, kedua telinga dan mulut. Selain itu, juga mayat dan orang yang mensholati tidak melebihi
letakkan kapas pada kening mayat, kedua telapak 300 dziro' (+150 m).
tangan, di antara kedua pergelangan tangan, kedua d. Orang yang sholat berada di belakang jenazah jika
lutut dan di antara jari-jari tangan dan diantara jari- jenazahnya laki-laki. Bagi imam atau munfarid
jari kaki serta anggota tubuh yang terluka. (orang yang sholat sendirian) sebaiknya berdiri
4. Kedua pantat diikat dengan kain tepat pada bagia kepala mayat. Sedang bila
ٍ ِ ِ ٍ
ت َعلَى َ صلَّْي َ َك َما، َو َعلَى آل َسيِِّد ََن ُُمَ َّمد، ص ِِّل َعلَى سيدَن ُُمَ َّمد َ اللَّ ُه َّم
jenazahnya perempuan, maka posisi orang yang
mensholati tepat pada pantat mayat.
e. Tidak ada penghalang dan antara mayat orang yang َوََب ِرْك َعلَى َسيِِّ ِد ََن ُُمَ َّم ٍد َو َعلَى ِآل.َسيِِّ ِد ََن إِبْ َر ِاِ َيم وعلى ِآل َسيِِّ ِد ََن إِبْ َر ِاِ َيم
mesholati. ت َعلَى َسيِِّ ِد ََن إِبْ َر ِاِ َيم َو َعلَى ِآل َسيِِّ ِد ََن إِبْ َر ِاِ َيم ِِف ٍ ِ
َ َك َما ََب َرْك،َسيِِّد ََن ُُمَ َّمد
f. Orang yang sholat berada di dekat mayat jika
mayat yang disholati tidak ghaib. .حيد َِميد َِ َّك
َ ْي إِن ِ
َ الْ َعالَم
2) Rukun-rukun sholat jenazah e. Melakukan takbir ketiga. Kemudian membaca doa:
a. Niat. - Untuk laki-laki
b. Berdiri bagi yang mampu. ِِ ِ
ُف َعْنه
ُ الله َّم ا ْغف ْر لَهُ َو ْارحَْهُ َو َعافه َو ْاع
ُ
c. Takbir empat kali dengan menghitung takbiratul
- Untuk perempuan
ihram.
ف َعْن َها ِ ِ
d. Membaca surat Al-Fatihah. ُ الله َّم ا ْغف ْر ََلَا َو ْارحَْ َها َو َعاف َها َو ْاع
ُ
e. Membaca shalawat pada Nabi SAW setelah takbir f. Melakukan takbir yang keempat dan sunah
kedua. membaca do'a:
f. Mendoakan mayat setelah takbir ketiga. - Untuk laki-laki
ِ ِ
ْ الله َّم ََل ََْت ِرْمنَا أ
g. Salam.
َََُّرهُ َوََل تَ ْفتنَا بَ ْع َدهُ َوا ْغف ْر لَنَ َاولَه ُ
3) Teknis pelaksanaan mensholati mayat
- Untuk perempuan
a. Takbiratul ihram (takbir pertama) besertaan
dengan niat. َََّرَِا َوََل تَ ْفتِنَا بَ ْع َد َِا َوا ْغ ِف ْر لَنَ َاوََلَا
ْ الله َّم ََل ََْت ِرْمنَا أ
ُ
- Niat untuk mayat laki-laki: g. Mambaca salam:
َ ض َك َفايٍَة َِّلِلِ تَ َع
ال ِ ِ
َ إِ َماما فَ ْر/ أصلَّى َعلَى َِ َذا الْ َميِِّت أ َْربَ َع تَ ْكبِ َْيات َمأْ ُموما
َ الس َال ُم َعلَْي ُك ْم َوَر ْحَةُ هللاِ َوبََرَكاتُه
َّ
- Niat untuk mayat perempuan:
َ ض كِ َفايٍَة َِّلِلِ تَ َع
ال ٍ ِ ِِ
َ إِ َماما فَ ْر/ َصلَّى َعلَى َِذه الْ َمْيت أ َْربَ َع تَ ْكبِ َْيات َمأْ ُموما
َأ D. PEMAKAMAN JENAZAH
b. Membaca surat Al-Fatihah. 1. Persiapan
c. Melakukan takbir kedua Sebelum jenazah diberangkatkan ke tempat
d. Membaca shalawat pada Nabi Muhammad : pemakaman, liang kubur harus sudah siap, begitu pula
semua peralatan pemakaman seperti papan, batu nisan
dan lain-lain.
