Anda di halaman 1dari 128

JUDUL ILPN MAGELANG

Wahyu Setyaningsih, dkk


Penguatan Literasi di Bumi Papua Barat
©2023 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

ISBN 978-623-313-601-3
ISBN 978-623-313-602-0 (PDF)
vi, 225 halaman; 14 x 21 cm

Buku ini merupakan hasil kegiatan Inkubator Literasi Pustaka Nasional


kerja sama antara Perpusnas Press dengan Buku Untuk Papua, Daya Edukasi
Papua dan Forum TBM Sorong

Penulis:
Wahyu Setyaningsih| Zaid Malbar | Irkhamiyati | Nisa Adelia
Septyan Ulin Ni'am | Retno Septyorini | Sheila Tifa
Nakita Rizky Oktaviani | Jatiyasa Ega Sanjaya | Putri Nimitta

Editor : Aria Yulita


Desainer : Helfi Tristeawan
Penata Letak : Helfi Tristeawan

Penerbit Perpusnas Press


Anggota IKAPI
Jl. Salemba Raya No.28a Jakarta
Surel: press@perpusnas.go.id
Laman: https://press.perpusnas.go.id

Hak cipta dilindungi undang-undang ada pada Penulis


Hak penerbitan ada pada Penerbit

ii
Kata Pengantar

I nkubator Literasi Pustaka Nasional merupakan satu upaya


untuk mendorong tradisi dan iklim penulisan, sekaligus
menyalurkan pemikiran positif dan inovatif yang dapat
meningkatkan budaya literasi masyarakat. Selain itu juga untuk
mendorong hadirnya buku-buku yang dibutuhkan masyarakat
sekaligus untuk memperkuat konten literasi. Output yang
dihasilkan dari gelaran ini adalah buku bertajuk Penguatan
Literasi di Bumi Papua Barat.
Membaca, berpikir, menulis dan berkarya adalah siklus
yang saling berhubungan. Buku sebagai produk dari proses
kreatif menjadi pemicu dalam mendorong penguatan literasi
masyarakat. Sebagai bagian dari gerakan literasi, kegiatan
kepenulisan yang berkelanjutan adalah salah satu aktivitas
bagaimana mempersiapkan dan menyediakan bahan bacaan
untuk masyarakat.
Tematik kearifan lokal menjadi bahasan dari buku yang
ditulis lima belas peserta Inkubator Literasi Pustaka Nasional
2022 ini. Dengan pendekatan dan perspektif beragam, penulis
berbagi pengalaman dan gagasan-gagasannya. Pemaknaan
terhadap kearifan lokal berangkat dari hal terdekat yang
dirasakan dan dialami penulis. Hal ini menjadi kekuatan dari
content-content yang tersaji, mulai dari budaya, wisata, tradisi
hingga kuliner khas masing-masing daerah.
Kami sengaja tidak membagi ke dalam subtema-subtema
tertentu, dengan harapan pembaca dapat memilih dan memilah,
mana tulisan yang dianggap paling menarik untuk dapat dibaca

iii
dan disimak terlebih dahulu baru kemudian masuk ke tulisan
tulisan lainnya. Para penulis yang berasal dari berbagai penjuru
negeri dengan latar belakang yang berbeda-beda memperkaya
informasi menarik dalam buku ini. Karya yang dipersembahkan
ini, setidaknya memberikan kontribusi dalam hal ketersediaan
literatur dan sumber bacaan tentang nilai-nilai kearifan lokal
nusantara.
Sesungguhnya kearifan lokal berkorelasi sekali
denganupaya untuk mewujudkan masyarakat yang literat.
Dengan mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal akan
dapat meningkatkan pengetahuan terhadap tradisi dan adat
istiadat setempat sehingga ada keinginan untuk belajar dan
melestarikannya. Kearifan lokal adalah hal yang paling unik
dan kreatif dalam budaya literasi itu sendiri.
Lima belas artikel mencoba menggambarkan dan
mengilustrasikan hal tersebut dengan sudut pandang yang
berbeda-beda. Apresiasi tentunya pantas kami berikan kepada
para penulis atas sumbangsih pemikiran dan gagasannya.
Sejalan dengan motto kami Tulis, Terbit, Sebarkan bahwa
sesungguhnya ilmu dan pengetahuan sudah selayaknya untuk
ditulis, diterbitkan, dan disebarluaskan ke masyarakat.
Harapan kami, mudah-mudahan kehadiran buku ini
memberikan manfaat kepada para pembaca. Untuk perbaikan
kedepan, kritik dan masukan yang konstruktif sangat kami
nantikan. Akhirnya, selamat membaca dan salam literasi.

Jakarta, 22 Agustus 2022

Penerbit Perpusnas Press

iv
Daftar Isi

Kata Pengantar.................................................................iii
Kampung Ekonomi Kreatif:
Pengenalan Digital Interpreneur Masyarakat
Pengrajin Sapu Kawasan Borobudur
Wahyu Setyaningsih..........................................................1
Meneropong dengan Teleskop Ekonomi Kreatif
untuk Menguatkan Permadani Ekonomi Candi
Borobudur dan Kawasannya
Zaid Malbar.....................................................................17
Transformasi Literasi Digital Menuju Borobudur
sebagai Pusat Peradaban dan Pusat Kesejahteraan.
Irkhamiyati......................................................................41
Bambu dan Kehidupan Masyarakat Desa
Ngadiharjo Kec. Borobudur Kab.Magelang
Nisa Adelia.......................................................................59
E-Temple Card: (rekomendasi) Sistem Digital
Terpadu solusi Alat Transaksi Digital 5.0 untuk
Kawasan Pariwisata Candi Borobudur
Septiyan Ulin Ni’am........................................................73
Jejak-Jejak Kreatif di Sekitar Borobudur
Retno Septyorini.............................................................81
“Patronasi Ekonomi Kreatif Melalui BRACE
Menuju Era Digitalisasi di Kawasan Wisata
Candi Borobudur”
Sheila Tifa........................................................................87

v
“Optimalisasi literasi Digital Guna Mendorong
Ekonomi Kreatif di Kawasan Candi Borobudur”
Nakita Rizky Oktaviani...................................................93
Mengejar Akselerasi Potensi Ekraf
Kawasan Candi Borobudur
Jatiyasa Ega Sanjaya.....................................................109
Bulan Pariwisata International,
Borobudur Menciptakan Pengalaman Baru
Putri Nimitta.................................................................115

vi
Kampung Ekonomi Kreatif:
Pengenalan Digital Interpreneur
Masyarakat Pengrajin Sapu
Kawasan Borobudur
Wahyu Setyaningsih

“It is not the strongest of the species that survives,


nor the most intelligent that survives.
It is the one that is most adaptable to change”
(Charles Darwin).

P andemi Covid-19 menjadi warna baru dalam ekosistem


kehidupan. Physical distancing sudah menjadi kebiasaan
masyarakat sehingga mereka terbiasa untuk melakukan
kegiatan sehari-hari menggunakan sistem digital. Ekosistem
digital menjadi ekosistem yang hadir bak gayung bersambut.
Hal ini senada dengan perkembangan kecanggihan teknologi
yang tanpa batas. Sekat antara ruang dan waktu semakin
samar, bahkan memudar karena hubungan internet dan ponsel
pintar. Jari jemari menjadi penentunya. Adaptasi memainkan
jari jemari di atas gawai menjadi kunci eksistensi dalam
kehidupan. Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan
yang dilansir dari kumparan.com menyatakan bahwa per 20 April
2020 sebanyak 2.084.593 pekerja dari 116.370 perusahaan
dirumahkan dan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).1
Inilah bukti adaptasi di ekosistem digital yang perlu dimiliki
oleh semua orang, terutama para pelaku ekonomi.
1 Selli Nisrina Faradila dan Jofie Yorda. “LIPI: 39,4% Bisnis di Indonesia Gulung
Tikar Akibat Pandemi Corona”. Dalam https://kumparan.com/kumparansains/lipi-
39-4-bisnis-di-indonesia-gulung-tikar-akibat-pandemi-corona-1tRdz3TxOQd/full
diakses pada 29 August 2022 pukul 11.44 WIB.

1
Ekosistem digital memberikan kemudahan dan kepraktisan
dalam kehidupan. Tanpa beranjak dari tempat tidur, semua
kebutuhan dapat terpenuhi, tinggal klik smartphone yang
dimiliki. Kepraktisan dan konsekuensi bak dua sisi mata uang
yang tidak terpisahkan. Misalnya, kemudahan akses informasi,
tetapi konsekuensinya juga banyak isu hoaks dan jejak digital
tidak dapat dihapus. Maka, kemampuan literasi digital wajib
dimiliki oleh masyarakat agar kecanggihan teknologi bukan
menjadi senjata makan tuan, tetapi sebagai senjata mereka
untuk eksis dan meraup keuntungan.
Literasi digital menjadi kunci eksistensi masyarakat
di ekosistem digital ini. Sebab, tanpa kecakapan digital,
masyarakat bak hidup di hutan belantara tanpa kompas.
Menurut UNESCO, literasi digital adalah kemampuan
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
untuk menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan, membuat,
dan mengkomunikasikan konten atau informasi, dengan
kecakapan kognitif, etika, sosial emosional dan aspek teknis
atau teknologi. Agar masyarakat memiliki kecakapan literasi
digital, pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang Program
Gerakan Nasional Literasi Digital Indonesia 2022-2024.2
Menurut Perpres No 79 Tahun 2019, Kawasan Strategis
Nasional Borobudur ditetapkan sebagai salah satu dari lima
destinasi pariwisata super prioritas di Indonesia. Destinasi
super prioritas yang lain meliputi Danau Toba di Sumatra
Utara, Likupang di Sulawesi Utara, Mandalika di Nusa Tenggara
Barat, dan Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur. Kawasan
Strategis Nasional Borobudur terdiri dari dua kecamatan, yakni
Kecamatan Borobudur dan Kecamatan Mungkid. Desa-desa

2 Kominfo. 2021. Status Literasi Digital di Indonesia 2021. Diunduh di survei.


literasidigital.id/dashboard-literasi-digital pada 29 August 2022 pukul 15.23
WIB.

2
yang termasuk Kecamatan Borobudur adalah Desa Borobudur,
Desa Wanurejo, Desa Wringinputih, Desa Karangrejo, Desa
Tuksongo, Desa Ngargogondo, Desa Candirejo. Desa-desa
yang termasuk Kecamatan Mungkid adalah meliputi Desa
Rambeanak, Desa Pabelan, Desa Ngrajek, Desa Paremono, Desa
Bojong, dan Kelurahan Mendut. Setiap desa memiliki potensi-
potensi pariwisata yang oleh pemerintah terus dikembangkan.
Maka, dengan menetapkan Borobudur sebagai pariwisata super
prioritas ini seperti gayung bersambut, sehingga berpotensi
menciptakan kesejahteraan masyarakat.
Potensi pariwisata di Kawasan Borobudur memiliki
banyak ragam dan jumlahnya. Candi Borobudur sebagai salah
satu potensi pariwisata sejarah yang merupakan peninggalan
sejarah abad ke VIII Masehi masa Kerajaan Mataram Kuno.
Candi ini merupakan candi Buddha terbesar di dunia dan diakui
UNESCO sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Selain
itu, Candi Borobudur merupakan pusat peradaban masyarakat
sejak abad ke VIII Masehi, terbukti dari narasi-narasi yang ada
di setiap relief-relief dinding candi. Tingkatan-tingkatan candi
menggambarkan proses kehidupan dari fase manusia yang hidup
dalam keadaan angkara murka sampai proses menuju nirwana.
Maka, Candi Borobudur relevan dan potensial dijadikan sebagai
pembentukan character building bagi generasi muda.
Potensi wisata alam juga banyak terdapat di Kawasan
Borobudur, seperti Phuntuk Setumbu, Arum Jeram Elo,
Puncak Suroloyo, Puncak Kukusan, Puncak Watulawang, Curug
Watuploso, Puncak Suroloyo, dan sebagainya. Borobudur juga
memiliki wisata buatan seperti Rumah Kamera, Bukit Rhema,
dan sebagainya. Kawasan Borobudur juga memiliki desa-desa
wisata yang lebih familier dengan sebutan balkondes (balai
ekonomi desa). Ada sekitar dua puluh balkondes yang tersebar

3
di Kecamatan Borobudur, seperti Borobudur, Wanurejo,
Candirejo, dan sebagainya. Berbagai balkondes hadir dengan
mengusung keunikan dari setiap karakter desa-desa yang
menjadi daya tarik bagi para wisatawasan baik domestik maupun
mancanegera. Berbagai potensi pariwisata ini membuka peluang
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kawasan
Borobudur, salah satunya melalui peningkatan penghasilan bagi
para pelaku ekonomi kreatif yang ada di Kawasan Borobudur.
Ekonomi kreatif adalah penciptaan nilai tambah berbasis
ide yang lahir dari kreativitas sumber daya manusia (orang
kreatif) dan berbasis ilmu pengetahuan, termasuk warisan
budaya dan teknologi. Ekonomi kreatif ini terdiri dari tujuh belas
sub sektor yang meliputi: aplikasi; desain produk; arsitektur;
desain komunikasi visual; desain interior; fotografi; musik;
kriya; kuliner; fesyen; penerbitan; film animasi, dan video;
periklanan; permainan interaktif; seni pertunjukan; seni rupa;
dan tv dan radio.3 Semua sub sektor ekonomi kreatif ini ada dan
berkembang di Kawasan Borobudur, baik yang berskala besar,
menengah, dan kecil. Penetapan Borobudur sebagai salah satu
pariwisata super prioritas di Indonesia menjadi peluang emas
bagi para pelaku ekonomi kreatif kawasan Borobudur. Maka,
bagi para pelaku ekonomi kreatif berskala kecil perlu diberikan
pendampingan dan dorongan dari semua steakholder, terutama
pemerintah, baik dari desa maupun daerah agar peluang emas
tersebut dapat terealisasi.
Seni rupa merupakan salah sub sektor ekonomi kreatif
yang tumbuh subur di masyarakat kawasan Candi Borobudur.
Seni rupa adalah penciptaan karya dan saling berbagi
pengetahuan yang merupakan manifestasi intelektual dan

3 Pusat data dan sistem informasi. 2020. Statistic Ekonomi Kreatif 2020. Jakarta:
Pusat Data dan Sistem Informasi Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/
Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, h. 3.

4
keahlian kreatif yang mendorong terjadinya perkembangan
budaya dan perkembangan industri dengan nilai ekonomi
untuk keberlanjutan ekosistemnya.4 Hasil seni rupa itu seperti
seni patung batu, patung batu relief, patung manusia, hewan,
air mancur, dan sebagainya. Pelaku ekonomi kreatif di sub
sektor ini ada yang bergerak secara individu, tetapi ada pula
yang tergabung dalam sebuah komunitas, seperti Komunitas
Djaja Prana, Komunitas Slamet. Pelaku ekonomi kreatif
sub sektor ini berada di Muntilan, seperti Prumpung dan
Tejowarno. Sub sektor ini memberikan dampak positif dalam
menggerakkan sub sektor ekonomi kreatif lainnya, seperti seni
pertunjukan, arsitektur, desain interior, desain produk melalui
kreasi seni batu sebagai bahan konstruksi bangunan, furnitur,
dan aksesoris interior.
Seni pertunjukan merupakan sub sektor ekonomi kreatif
yang ada di kawasan Borobudur. Seni pertunjukan adalah
cabang kesenian yang melibatkan perancang, pekerja teknis,
dan penampil (performers) yang mengolah, mewujudkan, dan
menyampaikan suatu gagasan kepada penonton (audiences);
baik dalam bentuk lisan, musik, tata rupa, ekspresi, dan
gerakan tubuh, atau tarian; yang terjadi secara langsung (live)
di dalam ruang dan waktu yang sama, di sini dan kini (hic et
nunc).5 Seni pertunjukan yang ada di Borobudur meliputi
Indonesia Bertutur 2022, Event Heritage Trail, Event
Borobudur Marathon, Event Hunting Photo Contest, Event
Perayaan Waisak, Event Borobudur Culinary Festival, Event
Borobudur Festival 5 Gunung (Merapi, Merbabu, Sumbing,
Andong, Menoreh), Event Sendratari Mahakarya Borobudur,
Event Borobudur Dancing Festival, Event Borobudur Writers
Festival, dan Event Borobudur Jazz/Music Festival. Sub sektor

4 Ibid., h. 37.
5 Ibid., h. 35.

5
ini dapat menggerakkan sub sektor ekonomi kreatif lainnya
seperti desain produk, desain komunikasi visual, fotografi,
musik, kuliner, fesyen, film animasi dan video, periklanan, seni
rupa, tv, dan radio.
Ekonomi kreatif sub sektor kriya (kerajinan) juga
dihasilkan masyarakat Kawasan Borobudur. Kriya (kerajinan)
merupakan bagian dari seni rupa terapan yang merupakan
titik temu antara seni dan desain yang bersumber dari warisan
tradisi atau ide kontemporer yang hasilnya dapat berupa karya
seni, produk fungsional, benda hias dan dekoratif, serta dapat
dikelompokkan berdasarkan material dan eksplorasi alat teknik
yang digunakan, dan juga dari tematik produknya.6 Hasil kriya
masyarakat kawasan Borobudur banyak dan beragam, seperti
sentra kerajinan gerabah Klipoh, Kriya Kayu Rik Rok Borobudur,
sapu, dan sebagainya.
Desa Bojong merupakan salah satu desa yang termasuk
dalam kawasan strategis nasional Borobudur. Secara geografis,
sebelah utara desa ini berbatasan dengan Desa Pagersari, Desa
Mungkid; sebelah timur berbatasan dengan Desa Gondowangi;
sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pabelan dan Desa
Tamanagung; sebelah barat berbatasan dengan Desa Mungkid
dan Desa Pagersari. Luas wilayahnya 255 Ha yang terbagi
menjadi 14 dusun dengan 16 RW dan 42 RT. Dusun-dusun yang
ada di Desa Bojong meliputi Dendengan, Dukuhan, Meduro,
Gadingan, Legoksari, Kalangan, Kalangaggung, Jarakan,
Tegalsari, Bojong Wetan, Kojor, Purwosari, Karanggondang,
dan Keprekan. Setiap dusun memiliki potensi-potensi
kawasan yang perlu digali, diolah, dikembangkan, dan dibina.
Hal ini dapat menjadi peluang utama dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Desa Bojong, terutama kawasan ini
termasuk dalam Kawasan Strategis Nasional Borobudur.
6 Ibid., h. 19.

6
Kampung Keprekan merupakan salah satu kampung yang
berada di Desa Bojong yang termasuk dalam kawasan strategis
nasional Borobudur. Secara geografi kampung ini di sebalah
utara dibatasi oleh Dusun Bentingan sebelah barat oleh Dusun
Batikan, sebelah timur oleh dusun dukuhan sebelah selatan
Dusun Dendengan. Kampung ini memiliki tiga RT dan satu RW.
Dusun ini memiliki 100 Kepala keluarga. Kampung ini memiliki
potensi ekonomi kreatif sub sektor kerajinan sapu. Kerajinan ini
sudah ada sejak dahulu dan diturunkan secara turun temurun
sehingga sampai sekarang masih tetap eksis. Kerajinan sapu
ini menjadi mata pencaharian utama masyarakat kampung
Keprekan.
Kerajinan sapu Keprekan diciptakan oleh alm. Mbah
Pawirosean dan alm. Mbah Mukmin sejak dahulu. Secara
historis sapu ini sudah mengalami tiga fase perkembangan. Pada
fase pertama, bahan-bahan sapu semua berasal dari alam, tidak
menggunakan bahan buatan pabrik, semua dikerjakan secara
tradisional. Bahan baku utama sapu berupa ijuk yang berwarna
hitam. Tangkai yang digunakan bambu apus. Ijuk didapatkan
dari pohon kolang-kaling yang tumbuh di lingkungan setempat.
Pengerjaan sapu model ini membutuhkan waktu yang begitu
lama.
Langkah awalnya, pengrajin memilih ijuk yang akan
digunakan sebagai bahan baku utama dan talinya dikerjakan
menggunakan tangan pengrajin. Kalau ijuk itu basah, maka
harus dikeringkan di bawah terik sinar matahari. Setelah itu,
pengrajin melakukan nampar yakni membuat tali sapu dengan
cara ijuk dipelintir menggunakan alat ukelan yang digerakan
menggunakan kedua tangan pengrajin. Kemudian, tali diikatkan
di pohon untuk dipelinter lagi untuk mendapatkan tali yang
halus. Pengrajin berjalan maju mendekati pohon itu sambil

7
kedua tangganya menggerakkan alat ukelan sampai kedua alat itu
bertemu. Setelah itu, pengrajin membuat glintiran yang terdiri
dari babonan (inti), tengahan (bagian di antara pinggiran dan
inti), dan pinggiran (bagian paling akhir). Kemudian babonan,
tengahan, dan pinggiran disatukan dengan menggunakan
kawat. Bagian pinggiran diikat (dijahit) ke arah tangkai dengan
menggunakan tali ijuk. Setelah semua disatukan, pengrajin
menjahit (jireti) yakni bagian pucuk glinteran-glinteran tersebut
diikat mengikuti pola urutan glintiran.7

Bahan-bahan dan Produk Sapu Fase Kedua di Kampung Keprekan

Pada fase kedua model sapu disebut jari-jari atau dikenal


sapu pantek. Banyak perkembangan yang dialami yakni bahan
baku sapu dan proses pengerjaannya. Bahan baku utama
beralih dari ijuk menjadi rayung. Tangkai yang digunakan
menjadi bambu cendani. Rayung merupakan rumput gelagah
yang berasal dari Purbalingga dan Lereng Gunung Merapi
dan Gunung Merbabu. Rayung dari Purbalingga lebih lunak
dan berwarna kuning, sedangkan rayung dari Gunung Merapi
dan Gunung Merbabu lebih kaku dan berwarna hijau. Proses
pembuatan sapu tidak memakan waktu lama daripada ijuk. Tali
yang digunakan untuk mengikat bagian-bagian yang lainnya
sudah menggunakan kain perca.
Proses pembuatan sapu dimulai dari pemilihan rayung,
membuat glintiran yang terdiri dari babonan (inti), tengahan

7 Wawancara dengan Bapak Sudirlan selaku sesepuh Dusun Keprekan pada 20


Oktober 2022.

