BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menjadi ruang publik bagi masyarakat untuk mengubah hidup menjadi lebih baik
manusia secara personal dan komunal dalam menghadapi dunia virtual yang
semakin hari semakin kompleks dan canggih. Di Era Revolusi Industri 4.0,
literacy) yang disebut sebagai Literasi Inklusi Sosial, yang mencakup Literasi Data,
secara kontekstual dan berbagai jenis kegiatan lainnya. Oleh karena itu, secara
kualitas sumber daya manusia, dengan begitu kemampuan literasi akan terus
yang termasuk juga didalamnya panduan bagi pembuat kebijakan lokal untuk
tersebut disebutkan juga beberapa faktor yang bisa menjadi penghambat bagi
1. Penghambat dari dalam institusi perpustakaan itu sendiri, seperti jam buka
regulasi yang terlalu ketat, aturan denda yang tidak fleksibel terutama bagi
mereka yang kurang mampu, kebijakan penyediaan buku yang kurang sesuai
2. Hambatan yang datang dari dalam diri pemustaka itu sendiri, seperti
3. Hambatan yang datang dari persepsi bahwa “perpustakaan itu bukan untuk
umum”, yang sangat mungkin dibentuk baik oleh diri pemustaka itu sendiri
rendah, hidup terisolasi, atau mereka yang merasa bahwa perpustakaan tidak
misalnya kesulitan akses secara fisik baik menuju maupun di dalam tempat
5
perpustakaan bukan hanya sebagai pusat sumber informasi tetapi juga sebagai
dan pusat ilmu pengetahuan untuk menggali informasi, maka dengan adanya
1
Dian Arya Susanti, “Implementasi Konsep Inklusi Sosial di Perguruan Tinggi; sebuah wacana
h.226-227
6
Hal ini juga sejalan dengan prioritas pemerintah dalam upaya mensejahterakan
masyarakat.
layanan inklusi sosial melalui pendekatan kearifan lokal maka akan mendorong
gratis. Masyarakat dalam hal ini merupakan pihak yang paling berkepentingan
hidup yang sudah menjadi landasan dasar sebuah perpustakaan berdiri. Oleh
perpustakaan yang bukan sekedar tempat untuk membaca semakin terasa. Pada
tinggi.
dan terbuka untuk semua jenis kalangan masyarakat 2. Sehingga dengan mudah
upaya yang dirancang untuk memudahkan akses kepada masyarakat agar lebih
proses belajar yang dapat mendorong kreativitas dan inovasi agar menjadi
2
Perpustakaan Nasional, UU Tentang Perpustakaan Tahun 2007
8
hidup.
perpustakaan tidak lagi menjadi tempat yang sepi karena kurangnya masyarakat
Sehingga dalam hal ini pustakawan sudah dituntut untuk menjembatani antara
pasif menjadi pustakawan yang aktif sesuai dengan perannya sebagai agen
informasi.
diantaranya, 385 desa dan 20 pojok baca digital. Menurut Dutch and Muddiman
If libraries are to reach out to the excluded of the information society, they will
need to move beyond passive conceptions of access and utilise ICT as a means
digital.
3
Dutch, M. and Muddiman, D. (2001) The public library, social exclusion and the information
society in the United Kingdom. Libri 51, h.193
10
Sulawesi selatan 3,47 meliputi digital skill, digital culture, digital ethics dan
digital safety5.
B. Rumusan Masalah
berikut:
Selatan?
Selatan?
C. Kajian Pustaka
Perpustakaan
4
Badan Pusat Statistik, Telekomunikasi Indonesia 2020. h. 55
5
Kementrian Komunikasi dan Informatika, Status Literasi Digital di Indonesia 2021. h. 29-31
11
All? The Public Library and Social Exclusion Volume One: Overview and
1. Fokus Penelitian
2. Deskripsi Fokus
12
TIK.
c. Kecakapan Digital ialah bagian dari literasi digital yang merupakan kemapuan
dan perangkat lunak TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) serta sistem
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. PENGERTIAN ANALISIS
untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, serta penguraian suatu pokok atas
keseluruhan6.
cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna
6
https://kbbi.web.id/analisis ( 11 Februari 2021)
7
Mestika Zed, ”Metode penelitian kepustakaan” (Jakarta: 2004) h.70
15
rekreatif.
8
Lasa Hs, Manajemen Perpustakaan (Yogyakarta: Gama Media, 2005), h. 48-49
9
Herlina, Ilmu Perpustakaan dan Informasi (Palembang: Noer Fikri Offset, 2013), h.78
16
umum merupakan salah satu perpustakaan yang paling dekat dengan konsep
hayat tanpa memandang bulu baik dari gender, kondisi fisik, ras, etnis, agama,
minat baca, melalui penyediaan berbagai bahan bacaan yang sesuai dengan
10
Perpustakaan Nasional, Undang-undang Republik Indonesia No 47 Tentang Perpustakaan
(Jakarta: Perpusnas, 2007), h. 3.
