Anda di halaman 1dari 70

Video M1KB 2

Pembelajaran Saintifik

Pembelajaran Saintifik menerapkan proses pembelajaran dengan langkah 5 M (Mengamati,


Menanya, Mencoba, Menalar, dan Mengkomunikasikan) sesuai dengan kurikulum 2013. Dan
guru juga sudah menggunakan teknologi sederhana dan praktik untuk melek digital age.

Forum MI KB2

Semangat pagi bpk/ibu..., semoga bpk/ibu senantiasa dalam keadaan sehat wal afiat, berikut ini
kita akan membahas mengenai peran teknologi dan media dalam pembelajaran abad 21,
selanjutnya bpk/ibu dipersilahkan untuk mengemukakan pendapat terkait topik tersebut.
Salah satu tujuan pembelajaran abad 21 adalah membentuk siswa untuk mempunyai kecakapan
abad 21 yaitu: critical thinking (berpikir
kritis), collaboration (kolaborasi), communication (komunikasi), dan creativity(kreativitas).
Selain itu, pembelajaran abad 21 juga harus membekali siswa dengan berbagai keterampilan,
diantaranya adalah adalah literasi digital. Dengan demikian, guru harus menciptakan
pembelajaran yang dapat menunjang pada pencapaian tujuan tersebut. Menurut pendapat
bpk/ibu bagaimana peran teknologi dan media dalam pembelajaran abad 21 sehingga siswa
memiliki 4 kecakapan abad 21 dan literasi digital tersebut.

Peran guru dalam pembelajaran di era digital abad 21 diantaranya:


Interactive Instruction (Pembelajaran Interaktif)
Pembelajaran ini menunjukkan bahwa kegiatan seorang guru di era digitalberisi presentasi yang
kaya akanmedia interaktif. Sebagai contohkegiatan konferensi video digital secara langsung
yangmendatangkan narasumber seorang sejarawan, novelis, dan pakar di dalam pembelajaran
kelas. Catatan dan peta konsep dari sesi brainstorming terekam dalam media digital berupa laptop
atau notebook dan secara instantlangsung dapat dikirim melalui email kepada peserta didik.
Penyajian media bentuk ini biasa berupa PowerPoint atau Prezi Presentation yang
mengintegrasikan animasi, suara, dan hyperlinks dengan informasi digital.
Personal Response System (PRS)
Guru digital menggunakan perangkat digital handlehand, seperti personal response system(PRS)
atau biasa disebut sebagai “Clicker.” PRS merupakan sebuah keypad wireless(tanpa kabel) seperti
remot TV yang mentransmisikan respon dari siswa. Karena setiap PRS diperuntukkan pada siswa
yang ditunjuk, maka sistem PRS dapat digunakan untuk mengecek kehadiran/presensi siswa.
Manfaat utama PRS adalah untuk mengetahuisetiap respon dari siswa dalam berbagai macam
keadaan.
Mobile Assessment Tools
Sumber komputasi seluler (mobile computing resources) memungkinkan guru untuk merekam data
assessmen siswa secara langsung dalam perangkat seluler (mobile Device) yang mentransfer data
ke komputer untuk membuat laporan. Sebagai contoh, perangkat digital seluler digunakan untuk
membuat catatan operasional kemampuan membaca siswa SD atau data kinerja siswa yang
diobservasi dalam presentasi, eksperimen di laboratorium, atau tugas tulisan tangan siswa. Guru
dapat terus melakukan instruksi secara individual karena ketersediaan hasil belajar langsung dapat
diketahui. Data penilaian mudah diunduh ke situs web yang aman dan dilindungi kata sandi yang
menawarkan berbagai opsi laporan dari seluruh siswa di kelas hingga siswa secara perorangan.
Community of Practice(Komunitas Praktik)
Guru di era digital juga berpartisipasi dalam kegiatan community of practice(COP), di mana
kelompok pendidikatau guruyang mempunyai tujuan sama dari seluruh bangsa dan negara di
dunia saling berbagi ide dan sumber daya.Interaksi berbasis Internet ini memungkinkan guru
untuk berkolaborasi dan bertukar gagasan dan materi. Komunitas praktik dapat mencakup
pendidik yang mengajar dengan subjek pelajaran sama, atau tingkat kelas siswa dengan
kebutuhan yang sama, seperti integrasi teknologi, manajemen kelas, atau bekerja sama dengan
siswa berbakat.
Peran guru di era digital sesuai dengan Standar Teknologi Pendidikan Nasional untuk guru
diantaranya memfasilitasi dan menginspirasi pembelajaran dan kreativitas siswa, merancang dan
mengembangkan pengalaman dan penilaian pembelajaran sesuai digital-age, model kerja dan belajar
berbasis digital-age, mempromosikan dan model digital citizenship dan tanggung jawab, serta terlibat
dalam pertumbuhan profesional dan kepemimpinan guru.
Akan terlaksana hal tersebut apabila guru mengembangan pembelajaran di era digital yaitu
Interactive Instruction (Pembelajaran Interaktif), Personal Response System (PRS), Mobile
Assessment Tools, dan Community of Practice (Komunitas Praktik). Dengan menggunakan berbagai
teknologi dan media walaupun masih sederhana dan praktis supaya tercipta pembelajaran abad 21.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan tantangan bagi guru dalam melakukan
proses pembelajaran di dalam dunia pendidikan. Terjadinya kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi ini setidaknya mampu mengiringi kemajuan dunia pendidikan secara umum. Tidak dapat
dipungkiri bahwa pendidikan di Indonesia ini sendiri masih diselimuti problematika yang belum
terpecahkan dari masa ke masa. Di antara problematika selama ini yang mengiringi pendidikan di
Indonesia adalah metode dan proses pembelajaran. Dengan adanya kemajuan teknologi
seharusnya didukung dengan adanya peningkatan dalam pelaksanaan pendidikan, baik pendidikan
non formal (masyarakat), pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan informal (keluarga).
peran teknologi dan media dalam pembelajaran abad 21 sehingga siswa memiliki 4 kecakapan
abad 21 dan literasi digital disesuaikan dengan kondisi peserta didik dan sarana prasarana di
sekolah. Jangan sampai kita tertinggal oleh teknologi dan media pembelajaran yang ada.
Sederhana dengan menggunakan Media Pembelajaran Modul Interaktif yang bisa di buka di
dalam sekolah maupun di luar sekolah melalui telepon genggam masing-masing. Bisa membuka
materi pembelajaran dan latihan secara sendiri. Apabila sarana prasarana sekolah sudah lengkap
bisa menggunakan teknologi dan media yang lebih canggih.
Video M1KB3

4C?

Peserta didik harus memiliki kecakapan komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis dan
kreatif. dalam pembelajaran abad 21 kita harus menggunakan model pembelajaran
yang menimbulkan 4 C, seperti diskusi, tutorial, cooperatif lerning, inquiry, problem
based learning. proyect based learning dan proyect oriented based learning. Sehingga
penilaian pembelajaran autentik.

Forum M1KB3

Setelah mempelajari tentang materi ini, banyak sekali kesulitan dalam penerapan kegiatan belajar
mengajar dalam kehidupan sehari-hari. Untuk kita melaksanakan dengan semaksimal mungkin
akan begitu sulit terutama dalam hl infrastruktur terutama dalam hal sarana dan prasarana. Tapi
kita tidak boleh berputus asa harus berusaha menciptakan pembelajaran yang berorientasi abad
21 yang bercirikan 4C (Komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, dan kreatif. Langkah yang di
siapkan adalah :

1. menyiapkan RPP yang berorientasi pada pembelajaran abad 21 (4C) menggunakan model
pembelajaran problem based learning.

2. Guru menyiapkan media yang kreatif supaya siswa mempelajari masalah yang dituangkan
dalam materi. selain itu siswa dapat menggunakan berbagai sumber informasi termasuk online
sehingga terlaksana kegiatan komunikasi.

3. peserta didik terdiri dari beberapa kelompok heterogen supaya pembelajaran terlaksana secara
merata. sehingga terlaksa program kolaborasi berbagai informasi yang didapat peserta didik

4. peserta didik setelah melaksanakan komunikasi dan kolaborasi akan berusaha menyimpulkan
dengan berbagai informasi sehingga menghasilkan pembelajaran yang berpikir tingkat tinggi
(berpikir kritis)

5. Peserta didik dapat menghasilan kesimpulan dengan analisis atau menghasilkan jawaban yang
benar dan menghasilkan karya lama menjadi baru atau menghasilkan hal baru (inovasi), sehingga
siswa melaksanakan kreatifitas.
Pembelajaran abad 21 berjalan dengan lancar apabila guru melakukan perencanaan dengan baik
datanya RPP.

Salam semangat bpk/ibu..., forum ini akan membahas mengenai bagaimana merancang dan menilai
pembelajaran abad 21, bpk/ibu dipersilahkan untuk mengemukakan pendapat terkait topik berikut
ini.
Seperti yang kita ketahui, salah satu peran guru adalah sebagai evaluator yang mengharuskan guru
untuk merancang dan mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan. Dengan adanya pergeseran
paradigma pembelajaran menjadi pembelajaran abad 21, maka diperlukan penilaian yang sesuai
dengan karakteristik pembelajarannya. Kemukakan pendapat bpk/ibu bagaimana tuntutan
rancangan dan penilaian pembelajaran dalam pembelajaran abad 21.
Selamat berdiskusi.
Menciptakan pembelajaran yang berorientasi abad 21 yang bercirikan 4C (Komunikasi,
kolaborasi, berpikir kritis, dan kreatif. Langkah yang di siapkan adalah :
1. menyiapkan RPP yang berorientasi pada pembelajaran abad 21 (4C)
2. Guru menyiapkan media yang kreatif supaya siswa mempelajari masalah yang dituangkan
dalam materi. selain itu siswa dapat menggunakan berbagai sumber informasi termasuk online
sehingga terlaksana kegiatan komunikasi.
3. peserta didik terdiri dari beberapa kelompok heterogen supaya pembelajaran terlaksana secara
merata. sehingga terlaksa program kolaborasi berbagai informasi yang didapat peserta didik
4. peserta didik setelah melaksanakan komunikasi dan kolaborasi akan berusaha menyimpulkan
dengan berbagai informasi sehingga menghasilkan pembelajaran yang berpikir tingkat tinggi
(berpikir kritis)
5. Peserta didik dapat menghasilan kesimpulan dengan analisis atau menghasilkan jawaban yang
benar dan menghasilkan karya lama menjadi baru atau menghasilkan hal baru (inovasi), sehingga
siswa melaksanakan kreatifitas.
Pembelajaran abad 21 berjalan dengan lancar apabila guru melakukan perencanaan dengan baik
datanya RPP.
Abad 21 ditandai dengan berkembangnya informasi, komputasi, otomasi, dan komunikasi yang
merambah dalam segala aspek kehidupan manusia di semua belahan dunia. Hal ini tentunya
berdampak pada pendidikan yang diterapkan termasuk di dalamnya bagaimana model
pembelajarannya sehingga dapat mengadaptasi dan memenuhi semua tuntutan abad 21. Oleh
karena itu, model pembelajaran di abad 21 hendaknya diarahkan untuk mendorong peserta didik
agar mampu: (1) mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu, (2)
merumuskan masalah (menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah (menjawab), (3) berpikir
analitis (mengambil keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin), dan (4) Menekankan
pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah. Mengacu hal ini, maka
pembelajaran abad 21 harus betul-betul diperhatikan standar kualitasnya, baik dari kualitas
standar isi, proses, maupun penilaiannya. Terkait dengan standar penilaiannya, maka perlu kita
perhatikan bagaimana cara mengukurnya, instrument (tes dan non tes) yang digunakan, cara
penilaian dan evaluasinya. Penilaian dan pembelajaran tidak dapat dipisahkan, keduanya
menyatu (integrated). Kualitas pembelajaran yang baik dapat dilihat dari kualitas penilaiannya,
begitupun sebaliknya kualitas penilaian dapat menunjukkan bagaimana kualitas
pembelajarannya.
pembelajaran abad 21 harus mampu menghasilkan SDM yang memiliki kemampuan berpikir
kritis, kreatif, inovatif, memecahkan masalah, mampu beradaptasi dengan lingkungan dan
teknologi informasi, mampu mengambil keputusan, serta memiliki karakter yang kuat dan
positif. Beberapa aspek kompetensi tersebut di atas dapat dicapai manakala peserta didik diberi
kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir tingkat tingginya
(Higher Order Thinking Skills = HOTS).
Sistem penilaian yang mampu membiasakan, melatih, dan mengembangkan HOTS adalah sistem
penilaian yang terintegrasi dalam pembelajaran. Terkait hal ini, maka model assessment for
learning (AFL) dapat digunakan dalam sistem penilaian yang terintegrasi dalam pembelajaran.
Karakteristik assessment for learning (AFL) berbasis HOTS yaitu antara lain sebagai berikut: 1.
Proses penilaiannya terintegrasi dengan proses pembelajaran d 2. Proses penilaiannya melibatkan
empat elemen yaitu sharing learning goal and success criteria, using effective questioning, self-
assessment & self-reflection, dan feedback 3. Proses penilaiannya bertujuan untuk meningkatkan
dan mengembangkan HOTS, sikap dan perilaku positif peserta didik, serta untuk memperbaiki
dan meningkatkan kualitas pembelajaran 4. Proses penilaiannya menitikberatkan pada
pengembangan kemampuan menerapkan (applying), menganalisis (analyzing), mengevaluasi
(evaluating), dan mencipta (creating) sehingga peserta didik mampu untuk: berpikir kritis
(critical thinking), memberikan alasan secara logis, analitis, dan sistematis (practical reasoning),
memecahkan masalah secara cepat dan tepat (problem solving), membuat keputusan secara cepat
dan tepat (decision making), dan menciptakan suatu produk yang baru (creating), dan bukan
sekedar menghafal atau mengingat 5. Pendidik dapat memberikan permasalahan kepada peserta
didik sebagai bahan diskusi dan pemecahan masalah sehingga dapat merangsang aktivitas
berpikir 6. Kegiatan penilaiannya dapat dilakukan melalui kegiatan diskusi, kegiatan lapangan,
praktikum, 7. Penilaian ini dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik 8. Kegiatan
penilaiannya juga melibatkan peserta didik untuk melakukan penilaian diri dan refleksi disi (self-
assessment dan self-reflection) atas kondisi kemampuan mereka dalam menguasai materi yang
telah dipelajari 9. Dapat memberikan umpanbalik yang mampu mengoreksi kesalahan atau
mengklarifikasi kesalahan (corrective feedback) kepada peserta didik.

Forum diskusi M1KB1

Setelah mempelajari materi ini, kita sebagai guru harus melek terhadap teknologi
walaupun dengan infrastruktur (sarana dan prasarana) yang terbatas. Pembelajaran
abad 21 guru harus memiliki ciri-ciri kepemimpinan, mempunyai visi, berkomunikasi,
pembelajaran sepanjang hayat, menyesuaikan diri, mengambil resiko, berkolaborasi,
dan model teladan. maka guru dapat menggunakan pembelajaran yang digital age.
selain itu peserta didik harus memiliki keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah,
inovatif dan kreatif, ICT, komunikasi, dan multibahasa.

Apabila guru dan siswa memiliki karakteristik atau ciri pembelajaran abad 21 maka akan
terlaksana pembelajaran industry 4.0 digital age. Maka sebagai bangsa Indonesia dapat
bersaing dengan berbagai negara yang sudah maju dalam dunia pendidikan tidak akan
tertinggal informasi.

Salam semangat bpk/ibu..., forum ini akan membahas mengenai pembelajaran abad 21, bpk/ibu
dipersilahkan untuk mengemukakan pendapat terkait topik berikut ini.

Perubahan peradaban menuju masyarakat berpengetahuan ( knowledge society) menuntut


masyarakat dunia untuk menguasai keterampilan abad 21 yaitu mampu memahami dan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi ( ICT Literacy Skills). Menyikapi perubahan
tersebut, pendidikan memegang peranan sangat penting dan strategis dalam membangun
masyarakat berpengetahuan yang memiliki keterampilan: (1) melek teknologi dan media; (2)
melakukan komunikasi efektif; (3) berpikir kritis; (4) memecahkan masalah; dan (5) berkolaborasi.
Tuntutan perubahan karakter masyarakat secara fundamental sebagaimana yang terjadi pada abad
21 tersebut berimplikasi terhadap pembelajaran serta karakteristik guru dan siswa, menurut
bapak/ibu bagaimanakah seharusnya karakteristik pembelajaran serta karakteristik guru dan siswa di
abad 21 ini?

Smaldino mengemukakan beberapa kemampuan yang dapat dikembangkan guru untuk menunjukkan
potensinya terkait tugas dan perannya di era digital yaitu sebagai berikut:
Interactive Instruction (Pembelajaran Interaktif)
Pembelajaran ini menunjukkan bahwa kegiatan seorang guru di era digital berisi presentasi yang kaya
akan media interaktif.
Personal Response System (PRS)
Flyn & Russell mengemukakan bahwa guru dalam pembelajaran berbasis digital menggunakan
perangkat digital handlehand.
Mobile Assessment Tools
Weinstein mengemukakan sumber komputasi seluler ( mobile computing resources) memungkinkan
guru untuk merekam data assessmen siswa secara langsung dalam perangkat seluler (mobile Device)
yang mentransfer data ke komputer untuk membuat laporan.
Community of Practice (Komunitas Praktik)
Guru di era digital juga berpartisipasi dalam kegiatan community of practice (COP), dimana kelompok
guru atau pendidik yang mempunyai tujuan sama dari seluruh penjuru dunia saling berbagi ide dan
sumber daya.
Pembelajaran abad 21 disini mencangkup 4C : Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan
menyelesaikan masalah), Creativity (kreativitas), Communication Skills (kemampuan berkomunikasi),
dan Ability to Work Collaboratively (kemampuan untuk bekerja sama).
Selain itu karakter yang dibutuhkan siswa pada abad 21 sebagai berikut : 1) memiliki karakter sebagai
pemikir 2) memiliki etos kerja yang tinggi sehingga produktif 3) Memiliki keterampilan berkomunikasi
4) Cakap dalam menggunakan teknologi dan informasi 5) bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Tujuan rancangan pembelajaran abad 21 guru dapat mengembangkan potensi peserta didik melalui
pemanfaatan teknologi berbasis komputer dan media online. Guru berperan sebagai fasilitator, artinya
guru perlu memposisikan diri sebagai mitra belajar bagi peserta didik sehingga guru bukan serba tahu
karena sumber belajar dalam era digital sudah banyak dan tersebar di luar ruangan kelas. Sebagai
motivator, guru mendorong peserta didik agar dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik.
Maka Karakteristik pembelajaran abad 21 mencangkup 4C dan membuat suasana pembelajaran yang
menyenangkan. Selain itu harus munculnya karakteristik guru dan siswa sesuai dengan pembelajaran
abad 21. Sehingga dalam pembelajaran menghasilkan karya lama menjadi baru (modifikasi) atau
menghasilkan karya baru (Inovasi).

