Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

PENGARUH LITERASI DIGITAL DI MASA PANDEMI


COVID-19 TERHADAP PENDIDIKAN

Disusun oleh :

Ketua : Putu Radhea Satya Putra (2102622010238)


Anggota : Ni Made Rai Parwati (2102622010248)
Anggota : Putu Ima Ganitri Wikasari (2102622010254)
Anggota : Ni Komang Priesta Yanthi (2102622010257)

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


DENPASAR
2021
Daftar Isi

1. PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 TUJUAN PENULISAN..................................................................................2
1.3 MANFAAT PENULISAN............................................................................2
2. GAGASAN.......................................................................................................2
2.1 Literasi Digital................................................................................................2
2.2 Pentingnya Literasi Digital............................................................................5
2.3 Pengaruh Literasi Digital di Masa Pandemik COVID-19 Pada Pendidikan. .7
3. KESIMPULAN.................................................................................................9
4. DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................10

i
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat pada masa
kini menuntut dimilikinya kemampuan-kemampuan dasar yang tidak saja
bersandarkan pada konsep literasi dalam pengertian klasik. Manusia yang
hidup pada masa kini tidak cukup hanya berbekal kemampuan baca dan tulis
secara tradisional, melainkan harus diperlengkapi dengan keterampilan-
keterampilan dan kecakapan-kecakapan lain, terutama kemampuan
komunikasi dan keterampilan analitik yang menunjang untuk dapat hidup di
abad ke-21.
Literasi digital adalah salah satu kemampuan yang mesti dikuasai oleh
setiap orang dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi revolusi industri
4.0. Enam literasi dasar terdiri dari literasi baca-tulis, sains, numerasi, digital,
finansial, serta budaya dan kewargaan. Karena pesatnya kemajuan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK), menyebabkan kemampuan literasi digital,
informasi, dan teknologi sama pentingnya dengan kemampuan umum yang
lain (Fatmawati & Safitri, 2020; Nurcahyo, 2020; Kemendikbud, 2017).
Pandemi COVID-19 telah berdampak signifikan terhadap proses
pembelajaran di sekolah dan perguruan tinggi diseluruh Negara yang
terdampak COVID-19. Dampak yang sangat terasa adalah pada perubahan
proses pembelajaran, dari proses pembelajaran tatap muka langsung menjadi
pembelajaran daring. Berbagai penelitian telah dilakukan terkait pembelajaran
di masa pandemi COVID-19, yang hasil penelitannya menyimpulkan bahwa
masih perlunya perbaikan proses pembelajaran daring (Dwi et al., 2020;
Dinata, 2020; Putria et al., 2020).
Proses pembelajaran daring menuntut para pelajar agar belajar secara
mandiri. Salah satu kemampuan yang berperan cukup penting dalam
memfasilitasi belajar mandiri dan ikut menentukan keberhasilan belajar adalah
kemampuan memanfaatkan TIK. Salah satu faktor penentu keberhasilan
belajar adalah kemampuan dalam mencari informasi yang dibutuhkan di
jejaring digital/internet (Fadila et al., 2021). Pelajar dengan kemampuan
literasi digital yang baik akan berupaya untuk mencari/menyeleksi informasi
yang penting serta memahami, mengkomunikasikan, dan menyampaikan
gagasan-gasan di ruang digital. Dengan demikian, kemampuan literasi digital
akan membuka kesempatan kepada para pelajar untuk berpikir,
berkomunikasi, dan berkarya yang akhirnya bermuara pada kesuksesan belajar
(Sujana & Rachmatin, 2019; Elpira, 2018).

1
Pelaksanaan pendidikan pada era pandemic COVID-19 mewajibkan semua
pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran dituntut untuk bisa terampil
dalam penggunaan fasilitas dan berbagai platform yang dapat memudahkan
seluruh kegiatan pembelajaran, untuk itu urgensi dalam penggunaan digital
literasi pada masa pendidikan dimasa pandemic ini sangatlah menjadi prioritas
utama. Tujuan dari adanya penguasaan dalam penggunaan digital literasi
diharapkan baik tenaga pendidik atau para pelajar mampu berpartisipasi aktif
dan terlibat dalam memberikan suatu perubahan yang peka akan teknologi
yang sedang berkembang saat ini.

