Anda di halaman 1dari 5

Diterima tanggal: 11.07.

2022

Implementasi Penayangan Wayang sebagai upaya Transformasi


Pengetahuan untuk Masyarakat Marjinal melalui Perpustakaan Digital
Ainun Najib
Institut Teknologi PLN, Jakarta
najibexcel@gmail.com

Abstrak
Perkembangan dunia kepustakawanan semakin maju seiring dengan perkembangan teknologi.
Sebuah era baru yakni era digitalisasi menjadi sebuah keniscayaan yang tak dapat dihindari oleh
perpustakaan. Saat ini, hampir seluruh aspek yang ada di perpustakaan tidak lepas dari adanya
teknologi dan sistem informasi elektronik. Sisten konvensional sedikit demi sedikit namun pasti telah
ditinggalkan meskipun prinsip dasar pengelolaan koleksi tetap dipertahankan. Kemunculan
perpustakaan didgital yang semakin hari semakin banyak jumlahnya menjadi bukti bahwa terdapat
perubahan paradigma tentang perpustakaan.
Namun, kecanggihan teknologi yang diterapkan dalam perpustakaan digital nampaknya belum
selaras dengan keterbukaan informasi terutama untuk masyarakat marjinal. Karena itu, konsep
perpustakaan digital tersebut harus melaraskan dengan latar belakang terkhususnya masayarakat
marjinal. Tulisan ini memaparkan bagaimana implementasi perpustakaan digital khusus masyarakat
marjinal sebagai upaya memenuhi hak dan kebutuhan informasi untuk tiap lapisan masyarakat. Selain
itu, konsep perpustakaan digital ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menerapkan konsep
yang sama pada perpustakaan-perpustakaan digital lainnya.

Kata kunci: digital, masyarakat, perpustakaan, wayang, transformasi

Pendahuluan
Istilah masyarakat pinggiran adalah sebuah konsep yang diusulkan untuk menyatukan
atau merangkum berbagai konsep yang – karena sejarah dan konteks politik yang
melingkupinya – menciptakan istilah yang berbeda satu sama lain. Beberapa istilah bisa
dimasukkan dalam konsep masyarakat pinggiran; istilah-istilah yang selama ini dipergunakan
untuk menunjuk mereka yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai religious minorities, ethnic
minorities, atau sekedar marginal groups, seperti kelompok difabel.

Masyarakat pinggiran juga bisa dipakai untuk merangkum kelompok-kelompok yang


terpinggirkan secara ekonomi, yang umumnya disebutkan dalam berbagai konteks sebagai
kelompok penduduk miskin, yang dalam studi pembangunan (development studies) dianggap
sebagai target groups untuk program-program kesehatan, perbaikan gizi, serta pendidikan,
pelatihan, dan penciptaan lapangan pekerjaan. Atas hal tersebut pula dikaitkan dengan
penelitian ini yang mencakup bagaimana transformasi informasi dan pengetahuan bagi
masyarakat pinggiran sebagai upaya memenuhi hak pengetahuan dan perlawanan atas
deskrimnasi.

1
Sebagaimana yang tertera dalam Undang undang Dasar Pasal 28 C ayat (1) disebutkan
bahwa “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,
berhak mendapatkan pendidikan, dan memperoleh manfaat dari Iptek, seni, dan budaya demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”. Dalam hal tersebut,
perpustakaan sebagai instansi yang mengumpulkan pengetahuan yang tercetak maupun terekam
perlu mengambil andil dalam pemenuhan hak ilmu pengetahuan dan informasi bagi masyarakat
umum, baik sebagai wadah penelitian, rekreasi, budaya dan kultural.

Tinjauan Teoritis
Akan tetapi ada beberapa masalah yang menjadi topik utama penulis disini, yang utama
adalah bagaiamana transformasi pengetahuan dan informasi tersebut khususnya untuk
masyarakat pinggiran. Yang kedua adalah pembangunan perpustakaan di Indonesia yang belum
merata dan hanya berfokus didirikan di wilayah pusat. Ketiga, kesan perpustakaan yang terlalu
monoton di mata masyarakat juga menjadi sebab rendahnya minat membaca masyarakat
Indonesia.

Meskipun sejak tahun 2000an pemerintah telah mengembangkan IDLN (Indonesia


Digital Library Network) sebagai langkah awal pemerataan informasi dan pengetahuan yang
mudah diakses untuk berbagai pihak, nampaknya masih meninggalkan jejak permasalahan yang
hingga kini belum terselesaikan. Salah satunya adalah masayarakat pinggiran itu sendiri, yang
tentu dengan latar belakang ekonomi dan lingkungan yang berbeda dengan masyarakat kota,
masih akan sangat sulit mencicipi informasi dan pengetahuan tersebut. Kurangnya alat media
informasi dan jaringan internet yang memadai juga termasuk faktor utama permasalahan
tersebut.

Metode Kajian
Atas latar belakang dan permasalahan tersebut, perlu adanya sebuah inovasi sebagai
solusi dari masalah sulitnya peran perpustakaan untuk mentransformasi pengetahuan dan
informasi bagi masyarakat pinggiran. Sebuah inovasi yang terbentuk atas perhatian dan literatur
dari sisi latar belakang masyarakat tersebut. Inovasi tersebut adalah implementasi penayangan
wayang sebagai bentuk transformasi pengetahuan bagi masyarakat pinggiran.