Video M1KB1

Dalam memahami pembelajaran abad 21 kita harus melek media supaya mendapat informasi
baik hal lama menjadi baru atau hal baru yang baru kita ketahui. maka kita dapat bersaing
dengan berbagai kalangan sehingga tidak kalah dengan negara lain. Pembelajaran dengan
menggunakan digital age akan menghasilan pembelajaran abad 21 yaitu 4 C.

Dijelaskan oleh Smaldino, S.E., dkk (2015: 7-11) bahwa kegiatan pembelajaran di era digital dilakukan
di dalam atau di luar kelas dimana teknologi berbasis komputer merupakan komponen pembelajaran
yang mudah diakses dan dapat dipakai untuk menemukan sumber belajar. Perangkat dan koneksi
digital memperluas kemampuan siswa yang datang dari berbagai arah. Ada dua bentuk kegiatan
belajar yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan media digital berbasis komputer diantaranya
interactive tools dan interacting with others.
Smaldino, juga mengemukakan beberapa kemampuan yang dapat dikembangkan guru untuk
menunjukkan potensinya terkait tugas dan perannya di era digital yaitu sebagai berikut:
Interactive Instruction (Pembelajaran Interaktif)
Pembelajaran ini menunjukkan bahwa kegiatan seorang guru di era digital berisi presentasi yang kaya
akan media interaktif.
Personal Response System (PRS)
Flyn & Russell mengemukakan bahwa guru dalam pembelajaran berbasis digital menggunakan
perangkat digital handlehand.
Mobile Assessment Tools
Weinstein mengemukakan sumber komputasi seluler ( mobile computing resources) memungkinkan
guru untuk merekam data assessmen siswa secara langsung dalam perangkat seluler (mobile Device)
yang mentransfer data ke komputer untuk membuat laporan.
Community of Practice (Komunitas Praktik)
Guru di era digital juga berpartisipasi dalam kegiatan community of practice (COP), dimana kelompok
guru atau pendidik yang mempunyai tujuan sama dari seluruh penjuru dunia saling berbagi ide dan
sumber daya.

Pembelajaran abad 21 disini mencangkup 4C; Critical thinking and problem solving, dimana peserta
didik mampu berpikir kritis dengan menghubungkan pembelajaran dengan masalah kontekstual yang
ada dalam kehidupan sehari-hari. Dalam video tersebut peserta didik berusaha untuk memecahkan
permasalahan mengenai beban yang dapat ditahan pada sebuah jembatan dan bagaimana solusi yang
tepat mengatasinya. Selain itu juga terdapat Creativity and Innovation, Artinya, pembelajaran harus
menciptakan kondisi dimana peserta didik dapat berkreasi dan berinovasi. Dalam video peserta didik
berkreasi memilih model jembatan yang diinginkan menggunakan perangkat digital canggihnya
masing-masing, peserta didik melakukan percobaan hingga mendapatkan hasil yang sempurna dan
dapat menghasilkan suatu karya baru yang digunakan dalam kegiatan belajar yang dilakukannya.
Peserta didik memanfaatkan perkembangan digital untuk menemukan pemecahan masalah yang
dialaminya, untuk menyempurnakan rancangan jembatan yang tahan terhadap beban berat peserta
didik menemukan solusi dengan membuat satu alat yang dapat menopang rancangannya menjadi
kokoh.

Ciri yang lain adalah Collaboration, pada proses pembelajaran guru hendaknya menciptakan situasi
dimana peserta didik dapat belajar bersama-sama dalam suatu team work. Dalam hal ini terlihat
peserta didik bekerja bersama-sama untuk memecahkan suatu masalah dan yang paling terpenting
adalah Communication, pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan peserta didik harus terjadi
komunikasi multi arah antara guru dengan peserta didik maupun antar sesama peserta didik. Dalam
video ini model pembelajaran yang digunakan adalah Project Based Learning untuk membuat model
sebuah jembatan. Komunikasi terjadi pada saat guru memberikan pengantar di awal pembelajaran dan
komunikasi antar peserta didik dalam mengerjakan sebuah proyek. Jauh lebih berkembang lagi
komunikasi terjalin antara anak dalam hal ini peserta didik dengan orang tua di rumah mengenai
proyek yang dikerjakan. Peserta didik juga. menjalin kerjasama dengan expert (orang yang lebih ahli)
melalui perangkat digital mereka. Pada saat presentasi hasil kerja peserta didik juga melakukan
komunikasi.

Berdasarkan tujuan rancangan pembelajaran abad 21 guru dapat mengembangkan potensi peserta
didik melalui pemanfaatan teknologi berbasis komputer dan media online. Dalam video ditampilkan
guru berperan sebagai fasilitator, artinya guru perlu memposisikan diri sebagai mitra belajar bagi
peserta didik sehingga guru bukan serba tahu karena sumber belajar dalam era digital sudah banyak
dan tersebar di luar ruangan kelas. Sebagai motivator, guru mendorong peserta didik agar dapat
melaksanakan pembelajaran dengan baik. Pendekatan yang digunakan adalah saintifik dimana
peserta didik didorong untuk menemukan hal baru dalam pembelajaran yang dialaminya. Guru
memanfaatkan kecanggihan digital dalam pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan menjadi sangat menarik dan perhatian siswa juga terfokus pada materi pembelajaran
sehingga terlihat seperti Learning by Playing karena peserta didik merasa senang dan tidak terbebani
dengan tugas proyek yang diberikan oleh guru. Guru juga bertindak selaku evaluator dengan
menggunakan Mobile Assessment Tools untuk merekam data assessment peserta didik secara
langsung dalam perangkat selular (digital).

Video M2KB1

Dari Video berjudul Future Classroom and Student Life, penulis dapat menganalisa bahwa
video tersebut menggambarkan pola masyarakat digital abad 21, dimana anak/siswa, orang tua
dan guru telah bersinergi secara efektif dengan teknologi digital dalam pola kehidupan
masyarakat dan pengembangan belajar anak/siswa pada abad 21 ini.
Sebagaimana telah dijelaskan oleh Bernie Trilling dan Charles Fadel (2009), dalam bukunya
berjudul 21st Century Skills: Learning for Life in Our Times, yang mengidentifikasi ada
beberapa kecakapan yang harus dimiliki oleh generasi abad 21 mencakup nilai dan perilaku
seperti rasa keingintahuan tinggi, kepercayaan diri, dan keberanian. Keterampilan dan
kecakapan abad 21 mencakup tiga kategori utama, yaitu:
1. Keterampilan belajar dan inovasi: berpikir kritis dan pemecahan masalah dalam
komunikasi dan kreativitas kolaboratif dan inovatif.
2. Keahlian literasi digital: literasi media baru dan literasi ICT.
3. Kecakapan hidup dan karir: memiliki kemamuan inisiatif yang fleksibel dan inisiatif
adaptif, dan kecakapan diri secara sosial dalam interaksi antarbudaya, kecakapan
kepemimpinan produktif dan akuntabel, serta bertanggungjawab.
Pembelajaran abad 21 sangat mempengaruhi karakteristik siswa, siswa dituntut untuk aktif,
mandiri, dapat bekerjasama dan kreatif. Seorang siswa harus memiliki keterampilan 4 C yaitu
Communication
Siswa dituntut memiliki keterampilan berkomunikasi secara interaktif baik antarsiswa dalam
satu sekelas bahkan antarsiswa dari penjuru dunia. Dengan pemanfaatan teknologi abad 21
siswa dapat berkomunikasi langsung dengan berbagai nara sumber dalam bidang pendidikan.
Collaboration
Kolaborasi melibatkan kemampuan siswa untuk berpartisipasi aktif dan bekerjasama dalam
kelompok untuk tujuan yang sama. Tujuannya agar siswa dapat membangun pengetahuan
melalui dialog, saling membagi informasi sesama siswa dan guru
Critical Thinking and Problem Solving
Pembelajaran pada abad 21 lebih berorientasi kepada siswa aktif terlibat dalam proses
pembelajaran sehingga dapat mengembangkan kemampuan berfikir. Kemampuan siswa
berfikir kritis, kreatif agar dapat menyelesaikan masalah dalam proses pembelajaran.
Creativity and Innovation
Siswa dituntut untuk memiliki kreatifitas dan inovasi dalam proses pembelajaran dengan
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
Dari Video tersebut tergambar jelas bagaimana siswa abad 21 dengan keterampilan 4 C yang
di miliki, bersinergi dalam membentu pola integritas yang membangun karakter siswa. Hal
tersebut juga menuntut peran orang tua menjadi salah satu faktor pendukung untuk
tercapainya proses pembelajaran yang diinginkan. Orang tua dapat mengontrol, memberikan
motivasi dan mengevaluasi proses pembelajaran siswa baik di rumah maupun di sekolah
dengan pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi. Kontrol terhadap content aplikasi
yang digital yang digunakan oleh siswa akan sangat efektif jika dilakukan oleh orang tua
karena akan sangat berpengaruh terhadap proses proses perkembangan pembelajaran siswa.
Hal lain yang dapat dilakukan oleh orang tua, dalam menunjang perkembangan belajar siswa
adalah dengan membangun komunikas komunikasi dan kerjasama yang baik antara guru
dengan orangtua siswa dalam proses pembelajaran. Kemudian, dari video tersebut penulis
juga menganalisa kemungkinan Dampak Terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Abad 21,
dimana guru sebaagai professional pendidik harus mampu dan terus mengembangkan diri,
menyelaraskan tugas dan tanggung jawab sebagai guru dengan perkembangan Teknologi
Digital yang telah berkembang pesat dan telah memainkan perannya dalam pola kehidupan
bermasyarakat dan pola perkembangan belajar siswa.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru yang berkenaan dengan pemahaman
terhadap peserta didik dan pengelolaan pembeajaran mulai dari merencanakan, melaksanakan
sampai dengan mengevaluasi.
Berpedoman pada pengertian tersebut tersebut, dan analisa tayangan video Future Classrroom
and student life, tentukan akan memberikan dampak yang besar terhadap kompetensi
pedagogik guru. Dimana Guru harus mampu meningkatkan kemampuan kemampuan
beradaptasi (adaptability), memahami disiplin ilmunya dari berbagai konteks, dan peka
terhadap perkembangan kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Guru harus mau untuk
berpacu mengikuti tuntutan perkembangan bukan hanya terlibat namun bertindak inovatif.
Seorang guru harus mampu untuk memformulasikan, mengkonstruk, menyusun, memodifikasi
dan peka terhadap informasi sehingga dapat dipahami sebagai suatu pengetahuan. Hal ini
sejalan dengan Kompetensi inti pedagogi guru abad 21.
Berikut penulis sajikan secara umum dampak terhadap kompetensi inti pedagogi guru, yakni:
Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan
intelektual.
Dampaknya: Hal ini jadi tantangan baru bagi guru abad 21. Karena peserta didik
karakteristiknya tidakhanya dipengaruhi oleh lingkungan sekitar tapi juga lingkungan maya
yang lebih luas.
Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
Dampaknya: Teori-teori belajar akan berkembang pesat lewat tersedianya teknologi. Banyak
hal yangharus dipelajari guru guna menunjang berubahnya sarana pembelajaran. Guru harus
bisa mengakses teknologi dan mengantarkannya ke siswa.
Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidang pengembangan yang
diampu.
Dampaknya: Pengembangan kurikulum jadi dinamis karena perkembangan teknologi. Guru
juga harusselalu update perkembangan kurikulum yang waktu dinamisnya sangat cepat.
Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
Dampaknya: Pembelajaran yang mendidik tidak hanya dibatasi ruang kelas. Pembelajaran
tanpa sekatruang dan waktu juga menjadi tantangan berkutnya bagi guru.
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.
Dampaknya: Secara otomatis hal ini wajib dikuasi oleh guru abad 21
Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimiliki.
Dampaknya: Dengan kemudahan teknologi fasilitas teknologi memudahkan interaksi guru dan
siswa.Siswa dapat mengaktualisasikan potensi tidak dibatasi ruang dan waktu. Setiap saat
dansetiap waktu bisa diimplementasikan ke hadapan guru.
Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik
Dampaknya: Ini jadi tantangan baru. Kesantunan siswa didunia maya musti mulai diajarkan
dandicontohkan. Komunikasi memang menjadi lebih mudah dengan teknologi tapi
kesantunandan etika juga musti mulai ditata diruang maya.
Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
Dampaknya: Lewat visualisasi itu nampak jelas evaluasi hasil belajar dapat di berikan setiap
saat olehguru dan direkap setiap saat oleh system sehingga guru dan siswa akan lebih
mudahmengetahui progress kemajuan pendidikannya.
Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
Dampaknya: Dengan teknologi analisa dari proses otomatis akan tersaji lebih mudah dan
cepat
Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Dampaknya: Refleksi dari pembelajaran dapat dengan mudah diimplementasikan dengan
kecanggihan teknologi.
Video M2KB2
Dari Video berjudul "Singapore's 21st-Century Teaching Strategies (Education
Everywhere Series)" , penulis dapat menganalisa bahwa video tersebut menggambarkan
Strategi Sistem Pendidikan Singapura Dalam Menghadapi Abad 21.
Sejak memperoleh kedaulatannya pada tahun 1965, Singapura menjadi salah satu negara di dunia
yang memiliki sistem pendidikan TOP. Sekolah menengah Ngee An adalah salah satu dari tujuh
“Sekolah Masa Depan” yang menekankan penggunaan teknologi, media digital, dan
mengintegrasikan keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja pada abad 21.
Pengembangan guru profesional yang berkesinambungan juga merupakan faktor kunci dalam
keberhasilan sistem pendidikan di Singapura. Banyak sekolah membentuk komunitas belajar
profesional sehingga para pendidik dapat berbagi praktek-praktek terbaik dan belajar dari
kritik/saran rekan-rekan dari sekolah mereka sendiri. Selain itu juga ada program saling berbagi
dengan pendidik-pendidik lain dari seluruh dunia.

Forum M2KB2

Bismillah...
Bapak Ibu... dimintai mengomentari dan menganalisis materi pengembangan Profesi
Berkelanjutan.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mengalami lompatan jauh sejak
ditemukannya komputer. Hal ini berdampak pada metode/model pembelajaran, sumber
belajar maupun alat evaluasi yang digunakan. Berdasarkan kondisi tersebut guru tidak saja
perlu melek ICT namun perlu melakukan kontekstualisasi informasi dan pembelajaran nilai -
nilai etika, budaya, kebijakan, pengalaman, empati sosial, sikap-sikap dan keterampilan esensi
abad 21. Menurut saudara:
1. Bagaimana arah pengembangan profesi guru abad 21. !
2. Bagaimana agar pengetahuan materi, pedagogi pembelajaran dan pengetahuan teknologi
dalam praktek pembelajaran bisa kerjasama secara sinergi!!!
Silahkan ibu/bapak mengajukan pendapat sendiri, ringkas tetapi jelas, tidak perlu copy
paste....
1. Bagaimana arah pengembangan profesi guru abad 21. !
Arah pengembangan profesi abad 21, pendidikan harus diubah. Perubahan ini penting untuk
memunculkan bentuk-bentuk pembelajaran baru yang dibutuhkan. Guru harus bisa menjadi
perantara utama dalam mensukseskan siswa. Karena seorang guru perlu menguasai berbagai
bidang, mahir dalam hal pedagogi termasuk inovasi dalam pengajaran dan pembelajaran,
memahami psikologi pembelajaran dan memiliki keterampilan konseling, mengikuti
perkembangan tentang kebijakan kurikulum dan isu pendidikan, mampu memanfaatkan media
dan teknologi baru dalam pembelajaran, dan tetap menerapkan nilai-nilai untuk pembentukan
kepribadian dan akhlak yang baik. Guru yang profesional adalah yang memiliki pengaruh kuat
terhadap prestasi siswa. Peran guru dalam abad ke-21 seharusnya bergeser dari berpola
"penanam pengetahuan", menuju peran sebagai pembimbing, pengarah diskusi dan pengukur
kemajuan belajar siswa. Sehingga terlaksana pembelajaran abad 21 yang memiliki ciri 4 C.
2. Bagaimana agar pengetahuan materi, pedagogi pembelajaran dan pengetahuan teknologi
dalam praktek pembelajaran bisa kerjasama secara sinergi!!!
Pengetahuan tentang materi (PM), pedagogi pembelajaran (PP), dan teknologi (PT) dalam
praktek pembelajaran tidak bekerja terpisah namun saling bekerjasama. PMPT sebagai paket
pengetahuan sebagai hasil interaksi dari ketiga pengetahuan tersebut dan sangat berbeda dengan
pengetahuan tersebut secara terpisah yaitu PM, PP, dan PT. PMPT bisa dikatakan sebagai dasar
untuk pembelajaran melalui pengintegrasian teknologi secara efektif. PMPT adalah paket
pengetahuan atau konsep tentang penggunaan teknologi, teknik pembelajaran menggunakan
teknologi dengan cara konstruktif, memahami suatu konsep ada yang sulit dan mudah bagi
peserta didik dan menentukan bagaimana teknologi bisa mengembangkan dan membantu.
Pemahaman pengetahuan awal peserta didik dan epistimologi tentang pengetahuan, pengetahuan
bagaimana teknologi bisa membangun pengetahuan awal dan mengembangkan cara-cara baru
untuk memperkuat pengetahuan tersebut menjadi sangat penting. Paket pengetahuan memiliki
keterkaitan dan hubungan yang harus dipahami guru sehingga bisa menjadi strategi metakognitif
dalam meningkatkan efektifitas pengintegrasian teknologi dalam pembelajaran. Selain untuk
terlaksana nya sinergi harus dilakukan perencanaan dengan membuat RPP abad 21 (4 C) yang
menggunakan teknologi dan media pembelajaran.