11
Sutarno Ns, Perpustakaan dan Masyarakat, (Jakarta: Sagung Seto, 2003), h. 55.
17
minat baca, melalui penyediaan berbagai bahan bacaan yang sesuai dengan
hidup12.
dampak yang meningkat pada kerugian sosial di Eropa. Konsep ini menyebar ke
seluruh Eropa dan Inggris sepanjang tahun 1980-an dan 90-an. Konsep ini
mendapatkan perhatian pada Konferensi Tingkat Tinggi World Summit for Social
12
Reza Mahdi, perpustakaan umum berbasis inklusi sosial: apa dan Bagaimana penerapannya?
(sebuah kajian literatur) FIHRIS: Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Vol. 15, No.2, Juli-
Desember 2020
18
untuk menjamin setiap masyarakat mendapatkan hak yang sama terhadap akses
akan informasi yang dibutuhkan. Inklusi adalah sebuah pendekatan yang berguna
kehidupan ekonomi, sosial, politik, budaya, serta memiliki akses dan kontrol yang
kemampuan, status, kondisi, etnik, budaya dan lainnya. Terbuka dalam konsep
lingkungan inklusi, berarti semua orang yang tinggal, berada dan beraktivitas
13
https://www.kemitraan.or.id/uploads/content/BUKU-INKLUSI-SOSIAL.pdf diakses 14 Februari
2023
19
Menurut Laporan Department for Culture, Media and Sport, Need to build
who analyse and satisfy local needs and work to facilitate the development of
dalam bentuk mentoring dan perluasan. Capacity Building juga dilakukan dalam
informasi ilmiah dalam bentuk buku-buku, jurnal, mikrofilm, peta, suara dan
video rekaman, skor musik atau sumber daya elektronik yang terus berkembang
termasuk e-journal, e-book, database, dan streaming audio dan koleksi video.
16
Open to All? The Public Library and Social Exclusion Volume One: Overview and Conclusions h.
43
21
isolated basis. In Welshborough, our case study authority that came nearest to
this model, great efforts had been made to overcome the perceived
departmentalism of the council and develop links and strategies in tandem with
the education service, local voluntary groups and the Council’s own community
sendiri.
program di waktu yang akan datang. Sistem mentoring dan evaluasi yang
secara rutin dan berkala untuk memastikan program berjalan sesuai dengan
17
Open to All? The Public Library and Social Exclusion Volume One: Overview and Conclusions
h.43
22
dengan kebutuhan.
4. Komunikasi publik
terjadi ketika seseorang atau sekelompok orang berkumpul dan mulai berbagi
terjadi ketika seseorang berdiri di depan audiens dan terlibat dalam dialog untuk
menyampaikan pesan.
dan publikasi melalui media sosial yang banyak digunakan oleh khalayak umum.
Berbasis daring sebagai tools atau alat untuk pencatatan kegiatan dan
ini mempunyai data yang sahih sebagai rujukan analisa capaian sesuai kerangka
logis/logical framework yang telah disusun dan juga acuan untuk mentoring
18
https://ilmukomunikasi.uma.ac.id/2021/07/19/komunikasi-publik/ diakses 10 Februari 2023
23
C. KECAKAPAN DIGITAL
literasi digital, secara umum yang dimaksud dengan literasi digital adalah
memahami dan menggunakan perangkat keras dan peranti lunak sistem operasi
2021-2024 yang disusun oleh Kominfo, Siberkreasi dan Deloitte pada tahun 2020,
ada empat pilar yang menjadi bagian dari kerangka kerja pengembangan
19
Feri Gunawan, “Peningkatan Pemahaman Literasi Digital Pada Remaja Milenial Di Desa Tirto”,
Jurnal Abdimas BSI, no.2 (2022): h. 188.
24
TIK20.
keras dan perangkat lunak yang menyusun lanskap digital (ruang maya).
informasi dan data, memasukkan kata kunci dan memilah berita benar.
20
Kementerian Komunikasi dan Informatika, Status Literasi Digital dan Indonesia 2021 (Jakarta).
h.9.
25
3. Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi chat dan media sosial untuk
berbagai sektor kehidupan. Di era digital, sebuah kehidupan yang diwarnai oleh
Informasi yang tidak benar dapat menjerumuskan kita kedalam berbagai masalah
yang lebih besar. Menurut Ireton dan Posettti dalam modul yaitu;
Oleh karena itu, agar pengguna tidak mengonsumsi atau bahkan ikut
menyebarkan berita bohong (hoax), maka perlu adanya literasi digital atau
keterampilan digital.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
informasi budaya yang spesifik. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh
27
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
Talasalapang Makassar.
