Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH LITERASI DIGITAL

MEMBANGUN GENERASI KRITIS MELALUI


KETERAMPILAN LITERASI DIGITAL

DOSEN PENGAMPU
Dr. Sabarno Dwirianto, M.Si.
NIP. 197203152000121002

DISUSUN OLEH
VIKY SANJAYA
12270114067
KELAS F
PRODI S1 MANAJEMEN
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Literasi Digital ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada
bapak Dr. Sabarno Dwirianto, M.Si. selaku Dosen mata kuliah Literasi Digital yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita tentang Membangun Literasi Digital. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga proposal sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya.Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orangyang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Pekanbaru, 25 September 2023

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era revolusi industri 4.0, generasi sekarang tumbuh dengan akses yang tidak terbatas
dalam teknologi digital dan diharapkan menjadi masyarakat literat digital, yang melek
dan paham segala hal tentang ruang digital. Menjadi literat digital berarti dapat
memproses berbagai informasi, dapat memahami pesan,
dan berkomunikasi efektif dengan orang lain dalam berbagai bentuk. Kecakapan inilah
yang harus diasah dan diarahkan karena arus penyebaran informasi semakin deras dan
kemampuan membuat konten positif dan kreatif terbatas oleh pengetahuan masing-
masing pengguna internet.
Sebagai ilustrasi, sumber-sumber digital dapat dimanfaatkan sebagai sarana pemasaran
seperti yang diteliti oleh Liana dkk (2021). Sementara itu, dalam dunia pendidikan,
internet merupakan sarana yang sangat kaya dengan informasi dan dapat meningkatkan
kualitas kinerja sebagaimana ditunjukkan dalam kajian Syaharuddin dkk (2020).
Pemanfaatan positif atas ruang dalam dunia maya juga ditunjukkan oleh Cyber Kartini,
yang menurut Anwar (2018: 73) adalah istilah yang ditujukan pada perempuan Indonesia
yang menggunakan media sosial untuk hal-hal yang bermanfaat seperti berdagang,
menulis, mengajar, menampilkan hasil karya, atau sekedar berbincang untuk berbagi
pengalaman. Situasi ini membuktikan bahwa media sosial merupakan sarana untuk
menghubungkan manusia dan bertujuan untuk mencapai kualitas kehidupan yang lebih
baik, sebagaimana diargumentasikan oleh Turkle (2011: 13).
Selain membawa manfaat yang sangat besar, ternyata internet pun memiliki potensi untuk
disalahgunakan. Fenomena ini misalnya ditunjukkan oleh penelitian Majorsy dkk. (2017:
91) yang menemukan bahwa internet dapat menimbulkan kecanduan karena memuat
dimensi petualangan, dimensi pelarian diri, dan dimensi cinta. Internet dapat pula
dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk mempraktikkan
kekerasan berbasis gender, yang menurut Mauliya (2021: 1), meningkat jumlahnya di
masa pandemi Covid- 19 ini. Bentuk kekerasan berbasis gender online ini misalnya
dalam bentuk pencemaran nama baik, penipuan, ujaran kebencian, bullying, dan
sebagainya. Selain itu, kurangnya kemampuan pembaca dalam memahami pesan dan
misinterpretasi berita dapat menjadi alasan berkembangnya berbagai macam hoaks akhir-
akhir ini (Widiyanti, 2020: 79). Situasi ini memperlihatkan tantangan dalam era disrupsi.
Di satu pihak, ada bermacam-macam kemudahan dan kesempatan baru, namun di pihak
lain, media digital menyimpan ancaman yang membahayakan penggunanya.
Mengamati kenyataan dan permasalahan yang ada dan berkembang dalam masyarakat
berkenaan dengan pemanfaatan internet tersebut, tim PPM dengan ketua Vincentia Tri
Handayani, S.S., M.Hum. mengangkat tema “Cakap Bermedia Digital untuk
Pengembangan Potensi Diri”. Tema tersebut dipilih dengan latar belakang pemikiran
bahwa keterampilan literasi digital dapat dioptimalkan dengan cara membangun pola
pikir kritis dan pemahaman dalam penggunaan teknologi komunikasi secara bijaksana.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud literasi digital?
2. Apa yang dimaksud dengan generasi kristis?
3. Apa pentingnya literasi digital bagi generasi saat ini?
4. Bagaimana literasi digital dapat menciptakan generasi yang kristis?
5. Solusi atau Cara membangun generasi kritis melalui keterampilan literasi digital?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan literasi digital