Video M3KB3
Dari Video “USE A LEARNING THEORY : CONSTRUCTIVISM” teori Konstruktivisme
diterapkan teacher Tony di dalam kelas pada pembelajaran dengan materi-materi yang patut
untuk dianalisa dan dicarikan solusi untuk pemecahannya. Ketika materi disampaikan secara
lisan dalam bentuk ceramah maka akan menimbulkan kebosanan, banyak siswa yang
mengantuk dan tak memahami materi. Misalnya pada materi sumber daya alam berkelanjutan,
pertanyaannya “bagaimana mengurangi sampah untuk kelangsungan kehidupan di bumi?”.
Berbagai model pembelajaran dapat diterapkan misalnya dengan role playing, berdiskusi
membahas suatu isu krusial, berkolaborasi bahkan ikut terjun kelapangan dalam bentuk
project atau internship. Dengan terjun ke lapangan siswa bisa langsung mengetahui berapa
banyak produksi sampah yang dihasilkan rumah tangga perharinya, bagaimana proses
pembuangan sampah, daur ulang sampah dan solusi terbaik pengelolaan sampah demi
kelangsungan kehidupan di bumi. Mereka dapat menuangkan solusi terbaiknya pada buku dan
bisa mendiskusikan dengan orang yang ahli dalam bidangnya. Kemudian hasilnya bisa
dipresentasikan didepan kelas untuk didiskusikan secara bersama. Cara ini membuat
pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa langsung terlibat di dalam proses
pembelajaran.
Konstruktivisme memahami hakikat belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau
menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi makna pada pengetahuan sesuai
pengalamannya. Pengetahuan itu sendiri rekaan dan bersifat tidak stabil. Oleh karena itu,
pemahaman yang diperoleh manusia senantiasa bersifat tentatif dan tidak lengkap.
Pemahaman manusia akan semakin mendalam dan kuat jika teruji dengan pengalaman-
pengalaman baru.
Dalam proses belajar di kelas, siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan
mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan
pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivisme ini adalah ide. Siswa
harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain. Dengan
dasar itu, maka pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima
pengetahuan.
Pada sistem pembelajaran abad 21 dan kurikulum 2013 teori konstruktivisme ini sangat cocok
diterapkan karena berorientasi pada kegiatan siswa (student center). Model-model
pembelajarannya menekankan agar bagaimana siswa lebih aktif untuk menggali informasi dan
mendapatkan pengalaman nyata di lapangan diantaranya melalui model discovery learning
ataupun problem solving. Tujuan yang diharapkan teacher Tony dari pembelajaran adalah
bagaimana siswa mampu memberikan solusi terhadap permasalahan (Problem Solving),
bagaimana berfikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan
kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher-Order Thinking Skills) dan bagaimana
bekerjasama dengan teman dalam kelompok, perusahaan, Expert ataupun masyarakat
(Collaborative Work).
Forum M3KB3

Bagaimana pendapat ibu/Bapak mengenai penerapan teori belajar


konstruktivistik dalam proses pembelajaran di dalam kelas.
Strategi, model apa yang akan ibu/bapak gunakan sehingga
terlihat aktivitas-aktivitas apa yang dilakukan guru dan siswa.
Proses belajar konstruktivistik, Secara konseptual proses belajar jika dipandang dari pendekatan
kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri
siswa, melainkan sebagai pemberian makna. Pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa
peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas
lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Siswa diberi kebebasan untuk
mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang dihadapinya. Dengan cara
demikian, siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang
dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif, dan mampu mempertanggung jawabkan pemikirannya
secara rasional. Jadi proses pembelajaran dengan teori konstruktvistik lebih mementingkan
proses pembelajaran yang terjadi interaksi yang bisa memuncukan ide-ide dari peserta didik.
Teori Konstruktivisme bila diterapkan di kelas akan terbentuk: a) Mendorong kemandirian dan
inisiatif siswa dalam belajar. b) Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan
kesempatan beberapa waktu kepada siswa untuk merespon. c) Mendorong siswa berpikir tingkat
tinggi. d) Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau didkusi dengan guru dan siswa lainnya. e)
Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi. f) Guru
memberika data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi interaktif.
Pada sistem pembelajaran abad 21 teori konstruktivisme ini sangat cocok diterapkan karena
berorientasi pada kegiatan siswa (student center). Model-model pembelajarannya menekankan
agar bagaimana siswa lebih aktif untuk menggali informasi dan mendapatkan pengalaman
nyata di lapangan diantaranya melalui model discovery learning ataupun problem solving.
Tujuan yang diharapkan bagaimana siswa mampu memberikan solusi terhadap permasalahan
(Problem Solving), bagaimana berfikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif
yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher-Order Thinking Skills) dan
bagaimana bekerjasama dengan teman dalam kelompok, perusahaan, Expert ataupun
masyarakat (Collaborative Work). Sehingga peserta didik menghasilkan kesimpulan dengan
memberikan ide-ide yang modifikasi (asimilasi), ide-ide yang baru (akomodasi) dan
penyeimbangan antara keduannya.

Video M3KB4
Menurut Teori Humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan
memanusiakan manusia itu sendiri. Teori humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari
dari pada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-
konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar
dalam bentuknya yang paling ideal.
Berangkat dari pandangan tersebut, Penulis melihat bahwa Belajar menurut teori humanistik
menitik beratkan pada bagaimana mencapai tujuan pembelajaran yang lebih memanusiakan
manusia, itu sendiri meskipun harus melibatkan banyak teori untuk pencapaian tujuan
tersebut.
Tujuan Pendidikan diarahkan pada terbentuknya manusia ideal, manusia yang dicita-citakan
yaitu manusia yang mampu mencapai aktualisasi diri. Sehingga sangat penting memperhatikan
bagaimana perkembangan siswa dalam mengaktualisasikan dirinya, pemahaman terhaadap
dirinya, serta realisasi diri.
Berdasarkan pemahaman di atas, jika di Kelas, saat saya memberikan tugas studi kasus dan
siswa memberikan jawaban dari hasil analisisnya yang berbeda-beda, maka respon saya
sebagai guru dapat saya butirkan menjadi point-point sebagai berikut :
1. Memberikan semangat siswa lain untuk berani berpendapat dan berpartisipasi. Guna
menggali pengalaman dan pemahaman tiap siswa dan memberikan ruang bagi siswa untuk
mengaplikasikan hasil analisisnya yang ter-sintesa menjadi pendapat.
2. Mengapresiasi tiap jawaban/pendapat yang muncul dari siswa.
3. Bersama siswa merangkum dan menarik kesimpulan dari pendapat/ jawaban yang muncul
dari siswa menjadi sebuah pengetahuan dan pemahaman belajar bagi siswa
Ini sangat sejalan dengan teori Humanistik, yang menekankan bagaimana guru harus
membangun hubungan yang kuat dengan siswa sehingga keterlibatan siswa secara aktif dalam
proses belajar dapat terwujud.
Forum M3KB4
Bagaimana pendapat Ibu/Bapak mengenai peran guru dalam pembelajaran Humanistik
kaitannya dengan konsep Meaningful Learning

Menurut Teori Humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan
memanusiakan manusia itu sendiri. Teori humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari
dari pada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-
konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar
dalam bentuknya yang paling ideal. Belajar menurut teori humanistik menitik beratkan pada
bagaimana mencapai tujuan pembelajaran yang lebih memanusiakan manusia, itu sendiri
meskipun harus melibatkan banyak teori untuk pencapaian tujuan tersebut. Tujuan Pendidikan
diarahkan pada terbentuknya manusia ideal, manusia yang dicita-citakan yaitu manusia yang
mampu mencapai aktualisasi diri. Sehingga sangat penting memperhatikan bagaimana
perkembangan siswa dalam mengaktualisasikan dirinya, pemahaman terhaadap dirinya, serta
realisasi diri.
Berdasarkan pemahaman di atas, jika di Kelas, saat saya memberikan tugas studi kasus dan
siswa memberikan jawaban dari hasil analisisnya yang berbeda-beda, maka respon saya
sebagai guru dapat saya butirkan menjadi point-point sebagai berikut :
1. Memberikan semangat siswa lain untuk berani berpendapat dan berpartisipasi. Guna
menggali pengalaman dan pemahaman tiap siswa dan memberikan ruang bagi siswa untuk
mengaplikasikan hasil analisisnya yang ter-sintesa menjadi pendapat.
2. Mengapresiasi tiap jawaban/pendapat yang muncul dari siswa.
3. Bersama siswa merangkum dan menarik kesimpulan dari pendapat/ jawaban yang muncul
dari siswa menjadi sebuah pengetahuan dan pemahaman belajar bagi siswa
Pandangannya tentang belajar bermakna atau “Meaningful Learning” yang juga tergolong
dalam aliran kognitif ini, mengatakan bahwa belajar merupakan asimilasi bermakna. Materi
yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya. Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa
belajar, sebab tanpa motivasi dan keinginan dari pihak si belajar, maka tidak akan terjadi
asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimilikinya. Teori humanistik
berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk
memanusiakan manusia yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri
orang yang belajar, secara optimal.
“Meaningful Learning” sangat sejalan dengan teori Humanistik, yang menekankan bagaimana
guru harus membangun hubungan yang kuat dengan siswa sehingga keterlibatan siswa secara
aktif dalam proses belajar dapat terwujud. Sehingga peserta didik dapat merangkum dan
menarik kesimpulan dari pendapat/ jawaban yang muncul dari peserta didik menjadi sebuah
pengetahuan dan pemahaman belajar memunculkan aktivitas belajar emansipatoris
(emancypatory learning).

Video M3KB2
Pada teori humanistik, guru diharapkan tidak hanya melakukan kajian bagaimana dapat
mengajar yang baik, namun kajian mendalam justru dilakukan untuk menjawab pertanyaan
bagaimana agar siswa dapat belajar dengan baik. Jigna dalam jurnal CS Canada (2012)
menekankan bahwa “To learn well, we must give the students chances to develop freely”.
Pernyataan ini mengandung arti untuk menghasikan pembelajaran yang baik, guru harus
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang secara bebas.
Menilik Pendidikan hari ini, siswa menyadari hal-hal yang terjadi dalam proses pembelajaran,
hal ini menunjukkan hubungan dua arah antara guru dan siswa. siswa memanfaatkan teknologi
untuk membuat kognisi, pemahaman dan membuat konten pembelajaran menjadi lebih
menarik dan lebih berwarna.
Mengaitkan pendapat tersebut dengan pernyaataaan bahwa “Kegagalan pembelajaran di
sekolah-sekolah dan di perguruan tinggi dewasa ini lebih banyak terjadi pada proses
(interaksi) pembelajaran”, tentu saja penulis “SETUJU”.
Penulis “setuju” dikarenakan masalah “INTERAKSI” adalah yang kentara dilihat oleh mata.
Tidak sulit menemukan guru/dosen di sekolah/ di kampus yang gagal membangun
interaksi/hubungan yang kuat dengan siswa/mahasiswa dalam proses pembelajaran. Hal ini
menyebabkan siswa/ maha siswa tidak dapat belajar dengan baik, dan bagaimana siswa/
mahasiswa akan berhasil dalam belajar jika interaksi dalam pembelajaran tidak tercipta
dengan baik?
Teori Belajar Kognitif, berpandangan bahwa Belajar merupakan perubahan persepsi dan
pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak. Teori belajar
kognitif juga lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya.
Tidak terciptanya hubungan/ interaksi yang kuat dalam pembelajaran akan menyebabkan
kegagalan dalam proses pencapaian tujuan belajar. Hubungan/ interaksi yang kuat (baik) akan
memungkinkan untuk penciptaan ruang pemberian stimulus-stimulus yang diterima dan
menyesuaikannya dengan struktur koqnitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran
seseorang (siswa/mahasiswa) berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman
sebelumnya.
Terciptanya Hubungan/interaksi yang baik dalam belajar akan bermanfaat juga untuk menjaga
pembelajaran tidak kehilangan makna. Hal ini sejalan dengan pendapat bahwa Teori kognitif
menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh
konteks situasi tersebut.
Video M3KB1
Teori belajar behavioristik menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang dapat
diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulus)
yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik.
Faktor penguatan (reinforcement) baik positif reinforcement maupun negatif reinforcement
merupakan faktor penting dalam teori belajar behavioristik. Ciriciri teori ini adalah
mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil, bersifat mekanistis. menekankan
peranan lingkungan, mementingkan pembentukan respon, menekankan pentingnya latihan,
mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar
yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Beberapa tokoh dalam teori
belajar behavioristik adalah Edwin Lee Thorndike, B.F. Skinner, Edwin Guthrie, Ivan Pavlov,
Clark Hull, dan Albert Bandura. Kelebihan teori belajar behavioristik adalah menekankan
pentingnya latihan sehingga output peserta didik adalah mampu memberikan respon terhadap
stimulus yang diberikan oleh pendidiknya. Teori belajar behavioristik cocok untuk perolehan
kemampuan yang membutuhkan praktik dan pembiasaan. Namun teori behavioristik sering
kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks. Teori ini tidak mampu
menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon dan tidak
dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antara stimulus yang
diberikan dengan responnya. Teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier,
konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Aplikasi teori belajar behavioristik dalam
pembelajaran memerlukan antara lain identifikasi perilaku awal siswa, pemberian stimulus,
pengkajian respon siswa, dan pemberian stimulus baru bila diperlukan.

Forum M3KB2
Menurut teori belajar Kognitif tingkah laku seseorag dalam pembelajaran ditentukan oleh
persepsi serta pemahaman siswa terhadap situasi yang dihadapi dan tujuan belajar yang ingin
dicapai, sehingga belajar dalam konsep kognitivisme merupakan perubahan persepsi dan
pemahaman yang tidak selalu terlihat sebagai tingkah laku yang Nampak.

Berdasarkan pandangan tersebut, maka apa pendapat saudara tentang konsep belajar kognitif
dalam menyikapi keunggulan dan kelemahan pembelajaran abad 21 ?

Teori Belajar Kognitif, berpandangan bahwa Belajar merupakan perubahan persepsi dan
pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak. Teori belajar
kognitif juga lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Terciptanya
Hubungan/ interaksi yang baik dalam belajar akan bermanfaat juga untuk menjaga
pembelajaran tidak kehilangan makna. Hal ini sejalan dengan pendapat bahwa Teori kognitif
menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh
konteks situasi tersebut. Teori belajar ini sangat cocok sekali dengan pembelajaran abad 21
yang sesuai dengan cirinya yaitu 4 C. Peserta didik diharapkan menghasilkan karya yang di
modifikasi atau karya baru.

Keunggulan teori belajar kognitif


 kurikulum pendidikan negara Indonesia lebih menekankan pada teori kognitif yang
mengutamakan pada pengembangan pengetahuan yang dimiliki pada setiap individu.
 Pada metode pembelajaran kognitif pendidik hanya perlu memberikan dasar-dasar dari materi
yang diajarkan untuk pengembangan dan kelanjutannya diserahkan pada peserta didik, dan
pendidik hanya perlu memantau, dan menjelaskan dari alur pengembangan materi yang telah
diberikan.
 Teori kognitif ini maka pendidik dapat memaksimalkan ingatan yang dimiliki oleh peserta
didik untuk mengingat semua materi-materi yang diberikan karena pada pembelajaran kognitif
salah satunya menekankan pada daya ingat peserta didik untuk selalu mengingat akan materi-
materi yang telah diberikan.
 Menurut para ahli kognitif itu sama artinya dengan kreasi atau pembuatan satu hal baru atau
membuat suatu yang baru dari hal yang sudah ada, maka dari itu dalam metode belajar
kognitif peserta didik harus lebih bisa mengkreasikan hal-hal baru yang belum ada atau
menginovasi hal yang yang sudah ada menjadi lebih baik lagi.
 Metode kognitif ini mudah untuk diterapkan dan juga telah banyak diterapkan pada
pendidikan di Indonesia dalam segala tingkatan.
Kekurangan teori belajar kognitif
 Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada kemampuan ingatan peserta didik,
dan kemampuan ingatan masing-masing peserta didik, sehingga kelemahan yang terjadi di sini
adalah selalu menganggap semua peserta didik itu mempunyai kemampuan daya ingat yang
sama dan tidak dibeda-bedakan.
 Adakalanya juga dalam metode ini tidak memperhatikan cara peserta didik dalam
mengeksplorasi atau mengembangkan pengetahuan dan cara-cara peserta didiknya dalam
mencarinya, karena pada dasarnya masing-masing peserta didik memiliki cara yang berbeda-
beda.
 Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif, maka dipastikan peserta
didik tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang diberikan .
 Jika dalam sekolah kejuruan hanya menggunakan metode kognitif tanpa adanya metode
pembelajaran lain maka peserta didik akan kesulitan dalam praktek kegiatan atau materi.
 Dalam menerapkan metode pembelajran kognitif perlu diperhatikan kemampuan peserta didik
untuk mengembangkan suatu materi yang telah diterimanya.