8
(bagian di antara pinggiran dan inti), dan pinggiran (bagian
paling akhir), menyatukan babonan, tengahan dan pinggiran
dengan kawat atau disebut manteki, bagian pinggiran disatukan
dengan bambu menggunakan paku, menjahit bagian atas
glintiran, dan memotong bagian pucuk-pucuk rayung untuk
diratakan.8

Bahan-bahan dan Produk Sapu Fase Kedua di Kampung Keprekan

Pada fase ketiga model sapu disebut sapu ceblok. Bahan


bakunya masih sama dengan fase kedua. Perkembangannya
terletak dari model sapunya dan tali yang digunakannya
yakni berupa tali raffia. Proses pengerjaan sapu jenis ini lebih
cepat daripada sapu jari. Sebab, sapu ceblok hanya terdiri
dari glintiran babonan dan pinggiran. Proses pembuatannya
dimulai dari pemilihan rayung, pembuatan glintiran, bagian
babonan dijahit di bagian atas, kemudian babonan dan pinggiran
dipantek menggunakan paku, kemudian bagian atas pinggiran
dan babonan dijahit, bagian bawah glintiran dirapikan dengan
dipotong menggunakan pisau, bagian atas sapu digunting agar
ukurannya sama.9

8 Ibid.
9 Ibid.

9
Bahan-bahan, Proses Pembuatan dan Produk Sapu
Fase Ketiga di Kampung Keprekan

Perkembangan sapu fase ketiga ini dilatarbelakangi dari


masukan Bapak Soepardi selaku Bupati Kabupaten Magelang
tahun 1979-1983. Hal ini bertujuan agar masyarakat pengrajin
sapu tetap mendapatkan kesejahteraan sebab akan memasuki
zaman globalisasi ekonomi. Sapu-sapu pada fase pertama dan
fase kedua memakan waktu lama pengerjaannya sehingga
pendapatan masyarakat jika dihitung secara ekonomi sedikit.
Rata-rata per minggu masyarakat dapat menghasilkan 80-115
buah untuk jenis sapu fase ketiga. Maka, filosofi yang digunakan
oleh masyarakat pengrajin sapu sekarang yakni awet, ringan,
dan disukai oleh para pembeli. Hasil tangan setiap pengrajin
sapu berbeda-beda karena setiap pengrajin memiliki karakter
masing-masing. Hal ini disesuaikan oleh keinginan atau selera
setiap pembeli. Berat rayung yang digunakan sesuai harga
dan pesanan, semakin tebal dan halus, semakin mahal karena
kualitasnya bagus.
Modal dan pemasaran sering menjerat para pengrajin
sapu. Modal biasanya terkait dengan ketersediaan bahan
baku. Semakin sulit bahan baku, semakin tinggi harga belinya
sehingga mempengaruhi ketersediaan modal. Ketika pandemi
covid-19, ketersediaan bahan baku tergolong sulit karena akses
dibatasi oleh physical distancing, sehingga tidak ada pasokan
bahan baku. Tidak heran banyak pengrajin yang tidak membuat

10
sapu karena kehabisan bahan baku. Banyak dari pengrajin sapu
memutuskan untuk menjual jasa membuat sapu kepada yang
lainnya. Selain itu, pemasaran juga terhambat karena tidak ada
orang dari luar daerah yang datang membeli. Jasa distribusi,
seperti paket pengiriman barang juga terbatas. Para pengrajin
juga tidak dapat menjual sapu ke luar daerah. Maka, banyak
pengrajin sapu masa pandemi yang mengalami penurunan
omset.
Dunia digital belum menjadi kultur masyarakat pengrajin
sapu Kawasan Borobudur. Para pengrajin sapu belum kenal
dengan platform pembayaran online seperti internet bangking,
wallet atau lainya. Selama ini pembayaran dilakukan secara pass
money. Belum ada toko yang menyediakan mesin EDC, atau
mobile/internet banking. Penjualan menggunakan akses digital
belum menjadi kebiasaan. Dari data marketplace online yang ada
seperti blibli dan tokopedia, belum ada satu pun masyarakat
pengrajin sapu kampung Keprekan yang memanfaatkannya.
Justru yang memanfaatkan marketplace ini malah pembeli sapu
untuk dijual lagi.

Marketplace penjualan di Blibli dan Tokopedia

11
Kultur untuk update dan upgrade perkembangan keilmuan
di kampung sapu ini dapat cenderung masih rendah. Karena
aktivitas mereka monoton, yang penting sapu yang mereka
produksi terjual. Namun, mereka lupa kalau jiwa zamannya
berubah. Banyak dari mereka belum sadar akan pentingnya
kecakapan literasi digital. Memanfaatkan aplikasi-aplikasi
bisnis yang ada di gawai mereka belum sepenuhnya terwujud.
Dari hasil wawancara, para pengrajin sapu mengatakan bahwa
mereka tidak mengetahui tentang e-commerce. Padahal, banyak
platform jual beli online atau situs-situs e-commerce yang dapat
digunakan.
Pandemi covid-19 merubah kultur pembeli dari berbelanja
offline menjadi berbelanja online. Pembeli cenderung memilih
barang-barang untuk mencukupi kebutuhan melalui platform
jual beli online, sebab memberikan kenyamanan, tersedia
informasi yang lengkap, ketersediaan produk, dan jasa.
Bank Indonesia (BI) mencatat nilai transaksi e-commerce
sepanjang 2020 sebesar Rp 266,3 triliun, meningkat 29,6%
dibandingkan tahun sebelumnya. Di tahun 2021, kenaikan
nilai transaksi tercatat lebih tinggi, mencapai Rp 401 triliun.
Nilai ini meningkat sekitar 50% dibandingkan nilai transaksi
di tahun 2020. Angka ini menunjukkan potensi yang besar
jika pelaku bisnis dapat memulai go digital, maka pengenalan
digital entrepreneur begitu penting untuk para pengrajin sapu di
Kampung Keprekan.
Digital interpreneur merupakan subkategori dari
kewirausahaan yang bertransformasi dari tradisional menjadi
digital, yakni melalui media dan teknologi internet. Kegiatan ini
sebagai upaya untuk memperoleh pangsa pasar, mendapatkan
penghasilan dengan berbagai upaya yang inovatif, adaptif,
kreatif, dan berani mengambil risiko. Maka, digital interpreneur

12
adalah seseorang atau kelompok yang berani menciptakan
usaha dengan berbagai risiko untuk mencapai keuntungan
dan memanfaatkan teknologi informatika dalam menjalankan
usahanya.
Produk kebersihan semakin banyak diproduksi dari
luar daerah seperti Boyolali dan Purbalingga, ditambah lagi
produk kebersihan dari bahan plastik buatan pabrik. Hal ini
menjadi tantangan para pengrajin sapu di Kampung Keprekan.
Masyarakat pengrajin sapu, mau tidak mau sudah harus
melakukan inovasi terhadap produk, permintaan konsumen,
kebutuhan masyarakat, harga pasaran, daya beli konsumen,
kondisi pasar, dan produk sejenis dengan melakukan kolaborasi
terhadap kecanggihan teknologi digital. Maka, para pengrajin
sapu harus mempunyai SDM yang mampu mengikuti
perkembangan zaman melalui pengenalan digital entrepreneur
kepada mereka.
Pengenalan digital enterpreneur menjadi hal utama dalam
mendukung eksistensi para pengrajin sapu di Kawasan
Borobudur era ekosistem digital. Sebab, di era yang serba
digital menuntut untuk melek teknologi sehingga mau tidak
mau mereka harus mampu beradaptasi. Semua pengrajin
sapu ini mempunyai gawai yang terhubung internet. Bahkan,
banyak masyarakat kampung pengrajin sapu ini memiliki
jaringan wifi di rumahnya. Tetapi mental untuk menjadi digital
entrepreneur belum ada. Pengenalan terhadap kecanggihan
teknologi seperti e-commerce, goole maps, website, blog, facebook,
Instagram, internet banking, gopay, OVO, google drive, WhatsApp
Business, telegram, Line, dan sebagainya itu penting sebagai
media dalam memasarkan atau media transaksi sehingga
produk sapu dapat dikenal ke penjuru dunia dan mereka dapat
secara langsung mendapatkan income tanpa harus terkendala

13
jarak. Namun, banyak dari mereka yang tidak mengenal dan
memanfaatkannya.

Permintaan
konsumen
Inovasi Teknologi Entrepreneur DIG
Kebutuhan ITA
masyarakat L
INT
Harga pasaran ERP
& daya beli
konsumen
RE
Produk e-commerce:
Bukalapak, Lazada, Adaptif NE
Tokopedia, blibli, UR
Kondisi pasar Strategi Olx, Shopee,
pemasaran elevania & JD.id. Pitching
Produk
sejenis Platform
Fitur google maps Kolaborasi
jual beli

Platform Fitur website/ blog Customer


pembayaran engagement
Platform
penyimpanan file:
Google Drive, One Menjaga
Drive, Drop Box, kepercayaan
Sosialisasi konsumen
iCloud & Amazon
ke para Cloud.
pengrajin
Fitur pengiklanan
gratis di sosial media

Online chatting:
Pelatihan ke WhatsApp,
para WhatsApp Business
pengrajin (BETA), LINE,
Telegram

Internet/ mobile
bangking
Pendampingan
ke para
e-money : gopey,
pengrajin OVO

Gambar
Diagram 5. Diagram
Alur Alur Pengenalan
Pengenalan DigitalDigital
Interpreneur
Interpreneur
Sumber: hasil analisis penulis dari berbagai sumber

Pengenalan digital entrepreneur dapat dilakukan melalui


kegiatan sosialisasi, pelatihan, dan pendampingan kepada para
pengrajin sapu. Mereka diperkenalkan dengan platform jual
beli online, situs-situs e-commerce seperti marketplace tokopedia,
blibli, shopee, dan sebagainya. Mereka diedukasi dan dilatih
tentang berdagang dengan aplikasi tersebut. Misalnya, tentang
cara memiliki akun dagang di marketplace; langkah-langkah apa
saja yang harus mereka tempuh; persyaratan apa yang harus

14
dipenuhi; deskripsi produk yang mereka tampilkan itu seperti
apa; dasar-dasar penggunaannya harus dipahami oleh para
pengrajin sapu.
Setelah mereka mengenal, selanjutnya mereka harus
dibiasakan untuk menggunakannya. Hasil kreasi para pengrajin
sapu dapat dikenal di berbagai wilayah termasuk luar negeri
karena dunia digital dapat memangkas ruang, jarak, dan waktu.
Tidak menutup kemungkinan omset mereka dapat meningkat
berkali lipat ketimbang mereka berjualan secara konvensional.
Pendampingan menjadi kunci utama untuk mewujudkan
kampung ekonomi kreatif masyarakat pengrajin sapu.
Sebab, jika melihat kultur SDM masyarakatnya yang kurang
mempunyai jiwa update dan upgrade menyebabkan usaha itu
sia-sia, atau mogol ibarat ketela yang dimasak, tetapi tidak enak
dimakan.
Dengan demikian, pengenalan digital interpreneur dan
penetapan Borobudur sebagai destinasi super prioritas di
Indonesia menjadi kunci utama mewujudkan kampung ekonomi
kreatif pengrajin sapu Kawasan Borobudur. Jarak Borobudur
dengan kampung Keprekan dekat, hanya memerlukan waktu
tempuh kurang lebih 10 sampai dengan 15 menit. Ketika produk
sapu sudah dikenal di marketplace, e-commerce, dan platform
pembayaran digital sebagai hasil dari pengenalan digital
entrepreneur para pengrajin sapu, maka para turis mancanegera
dan domestik dapat mampir dan menjadikan sapu sebagai
buah tangan khas Borobudur. Selain itu, manfaat menjadi
digital entrepreneur seperti menekan biaya operasional tempat,
toko penjualan ada di gawai, pangsa pasar menjadi luas tidak
terbentur oleh ruang dan waktu, potensi penjualan semakin
meningkat, dan ekonomi kreatif masyarakat tetap eksis. Maka,
hal ini dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat pelaku
ekonomi kreatif para pengrajin sapu di Kawasan Borobudur.

15
Sumber Referensi
Kominfo. 2021. Status Literasi Digital di Indonesia 2021. Diunduh
di survei.literasidigital.id/dashboard-literasi-digital pada
29 August 2022 pukul 15.23 WIB.
Pusat data dan sistem informasi. 2020. Statistic Ekonomi
Kreatif 2020. Jakarta: Pusat Data dan Sistem Informasi
Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Selli Nisrina Faradila dan Jofie Yorda. “LIPI: 39,4% Bisnis di
Indonesia Gulung Tikar Akibat Pandemi Corona”. Dalam
https://kumparan.com/kumparansains/lipi-39-4-
bisnis-di-indonesia-gulung-tikar-akibat-pandemi-
corona-1tRdz3TxOQd/full diakses pada 29 August
2022 pukul 11.44 WIB.
https://blibli.com diakses pada 10 September 2022 pukul 20.00
WIB
https://tokopediacom diakses pada 10 September 2022 pukul
21.00 WIB.

16
Meneropong dengan Teleskop
Ekonomi Kreatif untuk
Menguatkan Permadani
Ekonomi Candi Borobudur
dan Kawasannya
Zaid Malbar

T idak ada yang mendebat kemegahan dari mahakarya yang


tercipta di masa Dinasti Syailendra, Candi Borobudur
seolah abadi berdiri tegar untuk menunjukkan pada banyak
pasang mata di semesta bahwa bangunan dan arsitektur itu
“bernyawa”. Namun, sayang sekali, roh dari salah satu artefak
budaya yang pernah menjadi keajaiban dunia tersebut kian
punah dengan tidak terawatnya energi bervoltase tinggi, yakni
literasi sejarah. Sebuah konsep yang awalnya ditorehkan oleh
Scheiber sejak tahun 1978 untuk mengilustrasikan kemampuan
sekaligus kepekaan seseorang dalam memahami sejarah tidak
sebatas hitam di atas putih, melainkan dari berbagai sumber
yang penuh makna sekaligus jiwa berupa gambar, simbol atau
semiotik, hingga musik.
Sayangnya, gagasan mengenai literasi sejarah yang telah
digali dengan susah payah untuk bertumbuh, justru dianggap
tidak mempunyai akar yang kuat sepanjang tahun 1970-an.
Untungnya, penantian panjang tentang literasi sejarah akhirnya
berbuah, setelah satu dekade kembali digaungkan oleh Ravitch
pada tahun 1989. Namun, ide yang ditawarkan malah mengacu
pada tingkat pengetahuan konten sejarah, yaitu, akumulasi fakta
tentang peristiwa masa lalu. Bahkan Ravitch pun mengklaim
bahwa pengetahuan sejarah setara dengan literasi sejarah

17
. Jadi, tidak heran jika Kompas sampai menuturkan secara
visual Candi Borobudur sebagai literasi sejarah yang
menawan, menggubah “Gunung Kebajikan di Jantung Jawa”
sebagai bukti peradaban masa lalu yang memikat sekaligus
mengikat. Begitu pula dengan media blog akutahu.com yang
berusaha mengidentifikasi beberapa fakta dan data dan
menggubahnya dalam infografik yang bermakna.

18
Kisah kemegahan Candi Borobudur sebagai Keajaiban Dunia

19
Kepekaan dalam memahami dan peduli tentang budaya dan
sejarah memanglah menjadi tugas rumah yang cukup besar bagi
bangsa kita. Apalagi kebanyakan dari kita membuat paradigma
sendiri atas sejarah, yakni museum informasi yang hanya
melegitimasi pandangan tertentu sebagai barang suci yang
dirancang untuk diterima, bukan untuk dianalisis. Dengan kata
lain, sejarah wajib menjadi wilayah perjuangan kita bersama
secara tekstual dan kontekstual, yaitu bekerja sama dengan
sumber-sumber sejarah untuk menguasai pemikiran sejarah,
lalu menginterpretasi dan menyintesisnya ke dalam literasi
untuk dipahami secara kontinu dari waktu ke waktu.

Indonesia, Sangha Vajryana. “Borobudur Sesungguhnya


Tempat Suci Umat Buddha”

20
Tak heran jika Junarsih (2021) dalam laman Lamrinesia
mengungkapkan bahwa Candi Borobudur bukan hanya
sebagai tumpukan batu yang disusun sedemikian rupa hingga
mewujudkan nilai estetika dan teknologi peradaban, tetapi
juga sebagai kitab suci tiga dimensi. Candi Borobudur dianggap
mampu melukiskan pelbagai kisah manusia yang bersifat
kausalitas dalam relief hingga dijadikan pedoman sampai detik
ini.
Jika kita menyelami lebih jauh lautan visual dari Candi
Borobudur, maka bangunan megah yang penuh esensi histori
dan agama tersebut sebenarnya merujuk pada 10 tingkatan
Bodhisatwa dalam  Dasabhumika Sutra, bagian dari
Awatamsaka Sutra. Bahkan, De Casparis, seorang peneliti
dari Belanda membuat rekonstruksi ulang nama candi ini
dari kata “Bhumisambharabhudara” yang berarti “Gunung
Akumulasi Kebajikan dalam Sepuluh Tingkat Bodhisatwa”
dari Dasabhumika Sutra. Dalam tradisi Buddhisme Mahayana,
terdapat tingkatan kesucian praktisi yang dikenal dengan
sebutan “Marga”. Mulai dari marga ke-3, yakni Marga Sumber gamb
Penglihatan, maka seorang praktisi mulai memasuki 10 dur (
tingkatan Bodhisatwa yang disimbolkan dalam 10 tingkatan
Borobudur.
Sedangkan, relief yang terukir pada dinding candi
bersumber dari sutra dalam kitab suci agama Buddha. Pertama
adalah  Gandawyuha,  bagian dari Sutra Awatamsaka yang
mengisahkan perjalanan Sudhana mencari guru spiritual untuk
mencapai ke-buddha-an. Dikisahkan bahwa Sudhana berguru
pada 52 orang kalyanamitta dari berbagai kalangan, mulai
dari ratu, kapten kapal, wanita penghibur, hingga seorang
budak. Semua gurunya memberinya manfaat, sehingga ia
sangat berbakti kepada mereka. Hingga akhirnya pada ujung

21
relief Gandawyuha, Sudhana bertemu dengan Bodhisatwa
Samantabhadra yang mengajarkan tujuan dari kebijaksanaan
tertinggi adalah dengan memberi manfaat pada semua makhluk
. Berikut adalah penggalan relief Gandawyuha yang berhasil
diidentifikasi serta diinterpretasi oleh Setyawan et.al. (2020).

Interpretasi Relief Gandawyuha Di Candi Borobudur

Kemudian dalam relief Sutra Bhadracari  terdapat doa


dedikasi agung Bodhisatwa Samantabhadra yang hingga saat ini
masih dilantunkan di setiap biara Buddhis baik di India, Tibet,
maupun Indonesia. Doa ini untuk membebaskan penderitaan dari
semua makhluk dengan mencapai Kebuddhaan. Tentunya doa
ini tidak hanya memohon pada Buddha, tetapi menjadi pondasi
semangat untuk menolong banyak makhluk. Lalu ada pula relief

22
Sutra Jataka dan Avadana yang mengisahkan perjuangan
Bodhisatwa untuk menyempurnakan paramita yang terdiri dari
sila (moral),  ksanti (kesabaran),  wiriya (semangat),  dhyana
(ketenangan batin), dan  prajna (kebijaksanaan) di berbagai
kehidupan selama berkalpa-kalpa. Berikut adalah penggalan
relief Avadana yang berhasil didokumentasikan oleh Harti
(2022).

“Kisah Romansa Manohara pada Relief Candi Borobudur sebagai


Inspirasi Penciptaan Selendang Batik

23
52 Spesies Fauna Teridentifikasi di Relief Candi Borobudur

24
Bodhisatwa yang akan menjadi Buddha kala itu telah
menyempurnakan paramita dengan terlahir sebagai manusia.
Kisah hidup Bodhisatwa sebagai manusia dijabarkan
dalam  Sutra Lalitawistara. Beliau terlahir menjadi
Siddharta Gautama dari rahim Ratu Mahamaya dan akhirnya
memutuskan mencari jalan keluar penderitaan manusia setelah
melihat empat hal, yaitu orang tua, orang sakit, orang mati, dan
pertapa. Beliau melakukan banyak hal, seperti bertapa di hutan
dan menyiksa diri selama 6 tahun hingga akhirnya mencapai
penerangan sempurna. Namun, tak hanya itu yang ternyata
terungkap dalam relief Lalitawistara, ada 52 spesies fauna yang
tergambar dan telah teridentifikasi oleh LIPI, dan Antaranews
juga sukses menyajikannya dalam infografik yang menawan.
Untuk mencapai ke-Buddha-an tentunya tidak terlepas
dari praktik mendasar agama Buddha, yakni meyakini hukum
karma  atau kausalitas. Karena itulah relief Sutra
Karmawibhangga  yang berisi pasal kausal dari perilaku
manusia menjadi pondasi dari Candi Borobudur. Dari relief
tersebut pemahaman mengenai keburukan yang dilakukan
dalam ucapan maupun tindakan akan berbuah buruk, begitu
pula kebaikan apa pun yang diejawantahkan akan berbuah
manis pula. Dalam memaknai karma penting untuk menjaga
pikiran, ucapan, dan tindakan agar tidak merugikan orang
lain maupun diri sendiri. Sekelumit hidangan di bawah ini
merupakan ilustrasi singkat dari relief Karmawibhangga yang
berhasil didokumentasikan dari Museum Candi Borobudur.

25
Buku Cerita Bergambar Relief Karmawibhangga Candi Borobudur

26
Selain hamparan relief yang begitu kaya, Candi Borobudur
juga memiliki khazanah stupa yang punya ragam cerita.
Sebuah stupa biasanya terdiri atas beberapa komponen, yaitu
kubah yang berkedudukan sebagai tempat menyimpan relik,
yupa berperan dalam menyimbolkan pengorbanan sesuai
dengan penjelasan Buddha dalam  Kutadanta Sutta,  bahwa
persembahan terbaik adalah dengan melakukan kebajikan
seperti berdana, melatih sila, meditasi, hingga pengorbanan
untuk meraih pencerahan, dan chattra berupa cakram yang
berada di atas stupa sebagai simbol payung seremonial sekaligus
kebangsawanan India Kuno serta masih digunakan hingga
sekarang. Di Thailand, chattra digunakan untuk memayungi raja
dalam berbagai upacara kenegaraan. Di Tibet, chattra digunakan
untuk memayungi Dalai Lama yang berperan sebagai pemimpin
spiritual. Chattra juga merupakan simbol pohon Bodhi tempat
Buddha mencapai pencerahan. Chattra di puncak stupa dapat
dimaknai sebagai bentuk penghormatan dan persembahan
kepada Buddha yang disimbolkan oleh stupa tersebut. Namun,
dengan pemaknaannya yang begitu penting justru chattra
didudukkan dalam debat kusir panjang dan Sangha Vajrayana
Indonesia berhasil merangkumnya dalam infografis yang telah
diunggah melalui akun Facebook-nya.

27
Chattra Payung Pelindung Indonesia

“Chattrapradana di Borobudur – Relief Karmavibhanga

28
Stupa Tanpa Chattra Tak Ubahnya Penihilan Atas Fondasi Ajaran
Buddhisme

Apakah Borobudur Sama Sekali Asing dengan Stupa Ber-Chattra

29
Memaknai artefak penuh sejarah itu tentunya akan pecah ke
dalam multitafsir bahasa dan kosmologi. Terlebih perspektif
literasi sejarah yang digunakan menuntut untuk kita
bernegosiasi dengan temuan yang ada dalam Candi Borobudur
dan menggubahnya menjadi sesuatu yang unik dan abadi.
Setelah memaknai bangunan yang diyakini sebagai tempat
suci itu sebagai stupa, tak ketinggalan mandala juga kerap
diaktifkan dengan Candi Borobudur yang memiliki arsitektur
geometris paling hakiki sebagai pola dasar untuk mendirikan
bangunan suci. Bahkan, jika merujuk pada filsafat Buddhis
kesempurnaan mandala adalah dengan ukuran yang cukup
besar dan orisinal mampu dijejaki oleh praktisi yoga tantra.
Tak heran jika beberapa bhante atau biksu menganggap
Borobudur sebagai tanah suci, yakni tempat untuk melarung
dan menenggelamkan segala bentuk penderitaan duniawi.
Pembuktian mandala sebagai landasan dalam hal spiritual
juga diperkuat dengan temuan patung-patung Buddha yang
terdapat pada relung-relung di atas 4 teras terbawah menempati
4 penjuru dunia dalam mandala dari Candi Borobudur
. Bahkan, jauh sebelumnya, Huntington (1997) telah
mengemukakan temuannya dan menghubungkannya
dengan konsep yang sudah ada dalam Sutra
Avatamsaka yang dikenal sebagai Sutra Bunga Teratai

30
Bhumisparcamudra, Arca ini menghadap timur dan menjadi tanda
khusus bagi Dhyani Buddha Aksobhya sebagai penguasa timur.

Dhayanamudra, Arca ini menghadap ke barat dan merupakan tanda


khusus bagi Dhyani Buddha Amitabha yang menjadi penguasa daerah
barat.

31
Varadamudra, Arca ini dapat dikenali Dhyani Buddha Ratna Sambawa
yang bertahta di selatan. Arca ini menghadap selatan.

Abhayamudra, Arca ini menghadap ke utara Langkan dan merupakan


tanda khusus bagi Dhyani Buddha Amogasidha yang berkuasa di utara.

32
Vitarkamudra, Arca ini menjadi ciri khas bagi Dhyani Buddha Varoicana,
terdapat di tengah, pada tingkat Rupadhatu di pagar langkan
baris kelima (teratas).

Dharmacakramudra, Arca ini menjadi ciri khas bagi Dhyani Buddha


Varoicana yang daerah kekuasaannya terletak di pusat.

33
Mengapa kekuatan literasi sejarah menjadi sangat penting
dan begitu ingin ditonjolkan, karena dengan elemen literasi
orang-orang mampu membaca apa saja, baik yang tersirat
maupun yang tersurat dalam Candi Borobudur. Tidak butuh
sinau dengan ragam tapa sejatinya, ada banyak cara yang bisa
mendekatkan hati manusia, khususnya kawula muda agar mau
menjelajahi dan mengelaborasi keindahan yang dimiliki Candi
Borobudur. Terlebih, untuk menguatkan sektor perekonomian
ibu pertiwi. Kawasan dan bangunan candi tidak hanya
dimanfaatkan sebagai destinasi wisata yang meningkatkan
pendapatan daerah.
Jika kita mau menelisik lebih jauh, pada tahun 2008
Konferensi PBB tentang perdagangan dan pembangunan
(UNCTAD) telah melaporkan industri kreatif telah memberikan
sumbangsih yang nyata pada pembangunan negara dengan
peningkatan nilai ekspor, penyerapan tenaga kerja dalam
jumlah besar, serta penyumbang domestik bruto. Tidak ada
kata terlambat untuk bergerak maju dan mengoptimalkan
potensi yang ada, bukan? Jadi, berkaca dengan energi
terpendam dari subsektor ekonomi kreatif yang tengah
digalakkan tak ada salahnya untuk mengulik lebih dalam serta
mengawinkan dengan sejarah Candi Borobudur. Jadi, Indonesia
pasti bisa bangkit dengan membawa produk baru berikon Candi
Borobudur hingga ke mancanegara.

34
“Pekerja Kreatif untuk Ekonomi Nasional

Peningkatan Sektor Ekonomi Kreatif

35
Pengembangan Pariwisata Candi Borobudur

36
Olahraga elektronik (e-sports) menjadi salah satu
subsektor ekonomi kreatif yang cukup digemari dan memiliki
pengembangan yang cukup terakselerasi, bahkan kini sudah
diakui eksistensinya dalam kancah pertandingan olahraga
tingkat Asia, yakni Asian Games 2018 dan Sea Games 2019.
Tentu saja masih banyak polemik mengenai penetapan olahraga
elektronik dapat dikategorikan sebagai cabang olahraga yang
layak untuk diperlombakan. Namun, Kementerian Komunikasi
dan Informatika (Kemenkominfo) sudah merilis infografis
melalui akun Instagramnya terkait e-sports yang secara sah
merupakan salah satu cabang olahraga, dikarenakan memiliki
tiga fundamen penting, yakni kompetitif, sportivitas, prestasi.

Esports Resmi jadi Olahraga Prestasi

Bahkan dilansir dari cnnindonesia.com, Ketua Harian


Pengurus Besar E-Sports Indonesia (PB ESI) Bambang
Sunarwibowo telah mengutarakan alasan mengenai bermain
game di depan komputer ataupun menggunakan game console
dapat disejajarkan dengan jenis olahraga lainnya. “E-sports layak
menjadi sebuah cabang olahraga, karena menggunakan tenaga
manusia berupa kecepatan, ketangkasan, dan strategi layaknya
olahraga pada umumnya,” ungkap Bambang Sunarwibowo.

37
Dengan naik daunnya subsektor pengembangan permainan
dalam ekonomi kreatif, tentunya diharapkan para kreator
muda untuk mengambil alih dalam pembuatan games yang
berbasis Candi Borobudur. Pastinya akan dibutuhkan tim ahli
dalam mematangkan sebuah permainan dan tidak semudah
membalikkan telapak tangan. Namun, ada banyak elemen dalam
Candi Borobudur yang bisa dieksplorasi dan dijadikan sebagai
materi pembuatan games. Pahatan kasarnya bisa kita ulas lebih
detail, seperti ragam relief dari badan candi dapat dijadikan
karakter atau tokoh dalam games, atau 5 tahapan pembuatan
candi bisa dijadikan sebagai level permainan, serta fungsi candi
dapat dijadikan sebagai energi dan nyawa kekuatan dalam
games. Kemudian, premis dari games haruslah bersandar pada
pengenalan Candi Borobudur sebagai aset budaya Indonesia dan
games tersebut bisa diklaim sebagai sumber finansial regional
dan nasional jika dimainkan hingga ke tingkat internasional.
Meski di sisi lain, masih ada diskursus yang pelik hingga
melibatkan umat Buddha dan membenturkannya dengan
aktor pengembangan kawasan Candi Borobudur dalam ranah
pariwisata Badan Otoritas Pengelola Kawasan Pariwisata
Borobudur berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 46 Tahun 2017. Namun, jika harus mengulitinya dari
sisi linguistik strukturalisme Levi Strauss, tentu saja kita akan
menemukan dua oposisi biner antara kedua zona tersebut.
Jika dipandang dari perspektif paradigmatik, tentu saja
pengunjung atau wisatawan Candi Borobudur dapat dikatakan
mengamalkan nilai-nilai Pancasila, terutama sila kelima.
Terlebih pemanfaatan candi dan kawasannya dapat meluaskan
kesempatan usaha dalam sektor ekonomi kreatif. Namun, bagi
umat Buddha, kegiatan mengunjungi Candi Brobudur sebagai
tempat Dhammayatra, yakni mendatangi tempat suci untuk
meningkatkan keimanan.

38
Ternyata wajah baru dari Candi Borobudur yang bisa
dielaborasi tidak hanya kita jumpai melalui e-sports. Subsektor
ekonomi kreatif fashion juga cukup menjanjikan sebenarnya. Jika
fenomena dan dromologi mampu digeser sedikit menjadi sudut
elevasi yang positif, maka point of view dari pagelaran adibusana
di jalan raya seharusnya bisa ditranslasikan ke kawasan Candi
Borobudur sehingga bisa menjadi event bulanan atau tahunan
(Borobudur Fashion Month atau Borobudur Fashion Year). Melalui
pelaksanaan event tersebut, diharapkan dapat memberikan
ruang luas bagi desainer daerah untuk mengembangkan ide
dan kreativitas mengenai Candi Borobudur. Selain itu, tema
yang diangkat dalam pagelaran juga bisa disesuaikan dengan
deskripsi candi ataupun sejarah dan pemugarannya. Jadi, tidak
serta merta menjadi ajang imitasi dan fenomena latah dengan
melihat tren yang sempat merajai daerah Jabodetabek dan
sekitarnya.
Pelaksanaan event tersebut bisa juga dirangkai dengan
festival film animasi Candi Borobudur serta pagelaran musik.
Sehingga, sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui.
Animator dan komponis daerah dan nasional juga merasa
tertantang dengan hadirnya perayaan mahakarya Borobudur
dengan bentangan permadani dari subsektor ekonomi kreatif
tersebut. Ragam kegiatan kekinian, namun tanpa meniadakan
unsur kebudayaan dan sejarah dari Candi Borobudur adalah
sebuah asimilasi yang spektakuler. Inilah harapan kita semua,
bukan? Candi Borobudur tidak hanya dipandang sebagai aset
budaya dan tempat berswafoto ria, bahkan tanpa memedulikan
keasrian dan kelestarian dari tubuh candi sendiri yang kerap
rusak dengan tindakan tak bertanggung jawab para pengunjung.
Kurang lengkap rasanya, jika kita tidak mengulik tentang
subsektor kuliner. Sebab, setiap hari bukankah kita makhluk

39
hidup yang membutuhkan makanan? Namun, makanan khas
dari kawasan Candi Borobudur yang unik dan mengikat hati
wisatawan, rasanya belum ada. Kita seharusnya tidak perlu jauh-
jauh untuk mencuri resep dari daerah atau negara lain, demi
terciptanya sebuah cuisine atau fusion food. Candi Borobudur
yang bertabur stupa itu sendiri sudah memikat hati wisatawan,
baik domestik maupun mancanegara. Jadi, tidak ada salahnya
mengokohkan stupa dan merefleksikannya dalam kudapan
ringan, tentunya disesuaikan dengan filosofi kosmologi Buddha
agar tidak terjadi kesalahpahaman (misintegration) dalam
penanaman dan pemahaman kebudayaan serta keagamaan
nantinya.
Dalam pelaksanaannya memang dibutuhkan regulasi
hukum dan kekuatan politik dari pemerintah untuk
menstabilkan segala lini, begitu juga dengan pengembangan
subsektor ekonomi kreatif dari Candi Borobudur dan
kawasannya. Untungnya di dalam Perda Provinsi Jawa Tengah
Nomor 1 Tahun 2021 Tentang Pengembangan Ekonomi
Kreatif sudah tertuang dengan jelas dan peraturan ataupun
konstitusi yang mendukung untuk kegiatan perekonomian
tersebut telah termaktub dengan detail dan konkret. Namun,
tetaplah dukungan secara nyata dari pihak pemerintah tetap
dibutuhkan oleh para pelaku ekonomi kreatif itu sendiri
untuk mengembangkan inovasi mengenai pemanfaatan Candi
Borobudur dan kawasannya.
Dengan meneropong dari teleskop ekonomi kreatif,
tentunya akan banyak inovasi yang tercipta, sehingga
pengembangan Candi Borobudur dan kawasannya sebagai objek
pariwisata menjadi lebih luas lagi cakupannya. Tidak hanya
subsektor yang dijangkau, namun serapan pendapatan bagi
rakyat Indonesia juga diharapkan mampu meningkat pesat.

40
Transformasi Literasi Digital
Menuju Borobudur sebagai
Pusat Peradaban dan Pusat
Kesejahteraan
Irkhamiyati

P ada halaman belakang buku Atlas Indonesia dan Dunia


terbitan tahun 80an yang lalu, pasti ditemukan gambar
beberapa warisan dunia sebagai tujuh keajaiban dunia. Candi
Borobudur termasuk di antaranya, yang sempat diakui sebagai
salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Candi Borobudur benar-
benar sebuah maha karya agung yang ditemukan pada beberapa
abad lalu, di zaman yang masih jauh dari perkembangan
teknologi. Arsitektur yang indah, bangunannya yang luar biasa
megah dan kokoh, penuh makna dan filosofi di setiap reliefnya,
dan berbagai kehebatan terpancar dari monumen raksasa dunia
bernama Candi Borobudur itu. Namun sayangnya, beberapa
tahun kemudian, muncul pro dan kontra tingkat dunia. Suara
kontra lebih mengarah pada kenyataan yang menyakitkan.
Candi Borobudur tidak lagi diakui sebagai bagian dari tujuh
keajaiban dunia. Hal ini menjadi sebuah tamparan yang sangat
mengecewakan dan memilukan.
Beberapa waktu setelah kejadian di atas, ada sebuah
penghibur luka lara. Bentuknya adalah sebuah pengakuan
dari UNESCO. Candi Borobudur diakui dan menjadi salah satu
situs warisan budaya dunia karena memenuhi tiga kriteria nilai
universal yang luar biasa. Pengakuan tersebut ditetapkan oleh
UNESCO pada tanggal 13 Desember 1991. Legalitas lainnya
yang menambah rasa bangga kita adalah berupa pengakuan

41
bahwa Candi Borobudur resmi termasuk dalam daftar Guinness
World Records pada tanggal 16 Oktober 20121. Candi Borobudur
diakui sebagai Candi Budha terbesar di dunia yang sampai saat
ini masih digunakan sebagai tempat beribadah agama Budha.
Beberapa pengakuan di atas semakin menguatkan nilai tawar
dalam dunia pariwisata, bahwa Candi Borobudur benar-benar
sebuah candi besar warisan budaya dunia. Nama besar Candi
Borobudur sebenarnya juga sudah diakui sampai ke mancanegara
sejak lama. Hal itu terbukti dengan terus bertambahnya jumlah
pengunjung dari tahun ke tahun. Ironisnya, membludaknya
jumlah pengunjung tersebut, justru menjadi sebuah dilema.
Pada satu sisi dengan semakin banyaknya jumlah pengunjung
candi, pasti sangat menggembirakan, karena berkorelasi
dengan jumlah pendapatan yang semakin meningkat. Pada sisi
lain juga menjadi sesuatu yang sangat mengkhawatirkan dan
membahayakan dari sisi konservasinya.
Kecemasan akan rusak dan musnahnya Candi Borobudur
membuat pemerintah mengeluarkan aturan yang kurang tepat
beberapa bulan lalu. Kenaikan tarif tiket candi berubah drastis
dari sebelumnya Rp.50.000.- menjadi Rp.750.000.-. Aturan
tersebut banyak menimbulkan kontra dan polemik di berbagai
pihak, terlebih di media sosial dan media online lainnya.
Setelah menuai banyak kritikan dan masukan, akhirnya aturan
tersebut ditunda masa berlakunya sampai waktu yang belum
tahu kepastiannya. Beberapa bulan ini juga diberlakukan
pembatasan dan lebih ke arah larangan pengunjung menaiki
badan candi. Seluruh pintu naik ke atas candi dari empat arah
ditutup semuanya. Wisatawan hanya bisa berkeliling di area
kaki candi saja. Hal ini cukup membuat kecewa wisatawan yang
1 Ibid

42
belum pernah menaiki candi sampai stupa teratas, yang terlihat
dalam gambar berikut ini.

Aturan Larangan Menaiki Badan Candi Borobudur


Sampai Stupa Teratas

Candi Borobudur berfungsi sebagai pusat peradaban dunia.


Dia mampu menjadi magnet yang memikat setiap wisatawan
dari generasi ke generasi untuk mengunjunginya. Permasalahan
utama yang saat ini dirasakan terletak pada banyaknya

43
jumlah pengunjung yang dimungkinkan akan mengancam
keselamatannya di masa yang akan datang. Permasalahan
tersebut bisa dipahami. Akan tetapi, apabila pembatasan
pengunjung berefek signifikan terhadap menurunnya jumlah
pengunjung, ini harus diwaspadai. Bisa dibayangkan, begitu
banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada
keberadaan candi tersebut. Apabila jumlah pengunjung
berkurang, maka pasti akan berdampak terhadap kesejahteraan
masyarakat sekitar dan dunia global lebih luasnya.
Begitu besarnya fungsi Candi Borobudur, termasuk sebagai
pusat kesejahteraan masyarakat dan dunia. Candi Borobudur
bagaikan matahari yang mampu memberikan energi dan
cahayanya kepada seluruh belahan dunia. Oleh karena itu harus
dicarikan solusi yang tepat, tanpa merugikan pihak-pihak yang
terlibat dengannya. Transformasi literasi digital bisa menjadi
salah satu alternatif untuk mewujudkan Candi Borobudur agar
tetap berperan sebagai pusat peradaban dan pusat kesejahteraan
masyarakat.

Integrasi Literasi Informasi dengan Literasi


Teknologi
Literasi informasi dengan literasi teknologi keduanya saling
berhubungan. Literasi informasi berkaitan dengan kemampuan
yang dibutuhkan seseorang sejak mencari sampai mengevaluasi
isi informasi, sehingga mampu menggunakannya secara efektif
dan beretika, serta memahami distribusinya yang dipengaruhi
oleh unsur sosial, politik, dan budaya2. Ada pun literasi teknologi
merupakan sebuah kemampuan agar dapat menggunakan
teknologi yang merupakan bagian dari skill penggunaan

2 Suharyanto. 2014. Glosarium Istilah Perpustakaan. Kediri: FAM Publishing.

44
teknologi informasi. Keduanya akan semakin menyediakan
pengetahuan dan skill yang sangat penting dalam penanaman
konsep long love education jika terintegrasi. Jika pengetahuan
dan skill dalam akses informasi dan mengambil keputusan
semakin berkualitas, akan berkorelasi dengan kemampuan
dalam penggunaan komputer dan perangkat TI lainnya.
Ketrampilan penggunaan TI mendorong pemanfaatan
komputer, database, perangkat lunak, dan aplikasi lainnya
untuk bermacam kepentingan yang berhubungan dengan
masalah pribadi atau pekerjaan3. Dasar keterampilan dalam
literasi ini meliputi penggunaan email, database, dan berbagai
operational system computer. Era Informasi seperti saat ini,
tidak bisa menghindari pemanfaatan TI dalam berbagai bidang
kehidupan. Keterampilan penggunaan TI sangat diperlukan,
sehingga integrasi antara dua literasi di atas, yaitu literasi
informasi dan teknologi sangat penting.

Literasi Digital
Literasi digital menjadi bagian penting integrasi dua literasi di
atas. Hal ini dipertegas oleh sebuah pendapat bahwa konsep
literasi digital didasarkan pada konsep literasi informasi dan
literasi komputer4. Literasi digital membutuhkan kemampuan
lebih dalam menggunakan perangkat lunak dan perangkat
digital5. Kemampuan tersebut membutuhkan pengetahuan
lebih untuk mencari, memanfaatkan, dan distribusi informasi
dengan beragam jenis dari media digital yang ada.

3 Rivoltella, Cesare Pier. 2008. Digital Literacy: Tools and Methodologies for
Information Society. USA: IGI Publishing. ALA Digital Literacy
4 Fauzi & Marhamah, 2021. Pengaruh Literasi Digital terhadap Pencegahan
Informasi Hoaks pada Remaja di SMANegeri7 Kota Lhokseumawe. Jurnal
Pekomnas Vol.6, No. 2021.
5 Irkhamiyati, 2019. Pengaruh Pelatihan Literasi Digital terhadap Kemampuan
Literature Searching Mahasiswa Baru Program Pasca Sarjana Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta, Jurnal Publish, Vol.3, No.2, 2019.

45
Literasi digital dibutuhkan di semua sektor kehidupan,
termasuk di sektor pariwisata. Presiden RI Joko Widodo telah
meluncurkan program literasi digital nasional pada tanggal 20
Mei 20216. Program itu merupakan bagian dari upaya percepatan
transformasi digital khususnya terkait pengembangan sumber
daya manusia digital agar keberadaan koneksi digital semakin
memberikan manfaat dan nilai tambah bagi seluruh masyarakat.
Program literasi digital nasional di atas merupakan kerja
besar yang menargetkan terselenggaranya 20.000 pelatihan
berdasarkan modul dan kurikulum berdasarkan empat pilar.
Pilar pertama, digital ethics/etika digital adalah kemampuan
dalam menyadari, menyesuaikan diri, dan menerapkan etika
digital saat berselancar di dunia digital. Pilar kedua, digital
society/budaya digital yaitu hasil kreasi dan karya manusia
yang berbasis teknologi internet yang terlihat saat berperilaku,
berinteraksi, berpikir, dan berkomunikasi di dunia digital,
seperti belanja online, dll. Pilar ketiga digital skills/keterampilan
digital yaitu kemampuan mengevaluasi dan membuat informasi
dengan memanfaatkan teknologi digital termasuk media sosial
dan platform online lainnya. Pilar keempat digital culture/
keamanan digital yaitu aktivitas mengamankan kegiatan digital,
contohnya penggunaan password sampai cyber security lainnya.

Transformasi Literasi Digital


Pandemi Covid-19 diakui membawa dampak besar terhadap
transformasi digital di berbagai belahan dunia. Pemanfaatan
media digital dan layanan online meningkat tajam selama

6 Kementrian Kominfo RI, 2021. Luncurkan Program Literasi Digital Nasional,


Presiden: Dorong Masyarakat Makin Cakap Digital. https://www.kominfo.
go.id/content/detail/34599/luncurkan-program-literasi-digital-nasional-presiden-
dorong-masyarakat-makin-cakap-digital/0/berita.20 Mei 2021.