1.2 TUJUAN PENULISAN


1. Menjelaskan apa yang dimaksud literasi digital.
2. Menjelaskan mengapa literasi digital itu penting
3. Menjelaskan pengaruh literasi digital pada masa pandemik COVID-19
pada pendidikan

1.3 MANFAAT PENULISAN


1. Menjelaskan para pembaca mengenai literasi digital
2. Menjelaskan para mengapa literasi digital itu penting
3. Menjelaskan pengaruh literasi digital pada masa pandemik COVID-19
pada pendidikan kepada para pembaca
4. Mengasah keterampilan penulis dalam menulis proposal

2. GAGASAN
2.1 Literasi Digital
Menurut Paul Gilster (1997) dalam bukunya yang berjudul Digital
Literacy, literasi digital diartikan sebagai kemampuan untuk memahami dan
menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber yang
sangat luas yang diakses melalui piranti komputer. Bawden (2001)
menawarkan pemahaman baru mengenai literasi digital yang berakar pada
literasi komputer dan literasi informasi. Literasi computer berkembang pada
dekade 1980-an, ketika komputer mikro semakin luas dipergunakan, tidak saja
di lingkungan bisnis, tetapi juga di masyarakat. Namun, literasi informasi baru
menyebar luas pada dekade 1990-an manakala informasi semakin mudah
disusun, diakses, disebarluaskan melalui teknologi informasi berjejaring.
Dengan demikian, mengacu pada pendapat Bawden, literasi digital lebih
banyak dikaitkan dengan keterampilan teknis mengakses, merangkai,
memahami, dan menyebarluaskan informasi. Sementara itu, Douglas A.J.
Belshaw dalam tesisnya What is ‘Digital Literacy‘? (2011) mengatakan bahwa

2
ada delapan elemen esensial untuk mengembangkan literasi digital, yaitu
sebagai berikut.
1) Kultural, yaitu pemahaman ragam konteks pengguna dunia digital;
2) Kognitif, yaitu daya pikir dalam menilai konten;
3) Konstruktif, yaitu reka cipta sesuatu yang ahli dan aktual;
4) Komunikatif, yaitu memahami kinerja jejaring dan komunikasi di
dunia digital;
5) Kepercayaan diri yang bertanggung jawab;
6) Kreatif, melakukan hal baru dengan cara baru;
7) Kritis dalam menyikapi konten; dan
8) Bertanggung jawab secara sosial.
Aspek kultural, menurut Belshaw, menjadi elemen terpenting karena
memahami konteks pengguna akan membantu aspek kognitif dalam menilai
konten. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa literasi
digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital,
alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi,
menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak,
cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi
dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut UNESCO konsep literasi digital menaungi dan menjadi landasan
penting bagi kemampuan memahami perangkat-perangkat teknologi,
informasi, dan komunikasi. Misalnya, dalam Literasi TIK (ICT Literacy) yang
merujuk pada kemampuan teknis yang memungkinkan keterlibatan aktif dari
komponen masyarakat sejalan dengan perkembangan budaya serta pelayanan
publik berbasis digital.
Literasi TIK dijelaskan dengan dua sudut pandang. Pertama, Literasi
Teknologi (Technological Literacy)—sebelumnya dikenal dengan sebutan
Computer Literacy—merujuk pada pemahaman tentang teknologi digital
termasuk di dalamnya pengguna dan kemampuan teknis. Kedua,
menggunakan Literasi Informasi (Information Literacy). Literasi ini
memfokuskan pada satu aspek pengetahuan, seperti kemampuan untuk
memetakan, mengidentifikasi, mengolah, dan menggunakan informasi digital
secara optimal.
Konsep literasi digital, sejalan dengan terminologi yang dikembangkan
oleh UNESCO pada tahun 2011, yaitu merujuk pada serta tidak bias
dilepaskan dari kegiatan literasi, seperti membaca dan menulis, serta
matematika yang berkaitan dengan pendidikan. Oleh karena itu, literasi digital
merupakan kecakapan (life skills) yang tidak hanya melibatkan kemampuan
menggunakan perangkat teknologi, informasi, dan komunikasi, tetapi juga