2. Liang kubur yakni satu orang di depan dan dua yang lain di
Ukuran liang kubur adalah sepanjang jenazah belakang atau masing masing dua orang.
ditambah kira-kira 0.5 m dan lebarnya +1 m, sedangkan Sedangkan pengusung sebaiknya dilakukan
dalam liang kubur tingginya setinggi postur tubuh oleh orang laki-laki.
manusia ditambah satu hasta (+ 60 cm). Menurut Dalam pengusungan, posisi kepala jenazah
keterangan dalam kitab l'anah al-Tholibin juz II hal 117 berada didepan.
disebutkan, bahwa untuk panjang dan lebar liang kubur Pengiring jenazah lebih baik berada di depan
seyogyanya seukuran jenazah ditambah tempat yang dan dekat dengan jenazah. Mengiring dengan
sekiranya cukup digunakan untuk orang yang menaruh berjalan kaki lebih baik dari pada
mayit didalam kubur. berkendaraan.
3. Proses pemberangkatan Jenazah Bagi orang yang mengusung jenazah
a) Pelepasan jenazah, setelah selesai disholati, disunatkan berjalan agak cepat.
kemudian keranda jenazah diangkat setelah itu Makruh hukumnya berbicara (ramai-ramai)
salah satu wakil dari keluarga memberikan kata kecuali dengan bacaan al-Qur'an dan dzikir
sambutan pelepasan jenazah yang isinya ketika mengiringi jenazah.
sebagaimana berikut: Juga makruh mengiringi bagi perempuan,
Permintaan maaf kepada para hadirin dan serta mengiringi dengan menyalakan
handai taulan, atas kesalahan yang pernah semacam api atau dupa.
diperbuat mayit. c) Proses Pemakaman Jenazah.
Pemberitahuan tentang pengalihan urusan Dalam penguburan mayit dikenal dua jenis
hutang piutang kepada ahli waris. liang kubur :
Persaksian atas baik dan buruknya amal Liang cempuri, yaitu liang kuburan yang
perbuatan mayit tengahnya digali (seperti menggali sungai),
Sekedar mau'idhah hasanah. hal ini diperuntukkan bagi tanah yang gembur.
b) Cara mengantar jenazah Liang landak, yaitu liang kuburan yang sisi
Pada dasarnya, dalam mengusung jenazah sebelah baratnya digali sekira cukup untuk
diperbolehkan dengan berbagai cara. Namun mayit, hal ini diperuntukkan bagi tanah yang
disunatkan meletakkan jenazah di keranda, keras.
dengan diusung oleh tiga atau empat orang,
Kemudian dilakukan proses pemakaman kemudiaan menaburkannya ke dalam kubur
sebagaimana berikut: melalui arah kepala mayit.
a. Setelah jenazah sampai di tempat pemakaman, e. Dan setelah itu salah satu diantara pengiring
keranda diletakkan diarah posisi peletakkan membaca adzan dan iqomah didalam qubur.
kaki mayit (untuk Indonesia pada arah selatan Sedangkan lafadznya sama dengan adzan dan
kubur). iqomah dalam sholat. Kemudian diatas mayit
b. Kemudian, jenazah dikeluarkan dari keranda ditutup dengan papan dan lubang-lubangnya
dimulai dari kepalanya lalu diangkat dalam ditutup dengan bata/ tanah. Khusus untuk
posisi agak miring dan kepala menghadap liang landak, lubang yang ada didalamnya
kiblat dengan pelan-pelan. ditutup dengan tanah dan bata. Kemudian
c. Kemudian diserahkan pada orang yang ada di liang kubur ditimbun dengan tanah sampai
dalam kubur yang sudah siap-siap untuk kira-kira setinggi satu jengkal dari tanah (sak
menguburkannya. Hal ini bisa dilakukan oleh kilan: jawa).