Forum M2KB1

Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik meliputi: 1) pemahaman guru terhadap peserta didik,2) perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, 3) evaluasi hasil belajar,dan 4) pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasi berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi
dijabarkan menjadi indicator sebagai berikut:
1. Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator: Memahami peserta didik
dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif. Memahami peserta didik
dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi bekal-ajar awal
peserta didik.
2. Merancang pembelajaran, temasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan
pembelajaran memiliki indikator: Memahami landasan kependidikan; menerapkan teori
belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta
didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan
pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih. Melaksanakan pembelajaran memiliki
indikator: menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang
kondusif.
3. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator: merancang dan
melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan
berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan
tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan memanfaatkan hasil penelitian
pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.
4. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya memiliki
indikator: memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi non-akademik.
Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. Secara rinci subkompetensi tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Kepribadian yang mantab dan stabil memiliki indikator; bertindak sesuai dengan norma
hokum; bertindak sesuai dengan norma social; bangga sebagai guru; dan memiliki konsistensi
dalam bertindak sesuai dengan norma.
2. Kepribadian yang dewasa memiliki indikator: menampilkan kemandirian dalam bertindak
sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
3. Kepribadian yang arif memiliki indikator: menampilkan tindakan yang didasarkan pada
kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam
berfikir dan bertindak.
4. Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator: memiliki perilaku yang berpengaruh positif
terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
5. Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator: bertindak sesuai dengan norma
religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani
peserta didik.
Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua atau wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator sebagai
berikut:
1. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik memiliki indikator:
berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.
2. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga
kependidikan.
3. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua atau wali peserta didik
dan masyarakat sekitar.
Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam
yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran dari sekolah dan substansi
keilmuan yang menaungi materinya. Serta penguasaan terhadap struktur dan metodelogi
keilmuannya.Setiap sub kompetensi tersebut memiliki indikator sebagai berikut:
1. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator:
memahami materi agar yang ada dalam kurikulum sekolah; dengan materi ajar;memahami
hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator: menguasai langkah-langkah
penelitian-penelitian kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi.
Standar kompetensi pedagogik diperlukan dalam menghadapi tantangan abad 21 dalam era
pedagogi digital :
1. Persisting, yakni kemampuan memilih, menganalisis dan memutuskan untuk bekerja dalam
wilayah keahlian dan kewenangannya. Tidak mudah menyerah dan mampu menyelesaikan
masalah dalam wilayah profesinya.
2. Managing impulsivity, yakni mengelola sikap jiwa yang terkadang meledak-ledak, memiliki
strategi untuk menyelesaikan masalah, dan memiliki kemampuan untuk mengeksplorasi
berbagai cara dalam menghadapi berbagai masalah, serta memiliki kemampuan untuk
mengantisipasi konsekwensi dari setiap pilihan.
3. Listening to others, yakni kebiasaan mendengar pendapat orang lain, dan mampu memahami
pendapat orang lain yang diikuti kemudian dengan sikap empati.
4. Think flexibility, yakni berfikir fleksibel, bersikap terbuka, dan selalu memiliki keinginan
untuk mengubah pemikiran, dan dengan cara meyakinkan dapat menjelaskan pemikirannya itu
pada orang lain.
5. Thinking about thinking, yakni membina kompetensi untuk bersikap kritis untuk memikirkan
pemikiran sendiri. Inilah kompetensi metakognitif yang merupakan hasil paling ideal dari
sebuah proses pembelajaran.
6. Striving for accuracy and persisting, selalu berusaha untuk bisa melakukan sesuatu dengan
akurat dan sesuai dengan prototipe yang dirancang atau melakukan sesuatu sesuai rencana.
7. Quetioning and posing problems, yakni kemampuan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan
yang baik sesuai dengan tema pembelajaran yang mereka sedang kerjakan, dan mampu
menyusun pertanyaan yang bisa difahami orang lain atau gurunya.
8. Applying past knowledge to the new situation, menggunakan ilmu yang sudah dikuasai untuk
situasi baru.
9. Thinking and Communicating with clarity and precision, yakni kemampuan untuk berfikir
akurat dan berkomunikasi secara efektif, baik komunikasi tertulis maupun lisan, dan selalu
berusaha menggunakan bahasa yang tepat menggambarkan ide dan pemikirannya.
10. Gathering data through all sense, mengumpulkan data dengan menggunakan semua
indra, dengan cicipan, penciuman, atau dengan cara-cara lain yang dimiliki fisik setaip siswa
atau mahasiswa.
11. Creating, Imaging and innovating, yakni bahwa setiap siswa harus dilatih agar memiliki
kemampuan berimajinasi, melaksanakan imajinasinya sehingga menjadi kenyataan dan
bahkan setiap siswa harus dilatih untuk bisa mengembangkan inovation, lewat imajinasi dan
mempelajari karya-karya yang sudah ada untuk dimodifikasi.
12. Responding with wonderment and awe, yakni kemampuan siswa/mahasiswa untuk
merespon sesuatu dengan kekaguman.
13. Taking Responsible risks, yakni memiliki kompetensi tanggung jawab terhadap apa yang
sudah dia putuskan, dan siap menghadapi risiko yang akan muncul dari keputusannya.
14. Finding humours, yakni memiliki kompetensi jiwa yang humoris, periang, antusias, dan
mampu menjaga untuk selalu gembira dalam melaksanakan tugas.
15. Thinking interdependently, yakni kompetensi untuk berfikir komprehensif, bahwa satu
tindakan akan menghasilkan sesuatu yang baik jika didukung oleh banyak kompetensi yang
saling ketergantungan satu sama lain.
16. Learning Continuously, memiliki kompetensi menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Forum M4KB1
Peserta didik adalah individu unik yang memiliki karakteristik berbeda dengan individu-
individu lainnya. Perbedaan karakteristik dipengaruhi oleh gender, etnik, usia, kultural, status
sosial dan minat peserta didik. Perbedaan karakteristik tersebut akan berimplikasi pada
proses dan tujuan pembelajaran. Bagaimana pendekatan dan strategi, Bpk/Ibu sebagai
pendidik dalam menghadapi perbedaan karakteristik tersebut, supaya perbedaan tersebut
menjadi sinergi, bukan penghambat dalam proses dan tujuan pembelajaran.

Pada awal pembelajaran diberikan angket supaya mengetahui perbedaan karakteristik


peserta didik. Berdasarkan data tersebut, desain pembelajaran yang harus saya siapkan
tentulah yang mampu membuat semua siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan
optimal.
Berdasarkan teori Piaget, siswa pada usia 15-17 Tahun ini telah memiliki kemampuan
mengkoordinasikan dua ragam kemampuan kognitif secara serentak maupun berurutan.
Misalnya kapasitas merumuskan hipotesis dan menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan
kapasitas merumuskan hipotesis peserta didik mampu berfikir memecahkan masalah dengan
menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan. Sedang dengan kapasitas
menggunakan prinsip-prinsip abstrak, peserta didik akan mampu mempelajari materi pelajaran
yang abstrak, seperti agama, matematika, dan lainnya. Dari asumsi ini, maka saya sebagai
guru akan mendesain pembelajaran yang akan mengasah kemampuan belajar siswa dengan
strategi pembelajaran Problem Solving.
Meski, mereka datang dari keluarga yang berbeda-beda dan status ekonomi dan sosial yang
berbeda-beda pula. Namun pada dasarnya mereka berasal dari suku/ etnik yang sama. Sebagai
guru, hal pertama lakukan untuk mengatasi kendala komunikasi antara siswa dan saya sebagai
guru, guna membangun komunikasi yang efektif untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang
optimal. Pemetaan kelas, haruslah memperhatikan bakat dan minat siswa, agar terbangunnya
pola belajar yang saling mendukung antar siswa. Sebagai guru dalam melaksanakan
pembelajaran lebih banyak memberdayakan sarana dan prasarana yang ada di sekolah, dan
sumber belajar buku lebih banyak saya gunakan dari apa yang tersedia di perpustakaan. Untuk
memperkaya sumber belajar siswa, siswa saya izinkan browsing menggunakan labor computer
sekolah yang sudah tersedia jaringan internet.

Forum M5KB1
Bapak Ibu, silahkan berikan makna sekaligus contoh penerapan saintifik dalam model
pembelajaran, silahkan sesuaikan dengan KD pada mata pelajaran.
Berikutnya mohon didiskusikan faktor apa yang menjadi perhatian Guru dalam menentukan
model pembelajaran, sehingga dipilih satu model pembelajaran yang dipandang terbaik - (
boleh mengambil contoh dua atau tiga model pembelajaran yang ada di modul bahan ajar)
Dalam diskusi ini, selain mengemukakan pendapat juga dibolehkan menanggapi pendapat
yang disampaikan teman lainnya.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : SMA N 9 GARUT


Mata Pelajaran : Pengantar Akuntansi
Kelas/Semester : X AK 3/Ganjil
Materi Pokok : Persamaan Dasar Akuntansi Alokasi
Waktu : 5 X 45 menit

A. Kompetensi Inti (KI)


1. Kompetensi Inti untuk Pengetahuan
KI3: Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, procedural, dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.
2. Kompetensi Inti untuk Ketrampilan
KI4: Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif,
dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.
B. Kompetensi Dasar
1. KI 3 :
3.1 Mendeskripsikan konsep persamaan dasar akuntansi.
2. KI 4:
4.1 Menerapkan konsep persamaan dasar akuntansi.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Indikator KD pada KI pengetahuan:
a. Menjabarkan pengertian dan rumus – rumus persamaan akuntansi.
b. Mengidentifikasi pengaruh transaksi keuangan terhadap persamaan
akuntansi.
c. Mengidentifikasi ketentuan/aturan Debit Kredit.
d. Mengidentifikasi akun-akun yang termasuk neraca dan laba/rugi
2. Indikator KD pada KI keterampilan:
a. Menerapkan rumus persamaan akuntansi.
b. Menganalisis bukti transaksi keuangan/bukti pencatatan.
D. Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa mampu mengamalkan nilai karakter dalam proses pembelajaran yang meliputi sikap religius,
disiplin, jujur, mandiri, kreatif, dan toleransi.
2. Siswa mampu menjabarkan pengertian dan rumus – rumus persamaan akuntansi dalam kegiatan
pembelajaran dengan benar.
3. Siswa mampu mengidentifikasi pengaruh transaksi keuangan terhadap
persamaan akuntansi dalam kegiatan pembelajaran dengan benar.
4. Siswa mampu mengidentifikasi ketentuan/aturan Debit Kredit dalam kegiatan pembelajaran dengan
benar.
5. Siswa mampu mengidentifikasi akun-akun neaca dan laba/rugi dalam kegiatan pembelajaran dengan
benar.
6. Siswa mampu menerapkan rumus persamaan akuntansi dalam kegiatan latihan soal dengan benar.
7. Siswa mampu menganalisis bukti transaksi keuangan/bukti pencatatan dalam keiatan latihan soal
dengan benar.
E. Materi Pembelajaran :
Persamaan Dasar Akuntansi, Ketentuan Debit/Kredit, Analisis Debit/Kredit
(uraian terlampir)

F. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Saintific (metode ilmiah) dan Mastery learning (Belajar Tuntas)
2. Model : Discovery Learning.
3. Metode : Ceramah, penugasan dan diskusi kelas.

G. Kegiatan Pembelajaran
No. Kegiatan Waktu
1 Pendahuluan
1. Guru menyampaikan salam dan selanjutnya peserta didik menjawabnya.
2. Guru mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk proses belajar mengajar
yaitu kerapian kebersihan ruang kelas
3. Guru meminta ketua kelas untuk memimpin do’a dan membaca Al-Qur’an
sebelum memulai pelajaran. 15 menit
4. Guru mengecek kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran.
5. Guru menyampaikan informasi cakupan materi pembelajaran yang akan
dilaksanakan dengan mengaitkan materi sebelumnya.
6. Guru menyampaikan inti tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti
a. Mengamati
1. Siswa membaca buku teks tentang konsep persamaan dasar akuntansi.
2. Siswa membaca buku teks tentang Mekanisme Debit/Kredit dan Aturan
Saldo Normal
2. 3. Siswa membaca buku teks tentang analisis bukti transaksi keuangan pada 120 menit
mekanisme debit/kredit.
b. Menanya
1. Siswa bertanya dan berdiskusi untuk mendapatkan klarifikasi tentang
konsep persamaan dasar akuntansi
2. Siswa bertanya dan berdiskusi untuk mendapatkan klarifikasi tentang
Mekanisme Debet Kredit dan Aturan Saldo Normal.
3. Siswa bertanya dan berdiskusi untuk mendapatkan klarifikasi tentang
analisis bukti transaksi keuangan pada mekanisme debit/kredit
c. Mengeksplorasi
1. Siswa mengumpulkan data dan informasi melalui berbagai
referensi/media terkait dengan konsep persamaan akuntansi, untuk
menciptakan cara, format atau sistem dalam melakukan pencatatan pada
persamaan akuntansi.
2. Siswa mengumpulkan data dan informasi melalui berbagai
referensi/media terkait dengan Mekanisme Debit/Kredit dan Aturan Saldo
Normal.
3. Siswa mengumpulkan data dan informasi melalui berbagai
referensi/media terkait dengan analisis bukti transaksi keuangan pada
mekanisme debit/kredit.
d. Menalar
1. Siswa menganalisis informasi dan data- data yang diperoleh dari bacaan
maupun dari sumber-sumber terkait tentang konsep persamaan akuntansi.
2. Siswa menganalisis informasi dan data- data yang diperoleh dari bacaan
maupun dari sumber-sumber terkait tentang Mekanisme Debit/Kredit dan
Aturan Saldo Normal.
3. Siswa menganalisis informasi dan data- data yang diperoleh dari bacaan
maupun dari sumber-sumber terkait tentang analisis bukti transaksi
keuangan pada mekanisme debit/kredit
e. Mengomunikasikan
1. Melaporkan hasil analisis transaksi dan penerapannya dalam persamaan
dasar akuntansi.
2. Melaporkan hasil analisis transaksi dan penerapannya dalam Mekanisme
Debit/Kredit dan Aturan Saldo Normal.
3. Melaporkan hasil analisis transaksi dan penerapannya dalam analisis bukti
transaksi keuangan pada mekanisme debit/kredit.
3 Penutup
Post test
1. Guru memberikan soal latihan kepada siswa untuk dikerjakan secara
individu. Siswa secara bergilir mengerjakan soal latihan di depan kelas.
Guru membagi kelas menjadi dua kelompok, kelompok
pertama diberi kartu pertanyaan dan kelompok kedua diberi kartu jawaban
Siswa mencari pasangan atas soal dan jawaban yang diberikan guru Siswa
secara bergiliran membacakan hasil temuannya di depan kelas.
2. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan dan kelompok yang selesai lebih
dulu mempresentasikan jawabannya sedangkan kelompok lain menanggapi.
Refleksi 90 menit
1. Dari kegiatan pembelajaran guru menyampaikan pada siswa bahwa dalam
mengatur keuangan harus seimbang, antara pemasukan dan pengeluaran.
2. Dari kegiatan pembelajaran guru menyampaikan pada siswa bahwa dalam
hidup ini harus bisa menempatkan segala sesuatu sesuai dengan situasi,
kondisi dan tempatnya.
Kesimpulan
1. Guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran.
2. Guru menyampaikan materi yang akan datang.
3. Guru mengucapkan salam
H. Penilaian Pembelajaran
1. Teknik Penilaian:
a. Tes Tertulis
b. Evaluasi
2. Instrumen Penilaian
a. Uji Kompetensi / Latihan soal (terlampir).
3. Lembar Penilaian (terlampir)
I.Media, Alat/Bahan, dan Sumber Belajar
1. Media : LCD
2. Alat : Komputer
3. Bahan : Dokumen transaksi
4. Sumber Belajar : Buku teks, modul, dan sumber lain yang relevan
Faktor yang menjadi perhatian Guru dalam menentukan model pembelajaran yaitu KD dan Indikator yang harus
tercapai serta sarana prasarana di sekolah.

Forum M5KB2
Mohon didiskusikan faktor apa yang menjadi perhatian Guru dalam menentukan media pembelajaran. Apa yang
harus dipersiapkan ole Guru untuk mampu menggunakan media pembelajaran dengan baik -untuk memudahkan
bapak ibu boleh menggunakan satu atau dua contoh untuk membantu mendeskripsikan gagasannya dalam
pemilihan media pembelajaran ini.
Dalam diskusi ini, selain mengemukakan pendapat juga dibolehkan menanggapi pendapat yang disampaikan
teman lainnya.

Media adalah kata jamak dari medium, yang artinya perantara. Dalam proses komunikasi
pembelajaran, media hanyalah satu dari empat komponen yang harus ada. Komponen tersebut,
yaitu : sumber pesan, media pembelajaran, metode pembelajaran, dan penerima pesan.

Media pembelajaran menurut Schramm (1977) adalah teknologi pembawa pesan (atau
informasi) yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. kemudian, Briggs (1977)
mendifinisikan media pembelajaran sebagai sarana fisik untuk menyampaikan isi/ materi
pembelajaran. Selanjutnya, Gagne (1990) mengartikan media pembelajaran sebagai jenis
komponen dalam lingkungan peserta didik yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Disisi
lain, Arief S. Sadiman (1986) menyampaikan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat peserta didik agar terjadi proses belajar.

Berangkat dari 4 (empat) teori tersebut, saya sebagai guru mencoba menganalisis pandangan
siapa yang paling relevan dengan kondisi saat ini, yakni pembelajaran student centered learning.
Pandangan Gagne adalah yang paling relevan untuk kondisi pembelajaran saat ini. Gagne
(1990) mengartikan media pembelajaran sebagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik
yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Gagne dalam pandanganya menempatkan media
pembelajaran sebagai “komponen” dalam lingkungan belajar peserta didik untuk mencapai tujuan
belajar. Komponen adalah bagian dari keseluruhan sistem yang mempunyai peran penting di
dalam keseluruhan aspek berlangsungnya suatu proses dalam pencapaian suatu tujuan di dalam
sistem (Tataart Study, 2012). Dari pengertian ini, Gagne menjadikan media sebagai bagian tak
terpisahkan dari lingkungan belajar siswa. Penekanan pandangan inilah yang membuat
pandangan Gagne menjadi berbeda dari pandangan-pandangan ahli-ahli lain yang menyampaikan
bahwa pengertian dari media pembelajaran adalah sebagai sarana bagi guru untuk membantu
dalam menyampaikan sebuah informasi atau materi pembelajaran agar lebih mudah dipahami
oleh peserta didik. Dengan demikian pandangan beberapa ahli yang lain menunjukkan bahwa
fungsi media pembelajaran masih terfokus pada pembantu peran guru dalam menyampaikan
sebuah informasi atau materi pembelajaran. Berbeda dengan pandangan Gagne yang
menyampaikan bahwa media pembelajaran adalah komponen dalam lingkungan yang dapat
merangsang peserta didik untuk belajar, komponen dalam artian bagian dari sistem yang tak
terpisahkan sehingga berdasarkan pandangan ini maka media pembelajaran lebih terfokus pada
bagaimana aktifitas peserta didik dalam lingkungan belajarnya dapat terus termotivasi, dimana
guru tidak harus menjadi sumber utama informasi pembelajaran. Media dalam arti ini, tidak
hanya hanya berfungsi sebagai sarana, melainkan juga bisa menjadi sumber belajar. Fokus
pembelajaran abad 21 adalah bagaimana pembelajaran menjadi bermakna (meaningful learning).
Makna pembelajaran di abad 21, telah bergeser dari Teacher ceentered kepada Student Centered,
yang artinya guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber informasi belajar. Peserta didik dengan
kreatifitas dan antusiasnya dappat memanfaatkan berbagai media, sebagai sarana bahkan sebagai
sumber belajar itu sendiri. Dalam pembelajaran berpusat pada peserta didik (student center
learning), pengguna utama media adalah peserta didik itu sendiri. Jadi faktor yang menentukkan
penggunaan media pembelajaran adalah peserta didik, sarana prasarana dan lingkungan sekitar.

Forum M4KB2

bu/Bapak Guru yang terhormat pada Modul 4/Kegiatan Belajar 2 ini, kita akan mendiskusikan
tentang kemampuan awal peserta didik.
Kemampuan awal adalah pengalaman, pemahaman, pengetahuan awal (prior knowledge)
yang telah dimiliki oleh pesert didik yang menggambarkan kesiapan siswa untuk mengikuti
dan menerima pelajaran dari guru. Bagaimana Bapak dan Ibu dalam mengidentifikasi tingkat
kemampuan masing-masing peserta didik di kelas, serta upaya apa yang harus dilakukan
dalam mengakomodasi perbedaan tingkat kemampuan tersebut untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang sudah ditetapkan.

Teknik mendeteksi kemampuan awal peserta didik dapat dilakukan diantaranya dengan:
a. Menggunakan catatan atau dokumen yang tersedia. Dalam hal ini, catatan kemajuan peserta
didik (raport) dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi untuk mendeteksi
kemampuan awal peserta didik.
b. Menggunakan tes prasyarat (prerequisite test) dan tes awal (pre-test).
c. Mengadakan konsultasi individual.
d. Menggunakan angket atau kuesioner kepada peserta didik untuk memperoleh informasi terkait
bagaimana karakteristik peserta didik khususnya kemampuan awal ataupun pengalaman yang
sudah dimiliki oleh peserta didik.
Beberapa teknik tersebut di atas dapat dipergunakan oleh guru sebagai alternatif dalam
mendeteksi kemampuan awal peserta didik sebelum mendesain pembelajaran sehingga
pembelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, mendeteksi kemampuan awal peserta didik
juga dapat dilakukan dengan mendiskusikan beberapa topik yang relevan sebelum guru memulai
pelajaran serta menggunakan pengetahuan/keterampilan yang sudah akrab bagi peserta didik.
Dengan demikian, peserta didik dapat lebih siap dalam menerima materi baru dan lebih
termotivasi untuk terlibat dalam aktivitas maupun tugas-tugas pembelajaran yang telah di
rancang oleh guru. Guru dapat mengukur tingkat pengetahuan peserta didik sebelumnya tersebut
dan menggunakannya sebagai landasan untuk mempersiapkan pembelajaran.
Cara mengakomodasi perbedaan tingkat kemampuan untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang sudah ditetapkan dengan menentukkan pendekatan, strategi, metode dan media
pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik.

Forum M4KB3

Salam sejahtera, selamat bertemu lagi di Modul 4 KB 3.


Setiap inividu memiliki gaya belajar serta tingkat kecerdasan yang berbeda yang merupakan potensi
yang harus dikembangkan oleh bpk/ibu sebagai guru di kelas melalui proses pembelajaran.
Bagaimana peranan bpk/ibu sebagai guru dalam mengembangkan potensi tersebut.

Tidak ada peserta didik yang tidak memiliki potensi. Sebab pada hakekatnya setiap peserta didik
memiliki potensi. Karena peserta didik itu berbeda-beda, maka potensi yang mereka miliki pun
berbeda-beda. Potensi adalah kesanggupan, daya, kemampuan untuk lebih berkembang. Potensi
peserta didik adalah kapasitas atau kemampuan dan karakteristik/sifat individu yang
berhubungan dengan sumber daya manusia yang memiliki kemungkinan dikembangkan dan
menunjang pengembangan potensi lain yang terdapat dalam diri peserta didik. Berbagai
pengertian ini menegaskan bahwa setiap peserta didik memiliki kesanggupan, daya, dan mampu
berkembang. Artinya, tidak boleh vonis kepada peserta didik tertentu bahwa ia tidak sanggup,
berdaya, dan tidak mampu berkembang. Pada dasarnya setiap peserta didik mempunyai potensi,
baik fisik, intelektual, kepribadian, minat, moral, mau pun religi.
Guru berperan penting dalam upaya mengembangkan potensi peserta didik. Guru dapat
mengembangkan potensi peserta didik dengan cara menciptakan suasana pembelajaran yang
dapat dinikmati oleh peserta didik. Pembelajaran semacam ini menerapkan pendekatan
kompetensi, yaitu pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
bermain dan beraktivitas, member suasana aman dan bebas secara psikologis, penerapan
disiplinnya tidak kaku, memberikan keluasan kepada peserta didik untuk boleh mempunyai
gagasan, ide, atau pendapat sendiri, mampu memotivasi peserta didik berpartisipasi secara aktif,
memberi kebebasan berpikir kreatif. Setiap peserta didik adalah individu yang unik. Mereka
memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda antara satu dengan yang lain. Sudah sepatutnya
para pendidik baik guru mau pun orang tua bisa membantu peserta didik dalam mengembangkan
potensinya.

Forum M5KB3

Mohon didiskusikan apa yang menjadi perhatian Guru dalam menentukan atau memilih
bahan ajar atau materi ajar. Apa yang harus dipersiapkan ole Guru untuk mampu memilih
bahan atau materi ajar yang baik - untuk memudahkan bapak/ ibu, dipersilahkan
menggunakan satu atau dua contoh pemilihan bahan atau bahan ajar untuk satu atau dua
KD.
Dalam diskusi ini, selain mengemukakan pendapat juga dibolehkan menanggapi pendapat
yang disampaikan teman lainnya.

Guna menghasilkan tamatan yang mempunyai kemampuan sesuai standard kompetensi lulusan,
diperlukan pengembangan pembelajaran untuk setiap kompetensi secara sistematis, terpadu, dan
tuntas (mastery learning). Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip
relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar, terlebih
dahulu perlu diketahui kriteria pemilihan bahan ajar. Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau
materi pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini berarti bahwa
materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru di satu pihak dan harus dipelajari
siswa di lain pihak hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang
tercapainya kompetensi dasar. Setelah diketahui kriteria pemilihan bahan ajar, sampailah kita
pada langkah-langkah pemilihan bahan ajar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan
ajar meliputi pertama-tama mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam kompetensi dasar
yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar. Langkah berikutnya adalah
mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar. Langkah ketiga memilih bahan ajar yang sesuai
atau relevan dengan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi. Terakhir adalah memilih
sumber bahan ajar. Langkah-langkah pemilihan bahan ajar yang baik oleh guru adalah harus
mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam kompetensi dasar memerlukan jenis materi
yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Setiap aspek tersebut memerlukan materi
pembelajaran atau bahan ajar yang berbeda-beda untuk membantu pencapaiannya.
Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain :
 Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
 Kompetensi yang akan dicapai
 Content atau isi materi pembelajaran
 Informasi pendukung
 Latihan-latihan
 Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
 Evaluasi
 Respon atau balikan terhadap hasil evaluasi
Sebagai contoh :
Kompetensi Dasar
1. KI 3 :
3.1 Mendeskripsikan konsep persamaan dasar akuntansi.
2. KI 4:
4.1 Menerapkan konsep persamaan dasar akuntansi.
Dengan KD diatas, menurut pendapat saya yaitu menggunakan bahan ajar multimedia
pembelajaran interaktif yang mengkombinasikan berbagai media seperti teks, gambar, suara,
animasi, video dan lainnya secara terpadu dan sinergis melalui komputer atau peralatan
elektronik lain untuk mencapai tujuan tertentu. Peserta didik di sekolah saya hampir semuanya
sudah melek teknologi yaitu ke sekolah membawa Handphone (HP) masing-masing. Sehingga
peserta didik dapat menggunakan HP secara berulang- ulang untuk melakukan kegiatan
pembelajaran baik di sekolah dan di luar sekolah.

Forum M5KB4
Deskripsikan dengan baik langkah-langkah dalam penyusunan RPP, supaya lebih terarah coba
ambil contoh satu KD saja (deskripsinya upayakan urut dan lengkap).
Dalam diskusi ini, selain mengemukakan pendapat juga dibolehkan menanggapi pendapat
yang disampaikan teman lainnya.

Berdasarkan Standar proses pembelajaran menurut Permendikbud No 22 tahun 2016, komponen


minimal RPP dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;


b. Identitas mata pelajaran atau tema/subtema, mencakup: 1) kelas/semester, 2) materi pokok,
dan 3) alokasi waktu ditentukan berdasarkan keperluan untuk pencapaian KD dan beban
belajar, dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD
yang harus dicapai;
c. Kompetensi Dasar, adalah sejumlah kemampuan minimal yang harus dikuasai peserta didik
dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator pencapaian kompetensi.
Kompetensi dasar dalam RPP, merujuk kompetensi dasar yang tercantum dalam silabus;
d. Indikator pencapaian kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi
untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu. Indikator pencapaian kompetensi
menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi disusun guru
dengan merujuk kompetensi dasar. Dengan pertimbangan tertentu, guru dapat menentukan
tingkatan indikator lebih tinggi dari kompetensi dasar (kemampuan minimal) yang ditentukan
silabus. Pertimbangan tertentu yang dimaksud, antara lain: agar lulusan memiliki nilai
kompetitif, atau kelengkapan fasilitas laboratorium lebih baik dari satuan pendidikan sejenis.
Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional
yang dapat diamati dan/atau diukur, yang mencakup kompetensi pengetahuan (kognitif), sikap
(afektif) dan keterampilan (psikomotor);
e. Tujuan Pembelajaran dirumuskan lebih spesifik atau detail dengan merujuk indikator
pencapaian kompetensi. Jika cakupan dan kedalaman materi pembelajaran sudah tidak dapat
dijabarkan lebih detail dan spesifik lagi, maka tujuan pembelajaran disusun sama persis
dengan indikator pencapaian kompetensi.4
f. Materi pembelajaran memuat fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang relevan, dan ditulis
dalam bentuk butir-butir pokok bahasan/sub pokok bahasan sesuai dengan rumusan indikator
pencapaian kompetensi. Materi pembelajaran secara lengkap dalam bentuk Lembar Kerja
Peserta Didik dapat dilampirkan.
g. Model/Metode pembelajaran, model pembelajaran (lebih luas dari metode, dan mempunyai
sintak jelas) digunakan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran dan suasana belajar
yang mengaktifkan peserta didik untuk mencapai kompetensi dasar. Penggunaan model
pembelajaran hendaknya mempertimbangkan karakteristik peserta didik, dan karakteristik
materi pembelajaran. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific ), tematik terpadu
(tematik antar matapelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan
pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (model pembelajaran discovery/inquiry).
Untuk mendorong kemampuan berpikir peserta didik abad 21, baik secara individual maupun
kelompok maka sangat disarankan menggunakan model pembelajaran berbasis pemecahan
masalah ( problem based learning). Untuk menstimulan kemampuan ketrampilan dan berkarya
peserta didik, baik secara individual maupun kelompok, maka pemilihan model pembelajaran
berbasis proyek sangat tepat. Tentunya para guru harus memahami berbagai model
pembelajaran lain yang dapat mengaktifkan pengalaman belajar peserta didik
h. Media Pembelajaran, berupa alat bantu guru untuk menyampaikan materi pembelajaran, agar peserta
didik termotivasi, menarik perhatian, dan berminat mengikuti pelajaran. Jenis- jenis media
pembelajaran dan karakterisnya, perlu dipahami pada guru, sehingga pemilihan media
pembelajaran dapat mengoptimalkan perhatian dan hasil belajar peserta didik.
i. Sumber belajar, dapat berupa buku cetak, buku elektronik, media yang berfungsi sebagai
sumber belajar, peralatan, lingkungan belajar yang relevan;
j. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran, serangkaian aktivitas pengelolaan pengalaman
belajar siswa, melalui tahapan pendahuluan, inti dan penutup. Pada tahapan pendahuluan,
guru melakukan kegiatan: 1) memimpin doa dan mempresensi kehadiran peserta didik, 2)
memberikan apersepsi, 3) menyampaikan tujuan pembelajaran, dan 4) memotivasi peserta didik. Pada
tahapan inti, guru mengelola pembelajaran merujuk pada sintak (prosedur) model
pembelajaran yang dipilihnya. Tahapan penutup, guru melakukan kegiatan: 1) rangkuman
materi pembelajaran, 2) penilaian, dan 3) tindak lanjut pembelajaran berikutnya.
k. Penilaian, penilaian proses belajar dan hasil belajar dikembangkan oleh guru, dilakukan
dengan prosedur :
 menetapkan tujuan penilaian dengan mengacu pada RPP yang telah disusun;
 menyusun kisi-kisi penilaian;
 membuat instrumen penilaian serta pedoman penilaian;
 melakukan analisis kualitas instrumen penilaian;
 melakukan penilaian;
 mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian;
 melaporkan hasil penilaian; dan memanfaatkan laporan hasil penilaian.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : SMA NEGERI 9 GARUT

Kelas/Semester : X/ I

Mata Pelajaran : PENGANTAR AKUNTANSI

AlokasiWaktu : 5 JAM (5 X 45 MENIT)

A. KOMPETENSI INTI
KI 3 : Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
procedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak
secara efektif dan kreatif, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah
pengawasan langsung.

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR


Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

3.1. Mendeskripsikan konsep 3.1.1. Menjabarkan pengertian dan rumus – rumus


persamaan dasar akuntansi. persamaan akuntansi.
3.1.2 Mengidentifikasi pengaruh transaksi
keuangan terhadap
persamaan akuntansi.
3.1.3 Mengidentifikasi ketentuan/aturan Debit
Kredit.
3.1.4 Mengidentifikasi akun-akun yang termasuk
neraca dan laba/rugi
4.1. Menerapkan konsep persamaan 4.1.1 Menerapkan rumus persamaan akuntansi.
dasar akuntansi. 4.1.2 Menganalisis bukti transaksi
keuangan/bukti pencatatan.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Siswa mampu mengamalkan nilai karakter dalam proses pembelajaran yang meliputi
sikap religius, disiplin, jujur, mandiri, kreatif, dan toleransi.
b. Siswa mampu menjabarkan pengertian dan rumus – rumus persamaan akuntansi dalam
kegiatan pembelajaran dengan benar.
c. Siswa mampu mengidentifikasi pengaruh transaksi keuangan terhadap
persamaan akuntansi dalam kegiatan pembelajaran dengan benar.
d. Siswa mampu mengidentifikasi ketentuan/aturan Debit Kredit dalam kegiatan
pembelajaran dengan benar.
e. Siswa mampu mengidentifikasi akun-akun neaca dan laba/rugi dalam kegiatan
pembelajaran dengan benar.

f. Siswa mampu menerapkan rumus persamaan akuntansi dalam kegiatan latihan soal
dengan benar.
g. Siswa mampu menganalisis bukti transaksi keuangan/bukti pencatatan dalam keiatan
latihan soal dengan benar.

