Anda di halaman 1dari 6

Pemanfaatan Teknologi dan Media Informasi ke dalam Pembelajaran Abad ke 21

Media digital mengembangkan dan meningkatkan kapabilitas guru untukmemenuhi berbagai peran dan
tanggungjawabnya yang berhubungan dengan menjadiseorang pendidik. Media digital tersebut sebaiknya
memberikan ruang gerak guru padaera digital untuk merencanakan dan menyediakan pembelajaran
interaktif ketikaberpartisipasi di dalam komunitas atau kelompok kerja guru dan praktik secara
umumdengan sesama rekan pendidik.Smaldino, S. E., dkk (2012:7-9) mengemukakan beberapa
kemampuan yangdapat dikembangkan guru untuk menunjukkan potensinya terkait tugas dan perannyadi
era digital yaitu sebagai berikut:

1.Interactive Instruction (Pembelajaran Interaktif )

Pembelajaran ini menunjukkan bahwa kegiatan seorang guru di eradigital berisi presentasi yang
kaya akan media interaktif. Sebagai contohkegiatan konferensi video digital secara langsung yang
mendatangkannarasumber seorang sejarawan, novelis, dan pakar di dalam pembelajaran kelas.Catatan
dan peta konsep dari sesi brainstorming terekam dalam media digitalberupa laptop atau notebook dan
secara instant langsung dapat dikirim melaluiemail kepada peserta didik. Presentasi aturan pembelajaran
terintegrasi secarabaik melalui streaming video dan audio digital dari file berbasis internet.Tampilan
media iniberkisar dari klip video pendek yang mendemonstrasikankonsep spesifik hingga video
documenter berdurasi panjang. Penyajian mediabentuk ini biasa berupa PowerPoint atau Prezi
Presentation yangmengintegrasikan animasi, suara, dan hyperlinks dengan informasi digital.

2. Personal Response System (PRS)

Flyn & Russell mengemukakan bahwa guru dalam pembelajaran berbasis digital menggunakan perangkat
digital handlehand , seperti personal response system (PRS) atau biasa disebut sebagai “ Clicker .” PRS
merupakan sebuah keypad wireless (tanpa kabel) seperti remot TV yang mentransmisikan respon dari
siswa. Karena setiap PRS diperuntukkan pada siswa yang ditunjuk,maka sistem PRS dapat digunakan
untuk mengecek kehadiran/presensi siswa. Manfaat utama PRS adalah untuk mengetahui setiap respon
dari siswa dalamberbagai macam keadaan. Penggunaan PRS selama pembelajaran mampumeningkatkan
interaksi antara peserta didik dan guru di kelas gunamenghasilkan hasil pembelajaran yang lebih baik.
Penggunaan PRS pada duniapendidikan diantaranya untuk mengukur pemahaman siswa terhadap
konsep,membandingkan sikap siswa terhadap ide-ide yang berbeda,memprediksisituasi dengan
perumpamaan kondisi “Bagaimana jika…”(“ What if ”), dan memfasilitasi drill dan praktik skill
(keterampilan) dasar. PRS juga dapatdigunakan sebagai media umpan balik bagi guru dan siswa. Guru
dapatmenggunakan informasi ini untuk membimbing jalannya diskusiguna membuatkeputusan
pembelajaran yang dibutuhkan siswa.

3. Mobile Assessment Tools

Weinstein mengemukakan sumber komputasi seluler ( mobile computing resources ) memungkinkan guru
untuk merekam data assessmen siswa secaralangsung dalam perangkat seluler ( mobile Device ) yang
mentransfer data kekomputer untuk membuat laporan. Sebagai contoh, perangkat digital selulerdigunakan
untuk membuat catatan operasional kemampuan membaca siswa SDatau data kinerja siswa yang
diobservasi dalam presentasi, eksperimen dilaboratorium, atau tugas tulisan tangan siswa.Perangkat
seluler tidak hanya menghemat waktu guru tetapi jugamenyediakan pengaturan waktu dan penilaian
otomatis hasil belajar siswa. Gurudapat terus melakukan instruksi secara individual karena ketersediaan
hasilbelajar langsung dapat diketahui. Data penilaian mudah diunduh ke situs webyang aman dan
dilindungi kata sandi yang menawarkan berbagai opsi laporandari seluruh siswa di kelas hingga siswa
secara perorangan.

4. Community of Practice (Komunitas Praktik)

Guru di era digital juga berpartisipasi dalam kegiatan community of practice (COP), dimana kelompok
guru atau pendidik yang mempunyai tujuansama dari seluruh penjuru dunia saling berbagi ide dan sumber
daya. Interaksiberbasis internet ini memungkinkan guru untuk berkolaborasi maupun bertukargagasan dan
materi. Komunitas guru dapat mencakup pendidik yang mengajardengan subjek pelajaran sama, atau guru
yang mengajar pada tingkat kelas yangsama. Guru yang tertarik dalam mengintegrasikan teknologi ke
dalam instruksi dapat memanfaatkan sumber daya dan jaringan ahli, mentor, dan rekan-rekanbaru yang
didukung oleh berbagai komunitas web.Penggunaan teknologi dan media yang efektif menuntut agar para
gurulebih terorganisir di dalam menjalankan tugas pembelajarannya. Diawalimemikirkan tujuan
pembelajaran, kemudian mengubah rutinitas kelas sehari-hari sesuai kebutuhan, dan akhirnya
mengevaluasi untuk menentukan dampakdari instruksi yang digunakan pada kemampuan mental,
perasaan, nilai, interpersonal skill , dan keterampilan motoric siswa. Terdapat StandarTeknologi
Pendidikan Nasional untuk Guru ( National Educational TechnologyStandards for Teacher /NETS-T)
yang memberikan lima pedoman dasar untukmenjadi guru digital.

Baiklah, setelah Anda membaca secara saksama materi belajar di atas, maka ada baiknyauntuk membaca
rangkuman berikut ini sebagai upaya peningkatan pemahaman secara praktis.Dalam memahami konsep
dan situasi pembelajaran abad 21 pada prinsipnya memahami perubahanmasyarakat, yang disebut sebagai
era informasional atau revolusi industri 4.0. Ciri utamamasyarakat informasional berbasis digital antara
lain:Menurut Manuel Castell kemunculan masyarakat informasional itu ditandai dengan limakarateristik
dasar: Pertama, ada teknologi-teknologi yang bertindak berdasarkan informasi. Kedua,karena informasi
adalah bagian dari seluruh kegiatan manusia, teknologi-teknologi itu mempunyaiefek yang meresap.
Ketiga, semua sistem yang menggunakan teknologi informasi didefinisikan

oleh ‘logika jaringan’ yang memungkinkan mereka memengaruhi suatu varietas luas proses

-prosesdan organisasi-organisasi. Keempat, teknologi-teknologi baru sangat fleksibel,


memungkinkanmereka beradaptasi dan berubah secara terus-menerus. Akhirnya, teknologi-teknologi
spesifikyang diasosiasikan dengan informasi sedang bergabung menjadi suatu sistem yang
sangatterintegrasi.Sedangkan menurut Scott Lash Masyarakat informasi sering dipahami dalam istilah
produksi pengetahuan-intensif dan postindustrial di mana barang dan layanan diproduksi. Kunciuntuk
memahami ini adalah apa yang diproduksi dalam produksi informasi bukanlah barang- barang dan
layanan kekayaan informasi, tetapi lebih kurang adalah potongan informasi di luarkontrol. Produksi
informasi meliputi terutama adalah pentinggnya kemampatan. Sebagaimanadiktum McLuhan medium
adalah pesan dalam pengertian bahwa media adalah peradigma mediumera informasi. Hanya saja jika
dahulu medium dominan adalah naratif, lirik puisi, wacana, dan

lukisan. Tetapi sekarang pesan itu adalah pesan atau ‘komunikasi.’ media sekarang lebih seperti
potongan-potongan. Media telah dimampatkan.Sementara itu revolusi industry gelombang keempat, yang
juga disebut industry 4.0, kinitelah tiba. Industry 4.0 adalah tren terbaru teknologi yang sedemikian rupa
canggihnya, yang

berpengaruh besar terhadap proses produksi pada sektor manufaktur. Teknologi canggih
tersebuttermasuk kecerdasan buata (artificial intelligent), perdagangan elektronik, data raksasa,
teknologifinansial, ekonomi berbagi, hingga penggunaan robot.Perkembangan baru dunia baru yang
ditandai era digital tersebut juga terjadi di Indonesia.Di Indonesia, target menjadi masyarakat informasi
diarahkan pada ukuran terhubungnya seluruhdesa dalam jaringan teknologi komunikasi dan informasi
pada tahun 2015. Determinasi teknologiini harus diwujudkan dalam determinasi sosial, dimana
masyarakat harus berdaya terhadapinformasi. Konsep masyarakat informasi tidak lagi mengarah seperti
era media yang telah muncul pada era industrial atau sering disebut

the first media age

dimana informasi diproduksi terpusat(satu untuk banyak khalayak), arah komunikasi satu arah; Negara
mengontrol terhadap semuainformasi yang beredar; reproduksi stratifikasi sosial dan ketidakadilan
melalui media; dankhalayak informasi yang terfragmentasi. Akan tetapi masyarakat informasi yang
berada pada

thesecond media age

yang memiliki karakter informasi desentralistik; komunikasi dua arah; kontrol Negara yang distributif;
demokratisasi informasi; kesadaran individual yang menguat; dan adanyaorientasi individual.Perubahan
dunia ke arah era revolusi masyarakat digital itu juga terjadi dalam dunia pembelajaran. Perubahan
peradapan menuju masyarakat berpengetahuan (knowledge society),menuntut masyarakat dunia untuk
menguasai keterampilan abad 21 yaitu mampu memahami danmemanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi (ICT Literacy Skills). Pendidikan memegang peranan sangat penting dan strategis dalam
membangun masyarakat berpengetahuan yangmemiliki keterampilan: (1) melek teknologi dan media; (2)
melakukan komunikasi efektif; (3) berpikir kritis; (4) memecahkan masalah; dan (5) berkolaborasi. Akan
tetapi persoalan ICTLiteracy ini dalam masyarakt kita masih masalah mendasar bagi upaya menuju
masyarakatinformasi. Rendahnya tingkat ICT Literacy, terutama pada masyarakat pedesaan menjadi
faktorsignifikan terhadap menetapnya fenomena kesenjangan informasi di Indonesia. Hasilmemanfaatkan
ICT khususnya edukasi net antara lain : (1) Memudahkan guru dan siswa dalammencari sumber belajar
alternative; (2 ) Bagi siswa dapat memperjelas materi yang telahdisampaikan oleh guru, karena disamping
disertai gambar juga ada animasi menarik; (3) Cara belajar lebih efisien; (4) Wawasan bertambah; (5)
Mengetahui dan mengikuti perkembanganmateri dan info-info lain yang berhubungan dengan bidang
studi; dan (5) Membantu siswa melekICT
Dalam pada itu, dunia pembelajaran abad 21 menuntut karakteristik guru antara lain:Pertama, guru
disamping sebagai fasilitator, juga harus menjadi motivator dan inspirator. Kedua,salah satu prasyarat
paling penting agar guru mampu mentrasformasikan diri dalam era pedagogisiber atau era digital, adalah
tingginya minat baca. Ketiga, guru pada abad 21 harus memilikikemampuan untuk menulis. Mempunyai
minat baca tinggi saja belum cukup bagi guru, tetapi harusmemiliki keterampilan untuk menulis. Guru
juga dituntut untuk bisa menuangkan gagasan-gagasan inovatifnya dalam bentuk buku atau karya ilmiah.
Keempat, guru abad 21 harus kreatifdan inovatif dalam mengembangkan metode belajar atau mencari
pemecahan masalah-masalah belajar, sehingga meningkatkan kualitas pembelajaran berbasis TIK.
Penguasaan terhadap e-learning bagi seorang guru abad 21 adalah sebuah keniscayaan atau keharusan,
jika ingin tetapdianggap berwibawa di hadapan murid. Kelima, karakteristik guru abad 21 di tengah
pesatnya perkembangan era teknologi digital, bagaimanapun harus mampu melakukan
transformasikultural. Karena itu transformasi mengandaikan terjadi proses pergantian dan perubahan
darisesuai yang dianggap lama menjadi sesuatu yang baru. Konkretnya, sikap minimalis,
formalistik,cepas puas, reaktif, dan ceroboh, dalam abad 21 perlu diubah menjadi sikap yang
menghargaisubstantif, rasa ingin tahu tinggi, proaktif, akurat, presisi, detail, dan tekun.Sementara itu,
abad 21 menuntut karakteristik siswa antara lain: (1) Keterampilan belajardan inovasi: berpikir kritis dan
pemecahan masalah dalam komunikasi dan kreativitas kolaboratifdan inovatif; (2) Keahlian literasi
digital: literasi media baru dan literasi ICT; dan (3) Kecakapanhidup dan karir: memiliki kemamuan
inisiatif yang fleksibel dan inisiatif adaptif, dan kecakapandiri secara sosial dalam interaksi antarbudaya,
kecakapan kepemimpinan produktif dan akuntabel,serta bertanggungjawab.

B. Peran Teknologi Pendidikan

Robert Reiser (2007) (menunjukkan terdapat tren yang akan mempengaruhi bidang teknologi pendidikan
dan sekaligus menjadi tantangan bagi para teknolog pendidikan yaitu:

1. Berkembangnya aliran psikologi konstruktivistik (Constructivism) dalam dunia pendidikan Tren ini
memunculkan tantangan yang menarik bagi desainer pembelajaran, yaitu bagaimana mereka mampu
menyeleksi strategi pembelajaran yang efektif untuk membatu proses belajar yang dilakukan para peserta
didik; mereka harus memiliki keyakinan bahwa para peserta didik sesungguhnya memiliki keterampilan
prasyarat yang memadai untuk dapat melaksanakan proses belajar dan pembelajaran yang akan
dilaksanakan; mereka juga harus mampu menyediakan perancangan yang memadai untuk memberikan
bimbingan belajar; dan juga harus mampu mempertimbangkan efesiensi belajar

2. Berkembangnya Konsep “Manajemen Pengetahuan“ (Knowledge Management) Konsep manajemen


pengetahuan dapat diartikan sebagai proses mengumpulkan, menyimpan dan membagi informasi,
keahlian, dan wawasan yang bernilai, baik ke dalam maupun lintas komunitas orang dan organisasi yang
memiliki minat dan kebutuhan yang sama (Rosenberg, dalam Reiser & Dempsey, 2012). Penerapan
konsep ini dalam proses belajar memungkinkan terjadinya pemanfaatan sumber belajar secara efesien dan
efektif, karena mereka yang memerlukan informasi/pengetahuan dapat memperolehnya dari satu sumber
belajar yang di dalamnya sudah mengandung berbagai informasi yang penting.

3. Berkembangnya suatu sistem yang menyediakan para pekerja berbagai akses pada informasi dan alat
yang mendukung kinerja pada saat dibutuhkan (Performance Support) (diadaptasi dari Nyugen, dalam
Reiser & Dempsey, 2012). Perkembangan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi juga telah
memberikan fasilitas dan berbagai kemudahan bagi para pekerja dalam mengakses informasi. Kondisi ini
sekaligus menggambarkan bahwa mereka memiliki kesempatan belajar yang luas untuk meningkatkan
kapasitas dan kapabilitasnya dalam melakukan pekerjaannya. Beberapa sistem yang telah berkembang
diantaranya adalah Sistem GPS (Global Position System); Software persiapan membayar dan melaporkan
pajak penghasilan; Alat untuk menghasilkan rumusan tujuan pembelajaran; dan Sistem untuk
melaksanakan evaluasi. Perkembangan ini sekaligus menjadi tantangan bagi para teknolog pendidikan,
bagaimana memanfaatkan berbagai fasilitas pendukung tersebut untuk dapat memfasilitasi para pekerja
tetap bisa belajar secara efesien dan efektif.

4. Berkembangnya model pembelajaran yang berbasis internet (Online Learning) Pemanfaatan internet
sebagai sumber belajar menjadi tren tersendiri dalam dunia pendidikan dan pembelajaran di dunia. Telah
banyak kegiatan pendidikan dan pelatihan, serta pembelajaran yang memanfaatkan keunggulan model
pembelajaran berbasis internet, atau yang lebih dikenal dengan sebutan online learning.

5. Berkembangnya Konsep “Belajar Informal” (Informal Learning) Sebagaimana diungkapkan di awal,


bahwa proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Ini berarti kegiatan belajar dapat
dilakukan secara formal, bisa juga dilakukan secara informal. Proses belajar informal inilah yang
memungkinkan proses belajar menjadi tidak terbatas waktu dan tempat. Namun demikian, proses belajar
informal pun tetap memerlukan perencanaan dan pengorganisasian lingkungan belajar yang baik dan
kondusif untuk mendapatkan hasil yang diharapkan.

6. Berkembangnya beragam jenis media sosial (Social Media) Berkembangnya berbagai peralatan (tools)
berbasis web dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi individu dalam menciptakan konten, berbagi
pengetahuan, dan bekerja sama dengan pihak lain melalui web. Beberapa contoh sosial media yang dapat
dimanfaatkan untuk memfasilitasi belajar peserta didik diantaranya adalah Wikis, Blogs, Podcasts, Situs
jejaring sosial (seperti: facebook), dan Situs berbagi media (seperti: YouTube).

7. Berkembangnya Ragam dan Format Software Permainan yang Bermuatan Pendidikan (Educational
Games). Pengembangan dan pemanfaatan berbagai macam permainan (games) berbasis TIK untuk
pembelajaran menjadi tren tersendiri dalam dunia pendidikan di dunia, termasuk di Indonesia. Telah
banyak para praktisi TIK, baik secara mandiri maupun bekerjasama dengan orang pendidikan,
mengembangkan bermacam-macam games pembelajaran.

8. Belajar Sain Tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan peradaban manusia saat ini banyak
dipengaruhi oleh berbagai penemuan dalam bidang sain. Oleh karena itu, menjadi hal yang sangat logis
kalau belajar sain menjadi tren yang mendapat perhatian yang serius dari berbagai kalangan, termasuk
bidang teknologi pembelajaran.

9. Berkembangnya Konsep dan Teknologi yang memungkinkan Pembelajaran dilakukan secara mobile
(Mobile Learning). Berbagai perangkat teknologi informasi dan komunikasi yang semakin canggih,
seperti smartphone, komputer tablet, ipods, dll, saat ini dapat dimanfaatkan untuk mendukung proses
belajar yang dilakukan secara “bergerak” atau mobile. Model pembelajaran seperti ini telah banyak
dikembangkan. Hal ini tidak lain, karena model pembelajaran ini memiliki banyak keuntungan
diantaranya adalah biaya teknologi yang relatif murah, mengurangi kesenjangan digital, penggunaan kelas
fisik yang mudah, fasilitas yang portabel “belajar dimana saja dan kapan saja”, kedekatan antara siswa
dan guru.
Menurut Sir Eric Ashby (1972) revolusi dibagi dibagi menjadi 4 yaitu :

· Revolusi pertama, terjadi karena orang tua atau keluarga tidak mampu lagi membelajarkan anak-
anaknya sendiri sehingga menyerahkan tanggung jawab itu kepada orang lain yang secara khusus diberi
tanggung jawab untuk mendidik.

· Revolusi kedua, karena guru ingin memberikan pelajaran kepada lebih banyak anak didik dengan
cara yang lebih cepat sehingga kegiatan pendidikan dilembagakan dengan berbagai ketentuan yang
dibakukan.

· Revolusi ketiga, ditemukannya mesin cetak yang memungkinkan tersebarnya informasi iconic dan
numeric dalam bentuk buku dan media cetak lain, sehingga guru dapat membelajarkan lebih banyak lagi
dan lebih cepat lagi. Buku hingga saat ini masih dianggap sebagai media utama di samping guru untuk
kegiatan pendidikan.

· Revolusi keempat, berlangsung dengan perkembangan yang pesat di bidang elektronik. Dalam
revolusi ini, mulai disadari bahwa tidaklah mungkin bagi guru untuk memberikan semua ajaran yang
diperlukan, karena yang lebih penting adalah mengajar anak didik tentang bagaimana belajar.

Anda mungkin juga menyukai