Yang penulis maksudkan dalam “penayangan wayang” bukan diartikan secara harfiah,
melainkan sebagai bentuk gambaran bagaimana ketika penayangan wayang di tengah-tengah
masyarakat. Seperti yang diketahui dari cerita orang tua terdahulu, masayarakat berkumpul
beramai-ramai dari berbagai kalangan usia untuk menyaksikan penampilang wayang oleh
seorang Dalang. Bentuk penayangan wayang tersebut itulah salah satu metode kuno yang bisa
kita terapkan dalam transformasi ilmu pengetahuan dan informasi bagi masyarakat pinggiran.

Bagaimana? Sederhananya adalah dengan mengumpulkan masyarakat dari berbagai


kalangan dan usia pada waktu malam saat hari libur atau akhir pekan, disaat waktu lenggang
yang tidak menggangu rutinitas masyarakat di siang hari. Setelah masyarakat berkumpul,
disinilah bagaimana perpustakaan digital mengambil perannya sebagi institusi yang informatif
dan educational dengan menayangkan berbagai video yang mengedukasi dan informatif.
Seperti sejarah Indonesia, cerita maupun kisah, informasi global, dan film-film yang
mengedukasi. Selain sebagai edukasi, tentu penayangan video tersebut juga menjadi ajang
hiburan bagi masyarakat.

Hasil dan Pembahasan

2
Perpustakaan digital sebagai mediator utama, berperan penting sebagai Dalang dalam
“penayangan wayang” ini. Peran utamanya adalah bagaimana perpustakaan sebagai media
edukasi dan informatif dapat berasama-sama mengajak masyarakat pinggiran untuk melihat
lebih dunia ini melalui penayangan “wayang” tersebut. Mengapa hal tersebut bisa menjadi
inovasi bagi perpustakaan digital? Berikut penulis sebutkan atas kelebihan dan kemudahan
dalam menjalankannya.
1. Perpustakaan tidak hanya selalu menyimpan catatan dalam bentuk tulisan, akan
tetapi juga dalam bentuk video, yang dimana dengan menayangkannya akan
mengubah stigma masyarakat atas perpustakaan yang selalu monoton dengan
tumpukan buku-bukunya
2. Inovasi ini juga hanya membutuhkan biaya yang jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan membangun perpustakaan di daerah pinggiran yang belum tentu akan
berfungsi sebagaimana mestinya.
3. Menayangkannya pun terbilang mudah, pihak perpustakaan sebagai “Dalang”
hanya perlu berkoordinasi dengan pihak pemerintah setempat untuk mengajak
masyarakat.
4. Mudah diakselerasikan dengan latar belakang masyarakat pinggiran, karena tidak
memerlukan alat media informasi dan jaringan untuk tiap masyarakat walaupun
hanya terbatas.
5. Dengan menjalankannya inovasi literatur melalui penayangan video, tentu akan
meningkatkan kesadaran bagi masyarakat pinggiran untuk mencari tahu hal apa
yang ditayangkan lebih dalam. Karena sesuai dengan hasil penelitian secara umum,
manusia akan lebih mudah menangkap apa yang mereka lihat secara visual.
Kesimpulan dan Saran
Meskipun dengan kekurangan karena terbatasnya transformasi pengetahuan dan
informasi yang tersalurkan pada masyarakat pinggiran, inovasi ini bisa menjadi langkah baru
untuk pemerintah dalam meningkatkan layanan perpustakaan digital. Tidak hanya selalu
mengandalakan alat dan media informasi sebagai layanan digitalisasi perpustakaan, karena
bagaimanapun juga tiap lapisan masyarakat memiliki latar belakang dan permasalahan
tersendiri, termasuk masyarakat pinggiran.

Dengan meningkatnya literatur masyarakat melalui bentuk inovasi digitalisasi


perpustakaan ini juga diharapkan dapat menghapus tindak diskriminasi untuk masyarakat
pinggiran yang selalu tertinggal dalam berbagai berbagai aspek. Dengan hal ini juga, peran
perpustakaan sebagai institusi yang memenuhi kebutuhan dan hak masyarakat secara merata
atas pengetahuan dan informasi dapat terpenuhi, sehingga dapat tiap masyarakat dapat
mengembangkan individunya masing-masing.

3
Daftar Pustaka
Lika-liku Perjuangan Perpustakaan digital Di Indonesia. (2021, January 29). Official
Website of Library and Information Science Program Airlangga
University. https://dip.fisip.unair.ac.id/id_ID/lika-liku-perjuangan-perpustakaan-digital-di-
indonesia/
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Malang.
(n.d.). https://lib.umm.ac.id/article/detail/20151117103926/pengertian-perpustakaan-digital-
digital-library-e-library/
RF. (n.d.). Fungsi perpustakaan umum. Web Resmi Dinas Kearsipan dan Perpustakaan
Kabupaten Bekasi. https://basipda.bekasikab.go.id/berita-fungsi-perpustakaan-umum.html

4
Daftar Riwayat Hidup
Ainun Najib, mahasiswa semester keempat saat ini berkampus di Institut Teknologi
PLN Jakarta. Aktif dalam kegiatan PKM mahasiswa dan kegiatan himpunan mahasiswa.
Diundang untuk sebagai finalis lomba Artikel Bicara Maksroprudensial oleh Bank Inonesia
beberapa minggu lalu, dan untuk saat ini Berdomisil di BTP Makassar blok c no. 68, di kota
Makassar, Sulawesi Selatan. Saat di Jakarta,penulis berdomisil di Gang Bahagia No. 43 Duri
Kosambi, Cengkareng Jakarta Barat. Bisa dihubungi melalui:
email: najibexcel@gmail.com
No. HP/WA: 081272446024

Anda mungkin juga menyukai