2. Mengetahui makna generasi kritis
3. Membahas pentingnya literasi digital bagi generasi penerus
4. Mengetahui bagaimana pengaruh literasi digital dalam menciptakan generasi yang
kritis
5. Mengetahui cara membangun generasi kritis melalui keterampilan literasi digital
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Literasi Digital

Menurut UNESCO literasi digital adalah kegiatan mengidentifikasi, memahami,


menafsirkan, menciptakan, berkomunikasi, menghitung dan menggunakan bahan cetak
serta tulisan dalam kaitannya dengan berbagai pencapaian tujuan dalam mengembangkan
pengetahuan serta potensi mereka, dan untuk berpartisipasi secara penuh dalam
komunitas mereka serta masyarakat (A’yuni, 2015). Pendapat Gilster tersebut seolah-olah
menyederhanakan media digital yang sebenarnya terdiri dari berbagai bentuk informasi
sekaligus seperti suara, tulisan dan gambar. Oleh karena itu Eshet menekankan bahwa
literasi digital seharusnya lebih dari sekedar kemampuan menggunakan berbagai sumber
digital secara efektif. Literasi digital juga merupakan sebentuk cara berpikir tertentu
(Eshet, 2004). Bawden menawarkan pemahaman baru mengenai literasi digital yang
berakar pada literasi komputer dan literasi informasi (Bawden, 2001). Literasi komputer
berkembang pada dekade 1980-an ketika komputer mikro semakin luas dipergunakan
tidak saja di lingkungan bisnis namun juga masyarakat. Sedangkan literasi informasi
menyebarluas pada dekade 1990an manakala informasi semakin mudah disusun, diakses,
disebarluaskan melalui teknologi informasi berjejaring.
Sedangkan Menurut Martin, literasi digital adalah gabungan dari beberapa bentuk literasi
seperti: informasi, komputer, visual dan komunikasi (Martin, 2008). Menurut Gilster
yang dikutip oleh A’yuni, literasi digital diharapkan dapat menjadi sebagai kemampuan
dalam memahami serta menggunakan informasi dari berbagai format (A’yuni, 2015;
Gilster, 1997). Gilster menjelaskan bahwa konsep literasi bukan hanya mengenai
kemampuan untuk membaca saja melainkan membaca dengan makna dan mengerti.
Literasi digital mencakup penguasaan ide-ide, bukan penekanan tombol. Jadi Gilster lebih
menekankan pada proses berpikir kritis ketika berhadapan dengan media digital daripada
kompetensi teknis sebagai keterampilan inti dalam literasi digital, serta menekankan
evaluasi kritis dari apa yang ditemukan melalui media digital daripada keterampilan
teknis yang diperlukan untuk mengakses media digital tersebut. Gilster mendefenisikan
bahwa selain seni berpikir kritis, kompetensi yang dibutuhkan yaitu kemampuan
mempelajari bagaimana menyusun pengetahuan, serta membangun sekumpulan informasi
yang dapat diandalkan dari beberapa sumber yang berbeda (Gilster, 1997). Seseorang
yang berliterasi digital perlu mengembangkan kemampuan untuk mencari serta
membangun suatu strategi dalam menggunakan search engine guna mencari informasi
yang ada serta bagaimana menemukan informasi yang sesuai dengan kebutuhan
informasinya. Selain itu kemampuan penggunaan tekologi dan informasi dari perangkat
digital membantu agar efektif dan efesien dalam berbagai konteks kehidupan, seperti :
akademik, karir, dan kehidupan sehari-hari.
Menurut Martin, literasi digital merupakan kemampuan individu untuk menggunakan alat
digital secara tepat sehingga ia terfasilitasi untuk mengakses, mengelola,
mengintegrasikan, mengevaluasi, menganalisi sumber daya digital agar membangun
pengetahuan baru, membuat media berekspresi, berkomunikasi dengan orang lain dalam
situasi kehidupan tertentu untuk mewujudkan pembangunan sosial, dari beberapa bentuk
literasi yaitu: komputer, informasi teknologi, visual, media dan komunikasi (Martin,
2008). Senanda dengan pendapat Bawden mengartikan bahwa literasi digital adalah
kemampuan dalam menggunakan informasi dari berbagai sumber digital yang disajikan
melalui komputer (Bawden, 2001). Literasi digital dapat diartikan sebagai kemampuan
individu untuk menerapkan keterampilan fungsional pada perangkat digital sehingga ia
dapat menemukan dan memilih informasi, berpikir kritis, berkreativitas, berkolaborasi
bersama orang lain, berkomunikasi secara efektif, dan tetap menghiraukan keamanan
elektronik serta konteks sosial-budaya yang berkembang (Hague & Payton, 2010). Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa literasi digital bukan sekedar menggunakan
perangkat digital saja tetapi literasi digital diharapkan mampu untuk menemukan dan
memilih informasi, berpikir kritis, berkreativitas, berkolaborasi bersama orang lain,
berkomunikasi secara efektif, dan tetap menghiraukan keamanan elektronik serta konteks
sosial-budaya yang berkembang.

2.2 Generasi Kritis

Berfikir merupakan suatu proses mental yang dilakukan oleh individu dalam menggabung
jalinkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ada pada dirinya dalam memahami
lingkungan sekitarnya. Keterampilan berfikir di defenisikan sebagai proses menggunakan
otak dan mental dalam mencari makna dan pemahaman terhadap sesuatu.
Mengemukakan berbagai ide dan gagasan dan membuat pertimbangan yang nalar dalam
membuat keputusan dan menyelesaikan masalah kemudian merefleksikan dan membuat
metakognisi terhadap proses yang dialami.
Suatu proses pembelajaran dikatakan sebagai suatu proses melatih keterampilan berfikir
jika dalam proses belajar mengajar tersebut telah menjadikan anak sebagai pusat
pembelajaran (Student Center), dalam proses ini pengajar hanya memfasilitasi dan
membimbing mahasiswa untuk meningkatkan minat dan potensi mereka sehingga
mahasiswa sangat terdorong untuk berfikir, mengkonsepsikan, menyelesaikan masalah
dan mambuat keputusan berdasarkan data dan fakta serta sadar dan faham terhadap
konsekuensi dari keputusan yang diambil. Seseorang yang berfikir secara kritis akan
menilai sesuatu ide dengan sistematis sebelum memutuskan menerima atau menolaknya.
Seseorang yang berfikir kreatif mempunyai daya imajinasi tinggi berupaya menjalankan
ide yang inovatif dan orisinil serta dapat mengubah dan mengembangkan sesuatu logika
atau produk yang telah ada.
Komponen utama dalam keterampilan berfikir adalah berfikir secara kritis, berfikir secara
kreatif, membuat keputusan dan menyelesaikan masalah. Keterampilan berfikir kritis
adalah suatu proses keterampilan dan kemampuan untuk menggunakan minda dalam
menilai keabsahan Dan kelayakan suatu ide, meneliti kebenaran dan kelemahan suatu
pendapat dan membuat pertimbangan yang wajar dengan menggunakan alasan dan bukti.
Kreatifitas menurut Gede Raka (2005 :17) adalah kemampuan memikirkan hal-hal baru,
kemampuan untuk melihat suatu masalah dan sudut pandang baru untuk mengembangkan
gagasan baru untuk memecahkan persoalan, kelenturan berfikir dan kemampuan befikir
lateral.
Beberapa aktivitas yang dapat mendorong Keterampilan berfikir kreatif diantaranya
adalah: Pertama, membuat ide yang berkaitan dengan materi yang dibahas.
Menghubungkan yaitu membuat hubungan dalam suatu kondisi atau peristiwa yang untuk
mencari suatu struktur atau pola. Kedua, membuat inferens atau kesimpulan yaitu
kemampuan untuk membuat kesimpulan sementara yang bisa benar atau salah dalam
melihat suatu permasalahan. Ketiga, memprediksikan yaitu membuat perkiraan tentang
suatu peristiwa berdasarkan pengamatan, data dan pengalaman. Keempat, membuat
gambaran mental atau membuat peta pemikiran terhadap suatu peristiwa, konsep maupun
gagasan. Keempat, Mensisntesiskan yaitu menggabungkan unsur yang berlainan untuk
menghasilkan suatu gambaran atau pola dalam bentuk pernyataan, likusan atau bentuk
