LIBRARIA
Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi
DAFTAR ISI LIBRARIA
Endang Fatmawati
Kepala Perpustakaan FEB UNDIP & Dosen LB Jurusan Ilmu Perpustakaan FIB
UNDIP
Abstract
Librarians certainly have an interesting story about his experiences to tell.
Nowadays with digital tools and software will make the librarian becomes
more easy and convenient to create digital stories. The purpose this article
is to describe digital storytelling like definition and element, characteristic
component and process, learning, and culture change. The method used is
descriptive. It is to describe the conditions that exist in the field related to
the digital storytelling then analyzed with a literature review to reach
understanding. The result about digital storytelling means discusses stories
about various things that use digital multimedia. It uses new media tools
and platforms to tell stories. Narrative and literacy in the digital storytelling
based on digital technology so as storytelling or information also through
digital media.
Pendahuluan
Sewaktu saya membaca bukunya Lundby Knut (2008) yang
berjudul Digital Storytelling Mediatized Stories: Self-Representations in
New Media, rupanya menggugah mata batin saya sehingga dapat
memberikan pemahaman tentang terjadinya suatu perubahan media
yang digunakan dalam bercerita.
Jika mengingat masa kecil dulu, orang tua kita dengan segala
kepiawaiannya sering membacakan cerita sebagai pengantar tidur
kepada anaknya melalui buku cerita dalam durasi waktu yang lama
sampai anaknya tertidur lelap. Begitupun dahulu ketika pustakawan
yang berperan sebagai storyteller bercerita juga menggunakan media
buku, sehingga pemustaka harus berusaha menggambarkan tentang
objek yang diceritakan agar imajinasi pemustaka bermain. Suatu contoh,
ketika pustakawan menceritakan tentang laut, maka otak pemustaka
sebagai pendengar berimajinasikan gambaran laut itu seperti apa. Buku
cerita anak-anak bermacam-macam, mulai dari bacaan bergambar,
komik, majalah ilustrasi, sampai dengan novel. Perbedaan yang jelas
adalah ada perubahan kultur bercerita era sekarang. Saat ini dengan
adanya alat digital dan berbagai perangkat lunak membuat sebagian
orang termasuk para pustakawan menjadi lebih mudah dan nyaman
untuk membuat cerita digital.
Saat penulis mengamati di salah satu perpustakaan umum, anak-
anak terlihat asyik bercengkerama duduk santai di karpet sambil
menyaksikan pemutaran film edukatif berbasis pengetahuan yang
diputar pustakawan melalui video. Nampaknya ini fenomena digital
storytelling, karena anak-anak tidak lagi mendengar dongeng dari tutur
kata pustakawannya secara tradisional.
narrative with digital media such as images, sound, and video to create
a short story”. Maksudnya sebagai seni yang menggabungkan cerita
dengan media digital seperti gambar, suara, dan video untuk membuat
cerita pendek.
Digital storytelling ibarat seperti bahasa yang memuat kode-
kode atau tanda-tanda yang berfungsi untuk memproduksi makna-
makna. Digital storytelling meliputi praktik bercerita dengan
menggunakan media digital dalam multimedia yang diproduksi oleh
para profesional. Media digital yang dimaksud bisa berupa: slide show,
narasi di blog dan media sosial, narasi interaktif dan game, video
amatir di youtube, maupun film.
Kemudian pengertian digital storytelling menurut Rule (2007)
dalam Digital Storytelling Association, bahwa:
“...is the modern expression of the ancient art of storytelling. Digital
stories derive their power by weaving images, music, narrative and
voice together, thereby giving deep dimension and vivid color to
character, situations, experiences, and insights.”
Artinya bahwa digital storytelling merupakan ekspresi modern dari
seni bercerita yang kuno dengan mengandalkan kekuatan gambar,
musik, suara (lagu dan narasi), bersama-sama sehingga memberikan
dimensi dan warna dalam hal karakter, situasi, pengalaman, dan
wawasan.
pdf”, sampai tutorial yang sifatnya lucu dan menghibur seperti “stand
up komedi”.
Digital storytelling dalam bentuk multimedia menggabungkan
antara foto, video, animasi, suara, musik, teks, maupun suara narasi.