D. MATERI PEMBELAJARAN
Persamaan Dasar Akuntansi, Ketentuan Debit/Kredit, Analisis Debit/Kredit
(uraian terlampir multimedia pembelajaran interaktif)

E. METODE PEMBELAJARAN
1. Pendekatan : Saintifik dan Mastery learning
2. Model Pembelajaran : Discovery Learning
3. Metode : Diskusi kelompok, Tanya jawab, dan Penugasan

F. ALAT/MEDIA/SUMBER BELAJAR
1. Alat : Perangkat Komputer , Laptop dan software desain grafis /HP
2. Media : Multimedia Pembelajaran Interaktif
3. Sumber Belajar : Buku panduan desain grafis, internet, video tutorial desain grafis.
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No. Kegiatan Waktu
1 Pendahuluan
1. Guru menyampaikan salam dan selanjutnya peserta didik menjawabnya.
2. Guru mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk proses belajar mengajar
yaitu kerapian kebersihan ruang kelas
3. Guru meminta ketua kelas untuk memimpin do’a dan membaca Al-Qur’an
sebelum memulai pelajaran. 15 menit
4. Guru mengecek kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran.
5. Guru menyampaikan informasi cakupan materi pembelajaran yang akan
dilaksanakan dengan mengaitkan materi sebelumnya.
6. Guru menyampaikan inti tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti
a. Mengamati
1. Siswa membaca tentang konsep persamaan dasar akuntansi.
2. Siswa membaca tentang Mekanisme Debit/Kredit dan Aturan Saldo Normal
3. Siswa membaca tentang analisis bukti transaksi keuangan pada mekanisme
debit/kredit.
b. Menanya
1. Siswa bertanya dan berdiskusi untuk mendapatkan klarifikasi tentang konsep
persamaan dasar akuntansi
2. Siswa bertanya dan berdiskusi untuk mendapatkan klarifikasi tentang
Mekanisme Debet Kredit dan Aturan Saldo Normal.
3. Siswa bertanya dan berdiskusi untuk mendapatkan klarifikasi tentang analisis
bukti transaksi keuangan pada mekanisme debit/kredit
c. Mengeksplorasi
2. 120 menit
1. Siswa mengumpulkan data dan informasi melalui berbagai
referensi/media terkait dengan konsep persamaan akuntansi, untuk
menciptakan cara, format atau sistem dalam melakukan pencatatan pada
persamaan akuntansi.
2. Siswa mengumpulkan data dan informasi melalui berbagai
referensi/media terkait dengan Mekanisme Debit/Kredit dan Aturan Saldo
Normal.
3. Siswa mengumpulkan data dan informasi melalui berbagai
referensi/media terkait dengan analisis bukti transaksi keuangan pada
mekanisme debit/kredit.
d. Menalar
1. Siswa menganalisis informasi dan data-data yang diperoleh dari bacaan
maupun dari sumber-sumber terkait tentang konsep persamaan akuntansi.
2. Siswa menganalisis informasi dan data- data yang diperoleh dari bacaan
maupun dari sumber-sumber terkait tentang Mekanisme Debit/Kredit dan
Aturan Saldo Normal.
3. Siswa menganalisis informasi dan data- data yang diperoleh dari bacaan
maupun dari sumber-sumber terkait tentang analisis bukti transaksi keuangan
pada mekanisme debit/kredit
e. Mengomunikasikan
1. Melaporkan hasil analisis transaksi dan penerapannya dalam persamaan dasar
akuntansi.
2. Melaporkan hasil analisis transaksi dan penerapannya dalam Mekanisme
Debit/Kredit dan Aturan Saldo Normal.
3. Melaporkan hasil analisis transaksi dan penerapannya dalam analisis bukti
transaksi keuangan pada mekanisme debit/kredit.
3 Penutup
Post test
1. Guru memberikan soal latihan kepada siswa untuk dikerjakan secara individu.
Siswa secara bergilir mengerjakan soal latihan di depan kelas.
3. Guru membagi kelas menjadi dua kelompok, kelompok
pertama diberi kartu pertanyaan dan kelompok kedua diberi kartu jawaban
Siswa mencari pasangan atas soal dan jawaban yang diberikan guru Siswa
secara bergiliran membacakan hasil temuannya di depan kelas.
4. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan dan kelompok yang selesai lebih dulu
mempresentasikan jawabannya sedangkan kelompok lain menanggapi.
90 menit
Refleksi
1. Dari kegiatan pembelajaran guru menyampaikan pada siswa bahwa dalam
mengatur keuangan harus seimbang, antara pemasukan dan pengeluaran.
2. Dari kegiatan pembelajaran guru menyampaikan pada siswa bahwa dalam
hidup ini harus bisa menempatkan segala sesuatu sesuai dengan situasi,
kondisi dan tempatnya.
Kesimpulan
1. Guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran.
2. Guru menyampaikan materi yang akan datang.
3. Guru mengucapkan salam

H. TEKNIK PENILAIAN
a. Penilaian Sikap
1) Teknik Penilaian : Observasi
2) Instrumen dan rubrik penilaian : Terlampir
b. Penilaian Pengetahuan
1) Teknik Penilaian : Tes tertulis
2) Instrumen dan Rubrik Penilaian : Terlampir
c. Penilaian Keterampilan
1) Teknik Penilaian : Observasi Diskusi
2) Instrumen dan Rubrik penilaian : Terlampir

Garut, Mei 2019


Mengetahui,
Kepala SMA Negeri 9 Garut Guru Mapel Akuntansi

Yusa, S.Pd, M.Pd Vina Patmahsari, S.Pd, M.Pd


NIP.196512251989031008 NUPTK. 6141763665210083

Forum M3KB1
Ada pendapat yang menyatakan bahwa teori belajar behavioristik cenderung mengarahkan siswa
berpikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif.
Apa tanggapan saudara tentang pendapat tersebut dan sertakan contohnya .
Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak
kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan
atau shaping, yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga
menjadikan siswa untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang
berpengaruh dalam hidup ini yang mempengaruhi proses belajar. Jadi pengertian belajar tidak
sesederhana yang dilukiskan oleh teori behavioristik. Saya sependapat dengan Skinner yaitu
penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman
harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang akan muncul berbeda dengan respon yang
sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama
menjadi semakin kuat. Lawan dari penguat negatif adalah penguat positif (positive
reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah bahwa
penguat positif itu ditambah, sedangkan penguat negatif adalah dikurangi agar memperkuat
respons. Stimulus diberikan oleh guru harus berpikir tingkat tinggi atau berpikir kritis sehingga
respon peserta didik akan kreatif dan produktif.
Seperti contoh memberikan stimulus kepada peserta didik untuk mengerjakan latihan kertas kerja
(work sheet) berbeda secara berkelompok, maka respon peserta didik secara berkelompok akan
berbeda- beda tidak dengan cara yang sama dan jawaban satu benar. Sehingga terlaksana
pembelajaran yang aktif tidak pasif, kreatif dan produktif.

Video M4KB2
Kemampuan awal adalah pemahaman, pengalaman, pengetahuan prasyarat, dan segala sesuatu
yang dimiliki oleh peserta didik sebagai pengetahuan awal (prior knowledge) dan disusun secara
hirarkis sebagai basis data pengalaman (experiential data base) di dalam diri peserta didik.
Identifikasi pengetahuan tentang kemampuan awal peserta didik sangat penting karena berguna
untuk memberikan dosis pelajaran yang tepat kepada peserta didik, mengambil langkah-langkah
yang diperlukan oleh guru, mengukur apakah peserta didik memiliki prasyarat yang dibutuhkan,
dan memilih pola-pola pembelajaran yang lebih baik . Beberapa teknik mendeteksi kemampuan
awal peserta didik dapat dilakukan diantaranya dengan: menggunakan catatan atau dokumen
yang tersedia, menggunakan tes prasyarat (prerequisite test) dan tes awal (pre-test), mengadakan
konsultasi individual, dan menggunakan angket atau kuesioner kepada peserta didik untuk
memperoleh informasi terkait bagaimana karakteristik peserta didik khususnya kemampuan awal
ataupun pengalaman yang sudah dimiliki oleh peserta didik. Klasifikasi pembelajaran menurut
Gagne (1977) meliputi lima jenis kemampuan atau ranah belajar, yakni: keterampilan intelektual,
strategi kognitif, informasi verbal, sikap, dan psikomotor.
Video M4KB3
Pelajar Visual
Dorong pelajar visual mempunyai banyak simbol dan gambar dalam catatan mereka. Dalam
matematika dan ilmu pengetahuan, tabel dan grafik akan memperdalam pemahaman mereka.
Peta pikiran dapat menjadi alat yang bagus bagi para pelajar visual belajar terbaik saat mulai
dengan “gambaran keseluruhan,” melakukan tinjauan umum mengenai bahan pelajaran akan
sangat membantu. Membaca bahan secara sekilas misalnya, memberikan gambaran umum
mengenai bahan bacaan sebelum mereka terjun kedalam perinciannya.
Pelajar Auditorial
Para pelajar Auditorial mungkin lebih suka merekam pada kaset dari pada mencatat, karena
mereka suka mendengarkan informasi berulang-ulang. Jika mereka kesulitan dengan satu konsep
bantulah mereka berbicara dengan diri mereka sendiri untuk memahaminya. Anda dapat
membuat fakta panjang yang mudah diingat oleh siwa auditorial dengan mengubahnya menjadi
lagu, dengan melodi yang sudah dikenal dengan baik.
Pelajar Kinestetik
Pelajar kinestetik suka belajar melalui gerakan dan paling baik menghafal informasi dengan
mengasosiasikan gerakan dengan setiap fakta. Banyak pelajar kinestetik menjauhkan diri dari
bangku, mereka lebih suka duduk di lantai dan menyebarkan pekerjaan di sekeliling mereka.
Video M5KB1

1. Tahapan (Syntak) yang dilakukan Guru dalam Video tersebut adalah :


a. Tahapan – Tahapan (Sintaks) Pembelajaran Dalam Video Tersebut:
 Memberi salam dan menanyakan kabar peserta didik
 Meminta salah seorang peserta didik untuk memimpin do’a (penumbuhan karakter dan
sikap spiritual peserta didik)
 Meminta peserta didik merapikan bangku dan membuang sampah yang ada disekitar
kelas (penumbuhan karakter kebersihan dan kerapian peserta didik)
 Memeriksa kehadiran peserta didik (absensi)
 Sintaks 1. Orientasi masalah; Menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran
 Me-review dan mengaitkan materi yang dipelajari sebelumnya dengan materi yang akan
dipelajari (apersepsi)
 Pre Test untuk mengasah kemampuan awal peserta didik
 Mengapresiasi jawaban-jawaban yang diberikan oleh peserta didik (motivasi)
 Sintaks 2. Pengorganisasian peserta didik; Pengelompokan peserta didik
 GLS (Gerakan Literasi Sekolah), membudayakan membaca bagi peserta didik baik dari
literatur (hand out dan buku referensi lain) maupun internet.
 Kolaborasi, diskusi dan memecahkan masalah (4C)
 Sintaks 3. Bimbingan penyelidikan individu/kelompok; Guru berkeliling dan bertanya
dari satu kelompok ke kelompok lain mengenai permasalahan yang dihadapi peserta didik
 Sintaks 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; Meminta salah satu kelompok
untuk presentasi di depan kelas
 Sintaks 5. Analisis dan Evaluasi; Pertanyaan, sanggahan atau tambahan dari kelompok
lain
 Refleksi dan penarikan kesimpulan dari beberapa orang peserta didik
 Post Test untuk mengasah pengetahuan pembelajaran peserta didik tentang materi pada
pertemuan hari ini
 Menyampaikan materi pembelajaran untuk pertemuan berikutnya
 Berdo’a dan salam (penumbuhan karakter dan sikap spiritual peserta didik)
b. Analisis Sintaks Pembelajaran
Sintaks 1. Orientasi Masalah
Pada tahap ini Guru menyampaikan kompetensi dasar menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan kebutuhan yang diperlukan dan memotivasi peserta didik terlibat
pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. Sedangkan peserta didik
menginventarisasi dan mempersiapkan kebutuhan yang diperlukan dalam proses
pembelajaran dan berada dalam kelompok yang telah ditetapkan.
Pada saat memulai pembelajaran, guru menyampaikan tujuan pembelajaran secara
jelas, menumbuhkan sikap positif terhadap pelajaran dan menyampaikan bahwa perlu adanya
elaborasi tentang hal-hal sebagai berikut:
 Tujuan utama dari pembelajaran adalah tidak untuk mempelajari sejumlah informasi baru,
namun lebih kepada bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana
menjadi pembelajar yang mandiri.
 Permasalahan yang diselidiki tidak memiliki jawaban mutlak ”benar”. Sebuah
penyelesaian yang kompleks memiliki banyak penyelesaian yang terkadang bertentangan.
 Selama tahap penyelidikan dalam pembelajaran, peserta didik didorong untuk mengajukan
pertanyaan dan mencari informasi dengan bimbingan guru.
 Pada tahap analisis dan penyelesaian masalah peserta didik didorong untuk menyampaikan
idenya secara terbuka.
Guru perlu menyajikan masalah dengan hati-hati dengan prosedur yang jelas untuk
melibatkan peserta didik dalam orientasi masalah karena orientasi kepada situasi masalah
menentukan tahap untuk penyelidikan selanjutnya. Oleh karena itu pada tahap ini presentasi
harus menarik minat peserta didik dan menimbulkan rasa ingin tahu (contohnya dalam video
dengan menampilkan tayangan animasi mengenai ketidaksesuaian pencatatan antara divisi
akuntansi dan divisi lainnya)
Sintaks 2. Pengorganisasian peserta didik
Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah tersebut dan peserta didik membatasi permasalahan yang
akan dikaji. Pemecahan suatu masalah yang membutuhkan kerjasama dan sharing antar
anggota mendorong peserta didik untuk belajar berkolaborasi. Oleh sebab itu, guru dapat
memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok dimana masing-
masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip
pengelompokan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks
ini seperti : kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang
efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya.
Hal penting yang dilakukan guru adalah memonitor dan mengevaluasi kerja masing-
masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran.
Selanjutnya guru dan peserta didik menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas
penyelidikan, dan jadwal.
Sintaks 3. Bimbingan penyelidikan individu/kelompok
Pada fase ini guru membantu peserta didik dalam mengumpulkan informasi dari
berbagai sumber sebagai penumbuhan budaya literasi. Peserta didik diberi pertanyaan yang
membuat mereka berpikir tentang suatu masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk
memecahkan masalah tersebut. Peserta didik diajarkan untuk menjadi penyelidik yang aktif
dan dapat menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang dihadapinya, selain itu juga
perlu diajarkan apa dan bagaimana etika penyelidikan yang benar (dalam video guru
mengizinkan menggunakan internet tapi peserta didik tidak boleh membuka informasi selain
yang berhubungan dengan materi pembelajaran).
Guru juga mendorong peserta didik mengumpulkan informasi yang sesuai untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Peserta didik melakukan inkuiri,
investigasi, dan bertanya untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan yang dihadapi.
Sintaks 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan laporan serta
membantu peserta didik untuk berbagai tugas dalam kelompoknya. Peserta didik menyusun
laporan dalam kelompok dan menyajikannya dihadapan kelas dan berdiskusi dalam kelas.
Hasil karya yang dimaksud lebih dari sekedar laporan tertulis, termasuk hal-hal
seperti rekaman video yang memperlihatkan situasi yang bermasalah dan solusi yang
diusulkan, model-model yang mencakup representasi fisik dari situasi masalah atau
solusinya, dan program komputer serta presentasi multimedia. Selain beberapa hal tersebut,
dapat pula dilakukan dengan cara lain, newsletter misalnya, merupakan cara yang ditawarkan
untuk memamerkan hasil-hasil karya peserta didik dan untuk menandai berakhirnya proyek-
proyek berbasis masalah.
Sintaks 5. Analisis dan Evaluasi
Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Peserta didik mengikuti tes
dan menyerahkan tugas-tugas sebagai bahan evaluasi proses belajar.
Fase terakhir PBL ini melibatkan kegiatan-kegiatan yang dimaksudkan untuk mem-
bantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses berpikirnya sendiri maupun
keterampilan investigative dan keterampilan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase
ini, guru meminta peserta didik untuk merekonstruksikan pikiran dan kegiatan mereka selama
berbagai fase pelajaran. Tantangan utama bagi guru dalam tahap ini adalah mengupayakan
agar semua peserta didik aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil
penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.

Video M5KB2

model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan
pendapat, dan mengelolah imformasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan
berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan
ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya (
Rusman, 2008.203).

Sintak model kooperatif jingsaw :

No. Stimulus
Kegiatan Kesimpulan
Sintak Ya Tidak
1 Menyampaikan tujuan -Salam
pembelajaran ; -Memaparkan kompetensi
Guru menyampaikan semua tujuan dasar dan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pembelajaran

pada pelajaran tersebut dan -Memberikan pertanyaan
memotivasi siswa untuk mengetahui
kemampuan awal
- Memberikan motivasi
2 Menyajikan Informasi ; - Memaparkan materi

Guru menyajikan informasi kepada -Materi terdiri dari
siswa dengan jalan demostrasi atau 1. tokoh
lewat bacaan 2. watak
3. latar
4. tema
5. amanat
3 Mengorganisasi siswa ke dalam -Pesrta didik terdiri dari 15
kelompok-kelompok belajar ; -Membagi kelompok asal
Guru menjelaskan kepada siswa menjadi 3 kelompok

bagaimana cara membentuk Membagi kelompok ahli
kelompok belajar dan membantu menjadi 5 kelompok
setiap langkah secara efesien
4 Membimbing kelompok belajar - Guru sebagai
dan bekerja ; pembimbing
Guru membimbing kelompok- √
kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas.
5 Evaluasi ; -peserta didik
Guru mengevaluasi hasil belajar mempresentasikan hasil
tentang materi yang telah dipelajari diskusi kelompok

atau masing-masing kelompok -guru melakukan penilaian
mempresentasikan hasil kerjanya -nilai paling besar diberi
penghargaan
6 Memberikan penghargaan ;
Guru mencari cara-cara untuk

menghargai hasil belajar uindividu
dan kelompok
Kesimpulan dari video yutube model pembelajaran kooperatif jingsaw yang diterapkan kepada
siswa kelas VI SD materi “cerita anak “sesuai dengan sintak nya.
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang menggunakan berbagai
kemampuan berpikir dari peserta didik secara individu maupun kelompok, serta lingkungan
nyata (autentik) untuk mengatasi permasalahan sehingga menjadi bermakna, relevan, dan
kontekstual (Tan Onn Seng, 2000). Problem Based Learning untuk pemecahan masalah yang
kompleks, problem-problem nyata dengan menggunakan pendekataan studi kasus. Peserta didik
melakukan penelitian dan menetapkan solusi untuk pemecahan masalah (Bernie Trilling &
Charles Fadel, 2009: 111).
Tujuan Pembelajaran PBL untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep
pada permasalahan baru/nyata, pengintegrasian konsep Higher Order Thinking Skills (HOTS)
yakni pengembangan kemampuan berfikir kritis, kemampuan pemecahan masalah, dan secara
aktif mengembangkan keinginan dalam belajar dengan mengarahkan belajar diri sendiri dan
keterampilan (Norman and Schmidt). Pengembangan kemandirian belajar dapat terbentuk ketika
peserta didik berkolaborasi untuk mengidentifikasi informasi, strategi, dan sumber-sumber
belajar yang relevan untuk menyelesaikan masalah.
Model PBL menyuguhkan situasi atau berbagai masalah otentik yang mendorong peserta didik
untuk melakukan investigasi dan penyelidikan. Putu Arnyana (2004) mendeskripsikan
pembelajaran berbasis masalah tersebut sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan
masalah riil kehidupan yang bersifat tidak tentu, terbuka, dan mendua.
Model pembelajaran ini dilandasi oleh teori konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan
peserta didik dalam belajar dan pemecahan masalah otentik. Pada model ini dalam perolehan
informasi dan pengembangan pemahaman tentang topik-topik, peserta didik belajar bagaimana
mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah,
mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi mengenai
pemecahan masalah dan bekerja secara individual atau kolaborasi dalam pemecahan masalah.
PBL merupakan model pembelajaran yang mendorong untuk lebih aktif dan memaksimalkan
kemampuan berpikir kritis untuk mendapatkan solusi dari masalah pada dunia nyata. Dengan ini
dapat membuat peserta didik mahir dalam memecahkan dan mengambil solusi dari suatu
masalah, selain itu juga dirancang masalah-masalah yang memotivasi untuk mendapatkan
pengetahuan yang penting sehingga memiliki strategi belajar sendiri serta kecakapan
berpartisipasi dalam kelompok diskusi. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang
sistemik untuk memecahkan masalah atau tantangan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-
hari. Tujuannya adalah membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir dan
keterampilan mengatasi masalah, belajar peranan orang dewasa yang autentik dan menjadi
pembelajar yang mandiri.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis
masalah merupakan kerangka konseptual tentang proses pembelajaran yang menggunakan
masalah-masalah riil dalam kehidupan nyata (otentik), bersifat tidak tentu, terbuka dan mendua
untuk merangsang dan menantang peserta didik berpikir kritis untuk memecahkannya. Dalam
pemecahan masalah tersebut, sebagaimana dikemukakan oleh Tan (dalam Rusman, 2014),
peserta didik menggunakan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan
konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang
baru dan kompleksitas yang ada.
Model pembelajaran dalam video tersebut efektif karena sesuai dengan materi pembelajarannya,
peserta didik bersama-sama memecahkan suatu permasalahan dan mendapatkan berbagai
alternatif solusi untuk pemecahannya sehingga didapatkan satu kesimpulan. Suatu pembelajaran
dikatakan menerapkan model PBL jika pembelajaran tersebut memiliki ciri-ciri sebagaimana
dikemukakan oleh Putu Arnyana (2004) sebagai berikut: a) terdapat kegiatan mengajukan
pertanyaan atau masalah, b) pembelajaran terfokus pada keterkaitan antar disiplin, c)
penyelidikan autentik, d) peserta didik menghasilkan produk berupa karya nyata seperti laporan,
e) kerjasama (peserta didik bekerjasama d a l a m kelompok).
Kelebihan dari model pembelajaran ini antara lain :
1) Menantang kemampuan serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru
bagi peserta didik.
2) Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran peserta didik.
3) Membantu peserta didik dalam mentransfer pengetahuan untuk memahami masalah dunia
nyata.
4) Membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung
jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
5) Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan mengembangkan
kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
6) Memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
mereka miliki dalam dunia nyata.
7) Mengembangkan minat peserta didik untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar
pada pendidikan formal telah berakhir.
8) Memudahkan peserta didik dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna
memecahkan masalah dunia nyata.
Model Pembelajaran Project Based Cooperative Learning