konkrit lainnya. Kelima, membuat hipotesis yaitu membuat suatu pernyataan umum
tentang hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat untuk menjelaskan suatu ide
atau perkara, dimana hipotesis ini perlu diuji untuk menguji kebenarannya. Keenam,
merekacipta yaitu menghasilkan sesuatu yang baru atau melakukan perubahan terhadap
ide yang telah ada dalam menyelesaikan masalah.
Generasi kritis merujuk pada individu atau kelompok masyarakat yang memiliki
keterampilan dan kemampuan kritis yang baik dalam memproses informasi,
mengevaluasi argumen, mengidentifikasi bias, dan membuat keputusan yang berdasarkan
pemikiran rasional. Generasi ini cenderung tidak menerima informasi atau pendapat
secara pasif, tetapi melibatkan diri mereka dengan mempertanyakan, menganalisis, dan
mempertimbangkan berbagai perspektif sebelum mencapai kesimpulan atau melakukan
tindakan.
Ciri-ciri generasi kritis meliputi:
1. Kemampuan Analitis
Generasi kritis mampu melihat informasi dari berbagai sudut pandang,
mengevaluasi argumen dengan kritis, dan menganalisis data secara rasional.
Mereka memiliki kemampuan untuk memahami dan menginterpretasikan
informasi dengan cara yang obyektif dan kritis.
2. Keterampilan Penelitian
Generasi ini memiliki keterampilan dalam mencari sumber-sumber informasi
yang terpercaya dan memeriksa validitas informasi yang mereka temui. Mereka
memiliki kemampuan untuk melakukan penelitian, memverifikasi kebenaran
informasi, dan mencari perspektif lebih lanjut sebelum membuat kesimpulan.
3. Ketahanan Terhadap Pengaruh Negatif
Generasi kritis memiliki kemampuan untuk menilai situasi yang mempengaruhi
mereka, baik itu dalam hal media sosial, iklan, atau pendapat orang lain.
Mereka dapat mengidentifikasi dan menghindari pengaruh negatif yang
berpotensi memengaruhi keputusan atau tindakan mereka.
4. Pemikiran Mandiri
Generasi ini mendorong pemikiran yang mandiri dan tidak taklid, mereka
mempertanyakan otoritas dan norma yang ada, dan tidak tergantung pada apa
yang dianggap "populer". Mereka tidak takut untuk mengeksplorasi ide-ide
baru, melampaui batasan konvensional, dan tetap terbuka terhadap gagasan
yang kontroversial.
5. Sikap Kritis Terhadap Informasi
Generasi kritis tidak menerima informasi dengan mudah. Mereka secara aktif
mengevaluasi sumber informasi, perilaku penyedia informasi, dan menyaring
informasi yang dapat dipercaya dari informasi yang mungkin bias atau tidak
akurat.
Generasi kritis menjadi penting dalam dunia yang kompleks dan cepat berubah di mana
manipulasi informasi dan bias dapat mempengaruhi persepsi dan pengambilan keputusan.
Dengan keterampilan kritis yang dimiliki, generasi ini dapat melakukan analisis
menyeluruh, tetap objektif dalam penilaian mereka, dan membuat keputusan yang lebih
terinformasi dalam berbagai aspek kehidupan.