3
kemampuan bersosialisasi, kemampuan dalam pembelajaran, dan memiliki
sikap, berpikir kritis, kreatif, serta inspiratif sebagai kompetensi digital.
Prinsip dasar pengembangan literasi digital, antara lain, sebagai berikut.
1. Pemahaman
Prinsip pertama dari literasi digital adalah pemahaman sederhana yang
meliputi kemampuan untuk mengekstrak ide secara implisit dan ekspilisit
dari media.
2. Saling Ketergantungan
Prinsip kedua dari literasi digital adalah saling ketergantungan yang
dimaknai bagaimana suatu bentuk media berhubungan dengan yang lain
secara potensi, metaforis, ideal, dan harfiah. Dahulu jumlah media yang
sedikit dibuat dengan tujuan untuk mengisolasi dan penerbitan menjadi
lebih mudah daripada sebelumnya. Sekarang ini dengan begitu banyaknya
jumlah media, bentuk-bentuk media diharapkan tidak hanya sekadar
berdampingan, tetapi juga saling melengkapi satu sama lain.
3. Faktor Sosial
Berbagi tidak hanya sekadar sarana untuk menunjukkan identitas pribadi
atau distribusi informasi, tetapi juga dapat membuat pesan tersendiri.
Siapa yang membagikan informasi, kepada siapa informasi itu diberikan,
dan melalui media apa informasi itu berikan tidak hanya dapat
menentukan keberhasilan jangka panjang media itu sendiri, tetapi juga
dapat membentuk ekosistem organik untuk mencari informasi, berbagi
informasi, menyimpan informasi, dan akhirnya membentuk ulang media
itu sendiri.
4. Kurasi
Berbicara tentang penyimpanan informasi, seperti penyimpanan konten
pada media sosial melalui metode “save to read later” merupakan salah
satu jenis literasi yang dihubungkan dengan kemampuan untuk memahami
nilai dari sebuah informasi dan menyimpannya agar lebih mudah diakses
dan dapat bermanfaat jangka panjang. Kurasi tingkat lanjut harus
berpotensi sebagai kurasi sosial, seperti bekerja sama untuk menemukan,
mengumpulkan, serta mengorganisasi informasi yang bernilai.
Pendekatan yang dapat dilakukan pada literasi digital mencakup dua
aspek, yaitu pendekatan konseptual dan operasional. Pendekatan konseptual
berfokus pada aspek perkembangan koginitif dan sosial emosional, sedangkan
pendekatan operasional berfokus pada kemampuan teknis penggunaan media
itu sendiri yang tidak dapat diabaikan.

4
Prinsip pengembangan literasi digital menurut Mayes dan Fowler (2006)
bersifat berjenjang. Terdapat tiga tingkatan pada literasi digital. Pertama,
kompetensi digital yang meliputi keterampilan, konsep, pendekatan, dan
perilaku. Kedua, penggunaan digital yang merujuk pada pengaplikasian
kompetensi digital yang berhubungan dengan konteks tertentu. Ketiga,
transformasi digital yang membutuhkan kreativitas dan inovasi pada dunia
digital.

2.2 Pentingnya Literasi Digital


Sejak zaman dahulu, literasi sudah menjadi bagian dari kehidupan dan
perkembangan manusia, dari zaman prasejarah hingga zaman modern. Pada
zaman prasejarah manusia hanya membaca tandatanda alam untuk berburu
dan mempertahankan diri. Mereka menulis simbol-simbol dan gambar
buruannya pada dinding gua. Seiring dengan perubahan waktu,
berkembanglah taraf kehidupan manusia, dari tidak mengenal tulisan hingga
melahirkan pemikiran untuk membuat kodekode dengan angka dan huruf
sehingga manusia dikatakan makhluk yang mampu berpikir. Pemikiran
tersebut akhirnya melahirkan suatu kebudayaan. Proses perkembangan literasi
berasal dari mulai dikenalnya tulisan yang pada saat itu menggunakan
perkamen sebagai media untuk menulis. Perkamen adalah alat tulis pengganti
kertas yang dibuat dari kulit binatang (seperti biri-biri, kambing, atau keledai).
Perkamen biasanya digunakan untuk halaman buku, codex, atau manuskrip
yang digunakan oleh masyarakat dunia pada sekitar 550 sebelum Masehi.
Pada awal 5 Masehi interaksi manusia dalam proses literasi sudah
mengenal salin tukar informasi melalui pos merpati. Seiring waktu dan
perkembangan teknologi, misalnya, ditemukan mesin cetak, kertas, kamera,
dan peningkatan ilmu jurnalistik. Koran sudah dikenal dan menjadi salah satu
media untuk penyebarluasan informasi. Kebutuhan akan informasi yang cepat
membuat transisi teknologi semakin pesat. Pada tahun 1837 ditemukan
telegram, fasilitas yang digunakan untuk menyampaikan informasi jarak jauh
dengan cepat, akurat, dan terdokumentasi. Telegram berisi kombinasi kode
(sandi morse) yang ditransmisikan dengan alat yang disebut telegraf. Tahun
1867, Alexander Graham Bell menemukan telepon; telepon berasal dari dua
kata, yakni tele ‘jauh‘ dan phone ‘suara‘ sehingga telepon berarti sebuah alat
komunikasi berupa suara jarak jauh. Kebutuhan akan informasi yang sangat
cepat membuat persaingan dan inovasi yang luar biasa di dunia digital. Pada
awa tahun 1900-an, radio dan televisi menjadi idola masyarakat dunia, seiring
dengan peningkatan dan perkembangan berbagai teknologi audio visual.
Proses menampilkan informasi ternyata tidak cukup memenuhi kebutuhan
masyarakat saat itu. Kebutuhan alat untuk membuat, mendesain, mengolah,