Proses pembuatan digital storytelling dapat dilakukan dengan 8
(delapan) tahapan, yang dimulai dari munculnya ide sampai pada
adanya umpan balik. Siklus prosesnya seperti tampak pada Gambar 2
berikut:
Pembelajaran
Aplikasi cerita digital di sekolah dapat digunakan sebagai media
ekspresif untuk mengintegrasikan materi pelajaran yang diberikan
oleh gurunya. Siswa dapat bekerja secara individu atau bersama-sama
untuk menghasilkan cerita digital mereka sendiri. Hal ini bisa untuk
mengekspresikan emosinya melalui sebuah cerita. Pustakawan sekolah
bisa mengambil peran dalam hal ini, misalnya memberikan pelatihan
membuat digital srtorytelling untuk siswa-siswanya.
Oleh karena bercerita digital menjadi salah satu media baru
yang bisa menstimulus munculnya kreativitas dan inovasi dalam
pembelajaran, maka pustakawan sekolah bisa berkolaborasi dengan
guru untuk mewujudkannya. Cerita digital tersebut menggunakan alat
media baru dan platform untuk menceritakan naskah. Adanya layanan
digital storytelling yang ada di perpustakaan sangat efektif untuk
mendukung proses pembelajaran di sekolah.
Hal tersebut karena strategi pembelajaran dapat difasilitasi
melalui kegiatan mendongeng digital. Menurut Barrett (2006) dalam
Xu, et.al. (2011: 183), strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa
ada 4 (empat), yaitu: keterlibatan siswa (student engagement), refleksi
untuk belajar lebih dalam (reflection for deep learning), pembelajaran
berbasis proyek (project-based learning), dan integrasi teknologi ke
dalam kelas (technology integration into the classroom).
Gambar 3 berikut menggambarkan bagaimana cerita digital
meningkatkan konvergensi tersebut:
Perubahan Kultur
Pada dasarnya manusia itu bisa disebut sebagai makhluk
pencerita (homo fabulans). Setiap orang memiliki cerita mereka untuk
memberitahu dan setiap hari kita mendengar dari orang lain tentang
pengalaman mereka dalam bentuk cerita. Bercerita atau mendongeng
(storytelling) berasal dari kata “story” artinya cerita dan “telling” artinya
memberitahukan.
Penutup
Teknologi komunikasi dan informasi khususnya untuk
penerapan digital storytelling semakin berkembang pesat. Dongeng
dalam bentuk digital storytelling telah menggantikan peran pustakawan
Daftar Pustaka
8 Steps to Great Digital Stories. Retrieved from http://edtechteacher.org/
8-steps-to-great-digital-storytelling-from-samantha-on-edudemic
[accessed October 18, 2015].
Alexander, Bryan. 1967. The New Digital Storytelling: Creating
Narratives with New Media, tersedia di http://lib.ui.ac.id/
file?file=pdf/abstrak-20371061.pdf
Components of a Digital Story. Retrieved from http://
pwoessner.wikispaces.com/ Digital+Storytelling [accessed
October 18, 2015].
Digital Storytelling Menciptakan Kreatifitas dan Inovasi Konten
Pembelajaran. Dalam http://prasetya.ub.ac.id/berita/ [diakses
tanggal 18 Oktober 2015].
Frazel, Midge. 2010. Digital Storytelling: Guide for Educators.
Washington DC: International Society for Technology in
Education (ISTE).
Hjarvard, Stig. 2008. “The Mediatization of Society, A Theory of The
Media as Agents of Social and Cultural Change.” Nordicom
Review, 29 (2008) 2, pp. 105-134.
Lambert, Joe. 2013. Digital Storytelling Capturing Lives, Creating
Community. 4th edition New York: Routledge.
Landis, et.al. 2011. “Digital Storytelling: A Tool for Teaching and
Learning in The Youtube Generation”. Middle School Journal,
Vol. 42, No. 5 (May 2011), pp.4-10, tersedia di www.jstor.org.
Lundby, Knut. 2008. Digital Storytelling Mediatized Stories: Self-
Representations in New Media. New York: Peter Lang.
Miller, Crolyn Handler. 2008. Digital Storytelling: A Creator’s Guide to
Interactive Entertainment. 2nd Edition. Boston: Focal Press.