Model PjBCL merupakan model yang dikembangkan berdasarkan penerapan projek dengan
melibatkan siswa menyelidiki masalah dunia nyata melalui kelompok kooperatif (Yam & Rosini,
2010: 1). Penerapan pembelajaran projek merupakan salah satu cara yang dapat Anda pilih
sebagai guru untuk melibatkan siswa dengan materi atau konten pembelajaran mereka. Model
dengan projek ini dipandang menarik karena memiliki format instruksional yang inovatif di mana
siswa dapat memilih berbagai aspek tugas dan termotivasi oleh masalah lingkungan sekitar
bahkan mungkin akan memberikan kontribusi kepada mereka (Bender, 2012: 7). Projek
pembelajaran pada model ini dilaksanakan secara kelompok kooperatif dengan siswa-siswa yang
heterogen sebagai anggotanya.
Pengembangan model ditujukan untuk lebih mempermudah pengimplementasian projek dalam
pembelajaran melalui kegiatan kelompok. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan
pembelajaran projek yaitu membutuhkan banyak waktu dan biaya untuk menyelesaikan sebuah
projek. Projek yang dilaksanakan secara kooperatif akan lebih efektif serta menghemat waktu
dan biaya. Pembelajaran kooperatif sangat cocok untuk mengorganisasi kegiatan dalam
pembelajaran berbasis projek sehingga menjadi model gabungan bernama project based
cooperative learning (Wang, 2008: 265). Pada model ini suatu situasi perlu diciptakan di mana
tujuan individu dapat dicapai hanya ketika kelompok itu bekerjasama demi kerhasilan
menyelesaikan projek.
Sintak Model PjBCL (Wang, 2008: 2655)

Tahapan Kegiataan siswa Kegiatan guru


Tahap 1 Siswa diberikan pembelajaran dasar Guru menentukan apakah akan
terkait tema. menerapkan PjBCL
Tahap 2 Siswa memilih topik penelitian dan Guru menganalisis tujuan pengajaran
memperjelas tujuan pembelajaran dan membimbing siswa untuk memilih
topic
Tahap 3 Siswa membetuk kelompok Guru menganalisis karakteristik siswa
kooperatif dan mengelompokkan siswa dengan
cara yang heterogen dan komplementer
Tahap 4 Siswa memecahkan masalah, Guru menganalisis tugas dan
membagi peran, membagi menciptakan situasi pertanyaan, dan
pekerjaan dalam kelompok, dan membangun kelompok kasus
memperjelas tugas kelompok dan
individu
Tahap 5 Siswa secara kooperatif menyusun Guru menciptakan lingkungan yang
dan merancang rencana untuk kooperatif
kelompok dan individu
Tahap 6 Siswa melakukan penelitian Guru bertindak sebagai penyelenggara,
kooperatif pengamat, instruktur, dan konselor
Tahap 7 Siswa bertukar dan merangkum Guru mengomentari hasil dan
hasil proyek keteraturan proyek
Tahap 8 Secara bersama mengevaluasi hasil Guru mengevaluasi hasil belajar melalui
pembelajaran dengan cara komentar dan membimbing siswa dari
ringkasan praktik ke teori

Penggunaan model simulasi sudah diterapkan di dalam dunia pendidikan lebih dari tiga puluh
tahun. Model pembelajaran ini berasal dari penerapan prinsip sibernetik. Belajar dengan konsep
sibernetik adalah proses mengalami konsekuensi lingkungan secara sensorik dan melibatkan
perilaku koreksi diri (self corrective behavior) sehingga tercipta suatu lingkungan yang dapat
menghasilkan umpan balik yang optimal bagi siswa. Pelaksanaan model simulasi pada dasarnya
digunakan untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa yang
lebih banyak mengarah kepada psikomotor agar kegiatan lebih bermakna bagi siswa.
Penyajian yang nyata pada model simulasi melibatkan siswa secara aktif dalam berinteraksi
dengan situasi di lingkungannya. Siswa mengaplikasikan pengetahuan yang telah dipelajari
sebelumnya dengan memperagakan dalam bentuk replikasi dan visualisasi. Hal ini berguna untuk
untuk memberikan respons (membuat keputusan atau melakukan tindakan) untuk mengatasi
masalah/situasi dan menerima umpan balik tentang respons tersebut (Rheba & Thompson dalam
Anitah, 2007). Penerapan model simulasi menurut Trianto (2010: 140-141) terdapat beberapa
jenis, diantaranya 1) sosiodrama, 2) psikodrama, 3) role playing atau bermain peran, 4) peer
teaching dan 5) simulasi game.
Penerapan model simulasi memiliki empat tahap menurut Joyce, Weil dan Calhoun, (2009: 441-
442). Tahap pertama yaitu orientasi, guru menyampaikan topik yang akan dibahas dan konsep
yang akan digunakan dalam aktivitas simulasi. Tahap kedua, yaitu persiapan simulasi atau
latihan partisipasi. Pada tahap ini guru menyusun sebuah skenario yang memaparkan peran,
aturan, proses, skor, jenis, keputusan yang akan dibuat dan tujuan simulasi. Guru memimpin
praktik dalam jangka waktu singkat untuk memastikan bahwa siswa telah memahami semua
arahan dan bisa melaksanakan perannya masing-masing. Tahap ketiga, yaitu pelaksanaan
simulasi. Siswa berpartisipasi dalam permainan atau simulasi, dan guru/dosen juga memainkan
perannya sebagai wasit dan pelatih. Secara periodik, permainan simulasi bisa dihentikan
sehingga siswa dapat menerima umpan balik, mengevaluasi penampilan dan keputusan mereka
serta mengklarifikasi kesalahan-kesalahan konsepsi. Tahap keempat adalah wawancara
partisipasi. Berdasarkan hasil yang diperoleh, guru dapat membantu siswa fokus pada hal-hal
melalui wawancara partisipasi. Berikut ini tabel sintak model pembelajaran simulasi yang dapat
diterapkan disekolah.
Tabel 3. Sintak Model Simulasi Adaptasi Joyce, Weil dan Calhoun (2009:442)
Tahap Pertama: Orientasi Tahap Kedua:Latihan Partisipasi

- Menyajikan topik luas mengenai - Membuat skenario (aturan peran, prosedur,


simulasi dan konsep yang dipakai dalam skor, tipe, keputusan yang akan dipilih dan
aktivitas simulasi tujuan
- Menjelaskan simulasi dan perma-inan - Menugaskan peran
- Menyajikan ikhtisar simulasi - Melaksanakan praktik dalam jangka waktu
yang singkat

Tahap Ketiga: Pelaksanaan Simulasi Tahap Keempat:Wawancara Partisipan

- Memimpin aktivitas permainan dan - Menyimpulkan kejadian dan persepsi


administrasi permainan - Menyimpulkan kesulitan dan pandangan-
- Mendapatkan umpan balik dan pandangan
evaluasi (mengenai penampilan dan - Menganalisis proses
pengaruh keputusan) - Membandingkan aktivitas simulasi dengan
- Menjelaskan kesalahan persepsi dunia nyata
- Melanjutkan simulasi - Menghubungkan aktivitas simulasi dengan
materi pembelajaran
- Menilai dan kembali merancang simulasi

Media pembelajaran diciptakan awalnya untuk membantu guru dalam menyampaikan


materi pelajaran. Dulunya, Media pembelajaran hanya berupa alat bantu visual untuk
memberikan pengalaman konkrit dan motivasi belajar.

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berdampak pada


kemudahan memperoleh informasi dan mengembangkan strategi pembelajaran. Di masa
sekarang ini perkembangan bentuk media pesat mengalami perubahan, hingga multimedia
pembelajaranpun bervariatif dan mudah didapatkan oleh peserta didik.
Banyak ahli telah merumuskan teori klasifikasi media pembelajaran, namun teori
yang paling umum menjadi rujukan dalam klasifikasi media pembelajaran adalah teori Edgar
Dale (1946) yang mengklasifikasikan media pembelajaran menurut tingkatan pengalaman
atau yang disebut juga ’Kerucut Pengalaman’ belajar. Seperti pada gambar berikut :

Berpedoman pada Kerucut Pengalaman Edgar Dale (Cone of Experience) tersebut,


dapat di lihat bahwa hasil belajar seseorang diperoleh melalui pengalaman langsung
(kongkrit), kenyataan yang ada dilingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui
benda tiruan, sampai kepada lambang verbal (abstrak). Semakin ke atas puncak kerucut
semakin abstrak media penyampai pesan itu. Proses belajar dan interaksi mengajar tidak
harus dari pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan jenis pengalaman yang paling
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok siswa yang dihadapi dengan
mempertimbangkan situasi belajar. Pengalaman langsung akan memberikan informasi
dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu, oleh karena ia melibatkan indera
penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba.

Pembelajaran dikembangkan bila merujuk pada kerucut Edgar Dale diatas maka
masuk pada seluruh bagian piramida Dale. Berdasarkan piramida Dale tersebut, penulis
mencoba mengelompokkan/ mengklasifikasi media pembelajaran yang kiranya mumpuni
untuk pembelajaran abad 21.

Klasifikasi media pembelajaran abad 21, dapat penulis sajikan sebagai berikut:

1) Media teks : Buku, Modul, LKPD, E-book, Webpages, Koran

2) Media on line : Blog, Website, E Mail, E Book, Kelas Virtual, Tes Online,

3) Media Audio : Presenter Live, Podcast, Compact disk

4) Media Visual : Slide Power Point, Macromedia Flash, Gambar, Foto, Poster,
Wallchart

5) Media Video : Youtube, Streaming Video, DVD

6) Media Video Interaktif : Skype, Teleconference, Video Call

7) Media Sosial : Facebook, Whatsapp, Twitter, Instagram, Telegram

8) Media Manipulatif : Mockup, Trainning kit, Simulator

9) Multimedia berbasis computer : CAI, Program multimedia

10) Orang : Keluarga, Teman, Guru, Masyarakat

11) Alam Sekitar/lingkungan


Forum M6KB1

Sampai hari ini kita masih menggunakan taksonomi Bloom (yang dikoreksi oleh Anderson
dan Krathwol) sebagai acuan penyusunan perangkat penilaian pembelajaran. Sementara
itu tuntutan penyusunan konstruksi soal bergeser dari LOTS ke HOTS. Bagaimana
pendapat Ibu/Bapak terkait dengan hal tersebut.

(kemukakan pendapat dengan ringkas dan jelas)

HOTS (Higher-Order Thinking Skill ) adalah Kemampuan berpikir yang tidak sekadar
mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan
(recite). Soal-soal HOTS mengukur kemampuan: transfer satu konsep ke konsep lainnya,
memproses dan menerapkan informasi, mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-
beda, menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan menelaah ide dan
informasi secara kritis. Dimensi proses kognitif :

• Mengkreasi ide/gagasan sendiri.


• Kata kerja: mengkonstruksi, desain,
Mengkreasi
kreasi, mengembangkan, menulis,
memformulasikan.
• Mengambil keputusan sendiri.
Penalaran
HOTS • Kata kerja: evaluasi, menilai,
Mengevaluasi (Level Kognitif 3)
menyanggah, memutuskan, memilih,
mendukung.
• Menspesifikasi aspek-aspek/elemen.
Menganalisis • Kata kerja: membandingkan,
memeriksa, , mengkritisi, menguji.
• Menggunakan informasi pada domain
berbeda
Aplikasi
Mengaplikasi • Kata kerja: menggunakan,
(Level Kognitif 2)
mendemonstrasikan,
MOTS
mengilustrasikan, mengoperasikan.
Pengetahuan & • Menjelaskan ide/konsep.
Memahami Pemahaman (Level • Kata kerja: menjelaskan,
Kognitif 1) mengklasifikasi, menerima,
melaporkan.
• Mengingat kembali.
LOTS Mengetahui • Kata kerja: mengingat, mendaftar,
mengulang, menirukan.

Ranah kognitif versi Bloom ini kemudian direvisi oleh Lorin Anderson, David Karthwohl,
dkk. pada 2001. Urutannya diubah menjadi enam, yaitu:

1. Mengingat (remembering)
2. Memahami (understanding)
3. Mengaplikasikan (applying)
4. Menganalisis (analyzing)
5. Mengevaluasi (evaluating)
6. Mencipta (creating)

Tingkatan 1 hingga 3 dikategorikan sebagai kemampuan berpikir tingkat rendah (LOTS),


sedangkan tingkat 4 sampai 6 dikategorikan sebagai kemampuan berpikir tingkat tinggi
(HOTS). HOTS adalah satu cara untuk menguji apakah seseorang bisa menganalisis,
membandingkan, menghitung, dan sebagainya. Jadi memang diperlukan kemampuan yang
tidak biasa. Bukan hanya sekadar mengingat atau menghafal saja. Penyusunan soal dari
LOTS ke HOTS supaya peseta didik dapat menciptakan keterampilan abad 21 yaitu 4 C
(Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity and
Innovation) merupakan kemampuan sesungguhnya ingin dituju dengan Kurikulum 2013.
Sehingga dapat menumbuhkan peserta didik yang kreatif dan inovatif, bisa menciptakan
karya.

Forum M6KB2

Di tengah-tengah kesibukan mengajar, mungkinkah guru melakukan pengamatan di kelas untuk


mengetahui sikap dan perilaku siswa secara individu sebagaimana tuntutan authentic
assessment? Kemukakan pendapat ibu/Bapak dengan singkat dan jelas !
Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan
pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang
mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan
pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Teknik penilaian sikap adalah
Observasi, Penilaian Diri, Antar Teman. Nilai sikap untuk mata pelajaran Pendidikan Agama
dan PPKN walaupun tidak di wajibkan untuk mata pelajaran lain, saya tetap melakukannya.
Bisa dilaksanakan pada saat proses pembelajaran terjadi. Nilai sikap untuk mata pelajaran
saya sebagai nilai tambah untuk nilai pengetahuan dan keterampilan. Mungkin terlaksananya
penilaian sikap dengan menggunakan format sederhana, yaitu jurnal perkembangan siswa
dan penilaian antar teman. Dengan menggunakan format sederhana supaya tidak banyak
waktu terbuang hanya untuk penilaian sikap.

Jurnal PerkembanganSikap
No Tanggal Nama Siswa Catatan Perilaku Butir Sikap
1
2
3
4
Penilaian antar teman

Nama teman yang dinilai : ………………………………….


Nama penilai : ………………………………….
Kelas : ………………………………….
Semester : ………………………………….
Petunjuk: Berilah tanda centang (√) pada kolom “Ya” atau “Tidak” sesuai dengan
keadaan kalian yang sebenarnya.
No Pernyataan Ya Tidak

Teman saya selalu berdoa sebelum melakukan aktivitas.