46
pandemi. Pesatnya transformasi digital tersebut sayangnya
belum banyak terjadi di sektor pariwisata. Hal itu terbukti
dengan lesunya sektor pariwisata selama pandemi karena
berbagai pembatasan yang ada. Bagi Candi Borobudur,
pembatasan tersebut secara tidak langsung sebenarnya sudah
menjadi sarana untuk membatasi jumlah pengunjung yang
dikhawatirkan akan mempercepat kerusakan candi.
Berdasarkan evaluasi terhadap jumlah pengunjung Candi
Borobudur diketahui bahwa rata-rata jumlah pengunjung
per hari sudah melebihi kapasitas seharusnya. Hal tersebut
membuat pemerintah terburu-buru menerapkan aturan yang
dirasa kurang efektif dan solutif. Aturan tersebut lebih banyak
menimbulkan kontra yang akhirnya ditunda masa berlakunya
sampai sekarang. Jumlah pengunjung yang dianggap sebagai
suatu persoalan, harusnya dicarikan solusi tepatnya. Salah
satunya dapat dilakukan melalui transformasi literasi
digital. Tujuannya adalah untuk menjamin keamanan dan
keberlangsungan candi sebagai pusat peradaban dan warisan
dunia untuk masa yang akan datang. Tujuan lainnya adalah
untuk tetap meningkatkan jumlah kunjungan. Banyaknya
jumlah kunjungan akan berkorelasi dengan jumlah pendapatan,
baik yang diterima oleh pemerintah sebagai pengelola utama
maupun masyarakat sekitar yang banyak menggantungkan
mata pencahariannya pada candi. Jumlah pendapatan juga akan
dirasakan oleh berbagai pihak terkait lainnya. Oleh karena itu,
diperlukan sinergi lintas sektor guna mewujudkan transformasi
literasi digital tersebut.
Berbagai pihak yang bisa berkolaborasi seperti dari unsur
pengelola candi, pemerintah bidang pariwisata, komunikasi &
informatika, pendidikan & kebudayaan, masyarakat, sekolah,
pengunjung, dsb. Semuanya harus paham akan kemampuan saat

47
membutuhkan informasi digital, mampu mencari sumbernya,
sehingga mampu memanfaatkan dan mengevaluasinya,
termasuk dalam proses distribusi informasi kepada pihak yang
berkepentingan.
Berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan
transformasi literasi digital berdasarkan konsep empat pilar di
atas adalah sebagai berikut.
Pengembangan aplikasi berbasis smart phone/PC.
Contohnya bernama eBorobudur. Isinya tentang informasi
seputar Borobudur dengan berbagai pilihan menu. Aplikasi
dibuat untuk pengguna dasar yang bersifat free acces dan
gratis. Informasinya lebih bersifat umum. Aplikasi juga dibuat
untuk pengguna tingkat lanjut (akses bersyarat dengan login
menggunakan user name dan password bersifat, sifatnya
berbayar karena informasinya lebih mendetail, termasuk
layanan yang berkaitan dengan destinasi di sekitar candi, dan
layanan wisata virtual lainnya).
1. Disediakannya alat AR/Augmented Reality. AR merupakan
salah satu teknologi yang menggabungkan objek virtual
dengan objek nyata. Alat ini bisa ditempatkan di beberapa
tempat yang nyaman, setelah pengunjung masuk dengan
tiket di lokasi candi, dibantu oleh pemandu atau bisa
mandiri yang dilengkapi modul tertulis tertempel di papan
atau secara digital. Alat ini bisa free atau berbayar perlu dikaji
terlebih dahulu. Tujuannya untuk mengurangi pengunjung
yang naik ke stupa candi, sehingga pengunjung cukup
menggunakan alat AR ini, sambil melihat rekaman film yang
sudah disediakan, dengan format 3 atau 4 dimensi, sehingga
seolah-olah pengunjung sudah berkeliling dan naik sampai
puncak stupa teratas candi. AR dilengkapi dengan berbagai
menu pilihan, misalnya pengunjung memilih melalui pintu

48
barat lalu berkeliling dahulu, atau mau langsung naik ke
puncak, dsb, sesuai keinginan pengunjung.
2. Memaksimalkan pengunjung, kunjungan ke museum akan
mengurangi kapasitas jumlah pengunjung yang menaiki
candi. Content museum ditawarkan dalam paket kunjungan
lebih menarik dan harus lebih banyak digencarkan
promosinya. Selama ini tidak banyak pengunjung yang
ke museum. Content yang disajikan museum harus lebih
ditingkatkan, baik dari segi fisik terlebih content digitalnya.
Konsep wisata emersif untuk museum perlu diterapkan.
Konsep ini menggunakan teknologi yang diterapkan
untuk merangsang minat pengunjung datang dengan cara
mengaburkan dunia digital dengan dunia nyata. Pengunjung
bisa mendapatkan sensasi baru. Konsep ini akan membawa
pengunjung seolah memasuki lorong waktu, menikmati
masa tertentu, dan memberikan pengalaman baru. Semisal
dibuatkan film sejarah awal ditemukannya, bagaimana
proses pemugarannya, bagaimana proses perawatannya,
dan sebagainya sampai kondisi terkini candi melalui dunia
digital.
3. Pelibatan unsur sekolah dalam promosi candi, membutuhkan
pembimbing dari pihak sekolah, serta pelaku wisata candi
dan sekitarnya, contohnya:
a. Dibentuknya Saka Wisata dalam Pramuka.
b. Dimasukkan sebagai pilihan kegiatan ekstrakurikuler siswa
sekolah sekitar candi.
Adapun tugas siswa dalam Saka Wisata dan ekstrakurikuler
adalah:
• Ikut mempromosikan candi baik secara fisik dan digital,
seperti menggunakan medsos, website, film animasi,
kartun digital, dan aplikasi lainnya.

49
• Terlibat dalam kursus sebagai tour guide candi, terlebih
dalam materi seputar candi dan conversation sampai mampu
menerapkannya dengan praktik menjadi guide untuk turis
lokal terlebih turis asing dengan dukungan media digital.
Contoh gambar guide sedang memandu wisatawan asing
candi terlihat di bawah ini.

Guide Candi Borobudur

4. Pembekalan dan refreshing kepada pihak-pihak yang terlibat


di sekitar candi. Pembekalan termasuk pemanfaatan
teknologi digital yang digunakan dan kursus bahasa asing,
minimal Bahasa Inggris bagi pengelola candi, petugas
tiket, petugas kebersihan, pedagang, tukang parkir, guide,
pengelola hotel, tukang ojek, tukang becak, sopir beserta
kru, dll. Materi yang disampaikan agar selalu diupdate
termasuk informasi sejarah candi, filosofi candi, bagaimana
berperan dalam promosi, bagaimana melayani pengunjung,
bagaimana menawarkan dagangan tanpa merugikan
pengunjung (karena sering ditemui pedagang menarik
biaya tinggi dengan kualitas yang tidak sepadan yang
membuat jera pengunjung dan menurunkan citra wisata),
bagaimana memberikan informasi candi yang benar,
termasuk bagaimana menyampaikan destinasi sekitar yang
ada. Destinasi sekitar candi yang tak kalah menarik, seperti:

50
Gereja Ayam, Bukit Rhema, Punthuk Setumbu, berbagai
Balkondes di sekitar candi, berbagai wisata Rafting sekitar
candi, Omah Kamera, Candi Pawon, Candi Mendut, Jungky
Yard, Lepen Sumong, dsb. Beberapa hal di atas termasuk
dibukanya kesempatan luas kepada masyarakat untuk
terlibat dalam promosi candi.

Gereja Ayam

5 Penampilan kesenian daerah dan event-event interaktif


lainnya. Kesenian daerah seperti Jathilan, Kobro Siswo,
Ndayakan, dsb bisa ditampilkan secara fisik dan digital
sebagai bagian wisata virtual candi. Tujuannya sebagai daya
tarik wisatawan yang menunjukkan kearifan lokal setempat
berbalut kesenian. Penyelenggaraan event-event, seperti:
perayaan Waisak, Borobudur bertutur, lomba penulisan,
konser musik di pelataran candi, kongres, seminar, lomba
lari 10 KM, mengkolaborasikan paket wisata dengan
berbagai game interaktif, dan mendukung kegiatan lainnya.
Contohnya Manohara Game Online di Candi Borobudur dan
BRACE (Borobudur Creative Race) yang melibatkan teknologi

51
dan game interaktif bagi wisatawan, dan meditasi bersama.
Tujuannya adalah untuk menambah daya tarik pengunjung,
melestarikan warisan kesenian dan kearifan lokal, support
keagamaan, sosial, dan budaya, dan mempromosikan
destinasi wisata sekitar candi.
Hal ini memerlukan sinergi dengan bidang lain untuk lebih
mempromosikan candi. Promosi tentunya secara fisik dan lebih
luas secara digital. Contoh kolaborasi melalui game interaktif
terlihat dalam even Borobudur Creative Race dalam gambar
berikut.

Game Interaktif: Fisik dan Digital di Candi Borobudur

6. Memaksimalkan Kampung English. Kampung English


adalah sebuah kegiatan yang memberikan pelatihan
Bahasa Inggris dengan metode karantina selama waktu
tertentu, yang diadakan di sekitar candi. Tujuannya untuk
lebih mempromosikan candi dan menghasilkan generasi
dengan kemampuan Bahasa asing yang andal, sehingga
akan meningkatkan kesejahteraan mereka di masa depan.
Selama ini pengelolanya pihak swasta, sehingga hal ini akan
lebih maksimal jika disinergikan dari pihak pengelola candi
dengan platform digital.
7. Membentuk laboratorium konservasi cagar budaya dunia.
Laboratorium ini melibatkan pihak candi, pemerintah,
akademisi, praktisi seperti arkeolog, dan peneliti. Berbagai
eresources/sumber-sumber digital pasti sangat dibutuhkan

52
dalam riset ini. Begitu pula kolaborasi antar profesi juga
sangat dibutuhkan. Tujuannya untuk melakukan analisa hal-
hal yang menyebabkan kerusakan dan ancaman bagi candi,
sehingga bisa ditemukan berbagai solusinya. Contohnya
diperlukannya alas kaki dengan bahan tertentu yang tidak
membahayakan keamanan batu candi, pembatasan waktu
pengunjung yang berada di atas candi, diperlukannya
bahan-bahan yang membuat candi lebih bertahan lama,
dsb.
8. Pengembangan konsep wisata dan ekonomi dengan
dukungan akses jalan tol dan kereta Yogya-Borobudur-
Semarang (fisik dan digital). Diperlukan pemikiran
mendalam sehingga pengembangan akses tersebut mampu
mendukung keberlangsungan wisata candi dan ekonomi
masyarakat kreatif. Sinergi promosi lintas promosi harus
lebih ditingkatkan berbasis TI.
Berbagai upaya di atas apabila dilakukan secara simultan
dan berkelanjutan, akan menghasilkan sebuah transformasi
di bidang literasi digital sehingga tujuan meningkatnya melek
digital akan tercapai. Melek digital sangat bermanfaat bagi
semua pihak yang terlibat dengan keberlangsungan Candi
Borobudur. Kondisi tersebut tentunya akan mendukung
peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Borobudur sebagai Pusat Peradaban dan Pusat


Kesejahteraan
Posisi Candi Borobudur sebagai pusat peradaban memerlukan
kajian dari berbagai bidang dan analisis kritis7. Berbagai

7 Baiquni, Muhammad. Belajar dari Pasang Surut Peradaban Borobudur: Konsep


Pengembangan Pariwisata Borobudur. Jurnal Forum Geografi, Vol. 23, No. 1,
Juli 2009: 25 – 40.

53
kepentingan dan dinamika yang berkembang dari masa ke masa
mempengaruhi peradaban di sekitar candi. Pemerintah telah
mencanangkan Candi Borobudur sebagai tempat peribadatan
Umat Budha sedunia. Dengan demikian sudah tidak diragukan
lagi, bahwa Candi Borobudur benar-benar sebagai pusat
peradaban. Candi Borobudur selama ini banyak dimanfaatkan
untuk kepentingan peribadatan, keagamaan, pariwisata,
kebudayaan, dan penelitian sejarah. Kondisi sosio kultural
dan religi di sekitar Candi Borobudur dari abad ke abad begitu
beragam. Hal tersebut tidak membuat kehidupan masyarakat
hidup berantakan. Namun sebaliknya, masyarakat tetap bisa
hidup rukun, damai, dan tenteram dalam toleransi dan saling
pengertian. Itulah bukti nyata bahwa Candi Borobudur sangat
pantas sebagai pusat peradaban dunia.
Tengoklah ketika ada perayaan Waisak bagi umat Budha.
Masyarakat sekitar Candi Mendut, Pawon, dan Borobudur
yang mayoritas muslim, saling support terlaksananya acaranya.
Masing-masing mengambil perannya, tanpa saling mengganggu.
Keberadaan Candi Borobudur juga dirasakan sebagai
magnet pariwisata yang sangat bermanfaat dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Begitu banyak
masyarakat yang menggantungkan mata pencahariannya pada
Candi Borobudur ini. Ada dari mereka yang berprofesi sebagai
jasa penyedia parkir, pedagang, jasa penginapan dan kuliner,
transportasi, pembuat dan pedagang souvenir, guide, pengelola
candi itu sendiri, BUMN, dsb. Semua merasakan manfaat
keberadaan candi untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Pendapatan negara juga makin bertambah akan keberadaan
candi ini. Pemanfaatan teknologi digital bagi masyarakat yang
terlibat dengan Candi Borobudur perlu ditingkatkan. Contohnya
pemanfaatan media sosial untuk menawarkan barang dagangan,
promosi penginapan, kuliner, souvenir, dan jenis layanan wisata

54
lainnya. Website dan media jejaring lainnya juga harus lebih
digencarkan untuk lebih menarik para wisatawan datang.
Destinasi wisata di sekitar candi ikut berkontribusi
mewujudkan Candi Borobudur sebagai pusat kesejahteraan
masyarakat. Maka tak dapat dipungkiri bahwa hadirnya Candi
Borobudur benar-benar menghasilkan pundi-pundi sebagai
salah satu pusat kesejahteraan bagi masyarakat. Contoh
aktivitas perekonomian masyarakat di sekitar candi, terlihat di
bawah ini.

Contoh Perekonomian Masyarakat Sekitar Candi Borobudur

Solusi Nyata Candi Borobudur sebagai Pusat


Peradaban dan Pusat Kesejahteraan
Pengunjung Candi Borobudur bisa menjadi salah satu faktor
kerusakan candi. Transformasi literasi digital bisa menjadi
salah satu solusinya yang dapat dilakukan melalui berbagai
hal. Pengembangan aplikasi berbasis TI, penyediaan Augmented
Reality, dan memaksimalkan museum dengan konsep wisata
emersif. Pelibatan sekolah untuk promosi, pembekalan, dan
refreshing kepada pihak-pihak yang terlibat di sekitar candi,
dibukanya kesempatan luas kepada masyarakat untuk terlibat

55
dalam promosi juga menjadi upaya penting dengan dukungan
teknologi digital. Berkolaborasi dengan penyelenggaraan
berbagai event-event interaktif, memaksimalkan Kampung
English, membentuk laboratorium konservasi cagar budaya
dunia, dan pengembangan wisata lintas geografi juga menjadi
upaya transformasi literasi digitalnya.
Konflik antar pihak berkepentingan harus dihindari agar
pengakuan Candi Borobudur sebagai warisan budaya dunia
demi menuju Candi Borobudur sebagai pusat peradaban
terwujud nyata. Peningkatan manajemen candi juga perlu
ditingkatkan agar keberadaan candi benar-benar berkontribusi
terhadap kesejahteraan masyarakat di sekitar dan dunia lebih
luasnya. Sinergi antar pihak sangat diperlukan untuk dapat
mempertahankan warisan budaya dunia hingga akhir masa.

56
Sumber Referensi
Baiquni, Muhammad, 2009. Belajar dari Pasang Surut
Peradaban Borobudur: Konsep Pengembangan Pariwisata
Borobudur. Jurnal Forum Geografi, Vol. 23, No. 1, Juli
2009: 25 – 40.
Fauzi & Marhamah, 2021. Pengaruh Literasi Digital terhadap
Pencegahan Informasi Hoaks pada Remaja di SMANegeri7
Kota Lhokseumawe. Jurnal Pekomnas Vol.6, No. 2021.
Irkhamiyati, Pengaruh Pelatihan Literasi Digital terhadap
Kemampuan Literature Searching Mahasiswa Baru
Program Pasca Sarjana Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta,
Jurnal Publish, Vol.3, No.2, 2019.
Islam, Muh Ariffudin, 2013. Peran Brand Borobudur dalam
Pariwisata dan World Heritage. Jurnal Dewa Ruci, Vol. 8
No. 3, Desember 2013.
Kementrian Kominfo RI, 2021. Luncurkan Program Literasi
Digital Nasional, Presiden: Dorong Masyarakat Makin
Cakap Digital. Sumber: https://www.kominfo.go.id/
content/detail/34599/luncurkan-program-literasi-
digital-nasional-presiden-dorong-masyarakat-makin-
cakap-digital/0/berita.20 Mei 2021.
Rivoltella, Cesare Pier. 2008. Digital Literacy: Tools and
Methodologies for Information Society. USA: IG Publishing.
ALA Digital Literacy.
Suharyanto. 2014. Glosarium Istilah Perpustakaan. Kediri:
FAM Publishing.

57
58
Bambu dan Kehidupan
Masyarakat Desa Ngadiharjo
Kec. Borobudur Kab.Magelang
Nisa Adelia

S ekitar pertengahan tahun 2016 saya mendapat panggilan


kerja di Perpustakaan Hukum Bagian Hukum Setda Kab.
Magelang. Saya segera bergegas berangkat dari Depok menuju
Stasiun Jakarta Kota untuk menempuh perjalanan ke Magelang
dengan rute kereta Jakarta-Jogja. Kemudian dilanjutkan
dengan menggunakan moda transportasi bus dari Terminal
Jombor Yogyakarta ke Pertigaan Blondo Kab. Magelang. Tidak
butuh waktu lama saya naik ojek dari pemberhentian bus di
pertigaan Blondo Kab. Magelang menuju Kecamatan Mungkid
Kab. Magelang, tempat kami tinggal.
Kecamatan Mungkid merupakan Ibu Kota Kab. Magelang
yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Borobudur. Kami
tinggal di perbatasan antar dua kecamatan tersebut. Jarak ke
Kecamatan Borobudur yang lebih dekat, membuat kami lebih
sering beraktivitas di Kecamatan Borobudur dalam memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Tidak hanya itu, Kecamatan
Borobudur juga sekaligus tempat kami melepas penat setelah
seharian mengerjakan pekerjaan yang padat. Selepas magrib,
banyak pedagang kaki lima di sepanjang jalan kompleks
Candi Borobudur yang menjual aneka makanan dengan harga
terjangkau. Seperti Wedang Ronde, Gorengan, Cilok, Sosis,
Kebab Mini, Pecel Lele, Bakso, dan Bakmi Goreng Jawa. Ada
satu warung bakmi goreng yang selalu rame dan rekomended
yaitu Bakmi Goreng Pak Muri yang rasanya tidak diragukan
lagi. Manis, gurihnya pas. Jika ingin agak sedikit berkelas, bisa

59
menikmati makanan di resto klasik atau cafe lengkap dengan
musik pop Jawa kadang juga gendingan tradisional. Selain
makanan, aneka permainan seperti odong-odong sepeda,
pancingan ikan, melukis di sterofoam juga tersedia di sepanjang
jalan. Jadi, di sepanjang jalan tersebut selain dipadati remaja
yang sedang jajan dan nongkrong, juga anak balita yang antre
main odong-odong.
Lokasi Candi Borobudur yang kebetulan berdekatan
dengan Pasar Kecamatan Borobudur ini bisa dibilang satu-
satunya hiburan malam rakyat Kecamatan Borobudur dan
Kecamatan terdekat sekitarnya. Lokasi di sekitar jalan utama
Candi Borobudur jika malam memang ramai, namun jika kita
sedikit saja masuk ke desa-desa, kita akan disambut oleh
keheningan dan kesunyian malam, serta simfoni indah dari
alunan jangkrik dan katak sawah. Sepi dan hampir jarang sekali
terlihat anak-anak sekadar bermain di depan rumah. Pintu-
pintu rumah tertutup rapat. Hanya warung-warung angkringan
dengan lampu tempel yang temaram terlihat di beberapa titik
jalan desa.
Saat akhir pekan tiba, saya menyempatkan bersepeda pagi
menyusuri jalan-jalan desa sekaligus sarapan bubur sayur di
pertigaan jalan menuju Candi Pawon. Bubur sayur adalah bubur
yang diberi kuah sayur lodeh tahu. Bubur sayur biasanya menjadi
menu sarapan pagi warga di sini. Sepanjang jalan menyusuri
Desa Borobudur kami menikmati segarnya udara desa dan
hamparan sawah hijau yang sangat menyejukkan. Semakin
terasa sejuk saat disambut senyum ramah bapak yang sedang
berjalan berangkat ke sawah. Selain mengolah sawah, saya juga
menjumpai warga dengan tekun meremas-remas tanah liat
menjadi gerabah, memasak aren menjadi gula Jawa, mengolah
limbah alam dan barang-barang bekas menjadi kerajinan serta

60
menyembul canting untuk membatik. Ada juga warga sibuk
memoles penginapan pribadi (Homestay) untuk menyambut
wisatawan yang datang menginap. Sungguh suasana yang
menyejukkan dan menenangkan.
Suatu malam, selepas magrib saya mendapat pesan dari
salah satu kawan baik kami yang jarak rumahnya sekitar 5
km dari Candi Borobudur. Tepatnya Dusun Karang Tengah,
Desa Ngadiharjo Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.
Setelah menyelesaikan salat magrib, saya dan suami berangkat
mengikuti maps yang sudah dibagikan olehnya melalui
whatsApp. Bagi kami memutuskan perjalanan selepas magrib
adalah waktu yang belum terlalu malam. Namun sepanjang
jalan desa yang kami lewati sangat sepi dan gelap. Semakin
jauh kami berkendara mengikuti maps tersebut, jalan semakin
sepi, berkelok, dan menanjak. Rumah warga semakin jarang
kami temui, jalan menyempit dan diapit kebun bambu yang
rimbun. Di titik 100m dari lokasi mulailah terlihat cahaya
lampu dari salah satu rumah warga. Namun, kecepatan internet
kami tiba-tiba menurun. Tidak apa-apa, sepertinya kami akan
menemukan pemukiman warga. Semakin dekat cahaya itu
semakin terang dan paling terang di antara rumah warga yang
lain. Alhamdulillah ternyata rumah paling terang itulah rumah
kawan kami.
Wedang Teh dan gorengan disuguhkan. “Selamat datang di
lantai 3nya Kecamatan Borobudur” sambut Mbak Endah dan
Pak Kodim (Tuan Rumah). Kami saling memandang dan sontak
tertawa lepas.
“Ya, Beginilah kampung kami.” Kata Pak Kodim membuka
obrolan malam itu.
Kami disambut di teras art shop Bantuan dari Kementrian
PUPR bersama besek-besek yang akan dijual oleh Pak Kodim. Di

61
sebelah art shop, ada ruang tamu yang disulap menjadi Taman
Baca Masyarakat oleh Mba Endah.

