Anda di halaman 1dari 7

Kolaborasi Penyedian Free Wifi dan Pengaplikasian

iPusnas di Pelosok Negeri


Ditulis untuk mengikuti Lomba Penulisan Karya Ilmiah Populer
BPAD BABEL
Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah
Provinsi Kepulauaan Bangka Belitung

Disusun Oleh :
Siti Aghnina Nurmaulidiyah
NISN / NIS: 0030793397 / 7169

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG


DINAS PENDIDIKAN
SMAN 2 PANGKALPINANG
Jln. Kalamaya, Pangkalpinang, Prov. Kep. Bangka Belitung
Tlp. (0717)-421279 Fax : 0717-424967
Website : www.smadapkp.sch.id
Kolaborasi Penyedian Free Wifi dan Pengaplikasian iPusnas di
Pelosok Negeri

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 BAB II Pasal


7 menyebutkan Pemerintah berkewajiban : menjamin ketersediaan layanan
perpustakaan secara merata di tanah air; menjamin kelangsungan penyelenggaraan
dan pengelolaan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar masyarakat;
menjamin ketersediaan keragaman koleksi perpustakaan melalui terjemahan
(translasi), alih aksara (transliterasi), alih suara ke tulisan (transkripsi), dan alih
media (transmedia); dan menggalakkan promosi gemar membaca, serta
memanfaatkan perpustakaan.

Perpustakaan merupakan salah satu sarana yang dapat dimanfaatkan untuk


mengakses pengetahuan dan belajar sepanjang hayat (lifelong learning) oleh
masyarakat. Perpustakaan merupakan tempat untuk menyimpan dan melestarikan
sumber pengetahuan juga dijadikan sebagai tempat aktivitas membaca oleh
masyarakat yang dapat diakses dengan gratis. Dengan penguasaan pengetahuan
dan layanan perpustakaan yang baik, akan terbentuk suatu pondasi masyarakat
berpengetahuan (knowledge society). Penguasaan pengetahuan akan berguna
untuk mendorong adanya perubahan pada masyarakat untuk menuju kehidupan
yang lebih maju dan sejahtera. Dengan penguasaan pengetahuan, masyarakat
dapat meningkatkan kualitas kehidupan menjadi lebih baik dan sejahtera. Layanan
perpustakaan tidak hanya berupa koleksi buku; sarana dan prasarana, tetapi juga
berupa ketersediaan pustakawan sebagai penyelenggara perpustakaan yang andal
dan profesional sesuai dengan standar ilmu perpustakaan, serta informasi yang
baku; kemampuan manajemen dan finansial yang dimiliki oleh setiap pustakawan;
serta mempunyai pemahaman mengenai peran dan fungsi perpustakaan.
Perpustakaan juga bisa digunakan sebagai pusat sumber belajar masyarakat. Hal
ini didukung oleh berbagai fasitilas, seperti koneksi internet gratis yang memadai,
serta umumnya banyak ditemukan di perpustakaan perkotaan yang jauh lebih
maju. Dengan adanya perpustakaan, juga sebagai sarana untuk menggalakkan
masyarakat dalam meningkatkan minat baca. Namun, hal ini lebih cenderung
terjadi pada masyarakat perkotaan karena jangkauannya lebih mudah, dan menjadi
pusat utama tersedianya segala fasilitas pemerintahan. Ini berbanding terbalik
bahwa kenyataannya Indonesia telah merdeka lebih dari tujuh puluh tahun, tetapi
perpustakaan ternyata belum menjadi bagian hidup keseharian masyarakat. Itu
semua belum terealisasi secara merata di tanah air kita. Sebagai contohnya,
masyarakat yang berada di pelosok negeri : di perbatasan negara; daerah-daerah
yang sulit dijangkau dalam segi geografisnya; dan lain sebagainya yang masih
belum merasakan keberadaan perpustakaan guna mencerdaskan kehidupan
bangsa. Minimnya akses yang bisa diberikan pemerintah kepada rakyatnya, tidak
menutup kemungkinan membuat mereka masyarakat pedalaman (pelosok negeri)
menjadi primitif, kurangnya minat baca, dan berwawasan sempit. Ketersediaan
buku juga sangat minim, bahkan nyaris tidak terdapat aneka koleksi di sana.
Masalah pelik ini berangkat dari kenyataan yang penulis ketahui dan telaah lebih
lanjut mengapa masyarakat di pelosok memiliki minat baca dan wawasan yang
sempit dalam upaya menciptakan perpustakaan berbasis inklusi sosial. Hal
tersebut di atas juga pernah penulis alami.

Dari permasalan tidak meratanya ketersediaan perpustakaan di atas,


penulis mengusulkan kepada pemerintah atau instansi terkait khususnya Keminfo
dan Perpusnas RI, agar dapat menciptakan kolaborasi dalam penyediaan free wifi
dan pengaplikasian iPusnas di kehidupan nyata untuk masyarakat di pelosok
negeri.

Free wifi ialah penyediaan akses koneksi internet secara gratis dan bisa
dinikmati oleh khalayak melalui gadget atau perangkat komputer lainnya. Perlu
kita ketahui bahwa Kementerian Komunikasi dan Informatika (Keminfo) terus
menambah fasilitas wifi gratis di daerah yang jauh dari perkotaan. Langkah ini
dilakukan untuk mendongkrak perekonomian berbasis teknologi informasi.
Internet yang berkembang pesat kini mampu menjangkau pelosok Indonesia.
Selama ini ada kesan akses internet yang baik hanya bisa dinikmati warga di
perkotaan saja. Namun sejak ada proyek Palapa Ring, kini layanan internet bisa
diakses oleh seluruh warga Indonesia di daerah pelosok sekalipun.Walaupun
demikian, hal ini dapat penulis manfaatkan untuk kembali menggalakkan dan
mengaplikasikan iPusnas ke masyarakat pelosok. Karena, pengguna iPusnas kini
hanya baru diakses oleh lima ratus ribu lebih pengguna. Ini terdengar sungguh
miris, karena penduduk Indonesia sendiri kini lebih dari dua ratus enam puluh juta
jiwa. Perbandingan yang begitu signifikan berkisar satu banding lima ratus jiwa.

iPusnas sendiri adalah aplikasi perpustakaan digital (ePustaka) yang


dimiliki oleh Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) yang bekerja sama dengan
Aksaramaya sebagai pengembang aplikasinya. iPusnas sendiri sudah diluncurkan
sejak 16 Agustus 2016 lalu. Kata digitalisasi menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia Daring Kementarian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
(KBBI Daring), adalah proses pemberian atau pemakaian sistem digital.
Berdasarkan KBBI Daring, sistem digital merupakan sistem penomoran dengan
teknologi mutakhir sekarang ditandai dengan peralatan modern, seperti komputer
dan digital.

Meskipun menyandang nama perpustakaan digital, iPusnas lebih dari


sekadar aplikasi pembaca buku digital biasa. Sebagai aplikasi pustaka, iPusnas
sudah dilengkapi dengan eReader sehingga kita tidak perlu memasang aplikasi
eReader lainnya di gawai untuk membaca eBook. Selain itu, iPusnas juga
dilengkapi dengan fitur media sosial. Di dalamnya, kita bisa menjalin pertemanan
dengan pengguna/pembaca buku lainnya. Fitur pertemanan ini juga dilengkapi
dengan sarana inbox untuk mengirimkan pesan. Tak hanya mengirim pesan
kepada sesama pengguna, kita juga bisa mengirim pesan kepada penulis buku
yang sudah selesai kita baca. Kita juga tak perlu jauh-jauh ke perpustakaan untuk
mendapatkan buku yang kita pinjam, di sini kita bisa langsung meminjam buku
secara online. Cara registrasi dan pendaftaran keanggotaannya hanya dalam
genggaman. Menarik bukan?

Hal yang mendasari bahwa setiap perpustakaan diperbolehkan


memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi atau, dalam hal
ini, digitalisasi untuk pengelolaan koleksi, penyelenggaraan pelayanan,
pengembangan perpustakaan, dan kerja sama perpustakan berdasarkan
persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun
2007 tentang Perpustakaan. Perlu digaris bawahi bahwa terhadap buku-buku yang
akan diadaptasi atau dialih wujudkan masih melekat hak cipta sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta,
sehingga wajib mendapatkan izin dari pencipta atau pemegang hak cipta yang
bersangkutan.