tiga orang: yang pertama bertugas menerima f. Dan disunatkan lagi memberi / memasang dua
bagian kepala, orang kedua bagian lambung nisan (satu lurus diatas kepala dan yang
dan orang ketiga bagian kaki. satunya lurus diatas kaki).
d. Kemudian jenazah diletakkan pada tempat g. Juga disunatkan menabur bunga memberi
tersebut / (dasar makam) dengan posisi minyak wangi. meletakkan kerikil serta
menghadap (miring) ke arah kiblat serta memercikkan air diatas makam.
kepala di arah utara. Tali-tali, terutama yang h. Selanjutnya salah satu wakil dari pihak
ada pada bagian atas. supaya dilepas agar keluarga atau orang yang ahli ibadah
wajah jenazah terbuka. Kemudian pipi jenazah mentalqin mayit. Bagi yang mentalqin duduk
ditempelkan pada tanah. Catatan: Pada saat dengan posisi menghadap ke timur lurus
proses pemakaman ini, setelah liang kubur dengan kepala mayat. Dan bagi penta'ziah
ditutup dan sebelum ditimbun tanah, bagi sebaiknya berdiri. Dalam talqin ini disunatkan
penta'ziah (orang sekeliling) disunatkan untuk diulangi tiga kali.
dengan kedua tangannya untuk mengambil i. Selesai pentalgiman pihak keluarga dan para
tiga genggam tanah bekas penggalian kubur penta'ziah sebaiknya tidak bergegas untuk
pulang akan tetapi tinggal dulu sebentar untuk
mendo'akan mayit agar dipermudah oleh Allah
swt. untuk menjawab semua pertanyaan yang
diajukan oleh malaikat Munkar dan Nakir.
j. Setelah berdo'a secukupnya para penta'ziah
sudah diperbolehkan untuk pulang.
BAB VII
KHUTBAH JUM’AT
آتَ ،وتَ ْرفَعُنَا ِِبَا السيِئ ِ ات ،وتُطَ ِهرََن ِِبا ِمن َِ اِل ِ ِ ِ صلَّى ا هِّلِلُ َعلَْي ِه ٍ ِ إِ َل َح ْ ِ ِ
َجْي ِع َّ َِّ اَّ َ ِّ ُ َ ْ لَنَا ِبَا ََجْي َع َْ َ صطََفى َسيِِّد ََن َوَم ْولَنَا ُُمَ َّمد َ َِّب الْ ُم ْ
ضَرة الن ِِّ
الْي ِ ِ ِ ِ ِعْن َد َك أ َْعلَى الد ِ ِ ِ ِِ ِ ِِ ِِ ِِ
ات صى الْغَ َاَيت ،م ْن ََجْي ِع َْْ َ َّر ََّاتَ ،وتُبَلِّغُنَا ِبَا أَقْ َ َ َو َسلَّ َم َوإِ َل أ َْرَو ِاح اه ََبئه َوأ َُّم َهاته َوذُِِّرََّيته َوإِ ْخ َوانه م َن النَّبِيِِّ ْ َ
ْي
ِ ات .اَل هلِّ ُه َّم ا ْغ ِف ْرِ ِْل َولَِوالِ َد َّ
اِلياةِ وب ع َد الْمم ِ ِ ِ
ْي َو َبابِ ِع التَّابِع ْ َ
ِ
ْي َوالتَّابِع ْ َ
اب ُك ٍل أ ْ ِ َصح ِ والْمرسلِ ْ َ ِ
اِّن
ي َو ْارحَْ ُه َما َك َما َربَّيَ ْ ِف ََْ َ َ ْ َ َ ْي ََجَع ْ َ ِّ ْي َواهل ُك ٍِّل َوأ ْ َ َ ُْ َ
ات، ات ،والْم ْؤِمنِْي والْم ْؤِمنَ ِ
َ ُ َْ َ ُ
صغِْيا ،و ِِل ِمي ِع الْمسلِ ِمْي والْمسلِم ِ
َ ْ َ َ ْ ُ ْ َْ َ ُ ْ َ الديْ ِن ،اَلْ َف ِاِتَ ْة..
ان إِ َل ي وِم ِِّ
َْ
ََلم ِبِِحس ٍ
ُْ ْ َ
ْاألَحي ِاء ِمْن هم و ْاَلَمو ِ ه ُُ ثَّ إِ َل أَرو ِاح ْاألَئِ َّم ِة ْاألَرب ع ِة الْمجت ِه ِدين وم َقلِِّ ِدي ِهم ِِف ِِّ
اف
ك ا َْلَُدى َوالتُّ َقى َوالْ َع َف َ ات ،اَللِّ ُه َّم إِ ََّن نَ ْسأَلُ َ َْ ُ ْ َ َْ الديْ ِن َوإِ َل َْ َ ُ ْ َ ْ َ َ ُ ْ ْ َْ
والْغِِن ،اَل هلِّه َّم إِ ََّن نَسأَلُك الْع ْفو والْعافِيةَ ،والْمعافَا َة الدَّائِمةَ ِِف ِِّ
الديْ ِن ْي اَيْنَ َما َكانُ ْوا ِ ِِ ِ ِ أَرو ِاح الشُّه َد ِاء و َّ ِِ
َ ْ َ َ َ َ َ َ َ َُ َ َ ُ ْي َواْأل َْوليَاء َوالْعُلَ َماء الْ َعامل ْ َ الصاِل ْ َ َ َ َْ
ْي َوإِ َْلَ َام ِ ْي َو ِح ْف َ ه ِ ض إِ َل َمغَا ِرِِبَا بَِِّرَِا َوَِْب ِرَِا َوبَِال ِد َِا َوَِّبَ ِاَلَا ِم ْن َم َشا ِرِق ْاأل َْر ِ
ظ الْ ُم ْر َسل ْ َ َوالدُّنْيَا َو ْاألَخَرَة .اَللِّ ُه َّم ْارُزقْ نَا فَ ْه َم النَّبِيِِّ ْ َ
اَّ َع ْلنَا ب لَنَا ِم ْن أ َْزو ِاَّنَا وذُِِّرََّيتِنَا قَُّرةَ أ َْع ُ ٍ
ْي َّو ْ ْيَ ،ربَّنَا َِ ْ
ِ
الْ َم ََلئ َكةَ الْ ُم َقَّربِ ْ َ ف الرََّبِِِّن والْعا ِر ِ ضرةِ الشَّْي ِح الْ ُقطْ ِ وأ َْوِديتِ َها ُخ ُ ِ
َ َ ب َّ ِّ َ َ ص ْوصا إ َل َح ْ َ َ َ
لِْلمت َِّقْي إِماما ،ربَّنَا ا ْغ ِفرلَنَا وِِإلخوانِنَا الَّ ِذين سب ُقو ََن َِبِْإلُْيَ ِ اِلِي َالِِن ر ِضي هالِل عْن هم أ ْ ِ ِ ِ
ان َوََل ََْت َع ْل ْ َ ََ ْ ْ َ َْ ُ َْ َ َ َع َادْي أ َ ََجَع ْ َ الص َم َد ِاِن الشَّْي ِخ َعْبد الْ َقاد ِر ْ ْ َ َ ُِّ َ ُ ْ َّ
الرِحْي ُمَ ،ربَّنَا اهتِنَا ِِف الدُّنْيَا ِِ الِلُ َعلَْي نَا ِم ْن بََرَكاِتِِ ْم َوَكَرَماِتِِ ْم ِِف الدُّنْيَا َو ْاَل ِخَرةِ ،اَلْ َف ِاِتَ ْة...