Saat Bertamu. Disambut di art shop Pak Kodim dan Mbak Endah

62
Ruang tamu jadi TBM

63
“Sebelumnya, ngeri, Mba… tiga tahun lalu (2013) dusun
Kami masuk garis merah kemiskinan.” Kata Mba Endah sambil
menyuguhkan camilan toplesan.
“Gimana niku, Pak?” Tanya suami saya ke Pak Kodim.
“Nek soal pangan, kene ki alhamdulillah gak kekurangan. Akeh
kebon (sawah). Tapi soal urip, ya ngene-ngene iki. Kondisine gini-
gini aja. Bikin keranjang, besek dijual di pengepul cuma berapa.
Njenengan bisa lihat sendiri.” Jelas Pak Kodim.
“Jan jane di sini itu potensi alamnya luar biasa, Mba. Tapi
sayange masyarakate kurang literet. Aku wes gak kakean omong,
apa yang bisa tak lakukan ya ini” Sahut Mba Endah.
“Monggo, wedang tehnya disambi.” Pak Kodim
mempersilahkan, kami minum wedang teh.
Saya merasakan ada hati yang kaya sekaligus getir.
Kami kaget. Bagaimana bisa desa yang berjarak 5 km dari
Candi Borobudur masuk dalam garis merah kemiskinan.
Sedangkan Candi Borobudur itu mendapat kunjungan
wisatawan hampir belasan ribu perharinya. Artinya ada
potensi market yang besar di sekitar Candi Borobudur. Seketika
romantisme desa yang setiap pagi kami saksikan itu runtuh.
Beruntung sekali Desa Ngadiharjo memiliki Mbak Endah
dan Pak Kodim yang peduli dan optimis dengan lingkungan
sekitarnya. Mbak Endah dan Pak Kodim mengambil langkah
paling kecil dan sederhana yang bisa mereka lakukan yaitu
membuat ruang belajar bersama dengan konsep Taman Baca
Masyarakat (TBM). Sesuai dengan semangat pencetusnya,
TBM tersebut diberi nama TBM Omah Eling Ngudiraharjo.
Kata Omah berarti rumah atau tempat, Eling berarti Ingat
dan mengingatkan, Ngudi adalah mencari, dan Raharjo adalah
sejahtera. Jadi taman baca masyarakat ini diharapkan menjadi

64
tempat untuk mengingatkan masyarakat dalam mencari
kesejahteraan melalui pengetahuan.
Semangat “Ngudiraharjo” itu betul-betul menjadi praktik
dalam kegiatan di TBM. Mbak Endah dan Pak Kodim tidak
hanya mengajak anak-anak membaca dan menulis, namun juga
berkegiatan membuat kerajinan tangan. Salah satunya yaitu
kerajinan bambu untuk anak-anak.
Hal ini dilakukan untuk mendekatkan anak-anak dengan
potensi lokal yang ada di sekitarnya, serta mengenalkan proses
diperolehnya uang dari mulai produksi hingga barang menjadi
uang.
Bak gayung bersambut, sekitar awal Tahun 2019 datang
anak-anak muda dari perkumpulan alumni Institut Teknologi
Bandung (ITB) yang memiliki program sosial entrepreneurship.
Di situ Mbak Endah dan Pak Kodim berdiskusi banyak hal.
Mulai dari potensi desa, cerita soal TBM itu sendiri, dsb.
Hingga pada satu kesimpulan bahwa ada potensi lokal
yang bisa dikembangkan yaitu anyam bambu yang dibuat
menjadi besek, keranjang hampers, dsb. Pak Kodim dan Mbak
Endah memulainya menjadi usaha yang lebih serius untuk
dikembangkan dengan memberdayakan masyarakat sekitar.
Sekaligus akan menjadi jalan bagi Pak Kodim dan Mbak Endah
untuk mengajak para ibu dan pemuda melek belajar. Jika
awalnya kerajinan tangan ini kegiatan anak-anak saja, maka Pak
Kodim mulai mengembangkan pada orang dewasa.
Anyam bambu/kerajinan bambu dipilih karena Warga Desa
Ngadiharjo Kecamatan Borobudur ini sebagian besar warganya
adalah pengrajin bambu. Saat kami keliling ke dusun- dusun
yang ada di Desa Ngadiharjo Kec. Borobudur, seperti Dusun
Mbleder, Kebonsari, Tawangsari, Karangtengah dan Kopatan,
hampir setiap warga yang ada di rumah, kegiatannya selain

65
ke kebon (sawah) adalah mengolah bambu menjadi barang
kerajinan, tampyah, dan aneka bentuk keranjang. Bahkan
kerajinan bambu ini sudah melintas antargenerasi dari mbah,
orang tua hingga turun ke anak. Karena saking membudayanya
kerajinan bambu di Desa Ngadiharjo ini, hingga ada warga
yang mengatakan “Pokok nek ana ibu-ibu lungguh-lungguh, mesti
cekelane bambu kabeh”.

Pak Dimyati Pembuat Tampyah, Ibu X Pembuat Keranjang

Hasil Kerajinan bambu yang dihasilkan oleh ibu-ibu di


Desa Ngadiharjo dijual pada pengepul kemudian oleh pengepul
didistribusikan ke luar kota seperti Yogyakarta dan Semarang.
Harga dari pengrajin untuk 100 keranjang kecil adalah sekitar
45.000-50.000. Bentuk kerajinan bambu yang dikerjakan
sebagian besar warga Desa Ngadiharjo adalah keranjang.
Melihat potensi desanya yang memiliki peluang untuk
dikembangkan dan dapat meningkatkan kesejahteraan warga,
Pak Kodim mencoba mereformulasi anyam bambu dengan
bentuk yang lebih bervariasi. Beberapa inovasi anyam bambu
dibuat sedemikian rupa sehingga memiliki nilai jual yang
lumayan. Seakan tidak mau diam, Mba Endah bergerilya
membangun kerja sama untuk distribusi hasil kerajinan yang
telah dibuat. Berikut bentuk kerajinan bambu dari Pak Kodim :

66
Berkat keuletan dan kepedulian Mbak Endah dan Pak
Kodim terhadap lingkungan sekitarnya, awal tahun 2020 Pak
Kodim dan Mbak Endah mendapat bantuan berupa art shop
dari Kementrian PUPR. Pembangunan art shop tepat berada di
sebelah rumah TBM. Pak Kodim dan Mba Endah semakin serius
fokus produksi kerajinan bambu bersama ibu-ibu pengrajin
yang sudah berkenan untuk bergabung. Melihat ibu-ibu mulai
bergabung, Mba Endah mengembangkan kemampuannya.
Beberapa seminar dan workshop marketing digital diikuti.
Sayangnya jaringan internet di lokasi rumah Mba Endah tidak
begitu lancar. Tidak mau kalah dengan keterbatasan sinyal.
Mba Endah bekerja sama dengan beberapa pengusaha di
sekitar Kab. Magelang. Seperti “Kraosan”, “Kebon_Ndoro” dan
“Langit Senja” serta “Naruna Salatiga”. “Kraosan” memasarkan
hasil kerajinan bambu dari Pak Kodim di marketplace Shopee.
Kemudian untuk “Kebon Ndoro” “Langit Senja” dan “Naruna
Salatiga” menggunakan hasil kerajinan bambu untuk packaging
produk mereka. Produk jadi semakin terlihat cantik dan
aesthetic setelah dibungkus menggunakan besek dan keranjang
bambu.

Artshop dan kerajinan bambu yang sedang dijemur

67
Reformulasi besek ini dinilai cukup berhasil. Hal tersebut
terbukti dari penjualan offline dan online besek pada tahun 2020-
2021 yang awalnya hanya terbatas di Kecamatan Borobudur
mulai berkembang hingga antar pulau bahkan pernah laku
hingga luar negeri. Tidak hanya penjualan kerajinan bambu,
Mbak Endah dan Pak Kodim memberanikan diri membuka kelas
belajar anyam bambu yang dikemas dalam paket eduwisata.
Lagi-lagi karena keterampilan literasi informasi dalam
penjualan, grafik pendapatan terus mengalami peningkatan.

Grafik penjualan periode 2020 - 2021

Tidak begitu saja langsung puas dengan grafik penjualan


yang mulai meningkat. Mbak Endah membuat paket eduwisata
untuk wisatawan Borobudur yang ingin belajar membuat
kerajinan bambu yang berlokasi di art shopnya dan akan
mengembangkan program marketing online untuk pemuda di
sekitarnya meskipun dengan keterbatasan jaringan internet
yang tidak begitu bagus.
Dari praktik baik yang dilakukan Mbak Endah dan Pak
Kodim tersebut, terlihat bagaimana optimisme dan peran
keterampilan membaca potensi lokal serta mengolahnya

68
menjadi barang khas itu mampu meningkatkan nilai jual
dan penghasilan. Jadi jangan khawatir saat terperangkap
kemiskinan yang disebabkan oleh faktor material. Karena
masih ada asa yang memengaruhi motivasi, investasi, dan
kemampuan memperbaiki penghidupan.
Persoalan kemiskinan, memang sampai dengan saat ini
seakan menjadi pekerjaan rumah yang tak kunjung selesai.
Indonesia sendiri pada tahun 2015 memiliki penduduk miskin
mencapai 10,96 persen dengan sekitar 62,65 persennya berada
di desa.
Kemudian di tahun 2021 persentase penduduk miskin
Indonesia adalah 9,71 persen. Artinya ada penurunan sekitar
1.25 persen dari tahun 2015. Meskipun mengalami penurunan,
persentase kemiskinan tahun 2021 masih sebesar 9.71 persen.
Angka 9.71 persen merupakan angka kemiskinan yang masih
perlu untuk terus diturunkan.
Jika menilik penyebab kemiskinan memang sangat
kompleks. Penanda yang paling mudah terlihat adalah tidak
tersedianya profil desa (jumlah penduduk, warga desa yang
miskin, dsb), kondisi infrastruktur yang tidak memadai,
aparatur desa yang tidak kompeten, kantor desa yang tidak
berfungsi bahkan ada yang tidak punya hingga abai terhadap
potensi atau aset desa yang dimiliki. Hal ini masih ditambah
dengan menjamurnya pasar ritel di pelosok desa yang tentu
saja mematikan pasar desa maupun warung kelontong yang
ada di desa(Marwan Ja’far dalam Zamroni, 2015). Abai
terhadap potensi lokal ini memiliki indikasi bahwa masyarakat
abai karena tidak tahu bahwa kelokalan yang mereka miliki
merupakan sebuah potensi yang dapat dikembangkan.
Ketidaktahuan atau bahkan ketidaksadaran warga
desa terhadap potensi lokalnya bisa jadi karena terbatasnya

69
pengetahuan, wawasan, dan pengalaman. Padahal di era yang
serba terbuka seperti saat ini, informasi dan pengetahuan
cukup mudah didapatkan baik melalui gawai maupun saluran
informasi lainnya. Terlebih gawai saat ini sudah menjadi
bagian dari kehidupan masyarakat desa. Sehingga masyarakat
desa dapat memiliki akses untuk mendapatkan informasi
dan pengetahuan. Akan tetapi, ternyata kesamaan akses saja
tidak cukup untuk menjadikan informasi dan pengetahuan
yang tersedia di jagat maya maupun saluran informasi lainnya
berdampak pada kehidupan masyarakat desa. Dibutuhkan
keterampilan dalam menangkap, menggunakan dan
mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan baik informasi
yang didapatkan dari gawai maupun saluran informasi lainnya.
Keterampilan tersebut lazim disebut literasi informasi.
Literasi informasi merupakan kemampuan mengenali
kebutuhan informasinya, mampu memenuhi kebutuhan
informasi, mengumpulkan, menyeleksi, mengevaluasi, dan
menggunakan informasi dengan tepat dan akurat dalam
kehidupan sehari-hari. Literasi itu sendiri, adalah kegiatan
yang menjadikan masyarakat Indonesia peka dan mampu
menganalisa lingkungan sekitar, mampu melahirkan individu-
individu yang sarat karya atas informasi yang diterimanya,
yang tak putus mengungkapkan gagasan-gagasan guna
menumbuhkan budaya kompetensi dan iklim intelektualitas
di Indonesia. Bukan semata memproduksi masyarakat yang
gandrung membaca kemudian semata “pengikut” dengan
keterbatasan analisa, ketidakmampuan berargumen apalagi
menghasilkan karya yang memiliki ciri khas (Primadesi,2018).
Artinya literasi Informasi tidak serta merta tentang mampu
menemukan informasi yang tepat, namun juga kemampuan
menganalisis, menangkap peluang, serta mampu menggunakan
informasi untuk potensi diri yang memiliki ciri khas.

70
Keterampilan literasi informasi sebagai kecakapan hidup,
tidak serta merta didapatkan dengan instan. Butuh proses
panjang hingga menjadi budaya dalam masyarakat. Untuk
itu, penting adanya institusi sosial (TBM) yang mampu
menumbuhkan budaya literasi. Karena sangat mustahil
bahwa apa yang seseorang ketahui tentang sesuatu itu
terlepas sama sekali dari aspek sosial dan budaya di mana
seseorang berkehidupan (Pendit,2018). Dengan begitu
pengetahuan masyarakat sedikit demi sedikit akan terbangun.
Jika pengetahuan masyarakat terbangun maka “produksi
pengetahuan” masyarakat desa menjadi sebuah keniscayaan.
Produksi pengetahuan masyarakat desa inilah yang nantinya
mampu membawa ke kemandirian desa.
Sebagaimana keterampilan literasi informasi yang dimiliki
oleh Mbak Endah dan Pak Kodim yang menjadikannya tahu dan
sadar akan kepentingan dan bagaimana melangkah menuju ke
kehidupan yang lebih baik. Sehingga bambu yang telah turun-
temurun menjadi bagian hidup masyarakat Desa Ngadiharjo
itu betul-betul mampu menjadi penghidupan bagi masyarakat
Desa Ngadiharjo. Memang tidak mudah, tapi bukan berarti
tidak mungkin, bukan?

71
Sumber Referensi
Pendit, Putu Laksman. 2018. Pustaka dan Kebangsaan.Jakarta
: ISIPII Primadesi, Yona.2018.Dongeng Panjang Literasi
Indonesia.Padang:Kabarita
Scoones, Ian. 2022. Penghidupan Berkelanjutan dan
Pembangunan Pedesaan.Yogyakarta:InsistPress
Tim.2022.BPS 2021.Jakarta : BPS dapat diakses
di link dibawah ini https://www.bps.go.id/
publication/2021/02/26/938316574c78772f27e9b477/
statistik- indonesia-2021.html
Zamroni, Sonaji. 2015. Desa dan Penghidupan Berkelanjutan.
Yogyakarta:IREYogyakarta.

72
E-Temple Card: (rekomendasi)
Sistem Digital Terpadu solusi
Alat Transaksi Digital 5.0 untuk
Kawasan Pariwisata
Candi Borobudur
Septiyan Ulin Ni’am

P erkembangan ekonomi pada Era Society 5.0 di Indonesia telah


mengalami perubahan yang signifikan, sehingga memberi
ruang yang lebih pada sektor pariwisata, UMKM, transportasi
dan seni pertunjukan di sekitar wilayah Borobudur. Hal ini
dapat dilihat dengan makin maraknya penggiat pariwisata,
UMKM, transportasi dan seni pertunjukan diadakan secara
digital dan langsung. Secara digital dapat lakukan dari mana
saja, karena bisa menggunakan aplikasi live streaming melalui
IG, Youtube, Tik-tok, atau Zoom. Sedangkan secara langsung
melalui pertunjukan/pagelaran, pameran, karnaval, dan pasar
tiban.
Terbentuknya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik
Indonesia (Kemenparekraf/Barekraf) bertujuan untuk
mengembangkan ekonomi masyarakat untuk lebih kreatif
dengan cara mengedepankan proses penciptaan, kegiatan
produksi dan distribusi barang maupun jasa yang dalam
prosesnya memerlukan kreativitas dan kemampuan intelektual
di dalamnya. Konsep perekonomian ini maksudnya lebih
mengutamakan kreativitas, ide, dan pengetahuan dari sumber
daya manusia. Oleh karena itu, ekonomi kreatif saat ini sangat
erat hubungannya dengan era society 5.0, bahwa hal tersebut

73
merupakan pelaku ekonomi kreatif yang dapat memanfaatkan
semua teknologi. tekhnologi yang ada tersebut memiliki fungsi
untuk menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan
sosial, khususnya di kawasan Candi Borobudur.
Keberadaan Candi Borobudur menurut Sofianto (2018),
dirasa belum memiliki dampak secara langsung terhadap
kesejahteraan masyarakat sekitar tempat wisata tersebut.
Pengelolaan wisata candi belum sepenuhnya melibatkan
masyarakat atau berdampak pada peningkatan kesejahteraan.
Antara pengelolaan wisata dengan aktivitas masyarakat sekitar
masih berjarak, masing-masing berjalan sesuai kepentingannya.
Masyarakat merasakan keberadaan wisata candi belum
berdampak langsung pada pendapatan mereka.

Pengembangan Kawasan Pariwisata Nasional


Borobudur
Perkembangan dunia pariwisata menjadikan Kawasan
Borobudur dan sekitarnya sekarang ini sebagai salah satu
kawasan pariwisata yang diandalkan oleh nasional, bahwa hal
tersebut dapat diketahui dalam Peraturan Presiden Nomor 58
Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Borobudur.
Pemerintah menetapkan target kunjungan 2 juta wisatawan
mancanegara dan 11 juta wisatawan nusantara pada tahun
2019 di wilayah tersebut. Wisatawan yang berkunjung di
Candi Borobudur sendiri sekitar 3-4 juta wisatawan, 500 ribu
merupakan wisatawan asing.
Pada pengembangan Kawasan Pariwisata Nasional
Borobudur terdapat beberapa aspek utama yang perlu
diperhatikan oleh pemerintah pusat ; 1) Terkait dengan dampak
pengelolaan pariwisata Candi Borobudur terhadap kesejahteraan

74
masyarakat sekitarnya. Terdapat potensi kontradiksi antara
kepentingan pelestarian (konservasi) dan pemanfaatan
(pariwisata) serta kesejahteraan masyarakat sekitar. 2) Peran
pemerintah daerah di sekitar kawasan Borobudur menyikapi
kebijakan pengembangan kawasan tersebut.
Terkait pengembangan kawasan tersebut, Sofianto (2018)
menegaskan bahwa diketahui jumlah wisatawan yang terdapat
di Candi Borobudur melebihi batas daya tampung. Balai
Konservasi Borobudur (BKB) dalam Sofianto juga menjelaskan
daya tampung Candi Borobudur hanya 123 orang sekali naik
pada saat bersamaan, 528 orang di pelataran, dan 10.308 orang
di taman halaman, namun saat ini jumlah wisatawan yang naik
jauh melebihi.
Pada tahun 1991 Borobudur ditetapkan sebagai warisan
budaya dunia (World Heritage) oleh UNESCO. Sebagaimana
ditegaskan dalam UU Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar
Budaya bahwa Pemanfaatan Cagar Budaya untuk kepentingan
sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. Oleh sebab itu
pemanfaatan Borobudur untuk wisata juga seharusnya
berorientasi untuk sebesar-besar kesejahteraan masyarakat.
Terkait dengan rencana pemerintah mengembangkan kawasan
Borobudur, sangat penting dipersiapkan sistem tata kelola
wisata, dampak bagi perekonomian, sosial, dan lingkungan.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah beserta Pemerintah
Kabupaten/Kota sekitar Borobudur perlu mempersiapkan
strategi dan rencana tindak cepat yang sistematis dalam
menghadapi tantangan tersebut.6 Oleh sebab itu, dibutuhkan
sebuah konsep pengembangan berupa suatu sistem transaksi
yang terpusat dan matang agar terjalin kerja sama antara
pemerintah dan masyarakat sekitar, sehingga

75
Kegiatan pariwisata merupakan salah satu sektor yang
sangat berperan dalam proses pembangunan dan pengembangan
suatu wilayah yaitu dapat memberikan kontribusi bagi
pendapatan suatu daerah maupun bagi masyarakat sekitarnya.
Pariwisata mempunyai peranan penting dalam pembangunan
nasional meratakan dan meningkatkan kesempatan kerja dan
pendapatan, memperkokoh persatuan dan kesatuan, serta
budaya bangsa. Dengan demikian, sektor pariwisata mampu
meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Penyerapan ini sangat
berhubungan dengan peningkatan pariwisata sebagai andalan
yang mampu menggalakkan sektor lain yang terkait.
Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 yang
dikutip dari Lubis (2018) tentang Kepariwisataan mengkla-
sifikasikan Usaha pariwisata yakni terdiri dari :
a. Daya tarik wisata merupakan segala sesuatu yang
mempunyai keunikan, kemudahan, dan nilai yang berwujud
keanekaragaman, kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan
manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan para
wisatawan.
b. Kawasan pariwisata merupakan usaha yang kegiatannya
membangun atau mengelola kawasan dengan luas wilayah
tertentu untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
c. Jasa transportasi wisata, merupakan usaha khusus yang
menyediakan angkutan untuk kebutuhan dan kegiatan
pariwisata.
d. Usaha agen perjalanan wisata, meliputi usaha jasa
pemesanan sarana, seperti pemesanan tiket dan pemesanan
akomodasi serta pengurusan dokumen perjalanan.
e. Usaha jasa penyediaan makanan dan minuman yang
dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk
proses pembuatan dapat berupa restoran, kafe, rumah
makan, dan bar/kedai minum.