1. Data
a. Data Primer
Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara
yang
b. Data Sekunder
23
Nurul Zuriah. Metodologi penelitian sosial dan pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2009).h.92
28
Data sekunder yaitu data yang mendukung data primer diperoleh melalui
studi kepustakaan seperti jurnal, artikel, buku dan dokumen lainnya yang
2. Sumber Data
sumber utama, sebab dialah yang menjadi subjek penelitian ini yang mengetahui
lebih detail peran yang telah ia lakukan selama di Dinas Perpustakaan dan
D. Instrumen Penelitian
flashdisk, dan kamera untuk memasukan data-data artikel, jurnal, buku dan lain
sumber data, menilai kualitas data, pengumpulan data, menafsirkan data dan
1. Pengamatan
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara wawancara salah satu
2. Wawancara
3. Dokumetasi
dijelaskan dan diuraikan berbagai hal terkait, agar keabsahan dan kemurnian
24
Sugiyono. Memahami penelitian kualitatif. (Bandung: Alfabeta, 2008) h. 89
30
Analisis data dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif dengan cara
1. Pengolahan Data
sehingga dapat dibaca dan dimengerti. Metode pengolahan dan analisis data
yang digunakan yaitu metode kualitatif. Di dalam penelitian ini pengolahan dan
analisis data yakni analisis data kualitatif, sistem pengolahan data yang bersifat
non-statistik. Mile dan Huberman seperti yang dikutip oleh Salim dalam bukunya,
b. Penyajian data (data display) Pada penelitian kualitatif, di mana penyajian data
sejenisnya. Menurut Miles dan Huberman, yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat
naratif.
temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa
deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas atau
bahkan tidak jelas, sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Kesimpulan ini dapat
berupa hubungan kausal atau interaktif, maupun hipotesis atau teori 26.
2. Analisis Data
Sistem analisis data yang penulis menggunakan yaitu analisis data
kualitatif, maka dalam analisis data selama di lapangan, sistem analisis data yang
disesuaikan dengan tahapan dalam penelitian, yaitu ada tahapan dengan sistem
pengumpulan data.
merekam dengan rekaman suara dan video kemudian melakukan catatatan hasil
26
Sugiyono. Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2008. h. 89.
32
menghindari data yang tidak valid. Hal ini bertujuan untuk menghindari atau
data dalam penelitian ini, yaitu menggunakan teknik triangulasi yaitu teknik
pengujian keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data
terhadap data yang ada yang terdiri dari sumber, metode dan waktu27.
menjadi 3 yaitu:
1. Triangulasi Sumber
2. Triangulasi Teknik
memperoleh data akhir autentik sesuai dengan masalah yang ada dalam
penelitian.
3. Triangulasi Waktu
27
Sanafiah Faisal. Metodologi penelitian sosial. (Jakarta: Erlangga, 2001). h.33.
33
dan observasi dalam waktu dan situasi yang berbeda untuk menghasilkan
DAFTAR PUSTAKA
Carina Megarani, Kumpulan Ulasan Politik, Ekonomi,dan Gaya Hidup Era Digital
(Yogyakarta: Center fot digital society) https://literasidigital.id/buku (20
Februari 2023)
Department for Culture, Media and Sport, Libraries for All: Social Inclusion in
Public Libraries, 1999
34
Dutch, M. dan Muddiman, D. The public library, social exclusion and the
information society in the United Kingdom. Libri 51, (2001)
Herlina, Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Palembang: Noer Fikri Offset, 2013
https://www.kemitraan.or.id/uploads/content/BUKU-INKLUSI-SOSIAL.pdf (14
Februari 2023)
Muddiman D, dkk. “Open to All? The Public Library and Social Exclusion”. Laporan
Penelitian. British: The Council for Museums, Archives and Libraries, 2000
Ninik Sri Rejeki, dkk. Literasi Media, Informasi dan Citizenship. Yogyakarta:
Universitas Atma Jaya, 2019
L
37
A
M
P
I
R
A
N
RINCIAN
RENCANA ANGGARAN BELANJA (RAB)
REKAPITULASI RAB
Jumlah Harga
No Nama Item
(RP)
1 Belanja Bahan RP. 2.750.000
2 Belanja Transportasi RP. 10.000.000
3 Belanja Barang Operasional lainnya RP. 4.550.000
38
1. Belanja Bahan
2. Belanja Pejalanan
Volum Harga Satuan Jumlah Harga
No Nama Item Satuan
e (Rp) (Rp)
Makassar – Luwu –
a Palopo – Luwu Utara 1 Kali Rp. 2.500.000 Rp. 2.500.000
– Luwu Timur
Luwu Timur – Toraja
b Utara – Tana Toraja – 1 Kali Rp. 1.500.000 Rp. 1.500.000
Enrekang - Pinrang
Pinrang - Parepare –
c Sidrap – Soppeng - 1 Kali Rp. 1.500.000 Rp. 1.500.000
Bone
Bone – Sinjai –
d Bulukumba – 1 Kali Rp. 1.500.000 Rp. 1.500.000
Bantaeng
Bantaeng –
e Jeneponto – Takalar - 1 Kali Rp. 1.500.000 Rp. 1.500.000
Gowa
Makassar – Maros –
f Pangkep – Barru - 1 Kali Rp. 1.500.000 Rp. 1.500.000
Makassar
JUMLAH RP. 10.000.000
39
RENCANA KEGIATAN
(TIME SCHEDULE)