َّك َرُؤْوف َّ ِ ِْف قُلُ ْوبِنَا ِغ اال للَّذيْ َن اه َمنُ ْوا َربَّنَا إِن َ هِّ
اب النَّا ِرَ ،وأ َْد ِخ ْلنَا ْ ِ ِ ََّ َد ِاد ََن َو ََّدَّاتِنَا ضرِة اهَبئِنَا واَُّمهاتِنَا واََّ َد ِاد ََن وأ ِ
اِلَنَّةَ َم َع ْاألَبْ َرا ِر، َح َسنَة َوِِف ْاَلخَرةِ َح َسنَة َوقنَا َع َذ َ ََّ َداد أ ْ َ ْ ُُ ثَّ إِ َل َح ْ َ َ َ َ َ ْ
ب الْعَِّزةِ ع َّما ي ِ َيع ِزي ز َي َغفَّار َير َّ ِ َّات َّدَّاتِنَا وأَخوالِنَا وخ َاَلتِنَا وأ َْعم ِامنَا وع َّماتِنَا وم َش ِِ
ص ُف ْو َن، َ َ ك َر ِِّ ْيُ ،سْب َحا َن َربِِّ َ ب الْ َعالَم ْ َ َ َ ُْ َ ُ َ َ اينَا ََ َ َ ََ َ َْ َ َ
ِ
َو ََّد َ
ِ وس َالم علَى الْمرسلِْي ،و ْ ِ ِ اينَا وُم َؤلِِِّفي الْ ُكتُ ِ
ْي. ب الْ َعالَم ْ َ اِلَ ْم ُد هِّلِل َر ِِّ َ َ َ ُْ َ ْ َ َ اِا َوإِ َل اِا َو َعلَّ ْمنَ َ ب الَِِّت تَ َعلَّ ْمنَ َ
ِِ
َوَم َشاي ِخ َم َش َ
ِ
اَلْ َف ِاَتَ ْة. َحيَ ِاء ِ ِ
ْي َوالْ ُم ْؤمنَات ْاأل ْ
ِِ ِ ِ
ْي َوالْ ُم ْسل َمات َوالْ ُم ْؤمن ْ َ
ِِ ِ
أ َْرَو ِاح ََجْي ِع الْ ُم ْسلم ْ َ
ِ ضرةِ من َكانَ ِ ِ ِ
ت الْقَراءَةُ َوالتِّ َال َوةُ لَهُ ص ْوصا إِ َل َح ْ َ َ ْ ْ مْن ُه ْم َو ْاأل َْم َوات ُخ ُ
( )Nama yang dikhususkanاَلْ َف ِاِتَ ْة...
ِ ِ ِ
ص 3x اإل ْخالَ ِ ُس ْورةِ ِْ
َ صراَخطَأْ ََنَ ،ربَّنَا َوََل ََْتم ْل َعلَْي نَآ إِ ْ َربَّنَا ََل تُ َؤاخ ْذ ََن إِ ْن نَّسْي نَآ أ َْو أ ْ
ُس ْوَرةِ الْ َفلَ ِق َك َما َحَْلتَهُ َعلَى الَّ ِذيْ َن ِم ْن قَ ْبلِنَاَ ،ربَّنَا َوََل َُتَ ِِّم ْلنَا َما ََل طَاقَةَ لَنَا بِِه،
ُس ْوَرةِ الن ِ
َّاس ف َعنَّا َوا ْغ ِف ْر لَنَا َو ْارحَْنَا ()7x َو ْاع ُ
ُس ْوَرةِ الْ َف ِاَتَ ِة ص ْرََن َعلَى الْ َق ْوِم الْ َكافِ ِريْ َن. ت َم ْوََل ََن فَانْ ُ أَنْ َ
ب فِْي ِهُِ ،دى الرِحي ِم ،اأٓل ،هذلِ َ ِ الِلِ َّ إِرحَْنَا َيأَرحم َّ ِِ
اب ََل َريْ َ ك اْلكتَ ُ ح ِن َّ ْ ِّ الر ْ ه بِ ْس ِم هِّ ْي ()7x الراح ْ َ ْ َ ْ ََ
ب وي ِقيمو َن َّ ِ لِِّْلمت َِّق ْ َ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ر ْحةُ هِ
اِ ْم
الص َالةَ َوَمَّا َرَزقْ نَ ُ ْي ،اَلَّذيْ َن يُ ْؤمنُ ْو َن َبلْغَْي ِ َ ُ ْ ُ ْ ُ الِل َوبََرَكاتُهُ َعلَْي ُك ْم أ َِْ َل الْبَ ْيت إِنَّهُ َحْيد َمْيد ،إَِّاَمَا يُِريْ ُد هِّ
الِلُ َ َ ِّ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ لِي ْذ ِ
ك،ك َوَمآ أُنْ ِزَل م ْن قَ ْبل َ يُْنف ُق ْو َنَ ،والَّذيْ َن يُ ْؤمنُ ْو َن ِبَآ أُنْ ِزَل إِلَْي َ س أ َِْ َل الْبَ ْيت َويُطَ ِِّهَرُك ْم تَطْ ِه ْْيا ،إِ َّن هِّ
الِلَ َ َّ
ْ ب َعْن ُكم الِِّ
ر ُ َ ِ ُ
ِ صلُّ ْوا َعلَْي ِه ِ َوَم ََلئِ َكتَهُ يُ َ ُّ
ك ُِ ُم ك َعلَى ُِدى ِِّم ْن َرِِِّبِ ْم َواُولأئِ َ َوَِبَْل ِخَرةِ ُِ ْم يُ ْوقنُ ْو َن ،اُولأئِ َ َِّبََ ،يأَيُّ َها الَّذيْ َن َآمنُ ْوا َ ِ
صل ْو َن َعلَى الن ِِّ
الْ ُم ْفلِ ُح ْو َن. َو َسلِِّ ُم ْوا تَ ْسلِْيما.