76
f. Usaha penyediaan akomodasi dapat berupa hotel, vila,
pondok wisata, bumi perkemahan, persinggahan karavan,
dan akomodasi lainnya yang digunakan untuk tujuan
pariwisata.
g. Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi merupakan
usaha yang ruang lingkup kegiatannya berupa usaha seni
pertunjukan, arena permainan, karaoke, bioskop, serta
kegiatan hiburan dan rekreasi lainnya yang bertujuan
untuk pariwisata.
h. Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi,
dan pameran, merupakan usaha yang memberikan jasa bagi
suatu pertemuan sekelompok orang, menyelenggarakan
perjalanan bagi karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan
atas prestasinya, serta menyelenggarakan pameran dalam
rangka menyebarluaskan informasi dan promosi suatu
barang dan jasa yang berskala nasional, regional, dan
internasional.
i. Jasa informasi pariwisata merupakan usaha yang
menyediakan data, berita, feature, foto, video, dan hasil
penelitian mengenai kepariwisataan yang disebarkan dalam
bentuk bahan cetak atau elektronik.
j. Jasa konsultan pariwisata merupakan usaha yang
menyediakan sarana dan rekomendasi mengenai studi
kelayakan, perencanaan, pengelolaan usaha, penelitian,
dan pemasaran di bidang kepariwisataan.
k. Jasa pramuwisata merupakan usaha yang menyediakan
atau mengkoordinasikan tenaga pemandu wisata untuk
memenuhi kebutuhan wisatawan dan kebutuhan biro
perjalanan wisata.
l. Wisata tirta merupakan usaha yang menyelenggarakan
wisata dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan
prasarana.

77
m. Spa. Usaha perawatan yang memberikan layanan dengan
metode kombinasi terapi air, terapi aroma, pijat, rempah–
rempah dan olah aktivitas fisik.
Beberapa usaha kepariwisataan tersebut diperlukan suatu
gebrakan baru yang memudahkan wisatawan saat berkunjung
di kawasan candi Borobudur yaitu dengan adanya sistem digital
terpadu. Sistem digital terpadu ini merupakan bentuk transaksi
yang dapat di akses melalui gawai masing-masing wisatawan
lengkap dengan usaha kepariwisataan di sekitar kawasan candi
Borobudur dengan menggunakan e-Tempel Card.
e-Tempel Card ini sendiri adalah kartu yang diperuntukkan
bagi pengunjung kawasan wisata di Candi Borobudur dan
sekitarnya yang dapat di isi saldo sesuai nominal yang dibutuhkan
oleh wisatawan sesuai paket wisata yang dipilih. Paket wisata
tersebut bisa dengan memanfaatkan jasa transportasi berupa
mobil jeep untuk mengunjungi desa wisata di sekitar candi.
Desa wisata khususnya di kecamatan Borobudur memiliki
potensi masing-masing yaitu : 1. Desa Borobudur adanya Candi
Borobudur dan Waroeng Kopi Borobudur, 2. Desa Wanurejo ada
Candi Pawon, 3. Desa Wringinputih ada Hutan Bambu, 4. Desa
Karangrejo ada Punthuk Setumbu dan Bukit Barede, 5. Desa
Karanganyar ada Gerabah tradisional, 6. Desa Kembanglimus
ada Gereja Ayam dan Bukit Purwosari, 7. Desa Ngadiharjo ada
Punthuk Ki Bomosekti, 8. Desa Giritengah ada Punthuk Sukmo
Joyo dan kambing Etawa, 9. Desa Candirejo ada Omah pring
(rumah adat), 10. Desa Tuksongo ada Kerajinan topeng, 11.
Desa Tegalarum ada Pembibitan tanaman, 12. Desa Giripurno
ada Mata air Sileng, 13. Desa Kebonsari ada Kerajinan
bambu, 14. Desa Majaksingi terdapat Kebun kopi, 15. Desa
Kenalan terdapat Kerajinan anyaman pandan dan Gunung
Gondopurawangi, 16. Desa

78
Bigaran terdapat Kakao dan cengkeh, 17. Desa Sambeng
terdapat Tikar pandan, 18. Desa Ngargogondo terdapat
Desa Bahasa, 19. Desa Bumiharjo ada Rebana, dan 20. Desa
Tanjungsari terdapat Kerajinan abu vulkanik dan home industri
tahu. Terkait pula galeri-galeri kesenian, serta seni pertunjukan
tentu tidak kalah menarik.
Kartu tersebut memberi fasilitas lebih pada pengunjung
Candi Borobudur yaitu 1) wisatawan dapat masuk kawasan
wisata di sekitar Candi Borobudur hanya dengan menggunakan
e-Tempel Card sesuai paket yang diinginkan. 2) Pembayaran
yang tersistem tanpa adanya transaksi di luar dari kepentingan,
3) mendapatkan paket souvenir khas Daerah Borobudur dalam
kunjungannya, 4) menikmati kuliner dengan berkena ragam
masakan tradisional, 5) pelayanan yang maksimal dari para gaet
wisata.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa e-Tempel Card
merupakan salah satu solusi yang memudahkan wisatawan
dan pelaku usaha kepariwisataan di sekitar kawasan Candi
Borobudur saling mendapat kebermanfaatan dalam pendapat
ekonomi daerah dan masyarakat. Di era society 5.0 ini, e-Tempel
Card sebagai bukti bahwa Kawasan Pariwisata Nasional
Borobudur sedikit lebih maju dengan mengikuti perkembangan
zaman.

79
Sumber Referensi
Setyawati, Amelia. 2022. Akselerasi Transformasi Era Society 5.0
Akibat Perubahan Perilaku Konsumen Pasca Covid-19 Dan
Dampaknya Terhadap Ekonomi Kreatif (studi pelaku UMKM
Kota Malang). Seminar Nasional Riset Ekonomi dan
Bisnis 2022, 7 Juli 2022. Fakultas Ekonomi – UNISLA
Lamongan. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
Malang
Sofianto, Arif. 2018. Strategi Pengembangan Kawasan Pariwisata
Nasional Borobudur. Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah,
Volume 28 16 Nomor 1 – Juni 2018. Jl. Pemuda 127-133
Semarang.
Lubis, Adam Malik. 2018. Sekripsi. Implementasi Peraturan
Walikota Medan Nomor 29 Tahun 2024 Tentang Tanda
Daftar Usaha Pariwisata Dalam Rangka Pelaksanaan
Pendaftaran Izin Usaha Pariwisata Di Dinas Penanaman
Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Medan.
Program Studi Ilmu Administrasi Negara Konsentrasi
Kebijakan Publik. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Medan.

80
Jejak-Jejak Kreatif
di Sekitar Borobudur
Retno Septyorini

D ulu kawasan Borobudur selalu mengingatkan saya pada


indahnya bunga anggrek yang bermekaran di pekarangan
rumah. Maklum, dua dasawarsa silam, bunga anggrek adalah
pilihan oleh-oleh yang kerap saya beli usai jalan-jalan di kawasan
candi kenamaan ini. Kebetulan dulu saya dan beberapa sahabat
tergabung dalam komunitas pecinta bunga anggrek bernama
Biology Orchid Study Club (BIOSC). Bak semesta mendukung,
waktu berkesempatan jalan-jalan di kawasan Borobudur kami
selalu menemukan lokasi kebun anggrek yang searah dengan
jalan pulang menuju Jogja.

Kreasi Miniatur Candi Borobudur

Saya ingat betul, kebun yang kami datangi acap kali


menawarkan harga anggrek yang sangat bersahabat dengan
kantong mahasiswa. Karena belinya rame-rame, ada yang boleh
dibawa pulang dengan harga dua puluh lima ribu rupiah saja.
Alhasil kami selalu pulang dengan kantong-kantong besar

81
berisi anggrek yang ditanam dalam pot gerabah. Puluhan
tahun kemudian, anggrek dan Candi Borobudur masih menjadi
tanaman dan destinasi wisata favorit saya dan teman-teman.
Seolah tak pernah lelah untuk selalu berbenah, dua
dasawarsa kemudian ada banyak pihak yang peduli lalu
bersinergi membangun kawasan apik ini. Termasuk perihal tata
cara berkunjung, penataan pusat oleh-oleh hingga pengelolaan
kawasan wisata pendukung yang berada di sekitar candi. Selain
bertujuan mengurangi beban kunjungan Candi Borobudur yang
sudah overload, pengelolaan ini juga bertujuan untuk membantu
meningkatkan penyerapan potensi ekonomi kreatif yang ada di
sekitar kawasan Borobudur.
Hal ini saya buktikan sendiri pada tahun 2018 silam. Kala
itu saya berkesempatan menikmati paket wisata yang didesain
khusus untuk mengangkat wisata penyangga di sekitar kawasan
Borobudur. Dari tour ini saya mengenal pohon Sala yang ada
di area wihara yang terletak di sebelah Candi Mendut. Dalam
keyakinan umat Buddha, pohon Sala dipercaya sebagai tempat
lahir dan wafatnya Sidharta Gautama. Selanjutnya, kami
berkesempatan menikmati indahnya kawasan Candi Mendut
sekaligus dikenalkan dengan cerita Fabel berjudul Jataka oleh
pemandu wisata kami.
Alkisah ada dua burung yang badannya menyatu.
Sayangnya, meski berada dalam satu tubuh, mereka enggan
berbagi satu sama lain. Ternyata sifat tak mau berbagi inilah
yang menjadi awal bencana bagi keduanya. Pasalnya salah
satu tangkapan burung tersebut ternyata mengandung racun.
Padahal seandainya mau saling berbagi, siapa tahu salah satu
dari mereka ada yang mengenali bahwa tangkapan tersebut
mengandung racun. Apa boleh dikata, bak nasi sudah menjadi
bubur. Di akhir kisah Jataka, keduanya harus meregang nyawa
karena keegoisan masing-masing pihak.
82
Setelah puas berkeliling Candi Mendut, perjalanan wisata
kami dilanjutkan menuju Candi Pawon, Selain dikenalkan
dengan relief sepasang burung penjaga kehidupan (Kalpataru)
bernama Kinara dan Kinari, kami juga diajak berkeliling Coffe
Shop yang menjual kopi luwak hasil produksi mandiri pihak
kafe. Saya juga sempat menemukan cinderamata unik berupa
lukisan Candi Borobudur yang dilukis di atas daun Pohon
Bodhi. Dulu sepasang lukisan ini dibanderol dengan harga 100
ribu rupiah saja.
Selain unik, ini adalah kali pertama saya menemui buah
karya warga setempat yang begitu artistik namun tetap ramah
di kantong. Kabar baiknya, selang empat tahun kemudian,
lukisan ini pun terbilang masih utuh. Cocok kiranya dijadikan
buah tangan untuk kawan maupun kerabat saat berkesempatan
menikmati liburan di kawasan candi yang terletak satu garis
lurus dengan Candi Mendut dan Candi Borobudur ini. Kini
kalau ditanya buah tangan apa yang masih disimpan sekaligus
dikagumi usai berkunjung ke sekitar kawasan Borobudur, maka
saya akan menjawabnya dengan lukisan candi kenamaan yang
diabadikan di atas daun Bodhi ini.

Lukisan Candi Borobudur di Atas Daun Bodhi

83
Latihan Membatik di Batik Tulis Dewi Wanu

Dari Candi Mendut, saya ingin mengajak teman-


teman menuju Griya Batik Tulis Dewi Wanu, yang tidak lain
merupakan kepanjangan dari Wanurejo. Salah satu desa wisata
yang berada tidak jauh dari Candi Pawon. Selain menyediakan
batik tulis dengan motif candi khas Borobudur, tempat ini juga
menawarkan paket latihan dasar membatik lengkap sampai ke
proses pewarnaannya juga. Yang saya salut dari kelompok ibu-
ibu ini adalah semangat belajarnya yang tak pernah padam.
Siang itu saya melihat beberapa tempelan kata-kata berbahasa
asing yang digunakan untuk mempermudah komunikasi
mereka dengan turis asing.
Semoga dengan kebiasaan-kebiasaan kecil semacam ini,
Griya Batik Tulis Dewi Wanu dapat bersaing di tengah persaingan
dunia fashion yang semakin dinamis. Senang rasanya melihat
kegigihan- kegigihan ibu-ibu di sini. Selain ramah, mereka tahu
bagaimana cara berdaya meski berada di tengah desa. Siang
itu, perjalanan kami dilanjutkan dengan makan siang dan
workshop pembuatan gerabah di Kedai Nujiwa. Sebenarnya ada
banyak tempat pembuatan gerabah yang tersebar di kawasan
Borobudur. Namun karena keterbatasan waktu, trip ini memilih

84
tempat makan yang sekaligus dapat digunakan sebagai area
pelatihan selanjutnya.
Meski harus belepotan, namun workshop membuat gerabah
menjadi kegiatan menarik yang patut dicoba selama berada
di kawasan Borobudur. Walau hasil gerabahnya tidak semulus
para pengrajin, namun hasil buatan sendiri tetap meninggalkan
kenangan tersendiri di hati. “Ternyata banyak juga ya pilihan
wisata di sekitar Candi Borobudur”, batin saya dalam hati usai
menikmati serangkaian paket wisata menarik ini. Pasalnya
dari Kedai Nujiwa, saya masih diajak mengunjungi salah satu
Balai Ekonomi Desa (Balkondes yang ada di sana). Balkondes
merupakan program bentukan BUMN yang dimanfaatkan
sebagai sebuah etalase bagi perekonomian daerah.

Workshop Membuat Gerabah di Nujiwa

Mudahnya, Balkondes semacam mall-nya desa-desa


di sekitar kawasan Borobudur. Di sini teman- teman bisa
menikmati aneka rupa produk UMKM buatan warga sekitar
mulai dari makanan siap saji, camilan dalam kemasan, produk
cokelat hingga benda-benda seni khas Borobudur seperti pensil
berhias boneka, miniatur candi hingga gantungan kunci. Di area
Balkondes juga tersedia penginapan khas pedesaan lengkap

85
dengan persewaan mobil-mobil keren yang dapat digunakan
untuk berkeliling di sekitar area Balkondes. Tinggal sesuaikan
saja dengan anggaran liburan teman-teman semua.

Magnet Kulkas dari Borobudur

Di akhir perjalanan, tidak lupa saya juga membawa pulang


magnet kulkas untuk saya temple di rumah. Sekian dulu teman-
teman cerita beberapa potensi ekonomi kreatif yang sempat
terekam dalam kenangan dan kamera saya. Terima kasih saya
haturkan pada semua pihak yang telah bersinergi membangun
berbagai destinasi wisata menarik di sekitar kawasan Borobudur
ini. Semoga di lain hari kita dapat berjumpa kembali.

86
“Patronasi Ekonomi Kreatif
Melalui BRACE Menuju Era
Digitalisasi di Kawasan Wisata
Candi Borobudur”
 Sheila Tifa

P erkembangan teknologi pada zaman yang modern ini sudah


semakin pesat. Perkembangan teknologi membawa dampak
positif terhadap kehidupan manusia dalam memudahkan
akses suatu informasi dan dapat membuka lapangan kerja
baru. Agar terciptanya keberhasilan perkembangan teknologi,
kita harus menerapkan Ekonomi Kreatif dalam prosesnya.
Ekonomi Kreatif menurut para ahli adalah sebuah “talenta”
yang mengubah kehidupan masyarakat melalui ide kreatif
sehingga dapat menghasilkan produk-produk bernilai tambah
ekonomi yang mampu menjadikan kehidupan lebih sejahtera1.
Jadi dapat disimpulkan ekonomi kreatif adalah ide kreatif dari
masyarakat agar mengikuti arah perkembangan zaman untuk
kunci keberhasilan dalam Era Digital di Indonesia.
Dengan berkembangnya era digital saat ini, harus disikapi
dengan tepat dan bijaksana agar dapat memberikan manfaat
bagi masyarakat. Era digital adalah suatu masa di mana sebagian
besar masyarakat pada era tersebut menggunakan sistem digital
dalam kehidupan sehari-hari2. Era digitalisasi ini menjadi sarana
untuk mengembangkan ketrampilan, kreativitas, dan sosial. Di
1 Saksono, H. (2015). Ekonomi Kreatif: Talenta Baru Pemicu Daya Saing
Daerah. Jurnal Bina Praja: Journal of Home Affairs Governance, 4(2), 93-104.
https://doi.org/10.21787/jbp.04.2012.93-104
2 Puji R. (2019). Era Digital: Pengaruh Digital Terhadap Perkembangan Bahasa
Anak. Vol 2, Hal 48. https://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/al-fathin/
article/download/1423/1214/

87
zaman modern, mengasah kreativitas menjadi poin penting
untuk bersaing di tengah perkembangan teknologi.
Kunci keberhasilan dari Ekonomi Kreatif dan Perkembangan
era digitalisasi adalah melakukan kerja sama dengan beberapa
pihak. Dengan melakukan kerja sama, akan didapatkan ide-
ide kreatif yang lebih banyak. Pemilihan lokasi dan penentuan
tema tak kalah penting, karena hal tersebut dapat mendorong
kemajuan sektor ekonomi kreatif di Indonesia. Salah satu
yang dapat mendorong sektor ekonomi kreatif di Indonesia
adalah Wisata Kawasan Candi Borobudur yang beralamat di
Jl. Badrawati, Kw. Candi Borobudur, Borobudur, Kecamatan.
Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Candi Borobudur menjadi salah satu pendorong sektor
ekonomi kreatif dan perkembangan digitalisasi di Indonesia.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan
(LIPI), Tri Nuke Pudjiastuti menyatakan perekaman dan
pendataan digital Candi Borobudur adalah salah satu aspek
kunci dalam pendekatan digital humanities (humaniora digital).
“Hal ini merupakan cara baru pemanfaatan teknologi digital
untuk konseptualisasi permasalahan, target, dan inovasi yang
terkait dengan riset dan pengelolaan warisan budaya”3. Dengan
melakukan kerja sama dengan memanfaatkan perkembangan
digitalisasi dapat meningkatkan sektor ekonomi kreatif
terhadap Candi Borobudur.
Pada zaman modern ini, harus menggunakan teknologi
sebagai penerapan sektor ekonomi kreatif. Tak hanya itu,
pengembangan sumber daya manusia (SDM) juga harus
dilakukan agar dapat meningkatkan kreativitas dan inovasi

3 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. (21 April 2021). Teknologi Digitalisasi


Candi Borobudur sebagai Aspek Pendekatan Digital Humanities. http://
lipi.go.id/siaranpress/teknologi-digitalisasi-candi-borobudur-sebagai-aspek-
pendekatan-digital-humanities/22382

88
antara pengetahuan masyarakat dengan teknologi terbaru.
Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) adalah rangkaian
kegiatan perusahaan dalam waktu tertentu agar menciptakan
sikap karyawan yang mengalami perubahan (Leonard Nadler)4.
Perkembangan teknologi digitalisasi membuat masyarakat
lebih memilih untuk menggunakan social media sebagai pusat
informasi.
Dengan adanya social media, banyak sekali perusahaan
yang memanfaatkannya sebagai poin pertama untuk kegiatan
yang akan dipasarkan. Tak hanya itu saja, perusahaan akan
menjadikan social media sebagai dokumentasi pada ide yang
akan dibuat dan dipasarkan kepada masyarakat. Maka dari
itu, sangat penting kerja sama antar pihak agar terciptanya
ide kreatif dan inovasi yang beragam. Contohnya kerja sama
event antar PT. Taman Wisata Candi Borobudur (TWC) dan
Perusahaan BITREAD dengan tema “Borobudur Creative Race
(BRACE)”
PT. Taman Wisata Candi Borobudur (TWC) berkomitmen
untuk mendorong pertumbuhan potensi ekonomi kreatif
melalui inovasi dan kolaborasi di kawasan destinasi wisata yang
dikelolanya. Langkah ini dilakukan untuk menciptakan produk
yang berkualitas dan berdaya saing demi terciptanya peluang
kerja dan membangkitkan ekonomi lokal di kawasan candi5.
Pada program kerja sama ini, BRACE memfokuskan edukasi
yang memiliki korelasi dengan nilai yang ada pada Candi
Borobudur dan unsur pemberdayaan masyarakat sekitar6.