Teman saya sholat lima waktu tepat waktu.
Teman saya tidak mengganggu teman saya yang Bergama lain
berdoa sesuai agamanya.
Teman saya tidak menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan.
Forum M6KB3
Bismillah,
Sebenarnya guru tidak perlu menulis soal sendiri, karena sudah banyak soal-soal yang ditulis
pihak lain dijual di toko-toko buku, guru tinggal menggunakannya.
Bagaimana pendapat ibu/Bapak tentang hal tersebut?
Membuat soal seperti hal yang mudah, padahal dalam pelaksanaan sangat sulit karena kita
harus mengatur sesuai dengan kompetensi dasar dan juga harus terdiri dari soal LOTS,
MOTS, dan HOTS. Guru harus memiliki pemahaman dan keterampilan untuk
mengembangkan atau menulis instrumen penilaian, termasuk tes. Penulisan tes hendaknya
dilakukan secara sistematis sesuai kaidah penulisan tes yang baik, yaitu melalui langkah-
langkah: (a) Perumusan tujuan tes, (b) Penentuan bentuk pelaksanaan tes, (c) Penyusunan
kisi-kisi tes, (d) Penulisan butir soal, (e) Penelaahan butir soal, (f) Uji coba/analisis, (g)
Perakitan soal/perangkat tes. Setelah perakitan soal tes tersebut selesai dilakukan, maka
perangkat tes siap digunakan untuk pelaksanaan tes. Adapun syarat penyusunan soal meliputi
:Soal-soal atau pertanyaan yang dibuat harus menanyakan tentang
ilmu/materi/konsep/teori/pengetahuan yang telah dipelajari; Soal disusun mengikuti kaidah
penyusunan soal; Penulis soal harus menguasai ilmu yang akan dituliskan soalnya; Penulis
soal mengetahui adanya ragam/jenis/bentuk soal beserta keunggulan dan kelemahannya;
Penulis soal paham akan kaidah penulisan soal untuk berbagai bentuk soal dan Penulis soal
paham bahwa soal yang ditanyakan berhubungan langsung dengan penskoran sehingga
diperoleh penilaian yang objektif. Soal merupakan sarana atau alat untuk melakukan evaluasi
hasil belajar sehingga dapat diberikan penilaian kepada peserta selama dan setelah proses
pembelajaran dilaksanakan. Untuk dapat dipakai sebagai sarana pengukuran atau evaluasi
hasil belajar yang baik, maka soal atau pertanyaan harus dibuat mengikuti langkah-langkah
serta kaidah penyusunan soal yang baik. Selain itu baik atas soal yang dibuat maupun
terhadap si pembuat soal harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Sebagai guru kita harus membuat soal sendiri karena mengetahui materi yang sudah selesai,
mengetahui kompetensi dasar yang telah di capai, mengetahui kemampuan peserta didik,
mengetahui sarana dan prasarana yang ada, dan dapat membagi soal menjadi beberapa
bagian (LOTS, MOTS, dan HOTS). Maka akan tercipta soal yang baik menumbuhkan
peserta didik yang berpikir tingkat tinggi.
Forum M5KB4
Hasil Penilaian merupakan cerminan prestasi dan tingkah laku peserta didik selama
kegiatan belajar, dan peserta didik dituntut untuk mencapai KKM. Bagi siswa yang belum
mencapai KKM perlu ada program pembelajaran remedial sebelum dilakukan tes
remedial. Tetapi pada kenyataannya masih ada guru yang melakukan tes remedial tanpa
melakukan pembelajaran remedial. Bagaimana pendapat ibu/bapak tentang hal tetsebut ?
Bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial:
 Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda jika jumlah
peserta yang mengikuti remedial lebih dari 50%;
 Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan jika jumlah
peserta remedial maksimal 20%;
 Pemberian tugas-tugas kelompok jika jumlah peserta yang mengikuti remedial lebih dari
20 % tetapi kurang dari 50%;
 Pemanfaatan tutor teman sebaya.
 Semua kegiatan pembelajaran remedial diakhiri dengan Tes Akhir. Baik Pembelajaran
remidial dan tes akhir dilaksanakan di luar jam kegiatan belajar mengajar reguler. (boleh
sepulang sekolah atau pada sore hari seperti kegiatan ekskul dan les).
Jika peserta didik tidak lulus karena penilaian hasil maka sebaiknya hanya mengulang tes
tersebut dengan pembelajaran ulang jika diperlukan. Namun apabila ketidaklulusan akibat
penilaian proses yang tidak diikuti misalnya kinerja praktik, diskusi "presentasi kelompok"
maka sebaiknya peserta didik mengulang semua proses yang harus diikuti.
Video M6KB2
Prinsip Dasar Penyusunan Taksonomi
Ada 4 buah prinsip dasar yang digunakan Bloom dan Krathwohl dalam melahirkan
taksonomi, yaitu:
 Prinsip metodologis (cara guru mengajar)
 Prinsip psikologis (fenomena kejiwaan)
 Prinsip logis (logis dan konsisten)
 Prinsip tujuan (keselarasan antara tujuan dan nilai-nilai)
Latar Belakang Revisi Taksonomi Bloom
Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan.
Taksonomi ini pertama kali dirancang oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal
ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain
tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan
mesin.
Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain
tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa,
dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan.
Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang
berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah
laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan
juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif,
untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan
“pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama.
Bloom memimpin pengembangan ranah kognitif yang menghasilkan enam tingkatan
kognitif. Tingkatan paling sederhana adalah pengetahuan, berikutnya pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis dan penilaian yang lebih bersifat kompleks dan abstrak.
Sedangkan ranah afektif yang berdasarkan penghayatan dipimpin oleh David R. Krathwohl,
ranah psikomotorik yang berhubungan dengan gerakan refleks sederhana ke gerakan syaraf
dipimpin oleh Anita Harrow.
Ketiga ranah dalam taksonomi Bloom ini bersifat linier, sehingga seringkali menimbulkan
kesukaran bagi guru dalam menempatkan konten (isi) pembelajaran. Akhirnya tahun 1990
seorang murid Benjamin Bloom yang bernama Lorin W. Anderson melakukan penelitian dan
mengasilkan perbaikan terhadap taksonomi Bloom, revisinya diterbitkan tahun 2001.
Perbaikan yang dilakukan adalah mengubah taksonomi Bloom dari kata benda (noun)
menjadi kata kerja (verb). Ini penting dilakukan karena taksonomi Bloom sesungguhnya
adalah penggambaran proses berfikir. Selain itu juga dilakukan pergeseran urutan taksonomi
yang menggambarkan dari proses berfikir tingkat rendah (low order thinking) ke proses
berfikir tingkat tinggi (high order thinking).
Perbedaaan Taksonomi Bloom dan Anderson
Taksonomi Bloom Perbaikan Taksonomi Bloom
Pengetahuan Mengingat
Pemahaman Memahami
Penerapan Menerapkan
Analisis Menganalisis
Sintesis Menilai
Penilaian Menciptakan
Selama masih menggunakan kata benda, orientasi pembelajaran adalah pada produk, padahal
belajar adalah sebuah proses. Pengetahuan merupakan hasil berpikir bukan proses berfikir,
sehingga diperbaiki menjadi mengingat yang menunjukkan proses paling rendah. Sedangkan
menciptakan merupakan proses berfikir tingkat paling tinggi. Ini sangat logis, karena orang
baru bisa mencipta bila telah mampu menilai adanya kelebihan dan kekurangan pada sesuatu
dari berbagai pertimbangan dan pemikiran kritis.
Kunci perubahan ini terutama terkait dengan terminologi. Menurut Anderson dan Krathwohl
istilah knowledge, comprehension, application dan selanjutnya tidak menggambarkan
penerapan hasil belajar. Oleh karena itu mengusulkan penggunaan terminologi berbentuk
gerund yaitu remembering (ingatan), understanding(pemahaman)
, applying (penerapan), analysis (analisis), evaluation (penilaian) dan creation (penciptaan)
dan seterusnya. Terminologi ini lebih menggambarkan kompetensi secara spesifik.
Istilah knowledge mewakili kata benda umum yaitu pengetahuan. Berbeda
dengan remembering yang bermakna ingatan; kata ini memiliki arti sebuah kemampuan
sebagai hasil dari proses belajar dengan kegiatan membaca, mendengar, melakukan dan
sejenisnya.
Dalam skema terlihat perbedaan istilah dan jenis Selain itu ada revisi susunan tingkat
kompetensi dan menambahkan satu istilah untuk kompetensi kognitif tertinggi
yaitu creation. Anderson dan Krathwohl berasumsi bahwa kemampuan mensintesis
merupakan kompetensi tertinggi karena merupakan akumulasi dari kelima kompetensi
lainnya. Dengan alasan itu mereka memindahkan kompetensi tersebut di puncak piramida
domain kognitif tapi mengubah istilah menjadi creation (penciptaan).
Dimensi Taksonomi Anderson
Deskripsi dan kata kunci setiap kategori dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
KATEGORI KATA KUNCI
Remembering (ingatan): can the studentMenyebutkan definisi, menirukan ucapan,
recall or remember the information? Dapatkahmenyatakan susunan, mengucapkan,
peserta didik mengucapkan atau mengingatmengulang, menyatakan
informasi?

Understanding (pemahaman): Dapatkah Mengelompokkan, menggambarkan,


peserta didik menjelaskan konsep, prinsip,menjelaskan identifikasi, menempatkan,
hukum atau prosedur? melaporkan, menjelaskan, menerjemahkan,
pharaprase.

Applying (penerapan): Dapatkah pesertaMemilih, mendemonstrasikan, memerankan,


didik menerapkan pemahamannya dalammenggunakan, mengilustrasikan,
situasi baru? menginterpretasi, menyusun jadwal, membuat
sketsa, memecahkan masalah, menulis

Analyzing (analisis): Dapatkah peserta didikMengkaji, membandingkan, mengkontraskan,


memilah bagian-bagian berdasarkan perbedaanmembedakan, melakukan deskriminasi,
dan kesamaannya? memisahkan, menguji, melakukan
eksperimen, mempertanyakan.

Evaluating (evaluasi): Dapatkah peserta didikMemberi argumentasi, mempertahankan,


menyatakan baik atau buruk terhadap sebuahmenyatakan, memilih, memberi dukungan,
fenomena atau objek tertentu? memberi penilaian, melakukan evaluasi

Creating (penciptaan): Dapatkah pesertaMerakit, mengubah, membangun, mencipta,


didik menciptakan sebuah benda ataumerancang, mendirikan, merumuskan,
pandangan? menulis.

(Siana, 2012)
Dalam taksonomoi Bloom domain kognitif dikenal hanya satu dimensi tapi dalam taksonomi
Anderson dan Krathwohl menjadi dua dimensi. Dimensi pertama adalah Knowledge
Dimension (dimensi pengetahuan) dan Cognitive Process Dimension(dimensi proses
kognisi).
Video M6KB3
Berdasarkan Standar proses pembelajaran menurut Permendikbud No 22 tahun 2016,
komponen minimal RPP dapat disimpulkan sebagai berikut:

l. Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;


2. Identitas mata pelajaran atau tema/subtema, mencakup: 1) kelas/semester, 2) materi
pokok, dan 3) alokasi waktu ditentukan berdasarkan keperluan untuk pencapaian KD dan
beban belajar, dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam
silabus dan KD yang harus dicapai;
3. Kompetensi Dasar, adalah sejumlah kemampuan minimal yang harus dikuasai peserta
didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator pencapaian
kompetensi. Kompetensi dasar dalam RPP, merujuk kompetensi dasar yang tercantum
dalam silabus;
4. Indikator pencapaian kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi
untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu. Indikator pencapaian
kompetensi menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi
disusun guru dengan merujuk kompetensi dasar. Dengan pertimbangan tertentu, guru
dapat menentukan tingkatan indikator lebih tinggi dari kompetensi dasar (kemampuan
minimal) yang ditentukan silabus. Pertimbangan tertentu yang dimaksud, antara lain: agar
lulusan memiliki nilai kompetitif, atau kelengkapan fasilitas laboratorium lebih baik dari
satuan pendidikan sejenis. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan/atau diukur, yang mencakup
kompetensi pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor);
5. Tujuan Pembelajaran dirumuskan lebih spesifik atau detail dengan merujuk indikator
pencapaian kompetensi. Jika cakupan dan kedalaman materi pembelajaran sudah tidak
dapat dijabarkan lebih detail dan spesifik lagi, maka tujuan pembelajaran disusun sama
persis dengan indikator pencapaian kompetensi.4
6. Materi pembelajaran memuat fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang relevan, dan ditulis
dalam bentuk butir-butir pokok bahasan/sub pokok bahasan sesuai dengan rumusan
indikator pencapaian kompetensi. Materi pembelajaran secara lengkap dalam bentuk
Lembar Kerja Peserta Didik dapat dilampirkan.
7. Model/Metode pembelajaran, model pembelajaran (lebih luas dari metode, dan
mempunyai sintak jelas) digunakan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran dan
suasana belajar yang mengaktifkan peserta didik untuk mencapai kompetensi dasar.
Penggunaan model pembelajaran hendaknya mempertimbangkan karakteristik peserta
didik, dan karakteristik materi pembelajaran. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah
(scientific ), tematik terpadu (tematik antar matapelajaran), dan tematik (dalam suatu mata
pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (model
pembelajaran discovery/inquiry). Untuk mendorong kemampuan berpikir peserta didik
abad 21, baik secara individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan
model pembelajaran berbasis pemecahan masalah ( problem based learning). Untuk
menstimulan kemampuan ketrampilan dan berkarya peserta didik, baik secara individual
maupun kelompok, maka pemilihan model pembelajaran berbasis proyek sangat tepat.
Tentunya para guru harus memahami berbagai model pembelajaran lain yang dapat
mengaktifkan pengalaman belajar peserta didik
8. Media Pembelajaran, berupa alat bantu guru untuk menyampaikan materi pembelajaran, agar peserta
didik termotivasi, menarik perhatian, dan berminat mengikuti pelajaran. Jenis- jenis media
pembelajaran dan karakterisnya, perlu dipahami pada guru, sehingga pemilihan media
pembelajaran dapat mengoptimalkan perhatian dan hasil belajar peserta didik.
9. Sumber belajar, dapat berupa buku cetak, buku elektronik, media yang berfungsi sebagai
sumber belajar, peralatan, lingkungan belajar yang relevan;
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran, serangkaian aktivitas pengelolaan pengalaman
belajar siswa, melalui tahapan pendahuluan, inti dan penutup. Pada tahapan pendahuluan,
guru melakukan kegiatan: 1) memimpin doa dan mempresensi kehadiran peserta didik, 2)
memberikan apersepsi, 3) menyampaikan tujuan pembelajaran, dan 4) memotivasi peserta didik. Pada
tahapan inti, guru mengelola pembelajaran merujuk pada sintak (prosedur) model
pembelajaran yang dipilihnya. Tahapan penutup, guru melakukan kegiatan: 1) rangkuman
materi pembelajaran, 2) penilaian, dan 3) tindak lanjut pembelajaran berikutnya.
10. Penilaian, penilaian proses belajar dan hasil belajar dikembangkan oleh guru, dilakukan
dengan prosedur :
 menetapkan tujuan penilaian dengan mengacu pada RPP yang telah disusun;
 menyusun kisi-kisi penilaian;
 membuat instrumen penilaian serta pedoman penilaian;
 melakukan analisis kualitas instrumen penilaian;
 melakukan penilaian;
 mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian;
 melaporkan hasil penilaian; dan memanfaatkan laporan hasil penilaian.
Perbandingan RPP :

 RPP sesuai Permendikbud No 22 Tahun 2016 (RPP 1)


No Komponen RPP Analisis

1 Identitas sekolah yaitu Identitas sekolah sudah tercantum


nama satuan pendidikab

2 Identitas mata pelajaran Identitas mata pelajaran sudah tercantum dan lengkap dengan
kelas/semester, materi pokok, dan alokasi waktu.

3 Kompetensi Inti Kompetensi Inti sudah tercantum

4 Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar sudah tercantum

5 Indikator Pencapaian ndikator pencapaian kompetensi sesuai dengan KD dan


Kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang
dapat diamati dan/atau diukur dan mencakup (kognitif), sikap
(afektif) dan keterampilan (psikomotor)

6 Tujuan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran sudah dibuat sesuai dengan komponen


ABCD

7 Materi Materi pembelajaran secara lengkap dalam bentuk Lembar


Kerja Peserta Didik sudah dilampirkan

8 Metode Pembelajaran Metode pembelajaran sudah dicantumkan namun tidak


disebutkan model pembelajaran apa yang digunakan

9 Langkah Pembelajaran Paada kegiatan inti belum terlihat sintak yang jelas dari model
pembelajaran yang digunakan

10 Media Pembelajaran Penulisan media belajar belum spesifik

11 Sumber belajar Sumber belajar sudah tercantum

12 Penilaian Penilaian sudah spesifik dan disertai instrumen tes

 RPP revisi 2017 yang ada pada contoh (RPP 2)


No Komponen RPP Analisis

1 Identitas sekolah yaitu Identitas sekolah sudah tercantum


nama satuan
pendidikab

2 Identitas mata Identitas mata pelajaran sudah tercantum dan lengkap dengan
pelajaran kelas/semester, materi pokok, dan alokasi waktu.
3 Kompetensi Inti Kompetensi Inti yang tercantum hanya KI3 dan KI 4

4 Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar sudah tercantum

5 Indikator Pencapaian ndikator pencapaian kompetensi sesuai dengan KD dan


Kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang
dapat diamati dan/atau diukur dan mencakup (kognitif), sikap
(afektif) dan keterampilan (psikomotor)

6 Tujuan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran sudah dibuat sesuai dengan komponen


ABCD

7 Materi Materi pembelajaran ditulis poinnya saja tapi tidak ada


lampiran

8 Metode Pembelajaran Metode dan Model pembelajaran sudah dicantumkan

9 Langkah Pembelajaran Paada kegiatan inti sudah terlihat sintak yang jelas dari model
pembelajaran yang digunakan

10 Media Pembelajaran Penulisan media belajar sudah spesifik

11 Sumber belajar Sumber belajar sudah tercantum

12 Penilaian Penilaian sudah spesifik dan belum disertai lampiran instrumen


tes

 Kesimpulan
a) Kedua RPP sudah memuat komponen RPP yang tercantum pada Permendikbud
nomor 22 tahun 2016, namun pada RPP 1 tidak tercantum model pembelajaran
yang digunakan dan pada langkah-langkah pembelajaran tidak terlihat sintak yang
jelas pada kegiatan inti
b) Penyusunan RPP yang baik hendaknya memiliki unsur-unsur sbb :
- Memerhatikan perbedaan individu peserta didik RPP disusun dengan
memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat
intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi,
gaya belajar, kebutuhan khu sus, kecepatan belajar, latar belakang budaya,
norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
- Mendorong partisipasi aktif peserta didik Proses pembelajaran dirancang
dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat,
kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar.
- Mengembangakan budaya membaca dan menulis Proses pembelajaran
dirancang untuk mengembangakan kegemaran membaca, pemahaman
beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
- Memberikan umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program
pemberian umpan balik positif, penguatan remedial dan pengayaan.
- Keterkaitan dan keterpaduan RPP disusun dengan memerlihatkan keterkaitan
dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indikator, pencapaian kompetensi, dan sumber belajar dalam satu keutuhan
pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pemb elajaran
tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan
keragaman budaya.
- Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi RPP disusun dengan
mempertimbangakan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara
terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi

Anda mungkin juga menyukai