5
dan menyimpan data dan informasi sangat ditunggu, sehingga pada tahun
1941 ditemukanlah komputer.
Perkembangan teknologi tidak hanya berbentuk computer (perangkat
keras), tetapi juga berupa kemajuan yang pesat juga terjadi pada sisi perangkat
lunak. Pada awal pemakaian komputer, aplikasi yang digunakan berbasis teks.
Sejak ditemukannya sistem operasi windows, yang mempunyai aksesibilitas
yang ramah pengguna, mulailah bermunculan aplikasi pendukung yang dapat
dimanfaatkan untuk media digital. Laptop yang saat ini banyak beredar
menjawab kebutuhan masyarakat di dunia berupa kemudahan mobillitas. Saat
ini pun pemakaian laptop mulai tergantikan oleh penggunaan gawai dalam
pemanfaatan media digital yang juga seiring dengan peningkatan jaringan
internet yang luar biasa.
Setiap individu perlu memahami bahwa literasi digital merupakan hal
penting yang dibutuhkan untuk dapat berpartisipasi di dunia modern sekarang
ini. Literasi digital sama pentingnya dengan membaca, menulis, berhitung,
dan disiplin ilmu lainnya. Generasi yang tumbuh dengan akses yang tidak
terbatas dalam teknologi digital mempunyai pola berpikir yang berbeda
dengan generasi sebelumnya. Setiap orang hendaknya dapat bertanggung
jawab terhadap bagaimana menggunakan teknologi untuk berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya. Teknologi digital memungkinkan orang untuk
berinteraksi dan berkomunikasi dengan keluarga dan teman dalam kehidupan
sehari-hari. Sayangnya, dunia maya saat ini semakin dipenuhi konten berbau
berita bohong, ujaran kebencian, dan radikalisme, bahkan praktik-praktik
penipuan. Keberadaan konten negatif yang merusak ekosistem digital saat ini
hanya bisa ditangkal dengan membangun kesadaran dari tiap-tiap individu.
Menjadi literat digital berarti dapat memproses berbagai informasi, dapat
memahami pesan dan berkomunikasi efektif dengan orang lain dalam berbagai
bentuk. Dalam hal ini, bentuk yang dimaksud termasuk menciptakan,
mengolaborasi, mengomunikasikan, dan bekerja sesuai dengan aturan etika,
dan memahami kapan dan bagaimana teknologi harus digunakan agar efektif
untuk mencapai tujuan. Termasuk juga kesadaran dan berpikir kritis terhadap
berbagai dampak positif dan negatif yang mungkin terjadi akibat penggunaan
teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Memacu individu untuk beralih dari
konsumen informasi yang pasif menjadi produsen aktif, baik secara individu
maupun sebagai bagian dari komunitas. Jika generasi muda kurang menguasai
kompetensi digital, hal ini sangat berisiko bagi mereka untuk tersisih dalam
persaingan memperoleh pekerjaan, partisipasi demokrasi, dan interaksi sosial.
Literasi digital akan menciptakan tatanan masyarakat dengan pola pikir
dan pandangan yang kritis-kreatif. Mereka tidak akan mudah termakan oleh
isu yang provokatif, menjadi korban informasi hoaks, atau korban penipuan

6
yang berbasis digital. Dengan demikian, kehidupan sosial dan budaya
masyarakat akan cenderung aman dan kondusif. Membangun budaya literasi
digital perlu melibatkan peran aktif masyarakat secara bersama-sama.
Keberhasilan membangun literasi digital merupakan salah satu indikator
pencapaian dalam bidang pendidikan dan kebudayaan.