4 Insight talenta. Pengembangan SDM di Era Serba Digital. https://www.talenta.


co/blog/insight-talenta/pengembangan-sdm-di-era-serba-digital/
5 PT. Taman Wisata Candi Borobudur. (23 Agustus 2022). Dorong Sektor Ekonomi
Kreatif, PT TWC Lakukan Pendampingan UMKM di Kawasan Candi Borobudur.
https://corporate.borobudurpark.com/2022/08/23/dorong-sektor-ekonomi-
kreatif-pt-twc-lakukan-pendampingan-umkm-di-kawasan-candi-borobudur/
6 BUMN. (19 September 2022) BRACE Dukung Konektivitas Destinasi Wisata di
Borobudur. https://bumn.go.id/media/news/detail/brace-dukung-konektivitas-
destinasi-wisata-di-borobudur

89
Event BRACE 2022 ini salah satu upaya untuk membangkitkan
sektor ekonomi kreatif pada Candi Borobudur, menciptakan
kreativitas dan inovasi. Karena dalam event BRACE 2022 ini
membuat tema yang unik seperti tantangan, permainan, dan
literasi sehingga dapat menambah daya tarik kawasan ini agar
semakin banyak dikunjungi oleh wisatawan lainnya. Borobudur
Creative Race adalah event edukatif berbasis teknologi yang
terinspirasi dari relief Candi Borobudur, dengan kata lain Event
BRACE ini mendukung penerapan perkembangan teknologi
digitalisasi di zaman modern dan dapat mengembangkan
sektor ekonomi kreatif.
Dalam sambutannya, Corporate Secretary PT. TWC AY
Suhartanto bahwa upaya ini merupakan salah satu kewajiban
yang harus kita lakukan dengan kolaborasi bersama seluruh
pihak untuk mendorong pelaku UMKM agar naik kelas. Dengan
sinergi yang aktif yang dilakukan, bisa mengembangkan produk
berkualitas tinggi dan nantinya mendorong pertumbuhan
ekonomi di kawasan7.
Dapat disimpulkan bahwa Event BRACE 2022 di Wisata
Kawasan Candi Borobudur ini sudah mewujudkan sektor
ekonomi kreatif dan perkembangan digitalisasi di zaman
modern. Namun, dengan menggunakan teknologi sebagai
poin utama dalam menyelenggarakan event ini dan social
media sebagai sumber informasi sudah sangat membuahkan
kreativitas untuk program Candi Borobudur. Dengan adanya
Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kerja sama antar pihak
dapat menghasilkan banyaknya ide-ide kreatif yang dapat
membangun Indonesia menjadi lebih banyak Ekonomi kreatif
di era Digitalisasi.
7 PT. Taman Wisata Candi Borobudur. (23 Agustus 2022). Dorong Sektor Ekonomi
Kreatif, PT TWC Lakukan Pendampingan UMKM di Kawasan Candi Borobudur.
https://corporate.borobudurpark.com/2022/08/23/dorong-sektor-ekonomi-
kreatif-pt-twc-lakukan-pendampingan-umkm-di-kawasan-candi-borobudur/

90
Sumber Referensi
Saksono, H. (2015). Ekonomi Kreatif: Talenta Baru Pemicu Daya
Saing Daerah. Jurnal Bina Praja: Journal of Home Affairs
Governance, 4(2), 93-104. https://doi.org/10.21787/
jbp.04.2012.93-104
Puji R. (2019). Era Digital: Pengaruh Digital Terhadap
Perkembangan Bahasa Anak. Vol 2, Hal 48. https://e-
journal.metrouniv.ac.id/index.php/al-fathin/article/
download/1423/1214/
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. (21 April 2021).
Teknologi Digitalisasi Candi Borobudur sebagai Aspek
Pendekatan Digital Humanities. http://lipi.go.id/
siaranpress/teknologi-digitalisasi-candi-borobudur-
sebagai-aspek-pendekatan-digital-humanities/22382
Insight talenta. Pengembangan SDM di Era Serba Digital. https://
www.talenta.co/blog/insight-talenta/pengembangan-
sdm-di-era-serba-digital/
PT. Taman Wisata Candi Borobudur. (23 Agustus 2022). Dorong
Sektor Ekonomi Kreatif, PT TWC Lakukan Pendampingan
UMKM di Kawasan Candi Borobudur. https://corporate.
borobudurpark.com/2022/08/23/dorong-sektor-
ekonomi-kreatif-pt-twc-lakukan-pendampingan-
umkm-di-kawasan-candi-borobudur/
BUMN. (19 September 2022) BRACE Dukung Konektivitas
Destinasi Wisata di Borobudur. https://bumn.go.id/
media/news/detail/brace-dukung-konektivitas-
destinasi-wisata-di-borobudur

91
92
“Optimalisasi literasi Digital Guna
Mendorong Ekonomi Kreatif di
Kawasan Candi Borobudur”
Nakita Rizky Oktaviani

L iterasi diartikan sebagai sebuah kemampuan untuk


menganalisis, meciptakan, membangun komunikasi, serta
memahami tulisan dengan konteks yang beragam. Sedangkan
digital itu sendiri berarti sebuah pembaharuan yang di tandai
dengan adanya kemajuan teknologi atau internet. Jika
disimpulkan maka literasi digital adalah sebuah keterampilan
atau kemampuan menganalisis, membaca, mengakses berbagai
teknologi guna mendapatkan informasi. Seorang ahli Paul
Gilster menyampaikan pendapatnya mengenai literasi digital
melalui buku yang ditulisnya yang berjudul Digital Literacy
(1997), literasi digital ia artikan sebagai kemampuan untuk
memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai
bentuk dari berbagai sumber yang sangat luas yang diakses
melalui piranti komputer. Literasi digital merupakan salah satu
aspek penting untuk mendorong kemajuan ekonomi domestik.
Maka dari itu diperlukan optimalisasi dalam memanfaatkan
teknologi digital.
Selain itu, ada istilah ekonomi yang berasal dari gabungan
kata oikos yang berarti keluarga atau rumah tangga, dan
nomos yang artinya hukum atau peraturan. Jadi secara harfiah
ekonomi dapat di artikan sebagai beragam aturan atau
manajemen rumah tangga1. Ilmu ekonomi pada umumnya

1 “Resume Materi, Konsep Ilmu Ekonomi”. Materi, November 30, 2020. https://
barki.uma.ac.id/2021/11/30/konsep-dasar-ilmu-ekonomi-pengertian-tujuan-
dan-pembagian/#:~:text=Konsep%20Dasar%20Ilmu%20Ekonomi%20Secara%20
Bahasa&text=Maka%20secara%20singkat%20dan%20sederhana,nomos%20
adalah%20aturan%20atau%20hukum.

93
menelaah mengenai perilaku keuangan pasar mulai dari suku
bunga, nilai tukar, siklus bisnis, perdagangan internasional,
dan sebagainya. Dikutip dari buku “Econimic of Enterprise” H.J
Davenport berpendapat bahwa “ilmu ekonomi sebagai Ilmu
pengetahuan yang mengendalikan berbagai masalah dari titik
tolak harga. Ilmu ekonomi juga merupakan peralatan yang
mempelajari bagaimana tingkat produksi dapat ditingkatkan
sehingga tingkat hidup masyarakat secara otomatis akan
meningkat pula”.
Seorang ahli lainnya bernama Alfred Marshal juga
berpendapat mengenai ilmu ekonomi yang dituangkan dalam
bukunya yang berjudul The Principle of Economics. “Ilmu ekonomi
sebagai ilmu yang mempelajari tindakan manusia secara
perorangan pun kolektif dan kaitannya dalam penggunaan
barang-barang material.”
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu isu
perekonomian jangka panjang dan merupakan salah satu
aspek penting yang menjadi fokus seluruh dunia belakangan
ini. kesejahteraan pertumbuhan ekonomi ditandai dengan
peningkatan output perkapita domestik suatu negara yang
sekaligus memberikan alternatif dalam kegiatan konsumsi
arang atau jasa serta daya beli masyarakat yang kian meningkat.
Pertumbuhan ekonomi juga meliputi proses peningkatan
produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat.
Keberhasilan pertumbuhan ekonomi akan ditandai dengan
adanya kenaikan pendapatan nasional yang ditunjukkan dalam
besarnya angka Produk Domestik Bruto (PDB). Sebagai salah
satu negara yang berkembang, Indonesia haru terus berupaya
untuk memajukan kestabilan ekonomi domestik.
Faktor-faktor pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh
empat faktor, yaitu jumlah penduduk, jumlah barang modal,

94
luas tanah dan kekayaan alam serta teknologi yang digunakan.
Teori ini dipelopori oleh Adam Smith, David Ricardo, Malthus,
dan JohnStuart Mill2. Dari beberapa konsep pengembangan
ekonomi mulai dijajaki satu persatu, salah satunya adalah
ekonomi kreatif.
Ekonomi Kreatif merupakan salah satu ide atau konsep
pendorong ekonomi lokal yang saat itu sedang diandalkan.
Hasil dari ekonomi kreatif bergantung sepenuhnya pada
kreativitas manusia yang berperan sebagai faktor produksi
utamanya. Ekonomi kreatif ini harus didukung dengan konsep
yang inovatif, baru, dan merik banyak perhatian. Awalnya
ekonomi kreatif ini sudah dikonsepkan sejak tahun 2006, sejak
masa kepemimpinan bapak Susilo Bambang Yudhoyono, yang
pada saat ini telah menghasilkan Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif atau Kemenparekraf3.
Keberhasilan dari program ekonomi kreatif ini bukan
hanya bisa dirasakan oleh pelaku-pelaku industri besar saja,
tetapi merambah ke industri yang kecil juga. Banyak aspek
yang diperlukan dalam membangun keberhasilan ekonomi
kreatif, diantaranya: kerja sama dengan beberapa pihak, serta
kemahiran teknologi. Pemanfaatan potensi yang ada juga
berperan besar dalam keberhasilan ekonomi kreatif.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan pertumbuhan
ekonomi kreatif di Indonesia jika dilihat dari periode 2011-
2018, diantaranya: tenaga kerja, merupakan salah satu aspek
yang memberikan pengaruh yang signifikan dan positif terhadap

2 Rinaldi Syahputra. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”. Jurnal, 2 Oktober 2017. Universitas
Samudra Langsa Aceh. https://ejurnalunsam.id/index.php/jse/article/
download/334/259/#:~:text=Menurut%20teori%20ini%20pertumbuhan%20
ekonomi,alam%20serta%20teknologi%20yang%20digunakan.
3 Friska. “Pengertian Ekonomi Kreatif, contoh, dan faktor pendorongnya”. Artikel
KoinWorks. https://koinworks.com/blog/ekonomi-kreatif-adalah/

95
PDB ekonomi kreatif di Indonesia karena semakin banyak
tenaga kerja maka akan bertambah juga jumlah produksinya.
Kedua, tingkat pendidikan yang tinggi mempengaruhi PDB juga,
namun pengaruh ini dinilai sebagai pengaruh yang tidak baik.
Menurut Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif) menjelaskan bahwa
peningkatan jumlah dan kualitas orang kreatif dipengaruhi oleh
dua aspek yaitu pendidikan kreatif dan peningkatan kapasitas
tenaga kerja kreatif dibandingkan pendidikan informal ataupun
pelatihan intens. Terakhir, adalah kemajuan teknologi, di mana
pengaruh ini bersifat positif dan memberikan dampak yang
sangat signifikan pada PDB ekonomi kreatif di Indonesia,
hasil menunjukkan bahwa kemajuan teknologi digital telah
mengintesifikasi persaingan dengan memberikan akses yang
besar, mudah dan efisien terhadap segala jenis usaha ekonomi
kreatif.

Ekonomi Kreatif

Salah satu wisata yang memiliki potensi ekonomi


bagi Indonesia adalah Candi Borobudur. Candi Borobudur
merupakan salah satu peninggalan yang dibangun oleh Raja

96
Samaratungga dari Wangsa Syailendra di abad ke-94. Candi
Buddha yang terletak di Magelang, Jawa Tengah dinilai sebagai
salah satu faktor dorongan kuat bagi perekonomian di era saat
ini, khususnya bagi negara Indonesia dan masyarakat yang
tinggal di sekitar Candi.

Candi Borobudur

Candi Borobudur merupakan salah satu faktor kemajuan


ekonomi Indonesia yang dinilai cukup kuat. Oleh karena itu
sangat dibutuhkan kemahiran sumber daya manusianya untuk
mengoptimalisasi keberagaman teknologi yang ada di masa ini.
dibutuhkan kreativitas masyarakat lokal untuk membuat Candi
Borobudur menjadi lebih menarik agar arus kunjungan wisata
meningkat setiap periodenya5. Merealisasikan corak Borobudur
pada suatu karya seni juga bisa dijadikan salah satu ide untuk
ekonomi kreatif. Tidak hanya memajukan ekonomi, tetapi
konsep ekonomi kreatif juga bisa menjaga kelestarian sejarah
yang dihasilkan dari Candi Borobudur.
4 Media DPR RI. “Candi Borobudur”. Artikel P20 Indonesia 2022. https://
emedia.dpr.go.id/article/candi-borobudur/#:~:text=Candi%20Borobudur%20
merupakan%20candi%20Buddha,di%20sebelah%20barat%20laut%20Yogyakarta.
5 Indira Rezkisari. “Candi Borobudur Harus Jadi Daya Dorong Ekonomi”. News
Ekonomi 18 Desember 2016, 09:30 WIB. https://www.republika.co.id/berita/
oicviv328/candi-borobudur-harus-jadi-daya-dorong-ekonomi

97
Faktor-faktor yang harus dikembangkan untuk
mengembangkan konsep ekonomi kreatif: yang paling utama
adalah kreativitas mengenai ide atau gagasan baru baik barang
atau jasa6. Kedua, dukungan teknologi yang canggih bisa
membantu dengan sangat baik kemajuan teknologi, di mana
pusat informasi untuk menambah wawasan atau ide bisa di
dapatkan. Baiknya kemajuan teknologi ini juga diimbangi
dengan sumber daya manusianya yang memadai, yang dapat
beradaptasi dengan cepat mengenai kemajuan teknologi
tersebut dan bisa memaksimalkan pemanfaatan teknologi.
Sangat diperlukan tenaga manusia yang dapat mengoptimalisasi
branding dan digital marketing.
Sosial media saat ini menjadi fokus masyarakat, di mana
seluruh informasi terkini bisa didapatkan melalui sosial media,
seluruh kalangan dapat mengakses sosial media dengan sangat
mudah. Platform besar sudah di sediakan melalui sosial media,
sekarang hanya diperlukan peran manusia memanfaatkan
sebaik mungkin media promosi tersebut. selain itu, kerja sama
dengan pihak-pihak yang dinilai dapat merealisasikan ide atau
gagasan tersebut juga diperlukan. Realisasi ekonomi kreatif
dapat diterapkan melalui kerajinan, arsitektur, maupun melalui
fashion. Dalam aspek hiburan bisa melalui video dan foto,
dan juga bisa melalui permainan yang saat ini sedang marak
dimainkan oleh generasi penerus.
Salah satu cara untuk mengenalkan masyarakat mengenai
kemajuan ekonomi melalui digitalisasi adalah dengan cara
edukasi atau penyuluhan guna menambah wawasan kepada
pelaku usaha khususnya UMKM. Keberadaan Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) merupakan salah satu bagian dari ekonomi

6 Friska. “Pengertian Ekonomi Kreatif, contoh, dan faktor pendorongnya”. Artikel


KoinWorks. https://koinworks.com/blog/ekonomi-kreatif-adalah/

98
masyarakat yang semakin dikembangkan, karena perannya
yang sangat penting dalam pendistribusian pendapatan
masyarakat. UMKM juga mampu menyerap tenaga kerja dalam
skala yang cukup besar sehingga menjadi salah satu upaya
mengurangi angka pengangguran. UMKM bersifat padat karya,
menggunakan teknologi sederhana, dan mudah dipahami
sehingga bagi para pelaku usaha UMKM akan dengan mudah
menggunakan teknologi tersebut sebagai wadah bekerjanya.
Perkembangan yang cepat membuat UMKM juga ikut
mengalami perkembangan yang signifikan. Kemahiran pelaku
UMKM akan sangat membantu perkembangan usaha tersebut
agar lebih maju. Edukasi-edukasi bagaimana cara memotret
produk dengan baik, memasarkan, hingga mengemas sangat
diperlukan. Bimbingan digital akan mempermudah pelaku
UMKM untuk mendapatkan wawasan mengenai penggunaan
teknologi digital dengan baik.

Penyuluhan UMKM

Seperti yang dilakukan oleh PT. Taman Wisata Candi atau


TWC melalui program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan

99
(TJLS) bersama dengan BUMN (Badan Usaha Milik Negara)
sebagai tanda kesepakatan bahwa mereka berkomitmen untuk
memajukan ekonomi Indonesia dengan mengembangkan
ekonomi kreatif di kawasan Candi Borobudur7. Program
tersebut berupa adanya workshop insentif mengenai optimalisasi
Branding, Packing, dan Digital Marketing yang ditujukan bagi
UMKM mulai dari kerajinan sampai kepada pelaku usaha
kuliner. Agendanya, para peserta workshop akan diajarkan
mengenai optimalisasi branding, strategi marketing melalui
sosial media, serta pengemasan produk yang lebih menarik
konsumen. Program ini juga turut bekerja sama dengan Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu atau DPMTP guna
memberikan penyuluhan mengenai legalitas usaha yang baik
dan benar khususnya di daerah wisata8.
Program bukan hanya mengenai teori saja, tetapi juga
mengasah talenta peserta hingga generasi penerus sampai
ke tahap mahir, sehingga dapat menciptakan karya seni yang
dapat melestarikan nilai budaya khususnya bagi wisata Candi
Borobudur. Hingga dapat menghadirkan produk-produk yang
berkualitas dan dinilai mampu untuk bersaing di pasar ekonomi
domestik maupun internasional serta terciptanya peluang
kerja dan kebangkitan ekonomi lokal. Acara ini dibuka resmi
oleh Kepala Dinas Penanaman Modal & Pelayanan Terpadu
(DPMTP) Magelang Joko Sudibyo, Corporate Secretary PT
TWC AY Suhartanto, Camat Borobudur Subiyanto, Kepala SPI
TWC Aryono Hendro Malyanto, Plt GM TWC Unit Borobudur
Pujo Suwarno dan Plt TJSL & SME Founding Manager Ismiyati
bersama dengan 20 sponsor lainnya.
7 TWC (Taman Wisata Candi). “Dorong Sektor Ekonomi Kreatif, PT TWC Lakukan
Pendampingan UMKM DI Kawasan Candi Borobudur. News Agustus 23, 2022.
https://corporate.borobudurpark.com/2022/08/23/dorong-sektor-ekonomi-
kreatif-pt-twc-lakukan-pendampingan-umkm-di-kawasan-candi-borobudur/
8 TWC (Taman Wisata Candi). “Program TJSL”. Artikel. https://corporate.
borobudurpark.com/program-tjsl/

100
Program TJSL

Program TJSL ini tidak hanya berfokus pada Candi


Borobudurnya saja, tetapi juga menyeluruh hingga Pengelolaan
Balai Ekonomi Desa (Balkondes) dengan menargetkan

101
sekiranya 20 desa di kawasan sekitar Candi Borobudur. “PT
TWC mengembangkan Balkondes Ngaran atau Borobudur di
Desa Borobudur. Sedang 19 BUMN lainnya mengembangkan
di desa-desa sekitar, antara lain Balkondes Wringing Putih oleh
PT Pertamina (Persero), Balkondes Nargogondo dikembangkan
oleh PT Pegadaian, Balkondes Ngadiharjo oleh PT PLN (Persero),
dan lainnya. Setelah bangunan didirikan pengelolaannya
diserahkan kepada BUMDes,” papar Sekretaris Perusahaan PT
TWC, Emilia Eny Utari. Balokndes di sekitar kawasan Candi
Borobudur dinilai sebagai local wisdom yang artinya memiliki
potensi yang baik juga untuk dikembangkan. Seperti. Balkondes
di Ngaran yang berhasil mengantongi hasil positif hingga Rp
180 Juta di tahun 20209.

TJSL Balkondes Borobudur

Selain Balkondes-Balkondes itu, pihak PT TWC juga


menawarkan program paket wisata yang disesuaikan dengan
penggunaan jasa homestay yang berada di sekitar Candi
9 BUMN. “Balkondes Borobudur Bukti Keseriusan Pembinaan Ekonomi Desa”.
Artikel, 08 Maret 2021. Diakses pada tanggal 6 Oktober 2022. https://bumn.
go.id/post/balkondes-borobudur-bukti-keseriusan-pembinaan-ekonomi-desa

102
Borobudur, sebagai bentuk dukungan untuk penyedia jasa
homestay. Selain itu, paket-paket lainnya seperti paket andong,
paket Tilik Deso juga turut menjadi terlibat dalam program
TJSL. Maka dari itu, untuk mendukung keberhasilan program
TJSL ini, para pelaku UMKM didorong untuk naik kelas melalui
materi-materi yang diberikan dalam binaan insentif dan sesuai
dengan kebutuhan para pelaku usaha UMKM terutama di era
digital seperti saat ini.

Program TJSL.

Lain halnya dengan Kota Batam yang melakukan kegiatan


penyuluhan mengenai pengembangan UMKM melalui sosialisasi
di masa pandemi COVID-19 melalui pertemuan daring. Edukasi
tersebut berisi tentang media komunikasi digital bagi UMKM,
platform e-commerce sebagai media komunikasi, stimulus
pendanaan usaha untuk UMKM, pengelolaan keuangan yang
baik, serta keterampilan Manjerial10. Konsep dari penyuluhan
ini adalah berbagi pengalaman serta upaya strategi yang
10 Andi Erna Mulyana , Rahmat Hidayat, dkk. “Pengembangan UMKM Melalui
Sosialisasi dan Penyuluhan Secara Digital untuk Menunjang Keberlangsungan
Usaha di Masa Pandemi Covid-19”. Laporan Jurnal 1 Juni 2021. Politeknik
Negeri Batam. https://jurnal.polibatam.ac.id/index.php/AbdiMas/article/
view/2685

103
berbeda dari setiap pelaku UMKM serta cara mereka untuk
mempertahankan usahanya di kala badai pandemi COVID-19.
Secara menyeluruh kegiatan ini menghasilkan lima video
pelatihan dengan tema yang berbeda dan di sertai kegiatan
webinar dengan memperkenalkan video pelatihan dengan
baik dan mendapatkan respons positif dari peserta. Peserta
merespons bahwa video-vidoe yang disampaikan sudah sangat
baik dan informatif, dan visualisasi yang jelas. Narasumber-
narasumber yang hadir juga memberikan banyak informasi
yang valid mengenai kondisi perkembangan UMKM khususnya
di kota Batam. Para peserta juga dinilai sangat aktif selama
kegiatan penyuluhan berlangsung.

Program TJSL

Di Kota Bandung juga mengadakan kegiatan pembinaan


bagi para pelaku UMKM dalam rangka penguatan Sumber Daya
Manusia (SDM) agar mampu bersaing di pasar global melalui
digital marketing. Kegiatan penyuluhan dilakukan secara
konvensional. Peserta kurang lebih sebanyak 40 orang berasal
dari pelaku usaha kuliner, Fashion, Event Organizer, serta

104
perdagangan. Agenda kegiatan ini dilakukan dengan paparan
dan diskusi dari narasumber dengan pembahasan: penguatan
SDM berkarakter dan berdaya tahan, kiat-kiat keberhasilan
strategi bisnis untuk meningkatkan kinerja bisnis, serta
kiat-kiat penggunaan digital marketing untuk meningkatkan
penjualan. Kegiatan penyuluhan ini dilakukan dengan baik.
Kegiatan edukasi ini juga menyampaikan apa yang perlu
diusahakan oleh SDM di Indonesia untuk mencapai kemajuan
ekonomi yang stabil, karena faktanya masih banyak kekurangan
dalam menerapkan pemanfaatan teknologi11.
Namun dalam mewujudkan keberhasilan ekonomi kreatif
melalui digital, tentunya tidak semudah yang dibayangkan.
Banyak kendala-kendala yang dialami oleh pemerintah
khususnya pemerintah daerah yang berada di kawasan Candi
Borobudur. kendala-kendala ini pada umumnya berupa:
keterbatasan sarana dan prasarana fisik maupun non-fisik
yang meliputi pelayanan dasar, seperti edukasi pada daerah-
daerah pelosok. Pengembangan ekonomi kreatif dalam
desa-desa juga dinilai belum optimal, karena pada dasarnya
ekonomi di desa jauh lebih kompleks dibandingkan ekonomi di
perkotaan. Liberalisasi dan globalisasi yang tidak memberikan
perlindungan terhadap aktivitas perekonomian di desa. Produk-
produk hasil sumber daya alam desa yang kurang berdaya saing
karena tidak memiliki nilai tambah yang tinggi, menjadikan
wilayah desa kian terperosok ke dalam jurang ketertinggalan.
Akibat liberalisasi, desa juga dipaksa ikut berkompetisi dengan
pasar modern yang membunuh daya hidup pasar tradisional.