2.3 Pentingnya Literasi Digital bagi Generasi Penerus Bangsa

Generasi digital memiliki peran yang sangat penting bagi generasi penerus bangsa dan
masa depan negara. Berikut adalah beberapa alasan mengapa generasi digital sangat
penting:
1. Pemahaman Terhadap Teknologi
Generasi digital tumbuh dan hidup dalam era teknologi digital yang terus
berkembang. Mereka memiliki pemahaman yang lebih baik tentang teknologi, gadget,
dan media sosial. Ini memberikan mereka keunggulan dalam mengadaptasi dan
menggunakan teknologi secara efektif, yang sangat penting dalam era digital yang
semakin canggih.
2. Komunikasi dan Kolaborasi yang Efektif
Generasi digital secara alami terampil dalam menggunakan media sosial, komunikasi
online, dan alat kolaborasi digital. Mereka mampu terhubung dengan orang lain
secara luas dan membangun jejaring yang memungkinkan pertukaran ide, kerja sama,
dan keterlibatan sosial yang lebih dinamis.
3. Kreativitas dan Inovasi
Generasi digital sering terlibat dalam berbagai alat kreatif digital, seperti pembuatan
konten, desain, dan pengembangan aplikasi. Generasi ini mendorong inovasi melalui
pemikiran kreatif dan solusi baru dalam memecahkan masalah kompleks yang
dihadapi oleh masyarakat.
4. Akses Terhadap Informasi dan Pendidikan
Ketersediaan akses internet dan beragam sumber informasi digital memberikan
generasi digital keuntungan dalam mendapatkan pengetahuan dan pendidikan.
Mereka dapat mengakses materi pembelajaran, kursus online, buku elektronik, dan
video tutorial yang memperluas wawasan mereka.
5. Kemampuan Beradaptasi
Generasi digital tumbuh dalam era di mana perubahan teknologi yang cepat adalah
hal yang wajar. Mereka terbiasa dengan perubahan dan mampu beradaptasi dengan
cepat terhadap perkembangan teknologi, yang merupakan keterampilan penting
dalam menghadapi tantangan dan peluang masa depan.
6. Kewirausahaan Digital
Generasi digital memiliki peluang yang lebih besar untuk membangun bisnis dan
merintis karier di ranah digital. Dukungan teknologi dan lingkungan digital
memungkinkan mereka untuk mengembangkan ide dan memperluas jangkauan bisnis
mereka secara global.
Generasi digital memiliki potensi besar untuk memberikan kontribusi yang positif bagi
negara dan masyarakat. Namun, penting untuk memastikan bahwa mereka juga memiliki
pemahaman akan etika digital, tanggung jawab sosial, dan pemahaman yang kuat tentang
pentingnya menjaga keamanan dan privasi dalam dunia digital. Dengan mendukung dan
membimbing generasi digital, mereka dapat menjadi agen perubahan yang menciptakan
masa depan yang lebih baik bagi bangsa dan dunia.
2.4 Pengaruh Literasi Digital dalam Menciptakan Generasi

Literasi digital memainkan peran penting dalam menciptakan generasi yang kritis dan
paham teknologi. Literasi digital merujuk pada kemampuan seseorang untuk
menggunakan, memahami, dan menganalisis informasi secara kritis dalam lingkungan
digital. Ketika generasi muda memiliki literasi digital yang kuat, mereka dapat
mengembangkan keterampilan analitis, memahami implikasi teknologi, dan membuat
keputusan yang cerdas dalam penggunaan teknologi.
Berikut adalah beberapa cara literasi digital dapat membantu menciptakan generasi yang
kritis:
1. Pemahaman tentang Sumber dan Validitas Informasi
Literasi digital membantu generasi muda untuk mengembangkan pemahaman yang
kuat tentang bagaimana membedakan informasi yang sahih dan terpercaya dari
informasi yang menyesatkan atau palsu. Mereka diajarkan untuk memeriksa sumber,
memvalidasi informasi, dan menggunakan keterampilan penelitian untuk mencari
informasi yang akurat.
2. Kemampuan Analitis: Literasi digital membantu generasi muda untuk
mengembangkan kemampuan analitis mereka dengan mempelajari cara
menginterpretasikan data, menganalisis argumen, mengidentifikasi bias, dan
memahami implikasi dari informasi digital yang mereka temui. Mereka dilatih untuk
berpikir secara kritis dan tidak hanya menerima informasi secara pasif.
3. Kesadaran akan Privasi dan Keamanan: Literasi digital mengajarkan generasi muda
tentang pentingnya privasi dan keamanan data saat menggunakan teknologi. Mereka
diajarkan tentang risiko yang terkait dengan berbagi informasi pribadi secara online,
serta strategi untuk menjaga keamanan dan privasi mereka secara online.
4. Kreativitas dan Inovasi: Literasi digital mendorong generasi muda untuk berpikir
kreatif dan inovatif dalam penggunaan teknologi. Mereka diajarkan untuk
menggunakan alat digital untuk menciptakan konten, mengekspresikan ide-ide
mereka, dan mengembangkan keterampilan digital yang kreatif dalam produksi dan
berbagi konten.
5. Etika Digital: Literasi digital melibatkan pemahaman tentang etika digital, termasuk
pentingnya menghormati hak cipta, memberikan akses yang adil, menghindari
pelecehan online, dan berpartisipasi secara positif dalam komunitas digital.
Dengan literasi digital yang kuat, generasi muda dapat menjadi konsumen yang kritis
terhadap informasi dan teknologi. Mereka dapat memahami implikasi sosial dan
lingkungan dari teknologi, menganalisis konsekuensi positif dan negatifnya, dan
mengambil langkah-langkah yang tepat dalam penggunaan teknologi. Literasi digital
memberdayakan generasi muda untuk menjadi pelaku yang cerdas dan bertanggung
jawab dalam dunia digital yang terus berkembang.
2.5 Cara Membangun Generasi Kritis melalui Keterampilan Literasi Digital

Untuk membangun generasi kritis melalui keterampilan literasi digital, ada beberapa
langkah yang dapat diambil:
1. Memperkenalkan dan Mendukung Literasi Digital: Sekolah, keluarga, dan masyarakat
dapat memperkenalkan dan mendukung pengembangan literasi digital dengan
menyediakan sumber daya, pelatihan, dan program yang berkaitan dengan
keterampilan literasi digital. Pendidikan formal dan informal dapat mencakup topik
seperti evaluasi informasi, penerapan privasi online, perlindungan dari penipuan dan
kejahatan dunia maya, serta etika digital.
2. Mendorong Kemampuan Analitis: Penting untuk mengajarkan generasi muda tentang
kemampuan analitis, yaitu kemampuan untuk mengevaluasi dan menganalisis
informasi secara kritis. Mereka perlu belajar mengidentifikasi sumber informasi yang
dapat dipercaya, mempertanyakan motivasi di balik informasi, dan menganalisis
argumen secara logis. Ini melibatkan mengembangkan keterampilan pemikiran kritis,
penelitian, dan penalaran yang dapat diaplikasikan dalam berbagai konteks online.
3. Mengajarkan Pemahaman Privasi dan Keamanan: Literasi digital juga harus
mencakup pemahaman tentang privasi dan keamanan online. Generasi muda harus
diajarkan tentang cara melindungi data pribadi mereka, mengamankan akun online,
menghindari ancaman keamanan seperti malware dan phishing, serta memahami
pentingnya privasi dalam berbagi informasi secara online. Ini akan membantu mereka
menjaga keamanan dan integritas informasi pribadi mereka.
4. Melibatkan dalam Aktivitas Bernilai: Melibatkan generasi muda dalam kegiatan
online yang bernilai dapat membantu membangun keterampilan literasi digital
mereka. Ini dapat meliputi partisipasi dalam diskusi dan proyek kelompok yang
membutuhkan penelitian dan evaluasi informasi, pembuatan konten kreatif dan
inovatif, serta berkontribusi dalam komunitas online yang positif dan terdidik.
5. Mendukung Diskusi dan Pertukaran Ide: Generasi muda perlu didorong untuk
berpartisipasi dalam diskusi dan pertukaran ide yang kritis dan beretika secara online.
Mendorong mereka untuk berbagi pandangan mereka, mendebat topik yang
kontroversial, dan mendengarkan perspektif yang berbeda akan membantu mereka
memperluas wawasan mereka, mempertajam keterampilan berpikir kritis, dan
mengembangkan kapasitas untuk mendengarkan dan memahami sudut pandang orang
lain.
6. Bermanfaat dari Sumber Belajar Online: Generasi muda dapat diminta untuk
memanfaatkan sumber belajar online seperti platform kursus online, video tutorial,
dan sumber daya interaktif lainnya. Ini tidak hanya membantu mereka dalam
mengembangkan keterampilan literasi digital, tetapi juga memperluas pengetahuan
mereka dalam berbagai bidang.
7. Mempraktikkan Etika Digital: Penting untuk mengajarkan generasi muda tentang
etika digital, termasuk penghormatan terhadap hak cipta, perlindungan keamanan, dan
pencegahan dari cyberbullying dan pelecehan online. Mereka perlu memahami
tanggung jawab mereka sebagai pengguna digital dan bagaimana membangun
hubungan online yang sehat dan berarti.
Membangun generasi kritis melalui keterampilan literasi digital memerlukan dukungan
kolektif dari lingkungan pendidikan, keluarga, dan masyarakat. Dengan memberikan
pemahaman dan keterampilan yang tepat, generasi muda akan lebih mampu
memanfaatkan teknologi secara efektif, memproses informasi dengan bijaksana, dan
berkontribusi positif dalam dunia digital yang semakin terhubung.
BAB III

KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan

Membangun generasi kritis melalui keterampilan literasi digital sangat penting dalam
dunia yang semakin terhubung secara digital. Dengan memperkuat literasi digital,
generasi muda dapat mengembangkan keterampilan analitis, pemikiran kritis, dan
kebijaksanaan dalam menghadapi informasi dan teknologi yang tersebar luas.
Peningkatan literasi digital membantu generasi muda dalam beberapa cara penting:
1. Analisis dan Evaluasi yang Rasional
Keterampilan literasi digital memungkinkan generasi muda untuk secara kritis
memproses dan mengevaluasi informasi yang mereka temui secara online. Mereka
belajar memeriksa keabsahan sumber, menentukan niat di balik informasi yang
mereka temui, dan mengenali bias serta manipulasi yang mungkin ada. Ini
membantu generasi muda untuk mengambil keputusan yang lebih terinformasi dan
berpikir secara kritis sebelum menerima informasi atau mengambil tindakan.
2. Perilaku yang Aman dan Bertanggung Jawab
Keterampilan literasi digital membantu generasi muda memahami risiko online
dan menumbuhkan perilaku yang aman serta bertanggung jawab saat
menggunakan teknologi. Mereka belajar tentang privasi, keamanan data,
perlindungan terhadap penipuan online, dan pentingnya pemeliharaan reputasi
digital yang baik. Dengan pemahaman ini, generasi muda dapat menjaga
keselamatan mereka sendiri dan melindungi diri mereka dalam interaksi online.
3. Kreativitas dan Inovasi
Keterampilan literasi digital memungkinkan generasi muda untuk mengeksplorasi
dan menciptakan konten kreatif dengan alat digital yang tersedia. Mereka belajar
untuk menggunakan berbagai aplikasi dan platform multimedia dengan
kemampuan inovatif, berbagi karya mereka dengan audiens yang lebih luas, dan
melibatkan diri dalam kesempatan untuk kolaborasi kreatif dengan orang lain.
Literasi digital memperluas kreativitas dan inovasi generasi muda dalam dunia
digital yang terus berkembang.
Kesimpulannya, penting untuk membangun generasi kritis melalui keterampilan
literasi digital karena ini memperkaya kemampuan mereka untuk berpikir kritis,
memahami risiko dan tanggung jawab online, dan mengaktifkan potensi kreatif dan
inovatif mereka. Dengan keterampilan ini, generasi muda dapat menjadi konsumen
yang cerdas, produsen konten yang etis, dan pengambil keputusan yang terinformasi
dalam dunia digital yang terus berkembang. Penting bagi pendidik, orang tua, dan
masyarakat untuk mendukung perkembangan literasi digital generasi muda guna
memastikan masa depan yang berkelanjutan dan adil dalam lingkungan digital.
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Junanto, T., & Afriani, R. (2016). Implementasi Digital-Age Literacy Dalam Pendidikan
Abad 21 Di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains, 3(0), 2016–2113.
https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/snps/article/view/9820
Nugraha, D., Dian Octavianah. (2020). Diskursus Literasi Abad 21 di Indonesia. Jurnal
Pendidikan Edutama, 7(1), 107- 126.
Putri, V. K. M. (2021). Literasi Digital:Pengertian, Prinsip, Manfaat, Tantangan dan Contoh.
Kompas.com. https://www.kompas.com/skola/read/2021/06/15/142539669/literasi-
digital-pengertian-prinsip-manfaat-tantangan-dan-contoh

Anda mungkin juga menyukai