2.3 Pengaruh Literasi Digital di Masa Pandemik COVID-19 Pada


Pendidikan
Dimasa pandemi COVID-19 saat ini, setiap individu perlu menguasai
bahwa literasi digital merupakan suatu hal penting yang dibutuhkan untuk
dapat berpartisipasi di dunia modern dan mengantisipasi penyebaran informasi
yang tidak baik pada masa pandemi COVID-19 ini. Literasi digital saat ini
akan menciptakan tatanan masyarakat dengan pola pikir dan pandangan yang
kritis dan kreatif. Era pandemic saat ini atau yang kita kenal dengan virus
“Corona” virus disease2019 (Covid-19) berawal pada akhir tahun 2019 dan
telah menginfeksi warga di seluruh negara di dunia. Banyak perubahan besar
dilakukan pada semua sektor kehidupan dengan tujuan agar lini kehidupan
tetap berjalan di tengah pandemi ancaman virus corona ini. Berbagai
perubahan juga terjadi pada dunia pendidikan, baik pada sekolah tingkat dasar
sampai dengan perguruan tinggi.
Proses pembelajaran yang pada awalnya berlangsung secara tatap muka
(luring) kemudian berubah menjadi pembelajaran online(daring), hal ini
merujuk pada Surat Edaran Kemendikbud Dikti No. 1 tahun 2020 tentang
adanya larangan dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan secara tatap
muka secara langsung dan kemudian diperintahkan untuk menyelenggarakan
seluruh proses pembelajaran dengan jarak jauh secara online (daring).Saat ini
seluruh negara di dunia dihadapkan dengan suatu masa dimana harus siap
menghadapi segala aktivitas kehidupan dengan cara yang berbeda. Kegiatan
yang biasa dilakukan dengan aktivitas fisik secara langsung, saat ini tidak bisa
dilakukan dikarenakan harus membatasi semua kegiatan melalui dunia maya
(virtual activities). Semua aktivitas yang mengharuskan bertemu tatap muka
kali ini harus dilakukan secara daring, aktivitas tersebut misalnya melakukan
bekerja, belajar, kuliah, rapat dan beberapa aktivitas lain yang mengharuskan
berkumpul atau berdiskusi dengan jumlah orang yang cukup banyak.
Saat ini kita akan membahas mengena pembelajaran pada sekolah dasar
yang sampai saat ini masih dengan pembelajaran jarak jauh atau secara online
(daring). Banyak para orang tua, siswa maupun tenaga pendidik yang belum
siap dengan kondisi seperti saat ini, tetapi dengan ada nya kondisi pandemik
COVID-19 mau atau tidak mau semua kalangan diharapkan mampu untuk
bisa terjun langsung dalam pembelajaran yang dilakukan secara online

7
(daring). Tidak ada nya kesiapan baik secara program, konsep, media dan cara
pengajaran maupun pembelajaran yang pada akhirnya mewajibkan semua
yang terlibat didalamnya juga harus turut serta saling bekerja sama dalam
seluruh proses kegiatan tersebut. Saat ini semua pihak khususnya guru atau
tenaga pendidik dituntut untuk saling berlomba memacu kreatifitas dalam
melakukan suatu program pembelajaran yang menarik dan mampu
meningkatkan motivasi siswa atau peserta didik yang mengikuti proses
pembelajaran tersebut.
Sudah satu tahun Negara didunia ini merasakan efek pandemik yang
begitu merasahkan dikarenakan hampir setiap orang sudah merasa dititik
jenuh karena tidak bisa segera merasakan kehidupan normal seperti
sebelumnya, hal ini juga sangat dirasakan oleh siswa atau anak-anak didik kita
dalam proses pembelajarannya. Semua kegiatan pembelajaran dilakukan
secara online mulai dari menerima penjelasan pelajaran, arahan dalam
penyelesaian dan penugasan yang semua harus menggunakan perangkat media
secara online. Pembelajaran secara daring telah dikembangkan sebagai media
pembelajaran yang dapat menghubungkan antara pendidik dan siswa secara
online dalam sebuah kelas yang dinamakan virtual classroom (kelas virtual
dalam duania maya). Pembelajaran secara daring atau online sangat didukung
oleh fasilitas media atau perangkat elektronik yang dapat dihubungkan dengan
jaringan akses internet yang memadai, untuk itu diperlukan sejumlah anggaran
untuk mempersiapkan kuota atau wifi yang dapat berkoneksi dengan internet
untuk memperlancar seluruh aktifitas dan kegiatan pembelajaran online
tersebut. Perangkat yang diperlukan adalah gadget, laptop, notebook dan
dengan didukung platform yang digunakan untuk memfasilitasi proses
pembelajaran tersebut, berbagai platform diantaranya whatsapp, google meet,
zoom meeting, google classroom, google form dan email yang dapat
digunakan untuk menyampaikan materi,penilaian dan atau pun
mengumpulkan tugas.
Terdapat perbedaan cara atau pola pembelajaran yang dilakukan secara
pembelajaran daring ini dilakukan, yaitu merubah tata cara atau pola
kebiasaan yang biasa dilakukan oleh siswa ataupun tenga pendidik yaitu
dengan digital, salah satu nya adalah penggunaan digital literasi. Kemajuan
tekhnologi saat ini mewajibkan tenaga pendidik maupun siswa untuk terampil
dalam penggunaan media dan perangkat elektronik agar mampu memberikan
dampak positif dalam penggunaannya. Pola kebiasaan lama dalam literasi
sebelumnya bisa menggunakan buku atau media cetak lainnya untuk
memperoleh informasi literasi, tetapi tidak untuk saat ini. Hampir seluruh
informasi dapat kita peroleh melalui media online, buku dengan online atau
ebook atau tutorial atau pembelajaran dengan online pula dengan dibantu
seorang tutor sehingga aktifitas dapat dilakukan tanpa harus berinteraksi