11 Nina Nurani, Dadang Dally, dkk. “Penguatan SDM UMKM Binaan Kadin
Kota Bandung Berkarakter Technopreneurship Yang Berdaya Saing Di Pasar
Global Melalui Digital Marketing”. Universitas Widyatanma. Laporan jurnal
3 Desember 2021. Diakses pada tanggal 6 Oktober 2022. http://journal.
widyatama.ac.id/index.php/JIM/article/view/851/629

105
Dapat disimpulkan bahwa, masih kurangnya optimalisasi
literasi digital guna kemajuan ekonomi khususnya di kawasan
Candi Borobudur. Masih banyak yang harus dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang lebih maksimal demi terwujudnya
keberhasilan dari program ekonomi kreatif di kawasan Candi
Borobudur. Selain kreatif, masyarakat perlu juga lebih adaptif
terhadap kemajuan teknologi di zaman sekarang, sehingga
seluruh informasi bisa didapatkan dengan mudah. Dengan
memahami kecanggihan digital, kita bisa mencapai pasar
mancanegara dengan cara efisien dan efektif. Ke depannya
diharapkan lebih banyak lagi kegiatan penyuluhan sejenis
seperti yang diadakan oleh TWC mengenai pentingnya ekonomi
kreatif bagi kemajuan ekonomi domestik khususnya di kawasan
Candi Borobudur, dengan begitu ilmu-ilmu yang didapat peserta
dapat diterapkan dan membuahkan hasil yang baik, disertai
munculnya banyak peluang baru kerja sama.
Disarankan juga adanya kemajuan teknologi yang sesuai
dengan era karena pengaruhnya dinilai sangat nyata. Dengan
teknologi yang memadai, akan memudahkan akses setiap
individu untuk mencari informasi dan mengembangkan ide-
ide kreatif mereka. Tentu saja hal tersebut harus disertai
dengan edukasi bagaimana cara menggunakan teknologi
dengan meningkatkan pemahaman para pelaku UMKM, karena
tidak adanya keterbatasan ruang dan waktu. Kerja sama yang
kuat antar pihak juga sangat diperlukan dalam mewujudkan
keberhasilan ekonomi kreatif khususnya di kawasan Candi
Borobudur apalagi dalam subsector kuliner, fashion, serta kriya
yang kontribusinya sangat tinggi terhadap perekonomian
nasional.
Tentunya terdapat juga beberapa saran untuk para pelaku
UMKM, diantaranya: untuk lebih meninjau inventaris melalui

106
parameter guna evaluasi kesehatan bisnis, mulai dari evaluasi
jumlah stok, kualitas, mencari alternatif, dan sebagainya.
Selain itu, penting juga untuk fokus pada kelebihan bisnis
sendiri dan menyesuaikan model bisnis sesuai dengan passion,
melindungi arus kas, serta optimalisasi pemanfaatan teknologi
yang tersedia, serta adaptif. Pada dasarnya, di era saat ini segala
sesuatu dilakukan secara daring, apalagi di tambah dengan
adanya pandemi COVID-1912. Dengan pemahaman yang baik,
maka terciptalah keberhasilan ekonomi kreatif.

12 VOI. “Lima Saran Untuk Pebisnis UMKM di Tengah Pandemi COVID-19”. Berita
25 September 2020. https://voi.id/berita/14914/lima-saran-untuk-pebisnis-
umkm-di-tengah-pandemi-covid-19

107
108
Mengejar Akselerasi Potensi
Ekraf Kawasan Candi Borobudur
Jatiyasa Ega Sanjaya

B orobudur adalah sebuah kuil Buddha raksasa yang terletak


di Jawa Tengah, Indonesia. Dibangun pada abad ke-8, kuil
ini merupakan salah satu situs buddha terbesar di dunia dan
juga merupakan warisan budaya dunia yang ditetapkan oleh
UNESCO. Kuil ini terdiri dari tiga tingkat, yaitu tingkat bawah,
tingkat tengah, dan tingkat atas. Setiap tingkat mencerminkan
tingkatan dalam perjalanan spiritual, dari dunia fana ke dunia
nirvana.
Candi Borobudur memiliki nilai sejarah, kebudayaan,
arsitektur, dan keagamaan yang sangat penting bagi Indonesia
dan dunia. Sebagai situs Warisan Dunia UNESCO, Candi
Borobudur menjadi daya tarik utama pariwisata Indonesia yang
terkenal di seluruh dunia.
Selain itu, keberadaan Candi Borobudur juga menjadi bukti
bahwa Indonesia memiliki peradaban yang maju pada masa
lampau, serta menjadi saksi bisu perkembangan agama Buddha
di Indonesia.
Oleh karena itu, Candi Borobudur bukan hanya menjadi
aset berharga bagi Indonesia, tetapi juga memainkan peran
penting dalam melestarikan dan mempromosikan kebudayaan
dan sejarah Indonesia kepada dunia.
Potensi kreatif Borobudur adalah dalam segi arsitektur,
seni, dan filsafat. Arsitektur Borobudur yang unik dan
kompleks menunjukkan kemampuan teknis dan estetika yang
tinggi pada masa itu. Seni yang terdapat pada kuil ini, seperti

109
patung-patung dan relief yang menceritakan cerita-cerita dari
ajaran Buddha, menunjukkan kreativitas yang tinggi dari para
seniman pada masa itu. Filsafat yang terkandung dalam kuil
ini mengajak pengunjung untuk berpikir tentang perjalanan
spiritual dan kesadaran diri.
Beberapa inspirasi yang dapat diambil dari candi Borobudur
adalah:
1. Kreativitas arsitektur: Candi Borobudur menunjukkan
bahwa arsitektur dapat menjadi seni yang indah dan
fungsional. Dapat menjadi inspirasi bagi para arsitek untuk
menciptakan bangunan yang unik dan berguna.
2. Nilai-nilai spiritual: Candi Borobudur mengajak pengunjung
untuk berpikir tentang perjalanan spiritual dan kesadaran
diri. Ini dapat menjadi inspirasi bagi individu untuk
mengejar kedalaman dalam diri sendiri dan memperluas
pemahaman tentang dunia spiritual.
3. Kemampuan seni: Candi Borobudur menunjukkan
kemampuan seni yang luar biasa pada masa itu, seperti
patung-patung dan relief yang menceritakan cerita-cerita
dari ajaran Buddha. Ini dapat menjadi inspirasi bagi seniman
untuk terus mengejar kreativitas dan inovasi dalam seni.
4. Keberlanjutan: Candi Borobudur telah berdiri selama
ribuan tahun, menunjukkan bahwa bangunan yang
dirancang dengan baik dan dipelihara dengan baik dapat
bertahan lama. Ini dapat menjadi inspirasi bagi para
perencana dan pengembang untuk berfokus pada desain
yang berkelanjutan dan pemeliharaan yang baik.
Tetapi inspirasi kreatif ini ternyata disertai juga dengan
potensi ekonomi yang tidak sedikit. Sebagai kawasan wisata,
potensi ini tumbuh sangat menarik. Kawasan sekitar candi
Borobudur memiliki potensi ekonomi terutama dalam sektor

110
pariwisata. Candi Borobudur sendiri merupakan salah satu
destinasi wisata utama di Indonesia yang menarik ribuan
pengunjung setiap tahunnya. Selain itu, kawasan sekitar
candi juga menyediakan berbagai fasilitas pariwisata seperti
penginapan, restoran, dan toko-toko oleh-oleh.
Selain sektor pariwisata, kawasan sekitar candi Borobudur
juga memiliki potensi ekonomi dalam sektor pertanian,
terutama dalam produksi kopi, teh, dan rempah-rempah.
Bukan cuma itu saja, kawasan sekitar candi Borobudur
juga memiliki potensi dalam sektor industri kreatif seperti
fashion, kerajinan tangan, dan seni yang diinspirasi dari candi
Borobudur.
Secara keseluruhan, pemerintah setempat dan swasta
harus bekerja sama untuk mengejar potensi ekonomi yang ada
di sekitar kawasan candi Borobudur, dengan mengoptimalkan
potensi yang ada dengan tujuan untuk meningkatkan
pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat
setempat.
Keindahan dalam Ekosistem. Kawasan Borobudur memiliki
keindahan sudah tidak diragukan lagi, seluruh dunia dari masa
ke masa mengamininya. Namun di luar dikenal sebagai kawasan
wisata, Borobudur sesungguhnya adalah sebuah ekosistem
maha sempurna. Di dalam ekosistem ekonomi Borobudur
terdiri dari:
1. Wisata budaya: Kawasan Borobudur merupakan salah satu
destinasi wisata budaya terkenal di dunia yang menarik
banyak wisatawan dan membawa devisa negara.
2. Potensi pariwisata: Kawasan ini memiliki potensi yang
besar untuk dikembangkan sebagai destinasi pariwisata,
seperti akomodasi, penginapan, dan fasilitas lainnya.

111
3. Keragaman budaya: Kawasan ini memiliki keragaman
budaya yang kaya, dengan banyak kebudayaan dan tradisi
yang dapat ditemukan, seperti budaya Jawa, India, dan
Cina.
4. Sumber daya alam: Kawasan ini memiliki sumber daya alam
yang melimpah, seperti tanah subur, air bersih, dan udara
yang sejuk, yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan
ekonomi.
5. Pertumbuhan ekonomi: Kawasan Borobudur memiliki
potensi untuk mengalami pertumbuhan ekonomi yang
signifikan, terutama melalui pengembangan industri
pariwisata, pertanian, dan perdagangan.
6. Investasi: Kawasan ini menarik banyak investor domestik
dan asing, terutama dalam bidang pariwisata, real estate,
dan teknologi informasi.
Seluruh keindahan yang tertangkap mata mewakili sederet
potensi ekonomi kreatif. Apa yang telah disebutkan di atas
merupakan potensi yang tidak pernah habis. Justru memiliki
potensi pengembangan yang luar biasa asalkan kita mampu
menjaga bahkan akselerasi peningkatannya.
Beberapa potensi masa depan Candi Borobudur yang
bisa memiliki kesempatan besar adalah peningkatan jumlah
wisatawan: Seiring dengan semakin berkembangnya sektor
pariwisata di Indonesia, jumlah wisatawan yang berkunjung
ke Candi Borobudur diperkirakan akan terus meningkat.
Apabila ini ditunjang dengan pengembangan infrastruktur,
misalnya pemerintah Indonesia mengembangkan infrastruktur
di sekitar Candi Borobudur, seperti jalan raya dan bandara,
untuk memudahkan akses wisatawan ke tempat tersebut.
Kemudian ditambahkan sarana hiburan penunjang, agar
semakin lama waktu berkunjung ke Candi Borobudur. Misalnya

112
dilakukan pengembangan potensi lokal: Potensi ekonomi lokal
di sekitar Candi Borobudur akan terus berkembang melalui
pengembangan produk wisata, kerajinan, dan makanan khas
daerah. Maka bisa dipastikan arus pengunjung akan luar biasa.
Seiring dengan akan meningkatnya jumlah pengunjung
Borobudur maka jangan dilupakan juga upaya untuk konservasi
dan restorasi: Upaya konservasi dan restorasi wajib terus
dilakukan untuk memastikan keberlangsungan Candi
Borobudur sebagai warisan dunia yang penting. Salah satu
upaya konservasi bisa juga melibatkan penggunaan teknologi.
Seperti misalnya penggunaan teknologi seperti augmented
reality dan virtual reality akan semakin meningkat untuk
memberikan pengalaman yang lebih interaktif dan mendalam
bagi wisatawan yang berkunjung ke Candi Borobudur. Dengan
strategi-strategi ini upaya kita akan sangat tepat dan sangat
mampu mengejar akselerasi optimasi potensi ekraf Borobudur
agar selalu menjadi tujuan utama dunia wisata.

113
114
Bulan Pariwisata International,
Borobudur Menciptakan
Pengalaman Baru
Putri Nimitta

K eterbatasan selalu melahirkan sesuatu, menarik kreativitas


ke level yang tak terbayangkan sebelumnya. Mencari
sesuatu yang bisa menjadi subtitute tetapi tidak menghilangkan
esensinya. Imajinasi menghasilkan inpsirasi yang kreatif. Itulah
yang terjadi di Candi Borobudur dalam bulan September ini.
Tepat di bulan Pariwisata International yang peringatannya
jatuh pada tanggal 27 September. PT. Taman Wisata Candi
(TWC) bekerjasama dengan Bitread Publishing melakukan
serangkaian riset narasi mencoba menciptakan wahana baru.
Menjawab pembatasan kunjungan dimana wisatawan tidak bisa
berkeliling naik ke Candi.
Ketika pengunjung tidak dapat menikmati relief Candi
Borobudur, ini menjadi tantangan yang menarik. Bagaimana
caranya memberikan pengalaman lain yang tak kalah uniknya,
kepada pengunjung. Untuk itu dilakukanlah berbagai riset
dan simulasi yang kemudian berujung pada diirilisnya sebuah
produk edutaiment khusus dalam bentuk Borobudur Creative
Race (BRACE) dan Junior Archeologist Manohara.
Junior Archeologist Manohara adalah game digital yang
hadir untuk menjawab rasa penasaran pengunjung yang tidak
bisa naik dan menyentuh relief. Tetapi lewat game digital Junior
Archeologist Manohara pengunjung dibawa pengalamannya
jauh lebih melesat. Mereka berkeliling kawasan Candi
Borobudur dalam alur cerita Putri Manohara dan Pangeran

115
Sudhana yang berasal dari relief Diwyawadana 30 (Tripitaka).
Berinteraksi den-gan berbagai tokoh dalam cerita tersebut
sambil mengeksplorasi kawasan Candi. Game ini rencananya
akan menjadi salah satu produk itinerary pengunjung Candi.
Bila Junior Archeologist dimainkan di dalam kawasan
Candi. Maka Borobudur Creative Race adalah sebuah event
edukasi kawasan sekitar Candi Borobudur yang dibalut dalam
kompetisi perlombaan dengan bantuan aplikasi permainan
yang bernama Treasure Hunt. Para peserta berkeliling bermain
di kawasan luar Candi dengan mengendarai VW Safari. Salah
satu kendaraan wisata favorit di Borobudur.
Sebagaimana kita ketahui Borobudur adalah sumber
inspirasi yang tiada habisnya. Pada sekeliling kawasan candi
juga terdapat banyak balai ekonomi desa atau balkondes yang
dibangun dengan tujuan untuk meningkatkan ekonomi desa-
desa di sekitar. Dari setiap balkondes ini ada banyak potensi-
potensi menarik yang sayangnya tidak banyak dike- tahui oleh
pengunjung-pengunjung Borobudur.
Ketika potensi itu diangkat dalam sebuah gameplay yang
tantangan dan narasinya men- gungkap kekayaan pariwisata
Borobudur melalui rangkaian misi yang harus diiselesaikan
oleh peserta. Banyak peserta yang meresponnya dengan
antusias. Contohnya para peserta dari Dinas Pemuda, Olahraga,
dan Pariwisata Wonogiri. Meski berkali-kali mengunjungi
Borobudur, mereka tidak menyangka ada kekayaan budaya
kuliner dan seni di Borobudur, seperti tarian Opera Van
Jathilan, mie pati aren, dan Kopi khas Borobudur di Bukit
Menoreh. Sensasi menikmatinya pun menjadi lebih berkesan.
Banyak pihak yang terlibat dalam proses riset dan simulasi ini.
Banyak pihak yang mendorong kegiatan edutaiment ini tercipta
mulai dari komunitas lokal, seperti seniman, komunitas Budha,

116
para penulis daerah, hingga BUMN seperti PLN, dan Institusi
literasi terbesar yaitu Perpustakaan Nasional.
Barangkali selama ini potensi tersebut hanya muncul
di brosur atau konten website saja. Kurang menarik untuk
dieksplorasi. Sehingga pengunjung banyak yang merasa sudah
sangat mengenal Candi Borobudur. Namun ketika dimunculkan
menjadi tantangan dalam permainan, segala value dan
keunikannya meninggalkan kesan yang sangat mendalam.
Apalagi bila dijadikan sebuah ajang kompetisi seperti Borobudur
Creative Race dengan reward hadiah yang menarik. Meski
harus memulai permainan di pukul 6 pagi, para pe- serta sangat
ceria. Karena dalam waktu tiga-empat jam, para peserta pulang
dengan kenangan sudah menemukan hal lain yang tidak pernah
diketahui sebelumnya. Narasi tentang Borobudur dan reliefnya
menjadi lebih diingat dan jauh lebih menarik untuk diceritakan
ulang serta mengundang untuk datang kembali.

Mengimplementasikan Kecanggihan Teknologi


dalam Bentuk Games Digital
Cara untuk membangkitkan kembali ingatan tentang masa
lalu ternyata bisa sangat seru, salah satunya dengan balutan
petualangan digital. Pada zaman sekarang, perkembangan
informasi dan teknologi berjalan sangat cepat dan luas sehingga
dapat menjangkau seluruh tempat dengan mudah tanpa
hambatan.
Perkembangan teknologi yang semakin canggih dapat
diimplementasikan ke dalam bentuk inovasi baru berupa
petualangan yang dikemas secara digital. Petualangan ini
dapat dikaitkan dengan memori atau kisah masa lampau yang
dibangkitkan dalam petualangan digital.

117
Pada tahun ini, Taman Wisata Candi Borobudur (TWC)
bekerja sama dengan Bitread untuk menyelenggarakan event
besar bernama Treasure Hunt Indonesia yang diadakan di
kawasan Candi Borobudur, Magelang. Treasure Hunt Indonesia
adalah sebuah program edutainment dengan pola hybrid antara
aktivitas offline dan online di suatu kawasan. Dengan metode
tantangan permainan dan literasi, partisipasi dan pengalaman
peserta akan dibangun untuk mengenal kawasan dan value dari
sebuah lokasi.
Treasure Hunt Indonesia dibagi menjadi dua program, yang
pertama adalah Junior Archeologist: The Love Story of Manohara.
Bertujuan untuk membangkitkan kembali kisah masa lalu
dalam balutan teknologi. Mengambil salah satu cerita relief
yang ada pada Candi Borobudur yang dijadikan sumber dan
inspirasi dalam tonggak Junior Archeologist: The Love Story of
Manohara.
Junior Archeologist: The Love Story of Manohara merupakan
sebuah permainan yang ditujukan untuk peserta agar
membantu perjuangan Pangeran Sudhana untuk menemukan
kembali Puteri Manohara, yakni cinta sejatinya. Ragam misi
pencarian yang berbeda akan dihadapi oleh peserta yang tentu
akan menjadi pengalaman baru tak terlupakan. Dari sekian
banyak cerita relief yang ada pada Candi Borobudur, relief yang
bercerita tentang kisah cinta sejati antara Putri Manohara dan
Pangeran Sudhana menjadi relief yang paling menarik sebagai
tema dalam Junior Archeologist: The Love Story of Manohara.
Kisah cinta sejati yang dibingkai dengan penuh perjuangan dan
ketulusan hati di antara sepasang yang berharap bisa bersama
kembali dengan perbedaan dunia.

118
Borobudur Creative Race

Selain Junior Archeologist: The Love Story of Manohara,


program kedua yang terdapat pada rangkaian event Treasure
Hunt Indonesia adalah Borobudur Creative Race (Brace). Junior
Archeologist: The Love Story of Manohara merupakan sebuah
permainan yang dikemas dalam bentuk petualangan digital.
Sedangkan Borobudur Creative Race (BRACE) adalah sebuah
event yang dirancang untuk berpetualang dan mengeksplorasi
nilai sejarah Candi Borobudur dan kawasan sekitarnya, sama-
sama dalam sentuhan teknologi. Mengambil tempat di beberapa
titik lokasi Jawa Tengah yang akan berubah setiap tahunnya.
Nama ini membawa semangat beragam nilai kebaikan dan
kreativitas yang menjadi spirit dari Borobudur.
Pada event Borobudur Creative Race (BRACE), dikaitkan
dengan kegiatan ekonomi setiap desa yang berada di sekitar
kawasan Candi Borobudur. Kegiatan ekonomi desa di kawasan
Candi Borobudur disebut dengan istilah Balkondes (Balai
Ekonomi Desa). Terdapat 20 balkondes yang berada di kawasan
Candi Borobudur. Beberapa di antara balkondes dijadikan
sebagai tempat dalam menyelenggarakan event Borobudur
Creative Race (BRACE).

119
Pada setiap balkondes yang terdapat di kawasan Candi
Borobudur memiliki keragaman budaya dan produk unggulan
yang berbeda-beda. Hal itu dijadikan potensi sebagai ajang
pengenalan setiap balkondes agar banyak diketahui dan dikenal
oleh masyarakat luas. Keragaman budaya dan produk unggulan
yang menjadi ciri khas masyarakat kawasan Candi Borobudur
menjadi nilai tambahan dalam terselenggaranya Borobudur
Creative Race (BRACE).

120
Tentang Perpusnas PRESS

P erpusnas PRESS adalah Lembaga Penerbit Perpustakaan


Nasional Republik Indonesia yang didirikan berdasarkan Surat
Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
Nomor 167 Tahun 2019 tanggal 23 Juli 2019 tetang Pembentukan
Penerbit Perpustakaan Nasional dan Tim Penerbit Perpustakaan
Nasional. Tugas Perpusnas PRESS adalah menerbitkan karya
tulis dan publikasi di bidang Perpustakaan dan Kepustakawanan.
Perpusnas Press tercatat sebagai anggota Ikatan Penerbit Indonesia
(IKAPI) No.573/DKI/2019 tanggal 1 Agustus 2019.
Arah Perpusnas PRESS adalah menjadi Penerbit Publikasi
Perpustakaan Nasional bidang perpustakaan dan kepustakawanan
yang berkualitas dan unggul. Perpusnas PRESS dilandasi tujuan
untuk 1). Melaksanakan penerbitan dan publikasi bidang
perpustakaan dan kepustakawanan baik cetak maupun elektronik; 2).
Meningkatkan kuantitas dan kualitas terbitan bidang perpustakaan
dan kepustakawanan; 3). Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas
penerbitan dan pengelolaannya; 4). Mengoptimalkan pemanfaatan
teknologi informasi untuk mendukung publikasi penerbitan; dan 5).
Menjadi mitra bagi penulis untuk menghasilkan karya tulis bidang
perpustakaan dan kepustakawanan.
Perpusnas PRESS mengundang pustakawan khususnya dan
masyarakat pada umumnya yang memiliki gagasan dan pemikiran
tentang perpustakaan, kepustakawanan dan bidang lainnya yang
relevan dengan kebijakan Perpustakaan Nasional untuk dapat
menuangkannya dalam tulisan sehingga dapat dibukukan dan
diterbitkan.

Anda mungkin juga menyukai