رسي آية ال ُك ِ
َ ص ِِّل َو َسلِِّ ْم َعلَى َسيِِّ ِد ََن ُُمَ َّم ٍد ()7x ه
اَللِّ ُه َّم َ
ضَ ،وإِ ْن تُْب ُد ْوا َما ِ ِْف أَنْ ُف ِس ُك ْم الس همو ِ ِِ ِ اب رسوِل هالِلِ ِ ِ ِ
ات َو َما ِف اْأل َْر ِ هِّلِل َما ِف َّ َ َص َح ِ َ ُ ْ ِّ الِلُ تَبَ َارَك َوتَ َع َال َع ْن َس َاداتنَا أ ْ َو َسلِّ ْم َوَرض َي هِّ
ِ ِ ِ ِ ِ ََجعِْي ،وحسب نَا هالِل ونِعم الْوكِيل ،نِعم الْموَل ونِعم الن ِ
ب َم ْن يَّ َشآءُ، الِلُ ،فَيَ ْغف ُر ل َم ْن يَّ َشآءُ َويُ َع ِّذ ُ أ َْو ُُتْ ُف ْوهُ َُُاسْب ُك ْم بِه هِّ َّص ْْيَُ ،وََل أ ْ َ ْ َ َ َ ْ ُ ُِّ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َ َ ْ َ ْ َ
الر ُس ْو ُل ِِبَآ أُنْ ِزَل اِلَْي ِه ِم ْن َّربِِِّه الِلُ َعلَى ُك ِِّل َش ْي ٍء قَ ِديْرَ ،آم َن َّ َو هِّ َح ْوَل َوََل قُ َّوَة إََِّل َِب هِّلِلِ الْ َعلِ ِِّي الْ َع ِظْي ِم.
ِ ِِ ِ ِِ ِ ِ الِلُ الْ َع ِظْي ِم ()7x أ ِ
َوالْ ُم ْؤمنُ ْو َنُ ،كلٌّ َآم َن َِب هِّلِل َوَم ََلئ َكته َوُكتُبِه َوُر ُسلهََ ،ل نُ َفِِّر ُق بَْ َ
ْي َستَ ْغف ُر هِّْ
ِ أ ٍ ِ أ ِ
ص ْْيُ، ك الْم ِ ِ
ك َربَّنَا َوإلَْي َ َ َحد ِِّم ْن ُر ُسل ِهَ ،وقَالُْوا ََِس ْعنَا َوأَطَ ْعنَا غُ ْفَرانَ َ َ الرِحْي ِم
الِلُ الْ َع ِظْي ِم ا َّن هللاَ َغ ُف ْوُر َّ َستَ ْغف ُر هِّْ
ِ أَفْضل ِِّ
ت، ت َو َعلَْي َها َماا ْكتَ َسبَ ْ الِلُ نَ ْفسا إََِّل ُو ْس َع َهاََ ،لَا َما َك َسبَ ْ ف هِّ ََل يُ َكلِّ ُ الذ ْك ِر فَ ْعلَ ْم أَنَّهُ، َُ
الِلُ َح ٌّي َم ْو َُّ ْودََ ،ل إِهلهَ إََِّل ا هِّلِلُ َح ٌّي َم ْعبُ ْودََ ،ل إِهلهَ إََِّل ََل إِهلهَ إََِّل هِّ Doa Tahlil