8
langsung dengan orang lain diluar untuk menghindari kontak fisik secara
langsung. Kemudahan akses internet sangat memudahkan bagi penggunanya
untuk bebas mencari informasi di dunia maya tanpa batas, hal tersebut
diharapkan pengguna yang mampu untuk menggunakan dan menganalisis
segala bentuk informasi yang didapatkan dari internet. Hal itu menjadikan
literasi digital menjadi suatu hal yang sangat penting agar semua informasi
yang didapat dan di gunakan dapat bermanfaat.

3. KESIMPULAN
Literasi digital diartikan sebagai kemampuan untuk memahami dan
menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber yang
sangat luas yang diakses melalui piranti computer (Paul Gilser, 1997). Literasi
digital adalah salah satu kemampuan yang mesti dikuasai oleh setiap orang
dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi revolusi industri 4.0. Enam
literasi dasar terdiri dari literasi baca-tulis, sains, numerasi, digital, finansial,
serta budaya dan kewargaan. Karena pesatnya kemajuan Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK), menyebabkan kemampuan literasi digital, informasi,
dan teknologi sama pentingnya dengan kemampuan umum yang lain.
Dimasa pandemi COVID-19 saat ini, setiap individu perlu menguasai
bahwa literasi digital merupakan suatu hal penting yang dibutuhkan untuk
dapat berpartisipasi di dunia modern dan mengantisipasi penyebaran informasi
yang tidak baik pada masa pandemi COVID-19 ini. Literasi digital saat ini
akan menciptakan tatanan masyarakat dengan pola pikir dan pandangan yang
kritis dan kreatif.
Dimasa pandemi COVID-19 ini, pembelajaran secara luring sangat
beresiko sehingga pembelajaran dilaksanakan dengan daring (online).
Perbedaan cara atau pola pembelajaran yang dilakukan secara pembelajaran
daring ini dilakukan dapat merubah tata cara atau pola kebiasaan yang biasa
dilakukan oleh siswa ataupun tenaga pendidik yaitu dengan digital. Hampir
seluruh informasi dapat kita peroleh melalui media online, buku dengan online
atau ebook atau tutorial atau pembelajaran dengan online pula dengan dibantu
seorang tutor sehingga aktifitas dapat dilakukan tanpa harus berinteraksi
langsung dengan orang lain diluar untuk menghindari kontak fisik secara
langsung. Kemudahan akses internet sangat memudahkan bagi penggunanya
untuk bebas mencari informasi di dunia maya tanpa batas, hal tersebut
diharapkan pengguna yang mampu untuk menggunakan dan menganalisis
segala bentuk informasi yang didapatkan dari internet.

9
4. DAFTAR PUSTAKA

Buku ;
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,.(2017) Gerakan Literasi Nasional,
Jakarta, hal 3 – 10
Jurnal ;
Fitriyani & Septian M,.(2021) Urgensi Penggunaan Digital Literasi Dalam
Pelaksanaan Pendidikan Dimasa Pandemi: Systematic Literature Review,
Universitas Pelita Bangsa, Indonesia hal 14 – 16

10

Anda mungkin juga menyukai