Jika kolaborasi ini benar terlaksana, maka kesejahteraan masyarakat akan


tercipta dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Kedua hal ini juga
dianggap mudah dan efisien karena masyarakat bisa memanfaatkan kemajuan
teknologi di era digital. Tidak hanya memberi manfaat dalam hal perpustakaan
berbasis inklusi sosial, banyak manfaat lainnya yang bisa masyarakat dapatkan
dari akses free wifi dan iPusnas. Tak menutup kemungkinan, akan tercipta
inovasi-inovasi yang lahir dari ide masyarakat dengan kedua hal ini. Konsep yang
diterapkan juga cukup sederhana, dengan menyediakan ruang baca ̶ dapat berupa
taman baca; eco library ̶ kepada masyarakat di mana tersedia fasilitas free wifi.
Dengan adanya free wifi, masyarakat dapat dengan mudah mengakses iPusnas
melalui gadget mereka masing-masing. Selain itu, dengan adanya free wifi ini
juga dapat meringankan beban masyarakat dalam hal biaya akses internet.

Karena dewasa ini, dengan adanya perkembangan dan kemajuan zaman,


terutama di bidang teknologi komunikasi dan informasi, masyarakat dapat
mengakses pengetahuan dan informasi melalui iPusnas tanpa harus datang ke
perpustakaan. Untuk itulah, perpustakaan dituntut untuk melakukan transformasi
dalam memberikan layanan kepada masyarakat agar tetap mampu
mempertahankan eksistensinya dan memberikan manfaat yang lebih besar kepada
masyarakat. Dengan tujuan, dapat dijadikan sebagai sarana atau wadah bagi
masyarakat untuk berkegiatan dan belajar sepanjang hayat, sehingga masyarakat
yang datang ke perpustakaan (baik digital maupun konvensional) dapat
meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraannya.
Dengan menerapkan kolaborasi antara penyediaan free wifi dan
pengaplikasian iPusnas di pelosok negeri, diharapkan perpustakaan berbasis
inklusi sosial yang sedang digalangkan pemerintah ini bisa mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa untuk
senantiasa terbiasa dengan kegiatan membaca, memahami isi buku, mengerti
maksud dari sebuah informasi dan ilmu pengetahuan, serta menghasilkan inovasi-
inovasi yang mampu mensejahterakan masyarakat itu sendiri. Sehingga pada
akhirnya, minat baca pun relatif meningkat untuk membentuk
masyarakat/generasi yang cerdas dan berkualitas. Perpustakaan tidak bisa bekerja
sendiri. Dukungan pemerintah, instansi terkait, dan pihak yang bersangkutan
dalam pengadaan dan penerapan kolaborasi ini sangat dibutuhkan untuk
membantu masyarakat di pelosok negeri supaya ikut merasakan pemerataan
perpustakaan berbasis inklusi sosial ini.
Daftar Pustaka

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007, Perpustakaan


Nasional RI Tahun 2009
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan;

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-


Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan;

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Republik Indonesia

Amich Alhumami (2018). Kebijakan transformasi perpustakaan berbasis inklusi


sosial dalam mendukung pencapaian SDGs. Kementerian PPN/Bappenas.
Direktur Pendidikan Tinggi, Iptek, dan Kebudayaan.

Davis, William S.. 1986. Sistem pengolahan informasi. Jakarta : Erlangga.

Hermawan, Rachman dan Zulfikar Zen. 2006. Etika kepustakawanan : suatu


pendekatan terhadap kode etik Pustakawan Indonesia. Jakarta : Sagung Seto

Nurhadi, Muljani A. 1983. Sejarah perpustakaan dan perkembangannya di


Indonesia. Yogyakarta : Andi.

Sudarsono, Blasius.2006. Antologi Kepustakawanan Indonesia. Jakarta : Pengurus


Pusat IPI bekerja sama dengan Sagung Seto.

Supriyanto, dkk.2006.. Aksentuasi perpustakaan dan Pustakawan. Jakarta : IPI


PD-DKI Jakarta bekerja sama dengan Sagung Seto.

Sutarno NS.2006. Manajemen perpustakaan : suatu pendekatan praktik. Jakarta :


Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai