Pembelajaran Saintifik
Forum MI KB2
Semangat pagi bpk/ibu..., semoga bpk/ibu senantiasa dalam keadaan sehat wal afiat, berikut ini
kita akan membahas mengenai peran teknologi dan media dalam pembelajaran abad 21,
selanjutnya bpk/ibu dipersilahkan untuk mengemukakan pendapat terkait topik tersebut.
Salah satu tujuan pembelajaran abad 21 adalah membentuk siswa untuk mempunyai kecakapan
abad 21 yaitu: critical thinking (berpikir
kritis), collaboration (kolaborasi), communication (komunikasi), dan creativity(kreativitas).
Selain itu, pembelajaran abad 21 juga harus membekali siswa dengan berbagai keterampilan,
diantaranya adalah adalah literasi digital. Dengan demikian, guru harus menciptakan
pembelajaran yang dapat menunjang pada pencapaian tujuan tersebut. Menurut pendapat
bpk/ibu bagaimana peran teknologi dan media dalam pembelajaran abad 21 sehingga siswa
memiliki 4 kecakapan abad 21 dan literasi digital tersebut.
4C?
Peserta didik harus memiliki kecakapan komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis dan
kreatif. dalam pembelajaran abad 21 kita harus menggunakan model pembelajaran
yang menimbulkan 4 C, seperti diskusi, tutorial, cooperatif lerning, inquiry, problem
based learning. proyect based learning dan proyect oriented based learning. Sehingga
penilaian pembelajaran autentik.
Forum M1KB3
Setelah mempelajari tentang materi ini, banyak sekali kesulitan dalam penerapan kegiatan belajar
mengajar dalam kehidupan sehari-hari. Untuk kita melaksanakan dengan semaksimal mungkin
akan begitu sulit terutama dalam hl infrastruktur terutama dalam hal sarana dan prasarana. Tapi
kita tidak boleh berputus asa harus berusaha menciptakan pembelajaran yang berorientasi abad
21 yang bercirikan 4C (Komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, dan kreatif. Langkah yang di
siapkan adalah :
1. menyiapkan RPP yang berorientasi pada pembelajaran abad 21 (4C) menggunakan model
pembelajaran problem based learning.
2. Guru menyiapkan media yang kreatif supaya siswa mempelajari masalah yang dituangkan
dalam materi. selain itu siswa dapat menggunakan berbagai sumber informasi termasuk online
sehingga terlaksana kegiatan komunikasi.
3. peserta didik terdiri dari beberapa kelompok heterogen supaya pembelajaran terlaksana secara
merata. sehingga terlaksa program kolaborasi berbagai informasi yang didapat peserta didik
4. peserta didik setelah melaksanakan komunikasi dan kolaborasi akan berusaha menyimpulkan
dengan berbagai informasi sehingga menghasilkan pembelajaran yang berpikir tingkat tinggi
(berpikir kritis)
5. Peserta didik dapat menghasilan kesimpulan dengan analisis atau menghasilkan jawaban yang
benar dan menghasilkan karya lama menjadi baru atau menghasilkan hal baru (inovasi), sehingga
siswa melaksanakan kreatifitas.
Pembelajaran abad 21 berjalan dengan lancar apabila guru melakukan perencanaan dengan baik
datanya RPP.
Salam semangat bpk/ibu..., forum ini akan membahas mengenai bagaimana merancang dan menilai
pembelajaran abad 21, bpk/ibu dipersilahkan untuk mengemukakan pendapat terkait topik berikut
ini.
Seperti yang kita ketahui, salah satu peran guru adalah sebagai evaluator yang mengharuskan guru
untuk merancang dan mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan. Dengan adanya pergeseran
paradigma pembelajaran menjadi pembelajaran abad 21, maka diperlukan penilaian yang sesuai
dengan karakteristik pembelajarannya. Kemukakan pendapat bpk/ibu bagaimana tuntutan
rancangan dan penilaian pembelajaran dalam pembelajaran abad 21.
Selamat berdiskusi.
Menciptakan pembelajaran yang berorientasi abad 21 yang bercirikan 4C (Komunikasi,
kolaborasi, berpikir kritis, dan kreatif. Langkah yang di siapkan adalah :
1. menyiapkan RPP yang berorientasi pada pembelajaran abad 21 (4C)
2. Guru menyiapkan media yang kreatif supaya siswa mempelajari masalah yang dituangkan
dalam materi. selain itu siswa dapat menggunakan berbagai sumber informasi termasuk online
sehingga terlaksana kegiatan komunikasi.
3. peserta didik terdiri dari beberapa kelompok heterogen supaya pembelajaran terlaksana secara
merata. sehingga terlaksa program kolaborasi berbagai informasi yang didapat peserta didik
4. peserta didik setelah melaksanakan komunikasi dan kolaborasi akan berusaha menyimpulkan
dengan berbagai informasi sehingga menghasilkan pembelajaran yang berpikir tingkat tinggi
(berpikir kritis)
5. Peserta didik dapat menghasilan kesimpulan dengan analisis atau menghasilkan jawaban yang
benar dan menghasilkan karya lama menjadi baru atau menghasilkan hal baru (inovasi), sehingga
siswa melaksanakan kreatifitas.
Pembelajaran abad 21 berjalan dengan lancar apabila guru melakukan perencanaan dengan baik
datanya RPP.
Abad 21 ditandai dengan berkembangnya informasi, komputasi, otomasi, dan komunikasi yang
merambah dalam segala aspek kehidupan manusia di semua belahan dunia. Hal ini tentunya
berdampak pada pendidikan yang diterapkan termasuk di dalamnya bagaimana model
pembelajarannya sehingga dapat mengadaptasi dan memenuhi semua tuntutan abad 21. Oleh
karena itu, model pembelajaran di abad 21 hendaknya diarahkan untuk mendorong peserta didik
agar mampu: (1) mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu, (2)
merumuskan masalah (menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah (menjawab), (3) berpikir
analitis (mengambil keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin), dan (4) Menekankan
pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah. Mengacu hal ini, maka
pembelajaran abad 21 harus betul-betul diperhatikan standar kualitasnya, baik dari kualitas
standar isi, proses, maupun penilaiannya. Terkait dengan standar penilaiannya, maka perlu kita
perhatikan bagaimana cara mengukurnya, instrument (tes dan non tes) yang digunakan, cara
penilaian dan evaluasinya. Penilaian dan pembelajaran tidak dapat dipisahkan, keduanya
menyatu (integrated). Kualitas pembelajaran yang baik dapat dilihat dari kualitas penilaiannya,
begitupun sebaliknya kualitas penilaian dapat menunjukkan bagaimana kualitas
pembelajarannya.
pembelajaran abad 21 harus mampu menghasilkan SDM yang memiliki kemampuan berpikir
kritis, kreatif, inovatif, memecahkan masalah, mampu beradaptasi dengan lingkungan dan
teknologi informasi, mampu mengambil keputusan, serta memiliki karakter yang kuat dan
positif. Beberapa aspek kompetensi tersebut di atas dapat dicapai manakala peserta didik diberi
kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir tingkat tingginya
(Higher Order Thinking Skills = HOTS).
Sistem penilaian yang mampu membiasakan, melatih, dan mengembangkan HOTS adalah sistem
penilaian yang terintegrasi dalam pembelajaran. Terkait hal ini, maka model assessment for
learning (AFL) dapat digunakan dalam sistem penilaian yang terintegrasi dalam pembelajaran.
Karakteristik assessment for learning (AFL) berbasis HOTS yaitu antara lain sebagai berikut: 1.
Proses penilaiannya terintegrasi dengan proses pembelajaran d 2. Proses penilaiannya melibatkan
empat elemen yaitu sharing learning goal and success criteria, using effective questioning, self-
assessment & self-reflection, dan feedback 3. Proses penilaiannya bertujuan untuk meningkatkan
dan mengembangkan HOTS, sikap dan perilaku positif peserta didik, serta untuk memperbaiki
dan meningkatkan kualitas pembelajaran 4. Proses penilaiannya menitikberatkan pada
pengembangan kemampuan menerapkan (applying), menganalisis (analyzing), mengevaluasi
(evaluating), dan mencipta (creating) sehingga peserta didik mampu untuk: berpikir kritis
(critical thinking), memberikan alasan secara logis, analitis, dan sistematis (practical reasoning),
memecahkan masalah secara cepat dan tepat (problem solving), membuat keputusan secara cepat
dan tepat (decision making), dan menciptakan suatu produk yang baru (creating), dan bukan
sekedar menghafal atau mengingat 5. Pendidik dapat memberikan permasalahan kepada peserta
didik sebagai bahan diskusi dan pemecahan masalah sehingga dapat merangsang aktivitas
berpikir 6. Kegiatan penilaiannya dapat dilakukan melalui kegiatan diskusi, kegiatan lapangan,
praktikum, 7. Penilaian ini dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik 8. Kegiatan
penilaiannya juga melibatkan peserta didik untuk melakukan penilaian diri dan refleksi disi (self-
assessment dan self-reflection) atas kondisi kemampuan mereka dalam menguasai materi yang
telah dipelajari 9. Dapat memberikan umpanbalik yang mampu mengoreksi kesalahan atau
mengklarifikasi kesalahan (corrective feedback) kepada peserta didik.
Setelah mempelajari materi ini, kita sebagai guru harus melek terhadap teknologi
walaupun dengan infrastruktur (sarana dan prasarana) yang terbatas. Pembelajaran
abad 21 guru harus memiliki ciri-ciri kepemimpinan, mempunyai visi, berkomunikasi,
pembelajaran sepanjang hayat, menyesuaikan diri, mengambil resiko, berkolaborasi,
dan model teladan. maka guru dapat menggunakan pembelajaran yang digital age.
selain itu peserta didik harus memiliki keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah,
inovatif dan kreatif, ICT, komunikasi, dan multibahasa.
Apabila guru dan siswa memiliki karakteristik atau ciri pembelajaran abad 21 maka akan
terlaksana pembelajaran industry 4.0 digital age. Maka sebagai bangsa Indonesia dapat
bersaing dengan berbagai negara yang sudah maju dalam dunia pendidikan tidak akan
tertinggal informasi.
Salam semangat bpk/ibu..., forum ini akan membahas mengenai pembelajaran abad 21, bpk/ibu
dipersilahkan untuk mengemukakan pendapat terkait topik berikut ini.
Smaldino mengemukakan beberapa kemampuan yang dapat dikembangkan guru untuk menunjukkan
potensinya terkait tugas dan perannya di era digital yaitu sebagai berikut:
Interactive Instruction (Pembelajaran Interaktif)
Pembelajaran ini menunjukkan bahwa kegiatan seorang guru di era digital berisi presentasi yang kaya
akan media interaktif.
Personal Response System (PRS)
Flyn & Russell mengemukakan bahwa guru dalam pembelajaran berbasis digital menggunakan
perangkat digital handlehand.
Mobile Assessment Tools
Weinstein mengemukakan sumber komputasi seluler ( mobile computing resources) memungkinkan
guru untuk merekam data assessmen siswa secara langsung dalam perangkat seluler (mobile Device)
yang mentransfer data ke komputer untuk membuat laporan.
Community of Practice (Komunitas Praktik)
Guru di era digital juga berpartisipasi dalam kegiatan community of practice (COP), dimana kelompok
guru atau pendidik yang mempunyai tujuan sama dari seluruh penjuru dunia saling berbagi ide dan
sumber daya.
Pembelajaran abad 21 disini mencangkup 4C : Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan
menyelesaikan masalah), Creativity (kreativitas), Communication Skills (kemampuan berkomunikasi),
dan Ability to Work Collaboratively (kemampuan untuk bekerja sama).
Selain itu karakter yang dibutuhkan siswa pada abad 21 sebagai berikut : 1) memiliki karakter sebagai
pemikir 2) memiliki etos kerja yang tinggi sehingga produktif 3) Memiliki keterampilan berkomunikasi
4) Cakap dalam menggunakan teknologi dan informasi 5) bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tujuan rancangan pembelajaran abad 21 guru dapat mengembangkan potensi peserta didik melalui
pemanfaatan teknologi berbasis komputer dan media online. Guru berperan sebagai fasilitator, artinya
guru perlu memposisikan diri sebagai mitra belajar bagi peserta didik sehingga guru bukan serba tahu
karena sumber belajar dalam era digital sudah banyak dan tersebar di luar ruangan kelas. Sebagai
motivator, guru mendorong peserta didik agar dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik.
Maka Karakteristik pembelajaran abad 21 mencangkup 4C dan membuat suasana pembelajaran yang
menyenangkan. Selain itu harus munculnya karakteristik guru dan siswa sesuai dengan pembelajaran
abad 21. Sehingga dalam pembelajaran menghasilkan karya lama menjadi baru (modifikasi) atau
menghasilkan karya baru (Inovasi).
Video M1KB1
Dalam memahami pembelajaran abad 21 kita harus melek media supaya mendapat informasi
baik hal lama menjadi baru atau hal baru yang baru kita ketahui. maka kita dapat bersaing
dengan berbagai kalangan sehingga tidak kalah dengan negara lain. Pembelajaran dengan
menggunakan digital age akan menghasilan pembelajaran abad 21 yaitu 4 C.
Dijelaskan oleh Smaldino, S.E., dkk (2015: 7-11) bahwa kegiatan pembelajaran di era digital dilakukan
di dalam atau di luar kelas dimana teknologi berbasis komputer merupakan komponen pembelajaran
yang mudah diakses dan dapat dipakai untuk menemukan sumber belajar. Perangkat dan koneksi
digital memperluas kemampuan siswa yang datang dari berbagai arah. Ada dua bentuk kegiatan
belajar yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan media digital berbasis komputer diantaranya
interactive tools dan interacting with others.
Smaldino, juga mengemukakan beberapa kemampuan yang dapat dikembangkan guru untuk
menunjukkan potensinya terkait tugas dan perannya di era digital yaitu sebagai berikut:
Interactive Instruction (Pembelajaran Interaktif)
Pembelajaran ini menunjukkan bahwa kegiatan seorang guru di era digital berisi presentasi yang kaya
akan media interaktif.
Personal Response System (PRS)
Flyn & Russell mengemukakan bahwa guru dalam pembelajaran berbasis digital menggunakan
perangkat digital handlehand.
Mobile Assessment Tools
Weinstein mengemukakan sumber komputasi seluler ( mobile computing resources) memungkinkan
guru untuk merekam data assessmen siswa secara langsung dalam perangkat seluler (mobile Device)
yang mentransfer data ke komputer untuk membuat laporan.
Community of Practice (Komunitas Praktik)
Guru di era digital juga berpartisipasi dalam kegiatan community of practice (COP), dimana kelompok
guru atau pendidik yang mempunyai tujuan sama dari seluruh penjuru dunia saling berbagi ide dan
sumber daya.
Pembelajaran abad 21 disini mencangkup 4C; Critical thinking and problem solving, dimana peserta
didik mampu berpikir kritis dengan menghubungkan pembelajaran dengan masalah kontekstual yang
ada dalam kehidupan sehari-hari. Dalam video tersebut peserta didik berusaha untuk memecahkan
permasalahan mengenai beban yang dapat ditahan pada sebuah jembatan dan bagaimana solusi yang
tepat mengatasinya. Selain itu juga terdapat Creativity and Innovation, Artinya, pembelajaran harus
menciptakan kondisi dimana peserta didik dapat berkreasi dan berinovasi. Dalam video peserta didik
berkreasi memilih model jembatan yang diinginkan menggunakan perangkat digital canggihnya
masing-masing, peserta didik melakukan percobaan hingga mendapatkan hasil yang sempurna dan
dapat menghasilkan suatu karya baru yang digunakan dalam kegiatan belajar yang dilakukannya.
Peserta didik memanfaatkan perkembangan digital untuk menemukan pemecahan masalah yang
dialaminya, untuk menyempurnakan rancangan jembatan yang tahan terhadap beban berat peserta
didik menemukan solusi dengan membuat satu alat yang dapat menopang rancangannya menjadi
kokoh.
Ciri yang lain adalah Collaboration, pada proses pembelajaran guru hendaknya menciptakan situasi
dimana peserta didik dapat belajar bersama-sama dalam suatu team work. Dalam hal ini terlihat
peserta didik bekerja bersama-sama untuk memecahkan suatu masalah dan yang paling terpenting
adalah Communication, pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan peserta didik harus terjadi
komunikasi multi arah antara guru dengan peserta didik maupun antar sesama peserta didik. Dalam
video ini model pembelajaran yang digunakan adalah Project Based Learning untuk membuat model
sebuah jembatan. Komunikasi terjadi pada saat guru memberikan pengantar di awal pembelajaran dan
komunikasi antar peserta didik dalam mengerjakan sebuah proyek. Jauh lebih berkembang lagi
komunikasi terjalin antara anak dalam hal ini peserta didik dengan orang tua di rumah mengenai
proyek yang dikerjakan. Peserta didik juga. menjalin kerjasama dengan expert (orang yang lebih ahli)
melalui perangkat digital mereka. Pada saat presentasi hasil kerja peserta didik juga melakukan
komunikasi.
Berdasarkan tujuan rancangan pembelajaran abad 21 guru dapat mengembangkan potensi peserta
didik melalui pemanfaatan teknologi berbasis komputer dan media online. Dalam video ditampilkan
guru berperan sebagai fasilitator, artinya guru perlu memposisikan diri sebagai mitra belajar bagi
peserta didik sehingga guru bukan serba tahu karena sumber belajar dalam era digital sudah banyak
dan tersebar di luar ruangan kelas. Sebagai motivator, guru mendorong peserta didik agar dapat
melaksanakan pembelajaran dengan baik. Pendekatan yang digunakan adalah saintifik dimana
peserta didik didorong untuk menemukan hal baru dalam pembelajaran yang dialaminya. Guru
memanfaatkan kecanggihan digital dalam pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan menjadi sangat menarik dan perhatian siswa juga terfokus pada materi pembelajaran
sehingga terlihat seperti Learning by Playing karena peserta didik merasa senang dan tidak terbebani
dengan tugas proyek yang diberikan oleh guru. Guru juga bertindak selaku evaluator dengan
menggunakan Mobile Assessment Tools untuk merekam data assessment peserta didik secara
langsung dalam perangkat selular (digital).
Video M2KB1
Dari Video berjudul Future Classroom and Student Life, penulis dapat menganalisa bahwa
video tersebut menggambarkan pola masyarakat digital abad 21, dimana anak/siswa, orang tua
dan guru telah bersinergi secara efektif dengan teknologi digital dalam pola kehidupan
masyarakat dan pengembangan belajar anak/siswa pada abad 21 ini.
Sebagaimana telah dijelaskan oleh Bernie Trilling dan Charles Fadel (2009), dalam bukunya
berjudul 21st Century Skills: Learning for Life in Our Times, yang mengidentifikasi ada
beberapa kecakapan yang harus dimiliki oleh generasi abad 21 mencakup nilai dan perilaku
seperti rasa keingintahuan tinggi, kepercayaan diri, dan keberanian. Keterampilan dan
kecakapan abad 21 mencakup tiga kategori utama, yaitu:
1. Keterampilan belajar dan inovasi: berpikir kritis dan pemecahan masalah dalam
komunikasi dan kreativitas kolaboratif dan inovatif.
2. Keahlian literasi digital: literasi media baru dan literasi ICT.
3. Kecakapan hidup dan karir: memiliki kemamuan inisiatif yang fleksibel dan inisiatif
adaptif, dan kecakapan diri secara sosial dalam interaksi antarbudaya, kecakapan
kepemimpinan produktif dan akuntabel, serta bertanggungjawab.
Pembelajaran abad 21 sangat mempengaruhi karakteristik siswa, siswa dituntut untuk aktif,
mandiri, dapat bekerjasama dan kreatif. Seorang siswa harus memiliki keterampilan 4 C yaitu
Communication
Siswa dituntut memiliki keterampilan berkomunikasi secara interaktif baik antarsiswa dalam
satu sekelas bahkan antarsiswa dari penjuru dunia. Dengan pemanfaatan teknologi abad 21
siswa dapat berkomunikasi langsung dengan berbagai nara sumber dalam bidang pendidikan.
Collaboration
Kolaborasi melibatkan kemampuan siswa untuk berpartisipasi aktif dan bekerjasama dalam
kelompok untuk tujuan yang sama. Tujuannya agar siswa dapat membangun pengetahuan
melalui dialog, saling membagi informasi sesama siswa dan guru
Critical Thinking and Problem Solving
Pembelajaran pada abad 21 lebih berorientasi kepada siswa aktif terlibat dalam proses
pembelajaran sehingga dapat mengembangkan kemampuan berfikir. Kemampuan siswa
berfikir kritis, kreatif agar dapat menyelesaikan masalah dalam proses pembelajaran.
Creativity and Innovation
Siswa dituntut untuk memiliki kreatifitas dan inovasi dalam proses pembelajaran dengan
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
Dari Video tersebut tergambar jelas bagaimana siswa abad 21 dengan keterampilan 4 C yang
di miliki, bersinergi dalam membentu pola integritas yang membangun karakter siswa. Hal
tersebut juga menuntut peran orang tua menjadi salah satu faktor pendukung untuk
tercapainya proses pembelajaran yang diinginkan. Orang tua dapat mengontrol, memberikan
motivasi dan mengevaluasi proses pembelajaran siswa baik di rumah maupun di sekolah
dengan pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi. Kontrol terhadap content aplikasi
yang digital yang digunakan oleh siswa akan sangat efektif jika dilakukan oleh orang tua
karena akan sangat berpengaruh terhadap proses proses perkembangan pembelajaran siswa.
Hal lain yang dapat dilakukan oleh orang tua, dalam menunjang perkembangan belajar siswa
adalah dengan membangun komunikas komunikasi dan kerjasama yang baik antara guru
dengan orangtua siswa dalam proses pembelajaran. Kemudian, dari video tersebut penulis
juga menganalisa kemungkinan Dampak Terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Abad 21,
dimana guru sebaagai professional pendidik harus mampu dan terus mengembangkan diri,
menyelaraskan tugas dan tanggung jawab sebagai guru dengan perkembangan Teknologi
Digital yang telah berkembang pesat dan telah memainkan perannya dalam pola kehidupan
bermasyarakat dan pola perkembangan belajar siswa.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru yang berkenaan dengan pemahaman
terhadap peserta didik dan pengelolaan pembeajaran mulai dari merencanakan, melaksanakan
sampai dengan mengevaluasi.
Berpedoman pada pengertian tersebut tersebut, dan analisa tayangan video Future Classrroom
and student life, tentukan akan memberikan dampak yang besar terhadap kompetensi
pedagogik guru. Dimana Guru harus mampu meningkatkan kemampuan kemampuan
beradaptasi (adaptability), memahami disiplin ilmunya dari berbagai konteks, dan peka
terhadap perkembangan kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Guru harus mau untuk
berpacu mengikuti tuntutan perkembangan bukan hanya terlibat namun bertindak inovatif.
Seorang guru harus mampu untuk memformulasikan, mengkonstruk, menyusun, memodifikasi
dan peka terhadap informasi sehingga dapat dipahami sebagai suatu pengetahuan. Hal ini
sejalan dengan Kompetensi inti pedagogi guru abad 21.
Berikut penulis sajikan secara umum dampak terhadap kompetensi inti pedagogi guru, yakni:
Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan
intelektual.
Dampaknya: Hal ini jadi tantangan baru bagi guru abad 21. Karena peserta didik
karakteristiknya tidakhanya dipengaruhi oleh lingkungan sekitar tapi juga lingkungan maya
yang lebih luas.
Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
Dampaknya: Teori-teori belajar akan berkembang pesat lewat tersedianya teknologi. Banyak
hal yangharus dipelajari guru guna menunjang berubahnya sarana pembelajaran. Guru harus
bisa mengakses teknologi dan mengantarkannya ke siswa.
Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidang pengembangan yang
diampu.
Dampaknya: Pengembangan kurikulum jadi dinamis karena perkembangan teknologi. Guru
juga harusselalu update perkembangan kurikulum yang waktu dinamisnya sangat cepat.
Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
Dampaknya: Pembelajaran yang mendidik tidak hanya dibatasi ruang kelas. Pembelajaran
tanpa sekatruang dan waktu juga menjadi tantangan berkutnya bagi guru.
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.
Dampaknya: Secara otomatis hal ini wajib dikuasi oleh guru abad 21
Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimiliki.
Dampaknya: Dengan kemudahan teknologi fasilitas teknologi memudahkan interaksi guru dan
siswa.Siswa dapat mengaktualisasikan potensi tidak dibatasi ruang dan waktu. Setiap saat
dansetiap waktu bisa diimplementasikan ke hadapan guru.
Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik
Dampaknya: Ini jadi tantangan baru. Kesantunan siswa didunia maya musti mulai diajarkan
dandicontohkan. Komunikasi memang menjadi lebih mudah dengan teknologi tapi
kesantunandan etika juga musti mulai ditata diruang maya.
Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
Dampaknya: Lewat visualisasi itu nampak jelas evaluasi hasil belajar dapat di berikan setiap
saat olehguru dan direkap setiap saat oleh system sehingga guru dan siswa akan lebih
mudahmengetahui progress kemajuan pendidikannya.
Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
Dampaknya: Dengan teknologi analisa dari proses otomatis akan tersaji lebih mudah dan
cepat
Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Dampaknya: Refleksi dari pembelajaran dapat dengan mudah diimplementasikan dengan
kecanggihan teknologi.
Video M2KB2
Dari Video berjudul "Singapore's 21st-Century Teaching Strategies (Education
Everywhere Series)" , penulis dapat menganalisa bahwa video tersebut menggambarkan
Strategi Sistem Pendidikan Singapura Dalam Menghadapi Abad 21.
Sejak memperoleh kedaulatannya pada tahun 1965, Singapura menjadi salah satu negara di dunia
yang memiliki sistem pendidikan TOP. Sekolah menengah Ngee An adalah salah satu dari tujuh
“Sekolah Masa Depan” yang menekankan penggunaan teknologi, media digital, dan
mengintegrasikan keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja pada abad 21.
Pengembangan guru profesional yang berkesinambungan juga merupakan faktor kunci dalam
keberhasilan sistem pendidikan di Singapura. Banyak sekolah membentuk komunitas belajar
profesional sehingga para pendidik dapat berbagi praktek-praktek terbaik dan belajar dari
kritik/saran rekan-rekan dari sekolah mereka sendiri. Selain itu juga ada program saling berbagi
dengan pendidik-pendidik lain dari seluruh dunia.
Forum M2KB2
Bismillah...
Bapak Ibu... dimintai mengomentari dan menganalisis materi pengembangan Profesi
Berkelanjutan.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mengalami lompatan jauh sejak
ditemukannya komputer. Hal ini berdampak pada metode/model pembelajaran, sumber
belajar maupun alat evaluasi yang digunakan. Berdasarkan kondisi tersebut guru tidak saja
perlu melek ICT namun perlu melakukan kontekstualisasi informasi dan pembelajaran nilai -
nilai etika, budaya, kebijakan, pengalaman, empati sosial, sikap-sikap dan keterampilan esensi
abad 21. Menurut saudara:
1. Bagaimana arah pengembangan profesi guru abad 21. !
2. Bagaimana agar pengetahuan materi, pedagogi pembelajaran dan pengetahuan teknologi
dalam praktek pembelajaran bisa kerjasama secara sinergi!!!
Silahkan ibu/bapak mengajukan pendapat sendiri, ringkas tetapi jelas, tidak perlu copy
paste....
1. Bagaimana arah pengembangan profesi guru abad 21. !
Arah pengembangan profesi abad 21, pendidikan harus diubah. Perubahan ini penting untuk
memunculkan bentuk-bentuk pembelajaran baru yang dibutuhkan. Guru harus bisa menjadi
perantara utama dalam mensukseskan siswa. Karena seorang guru perlu menguasai berbagai
bidang, mahir dalam hal pedagogi termasuk inovasi dalam pengajaran dan pembelajaran,
memahami psikologi pembelajaran dan memiliki keterampilan konseling, mengikuti
perkembangan tentang kebijakan kurikulum dan isu pendidikan, mampu memanfaatkan media
dan teknologi baru dalam pembelajaran, dan tetap menerapkan nilai-nilai untuk pembentukan
kepribadian dan akhlak yang baik. Guru yang profesional adalah yang memiliki pengaruh kuat
terhadap prestasi siswa. Peran guru dalam abad ke-21 seharusnya bergeser dari berpola
"penanam pengetahuan", menuju peran sebagai pembimbing, pengarah diskusi dan pengukur
kemajuan belajar siswa. Sehingga terlaksana pembelajaran abad 21 yang memiliki ciri 4 C.
2. Bagaimana agar pengetahuan materi, pedagogi pembelajaran dan pengetahuan teknologi
dalam praktek pembelajaran bisa kerjasama secara sinergi!!!
Pengetahuan tentang materi (PM), pedagogi pembelajaran (PP), dan teknologi (PT) dalam
praktek pembelajaran tidak bekerja terpisah namun saling bekerjasama. PMPT sebagai paket
pengetahuan sebagai hasil interaksi dari ketiga pengetahuan tersebut dan sangat berbeda dengan
pengetahuan tersebut secara terpisah yaitu PM, PP, dan PT. PMPT bisa dikatakan sebagai dasar
untuk pembelajaran melalui pengintegrasian teknologi secara efektif. PMPT adalah paket
pengetahuan atau konsep tentang penggunaan teknologi, teknik pembelajaran menggunakan
teknologi dengan cara konstruktif, memahami suatu konsep ada yang sulit dan mudah bagi
peserta didik dan menentukan bagaimana teknologi bisa mengembangkan dan membantu.
Pemahaman pengetahuan awal peserta didik dan epistimologi tentang pengetahuan, pengetahuan
bagaimana teknologi bisa membangun pengetahuan awal dan mengembangkan cara-cara baru
untuk memperkuat pengetahuan tersebut menjadi sangat penting. Paket pengetahuan memiliki
keterkaitan dan hubungan yang harus dipahami guru sehingga bisa menjadi strategi metakognitif
dalam meningkatkan efektifitas pengintegrasian teknologi dalam pembelajaran. Selain untuk
terlaksana nya sinergi harus dilakukan perencanaan dengan membuat RPP abad 21 (4 C) yang
menggunakan teknologi dan media pembelajaran.
Video M3KB3
Dari Video “USE A LEARNING THEORY : CONSTRUCTIVISM” teori Konstruktivisme
diterapkan teacher Tony di dalam kelas pada pembelajaran dengan materi-materi yang patut
untuk dianalisa dan dicarikan solusi untuk pemecahannya. Ketika materi disampaikan secara
lisan dalam bentuk ceramah maka akan menimbulkan kebosanan, banyak siswa yang
mengantuk dan tak memahami materi. Misalnya pada materi sumber daya alam berkelanjutan,
pertanyaannya “bagaimana mengurangi sampah untuk kelangsungan kehidupan di bumi?”.
Berbagai model pembelajaran dapat diterapkan misalnya dengan role playing, berdiskusi
membahas suatu isu krusial, berkolaborasi bahkan ikut terjun kelapangan dalam bentuk
project atau internship. Dengan terjun ke lapangan siswa bisa langsung mengetahui berapa
banyak produksi sampah yang dihasilkan rumah tangga perharinya, bagaimana proses
pembuangan sampah, daur ulang sampah dan solusi terbaik pengelolaan sampah demi
kelangsungan kehidupan di bumi. Mereka dapat menuangkan solusi terbaiknya pada buku dan
bisa mendiskusikan dengan orang yang ahli dalam bidangnya. Kemudian hasilnya bisa
dipresentasikan didepan kelas untuk didiskusikan secara bersama. Cara ini membuat
pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa langsung terlibat di dalam proses
pembelajaran.
Konstruktivisme memahami hakikat belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau
menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi makna pada pengetahuan sesuai
pengalamannya. Pengetahuan itu sendiri rekaan dan bersifat tidak stabil. Oleh karena itu,
pemahaman yang diperoleh manusia senantiasa bersifat tentatif dan tidak lengkap.
Pemahaman manusia akan semakin mendalam dan kuat jika teruji dengan pengalaman-
pengalaman baru.
Dalam proses belajar di kelas, siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan
mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan
pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivisme ini adalah ide. Siswa
harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain. Dengan
dasar itu, maka pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima
pengetahuan.
Pada sistem pembelajaran abad 21 dan kurikulum 2013 teori konstruktivisme ini sangat cocok
diterapkan karena berorientasi pada kegiatan siswa (student center). Model-model
pembelajarannya menekankan agar bagaimana siswa lebih aktif untuk menggali informasi dan
mendapatkan pengalaman nyata di lapangan diantaranya melalui model discovery learning
ataupun problem solving. Tujuan yang diharapkan teacher Tony dari pembelajaran adalah
bagaimana siswa mampu memberikan solusi terhadap permasalahan (Problem Solving),
bagaimana berfikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan
kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher-Order Thinking Skills) dan bagaimana
bekerjasama dengan teman dalam kelompok, perusahaan, Expert ataupun masyarakat
(Collaborative Work).
Forum M3KB3
Video M3KB4
Menurut Teori Humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan
memanusiakan manusia itu sendiri. Teori humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari
dari pada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-
konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar
dalam bentuknya yang paling ideal.
Berangkat dari pandangan tersebut, Penulis melihat bahwa Belajar menurut teori humanistik
menitik beratkan pada bagaimana mencapai tujuan pembelajaran yang lebih memanusiakan
manusia, itu sendiri meskipun harus melibatkan banyak teori untuk pencapaian tujuan
tersebut.
Tujuan Pendidikan diarahkan pada terbentuknya manusia ideal, manusia yang dicita-citakan
yaitu manusia yang mampu mencapai aktualisasi diri. Sehingga sangat penting memperhatikan
bagaimana perkembangan siswa dalam mengaktualisasikan dirinya, pemahaman terhaadap
dirinya, serta realisasi diri.
Berdasarkan pemahaman di atas, jika di Kelas, saat saya memberikan tugas studi kasus dan
siswa memberikan jawaban dari hasil analisisnya yang berbeda-beda, maka respon saya
sebagai guru dapat saya butirkan menjadi point-point sebagai berikut :
1. Memberikan semangat siswa lain untuk berani berpendapat dan berpartisipasi. Guna
menggali pengalaman dan pemahaman tiap siswa dan memberikan ruang bagi siswa untuk
mengaplikasikan hasil analisisnya yang ter-sintesa menjadi pendapat.
2. Mengapresiasi tiap jawaban/pendapat yang muncul dari siswa.
3. Bersama siswa merangkum dan menarik kesimpulan dari pendapat/ jawaban yang muncul
dari siswa menjadi sebuah pengetahuan dan pemahaman belajar bagi siswa
Ini sangat sejalan dengan teori Humanistik, yang menekankan bagaimana guru harus
membangun hubungan yang kuat dengan siswa sehingga keterlibatan siswa secara aktif dalam
proses belajar dapat terwujud.
Forum M3KB4
Bagaimana pendapat Ibu/Bapak mengenai peran guru dalam pembelajaran Humanistik
kaitannya dengan konsep Meaningful Learning
Menurut Teori Humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan
memanusiakan manusia itu sendiri. Teori humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari
dari pada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-
konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar
dalam bentuknya yang paling ideal. Belajar menurut teori humanistik menitik beratkan pada
bagaimana mencapai tujuan pembelajaran yang lebih memanusiakan manusia, itu sendiri
meskipun harus melibatkan banyak teori untuk pencapaian tujuan tersebut. Tujuan Pendidikan
diarahkan pada terbentuknya manusia ideal, manusia yang dicita-citakan yaitu manusia yang
mampu mencapai aktualisasi diri. Sehingga sangat penting memperhatikan bagaimana
perkembangan siswa dalam mengaktualisasikan dirinya, pemahaman terhaadap dirinya, serta
realisasi diri.
Berdasarkan pemahaman di atas, jika di Kelas, saat saya memberikan tugas studi kasus dan
siswa memberikan jawaban dari hasil analisisnya yang berbeda-beda, maka respon saya
sebagai guru dapat saya butirkan menjadi point-point sebagai berikut :
1. Memberikan semangat siswa lain untuk berani berpendapat dan berpartisipasi. Guna
menggali pengalaman dan pemahaman tiap siswa dan memberikan ruang bagi siswa untuk
mengaplikasikan hasil analisisnya yang ter-sintesa menjadi pendapat.
2. Mengapresiasi tiap jawaban/pendapat yang muncul dari siswa.
3. Bersama siswa merangkum dan menarik kesimpulan dari pendapat/ jawaban yang muncul
dari siswa menjadi sebuah pengetahuan dan pemahaman belajar bagi siswa
Pandangannya tentang belajar bermakna atau “Meaningful Learning” yang juga tergolong
dalam aliran kognitif ini, mengatakan bahwa belajar merupakan asimilasi bermakna. Materi
yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya. Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa
belajar, sebab tanpa motivasi dan keinginan dari pihak si belajar, maka tidak akan terjadi
asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimilikinya. Teori humanistik
berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk
memanusiakan manusia yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri
orang yang belajar, secara optimal.
“Meaningful Learning” sangat sejalan dengan teori Humanistik, yang menekankan bagaimana
guru harus membangun hubungan yang kuat dengan siswa sehingga keterlibatan siswa secara
aktif dalam proses belajar dapat terwujud. Sehingga peserta didik dapat merangkum dan
menarik kesimpulan dari pendapat/ jawaban yang muncul dari peserta didik menjadi sebuah
pengetahuan dan pemahaman belajar memunculkan aktivitas belajar emansipatoris
(emancypatory learning).
Video M3KB2
Pada teori humanistik, guru diharapkan tidak hanya melakukan kajian bagaimana dapat
mengajar yang baik, namun kajian mendalam justru dilakukan untuk menjawab pertanyaan
bagaimana agar siswa dapat belajar dengan baik. Jigna dalam jurnal CS Canada (2012)
menekankan bahwa “To learn well, we must give the students chances to develop freely”.
Pernyataan ini mengandung arti untuk menghasikan pembelajaran yang baik, guru harus
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang secara bebas.
Menilik Pendidikan hari ini, siswa menyadari hal-hal yang terjadi dalam proses pembelajaran,
hal ini menunjukkan hubungan dua arah antara guru dan siswa. siswa memanfaatkan teknologi
untuk membuat kognisi, pemahaman dan membuat konten pembelajaran menjadi lebih
menarik dan lebih berwarna.
Mengaitkan pendapat tersebut dengan pernyaataaan bahwa “Kegagalan pembelajaran di
sekolah-sekolah dan di perguruan tinggi dewasa ini lebih banyak terjadi pada proses
(interaksi) pembelajaran”, tentu saja penulis “SETUJU”.
Penulis “setuju” dikarenakan masalah “INTERAKSI” adalah yang kentara dilihat oleh mata.
Tidak sulit menemukan guru/dosen di sekolah/ di kampus yang gagal membangun
interaksi/hubungan yang kuat dengan siswa/mahasiswa dalam proses pembelajaran. Hal ini
menyebabkan siswa/ maha siswa tidak dapat belajar dengan baik, dan bagaimana siswa/
mahasiswa akan berhasil dalam belajar jika interaksi dalam pembelajaran tidak tercipta
dengan baik?
Teori Belajar Kognitif, berpandangan bahwa Belajar merupakan perubahan persepsi dan
pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak. Teori belajar
kognitif juga lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya.
Tidak terciptanya hubungan/ interaksi yang kuat dalam pembelajaran akan menyebabkan
kegagalan dalam proses pencapaian tujuan belajar. Hubungan/ interaksi yang kuat (baik) akan
memungkinkan untuk penciptaan ruang pemberian stimulus-stimulus yang diterima dan
menyesuaikannya dengan struktur koqnitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran
seseorang (siswa/mahasiswa) berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman
sebelumnya.
Terciptanya Hubungan/interaksi yang baik dalam belajar akan bermanfaat juga untuk menjaga
pembelajaran tidak kehilangan makna. Hal ini sejalan dengan pendapat bahwa Teori kognitif
menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh
konteks situasi tersebut.
Video M3KB1
Teori belajar behavioristik menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang dapat
diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulus)
yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik.
Faktor penguatan (reinforcement) baik positif reinforcement maupun negatif reinforcement
merupakan faktor penting dalam teori belajar behavioristik. Ciriciri teori ini adalah
mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil, bersifat mekanistis. menekankan
peranan lingkungan, mementingkan pembentukan respon, menekankan pentingnya latihan,
mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar
yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Beberapa tokoh dalam teori
belajar behavioristik adalah Edwin Lee Thorndike, B.F. Skinner, Edwin Guthrie, Ivan Pavlov,
Clark Hull, dan Albert Bandura. Kelebihan teori belajar behavioristik adalah menekankan
pentingnya latihan sehingga output peserta didik adalah mampu memberikan respon terhadap
stimulus yang diberikan oleh pendidiknya. Teori belajar behavioristik cocok untuk perolehan
kemampuan yang membutuhkan praktik dan pembiasaan. Namun teori behavioristik sering
kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks. Teori ini tidak mampu
menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon dan tidak
dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antara stimulus yang
diberikan dengan responnya. Teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier,
konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Aplikasi teori belajar behavioristik dalam
pembelajaran memerlukan antara lain identifikasi perilaku awal siswa, pemberian stimulus,
pengkajian respon siswa, dan pemberian stimulus baru bila diperlukan.
Forum M3KB2
Menurut teori belajar Kognitif tingkah laku seseorag dalam pembelajaran ditentukan oleh
persepsi serta pemahaman siswa terhadap situasi yang dihadapi dan tujuan belajar yang ingin
dicapai, sehingga belajar dalam konsep kognitivisme merupakan perubahan persepsi dan
pemahaman yang tidak selalu terlihat sebagai tingkah laku yang Nampak.
Berdasarkan pandangan tersebut, maka apa pendapat saudara tentang konsep belajar kognitif
dalam menyikapi keunggulan dan kelemahan pembelajaran abad 21 ?
Teori Belajar Kognitif, berpandangan bahwa Belajar merupakan perubahan persepsi dan
pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak. Teori belajar
kognitif juga lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Terciptanya
Hubungan/ interaksi yang baik dalam belajar akan bermanfaat juga untuk menjaga
pembelajaran tidak kehilangan makna. Hal ini sejalan dengan pendapat bahwa Teori kognitif
menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh
konteks situasi tersebut. Teori belajar ini sangat cocok sekali dengan pembelajaran abad 21
yang sesuai dengan cirinya yaitu 4 C. Peserta didik diharapkan menghasilkan karya yang di
modifikasi atau karya baru.
Forum M2KB1
Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik meliputi: 1) pemahaman guru terhadap peserta didik,2) perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, 3) evaluasi hasil belajar,dan 4) pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasi berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi
dijabarkan menjadi indicator sebagai berikut:
1. Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator: Memahami peserta didik
dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif. Memahami peserta didik
dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi bekal-ajar awal
peserta didik.
2. Merancang pembelajaran, temasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan
pembelajaran memiliki indikator: Memahami landasan kependidikan; menerapkan teori
belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta
didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan
pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih. Melaksanakan pembelajaran memiliki
indikator: menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang
kondusif.
3. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator: merancang dan
melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan
berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan
tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan memanfaatkan hasil penelitian
pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.
4. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya memiliki
indikator: memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi non-akademik.
Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. Secara rinci subkompetensi tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Kepribadian yang mantab dan stabil memiliki indikator; bertindak sesuai dengan norma
hokum; bertindak sesuai dengan norma social; bangga sebagai guru; dan memiliki konsistensi
dalam bertindak sesuai dengan norma.
2. Kepribadian yang dewasa memiliki indikator: menampilkan kemandirian dalam bertindak
sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
3. Kepribadian yang arif memiliki indikator: menampilkan tindakan yang didasarkan pada
kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam
berfikir dan bertindak.
4. Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator: memiliki perilaku yang berpengaruh positif
terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
5. Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator: bertindak sesuai dengan norma
religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani
peserta didik.
Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua atau wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator sebagai
berikut:
1. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik memiliki indikator:
berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.
2. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga
kependidikan.
3. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua atau wali peserta didik
dan masyarakat sekitar.
Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam
yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran dari sekolah dan substansi
keilmuan yang menaungi materinya. Serta penguasaan terhadap struktur dan metodelogi
keilmuannya.Setiap sub kompetensi tersebut memiliki indikator sebagai berikut:
1. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator:
memahami materi agar yang ada dalam kurikulum sekolah; dengan materi ajar;memahami
hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator: menguasai langkah-langkah
penelitian-penelitian kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi.
Standar kompetensi pedagogik diperlukan dalam menghadapi tantangan abad 21 dalam era
pedagogi digital :
1. Persisting, yakni kemampuan memilih, menganalisis dan memutuskan untuk bekerja dalam
wilayah keahlian dan kewenangannya. Tidak mudah menyerah dan mampu menyelesaikan
masalah dalam wilayah profesinya.
2. Managing impulsivity, yakni mengelola sikap jiwa yang terkadang meledak-ledak, memiliki
strategi untuk menyelesaikan masalah, dan memiliki kemampuan untuk mengeksplorasi
berbagai cara dalam menghadapi berbagai masalah, serta memiliki kemampuan untuk
mengantisipasi konsekwensi dari setiap pilihan.
3. Listening to others, yakni kebiasaan mendengar pendapat orang lain, dan mampu memahami
pendapat orang lain yang diikuti kemudian dengan sikap empati.
4. Think flexibility, yakni berfikir fleksibel, bersikap terbuka, dan selalu memiliki keinginan
untuk mengubah pemikiran, dan dengan cara meyakinkan dapat menjelaskan pemikirannya itu
pada orang lain.
5. Thinking about thinking, yakni membina kompetensi untuk bersikap kritis untuk memikirkan
pemikiran sendiri. Inilah kompetensi metakognitif yang merupakan hasil paling ideal dari
sebuah proses pembelajaran.
6. Striving for accuracy and persisting, selalu berusaha untuk bisa melakukan sesuatu dengan
akurat dan sesuai dengan prototipe yang dirancang atau melakukan sesuatu sesuai rencana.
7. Quetioning and posing problems, yakni kemampuan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan
yang baik sesuai dengan tema pembelajaran yang mereka sedang kerjakan, dan mampu
menyusun pertanyaan yang bisa difahami orang lain atau gurunya.
8. Applying past knowledge to the new situation, menggunakan ilmu yang sudah dikuasai untuk
situasi baru.
9. Thinking and Communicating with clarity and precision, yakni kemampuan untuk berfikir
akurat dan berkomunikasi secara efektif, baik komunikasi tertulis maupun lisan, dan selalu
berusaha menggunakan bahasa yang tepat menggambarkan ide dan pemikirannya.
10. Gathering data through all sense, mengumpulkan data dengan menggunakan semua
indra, dengan cicipan, penciuman, atau dengan cara-cara lain yang dimiliki fisik setaip siswa
atau mahasiswa.
11. Creating, Imaging and innovating, yakni bahwa setiap siswa harus dilatih agar memiliki
kemampuan berimajinasi, melaksanakan imajinasinya sehingga menjadi kenyataan dan
bahkan setiap siswa harus dilatih untuk bisa mengembangkan inovation, lewat imajinasi dan
mempelajari karya-karya yang sudah ada untuk dimodifikasi.
12. Responding with wonderment and awe, yakni kemampuan siswa/mahasiswa untuk
merespon sesuatu dengan kekaguman.
13. Taking Responsible risks, yakni memiliki kompetensi tanggung jawab terhadap apa yang
sudah dia putuskan, dan siap menghadapi risiko yang akan muncul dari keputusannya.
14. Finding humours, yakni memiliki kompetensi jiwa yang humoris, periang, antusias, dan
mampu menjaga untuk selalu gembira dalam melaksanakan tugas.
15. Thinking interdependently, yakni kompetensi untuk berfikir komprehensif, bahwa satu
tindakan akan menghasilkan sesuatu yang baik jika didukung oleh banyak kompetensi yang
saling ketergantungan satu sama lain.
16. Learning Continuously, memiliki kompetensi menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Forum M4KB1
Peserta didik adalah individu unik yang memiliki karakteristik berbeda dengan individu-
individu lainnya. Perbedaan karakteristik dipengaruhi oleh gender, etnik, usia, kultural, status
sosial dan minat peserta didik. Perbedaan karakteristik tersebut akan berimplikasi pada
proses dan tujuan pembelajaran. Bagaimana pendekatan dan strategi, Bpk/Ibu sebagai
pendidik dalam menghadapi perbedaan karakteristik tersebut, supaya perbedaan tersebut
menjadi sinergi, bukan penghambat dalam proses dan tujuan pembelajaran.
Forum M5KB1
Bapak Ibu, silahkan berikan makna sekaligus contoh penerapan saintifik dalam model
pembelajaran, silahkan sesuaikan dengan KD pada mata pelajaran.
Berikutnya mohon didiskusikan faktor apa yang menjadi perhatian Guru dalam menentukan
model pembelajaran, sehingga dipilih satu model pembelajaran yang dipandang terbaik - (
boleh mengambil contoh dua atau tiga model pembelajaran yang ada di modul bahan ajar)
Dalam diskusi ini, selain mengemukakan pendapat juga dibolehkan menanggapi pendapat
yang disampaikan teman lainnya.
F. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Saintific (metode ilmiah) dan Mastery learning (Belajar Tuntas)
2. Model : Discovery Learning.
3. Metode : Ceramah, penugasan dan diskusi kelas.
G. Kegiatan Pembelajaran
No. Kegiatan Waktu
1 Pendahuluan
1. Guru menyampaikan salam dan selanjutnya peserta didik menjawabnya.
2. Guru mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk proses belajar mengajar
yaitu kerapian kebersihan ruang kelas
3. Guru meminta ketua kelas untuk memimpin do’a dan membaca Al-Qur’an
sebelum memulai pelajaran. 15 menit
4. Guru mengecek kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran.
5. Guru menyampaikan informasi cakupan materi pembelajaran yang akan
dilaksanakan dengan mengaitkan materi sebelumnya.
6. Guru menyampaikan inti tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti
a. Mengamati
1. Siswa membaca buku teks tentang konsep persamaan dasar akuntansi.
2. Siswa membaca buku teks tentang Mekanisme Debit/Kredit dan Aturan
Saldo Normal
2. 3. Siswa membaca buku teks tentang analisis bukti transaksi keuangan pada 120 menit
mekanisme debit/kredit.
b. Menanya
1. Siswa bertanya dan berdiskusi untuk mendapatkan klarifikasi tentang
konsep persamaan dasar akuntansi
2. Siswa bertanya dan berdiskusi untuk mendapatkan klarifikasi tentang
Mekanisme Debet Kredit dan Aturan Saldo Normal.
3. Siswa bertanya dan berdiskusi untuk mendapatkan klarifikasi tentang
analisis bukti transaksi keuangan pada mekanisme debit/kredit
c. Mengeksplorasi
1. Siswa mengumpulkan data dan informasi melalui berbagai
referensi/media terkait dengan konsep persamaan akuntansi, untuk
menciptakan cara, format atau sistem dalam melakukan pencatatan pada
persamaan akuntansi.
2. Siswa mengumpulkan data dan informasi melalui berbagai
referensi/media terkait dengan Mekanisme Debit/Kredit dan Aturan Saldo
Normal.
3. Siswa mengumpulkan data dan informasi melalui berbagai
referensi/media terkait dengan analisis bukti transaksi keuangan pada
mekanisme debit/kredit.
d. Menalar
1. Siswa menganalisis informasi dan data- data yang diperoleh dari bacaan
maupun dari sumber-sumber terkait tentang konsep persamaan akuntansi.
2. Siswa menganalisis informasi dan data- data yang diperoleh dari bacaan
maupun dari sumber-sumber terkait tentang Mekanisme Debit/Kredit dan
Aturan Saldo Normal.
3. Siswa menganalisis informasi dan data- data yang diperoleh dari bacaan
maupun dari sumber-sumber terkait tentang analisis bukti transaksi
keuangan pada mekanisme debit/kredit
e. Mengomunikasikan
1. Melaporkan hasil analisis transaksi dan penerapannya dalam persamaan
dasar akuntansi.
2. Melaporkan hasil analisis transaksi dan penerapannya dalam Mekanisme
Debit/Kredit dan Aturan Saldo Normal.
3. Melaporkan hasil analisis transaksi dan penerapannya dalam analisis bukti
transaksi keuangan pada mekanisme debit/kredit.
3 Penutup
Post test
1. Guru memberikan soal latihan kepada siswa untuk dikerjakan secara
individu. Siswa secara bergilir mengerjakan soal latihan di depan kelas.
Guru membagi kelas menjadi dua kelompok, kelompok
pertama diberi kartu pertanyaan dan kelompok kedua diberi kartu jawaban
Siswa mencari pasangan atas soal dan jawaban yang diberikan guru Siswa
secara bergiliran membacakan hasil temuannya di depan kelas.
2. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan dan kelompok yang selesai lebih
dulu mempresentasikan jawabannya sedangkan kelompok lain menanggapi.
Refleksi 90 menit
1. Dari kegiatan pembelajaran guru menyampaikan pada siswa bahwa dalam
mengatur keuangan harus seimbang, antara pemasukan dan pengeluaran.
2. Dari kegiatan pembelajaran guru menyampaikan pada siswa bahwa dalam
hidup ini harus bisa menempatkan segala sesuatu sesuai dengan situasi,
kondisi dan tempatnya.
Kesimpulan
1. Guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran.
2. Guru menyampaikan materi yang akan datang.
3. Guru mengucapkan salam
H. Penilaian Pembelajaran
1. Teknik Penilaian:
a. Tes Tertulis
b. Evaluasi
2. Instrumen Penilaian
a. Uji Kompetensi / Latihan soal (terlampir).
3. Lembar Penilaian (terlampir)
I.Media, Alat/Bahan, dan Sumber Belajar
1. Media : LCD
2. Alat : Komputer
3. Bahan : Dokumen transaksi
4. Sumber Belajar : Buku teks, modul, dan sumber lain yang relevan
Faktor yang menjadi perhatian Guru dalam menentukan model pembelajaran yaitu KD dan Indikator yang harus
tercapai serta sarana prasarana di sekolah.
Forum M5KB2
Mohon didiskusikan faktor apa yang menjadi perhatian Guru dalam menentukan media pembelajaran. Apa yang
harus dipersiapkan ole Guru untuk mampu menggunakan media pembelajaran dengan baik -untuk memudahkan
bapak ibu boleh menggunakan satu atau dua contoh untuk membantu mendeskripsikan gagasannya dalam
pemilihan media pembelajaran ini.
Dalam diskusi ini, selain mengemukakan pendapat juga dibolehkan menanggapi pendapat yang disampaikan
teman lainnya.
Media adalah kata jamak dari medium, yang artinya perantara. Dalam proses komunikasi
pembelajaran, media hanyalah satu dari empat komponen yang harus ada. Komponen tersebut,
yaitu : sumber pesan, media pembelajaran, metode pembelajaran, dan penerima pesan.
Media pembelajaran menurut Schramm (1977) adalah teknologi pembawa pesan (atau
informasi) yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. kemudian, Briggs (1977)
mendifinisikan media pembelajaran sebagai sarana fisik untuk menyampaikan isi/ materi
pembelajaran. Selanjutnya, Gagne (1990) mengartikan media pembelajaran sebagai jenis
komponen dalam lingkungan peserta didik yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Disisi
lain, Arief S. Sadiman (1986) menyampaikan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat peserta didik agar terjadi proses belajar.
Berangkat dari 4 (empat) teori tersebut, saya sebagai guru mencoba menganalisis pandangan
siapa yang paling relevan dengan kondisi saat ini, yakni pembelajaran student centered learning.
Pandangan Gagne adalah yang paling relevan untuk kondisi pembelajaran saat ini. Gagne
(1990) mengartikan media pembelajaran sebagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik
yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Gagne dalam pandanganya menempatkan media
pembelajaran sebagai “komponen” dalam lingkungan belajar peserta didik untuk mencapai tujuan
belajar. Komponen adalah bagian dari keseluruhan sistem yang mempunyai peran penting di
dalam keseluruhan aspek berlangsungnya suatu proses dalam pencapaian suatu tujuan di dalam
sistem (Tataart Study, 2012). Dari pengertian ini, Gagne menjadikan media sebagai bagian tak
terpisahkan dari lingkungan belajar siswa. Penekanan pandangan inilah yang membuat
pandangan Gagne menjadi berbeda dari pandangan-pandangan ahli-ahli lain yang menyampaikan
bahwa pengertian dari media pembelajaran adalah sebagai sarana bagi guru untuk membantu
dalam menyampaikan sebuah informasi atau materi pembelajaran agar lebih mudah dipahami
oleh peserta didik. Dengan demikian pandangan beberapa ahli yang lain menunjukkan bahwa
fungsi media pembelajaran masih terfokus pada pembantu peran guru dalam menyampaikan
sebuah informasi atau materi pembelajaran. Berbeda dengan pandangan Gagne yang
menyampaikan bahwa media pembelajaran adalah komponen dalam lingkungan yang dapat
merangsang peserta didik untuk belajar, komponen dalam artian bagian dari sistem yang tak
terpisahkan sehingga berdasarkan pandangan ini maka media pembelajaran lebih terfokus pada
bagaimana aktifitas peserta didik dalam lingkungan belajarnya dapat terus termotivasi, dimana
guru tidak harus menjadi sumber utama informasi pembelajaran. Media dalam arti ini, tidak
hanya hanya berfungsi sebagai sarana, melainkan juga bisa menjadi sumber belajar. Fokus
pembelajaran abad 21 adalah bagaimana pembelajaran menjadi bermakna (meaningful learning).
Makna pembelajaran di abad 21, telah bergeser dari Teacher ceentered kepada Student Centered,
yang artinya guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber informasi belajar. Peserta didik dengan
kreatifitas dan antusiasnya dappat memanfaatkan berbagai media, sebagai sarana bahkan sebagai
sumber belajar itu sendiri. Dalam pembelajaran berpusat pada peserta didik (student center
learning), pengguna utama media adalah peserta didik itu sendiri. Jadi faktor yang menentukkan
penggunaan media pembelajaran adalah peserta didik, sarana prasarana dan lingkungan sekitar.
Forum M4KB2
bu/Bapak Guru yang terhormat pada Modul 4/Kegiatan Belajar 2 ini, kita akan mendiskusikan
tentang kemampuan awal peserta didik.
Kemampuan awal adalah pengalaman, pemahaman, pengetahuan awal (prior knowledge)
yang telah dimiliki oleh pesert didik yang menggambarkan kesiapan siswa untuk mengikuti
dan menerima pelajaran dari guru. Bagaimana Bapak dan Ibu dalam mengidentifikasi tingkat
kemampuan masing-masing peserta didik di kelas, serta upaya apa yang harus dilakukan
dalam mengakomodasi perbedaan tingkat kemampuan tersebut untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang sudah ditetapkan.
Teknik mendeteksi kemampuan awal peserta didik dapat dilakukan diantaranya dengan:
a. Menggunakan catatan atau dokumen yang tersedia. Dalam hal ini, catatan kemajuan peserta
didik (raport) dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi untuk mendeteksi
kemampuan awal peserta didik.
b. Menggunakan tes prasyarat (prerequisite test) dan tes awal (pre-test).
c. Mengadakan konsultasi individual.
d. Menggunakan angket atau kuesioner kepada peserta didik untuk memperoleh informasi terkait
bagaimana karakteristik peserta didik khususnya kemampuan awal ataupun pengalaman yang
sudah dimiliki oleh peserta didik.
Beberapa teknik tersebut di atas dapat dipergunakan oleh guru sebagai alternatif dalam
mendeteksi kemampuan awal peserta didik sebelum mendesain pembelajaran sehingga
pembelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, mendeteksi kemampuan awal peserta didik
juga dapat dilakukan dengan mendiskusikan beberapa topik yang relevan sebelum guru memulai
pelajaran serta menggunakan pengetahuan/keterampilan yang sudah akrab bagi peserta didik.
Dengan demikian, peserta didik dapat lebih siap dalam menerima materi baru dan lebih
termotivasi untuk terlibat dalam aktivitas maupun tugas-tugas pembelajaran yang telah di
rancang oleh guru. Guru dapat mengukur tingkat pengetahuan peserta didik sebelumnya tersebut
dan menggunakannya sebagai landasan untuk mempersiapkan pembelajaran.
Cara mengakomodasi perbedaan tingkat kemampuan untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang sudah ditetapkan dengan menentukkan pendekatan, strategi, metode dan media
pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik.
Forum M4KB3
Tidak ada peserta didik yang tidak memiliki potensi. Sebab pada hakekatnya setiap peserta didik
memiliki potensi. Karena peserta didik itu berbeda-beda, maka potensi yang mereka miliki pun
berbeda-beda. Potensi adalah kesanggupan, daya, kemampuan untuk lebih berkembang. Potensi
peserta didik adalah kapasitas atau kemampuan dan karakteristik/sifat individu yang
berhubungan dengan sumber daya manusia yang memiliki kemungkinan dikembangkan dan
menunjang pengembangan potensi lain yang terdapat dalam diri peserta didik. Berbagai
pengertian ini menegaskan bahwa setiap peserta didik memiliki kesanggupan, daya, dan mampu
berkembang. Artinya, tidak boleh vonis kepada peserta didik tertentu bahwa ia tidak sanggup,
berdaya, dan tidak mampu berkembang. Pada dasarnya setiap peserta didik mempunyai potensi,
baik fisik, intelektual, kepribadian, minat, moral, mau pun religi.
Guru berperan penting dalam upaya mengembangkan potensi peserta didik. Guru dapat
mengembangkan potensi peserta didik dengan cara menciptakan suasana pembelajaran yang
dapat dinikmati oleh peserta didik. Pembelajaran semacam ini menerapkan pendekatan
kompetensi, yaitu pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
bermain dan beraktivitas, member suasana aman dan bebas secara psikologis, penerapan
disiplinnya tidak kaku, memberikan keluasan kepada peserta didik untuk boleh mempunyai
gagasan, ide, atau pendapat sendiri, mampu memotivasi peserta didik berpartisipasi secara aktif,
memberi kebebasan berpikir kreatif. Setiap peserta didik adalah individu yang unik. Mereka
memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda antara satu dengan yang lain. Sudah sepatutnya
para pendidik baik guru mau pun orang tua bisa membantu peserta didik dalam mengembangkan
potensinya.
Forum M5KB3
Mohon didiskusikan apa yang menjadi perhatian Guru dalam menentukan atau memilih
bahan ajar atau materi ajar. Apa yang harus dipersiapkan ole Guru untuk mampu memilih
bahan atau materi ajar yang baik - untuk memudahkan bapak/ ibu, dipersilahkan
menggunakan satu atau dua contoh pemilihan bahan atau bahan ajar untuk satu atau dua
KD.
Dalam diskusi ini, selain mengemukakan pendapat juga dibolehkan menanggapi pendapat
yang disampaikan teman lainnya.
Guna menghasilkan tamatan yang mempunyai kemampuan sesuai standard kompetensi lulusan,
diperlukan pengembangan pembelajaran untuk setiap kompetensi secara sistematis, terpadu, dan
tuntas (mastery learning). Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip
relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar, terlebih
dahulu perlu diketahui kriteria pemilihan bahan ajar. Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau
materi pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini berarti bahwa
materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru di satu pihak dan harus dipelajari
siswa di lain pihak hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang
tercapainya kompetensi dasar. Setelah diketahui kriteria pemilihan bahan ajar, sampailah kita
pada langkah-langkah pemilihan bahan ajar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan
ajar meliputi pertama-tama mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam kompetensi dasar
yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar. Langkah berikutnya adalah
mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar. Langkah ketiga memilih bahan ajar yang sesuai
atau relevan dengan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi. Terakhir adalah memilih
sumber bahan ajar. Langkah-langkah pemilihan bahan ajar yang baik oleh guru adalah harus
mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam kompetensi dasar memerlukan jenis materi
yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Setiap aspek tersebut memerlukan materi
pembelajaran atau bahan ajar yang berbeda-beda untuk membantu pencapaiannya.
Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain :
Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
Kompetensi yang akan dicapai
Content atau isi materi pembelajaran
Informasi pendukung
Latihan-latihan
Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
Evaluasi
Respon atau balikan terhadap hasil evaluasi
Sebagai contoh :
Kompetensi Dasar
1. KI 3 :
3.1 Mendeskripsikan konsep persamaan dasar akuntansi.
2. KI 4:
4.1 Menerapkan konsep persamaan dasar akuntansi.
Dengan KD diatas, menurut pendapat saya yaitu menggunakan bahan ajar multimedia
pembelajaran interaktif yang mengkombinasikan berbagai media seperti teks, gambar, suara,
animasi, video dan lainnya secara terpadu dan sinergis melalui komputer atau peralatan
elektronik lain untuk mencapai tujuan tertentu. Peserta didik di sekolah saya hampir semuanya
sudah melek teknologi yaitu ke sekolah membawa Handphone (HP) masing-masing. Sehingga
peserta didik dapat menggunakan HP secara berulang- ulang untuk melakukan kegiatan
pembelajaran baik di sekolah dan di luar sekolah.
Forum M5KB4
Deskripsikan dengan baik langkah-langkah dalam penyusunan RPP, supaya lebih terarah coba
ambil contoh satu KD saja (deskripsinya upayakan urut dan lengkap).
Dalam diskusi ini, selain mengemukakan pendapat juga dibolehkan menanggapi pendapat
yang disampaikan teman lainnya.
Kelas/Semester : X/ I
A. KOMPETENSI INTI
KI 3 : Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
procedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak
secara efektif dan kreatif, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah
pengawasan langsung.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Siswa mampu mengamalkan nilai karakter dalam proses pembelajaran yang meliputi
sikap religius, disiplin, jujur, mandiri, kreatif, dan toleransi.
b. Siswa mampu menjabarkan pengertian dan rumus – rumus persamaan akuntansi dalam
kegiatan pembelajaran dengan benar.
c. Siswa mampu mengidentifikasi pengaruh transaksi keuangan terhadap
persamaan akuntansi dalam kegiatan pembelajaran dengan benar.
d. Siswa mampu mengidentifikasi ketentuan/aturan Debit Kredit dalam kegiatan
pembelajaran dengan benar.
e. Siswa mampu mengidentifikasi akun-akun neaca dan laba/rugi dalam kegiatan
pembelajaran dengan benar.
f. Siswa mampu menerapkan rumus persamaan akuntansi dalam kegiatan latihan soal
dengan benar.
g. Siswa mampu menganalisis bukti transaksi keuangan/bukti pencatatan dalam keiatan
latihan soal dengan benar.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Persamaan Dasar Akuntansi, Ketentuan Debit/Kredit, Analisis Debit/Kredit
(uraian terlampir multimedia pembelajaran interaktif)
E. METODE PEMBELAJARAN
1. Pendekatan : Saintifik dan Mastery learning
2. Model Pembelajaran : Discovery Learning
3. Metode : Diskusi kelompok, Tanya jawab, dan Penugasan
F. ALAT/MEDIA/SUMBER BELAJAR
1. Alat : Perangkat Komputer , Laptop dan software desain grafis /HP
2. Media : Multimedia Pembelajaran Interaktif
3. Sumber Belajar : Buku panduan desain grafis, internet, video tutorial desain grafis.
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No. Kegiatan Waktu
1 Pendahuluan
1. Guru menyampaikan salam dan selanjutnya peserta didik menjawabnya.
2. Guru mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk proses belajar mengajar
yaitu kerapian kebersihan ruang kelas
3. Guru meminta ketua kelas untuk memimpin do’a dan membaca Al-Qur’an
sebelum memulai pelajaran. 15 menit
4. Guru mengecek kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran.
5. Guru menyampaikan informasi cakupan materi pembelajaran yang akan
dilaksanakan dengan mengaitkan materi sebelumnya.
6. Guru menyampaikan inti tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti
a. Mengamati
1. Siswa membaca tentang konsep persamaan dasar akuntansi.
2. Siswa membaca tentang Mekanisme Debit/Kredit dan Aturan Saldo Normal
3. Siswa membaca tentang analisis bukti transaksi keuangan pada mekanisme
debit/kredit.
b. Menanya
1. Siswa bertanya dan berdiskusi untuk mendapatkan klarifikasi tentang konsep
persamaan dasar akuntansi
2. Siswa bertanya dan berdiskusi untuk mendapatkan klarifikasi tentang
Mekanisme Debet Kredit dan Aturan Saldo Normal.
3. Siswa bertanya dan berdiskusi untuk mendapatkan klarifikasi tentang analisis
bukti transaksi keuangan pada mekanisme debit/kredit
c. Mengeksplorasi
2. 120 menit
1. Siswa mengumpulkan data dan informasi melalui berbagai
referensi/media terkait dengan konsep persamaan akuntansi, untuk
menciptakan cara, format atau sistem dalam melakukan pencatatan pada
persamaan akuntansi.
2. Siswa mengumpulkan data dan informasi melalui berbagai
referensi/media terkait dengan Mekanisme Debit/Kredit dan Aturan Saldo
Normal.
3. Siswa mengumpulkan data dan informasi melalui berbagai
referensi/media terkait dengan analisis bukti transaksi keuangan pada
mekanisme debit/kredit.
d. Menalar
1. Siswa menganalisis informasi dan data-data yang diperoleh dari bacaan
maupun dari sumber-sumber terkait tentang konsep persamaan akuntansi.
2. Siswa menganalisis informasi dan data- data yang diperoleh dari bacaan
maupun dari sumber-sumber terkait tentang Mekanisme Debit/Kredit dan
Aturan Saldo Normal.
3. Siswa menganalisis informasi dan data- data yang diperoleh dari bacaan
maupun dari sumber-sumber terkait tentang analisis bukti transaksi keuangan
pada mekanisme debit/kredit
e. Mengomunikasikan
1. Melaporkan hasil analisis transaksi dan penerapannya dalam persamaan dasar
akuntansi.
2. Melaporkan hasil analisis transaksi dan penerapannya dalam Mekanisme
Debit/Kredit dan Aturan Saldo Normal.
3. Melaporkan hasil analisis transaksi dan penerapannya dalam analisis bukti
transaksi keuangan pada mekanisme debit/kredit.
3 Penutup
Post test
1. Guru memberikan soal latihan kepada siswa untuk dikerjakan secara individu.
Siswa secara bergilir mengerjakan soal latihan di depan kelas.
3. Guru membagi kelas menjadi dua kelompok, kelompok
pertama diberi kartu pertanyaan dan kelompok kedua diberi kartu jawaban
Siswa mencari pasangan atas soal dan jawaban yang diberikan guru Siswa
secara bergiliran membacakan hasil temuannya di depan kelas.
4. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan dan kelompok yang selesai lebih dulu
mempresentasikan jawabannya sedangkan kelompok lain menanggapi.
90 menit
Refleksi
1. Dari kegiatan pembelajaran guru menyampaikan pada siswa bahwa dalam
mengatur keuangan harus seimbang, antara pemasukan dan pengeluaran.
2. Dari kegiatan pembelajaran guru menyampaikan pada siswa bahwa dalam
hidup ini harus bisa menempatkan segala sesuatu sesuai dengan situasi,
kondisi dan tempatnya.
Kesimpulan
1. Guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran.
2. Guru menyampaikan materi yang akan datang.
3. Guru mengucapkan salam
H. TEKNIK PENILAIAN
a. Penilaian Sikap
1) Teknik Penilaian : Observasi
2) Instrumen dan rubrik penilaian : Terlampir
b. Penilaian Pengetahuan
1) Teknik Penilaian : Tes tertulis
2) Instrumen dan Rubrik Penilaian : Terlampir
c. Penilaian Keterampilan
1) Teknik Penilaian : Observasi Diskusi
2) Instrumen dan Rubrik penilaian : Terlampir
Forum M3KB1
Ada pendapat yang menyatakan bahwa teori belajar behavioristik cenderung mengarahkan siswa
berpikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif.
Apa tanggapan saudara tentang pendapat tersebut dan sertakan contohnya .
Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak
kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan
atau shaping, yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga
menjadikan siswa untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang
berpengaruh dalam hidup ini yang mempengaruhi proses belajar. Jadi pengertian belajar tidak
sesederhana yang dilukiskan oleh teori behavioristik. Saya sependapat dengan Skinner yaitu
penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman
harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang akan muncul berbeda dengan respon yang
sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama
menjadi semakin kuat. Lawan dari penguat negatif adalah penguat positif (positive
reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah bahwa
penguat positif itu ditambah, sedangkan penguat negatif adalah dikurangi agar memperkuat
respons. Stimulus diberikan oleh guru harus berpikir tingkat tinggi atau berpikir kritis sehingga
respon peserta didik akan kreatif dan produktif.
Seperti contoh memberikan stimulus kepada peserta didik untuk mengerjakan latihan kertas kerja
(work sheet) berbeda secara berkelompok, maka respon peserta didik secara berkelompok akan
berbeda- beda tidak dengan cara yang sama dan jawaban satu benar. Sehingga terlaksana
pembelajaran yang aktif tidak pasif, kreatif dan produktif.
Video M4KB2
Kemampuan awal adalah pemahaman, pengalaman, pengetahuan prasyarat, dan segala sesuatu
yang dimiliki oleh peserta didik sebagai pengetahuan awal (prior knowledge) dan disusun secara
hirarkis sebagai basis data pengalaman (experiential data base) di dalam diri peserta didik.
Identifikasi pengetahuan tentang kemampuan awal peserta didik sangat penting karena berguna
untuk memberikan dosis pelajaran yang tepat kepada peserta didik, mengambil langkah-langkah
yang diperlukan oleh guru, mengukur apakah peserta didik memiliki prasyarat yang dibutuhkan,
dan memilih pola-pola pembelajaran yang lebih baik . Beberapa teknik mendeteksi kemampuan
awal peserta didik dapat dilakukan diantaranya dengan: menggunakan catatan atau dokumen
yang tersedia, menggunakan tes prasyarat (prerequisite test) dan tes awal (pre-test), mengadakan
konsultasi individual, dan menggunakan angket atau kuesioner kepada peserta didik untuk
memperoleh informasi terkait bagaimana karakteristik peserta didik khususnya kemampuan awal
ataupun pengalaman yang sudah dimiliki oleh peserta didik. Klasifikasi pembelajaran menurut
Gagne (1977) meliputi lima jenis kemampuan atau ranah belajar, yakni: keterampilan intelektual,
strategi kognitif, informasi verbal, sikap, dan psikomotor.
Video M4KB3
Pelajar Visual
Dorong pelajar visual mempunyai banyak simbol dan gambar dalam catatan mereka. Dalam
matematika dan ilmu pengetahuan, tabel dan grafik akan memperdalam pemahaman mereka.
Peta pikiran dapat menjadi alat yang bagus bagi para pelajar visual belajar terbaik saat mulai
dengan “gambaran keseluruhan,” melakukan tinjauan umum mengenai bahan pelajaran akan
sangat membantu. Membaca bahan secara sekilas misalnya, memberikan gambaran umum
mengenai bahan bacaan sebelum mereka terjun kedalam perinciannya.
Pelajar Auditorial
Para pelajar Auditorial mungkin lebih suka merekam pada kaset dari pada mencatat, karena
mereka suka mendengarkan informasi berulang-ulang. Jika mereka kesulitan dengan satu konsep
bantulah mereka berbicara dengan diri mereka sendiri untuk memahaminya. Anda dapat
membuat fakta panjang yang mudah diingat oleh siwa auditorial dengan mengubahnya menjadi
lagu, dengan melodi yang sudah dikenal dengan baik.
Pelajar Kinestetik
Pelajar kinestetik suka belajar melalui gerakan dan paling baik menghafal informasi dengan
mengasosiasikan gerakan dengan setiap fakta. Banyak pelajar kinestetik menjauhkan diri dari
bangku, mereka lebih suka duduk di lantai dan menyebarkan pekerjaan di sekeliling mereka.
Video M5KB1
Video M5KB2
model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan
pendapat, dan mengelolah imformasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan
berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan
ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya (
Rusman, 2008.203).
No. Stimulus
Kegiatan Kesimpulan
Sintak Ya Tidak
1 Menyampaikan tujuan -Salam
pembelajaran ; -Memaparkan kompetensi
Guru menyampaikan semua tujuan dasar dan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pembelajaran
√
pada pelajaran tersebut dan -Memberikan pertanyaan
memotivasi siswa untuk mengetahui
kemampuan awal
- Memberikan motivasi
2 Menyajikan Informasi ; - Memaparkan materi
√
Guru menyajikan informasi kepada -Materi terdiri dari
siswa dengan jalan demostrasi atau 1. tokoh
lewat bacaan 2. watak
3. latar
4. tema
5. amanat
3 Mengorganisasi siswa ke dalam -Pesrta didik terdiri dari 15
kelompok-kelompok belajar ; -Membagi kelompok asal
Guru menjelaskan kepada siswa menjadi 3 kelompok
√
bagaimana cara membentuk Membagi kelompok ahli
kelompok belajar dan membantu menjadi 5 kelompok
setiap langkah secara efesien
4 Membimbing kelompok belajar - Guru sebagai
dan bekerja ; pembimbing
Guru membimbing kelompok- √
kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas.
5 Evaluasi ; -peserta didik
Guru mengevaluasi hasil belajar mempresentasikan hasil
tentang materi yang telah dipelajari diskusi kelompok
√
atau masing-masing kelompok -guru melakukan penilaian
mempresentasikan hasil kerjanya -nilai paling besar diberi
penghargaan
6 Memberikan penghargaan ;
Guru mencari cara-cara untuk
√
menghargai hasil belajar uindividu
dan kelompok
Kesimpulan dari video yutube model pembelajaran kooperatif jingsaw yang diterapkan kepada
siswa kelas VI SD materi “cerita anak “sesuai dengan sintak nya.
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang menggunakan berbagai
kemampuan berpikir dari peserta didik secara individu maupun kelompok, serta lingkungan
nyata (autentik) untuk mengatasi permasalahan sehingga menjadi bermakna, relevan, dan
kontekstual (Tan Onn Seng, 2000). Problem Based Learning untuk pemecahan masalah yang
kompleks, problem-problem nyata dengan menggunakan pendekataan studi kasus. Peserta didik
melakukan penelitian dan menetapkan solusi untuk pemecahan masalah (Bernie Trilling &
Charles Fadel, 2009: 111).
Tujuan Pembelajaran PBL untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep
pada permasalahan baru/nyata, pengintegrasian konsep Higher Order Thinking Skills (HOTS)
yakni pengembangan kemampuan berfikir kritis, kemampuan pemecahan masalah, dan secara
aktif mengembangkan keinginan dalam belajar dengan mengarahkan belajar diri sendiri dan
keterampilan (Norman and Schmidt). Pengembangan kemandirian belajar dapat terbentuk ketika
peserta didik berkolaborasi untuk mengidentifikasi informasi, strategi, dan sumber-sumber
belajar yang relevan untuk menyelesaikan masalah.
Model PBL menyuguhkan situasi atau berbagai masalah otentik yang mendorong peserta didik
untuk melakukan investigasi dan penyelidikan. Putu Arnyana (2004) mendeskripsikan
pembelajaran berbasis masalah tersebut sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan
masalah riil kehidupan yang bersifat tidak tentu, terbuka, dan mendua.
Model pembelajaran ini dilandasi oleh teori konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan
peserta didik dalam belajar dan pemecahan masalah otentik. Pada model ini dalam perolehan
informasi dan pengembangan pemahaman tentang topik-topik, peserta didik belajar bagaimana
mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah,
mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi mengenai
pemecahan masalah dan bekerja secara individual atau kolaborasi dalam pemecahan masalah.
PBL merupakan model pembelajaran yang mendorong untuk lebih aktif dan memaksimalkan
kemampuan berpikir kritis untuk mendapatkan solusi dari masalah pada dunia nyata. Dengan ini
dapat membuat peserta didik mahir dalam memecahkan dan mengambil solusi dari suatu
masalah, selain itu juga dirancang masalah-masalah yang memotivasi untuk mendapatkan
pengetahuan yang penting sehingga memiliki strategi belajar sendiri serta kecakapan
berpartisipasi dalam kelompok diskusi. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang
sistemik untuk memecahkan masalah atau tantangan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-
hari. Tujuannya adalah membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir dan
keterampilan mengatasi masalah, belajar peranan orang dewasa yang autentik dan menjadi
pembelajar yang mandiri.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis
masalah merupakan kerangka konseptual tentang proses pembelajaran yang menggunakan
masalah-masalah riil dalam kehidupan nyata (otentik), bersifat tidak tentu, terbuka dan mendua
untuk merangsang dan menantang peserta didik berpikir kritis untuk memecahkannya. Dalam
pemecahan masalah tersebut, sebagaimana dikemukakan oleh Tan (dalam Rusman, 2014),
peserta didik menggunakan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan
konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang
baru dan kompleksitas yang ada.
Model pembelajaran dalam video tersebut efektif karena sesuai dengan materi pembelajarannya,
peserta didik bersama-sama memecahkan suatu permasalahan dan mendapatkan berbagai
alternatif solusi untuk pemecahannya sehingga didapatkan satu kesimpulan. Suatu pembelajaran
dikatakan menerapkan model PBL jika pembelajaran tersebut memiliki ciri-ciri sebagaimana
dikemukakan oleh Putu Arnyana (2004) sebagai berikut: a) terdapat kegiatan mengajukan
pertanyaan atau masalah, b) pembelajaran terfokus pada keterkaitan antar disiplin, c)
penyelidikan autentik, d) peserta didik menghasilkan produk berupa karya nyata seperti laporan,
e) kerjasama (peserta didik bekerjasama d a l a m kelompok).
Kelebihan dari model pembelajaran ini antara lain :
1) Menantang kemampuan serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru
bagi peserta didik.
2) Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran peserta didik.
3) Membantu peserta didik dalam mentransfer pengetahuan untuk memahami masalah dunia
nyata.
4) Membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung
jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
5) Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan mengembangkan
kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
6) Memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
mereka miliki dalam dunia nyata.
7) Mengembangkan minat peserta didik untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar
pada pendidikan formal telah berakhir.
8) Memudahkan peserta didik dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna
memecahkan masalah dunia nyata.
Model Pembelajaran Project Based Cooperative Learning
Model PjBCL merupakan model yang dikembangkan berdasarkan penerapan projek dengan
melibatkan siswa menyelidiki masalah dunia nyata melalui kelompok kooperatif (Yam & Rosini,
2010: 1). Penerapan pembelajaran projek merupakan salah satu cara yang dapat Anda pilih
sebagai guru untuk melibatkan siswa dengan materi atau konten pembelajaran mereka. Model
dengan projek ini dipandang menarik karena memiliki format instruksional yang inovatif di mana
siswa dapat memilih berbagai aspek tugas dan termotivasi oleh masalah lingkungan sekitar
bahkan mungkin akan memberikan kontribusi kepada mereka (Bender, 2012: 7). Projek
pembelajaran pada model ini dilaksanakan secara kelompok kooperatif dengan siswa-siswa yang
heterogen sebagai anggotanya.
Pengembangan model ditujukan untuk lebih mempermudah pengimplementasian projek dalam
pembelajaran melalui kegiatan kelompok. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan
pembelajaran projek yaitu membutuhkan banyak waktu dan biaya untuk menyelesaikan sebuah
projek. Projek yang dilaksanakan secara kooperatif akan lebih efektif serta menghemat waktu
dan biaya. Pembelajaran kooperatif sangat cocok untuk mengorganisasi kegiatan dalam
pembelajaran berbasis projek sehingga menjadi model gabungan bernama project based
cooperative learning (Wang, 2008: 265). Pada model ini suatu situasi perlu diciptakan di mana
tujuan individu dapat dicapai hanya ketika kelompok itu bekerjasama demi kerhasilan
menyelesaikan projek.
Sintak Model PjBCL (Wang, 2008: 2655)
Penggunaan model simulasi sudah diterapkan di dalam dunia pendidikan lebih dari tiga puluh
tahun. Model pembelajaran ini berasal dari penerapan prinsip sibernetik. Belajar dengan konsep
sibernetik adalah proses mengalami konsekuensi lingkungan secara sensorik dan melibatkan
perilaku koreksi diri (self corrective behavior) sehingga tercipta suatu lingkungan yang dapat
menghasilkan umpan balik yang optimal bagi siswa. Pelaksanaan model simulasi pada dasarnya
digunakan untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa yang
lebih banyak mengarah kepada psikomotor agar kegiatan lebih bermakna bagi siswa.
Penyajian yang nyata pada model simulasi melibatkan siswa secara aktif dalam berinteraksi
dengan situasi di lingkungannya. Siswa mengaplikasikan pengetahuan yang telah dipelajari
sebelumnya dengan memperagakan dalam bentuk replikasi dan visualisasi. Hal ini berguna untuk
untuk memberikan respons (membuat keputusan atau melakukan tindakan) untuk mengatasi
masalah/situasi dan menerima umpan balik tentang respons tersebut (Rheba & Thompson dalam
Anitah, 2007). Penerapan model simulasi menurut Trianto (2010: 140-141) terdapat beberapa
jenis, diantaranya 1) sosiodrama, 2) psikodrama, 3) role playing atau bermain peran, 4) peer
teaching dan 5) simulasi game.
Penerapan model simulasi memiliki empat tahap menurut Joyce, Weil dan Calhoun, (2009: 441-
442). Tahap pertama yaitu orientasi, guru menyampaikan topik yang akan dibahas dan konsep
yang akan digunakan dalam aktivitas simulasi. Tahap kedua, yaitu persiapan simulasi atau
latihan partisipasi. Pada tahap ini guru menyusun sebuah skenario yang memaparkan peran,
aturan, proses, skor, jenis, keputusan yang akan dibuat dan tujuan simulasi. Guru memimpin
praktik dalam jangka waktu singkat untuk memastikan bahwa siswa telah memahami semua
arahan dan bisa melaksanakan perannya masing-masing. Tahap ketiga, yaitu pelaksanaan
simulasi. Siswa berpartisipasi dalam permainan atau simulasi, dan guru/dosen juga memainkan
perannya sebagai wasit dan pelatih. Secara periodik, permainan simulasi bisa dihentikan
sehingga siswa dapat menerima umpan balik, mengevaluasi penampilan dan keputusan mereka
serta mengklarifikasi kesalahan-kesalahan konsepsi. Tahap keempat adalah wawancara
partisipasi. Berdasarkan hasil yang diperoleh, guru dapat membantu siswa fokus pada hal-hal
melalui wawancara partisipasi. Berikut ini tabel sintak model pembelajaran simulasi yang dapat
diterapkan disekolah.
Tabel 3. Sintak Model Simulasi Adaptasi Joyce, Weil dan Calhoun (2009:442)
Tahap Pertama: Orientasi Tahap Kedua:Latihan Partisipasi
Pembelajaran dikembangkan bila merujuk pada kerucut Edgar Dale diatas maka
masuk pada seluruh bagian piramida Dale. Berdasarkan piramida Dale tersebut, penulis
mencoba mengelompokkan/ mengklasifikasi media pembelajaran yang kiranya mumpuni
untuk pembelajaran abad 21.
Klasifikasi media pembelajaran abad 21, dapat penulis sajikan sebagai berikut:
2) Media on line : Blog, Website, E Mail, E Book, Kelas Virtual, Tes Online,
4) Media Visual : Slide Power Point, Macromedia Flash, Gambar, Foto, Poster,
Wallchart
Sampai hari ini kita masih menggunakan taksonomi Bloom (yang dikoreksi oleh Anderson
dan Krathwol) sebagai acuan penyusunan perangkat penilaian pembelajaran. Sementara
itu tuntutan penyusunan konstruksi soal bergeser dari LOTS ke HOTS. Bagaimana
pendapat Ibu/Bapak terkait dengan hal tersebut.
HOTS (Higher-Order Thinking Skill ) adalah Kemampuan berpikir yang tidak sekadar
mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan
(recite). Soal-soal HOTS mengukur kemampuan: transfer satu konsep ke konsep lainnya,
memproses dan menerapkan informasi, mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-
beda, menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan menelaah ide dan
informasi secara kritis. Dimensi proses kognitif :
Ranah kognitif versi Bloom ini kemudian direvisi oleh Lorin Anderson, David Karthwohl,
dkk. pada 2001. Urutannya diubah menjadi enam, yaitu:
1. Mengingat (remembering)
2. Memahami (understanding)
3. Mengaplikasikan (applying)
4. Menganalisis (analyzing)
5. Mengevaluasi (evaluating)
6. Mencipta (creating)
Forum M6KB2
Jurnal PerkembanganSikap
No Tanggal Nama Siswa Catatan Perilaku Butir Sikap
1
2
3
4
Penilaian antar teman
(Siana, 2012)
Dalam taksonomoi Bloom domain kognitif dikenal hanya satu dimensi tapi dalam taksonomi
Anderson dan Krathwohl menjadi dua dimensi. Dimensi pertama adalah Knowledge
Dimension (dimensi pengetahuan) dan Cognitive Process Dimension(dimensi proses
kognisi).
Video M6KB3
Berdasarkan Standar proses pembelajaran menurut Permendikbud No 22 tahun 2016,
komponen minimal RPP dapat disimpulkan sebagai berikut:
2 Identitas mata pelajaran Identitas mata pelajaran sudah tercantum dan lengkap dengan
kelas/semester, materi pokok, dan alokasi waktu.
9 Langkah Pembelajaran Paada kegiatan inti belum terlihat sintak yang jelas dari model
pembelajaran yang digunakan
2 Identitas mata Identitas mata pelajaran sudah tercantum dan lengkap dengan
pelajaran kelas/semester, materi pokok, dan alokasi waktu.
3 Kompetensi Inti Kompetensi Inti yang tercantum hanya KI3 dan KI 4
9 Langkah Pembelajaran Paada kegiatan inti sudah terlihat sintak yang jelas dari model
pembelajaran yang digunakan
Kesimpulan
a) Kedua RPP sudah memuat komponen RPP yang tercantum pada Permendikbud
nomor 22 tahun 2016, namun pada RPP 1 tidak tercantum model pembelajaran
yang digunakan dan pada langkah-langkah pembelajaran tidak terlihat sintak yang
jelas pada kegiatan inti
b) Penyusunan RPP yang baik hendaknya memiliki unsur-unsur sbb :
- Memerhatikan perbedaan individu peserta didik RPP disusun dengan
memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat
intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi,
gaya belajar, kebutuhan khu sus, kecepatan belajar, latar belakang budaya,
norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
- Mendorong partisipasi aktif peserta didik Proses pembelajaran dirancang
dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat,
kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar.
- Mengembangakan budaya membaca dan menulis Proses pembelajaran
dirancang untuk mengembangakan kegemaran membaca, pemahaman
beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
- Memberikan umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program
pemberian umpan balik positif, penguatan remedial dan pengayaan.
- Keterkaitan dan keterpaduan RPP disusun dengan memerlihatkan keterkaitan
dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indikator, pencapaian kompetensi, dan sumber belajar dalam satu keutuhan
pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pemb elajaran
tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan
keragaman budaya.
- Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi RPP disusun dengan
mempertimbangakan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara
terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi