Anda di halaman 1dari 58

BAB I

SUMBER BELAJAR PEDAGOGIK

a. RINGKASAN MATERI
1. MODUL 1 : PEMBELAJARAN ABAD 21
a. Karakteristik Guru Abad 21
Perubahan peradapan menuju masyarakat berpengetahuan (knowledge society),
menuntut masyarakat dunia untuk menguasai keterampilan abad 21 yaitu mampu
memahami dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT Literacy
Skills). Pendidikan memegang peranan sangat penting dan strategis dalam
membangun masyarakat berpengetahuan yang memiliki keterampilan: (1) melek
teknologi dan media; (2) melakukan komunikasi efektif; (3) berpikir kritis; (4)
memecahkan masalah; dan (5) berkolaborasi. Akan tetapi persoalan ICT Literacy ini
dalam masyarakt kita masih masalah mendasar bagi upaya menuju masyarakat
informasi. Rendahnya tingkat ICT Literacy, terutama pada masyarakat pedesaan
menjadi faktor signifikan terhadap menetapnya fenomena kesenjangan informasi di
Indonesia. Hasil memanfaatkan ICT khususnya edukasi net antara lain : (1)
Memudahkan guru dan siswa dalam mencari sumber belajar alternative; (2 ) Bagi
siswa dapat memperjelas materi yang telah disampaikan oleh guru, karena disamping
disertai gambar juga ada animasi menarik; (3) Cara belajar lebih efisien; (4) Wawasan
bertambah; (5) Mengetahui dan mengikuti perkembangan materi dan info-info lain
yang berhubungan dengan bidang studi; dan (5) Membantu siswa melek ICT.
Dalam pada itu, dunia pembelajaran abad 21 menuntut karakteristik guru
antara lain: Pertama, guru disamping sebagai fasilitator, juga harus menjadi motivator
dan inspirator. Kedua, salah satu prasyarat paling penting agar guru mampu
mentrasformasikan diri dalam era pedagogi siber atau era digital, adalah tingginya
minat baca. Ketiga, guru pada abad 21 harus memiliki kemampuan untuk menulis.
Mempunyai minat baca tinggi saja belum cukup bagi guru, tetapi harus memiliki
keterampilan untuk menulis. Guru juga dituntut untuk bisa menuangkan gagasan-
gagasan inovatifnya dalam bentuk buku atau karya ilmiah. Keempat, guru abad 21
harus kreatif dan inovatif dalam mengembangkan metode belajar atau mencari
pemecahan masalah-masalah belajar, sehingga meningkatkan kualitas pembelajaran
berbasis TIK. Penguasaan terhadap e-learning bagi seorang guru abad 21 adalah
sebuah keniscayaan atau keharusan, jika ingin tetap dianggap berwibawa di hadapan
murid. Kelima, karakteristik guru abad 21 di tengah pesatnya perkembangan era
teknologi digital, bagaimanapun harus mampu melakukan transformasi kultural.
Karena itu transformasi mengandaikan terjadi proses pergantian dan perubahan dari
sesuai yang dianggap lama menjadi sesuatu yang baru. Konkretnya, sikap minimalis,
formalistik, cepas puas, reaktif, dan ceroboh, dalam abad 21 perlu diubah menjadi
sikap yang menghargai substantif, rasa ingin tahu tinggi, proaktif, akurat, presisi,
detail, dan tekun.

1
Sementara itu, abad 21 menuntut karakteristik siswa antara lain: (1)
Keterampilan belajar dan inovasi: berpikir kritis dan pemecahan masalah dalam
komunikasi dan kreativitas kolaboratif dan inovatif; (2) Keahlian literasi digital: literasi
media baru dan literasi ICT; dan (3) Kecakapan hidup dan karir: memiliki kemamuan
inisiatif yang fleksibel dan inisiatif adaptif, dan kecakapan diri secara sosial dalam
interaksi antarbudaya, kecakapan kepemimpinan produktif dan akuntabel, serta
bertanggungjawab.
b. Peran Teknologi dan Media Dalam Pembelajaran Abad 21
Hal‐hal penting dalam modul pemanfaatan teknologi dan media dalam pembelajaran
abad ke 21 ini adalah sebagai berikut:
1) Ada dua bentuk kegiatan belajar yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan
media digital berbasis komputer, diantaranya interactive tools dan interacting with
others.
2) Contoh pemanfaatan teknologi dan media informasi digital dalam kehidupan sehari-
hari oleh peserta didik atau guru adalah terjalinnya komunitas belajar berbasis web
terhadap semua peserta didik di seluruh penjuru dunia diantaranya pembuatan blog,
pemanfaatan media wiki, dan podcast.
3) Ilustrasi dari pesatnya penggunaan media dan teknologi digital dalam kehidupan
sehari-hari pada abad 21 ditandai dengan peningkatan penggunaan media sosial
untuk melakukan interaksi sosial terkait komunitas belajar peserta didik di seluruh
penjuru dunia.
4) Ada empat kemampuan yang harus dimiliki guru dalam pengembangan
pembelajaran di era digital yaitu Interactive Instruction (Pembelajaran Interaktif),
Personal Response System (PRS), Mobile Assessment Tools, dan Community of
Practice (Komunitas Praktik).
5) Peran guru di era digital sesuai dengan 5. Standar Teknologi Pendidikan Nasional
untuk guru diantaranya memfasilitasi dan menginspirasi pembelajaran dan
kreativitas siswa, merancang dan mengembangkan pengalaman dan penilaian
pembelajaran sesuai digital-age, model kerja dan belajar berbasis digital-age,
mempromosikan dan model digital citizenship dan tanggung jawab, serta terlibat
dalam pertumbuhan profesional dan kepemimpinan guru.

c. Merancang dan Menilai Pembelajaran Abad 21


Hal-hal penting dalam modul perancangan dan penilaian pembelajaran abad ke 21
mempertimbangkan pengembangan kemampuan belajar secara berkelanjutan. Mediasi
teknologi bukan berarti menghilangkan interaksi budaya dan interaksi sosial. Media generasi
baru memungkinkan dilakukannya interaksi dalam lingkungan yang kaya. Lingkungan belajar
abad 21 mengharuskan guru untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada
siswa dengan berbasis teknologi dan media online digital. 4 fase dalam proses adopsi dan
adaptasi guru:
(1) Berkecimpung (dabbling)
(2) Melakukan hal-hal lama dengan cara lama (old things in old ways)

2
(3) Melakukan hal-hal lama dengan cara-cara baru(old things in new ways) dan
(4) Melakukan hal-hal baru dengan cara-cara baru (new things in new ways).
Strategi pembelajaran berbasis teknologi pada abad 21 mengharuskan adanya
kemampuan untuk mengintegrasikan kemampuan pedagogi, penguasaan konten, dan
penguasaan teknologi. Fokus utama pada kebermaknaan pembelajaran, mengutamakan
otonomi belajar, belajar mandiri, model pembelajaran penemuan (inquiry based model),
pengembangan keterampilan abad 21, dan penilaian dengan pendekatan pedagogi
transformatif. 10 tipe strategi instruksional pembelajaran yang biasa digunakan di kelas
diantaranya: presentas, demonstrasi (unjuk kerja), driil and practice, tutorial, diskusi,
pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah, games,/permainan, simulasi, dan
discovery/penemuan. Perancangan pembelajaran yang megintegrasikan TIK seharusnya
memperhatian karakteristik peserta didik mengingat adanya jurang digital yang masih lebar
dalam konteks di Indonesia.

2. Modul 2 : Pengembangan Profesi Guru


a. Kompetensi Guru
Guru wajib memenuhi kualifikasi akademik minimum diploma empat (D-IV) atau
sarjana (S1) dalam bidang pendidikan (D-IV/S1) yang diperoleh dari program studi
yang terakreditasi dan kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial, dan professional.yang sebagaimana tertuang dalam peraturan menteri
Pendidikan Nasional No 16 tahun 2007.

 Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik, merupakan kemampuan guru yang berkenaan dengan
pemahaman terhadap peserta didik dan pengelolaan pembeajaran mulai dari
merencanakan, melaksanakan sampai dengan mengevaluasi. Secara umum kompetensi
inti pedagogi meliputi :
1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional, dan intelektual
2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidang
pengembangan yang diampu
4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran
6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki
7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik
8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran
10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran

3
 Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan personal yang mencerminkan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan
berakhak mulia. Kompetensi inti kepribadian seperti (a) bertindak sesuai dengan norma
agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, (b) menampilkan diri sebagai
pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, (c)
menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, (d)
menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa
percaya diri, dan (e) menjunjung tinggi kode etik profesi guru. Secara rinci kompetesi
kepribadian diuraikan menjadi sub-kompetensi sebagai berikut.
Pertama; bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia, seperti; (a) menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan
yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender, (b) bersikap sesuai dengan
norma agama yang dianut, hukum dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat,
serta kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.
Kedua; menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan
bagi peserta didik dan masyarakat, seperti; (a) berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi, (b)
berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia, (c) berperilaku yang dapat
diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat di sekitarnya.
Ketiga; menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, seperti; (a) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil, (b)
menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.
Keempat; Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri, seperti; (a) menunjukkan etos kerja dan tanggung
jawab yang tinggi, (b) bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri, Bekerja mandiri
secara professional.
Kelima; Menjunjung tinggi kode etik profesi guru, seperti; (a) memahami kode etik
profesi guru, (b) menerapkan kode etik profesi guru, (c) berperilaku sesuai dengan kode
etik guru.
 Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidian, orang tua siswa, dan masyarakat sekitar. Kompetensi
sosial penting dimiliki bagi seorang pendidik yang profesinya senantiasa berinteraksi
dengan human (manusia) lain. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator
sebagai berikut.
Pertama, bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status
sosial ekonomi, seperti; (1) bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta didik, teman
sejawat dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran, (2) tidak bersikap
diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawat,

4
orang tua peserta didik dan lingkungan sekolah karena perbedaan agama, suku,
jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi.
Kedua, berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat, kemampuan ini ditunjukan dengan cara;
(1) berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas ilmiah lainnya secara santun,
empatik dan efektif, (2) berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan masyarakat
secara santun, empatik, dan efektif tentang program pembelajaran dan kemajuan peserta
didik, (3) mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program
pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik.
Ketiga, beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang
memiliki keragaman sosial budaya. Kompetensi ini penting dikuasai oleh pendidik, apalagi
jika tugas tidak ditempatkan di daerah asal. Kemampuan ini ditunjukan dengan; (1)
beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka meningkatkan efektivitas
sebagai pendidik, termasuk memahami bahasa daerah setempat, (2) melaksanakan
berbagai program dalam lingkungan kerja untuk mengembangkan dan meningkatkan
kualitas pendidikan di daerah yang bersangkutan.
Keempat, berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara
lisan dan tulisan atau bentuk lain, seperti; (1) berkomunikasi dengan teman sejawat,
profesi ilmiah, dan komunitas ilmiah lainnya melalui berbagai media dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan, (2) mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi
pembelajaran kepada komunitas profesi sendiri secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
 Kompetensi Profesional
Kompetensi professional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup
penguasaan substansi isi materi pembelajaran, dan substansi keilmuan yang menaungi
materi dalam kurikulum, serta menambah wawasan keilmuan. Berikut dijabarkan
kompetensi dan sub-kompetensi profesional.
Pertama, menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu sesuai jenjang pendidikan. Kemampuan ini
sangat penting dimiliki bagi seorang guru sebab apa yang akan disampaikan guru kepada
siswa berupa ilmu pengetahuan yang dikuasai oleh guru.
Kedua, menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang pengembangan yang diampu, seperti; (1) memahami standar
kompetensi mata pelajaran, (2) memahami kompetensi dasar mata pelajaran, (3)
memahami tujuan pembelajaran mata pelajaran.
Ketiga, mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; (1)
memilih materi mata pelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik,
(2) mengolah materi mata pelajaran secara integratif dan kreatif sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
Keempat, mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif, seperti; (1) melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri

5
secara terus-menerus, (2) memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan
keprofesionalan, (3) melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan
keprofesionalan, (4) mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.
Kelima, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan
mengembangkan diri, seperti; (1) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
dalam berkomunikasi, (2) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
pengembangan diri.
 Kompetensi Pedagogik Guru Abad 21
Abad 21 yang ditadai dengan kehadiran era media (digital age) sangat berpengaruh
pada pengelolaan pembelajaran dan perubahan karateristik siswa. Pembelajaran abad 21
menjadi keharusan untuk mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi, serta
pengelolaan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dalam mengembangkan
pembelajaran abad 21, guru dituntut merubah pola pembelajaran konvensional yang
berpusat pada guru (teacher centred) menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa
(student centred) karena sumber belajar melimpah bukan hanya bersumber guru,
sehingga peran guru menjadi fasilitator, mediator, motivator sekaligus leader dalam
proses pembelajaran. Pola pembelajaran yang konvensional bisa dipahami sebagai
pembelajaran dimana guru banyak memberikan ceramah (transfer of knowledge)
sedangkan siswa lebih banyak mendengar, mencatat dan menghafal. Kemampuan
pedogogi dengan pola konvensional dipandang sudah kurang tepat dengan era saat ini.
Karateristik siswa abad 21 sangat berbeda dengan siswa era sebelumnya. Pada
abad 21 ini seseorang harus memiliki keterampilan 4 C (Communication, Collaboration,
Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation). Keteampilan ini
sudah semestinya tercermin dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh seorang
guru. Keterampilan Abad 21 dapat di integrasikan dalam pelaksanaan pembelajaran,
sehingga pilihan metode, media dan pengelolaan kelas benar-benar meningkatkan
keterampilat tersebut. Karena itulah menjadi keharusan kemampuan pedogogi guru
menyesuaikan dengan karateristik dan keterampialn yang diperlukan di abad 21.
Kompetensi pedagogi merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
seperti memahami karakteristik siswa, kemampuan merencanakan pembelajaran,
melaksanaan pembelajaran, mengevaluasi hasil belajar, serta kemampuan
mengembangan ragam potensi siswa. Kompetensi pedagogi guru abad 21 tidak cukup
hanya mampu menyelenggrakan pembelajaran seperti biasanya, guru dituntut untuk
adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi
serta mampu memanfaatkannya dalam proses pembelajaran, artinya kemampuan guru
khususnya digital literasi perlu terus untuk ditingkatkan.
Kompetensi pedagogik guru adab 21 menekankan pada kemampuan adaptasi
guru untuk mentrasformsi diri dalam era pedogogi digital dengan terus mengembangkan
kreativitas dan daya inovatif.

Pengembangan profesi guru dari aspek kemampuan pedagogi perlu untuk


ditingkatkan dengan berbagai strategi dan bentuk kegiatan. Strategi dan bentuk kegiatan

6
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pedagogi ini seperti kegiatan
seminar, workshop, dan pelatihan-pelatihan yang diselenggrakan oleh lembaga profesi
guru, forum guru (KKG), konsorsium, perguruan tinggi, swasta maupun pemerintah dalam
hal ini dinas pendidikan.

b. Strategi Peningkatan Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB)


Guru secara yuridis diakui sebagai bagian dari tenaga kependidikan sebagai suatu
profesi dengan keahlian khusus. Berbagai produk hukum dan kebijakan telah dikeluarkan
pasca UUGD Nomor 14 tahun 2015 dalam rangkat meningkatkan kualitas guru. Profesi
guru bukan sekedar agen kurikulum namun secara akademis ikut merancang konsep dan
gagasan bagi upaya-upaya trasformasi dunia pendidikan dan masyarakat pada umumnya.
Profesi guru di Indonesia memenuhi kriteria profesi pendidikan yang ditetapkan NEA.
Pemerintah guna menjaga mutu guru telah mengeluarkan Permendiknas no 35 Tahun
2010 tentang Jabatan Guru dan Angka Kreditnya serta Permendiknas nomor 35 Tahun
2010 terkait aspek penilaian meliputi pelaksanaan proses pembelajaran, pembimbingan,
dan pelaksanaan tugas tambahan lain yang relevan.
Abad 21 menuntut perubahan peran guru lebih kepada kontekstualisasi informasi
dan mengajarkan nilai nilai-nilai etika, budaya, kebijaksanaan, pengalaman, empati sosial,
sikap-sikap, dan keterampilan esensial abad 21 yaitu kolaborasi, komunikasi, berpikir
kritis, dan kreativitas (4C). Guru harus terus belajar dalam konteks Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB) meliputi pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya
inovatif. Penting bagi guru selalu melakukan refleksi pembelajaran, mengidentifikasi
masalah, merancang tindakan, melaksanakan mengevaluasi hasil dan tindaklanjut
sebagai bagian dari kebiasaaan pengembangan keprofesian bekelanjutan.
Perkembangan masif Teknologi Informasi dan Komunikasi membawa perubahan pola-
pola pembelajaran sehingga guru dituntut mampu menyesuaikan mode-mode
pembelajaran baru. Penting bagi guru memiliki ICT literacy dan paket pengetahuan dalam
mengintegrasikan kemampuan pedagogis, penguasaan materi, dan cara
pembelajarannya. Guru adalah pengembang gagasan dan ide bagi transformasi
pendidikan bukan sekedar pelaksana kurikulum.
Komponen Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)
(Pasal 11 ayat c, Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009)

7
(1) Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan upaya-upaya guru dalam rangka meningkatkan
profesionalismenya. Anda diakui profesional jika memiliki penguasaan 4 kompetensi
sesuai peraturan perundang-undangan dan mampu melaksanakan tugas-tugas pokok dan
tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah dan Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Salah satu kegiatan PKB adalah melakukan
pengembangan diri melalui 2 cara; (1) diklat fungsional dan 2) kegiatan kolektif. Diklat
fungsional berupa kegiatan pendidikan atau latihan yang bertujuan untuk mencapai
standar kompetensi profesi dalam kurun waktu tertentu. Kegiatan kolektif adalah kegiatan
bersama dalam forum ilmiah untuk mencapai standar kompetensi atau di atas standar
kompetensi profesi yang ditetapkan.
(2) Publikasi Ilmiah
Publikasi ilmiah merupakan salah satu bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan
mutu proses pembelajaran dan dunia pendidikan secara umum. Publikasi ilmiah bisa
berupa suatu karya tulis ilmiah yang disampaikan melalui kegiatan presentasi karya
ilmiah, menjadi narasumber, dan publikasi hasil penelitian dan gagasan inovatif. Publikasi
ilmiah mencakup karya;
 Laporan hasil penelitian bidang pendidikan yang diterbitkan dalam bentuk; buku ber-
ISBN yang diedarkan nasional, majalah/jurnal ilmiah terakreditasi (tingkat nasional,
provinsi, dan tingkat kabupaten/kota), atau diseminarkan di sekolah atau disimpan di
perpustakaan.
 Tulisan ilmiah populer di bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan
pendidikan yang dimuat jurnal tingkat nasional yang terakreditasimaupun tidak
terakreditasi/tingkat provinsi maupun jurnal tingkat lokal.
 Publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, dan/atau pedoman guru. Publikasi ini
mencakup pembuatan buku pelajaran per tingkat atau buku pendidikan per judul yang
lolos penilaian BSNP, atau dicetak oleh penerbit dan ber-ISBN, atau dicetak oleh
penerbit dan belum ber-ISBN
 Modul diklat pembelajaran per semester yang digunakan di tingkat provinsi dengan
pengesahan Dinas Pendidikan Provinsi; atau kabupaten/kota dengan pengesahan
dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota; atau sekolah/madrasah setempat.
 Buku dalam bidang pendidikan dicetak oleh penerbit yang ber-ISBN dan/atau tidak
ber-ISBN; karya hasil terjemahan yang dinyatakan oleh kepala sekolah/ madrasah
tiap karya; buku pedoman guru.
(3) Karya inovatif
Karya inovatif bisa merupakan penemuan baru, hasil pengembangan, atau hasil
modifikasi sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses
pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan, sains/teknologi, dan seni.
Karya inovatif ini mencakup :
 Penemuan teknologi tepat guna kategori kompleks dan/atau sederhana;

8
 Penemuan/peciptaan atau pengembangan karya seni kategori kompleks dan/atau
sederhana;
 Pembuatan/pemodifikasian alat pelajaran/peraga/-praktikum kategori kompleks dan/
atau sederhana;
 Penyusunan standar, pedoman, soal dan sejenisnya pada tingkat nasional maupun
provinsi.

3. MODUL 3 : TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


a. Teori Belajar Behavioristik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori behavioristik mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia telah mampu menunjukkan
perubahan tingkah laku. Pandangan behavioristik mengakui pentingnya masukan atau
input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Sedangkan
apa yang terjadi di antara stimulus dan respons dianggap tidak penting diperhatikan
sebab tidak bisa diamati dan diukur. Yang bisa diamati dan diukur hanyalah stimulus
dan respons.
Penguatan (reinforcement) adalah faktor penting dalam belajar. Penguatan
adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respons. Bila penguatan
ditambahkan (positive reinforcement) maka respons akan semakin kuat. Demikian juga
jika penguatan dikurangi (negative reinforcement) maka respons juga akan menguat.
Tokoh-tokoh penting teori behavioristik antara lain Thorndike, Watson, Skiner, Hull dan
Guthrie.
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan
sebagai aktifitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali
pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari
bagian-bagian ke keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil,
dan evaluasi menuntut satu jawaban benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa
siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.

b. Teori Belajar Kognitif dan Penerapannya dalam Pembelajaran


Pengertian belajar menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan
pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat
diukur. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses
belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi
dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang.
Di antara para pakar teori kognitif, paling tidak ada tiga yang terkenal yaitu
Piaget, Bruner, dan Ausubel. Menurut Piaget, kegiatan belajar terjadi sesuai dengan
pola tahap-tahap perkembangan tertentu dan umur seseorang, serta melalui proses
asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Sedangkan Bruner mengatakan bahwa belajar
terjadi lebih ditentukan oleh cara seseorang mengatur pesan atau informasi, dan bukan

9
ditentukan oleh umur. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap enaktif, ikonik,
dan simbolik. Sementara itu Ausubel mengatakan bahwa proses belajar terjadi jika
seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan
pengetahuan baru. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan
stimulus, memahami makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang
sudah dipahami.
Dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa secara aktif amat
dipentingkan. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu
mengkaitkan pengetahuan baru dengan setruktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari
sederhana ke kompleks. Perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan,
karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.

c. Teori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran


Pandangan kognitif-konstruktivistik yang mengemukakan bahwa belajar
merupakan usaha pemberiann makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui
asimilasi dan akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya,
memungkinkan mengarah kepada tujuan tersebut. Oleh karena itu pembelajaran
diusahakan agar dapat memberikan kondisi terjadinya proses pembentukan tersebut
secara optimal pada diri siswa.
Proses belajar sebagai suatu usaha pemberian makna oleh siswa kepada
pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi, akan membentuk suatu
konstruksi pengetahuan yang menuju pada kemutakhiran struktur kognitifnya. Guru-
guru konstruktivistik yang mengakui dan menghargai dorongan diri manusia/siswa
untuk mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri, kegiatan pembelajaran yang
dilakukannya akan diarahkan agar terjadi aktivitas konstruksi pengetahuan oleh siswa
secara optimal.

Karakteristik pembelajaran yang dilakukannya adalah:


 Membebaskan siswa dari belenggu kurikulum yang berisi fakta-fakta lepas yang
sudah ditetapkan, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan ide-idenya secara lebih luas.
 Menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interes, untuk membuat hubungan
di antara ide-ide atau gagasannya, kemudian memformulasikan kembali ide-ide
tersebut, serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
 Guru bersama-sama siswa mengkaji pesan-pesan penting bahwa dunia adalah
kompleks, di mana terdapat bermacam-macam pandangan tentang kebenaran yang
datangnya dari berbagai interpretasi.
 Guru mengakui bahwa proses belajar serta penilaiannya merupakan suatu usaha
yang kompleks, sukar dipahami, tidak teratur, dan tidak mudah dikelola.

10
d. Teori Belajar Humanistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Menurut teori humanistik tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia.
Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya
sendiri. Dengan kata lain, siswa telah mampu mencapai aktualisasi diri secara optimal.
Teori humanistik cenderung bersifak eklektik, maksudnya teori ini dapat memanfaatkan
teori apa saja asal tujuannya tercapai.
Beberapa tokoh penganut aliran humanistik di antaranya adalah :
 Kolb, dengan konsepnya tentang empat tahap dalam belajar, yaitu; pengalaman
konkrit, pengalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan eksperimentasi aktif.
 Honey dan Mumford, menggolongkan siswa menjadi 4 yaitu; aktifis, reflektor, teoris,
dan pragmatis.
 Hubermas, membedakan 3 macam atau tipe belajar yaitu; belajar teknis, belajar
praktis, dan belajar emansipatoris.
 Bloom da Krathwohl, dengan 3 kawasan tujuan belajar yaitu; kognitif, psikomotor,
dan afektif.
 Ausubel, walaupun termasuk juga ke dalam aliran kognitifisme, ia terkenal dengan
konsepnya belajar bermakna (Meaningful learning).
Aplikasi teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran cenderung mendorong
siswa untuk berpikir induktif. Teori ini juga amat mementingkan faktor pengalaman dan
keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.

4. MODUL 4 : KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK


A. Kegiatan Belajar 1 : Karakteristik Umum Peserta Didik
Karakteristik peserta didik merupakan ciri atau sifat dan atribut yang melekat pada
peserta didik yang menggambarkan kondisi peserta didik, misalnya gaya belajar,
kondisi sosial ekonomi. Karakteristik peserta didik perlu diidentifikasi dan dipahami
guru karena karakteristik peserta didik sangat menentukan hasil belajar yang akan
dicapai, aktivitas belajar yang dilakukan, dan asesmen yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik.
Kerakteristik umum peserta didik yaitu :
1) Gender
Peserta didik dalam kelas terdiri dari laki-laki dan perempuan.
2) Etnik

11
Dalam suatu kelas terkadang terdapat satu jenis etnik atau beberapa etnik. Misal
etnik jawa, sunda, minang, dayak, dst.
3) Usia
Usia peserta didik secara umum dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat sekolah.
Misal: usia anak TK, SD, SMP, SMA dst.
Usia perkembangan intelektual menurut piaget yaitu:
 Sensori motor (0,0 – 2,0 tahun)
 Pra operasional (2,0 – 7,0 tahun)
 Operasional konkrit (7,0 – 11 tahun)
 Operasional formal (11,0- 14,0 ke atas)

4) Kultural

Anggota masyarakat dengan kemajemukannya


Peserta didik dalam suatu kelas terdiri/memiliki budaya berbeda, beda. Misal
budaya jawa, sunda, minang, madura, bali, asmat, dst.
5) Status sosial-ekonomi

12
Peserta didik berasal dari keluarga yang memiliki status sosial dan ekonomi yang
berbeda-beda. Status sosial, misal: ada peserta didik anak pejabat, dan anak
pegawai biasa. Status ekonomi Misal: ada anak orang kaya, ada orang kurang
mampu.
6) Minat
Dalam suatu kelas siswa memiliki bermacam-macam tingkatan minat belajar. Ada
siswa yang memiliki minat belajarnya tinggi, sedang, dan rendah.

B. Kegiatan Belajar 2 : Kemampuan Awal Peserta Didik


Kemampuan awal adalah pemahaman, pengalaman, pengetahuan prasyarat,
dan segala sesuatu yang dimiliki oleh peserta didik sebagai pengetahuan awal (prior
knowledge) dan disusun secara hirarkis sebagai basis data pengalaman (experiential
data base) di dalam diri peserta didik.

Hubungan antara kemampuan awal, aktivitas pembelajaran, dan hasil belajar peserta
didik (Dunkin dan Biddle, 1974)

Identifikasi pengetahuan tentang kemampuan awal peserta didik sangat penting


karena berguna untuk memberikan dosis pelajaran yang tepat kepada peserta didik,
mengambil langkah-langkah yang diperlukan oleh guru, mengukur apakah peserta
didik memiliki prasyarat yang dibutuhkan, dan memilih pola-pola pembelajaran yang
lebih baik
Beberapa teknik mendeteksi kemampuan awal peserta didik dapat dilakukan
diantaranya dengan: menggunakan catatan atau dokumen yang tersedia,
menggunakan tes prasyarat (prerequisite test) dan tes awal (pre-test), mengadakan
konsultasi individual, dan menggunakan angket atau kuesioner kepada peserta didik
untuk memperoleh informasi terkait bagaimana karakteristik peserta didik khususnya
kemampuan awal ataupun pengalaman yang sudah dimiliki oleh peserta didik.
Klasifikasi pembelajaran menurut Gagne (1977) meliputi lima jenis kemampuan
atau ranah belajar, yakni: keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal,
sikap, dan psikomotor.

13
C. Kegiatan Belajar 3 : Gaya Belajar
Guru yang efektif harus mempertimbangkan gaya belajar yang berbeda dari
para peserta didik mereka, menyadari bahwa setiap peserta memiliki kekuatan dan
kelemahan tiap area tersebut. Cara terbaik untuk melakukan ini adalah merancang
pembelajaran yang secara aktif meliputi kekuatan dan preferensi konseptual,
kebiasaan memproses informasi, kecerdasan majemuk, faktor motivasi, serta faktor
fisiologis yang mempengaruhi kemampuan peserta didik untuk belajar.
a. Kekuatan dan persepsi perseptual
Peserta didik memiliki gerbang sensorik (visual, auditori, jasmani, dan
kinestetik) yang mereka lebih suka gunakan dan mana yang mahir penggunaannya.
Bobi de porter (2000) mengemukakan bahwa gaya belajar visual, auditori dan
kinestetik. Berikut ini merupakan cara yang dapat digunakan untuk membantu
peserta didik memanfaatkan preferensi belajar mereka:
1) Pelajar Visual
Dorong pelajar visual mempunyai banyak simbol dan gambar dalam catatan
mereka. Dalam matematika dan ilmu pengetahuan, tabel dan grafik akan
memperdalam pemahaman mereka. Peta pikiran dapat menjadi alat yang bagus
bagi para pelajar visual belajar terbaik saat mulai dengan “gambaran keseluruhan,”
melakukan tinjauan umum mengenai bahan pelajaran akan sangat membantu.
Membaca bahan secara sekilas misalnya, memberikan gambaran umum mengenai
bahan bacaan sebelum mereka terjun kedalam perinciannya.
2) Pelajar Auditorial
Para pelajar Auditorial mungkin lebih suka merekam pada kaset dari pada
mencatat, karena mereka suka mendengarkan informasi berulang-ulang. Jika
mereka kesulitan dengan satu konsep bantulah mereka berbicara dengan diri
mereka sendiri untuk memahaminya. Anda dapat membuat fakta panjang yang
mudah diingat oleh siwa auditorial dengan mengubahnya menjadi lagu, dengan
melodi yang sudah dikenal dengan baik.
3) Pelajar Kinestetik
Pelajar-pelajar ini menyukai terapan. Lakon pendek dan lucu terbukti dapat
membantu. Pelajar kinestetik suka belajar melalui gerakan dan paling baik
menghafal informasi dengan mengasosiasikan gerakan dengan setiap fakta. Banyak
pelajar kinestetik menjauhkan diri dari bangku, mereka lebih suka duduk di lantai
dan menyebarkan pekerjaan di sekeliling mereka.
b. Kebiasaan memproses informasi dan aplikasinya dalam pembelajaran
Anthony Gregorc (1982) mengemukakan empat gaya berfikir:
1) Concrete Random Thinkers. pemikir ini, adalah pemikir yang menikmati
eksperimen, juga dikenal sebagai pemikir yang berbeda. Pembelajar dengan tipe
ini mudah belajar melalui permainan, simulasi, proyek mandiri, dan discovery
learning

14
2) Concrete Sequential Thinkers. pemikir ini berbasis pada aktifitas fisik yang
dimaknai dengan rasa. Pembelajar dengan tipe ini akan mudah belajar melalui
workbook, pembelajaran berbasis komputer, demonstrasi, dan praktik
laboratorium yang terstruktur.
3) Abstract Sequential Thinkers. Pemikir ini senang dalam dunia teori dan pemikiran
abstrak. Pembelajar dengan tipe ini mudah belajar melalui membaca dan
mendengarkan presentasi.
4) Abstract Random Thinkers. pemikir ini mengatur informasi melalui berbagi dan
berdiskusi. Pembelajar dengan tipe ini akan mudah belajar melalui diskusi grup,
ceramah, tanya jawab, dan penggunaan.
c. Kecerdasan majemuk dan strategi mengembangkannya
Menurut Howard Gardner ada 8 jenis kecerdasan manusia, yaitu:
1) Kecerdasan Logis Matematis
Kecerdasan ini mencakup tiga bidang yang saling berhubungan yaitu;
matematika, Ilmu Pengetahuan (sains), dan logika, yang melibatkan banyak
komponen seperti perhitungan secara matematis, berpikir logis, pemecahan
masalah, pertimbangan deduktif induktif, ketajaman pola dan hubungan.
Karakteristik kecerdasan logis matematis adalah :
o Menggunakan angka, penalaran, hubungan sebab-akibat dan hubungan logis
suatu peristiwa.
o Menunjukkan ketrampilan pemecahan yang logis.
o Berpikir secara matematis dengan mengumpulkan bukti, membuat hipotesis,
merumuskan berbagai model, mengembangkan contoh- contoh tandingan,
dan membuat argument yang kuat.
o Menyukai operasi yang kompleks seperti kalkulus, fisika, pemograman
komputer, atau metode penelitian.
o Mengungkapkan ketertarikan dalam karir-karir seperti akuntansi, teknologi
komputer, hokum, mesin, dan ilmu kimia.
Pembelajaran logis matematis di sekolah dapat dikembangkan melalui
beberapa strategi seperti berikut ini:
 Menceritakan masalah yang dihadapi sehari-hari, kemudian dipecahkan
dengan bantuan pemikiran matematis dengan mengatur waktu penyelesaian
dengan tepat dan efektif.
 Merencanakan suatu eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah yang
diawali dengan mengungkapkan masalah, membuat hipotesis, melakukan
percobaan, menafsirkan data, dan menarik kesimpulan.
 Membuat diagram venn untuk mempolakan masalah agar mudah membangun
pengertian sehingga mudah dipecahkan.
 Membuat analogi untuk menjelaskan sesuatu sehingga mudah
dipahami, misalnya menjelaskan tentang peristiwa erosi diwujudkan dengan

15
analogi menumpahkan air pada kepala yang tidak berambut, air akan cepat
mengalir ke badan.
 Menggunakan ketrampilan berpikir dari tingkat rendah hingga berpikir tingkat
tinggi untuk menyelesaikan masalah.
 Mengkategorikan fakta – fakta yang dipelajari sesuai sifat dan jenisnya untuk
memudahkan mengingat.
 Merancang suatu pola atau kode, atau simbol untuk mengetahui obyek yang
ingin dipelajari.
2) Kecerdasan Bahasa
Merupakan kemampuan menggunakan kata, baik itu verbal maupun tulisan,
termasuk keahlian berbahasa. Kecerdasan ini memiliki karakteristik sebagai
berikut:
o Menirukan suara, bahasa, membaca, menulis, dari orang lainnya.
o Menggunakan ketrampilan menyimak, berbicara, menulis, dan membaca
untuk mengingat, berkomunikasi, berdiskusi, menjelaskan, mempengaruhi,
menciptakan pengetahuan, menyusun makna, dan menggambarkan bahasa
itu sendiri.
o Membaca secara efektif, memahami, meringkas, menafsirkan, atau
menerangkan, mengingat yang telah dibaca.
o Menulis secara efektif, menerapkan aturan tata bahasa, ejaan, tanda baca,
dan menggunakan kosakata yang efektif
o Menunjukkan minat dalam jurnalisme, puisi, bercerita, debat,
berbicara, menulis, atau menyunting.
Pembelajaran yang dapat membangkitkan kecerdasan linguistik dalam diri
pesera didik dengan strategi berikut;
 Bercerita
 Diskusi
 Merekam dengan tape recorder
 Menulis jurnal
 Publikasi
3) Kecerdasan Musikal
Merupakan kecerdasan yang meliputi kepekaan irama, melodi, ataupun warna
suara. Kecerdasan ini memilii karakteristik sebagai berikut:
o Mendengarkan dan merespon dengan ketertarikan terhadap berbagai bunyi,
termasuk suara manusia, suara dari lingkungan alam, dan mengorganisasikan
beberapa jenis suara ke dalam pola yang bermakna.
o Mengoleksi musik dan informasi musik dalam berbagai bentuk.
o Mengembangkan kemampuan menyanyi dan memainkan instrument secara
sendiri atau bersama orang lain.
o Dapat memberikan interpretasi mengenai composer dan menganalis serta
mengkritik musik terpilih.

16
o Mengungkapkan ketertarikan dalam bidang music seperti penyanyi, pemain
instrument music, pengolah suara, produser, guru music, atau konduktor.
Pembelajaran yang dapat mengembangkan kecerdasan musikal di dalam kelas
adalah;
 Irama, lagu dan senandung
 Diskografi
Menambahkan referensi pembelajaran dengan daftar lagu yang cukup
popular misalnya yang berkaitan dengan mengenang pahlawan adalah lagu
syukur kemudian meminta peserta didik mendiskusikan lagu tersebut.
 Musik supermemori
Peserta didik dapat mengingat informasi ketika mendengar penjelasan
guru sambil mendengarkan musik dalam keadaan rileks.
 Konsep musikal
Nada dan music dapat digunakan sebagai alat kreatif untuk
mengekspresikan konsep pola atau skema pembelajaran dengan
bersenandung sampai mengggunakan nada rendah atau tinggi.
 Music suasana
Menggunakan rekaman musik yang membangun suasana hati misalnya
suara alam, music klasik yang bisa membangun kondisi emosional tertentu.
4) Kecerdasan Visual Spasial
Kemampuan untuk mempersepsi & mentransformasikan dunia spasial-
visual, berupa kepekaan terhadap warna, garis, bentuk, ruang & hubungan yang
terjadi di dalamnya. Karakteristik kecerdasan visual spasial sebagai berikut:
o Belajar dengan melihat, mengamati, mengenali wajah – wajah, benda– benda
, warna, detail – detail, dan pemandangan.
o Melihat hal atau benda dengan perspektif baru.
o Merasakan pola – pola yang lembut maupun rumit.
o Cakap mendesain secara abstrak atau representasional
o Mengekspresikan ketertarikan menjadi artis, fotografer, teknisi,
videographer, arsitek, perancang, pengamat seni, pilot dan lainnya.
Pembelajaran yang dirancang untuk mengaktifkan kecerdasan visual spasial
adalah :
 Visualisasi
Penerapan metode ini dengan menciptakan “layar lebar” di benak
peserta didik, guru dapat membimbing dengan memejamkan mata dan
membayangkan apa yang baru saja mereka pelajari dan diminta untuk
menceritakan kembali.
 Penggunaan warna
Penggunaan warna untuk memberi penekanan pada pola peraturan atau
klasifikasi selama proses pembelajaran, misal warna merah pada semua kata
– kata penting yang harus dipahami peserta didik.

17
 Metafora gambar
Metafora gambar adalah pengekspresian gagasan melalui pencitraan
visual.
 Sketsa gagasan
Strategi sketsa gagasan ini meminta peserta didik menggambarkan poin
kunci, gagasan utama, tema sentral, atau konsep yang diajarkan, agar cepat
dan mudah sketsa tidak harus rapi menyerupai kenyataan.
5) Kecerdasan Kinestetis
Meliputi kemampuan fisik, baik itu kecepatan, kelenturan, kekuatan, dan lain -
lain. Karakteristik kecerdasan kinestetik sebagai berikut:
o Belajar dengan langsung terlibat
o Sensitive dan responsive terhadap lingkungan dan system secara fisik
o Mendemostrasikan keseimbangan, ketrampilan, dan ketelitian dalam tugas
fisik
o Mempunyai kemampuan untuk memperbaiki segala sesuatu dan
sempurna secara pementasan fisik.
o Mengekspresikan ketertarikan pada karir atlit, penari, ahli bedah, atau
pembuat gedung
Pembelajaran dikelas yang dapat mengaktifkan kecerdasan kinestetik
adalah;
 Respon tubuh
Mintalah peserta didik menanggapi pelajaran menggunakan tubuh sebagai
media respon misalnya mengangkat tangan, mengangguk, atau tersenyum
jika memahami penjelasan guru.
 Teater kelas
Meminta peserta didik memerankan teks, soal, atau materi lain yang harus
dipelajari dengan mendramakan isinya.
 Konsep kinestetis
Permainan tebak – tebakan yang dilakukan dengan gerakan yang menantang
kemampuan peserta didik untuk mengungkapkan pengetahuan dengan cara
tidak konvensional.
 Hands on thinking
Memberi kesempatan peserta didik untuk memanipulasi obyek atau
menciptakan sesuatu dari tangan mereka dengan membuat patung, kolase,
atau bentuk kerajinan lain.
 Peta tubuh
Tubuh manusia dapat digunakan sebagai alat pedagogis yang berguna, missal
jari untuk menghitung, dengan menggunakan gerakan fisik akan
menginternalisasikan gagasan.
6) Kecerdasan Interpersonal

18
Kepekaan terhadap ekspresi wajah, suara, gerak-isyarat serta kemampuan
membedakan aneka tanda interpersonal & menanggapinya secara efektif.
Karakteristik kecerdasan interpersonal sebagai berikut:
o Terikat dengan orang tua dan berinteraksi dengan orang lain.
o Merasakan pikiran, perasaan, motivasi, tingkah laku orang lain.
o Mempengaruhi pendapatan dan perbuatan orang lain
o Menyesuaiakan diri terhadap lingkungan dan grup yang berbeda
o Tertarik pada karir seperti mengajar, pekerjaan social, konseling,
manajemen, dan politik.
Pembelajaran dikelas yang mengaktifkan kecerdasan interpersonal adalah;
 Berbagi rasa dengan teman sekelas
Mengajari teman sebaya kepada teman lain, berbagi pengalaman dengan
teman yang berbeda-beda.
 Kerja kelompok
Kelompok akan efektif jika terdiri atas tiga sampai delapan orang untuk
mengerjakan tugas dengan cara yang berbeda-beda dengan diskusi,
menganalisis video, menyusun laporan dan lain sebagainya.
 Simulasi
Simulasi melibatkan sekelompok orang yang bias bersifat spontan atau
improvisasi memainkan skenario yang dibuat guru.
7) Kecerdasan Intrapersonal
Merupakan kecerdasan untuk memahami diri sendiri & bertindak sesuai
pemahaman tersebut, termasuk juga kecerdasan untuk menghargai diri sendiri.
Karakteristik kecerdasan interpersonal adalah sebagai berikut:
o Sadar akan wilayah emosinya
o Membangun hidup dengan suatu system nilai etik (agama)
o Bekerja madiri
o Berusaha untuk mengaktualisasikan diri
o Termotivasi untuk mengidentifikasi dan memperuangkan tujuannya.
Pembelajaran dikelas yang dapat mengembangkan kecerdasan
intrapersonal adalah:
 Sesi refleksi satu menit
Sesi ini memberikan waktu pada peserta didik untuk mencerna informasi yang
mereka terima, atau menghubungkan informasi dengan peristiwa dalam
kehidupan mereka.
 Moment mengekspresikan perasaan
Selama proses pembelajarn peserta didik harus bias menciptakan momen
dimana peserta didik untuk tertawa, merasa marah, mengungkapkan pendapat
dengan membuat peserta didik merasa nyaman mengekspresikan emosi di
kelas.
 Sesi perumusan tujuan

19
Sesi perumusan tujuan yang realistis pada peserta didik baik tujuan jangka
pendek atau panjang dengan bimbingan guru.
8) Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan mengenali benda-benda fisik & fenomena alam. Biasanya
kecerdasan naturalis ini dimiliki oleh ahli biologi, pecinta alam, aktivis lingkungan,
pendaki gunung, dan lainnya. Karakteristik kecerdasan naturalis sebagai berikut:
o Suka dan akrab pada berbagai hewan peliharaan.
o Sangat menikmati berjalan-jalan di alam terbuka
o Suka berkebun atau dekat dengan taman dan memelihara binatang.
o Menghabiskan waktu di dekat akuarium atau sistem kehidupan alam.
o Suka membawa pulang serangga, daun bunga atau benda alam lainnya.
o Berprestasi dalam mata pelajaran IPA, Biologi, dan lingkungan hidup.
Pembelajaran di kelas yang mengembangkan kecerdasan naturalis adalah :
 Jalan – jalan di alam terbuka
Cara ini untuk menguatkan materi yang akan dipelajari untuk semua mata
pelajaran, misalnya untuk napak tilas perjuangan pahlawan, mempelajari
pertumbuhan dan cuaca.
 Melihat keluar jendela
Untuk mengurangi kebosanan peserta didik di kelas, metode ini dapat
dilakukan oleh guru dengan observasi diluar kelas, melakukan pengamatan,
dan mencatatat hasilnya.
 Ekostudi
Strategi ini mengintegrasikan kepedulian peserta didik pada kelangsungan
bumi untuk semua mata pelajaran.

5. MODUL 5 : STRATEGI PEMBELAJARAN


a. Model-model Pembelajaran
1) Pendekatan saintifik merupakan bagian dari pendekatan pedagogis dalam kegiatan
pembelajaran yang melandasi penerapan metode ilmiah. Tahapan dalam
pembelajaran dengan pendekatan saintifik, meliputi a) mengamati; b) menanya; c)
mencoba/ mengumpulkan informasi; d) menalar/ mengasosiasi; dan e) melakukan
komunikasi.
2) Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan pembelajaran dengan unsur-unsur yang mencakup a) sintakmatik,
b) sistem sosial, c) prinsip reaksi, d) sistem pendukung, dampak instruksional dan
pengiring.
3) Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
terstruktur secara sistematis di mana siswa bekerjasama dalam kelompok-kelompok
kecil dengan anggota antara empat sampai lima orang secara heterogen untuk
mencapai tujuan bersama. Empat tahap pembelajaran kooperatif, meliputi: orientasi,
bekerja kelompok, kuis, dan pemberian penghargaan.

20
4) Model pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning (PBL)
merupakan kerangka konseptual tentang proses pembelajaran yang menggunakan
masalah-masalah riil dalam kehidupan nyata (otentik), bersifat tidak tentu, terbuka
dan mendua untuk merangsang dan menantang siswa berpikir kritis untuk
memecahkannya. Tahapan pada model pembelajaran PBL meliputi: a) orientasikan
siswa pada masalah aktual dan otentik; b) mengorganisasikan siswa untuk belajar;
c) membimbing penyelidikan individu maupun kelompok; d) mengembangkan dan
menyajikan hasil karya; dan e) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah
5) Model pembelajaran Project Based Cooperative Learning (PjBCL) merupakan model
yang dikembangkan berdasarkan penerapan proyek dengan melibatkan siswa
menyelidiki masalah dunia nyata dalam kolaboratif lingkungan melalui kelompok
kooperatif. Tahapan model ini meliputi: a) menyampaikan pembelajaran mendasar,
b) menentukan topik penelitian, c) membentuk kelompok kooperatif, d) mendesain
Perencanaan Proyek, e) menyusun Jadwal dan perencanaan, f) penelitian
kooperatif, g) menguji, bertukar dan merangkum hasil proyek, dan h) mengevaluasi
hasil pembelajaran
6) Model pembelajaran simulasi merupakan model yang digunakan untuk
mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa yang
lebih banyak mengarah kepada psikomotor agar kegiatan lebih bermakna bagi
siswa. Tahapan pada model simulasi meliputi: Orientasi, Latihan Partisipasi,
Pelaksanaan Simulasi, dan Wawancara Partisipan.
b. Media Pembelajaran
1) Semua proses belajar selalu di awali dengan persepsi, setelah peserta didik
menerima suatu stimulus atau pola stimuli dari lingkungan pembelajaran. Karenanya
persepsi dianggap sebagai tingkat awal struktur kognitif seseorang.
2) Keberhasilan komunikasi pembelajaran ditentukan oleh unsur-unsur: (a)
komunikator, (b) pesan (message), (c) media, (d) komunikan, dan (e) efek (tujuan).
3) Tiga ciri utama media pembelajaran adalah: (a) ciri fiksatif, (b) ciri manipulatif, (d) ciri
distributif .
4) Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan guru dalam memilih media pembelajaran:
(a) tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, (b) karakteristik peserta didik, (c)
karakteristik media yang akan dimanfaatkan, (d) jenis rangsangan belajar yang
diinginkan, (e) ketersediaan sumber setempat, dan (f) efektifitas biaya.
5) Fungsi utama media pembelajaran yang perlu dieksplor oleh para guru, adalah
sebagai alat bantu dalam pembelajaran, dan sebagai sumber belajar.
6) Kesiapan guru dalam merencanakan dan melaksanakan strategi pembelajaran akan
mempunyai dampak yang signifikan terhadap pencapaian hasil belajar peserta
didiknya. Pengintegrasian pemanfaatan media pembelajaran dan sumber belajar
dalam strategi pembelajaran: (a) presentasi, (b) demonstrasi, (c) latihan (drill and
practice), (d) tutorial, dan (e) diskusi.

21
c. Pengembangan Bahan Ajar
Hal-hal penting dalam mengembangkan bahan ajar adalah:
1) Bahan ajar itu merupakan bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara
sistematis, dan digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran, yang
jenisnya bisa tercetak maupun digital.
2) Karakteristik bahan ajar yang baik antara lain adalah self-instructional, self-
explanatory power, self-pace learning, self-contained, individualized learning
materials, flexible and mobile learning materials, dan communicative and interactive,
adaptive, dan user friendly.
3) Bahan ajar cetak adalah bahan ajar yang berbentuk tercetak (printed) contohnya:
modul, hand-out, LKS, dll. Sedangkan bahan ajar non-cetak disebut juga bahan
elektronik berbasis waktu, misalnya audio (suara), animasi, film, video, dan lain-lain.
4) Proses pengembangan bahan ajar secara umum dapat menempuh tahap-tahap: 1)
mengidentifikasi tujuan pembelajaran, 2) menjabarkan atau memformulasikan garis
besar materi, 3) menulis materi lengkap, dan 4) menentukan format dan tata-letak
(lay-out).

d. Perencanaan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam
menyusun RPP adalah
1) Menyiapkan bahan yakni silabus, buku-buku materi pelajaran, sintaks dari model-
model pembelajaran yang dipilih, menginventaris sumber belajar lain, yang mungkin
dapat digunakan.
2) Setelah mengkaji langkah pertama, lakukan: menganalisis silabus, mengidentifikasi
materi pembelajaran yang menunjang pencapaian KD, menentukan tujuan,
mengembangkan kegiatan pembelajaran, penjabaran jenis penilaian, menentukan
alokasi waktu, menentukan sumber belajar.
3) Langkah pembelajaran dengan model scientific, terdiri atas lima pengalaman belajar
pokok yaitu: (a) mengamati, (b) menanya, (c). mengumpulkan informasi, (d)
mengasosiasi, dan (e) mengkomunikasikan.
4) KD-KD diorganisasikan ke dalam empat KI. KI-1 berkaitan dengan sikap diri
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. KI-2 berkaitan dengan karakter diri dan sikap
sosial. KI-3 berisi KD tentang pengetahuan terhadap materi ajar, sedangkan KI-4
berisi KD tentang penyajian keterampilan. KI-1, dan KI-2, harus dikembangkan dan
ditumbuhkan melalui proses pembelajaran setiap materi pokok yang tercantum
dalam KI-3, maupun KI-4 untuk semua matapelajaran. KI-1 dan KI-2 tidak diajarkan
langsung, tetapi indirect teaching pada setiap kegiatan pembelajaran.

6. MODUL 6 : PENILAIAN HASIL BELAJAR


a. Pengertian Pengukuran, Tes dan Evaluasi

22
Salah satu indikator utama keberhasilan seorang pendidik dalam melaksanakan
program pembelajaran adalah keberhasilan peserta didik dalam menguasai
kompetensi belajar yang sudah direncanakan. Untuk mengetahui efektif tidaknya
pelaksanaan program pembelajaran tersebut harus dilakukan evaluasi, baik evaluasi
dalam skala makro maupun mikro.
Kegiatan evaluasi baru bisa dilakukan setelah adanya data hasil pengukuran
dan penilaian hasil belajar. Pengukuran adalah proses pemberian bentuk kuantitatif
pada hasil belajar peserta didik yang diproleh melalui tes hasil belajar.
Penilaian adalah proses-proses pemberian bentuk kualitatif terhadap hasil
pengukuran. Untuk dapat melakukan penilaian dan pengukuran diperlukan alat ukur
yang sering disebut denga istilah tes. Tes adalah seperangkat pertanyaan atau
pernyataan yang memiliki jawaban benar dan salah. Tes hasil belajar dapat disusun
dalam bentuk tes uraian dan tes obyektip. Tes obyektip dapat dikembangkan dalam
berbagai bentuk seperti Menjodohkan, Benar – Salah, Pilihan Ganda Sederhana,
Pilihan Ganda Sebab Akibat, Pilihan Ganda Analisis Kasus, dan Pilihan Ganda
Komplek.

b. Penilaian Otentik (Authentic Assessment)


Dalam proses pembelajaran peserta didik diharapkan dapat belajar secara aktif
dan kreatif. Banyak strategi yang dapat dilakukan oleh pendidik untuk mengarahkan
peserta didik belajar aktif dan kreatif. Salah satu upaya tersebut adalah melaksanakan
penilaian otentik adalah merupakan salah satu bentuk penilaian hasil belajar peserta
didik yang didasarkan atas kemampuannya menerapkan ilmu pengetahuan yang
dimiliki dalam kehidupan yang nyata di sekitarnya.
Pada penilaian otentik, peserta didik diarahkan untuk melakukan sesuatu dan
bukan sekedar hanya mengetahui sesuatu, disesuaikan dengan kompetensi mata
pelajaran yang diajarkan. Di samping itu, pada penilaian otentik, penilaian hasil belajar
peserta didik tidak hanya difokuskan pada aspek kognitif, tetapi juga pada aspek afektif
dan psikomotorik. Dibandingkan dengan penilaian tradisonal yang selama ini banyak
dilakukan oleh pendidik, penilaian otentik lebih dapat menunjukkan hasil belajar yang
komprehensip. Peserta didik diminta untuk menunjukkan kemampuan melakukan tugas
yang lebih kompleks yang mewakili aplikasi yang lebih bermakna dalam dunia nyata.
Model penilaian yang dapat dikembangkan untuk kegiatan penilaian otentik
antara lain penilaian kinerja, penilaian proyek, penilaian portofolio, penilaian diri,
penilaian antar teman, jurnal, penilaian tertulis, eksperimen atau demonstrasi,
pertanyaan terbuka, pengamatan, menceriakan kembali teks, dan menulis sampel teks.

c. Menulis Tes Hasil Belajar


Penulisan tes hasil belajar hendaknya dilakukan secara sistematis sesuai
kaidah penulisan tes yang baik, yaitu melalui langkah-langkah:
1) Perumusan tujuan tes,
2) Penentuan bentuk pelaksanaan tes,

23
3) Penyusunan kisi-kisi tes,
4) Penulisan butir soal,
5) Penelaahan butir soal,
6) Uji coba/analisis,
7) Perakitan soal/perangkat tes.
Setelah perakitan soal tes tersebut selesai dilakukan, maka perangkat tes siap
digunakan untuk pelaksanaan tes. Perumusan tujuan tes harus dilakukan dengan
memperhatikan untuk apa tes tersebut disusun. Tes hasil belajar disusun umumnya
digunakan untuk penempatan, diagnostik, perkembangan hasil belajar, dan tujuan
lainnya. Berdasarkan tujuan tes, langkah selanjutnya adalah menetapkan bentuk
pelaksanaan tes, misalnya tes tertulis bentuk uraian. Langkah-langkah menyusun kisi-
kisi:
1) Menentukan Kompetensi (KD) yang akan diukur;
2) Memilih materi esensial yang representatif; dan
3) Merumuskan indikator yang mengacu pada KD dengan memperhatikan materi.
Kaidah-kaidah penyusunan soal tes uraian antara lain: Soal harus sesuai
dengan indikator; Isi materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang, jenis
sekolah, atau tingkat kelas; Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus
menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai; Tabel, gambar,
atau yang sejenisnya harus disajikan dengan jelas dan terbaca, sehingga tidak
menimbulkan penafsiran yang berbeda dan juga harus bermakna; Rumusan butir soal
menggunakan bahasa sederhana dan komunikatif. Soal tes hendaknya memenuhi
persyaratan validitas dan reliabilitas.

d. Menelaah Tes Hasil Belajar


Analisis kualitas perangkat soal tes hasil belajar bentuk objektif dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu: analisis secara teoritik (kualitatif) dan analisis secara empiris
(kuantitatif). Analisis secara teoritis adalah telaah soal yang difokuskan pada aspek
materi, konstruksi, dan bahasa. Aspek materi berkaitan dengan substansi keilmuan
yang ditanyakan serta tingkat berpikir yang terlibat, aspek konstruksi berkaitan dengan
teknik penulisan soal, dan aspek bahasa berkaitan dengan kejelasan hal yang
ditanyakan. Analisis empiris adalah telaah soal berdasarkan data lapangan (uji coba).
Secara teoritis, kualitas soal tes bentuk objektif pada aspek materi meliputi:
Butir harus sesuai dengan indicator yang ditetapka; Hanya ada satu jawaban yang
benar; Pengecoh homogin, dan berfungsi. Pada aspek konstruksi: Pokok soal harus
dirumuskan secara jelas; Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan
pernyataan yang diperlukan saja; Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah
jawaban benar; Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif
ganda; Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjaudari segi materi. Kualits tes
pada aspek bahasa antara lain: Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah
bahasa Indoensia; Menggunakan bahasa yang komunikatif dan mudah dimengerti;

24
Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu
kesatuan pengertian.
Analisis empiris adalah telaah soal berdasarkan data lapangan (uji coba).
Analisis karakteristik butir soal mencakup analisis parameter kuantitatif dan kualitatif
butir soal. Parameter kuantitatif berkaitan dengan analisis butir soal berdasarkan atas
tingkat kesukaran, daya beda, dan keberfungsian alternative pilihan jawaban.
Parameter kualitatif berkaitan dengan analisis butir soal berdasarkan atas
pertimbangan ahli (expert judgement). Soal tes hendaknya memenuhi persyaratan
validitas dan reliabilitas.
Jika data sudah diolah, langkah selanjutnya adalah menafsirkan data sehingga
dapat memberikan makna. Pada prinsipnya nilai akhir suatu mata pelajaran adalah
gabungan dari seluruh pencapaian KD yang ditargetkan. Dengan demikian, pendidik
harus membuat tabel spesifikasi yang memuat macam KD dan pencapaian hasil setiap
KD, termasuk aspek yang dinilai dalam setiap KD. Pendidik juga harus membuat
pembobotan atas dasar hasil yang diperoleh sesuai dengan jenis penilaian yang
dilakukan. Hasil penilaian yang diperoleh harus diinformasikan langsung kepada
peserta didik sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan peserta didik
(assessment as learning), pendidik (assessment for learning), dan satuan pendidikan
selama proses pembelajaran berlangsung (melalui PH/pengamatan harian) maupun
setelah beberapa kali program pembelajaran (PTS), atau setelah selesai program
pembelajaran selama satu semester.
B. Deskripsikan kemajuan yang diperoleh setelah kegiatan daring:

1. Materi yang sudah dipahami/kuasai


Sebagian besar materi mudah di pahami , tetapi saya belum bisa benar – benar
menguasai materi yang ada, karena keterbatasan waktu saya untuk membaca modul
secara berulang – ulang .
2. Materi yang belum di kuasai
 Materi yang sulit dipahami adalah pada materi penilaian dan evaluasi yaitu pada
pembuatan penilaian tingkat HOTS dalam ranah C6 yaitu mengkreasikan ,
karena pada tingkat SMA/ SMK baru pada tingkat ranah C4 yaitu menganalisis
 Dalam materi membuat rancangan pembelajaran saya masih mengalami kesulitan
dalam menentukan model pembelajaran yang cocok untuk materi yang akan
diajarkan
 Saya masih kesulitan mengaplikasikan sintaks – sintaks dalam model
pembelajaran kedalam pendekatan saintifik
 Saya masih mengalami kesulitan pada membuat media pembelajaran yang
menarik dan menggunakan teknologi yang terbaru saat ini sebagai guru abad 21
 Saya masih kesulitan dalam menentukan perbandingan nilai akhir untuk tugas
portofolio

25
C. Materi esensial apa saja yang tidak ada dalam Sumber Belajar
Materi esensial yang tidak ada dalam sumber belajar adalah identifikasi bekal
awal peserta didik dan identifikasi kesulitan belajar peserta didik. Identifikasi bekal awal
peserta didik menjadi materi yang esensial karena pemahaman mengenai bekal awal
peserta didik merupakan dasar bagi guru untuk menentukan desain pembelajaran,
sedangkan identifikasi kesulitan belajar peserta didik menjadi materi yang esensial
karena guru perlu memahami faktor penyebab kesulitan belajar siswa dan cara
mengatasi kesulitan belajar siswa agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan
dapat berhasil mencapai tujuan pembelajaran.berikutnya materi esensial yang
haruslahnya adalah cara membuat perangkat pembelajaran secara secra rinci mulai
dari program tahunan, program semester, silabus , KKM, dst. Mengingat bahwa
Membuat perangkat pelajaran adalah hal yang harus dikuasai oleh seorang guru
profesional .
D. Materi apa saja yang tidak esensial namun ada dalam Sumber Belajar
Semua materi dalam sumber belajar merupakan materi yang esensial dan tidak
ada satupun materi yang tidak esensial karena semua yang dijelaskan dalam sumber
belajar ada dalam indikator pencapaian kompetensi.
E. Masukan-masukan apa saja yang telah diberikan oleh instruktur pada saat
kegiatan daring?
Selama kegiatan daring untuk model pedagogik, saya rasa tidak masukan
untuk intruktur karena bagi saya Pak instruktur sudah sangat maksimal dalam
membimbing saya untuk mengikuti setiap kegiatan belajar pada modul pedagogik baik
melalui materi yang diberikan, tugas-tugas yang diberikan bahkan sampai pada
masalah-masalah yang ditemui dan saling diskusi lewat forum diskusi.

26
BAB II
SUMBER BELAJAR BIDANG STUDI

A. RINGKASAN MATERI
1. MODUL 1 : Logika Matematika & Matematika Diskrit
a. Kegiatan Belajar 1 : Logika Matematika
1) Pernyataan merupakan kalimat-kalimat yang berarti menerangkan (kalimat
deklaratif).
2) Kalimat terbuka adalah kalimat yang belum/tidak dapat ditentukan nilai
kebenarannya.
3) Pernyataan adalah kalimat yang sudah dapat ditentukan nilai kebenarannya.
4) Negasi suatu pernyataan adalah pernyataan yang bernilai salah jika
pernyataan semula benar, dan sebaliknya.
5) Tabel kebenaran dari konjungsi adalah sebagai berikut.

𝑝 𝑞 𝑝∧𝑞

B B B

B S S

S B S

S S S

6) Tabel kebenaran dari disjungsi inklusif adalah sebagai berikut.

𝑝 𝑞 𝑝∨𝑞

B B B

B S B

S B B

S S S

7) Tabel kebenaran dari disjungsi ekslusif adalah sebagai berikut.


𝑝 𝑞 𝑝∨𝑞
B B S
B S B
S B B
S S S
8) Tabel kebenaran dari implikasi adalah sebagai berikut.

𝑝 𝑞 𝑝⇒𝑞
B B B

27
B S S
S B B
S S B

9) Tabel kebenaran dari biimplikasi adalah sebagai berikut.

𝑝 𝑞 𝑝⇔𝑞

B B B

B S S

S B S

S S B

10) Kata-kata yang biasa digunakan dalam kuantor universal adalah “semua”,
“setiap”, “untuk semua”, atau “untuk setiap”. Kuantor universal dilambangkan
dengan ∀.
11) Pernyataan matematika yang dilengkapi dengan kata-kata “terdapat”, “ada”,
“sekurang-kurangnya satu” , atau “beberapa” merupakan pernyataan
berkuantor eksistensial. Kuantor eksistensial dilambangkan dengan ∃.
12) Tautologi adalah pernyataan majemuk yang selalu bernilai benar untuk
setiap substitusi pernyataan tunggalnya.
13) Kontradiksi adalah pernyataan yang selalu bernilai salah untuk setiap
substitusi nilai kebenaran pernyataan tunggalnya.
14) Aturan Aljabar Proposisi meliputi :
a) Hukum Idempoten
b) Hukum Asosiatif
c) Hukum Komutatif
d) Hukum Distributif
e) Hukum Identitas
f) Hukum Komplemen
g) Hukum Transposisi
h) Hukum Implikasi
i) Hukum Ekuivalensi
j) Hukum Eksportasi
k) Hukum DeMorgan
15) Aturan untuk membantu membuktikan kesahan suatu argumen meliputi
a) Modus Ponens
b) Modus Tollens
c) Silogisme
d) Silogisme Disjungtif
e) Konstruktif Delema

28
f) Destruktif Delema
g) Aturan Konjungsi
h) Aturan Penyederhanaan
i) Aturan Penambahan
16) Langkah-langkah pembuktian Aturan Bukti Bersyarat yaitu:
a) Menulis premis-premis yang diketahui
b) Menarik anteseden dari konklusi menjadi premis baru (premis tambahan)
dan konsekuennya merupakan konklusi dari argument (konklusi baru).
c) Menggunakan aturan penyirnpulan dan hukum penggantian untuk
menemukan konlusi sesuai dengan konklusi baru.
17) Selain dengan cara Aturan Bukti Bersyarat masih ada cara lain untuk
membuktikan kesahan argumen yaitu dengan Reductio Ad Absordum (Bukti
Tak Langsung). Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a) Menulis premis-premis yang diketahui.
b) Menarik ingkaran dari konklusi menjadi premis baru (premis tambahan).
c) Dengan menggunakan aturan penyirnpulan dan hukum penggantian
ditunjukkan adanya kontradiksi.
d) Setelah ditemukan kontradiksi kita tinggal menggunakan prinsip Adisi dan
Silogisme Disjungtif .

b. Kombinatorika
1) Binomial
Segitiga Pascal dapat digunakan untuk menentukan koefiesien dari bentuk
𝑛 𝑛+1
binomial. jika nilai ( ) diketahui untuk semua r, maka nilai ( ) dapat dihitung
𝑟 𝑟
untuk semua r ( 0 < r ≤ n ). Sifat ini disebut Identitas Pascal, yang disajikan pada
teorema:
Jika n dan r bilangan bulat positif dengan n  r, maka
𝑛+1 𝑛 𝑛
( )=( )+( )
𝑟 𝑟−1 𝑟
Sifat-sifat Segitiga Pascal:

 Nilai-nilai di bagian ujung kiri maupun ujung kanan selalu 1. Karena pada baris
ke-𝑛, nilai ujung kiri adalah 𝐶(𝑛,0) dan nilai ujung kanan adalah 𝐶(𝑛,𝑛).
 Nilai Segitiga Pascal pada baris ke-𝑛 di kolom kedua dan kolom kedua
sebelum terakhir selalu sama dengan 𝑛. Karena pada baris ke-𝑛 nilai di kolom
kedua adalah 𝐶(𝑛,1) dan nilai kolom kedua sebelum terakhir adalah 𝐶(𝑛,𝑛−1)
yang keduanya sama dengan 𝑛.
 Nilai-nilai Segitiga Pascal pada setiap baris selalu simetri, yaitu
𝐶(𝑛,𝑘)=𝐶(𝑛,𝑛−𝑘).
 Penjumlahan baris
𝐶(𝑛,0)+𝐶(𝑛,1)+⋯+𝐶(𝑛,𝑛)=2𝑛.

29
 Penjumlahan kolom
𝐶(𝑟,𝑟)+𝐶(𝑟+1,𝑟)+⋯+𝐶(𝑛,𝑟)=𝐶(𝑛+1,𝑟+1).
 Jumlah diagonal
𝐶(𝑛,0)+𝐶(𝑛+1,1)+𝐶(𝑛+2,2)…+𝐶(𝑛+𝑟,𝑟)=𝐶(𝑛+𝑟+1,𝑟).
2) Barisan dan Multi Set
Barisan merupakan sebuah fungsi dari himpunan bilangan bulat positif
{0,1,2,…} atau {1,2,3,…} ke sebuah himpunan 𝑆. Notasi 𝑎𝑛 digunakan untuk
menyatakan peta dari bilangan bulat 𝑛 oleh fungsi tersebut. Notasi 𝑎𝑛 juga
melambangkan sebuah suku dari barisan tersebut. Sebuah barisan dengan suku-
suku 𝑎𝑛 dinotasikan dengan {𝑎𝑛}.
Definisi 1. Barisan geometri merupakan sebuah barisan yang berbentuk
𝑎,𝑎𝑟,𝑎𝑟2,𝑎𝑟3,…,𝑎𝑟𝑛, dengan rasio 𝑟.
Definisi 2. Barisan aritmatika merupakan sebuah barisan yang berbentuk
𝑎,𝑎+𝑑,𝑎+2𝑑,𝑎+3𝑑,…,𝑎+𝑛𝑑, dengan selisih 𝑑.
Definisi 3. Diberikan himpunan semesta 𝑆. Sebuah multiset 𝐴 pada 𝑆 adalah
sebuah himpunan dengan unsur-unsurnya dapat muncul lebih dari satu kali, yaitu
𝐴={𝑚1.𝑎1,𝑚2.𝑎2,…,𝑚𝑟.𝑎𝑟} dengan unsur 𝑎1 muncul sebanyak 𝑚1 kali, unsur 𝑎2
muncul sebanyak 𝑚2 kali dan seterusnya sampai dengan unsur 𝑎𝑟 muncul
sebanyak 𝑚𝑟 kali. Muliplisitas 𝑚𝑖 merupakan sebuah fungsi dari 𝑆 ke himpunan
bilangan bulat positif.
Berdasarkan Definisi 3, jelas bahwa himpunan klasik merupakan kasus
khusus dari multiset, yaitu multiset dengan multiplisitas masing-masing unsur
sama dengan 1.
Beberapa operasi dasar yang berlaku pada multiset sebagai berikut:
Diberikan himpunan semesta 𝑆, multiset 𝐴 dan 𝐵 pada 𝑆 dengan fungsi
multiplisitas masing-masing 𝑚𝐴 dan 𝑚𝐵.
 Gabungan 𝐴∪𝐵 adalah multiset 𝐶 dengan fungsi multiplisitas 𝑚𝐶 didefinisikan
sebagai berikut 𝑚𝐶(𝑥)=max{𝑚𝐴(𝑥),𝑚𝐵(𝑥)} untuk setiap 𝑥∈𝑆.
 Irisan 𝐴∩𝐵 adalah multiset 𝐷 dengan fungsi multiplisitas 𝑚𝐷 didefinisikan
sebagai berikut 𝑚𝐷(𝑥)=min{𝑚𝐴(𝑥),𝑚𝐵(𝑥)}
3) Fungsi Pembangkit
Fungsi pembangkit dapat digunakan untuk: memecahkan berbagai
masalah counting, memecahkan relasi rekursif, dan membuktikan identitas
kombinatorik. Beberapa formula yang sering digunakan dalam memecahkan
masalah terkait fungsi pembangkit sebagai berikut:
1. Teorema Binomial (𝑥+𝑦)𝑛=Σ𝑛𝑘=0𝐶(𝑛,𝑘)𝑥𝑛−𝑘𝑦𝑘.
2. Teorema Bomial Newton: (𝑥+1)𝑢=Σ∞𝑘=0𝐶(𝑢,𝑘)𝑥𝑘
3. 1−𝑥𝑛+11−𝑥=1+𝑥+𝑥2+𝑥3+⋯+𝑥𝑛.
Konsep dasar fungsi pembangkit biasa disajikan pada definisi berikut ini.
Definisi. Fungsi pembangkit biasa untuk barisan bilangan real: 𝑎0,𝑎1,…,𝑎𝑘

30
didefinisikan sebagai deret pangkat tak hingga:
𝐺(𝑥)=𝑎0+𝑎1𝑥+𝑎1𝑥2+⋯+𝑎𝑛𝑥𝑛+⋯=Σ∞𝑛=0𝑎𝑛𝑥𝑛
4) Relasi Rekursif
Konsep relasi rekursif disajikan pada Definisi 4.
Definisi 4. Relasi Rekursif untuk barisan {𝑎𝑛} didefinisikan sebagai sebuah
persamaan yang menyatakan 𝑎𝑛 dalam salah satu atau lebih suku-suku
sebelumnya, yaitu 𝑎0,𝑎1,…,𝑎𝑛−1, untuk semua 𝑛 dengan 𝑛≥𝑛0 dengan 𝑛0
bilangan bulat tak negatif. Selanjutnya, barisan {𝑎𝑛} dikatakan sebagai solusi dari
relasi rekursif ini bila 𝑎𝑛 memenuhi relasi rekursif.
Menentukan solusi dari sebuah relasi rekursif sama dengan menentukan
rumus eksplisit dari barisan {𝑎𝑛}. Metode untuk menentukan solusi dari sebuah
relasi rekursif bergantung pada jenis relasi rekursif tersebut. Terdapat dua jenis
relasi rekursif, yaitu relasi rekursif linear homogen dan relasi rekursif linear tak
homogen.
Definisi 5. Bentuk umum relasi rekursif linear homogen berderajat 𝑘 dengan
koefisien-koefisien konstan sebagai berikut: 𝑎𝑛=𝑐1𝑎𝑛−1+𝑐2𝑎𝑛−2+⋯+𝑐𝑘𝑎𝑛−𝑘 (3)
dengan 𝑐1,𝑐2,…,𝑐𝑘 bilangan-bilangan real dan 𝑐𝑘≠0.
Langkah untuk menentukan solusi relasi rekursif homogen linear adalah
dengan mensubtitusi bentuk 𝑎𝑛=𝑟𝑛 dengan 𝑟 konstanta. Bentuk 𝑎𝑛=𝑟𝑛 solusi dari
relasi rekursif (3) jika dan hanya jika 𝑎𝑛 memenuhi relasi rekursif (3). Dengan
cara mensubtitusi 𝑎𝑛=𝑟𝑛 ke relasi rekursif (3), diperoleh persamaan karakteristik
sebagai berikut: 𝑟𝑘−𝑐1𝑟𝑘−1+𝑐2𝑟𝑘−2+⋯+𝑐𝑘−1𝑟−𝑐𝑘=0, dan akar dari persamaan
tersebut di atas disebut akar-akar karakteristik.
Bentuk solusi homogen dari relasi rekursif (3) dibedakan berdasarkan
akar-akar persaam karakteristiknya. Beberapa teorema yang dapat digunakan
untuk menentukan bentuk solusi homogen relasi rekursif linear homogen
berderajat 𝑘 disajikan berikut ini.
Teorema 5. Misal 𝑐1,𝑐2 bilangan real dan persamaan 𝑟2−𝑐1𝑟−𝑐2=0
mempunyai dua akar berbeda 𝑟1 dan 𝑟2. Barisan {𝑎𝑛} solusi dari relasi rekursif
𝑎𝑛=𝑐1𝑎𝑛−1+𝑐2𝑎𝑛−2 jika dan hanya jika 𝑎𝑛=𝛼1𝑟1𝑛+𝛼2𝑟2𝑛,𝑛=0,1,2,… dengan 𝛼1
dan 𝛼2 konstanta. Teorema 5 dapat diterapkan untuk menentukan bentuk solusi
homogen relasi rekursif (3) berderajat 2 dengan semua akar karakteristik
berbeda. Jika akar karakteristik dari relasi rekursif (3) berderajat 2 merupakan
akar rangkap 2, dapat digunakan Teorema 6 untuk menentukan bentuk
solusinya.
Teorema 6. Misal 𝑐1,𝑐2 bilangan real dan persamaan 𝑟2−𝑐1𝑟−𝑐2=0
mempunyai satu akar (rangkap) 𝑟0. Barisan {𝑎𝑛} solusi dari relasi rekursif
𝑎𝑛=𝑐1𝑎𝑛−1+𝑐2𝑎𝑛−2 jika dan hanya jika 𝑎𝑛=𝛼0𝑟0𝑛+𝛼1𝑛𝑟1𝑛,𝑛=0,1,2,… dengan 𝛼1
dan 𝛼2 konstanta. Bentuk solusi homogen dari relasi rekursif (3) berderajat-k

31
dengan semua akar karakteristik berbeda, dapat ditentukan berdasarkan
Teorema 7. Dengan kata lain, Teorema 7 lebih umum dari Teorema 6.
Teorema 7. Misal 𝑐1,2,…,𝑐𝑘 bilangan real dan persamaan
𝑟𝑘−𝑐1𝑟𝑘−1−𝑐2𝑟𝑘−2−⋯−𝑐𝑘−1𝑟−𝑐𝑘=0 mempunyai 𝑘 akar berbeda 𝑟1,𝑟2,…,𝑟𝑘.
Barisan {𝑎𝑛} solusi dari relasi rekursif 𝑎𝑛=𝑐1𝑎𝑛−1+𝑐2𝑎𝑛−2+⋯+𝑐𝑘𝑎𝑛−𝑘 jika dan
hanya jika 𝑎𝑛=𝛼1𝑟1𝑛+𝛼2𝑟2𝑛,…+𝛼𝑘𝑟𝑘𝑛,𝑛=0,1,2,… dengan 𝛼1,𝛼2,…,𝛼𝑘
konstanta. Bentuk solusi homogen dari relasi rekursif (3) berderajat-k dengan
akar karakteristik rangkap, dapat ditentukan berdasarkan Teorema 8. Dengan
kata lain, Teorema 8 merupakan perumuman dari Teorema 6 .
Teorema 8. Misal 𝑐1,𝑐2,…,𝑐𝑘 bilangan real dan persamaan
𝑟𝑘−𝑐1𝑟𝑘−1−𝑐2𝑟𝑘−2−⋯−𝑐𝑘−1𝑟−𝑐𝑘=0 mempunyai mempunyai 𝑡 akar 𝑟1,𝑟2,…,𝑟𝑡
berbeda dengan multiplisitas 𝑚1,𝑚2,…,𝑚𝑡 dengan 𝑚1+𝑚2+⋯+𝑚𝑡=𝑘. Barisan
{𝑎𝑛} solusi dari relasi rekursif 𝑎𝑛=𝑐1𝑎𝑛−1+𝑐2𝑎𝑛−2+⋯+𝑐𝑘𝑎𝑛−𝑘 jika dan hanya jika
𝑎𝑛=(𝛼1,0+𝛼1,1𝑛+⋯+𝛼1,𝑚1−1𝑛𝑚1−1)𝑟1𝑛+(𝛼2,0+𝛼2,1𝑛+⋯+𝛼2,𝑚2−1𝑛𝑚2−1)𝑟2𝑛
+⋯+(𝛼𝑡,0+𝛼𝑡,1𝑛+⋯+𝛼𝑡,𝑚𝑡−1𝑛𝑚𝑡−1)𝑟𝑡𝑛 dengan 𝑛=0,1,2,… dan 𝛼𝑖,𝑗 konstanta
untuk 1≤𝑖≤𝑡 dan 0≤𝑗≤𝑚𝑖−1.
c. Kegiatan Belajar 3 : Teori Graf
Beberapa Hal Penting dalam Graf:
 Graf adalah pasangan dua himpunan, yaitu himpunan titik dan himpunan sisi.
Himpunan titiknya tidak kosong, sedangkan himpunan sisinya mungkin
kosong.
 Derajat titik adalah banyaknya sisi yang terkait dengan titik tersebut. Loop
dihitung dua kali.
 Graf dapat disajikan dalam matriks ketetanggaan dan matriks keterkaitan.
 Beberapa jenis graf tertentu: graf bipartisi, graf lengkap, graf planar dan graf
bidang, graf Euler dan semi-Euler, graf Hamilton dan semi-Hamilton, dan
pohon.
 Ada 3 pewarnaan dalam graf, yaitu pewarnaan titik, pewarnaan sisi, dan
pewarnaan peta. Pada pewarnaan titik, bilangan terkecil k sedemikian hingga
ada pewarnaan-k pada graf G disebut bilangan khromatik. Pada pewarnaan
sisi, bilangan terkecil k sedemikian hingga ada pewarnaan sisi-k pada graf G
disebut indeks khromatik. Mewarnai peta identik mewarnai titik graf dual dari
peta tersebut.
2. MODUL 2 : ALJABAR & PROGRAM LINEAR
a. Teori Bilangan
1. Bilangan bulat a membagi habis bilangan bulat b (ditulis a b) apabila terdapat
bilangan bulat k sehingga b = ak.
2. Istilah-istilah lain yang mempunyai arti sama dengan a b adalah “a faktor dari
b” atau “a pembagi b” atau “b kelipatan a”.
3. Beberapa sifat terkait keterbagian pada bilangan bulat:
- Jika a b dan b c maka a c.

32
- Jika a b dan a (b + c) maka a b.
- Jika p|q, maka p|qr untuk semua r Z.
- Jika p | q dan p | r, maka p | q + r
4. Suatu bilangan bulat d disebut faktor persekutuan dari a dan b apabila d a
dan d b.
5. Bilangan bulat positif d disebut FPB dari a dan b jika dan hanya jika:
(i). d a dan d b
(ii). jika c a dan c b maka c d.
6. Bilangan bulat a dan b disebut relatif prima (saling prima) jika FPB (a,b) = 1.
7. Untuk setiap bilangan bulat positif a dan b terdapat dengan tunggal
bilangan bulat q dan r sedemikian sehingga b = qa + r dengan 0 r < a.
8. Bilangan-bilangan bulat a1, a2, …, an dengan ai 0 untuk i = 1, 2, …,
n mempunyai kelipatan persekutuan b jika ai b untuk setiap i.
9. Jika a1, a2, …, an bilangan-bilangan bulat dengan ai 0 untuk i = 1, 2, …,
n, maka kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari bilangan-bilangan tersebut
adalah bilangan bulat positif terkecil di antara kelipatan-kelipatan persekutuan
dari a1, a2, …, an.
10. Jika a dan b bilangan-bilangan bulat positif, maka KPK [a,b] X FPB (a,b) = ab.
11. Setiap bilangan asli lebih dari 1, mempunyai paling sedikit 2 faktor yakni 1
dan bilangan itu sendiri. Jika bilangan asli hanya memiliki 2 faktor tersebut,
maka bilangan tersebut dinamakan bilangan prima.
12. Dua bilangan bulat a dan b dikatakan saling prima (relatif prima) apabila
FPB (a,b) = 1.
13. Selanjutnya jika FPB (a1, a2, a3, …, an) = 1 maka a1, a2, a3, …, an
dikatakan saling prima. Jika FPB (ai,aj) = 1 untuk i =1, 2, 3, …, n dengan i
j maka a1, a2, a3, …, an saling prima dua-dua.
14. Setiap bilangan positif yang lebih besar dari 1 dapat dibagi oleh suatu
bilangan prima.
15. Jika n suatu bilangan komposit maka n memiliki faktor k dengan 1 k n
16. Jika m bilangan bulat positif maka a dikatakan kongruen dengan b modulo m,
ditulis a b (mod m), jika dan hanya jika m membagi (a-b).
17. Jika a r (mod m) dengan 0 r m, maka r disebut residu dari a modulo
m sedangkan {0, 1, 2, …, (m-1)} disebut himpunan residu modulo m.
b. Matriks & Sistem Persamaan Linear
Dari uraian materi dalam Modul 2.2, maka untuk mengingat kembali pengertian/
definisi dan sifat-sifat/teorema yang terkait dengan matriks dan sistem persamaan
linear, disajikan dalam rangkuman berikut.
1) Matriks adalah susunan persegi panjang dari bilangan-bilangan dalam bentuk
baris dan kolom. Bilangan-bilangan tersebut disebut entri atau komponen
matriks.

33
2) Jika matriks A memiliki m baris dan n kolom, maka ukuran (ordo) matriks A
adalah mxn.
3) Berdasarkan banyaknya baris dan banyaknya kolom serta entri dari suatu
matriks, maka ada beberapa jenis matriks yaitu matriks persegi, matriks
segitiga atas, matriks segitiga bawah, matriks diagonal, matriks skalar, matriks
identitas, matriks nol, matriks baris dan matriks kolom.
4) Dua buah matriks dikatakan sama jika ukurannya sama dan komponen-
komponen yang bersesuaian sama.
5) Jika matriks A=(aij)mxn maka transpose A, ditulis AT, didefinisikan sebagai
matriks berukuran nxm yang baris ke-i dari AT merupakan kolom ke-i dari A
dan kolom ke-j dari AT merupakan baris ke-j dari matriks A.
6) Jika A=(aij)mxn dan B=(bij)mxn maka jumlah A dan B, ditulis A+B,
didefinisikan sebagai A+B=(aij + bij) mxn.
7) Jika A=(aij)mxn dan α suatu bilangan riil maka hasilkali A dan α, ditulis αA,
didefinisikan sebagai αA=(αaij) mxn.
8) Jika A=(aij)mxn dan B=(bij)nxr maka hasilkali A dan B, ditulis dengan AB dan
didefinisikan sebagai matriks berukuran mxr yang komponen baris ke-i kolom
ke-j dari AB adalah .
9) Penjumlahan matriks bersifat komutatif dan asosiatif.
10) Perkalian matriks bersifat asosiatif dan distributif terhadap penjumlahan.
11) Hasilkali elementer bertanda dari matriks A adalah hasilkali elementer …
dikalikan dengan 1 atau -1, dengan aturan dikalikan 1 jika (j1 , j2 , … ,jn)
permutasi genap dan dikalikan -1 jika (j1 , j2 , … ,jn) permutasi ganjil.
12) Misalkan A matriks persegi. Determinan A, ditulis det(A) atau |A|, didefinisikan
sebagai jumlah semua hasilkali elementer bertanda dari A.
13) Jika A matriks yang mempunyai invers maka A-1 = adj(A).
14) Jika A dan B matriks berukuran nxn, dengan det(A) ≠ 0, det(B) ≠ 0, maka:
a. (A-1)-1 = A.
b. (AB)-1 = B-1A-1.
c. (AT)-1 =(A-1)T.
d. Untuk skalar tak nol k berlaku (kA)-1 = A-1.
15) Berdasarkan SPL dalam bentuk AX=B, maka SPL dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu:
a. SPL homogen, jika B=O.
b. SPL non homogen, jika B O.
16) Berdasarkan solusi yang dimiliki oleh SPL, maka SPL dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:
a. SPL konsisten, jika SPL tersebut mempunyai solusi.
b. SPL tak konsisten, SPL tersebut tidak mempunyai solusi.
17) Jika A matriks berukuran nxn, maka pernyataan berikut ekivalen.
a. A dapat dibalik (mempunyai invers).

34
b. SPL AX=O hanya memiliki solusi nol.
c. SPL AX=B konsisten untuk setiap matriks B berukuran nx1.
d. SPL AX=B memiliki tepat satu solusi untuk setiap matriks B berukuran nx1.

c. Vektor & Ruang Vektor


1) vektor secara geometri
Vektor Secara Geometri Di R2 dan R3 vektor-vektor dapat dinyatakan
secara geometris sebagai segmen-segmen garis berarah; arah panah
menentukan arah vektor dan panjang panah menyatakan besarnya. Vektor
bisanya dinyatakan dengan huruf kecil tebal misalnya 𝒙, 𝒚, 𝒛, 𝒂, 𝒌, 𝒗, dan 𝒘;
kadang kala dengan huruf yang dicetak miring. Semua skalar merupakan
bilangan real dan ditulis dengan huruf kecil biasa misalnya a, b, k, l, m, dan
lainnya.
2) penjumlahan dan pengurangan vektor
Jika v dan w adalah sebarang dua vektor tak nol, maka 𝒗 + 𝒘 adalah vektor
yang ditentukan sebagai berikut. Tempatkanlah vektor w sehingga titik awalnya
berimpit dengan titik terminal v. Vektor 𝒗 + 𝒘 dinyatakan oleh tanda panah dari
titik awal v terhadap titik terminal w. Penjumlahan dua vektor bersifat komutatif,
yakni:
𝒗 + 𝒘 = 𝒘 + 𝒗.
Pengurangan 𝒗 dari 𝒘 dapat diperoleh secara geometris dengan metode
jajar genjang. Negatif dari vektor 𝒗, dilambangkan dengan −𝒗, adalah vektor yang
memiliki panjang yang sama namun kemudian diarahkan berlawanan dan
pengurangan 𝒗 dari 𝒘, dilambangkan dengan 𝒘 − 𝒗 dianggap sebagai
penjumlahan 𝒘 dan −𝒗, yakni:
𝒘 − 𝒗 = 𝒘 + (−𝒗)
3) vektor di sistem koordinat
Jika sebuah vektor 𝒗 di ruang-2 atau ruang-3 diposisikan dengan titik
awalnya pada titik asal sistem koordinat Cartesius, maka vektor nol adalah 𝟎 =
(0,0) di 𝐑2 dan 𝟎 = (0, 0, 0) di R3. Penulisan 𝒗 = (𝑣1, 𝑣2) untuk vektor 𝒗 di 𝐑2
dengan komponen 𝑣1, 𝑣2, dan 𝒗 = (𝑣1, 𝑣2, 𝑣3) untuk vektor 𝒗 di R3 dengan
komponen 𝑣1, 𝑣2, 𝑣3. Dua vektor di R2 atau 𝐑3 sama jika dan hanya jika
ekivalen. Dengan perkataan lain, berarti bahwa dua vektor ekuivalen jika dan
hanya jika komponen yang bersesuaian sama. Dua vektor 𝒗 = (𝑣1, 𝑣2, 𝑣3) dan 𝒘
= (𝑤1, 𝑤2, 𝑤3) di R3 ekivalen (sama) jika dan hanya jika
𝑣1 = 𝑤1, 𝑣2= 𝑤2, 𝑤3 = 𝑤3.

4) perkalian vektor
Jika 𝑤 adalah sebuah vektor tak nol di 𝑤2 atau 𝑤𝑤, dan jika 𝑤 adalah skalar tak
nol, maka didefinisikan perkalian skalar k dengan 𝑤 (dituliskan dengan 𝑤𝑤)
adalah vektor dengan panjang|𝑤| kali dari panjang 𝑤 dan arahnya sama dengan

35
𝑤 jika 𝑤 positif; dan berlawanan arah dengan 𝑤 jika 𝑤 negatif . Jika 𝑤 = 0 atau 𝑤
= 𝑤, maka didefinisikan 𝑤𝑤 = 𝑤.
5) norm vektor
Pertama-tama akan dibahas norm (panjang) untuk vektor di R2 dan R3. Norm
dari sebuah vektor 𝑤 dapat dinotasikan ‖𝑤‖ , dibaca norm dari vektor 𝑤, panjang
dari vektor 𝑤, atau besar dari vektor 𝑤. Norm sebuah vektor 𝑤 = (𝑤1, 𝑤2) di R2
dinotasikan dengan ‖𝑤‖ dan didefinisikan sebagai:
‖𝑤‖ = √𝑤12 + 𝑤22 (1)
Analog dengan di R2, untuk vektor 𝑤 = (𝑤1, 𝑤2, 𝑤2) di R3,
||𝑤||2 = (𝑤𝑤)2 + (𝑤𝑤)2 = (𝑤𝑤)2 + (𝑤𝑤)2 + (𝑤𝑤)2 = 𝑤12 + 𝑤22 + 𝑤32 Maka ‖𝑤‖ =
√𝑤12 + 𝑤22 + 𝑤32 (2)
Rumus (2) adalah norm atau panjang vektor 𝑤 di R3.
6) Perkalian Titik
Jika 𝑤 dan 𝑤 adalah vektor tak nol di R2 (atau di R3), dan jika θ adalah sudut
antara 𝑤 dan 𝑤, maka perkalian titik (bisa juga disebut hasil kali titik atau hasil
kali dalam) dari 𝑤 dan 𝑤, dapat dinotasikan dengan 𝑤.𝑤 dan didefinisikan
dengan 𝑤.𝑤 = ‖𝑤‖‖𝑤‖ cos 𝑤. Jika 𝑤 = 𝑤 atau 𝑤 = 𝑤, maka diperoleh 𝑤.𝑤 = 0;
Untuk 𝑤 ≠ 𝑤 atau 𝑤 ≠ 𝑤 yang berarti 𝑤 dan 𝑤 saling tegak lurus. Untuk mencari
sudut antara 𝑤 dan 𝑤, yaitu sudut θ, dapat digunakan rumus berikut. cos 𝑤 = 𝑤.
𝑤 ‖𝑤‖‖𝑤‖
7) Perkalian Silang
Jika 𝑤 = (𝑤1, 𝑤2, 𝑤3) dan 𝑤 = (𝑤1, 𝑤2, 𝑤3) merupakan dua vektor di ruang
vektor 𝑤𝑤, maka hasil perkalian silang 𝑤 × 𝑤 adalah didefinisikan sebagai vektor
berikut 𝑤 × 𝑤 = (𝑤2𝑤3 − 𝑤3𝑤2, 𝑤3𝑤1 − 𝑤1𝑤3, 𝑤1𝑤2 − 𝑤2𝑤1)
8) Sudut
Jika 𝑤 dan 𝑤 adalah vektor tak nol di R2 (atau di R3), dan jika θ adalah sudut
antara 𝑤 dan 𝑤maka sudut 𝑤 antara 𝑤 dan 𝑤 memenuhi 0 ≤ 𝑤 ≤ 𝑤. Kita dapat
menentukan sudut antara vektor 𝑤 dan vektor 𝑤 ditentukan dari 𝑤 dan 𝑤 dengan
memanfaatkan aturan perkalian titik dari 𝑤 dan 𝑤, yang dinotasikan dengan 𝑤.𝑤
dan didefinisikan dengan 𝑤.𝑤 = ‖𝑤‖‖𝑤‖ cos 𝑤 ....... (1) Dengan θ adalah sudut
antara 𝑤 dan 𝒗. Berdasar (1), diperoleh
𝜃. 𝜃
cos 𝜃 =
‖𝜃‖‖𝜃‖
9) Sub Ruang Vektor
Misalkan V ruang vektor, dan W himpunan bagian dari V. Jika W terhadap
operasi tambah dan kali dengan skalar sebagaimana yang didefinisikan pada V,
membentuk ruang vektor; maka W disebut subruang dari V. Penyebutan secara
lebih singkat “W subruang V”. Untuk menunjukkan subruang vektor (misalnya
apakah W subruang dari V) dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut;
tunjukkan bahwa himpunan W merupakan himpunan bagian dan V; tunjukkan W
bukan himpunan kosong; pastikan operasi yang didefinisikan di W sama dengan

36
operasi yang didefinisikan di V; selanjutnya periksa apakah pada W memenuhi
10 aksioma atau tunjukkankan W ruang vektor. Cara lain dengan menggunakan
teorema: Jika W himpunan bagian yang tidak kosong dari ruang vektor V, dan
operasi tambah dan kali dengan skalar yang didefinisikan di W sama dengan di
V; maka W subruang dari V jika hanya jika W tertutup terhadap operasi tambah
dan perkalian dengan skalar.
d. Grup
1) Operasi biner pada himpunan tak-kosong S adalah aturan yang mengawankan
setiap elemen di S x S dengan tepat satu elemen di S.
2) Misalkan S himpunan tak-kosong.
a. Operasi biner ∗ pada S dikatakan bersifat komutatif jika
a ∗ b = b ∗ a, ∀ a, b ∈ S.
b. Operasi biner ∗ pada S dikatakan bersifat asosiatif jika (a ∗ b) ∗ c = a ∗ (b ∗
c), ∀ a, b, c ∈ S.
c. Elemen e ∈ S dikatakan elemen identitas untuk ∗ pada S jika
e ∗ a = a ∗ e = a, ∀ a ∈ S.
d. Elemen a ∈ S dikatakan invers b ∈ S untuk ∗ pada S jika a ∗ b = b ∗ a = e
3) Suatu grup <G,∗ > adalah himpunan tak-kosong G bersama- sama dengan
operasi biner ∗ pada G sehingga memenuhi aksioma- aksioma berikut:
a. operasi biner ∗ bersifat asosiatif, yaitu ∀ a, b, c ∈ G berlaku (a ∗ b) ∗ c = a ∗
(b ∗ c),
b. terdapat elemen identitas e ∈ G untuk ∗ pada G, yaitu ∃ e ∈ G ∋ e ∗ x = x ∗ e
= x,∀ x ∈ G,
c. setiap elemen di G mempunyai invers untuk ∗ pada G, yaitu ∀ a∈ G ∃ a′ ∈ G
∋ a∗ a′=e= a′∗ a.
4) Suatu grup <G,∗ > disebut komutatif (abelian) jika operasi biner ∗ bersifat
komutatif.
5) Suatu grup <G,∗ > disebut berhingga jika banyaknya elemen di G berhingga.
6) Pada grup<G,∗ > berlaku hukum kanselasi kiri dan hukum kanselasi kanan.
7) Jika <G,∗ > grup dan a, b di G maka persamaan a ∗ x = b dan y ∗ a = b
mempunyai penyelesaian tunggal di G.
8) Elemen identitas pada grup <G,∗ > adalah tunggal.
9) Invers elemen pada grup <G,∗ >adalah tunggal.
10) Pada tabel grup berhingga, setiap elemen pada grup muncul tepat satu kali di
setiap baris dan setiap kolom tabel.
11) Misalkan G suatu grup dan S himpunan bagian tak-kosong dari G. Jika untuk
setiap a, b di S berlaku ab di S maka dikatakan S tertutup terhadap operasi biner
pada grup G. Operasi biner pada S didefinisikan sebagai operasi yang diinduksi
pada S dari G.
12) Misalkan G suatu grup, H himpunan bagian tak-kosong dari G dan bersifat
tertutup terhadap operasi biner pada G. Jika H merupakan grup terhadap operasi

37
biner pada G maka dikatakan H subgrup G, ditulis H G. Jika G suatu grup
maka {e} dan G merupakan subgrup G. Himpunan {e} disebut subgrup trivial
sedangkan G disebut subgrup tak-sejati. Subgrup H disebut subgrup sejati dari
G, ditulis H <G, jika H subgrup G dengan H≠ G dan H≠ {e}.
13) Misalkan G suatu grup dan H himpunan bagian tak-kosong dari G. H subgrup G
a. H bersifat tertutup terhadap operasi biner di G.
b. Setiap elemen di H mempunyai invers.
14) Pada grup <G,∗ > dengan elemen identitas e dan a∈ G berlaku
an=a∗ a∗ a∗ …∗ a sebanyak n faktor dan e = a0.
15) Jika G suatu grup dan a∈ G maka H = {an n ℤ } merupakan subgrup terkecil
dari G yang memuat a. Subgrup H= an n∈ ℤ disebut subgrup siklik dari G, ditulis
H= <a>. Elemen a disebut generator H.
16) Jika G grup dan G = {bn n ℤ } untuk suatu b ∈ G maka G disebut grup siklik,
ditulis G = <b>. Elemen b disebut generator G.
17) Misalkan G suatu grup dan a∈ G. Jika subgrup siklik <a> dari G ini berhingga,
maka order elemen a didefinisikan sebagai order dari subgrup siklik ini, yaitu <a>
. Jika tidak, maka elemen a dikatakan berorder tak-berhingga.
e. Program Linear
1) Untuk mendapatkan penyelesaian pertidaksamaan linear satu variabel dilakukan
prosedur sebagai berikut.
b. Tambahkan kedua ruas dengan bilangan yang sama.
c. Kurangkan kedua ruas dengan bilangan yang sama.
d. Kalikan atau bagi kedua ruas dengan bilangan positif yang sama.
e. Jika mengalikan atau membagi kedua ruas dengan bilangan negatif yang
sama maka tanda pertidaksamaannya harus dibalik.
2) Menyelesaikan pertidaksamaan linear dua variabel dengan cara sebagai berikut:
a. Ubah tanda pertidaksamaan menjadi tanda sama dengan. Gambar garis yang
persamaannya (putus-putus jika tanda atau , tidak putus-putus jika tandanya
atau ).
b. Ambil titik uji yang tidak berada pada garis dan cek apakah memenuhi
pertidaksamaan. Jika memenuhi pertidaksamaan maka himpunan
penyelesaiannya adalah himpunan titik-titik pada paruh bidang (half-plane)
yang memuat . Jika tidak memenuhi pertidaksamaan maka himpunan
penyelesaiannya adalah himpunan titik-titik pada paruh bidang (half-plane) di
sisi lain garis.
c. Arsir daerah yang tidak memenuhi pertidaksamaan. d. Himpunan
penyelesaiannya dalam gambar berupa daerah sehingga disebut dengan
daerah penyelesaian.
3) Langkah-langkah untuk menentukan penyelesaian dari sistem pertidaksamaan
linear dua variabel adalah sebagai berikut.
a. Gambar daerah penyelesaian pertidaksamaan yang pertama.

38
b. Gambar daerah penyelesaian pertidaksamaan yang kedua, dst
c. Himpunan penyelesaian (berupa daerah penyelesaian) sistem pertidaksamaan
linear dua variabelnya adalah perpotongan daerah penyelesaian pada langkah
a dan b.
4) Langkah-langkah untuk membuat model matematika adalah sebagai berikut:
a. Menentukan tipe masalah (maksimum atau minimum).
b. Mendefinisikan variabel keputusan.
c. Merumuskan fungsi tujuan.
d. Merumuskan fungsi kendala.
e. Menentukan persyaratan nonnegatif.
5) Metode grafik ini dibedakan 2 yaitu metode titik ekstrim (titik pojok) dan metode
garis selidik.
6) Teorema Fundamental Program Linear
a. Jika nilai optimal fungsi tujuan masalah program linear ada maka nilai tersebut
dihasilkan oleh satu atau lebih titik pojok pada daerah penyelesaian fisibel.
b. Jika masalah program linear mempunyai penyelesaian tidak tunggal,
sedikitnya satu dari penyelesaiannya berada pada titik pojok daerah
penyelesaian fisibel.
7) Teorema Eksistensi Penyelesaian Masalah Program Linear
a. Jika daerah penyelesaian fisibel masalah program linear tertutup maka nilai
maksimum dan nilai minium fungsi tujuan ada.
b. Jika daerah penyelesaian fisibel masalah program linear tidak tertutup dan
koefisien fungsi tujuan bernilai positif maka nilai minimum fungsi tujuan ada tetapi
nilai maksimumnya tidak ada.
c. Jika daerah penyelesaian fisibel masalah program linear kosong (artinya tidak
ada titik yang memenuhi semua fungsi kendala) maka nilai maksimum dan nilai
minimum fungsi tujuan tidak ada.
8) Langkah menyelesaikan model matematika dengan metode grafik (metode titik
ekstrim) a. Menggambar garis yang persamaannya ditentukan dari fungsi
kendala. b. Mengarsir daerah yang tidak memenuhi fungsi kendala c.
Menentukan Daerah Penyelesaian Fisibel (DPF) d. Membandingkan nilai Z dari
titik ekstrim untuk menentukan penyelesaian optimal.
9) Langkah menyelesaikan model matematika dengan metode grafik (metode garis
selidik) a. Menggambar DPF. b. Menggambar garis yang persamaannya dari
fungsi tujuan . c. Menggambar garis-garis yang sejajar dengan dan melalui titik
ekstrim. Garis sejajar ini disebut garis selidik. d. Untuk masalah maksimum maka
titik ekstrim terakhir yang dilalui garis selidik berkaitan dengan penyelesaian
optimal. Sedangkan untuk masalah minimum, titik ekstrim pertama yang dilalui
garis selidik berkaitan dengan penyelesaian optimal.

39
10) Kasus program linear yaitu penyelesaian tidak tunggal (multiple optimal solution),
ketidaklayakan (infeasible solution), kelebihan pembatas (redundant constraint),
dan penyelesaian tidak terbatas (unbounded solution).
11) Langkah-langkah menyelesaikan masalah program linear dengan metode
simpleks adalah sebagai berikut.
a. Buat model matematika (jika masalah dalam bentuk masalah kontekstual).
b. Tambahkan variabel slack atau variabel surplus pada setiap pertidaksamaan
fungsi kendala. Jika pertidaksamaannya ” maka tambahkan variabel slack agar
menjadi persamaan. Jika pertidaksamaannya ” maka kurangkan variabel surplus
agar menjadi persamaan. Variabel slack dan variabel surplus merupakan variabel
nonnegatif yang dimunculkan di ruas kiri pertidaksamaan agar menjadi
persamaan.
c. Diperoleh model matematika baru.
d. Susun model matematika baru tsb ke dalam tabel simpleks (sebagai program
awal).
e. Pilih kolom kunci yaitu kolom yang mempunyai nilai terendah
3. MODUL 3 : ANALISIS & PERSAMAAN DIFFERENSIAL BIASA
a. Sistem Bilangan Real
Definisi :
 Bilangan Riil adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk desimal
seperti 2,487… dan seterusnya.
 Bilangan Rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk m/n
dimana m dan n adalah bilangan-bilangan bulat dan n tidak sama dengan nol.
 Bilangan Irrasional adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan dalam
bentuk m/n dimana m dan n adalah bilangan-bilangan bulat dan n tidak sama
dengan nol.
Sifat-sifat Lapangan atau Medan :
 Komutatif : x + y = y + x
 Asosiatif : (x + y) + z = x + (y + z) dan (xy)z = x(yz)
 Distributif : x(y + z) = xy + xz
 Identitas Natural : terdapat dua buah bilangan yaitu 0 dan 1 yang memenuhi x
+ 0 = x dan 1 . x = x
 Balikan (invers) : setiap bilangan x mempunyai balikan penambahan, yaitu -x
yang memenuhi x + (-x) = 0 dan bilangan x bukan nol mempunyai balikan
perkalian, yaitu 1/x yang memenuhi x . 1/x = 1
Sifat Urutan :
 Trikotomi : jika diberikan bilangan x dan y maka pasti memenuhi salah satu
dari tiga pernyataan, yaitu : x < y, x > y atau x = y
 Transitif : jika x < y dan y < z maka x < z
 Invarian terhadap penjumlahan : jika x < y maka x + z < y + z

40
 Tidak invarian terhadap perkalian : untuk z positif dan x < y maka xz < yz
tetapi untuk z negatif dan x < y maka xz > yz
b. Fungsi
1) Suatu fungsi f dari himpunan A ke B merupakan pasangan terurut f  A x B
sedemikian sehingga memenuhi dua hal:
(1)  x A  yB  (x, y)  f dan
(2)  (x,y)  f dan (x,z)  f  y = z.
2) Jenis-jenis fungsi antara lain: (a) fungsi satu-satu (injektif), (b) fungsi pada
(surjektif), (c) fungsi bijektif, (d) fungsi naik., dan (e) fungsi turun.
3) Operasi fungsi meliputi: penjumlahan, pengurangan, perkalian dengan skalar,
perkalian dua fungsi, dan pembagian dua fungsi dengan definisi : Misalkan f
dan g adalah fungsi-fungsi dan k suatu konstanta. Fungsi-fungsi f + g, f – g,
kg, f.g, dan f/g didefinisikan pada daerah definisinya sebagai berikut:
(a) (f + g)(x) = f(x) + g(x)
(b) (f – g)(x) = f(x) – g(x)
(c) kg(x) = k . g(x)
(d) (f.g)(x) = f(x).g(x)
4) Teorema-teorema yang penting dalam Trigonometri diantaranya
(1) Sin (2) = 2 sin . cos 
(2) cos (2) = cos2  – sin2  = 1 – 2 sin2  = 2 cos2  – 1.
5) Terdapat beberapa bentuk persamaan eksponen antara lain:
a) Jika 𝑤𝑤(𝑤) = 𝑤𝑤, dengan 𝑤 > 0 𝑤𝑤𝑤 𝑤 ≠ 1, 𝑤𝑤𝑤𝑤 𝑤(𝑤) = 𝑤
b) Jika 𝑤𝑤(𝑤) = 1, dengan 𝑤 > 0 𝑤𝑤𝑤 𝑤 ≠ 1, 𝑤𝑤𝑤𝑤 𝑤(𝑤) = 0
c) Jika 𝑤𝑤(𝑤) = 𝑤𝑤(𝑤), dengan 𝑤 > 0 𝑤𝑤𝑤 𝑤 ≠ 1, 𝑤𝑤𝑤𝑤 𝑤(𝑤) = 𝑤(𝑤)
d) Jika 𝑤𝑤(𝑤) = 𝑤𝑤(𝑤),dengan 𝑤 > 0, 𝑤 ≠ 1, 𝑤 > 0, 𝑤 ≠ 1, 𝑤 ≠ 𝑤 𝑤𝑤𝑤𝑤 𝑤(𝑤)
= 0.
e) Jika: {ℎ (𝑤)}𝑤(𝑤) = {ℎ (𝑤)}𝑤(𝑤), maka kemungkinannya adalah:
(1) ℎ (𝑤) = 0 asalkan (𝑤(𝑤) > 0 𝑤𝑤𝑤 𝑤(𝑤) > 0)
(2) ℎ (𝑤) = 1
(3) ℎ (𝑤) = −1, asalkan 𝑤(𝑤) dan 𝑤(𝑤) keduanya ganjil atau keduanya genap
((−1)𝑤(𝑤)−𝑤(𝑤) = 1)
(4) 𝑤(𝑤) = 𝑤(𝑤) asalkan ℎ (𝑤) ≠ 0 𝑤𝑤𝑤 ℎ (𝑤) ≠ 1 f) Jika {ℎ (𝑤)}𝑤(𝑤) = 1, maka
kemungkinannya adalah: 𝑤(𝑤) = 0 , ℎ (𝑤) ≠ 0 atau ℎ (𝑤) = 1. g) Untuk bentuk
𝑤{𝑤𝑤(𝑤)}2 + 𝑤{𝑤𝑤(𝑤)} +C = 0 dengan persamaan kuadrat.
6) Fungsi logaritma merupakan invers dari fungsi eksponen. Bentuk-bentuk
persamaan logaritma antara lain:
a) Jika alog 𝑤(𝑤)= alog c, dengan 𝑤(𝑤) > 0 maka 𝑤(𝑤) = 𝑤.
b) Jika alog f(x)=blog 𝑤(𝑤), dengan 𝑤 ≠ 𝑤, 𝑤𝑤𝑤𝑤 𝑤(𝑤) = 1.
c) Jika alog f(x)=blog 𝑤(𝑤) dengan 𝑤(𝑤)>0 dan 𝑤(𝑤)>0 maka f(x)=g(x).
d) Jika h(x)log 𝑤(𝑤) = h(x)log 𝑤(𝑤) dengan f(x) >0, g(x) >0, h(x)>0 danℎ (𝑤) ≠
1 maka 𝑤(𝑤) = 𝑤(𝑤).

41
e) Persamaan A alog2 𝑤 + B alog 𝑤 + C = 0 cara persamaan kuadrat.
c. Limit & Kekontinuan
 Barisan dan Limit Barisan
Definisi
Barisan adalah suatu fungsi yang domainnya adalah himpunan bilangan bulat
positif atau bilangan asli N atau himpunan bagiannya. Suatu barisan yang
daerah hasilnya (range) adalah himpunan bagian dari himpunan bilangan real
disebut barisan bilangan real. Dengan kata lain barisan bilangan real adalah
suatu fungsi f : N → R. Dalam pembahasan modul ini dibatasi hanya pada
barisan bilangan real, yang seterusnya disebut barisan. Notasi untuk barisan
dibedakan dengan notasi himpunan, karena pada barisan, urutan
diperhatikan. Suatu barisan dapat dinyatakan dengan menuliskan beberapa
suku awalnya, dengan rumus eksplisit untuk suku ke-n, atau dengan bentuk
rekrusif. Secara umum barisan dinotasikan dengan ⟨ an⟩ n∈ N atau ⟨ an⟩ .
Untuk menyatakan barisan yang berbeda, ditulis dengan huruf yang berbeda
pula, seperti ⟨ bn⟩ , ⟨ bn⟩ , dan sebagainya.
 Limit Fungsi
Konsep limit berperan penting pada beberapa permasalahan nyata,
seperti dalam bidang fisika, teknik, dan ilmu sosial. Pertanyaan mendasar dari
permasalahan limit adalah apa yang terjadi pada fungsi f(x) jika x mendekati
suatu nilai atau konstanta tertentu. Ada beberapa ilustrasi permasalahan yang
memotivasi perlunya pembahasan konsep limit. Sebagai contoh, misal
dipunyai grafik fungsi y = f(x) untuk a ≤ x ≤ b. Jika grafik fungsi tersebut adalah
berupa garis lurus, maka dengan mudah kita dapat tentukan ukuran panjang
kurva dengan formula jarak. Akan tetapi bagaimana halnya jika grafik fungsi
tersebut berupa kurva lengkung? Kita dapat menentukan bebebrapa titik pada
kurva dan menghubungkannya dengan garis lurus. Jika ruas garis yang
diperoleh dijumlahkan, akan diperoleh “pendekatan” ukuran panjang kurva
sebagai limit jumlah panjang ruas garis dengan banyak ruas garis meningkat
mendekati tak berhingga.
Pengertian dan notasi dari limit suatu fungsi, f(x) di suatu nilai x = a
diberikan secara intuitif menggunakan bantuan. Untuk nilai x mendekati a dari
arah kanan maka dikatakan bahwa limit fungsi f(x) untuk x mendekati a dari
kanan (x→a+ ) sama dengan L dan dinotasikan
lim 𝑓(𝑥) = 𝐿
𝑥→𝑎 +

Bila nilai f(x) mendekati K untuk nilai x mendekati a maka dari arah kiri
maka dikatakan bahwa limit fungsi f(x) untuk x mendekati a dari arah kiri ( x
→a- ) sama dengan K dan dinotasikan
lim 𝑓(𝑥) = 𝐾
𝑥→𝑎 −

42
Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan tentang limit diatas
adalah :
*Nilai limit sebuah fungsi disuatu titik bisa ada dan bisa tidak ada.
*Bila limit sebuah fungsi ada maka ada dua kemungkinan yaitu nilai limit
sama dengan nilai fungsi.
Dalam melakukan perhitungan limit dari fungsi f(x) di x = a dilakukan dengan
menyubsitusikan nilai x = a terhadap sebetulnya nilai yang dimaksud adalah
nilai pendekatan.

 Kekontinuan
Defenisi:
Fungsi f(x) dikatakan kontinu pada suatu titik x = a bila nilai limit f(x) pada
x mendekati a sama dengan nilai fungsi di x = a atau f(a). Secara lebih
jelas, f(x) dikatakan kontinu di x = a bila berlaku :
(1) f(a) terdefenisi atau f(a) ∈ R.
(2) Lim f(x) ada, yakni : lim+ 𝑓(𝑥) = lim− 𝑓(𝑥)
𝑥→𝑎 𝑥→𝑎

(3) lim 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑎)


𝑥→𝑎

Bila minimal salah satu dari persyaratan diatas tidak dipenuhi maka f(x)
dikatakan tidak kontinu di x = a dan titik x = a disebut titik diskontinu.
Kekontinuan Fungsi pada Interval
*Fungsi f(x) dikatakan kontinu pada interval buka (a,b) bila f(x) kontinu
pada setiap titik dalam interval tersebut.
*Sedangkan f(x) dikatakan kontinu pada interval tutup [a,b] bila:

d. Kegiatan Belajar 4 : Turunan & Aplikasinya

43
1) Berdasarkan definisi turunan, suatu fungsi mempunyai turunan pada suatu titik
apabila turunan dari pihak kiri sama dengan turunan dari pihak kananpada titik
tersebut atau 𝑤'(𝑤)ada apabila 𝑤'-(𝑤)= 𝑤+'(𝑤).
2) Dengan menggunakan definisi tersebut dapat dirumuskan teorema-teorema
terkait dengan turunan fungsi. Rumus-rumus tersebut yaitu.
a. 𝑤[𝑤]/𝑤𝑤= 0 dengan 𝑤 konstanta Real.
b.(𝑤 + 𝑤)'(𝑤)= 𝑤'(𝑤)
c.(𝑤. 𝑤)'(𝑤)= 𝑤. 𝑤(𝑤)+ 𝑤'(𝑤) dengan K sembarang bilangan real
d.(𝑤. 𝑤)’(x) = 𝑤(𝑤) 𝑤'(𝑤)+ 𝑤’(𝑤) 𝑤(𝑤)
3) Fungsi yang nilai fungsinya disajikan dalam ruas yang berbeda yaitu 𝑤 =𝑤(𝑤)
disebut fungsi eksplisit; Sedangkan fungsi yang penyajian nilai fungsinya tidak
seperti itu disebut fungsi implisit.
4) Untuk mencari turunan fungsi implisit dilakukan melakukan proses penurunan
pada kedua ruas dengan menggunakan teorema turunan yang sesuai.
5) Syarat suatu fungsi mempunyai invers adalah fungsi tersebut adalah fungsi
injektif dan domain dari fungsi inversnya adalah Range dari fungsi semula.
6) Suatu nilai disebut nilai ekstrim mutlak dari suatu fungsi jika nilai tersebut
merupakan nilai ekstrim fungsi pada domain fungsi tersebut; Sedangkan suatu
nilai disebut nilai ekstrim relatif dari suatu fungsi jika nilai tersebut merupakan
nilai ekstrim fungsi pada suatu selang yang merupakan himpunan bagian dari
domain fungsi tersebut. Nilai ekstrim mutlak suatu fungsi juga merupakan nilai
ekstrim relatif.
7) Apabila 𝑤 suatu nilai ekstrim dari fungsi 𝑤 maka 𝑤 haruslah merupakan
bilangan kritis fungsi 𝑤 dan 𝑤 memenuhi salah satu dari: 𝑤 merupakan titik
ujung 𝑤, 𝑤 merupakan titik stationer 𝑤, atau 𝑤 merupakan titik singular 𝑤.
8) Teorema nilai rata-rata menjamin adanya nilai 𝑤 ∈ (𝑤, 𝑤) di mana
𝑤'(𝑤)=𝑤(𝑤)- 𝑤(𝑤)/𝑤 – 𝑤
9) Kemonotonan grafik fungsi dapat dilihat dari nilai turunan pertama fungsi
tersebut yaitu jika 𝑤'(𝑤)> 0 untuk setiap 𝑤 ∈ 𝑤 yang bukan di titik ujung maka
grafik 𝑤 naik pada 𝑤 dan jika 𝑤'(𝑤) < 0 untuk setiap 𝑤 ∈ 𝑤 yang bukan di titik
ujung maka grafik 𝑤 turun pada 𝑤.
10) Penentuan nilai ekstrim suatu fungsi dapat dilakukan dengan uji turunan
pertama yaitu Jika 𝑤'(𝑤) ada pada selang (𝑤 - h, 𝑤 + h) untuk suatu h >0
kecuali mungkin di titik 𝑤 sendiri maka 𝑤(𝑤) ekstrim relatif jika dan hanya jika
tanda 𝑤'(𝑤) berganti tanda di 𝑤 = 𝑤.
11) Kecekungan grafik fungsi dapat diperiksa menggunakan turunan kedua dari
fungsi tersebut. Kriterianya adalah grafik 𝑤 cekung ke atas pada 𝑤 apabila
𝑤''(𝑤)> 0 ∀ 𝑤 ∈ 𝑤 yang bukan titik ujung 𝑤 dan grafik 𝑤 cekungke bawah
pada 𝑤 apabila 𝑤''(𝑤)< 0 ∀ 𝑤 ∈ 𝑤 yang bukan titik ujung 𝑤.
12) Penentuan nilai ekstrim juga dapat dilakukan dengan uji turunan kedua
dengan syarat 𝑤'(𝑤) dan 𝑤''(𝑤) ada pada 𝑤. Kriteria yang digunakan yaitu:

44
𝑤''(𝑤)< 0 ⇒ 𝑤(𝑤) suatu maksimum relatif 𝑤, 𝑤''(𝑤)> 0 ⇒ 𝑤(𝑤) suatu minimum
relatif 𝑤, dan 𝑤''(𝑤)= 0 ⇒ tidak ada kesimpulan.
e. Kegiatan Belajar 5 : Integral
Bagian A. Integral Tak Tentu
Anti turunan atau integral tak tentu merupakan balikan dari turunan. Jika F’(x) =
x untuk setiap x  I maka F disebut suatu anti turunan f pada selang I.
Keberadaan anti turunan tidak tunggal, untuk menunjukkan semua anti turunan
f, dapat dituliskan dengan F(x) = x 2 + c , dengan c sebarang konstanta. Teorema-
teorema dalam integral tak tentu antara lain sebagai berikut:
𝑥 𝑟+1
1) Jika r sebarang bilangan rasional kecuali -1, maka ∫ 𝑥 𝑟 𝑑𝑥 = +𝐶
𝑟+1

2) ∫ sin 𝑥 𝑑𝑥 = − cos 𝑥 + 𝐶 𝑑𝑎𝑛 ∫ cos 𝑥 𝑑𝑥 = sin 𝑥 + 𝐶


3) Kelinieran:
(a) ∫ 𝐾𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 𝐾 ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥,
(b) ∫[𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)]𝑑𝑥 = ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 + ∫ 𝑔(𝑥)𝑑𝑥,
(c) ∫[𝑓(𝑥) − 𝑔(𝑥)]𝑑𝑥 = ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 − ∫ 𝑔(𝑥)𝑑𝑥,
4) Diberikan f fungsi yang difernsiabel dan r bilangan rasional dengan r  -1,
[𝑓(𝑥)]𝑟+1
maka : ∫[𝑓(𝑥)]𝑟 𝑓 ′ (𝑥)𝑑𝑥 = 𝑟+1
+ 𝐶, C konstanta.

5) Penggantian: dipunyai g mempunyai turunan pada Dg dan Rg dengan I


adalah suatu selang. Jika f terdefinisi pada selang I sehingga F’(x) = f (x),
maka ∫ 𝑓[𝑔(𝑥)]𝑔′ (𝑥)𝑑𝑥 = 𝐹[𝑔(𝑥)] + 𝐶,
6) Integral Parsial: Jika U dan V adalah fungsi-fungsi yang mempunyai turunan
padaselang buka I, maka ∫ 𝑈 𝑑𝑉 = 𝑈. 𝑉 − ∫ 𝑉. 𝑑𝑈
7) Jika dijumpai integral fungsi trigonometri yang rumit, diusahakan dapat
dikembalikan ke dalam bentuk yang pokok.
f. Kegiatan Belajar 6 : Persamaan Differensial
Dalam mempelajari matematika terapan sering dijumpai model matematika
yang berkaitan dengan persamaan diferensial. Misalnya dalam topik turunan
suatu fungsi secara langsung sering diperoleh persamaan diferensial. Dalam
menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari sering dijumpai model matematika
yang berkaitan dengan persamaan diferensial. Berikut ini disajikan beberapa
contoh persamaan diferensial.
Dalam kalkulus terdapat topik turunan suatu fungsi kontinu, misalnya bila
diketahui y = f(x) = x 2 + 6x + 5, maka turunannya adalah f’(x) = 2x + 6 dan f’(x) =
2x + 6 merupakan bentuk persamaan diferensial linear orde-1. Fungsi y=x 2
+6x+C, dengan C konstan sebarang merupakan solusi umum dari persamaan
diferensial f’(x) = 2x + 6 Selanjutnya, jika diketahui turunan suatu fungsi f’(x) = 2x
+ 6 dapatkah dicari solusi umumnya, yakni y = f(x).

45
Pada dasarnya solusi umum y = f(x) adalah suatu fungsi yang turunannya
adalah y’ = f’(x). Cara mencari f(x) ini dapat dilakukan dengan mengintegralkan
f’(x) terhadap x, sebagai berikut.
f(x) = f’(x) dx = (2x + 6) dx = x 2 + 6x + C (C konstan sebarang).
Jadi y = f(x) = x 2 + 6x + C adalah primitif dari y’ = f’(x) sebab turunan dari (
x 2 + 6x + C) = 2x + 6. Karena C konstan sebarang maka primitif f(x) tidak
tunggal. Bila diketahui kondisi awal (initial value), misalnya f(0) = 5, maka C = 5,
diperoleh f(x) = x 2 + 6x + 5 yang merupakan primitif khusus dari f’(x).
Bila y = f(x) dan dx/dy = f’(x), maka y = x 2 + 6x + C adalah primitif
persaman diferensial dx/dy = 2x + 6 atau dy = (2x + 6) dx. Dengan demikian
primitif y = f(x) tidak lain adalah solusi persamaan diferensial dx/dy = f’(x). Dan
salah satu cara mencari primitif persamaan diferensial dx/dy = f’(x) dengan
mengintegalkan f’(x) terhadap x. Bila suatu persamaan diferensial dengan kondisi
awalnya diketahui, maka orang dapat mencari solusi khususnya. Masalah seperti
ini dinamakan masalah nilai awal.

4. MODUL 4 : GEOMETRI
a. Geometri Datar
1) Titik, garis, sinar garis, ruas garis, dan bidang kesemuanya merupakan objek-
objek geometri. Titik, garis, dan bidang termasuk objek atau unsur geometri yang
tidak didefinisikan (undefine terms) atau dikenal juga dengan pengertian pangkal.
Terdapat hubungan antara titik dan garis, sehingga melalui tiga titik tak segaris
dapat dibentuk tepat satu bidang datar.
2) Bangun datar adalah bagian dari bidang datar. Bangun datar tidak hanya dibatasi
oleh garis-garis lurus saja, tetapi juga bisa dibatasi lengkung. Bangun datar
adalah bangun dua dimensi yaitu panjang dan lebar, dan tidak mempunyai tinggi
atau tebal.
3) Contoh bangun datar antara lain: segitiga, segi empat, jajar genjang, persegi,
persegi panjang, belah ketupat, layang-layang, lingkaran, parabola, hiperbola,
ellips, dan sebagainya.
4) Segitiga adalah gabungan dari tiga segmen/ruas garis yang titik-titiknya tidak
kolinier. Pertemuan ujung-ujung ruas garis disebut titik sudut. Macam segitiga
dapat dikelompokan melalui panjang sisi dan ukuran sudutnya. Segitiga memiliki
garis-garis istimewa pada segitiga, yaitu garis berat, garis bagi, garis tinggi dan
garis sumbu. Dua buah segitiga dikatakan kongruen jika dua segitiga yang sisi-
sisinya sama dapat ditulis dengan S-S-S.
5) Lingkaran adalah garis lengkung (kurva) yang bertemu pada kedua ujungnya,
dan merupakan himpunan titik-titik yang jaraknya sama terhadap titik tertentu.
b. Kegiatan Belajar 2 : Geometri Ruang
1) Pada geometri ruang, gambar yang digunakan adalah gambar stereometris, yaitu
gambar yang pangkal sudut pandangnya ada di jauh tak hingga.

46
2) Untuk menggambar kubus yang baik ada 4 hal yang harus diperhatikan, yaitu: (a)
Bidang Frontal, (b) garis ortogonal; (c) Perbandingan Proyeksi; (d) Sudut Surut
3) Setiap objek fisik selalu dapat dicari padanan objek geometrinya, sebaliknya tidak
setiap objek geometri ada padanan objek fisiknya. Ada relasi yang kuat antara
objek geometri dan objek aljabar.
4) Ada 3 objek geometri dalam geometri ruang, yaitu titik, garis , dan bidang.
Ketiganya memiliki karakter masing-masing.
5) Ada tiga aksioma yang mendasari struktur geometri ruang. Aksioma adalah
pernyataan yang kebenarannya langsung dapat diterima tanpa perlu dibuktikan.
6) Struktur algoritma pada geometri ruang tidak boleh dilanggar. Satu teorema tidak
boleh bertentangan dengan teorema lainnya, apalagi hingga bertentangan
dengan aksioma.
7) Persekutuan hanya dapat terjadi pada dua garis, garis dan bidang, dua bidang,
yang tidak sejajar.
8) Jika garis g, h tak sejajar sebidang, maka terdapat P = (g,h) berupa titik potong.
9) Jika garis g dan bidang U tak sejajar, maka terdapat Q = (g,U) berupa titik
tembus.
10) Jika bidang U, V tak sejajar, maka terdapat m = (U,V) berupa garis persekutuan.
11) Rusuk merupakan persekutuan dari dua bidang. Titik sudut merupakan
persekutuan dari tiga bidang.
12) Dua garis sejajar jika terletak pada satu bidang yang sama.
13) Garis m sejajar dengan bidang U jika terdapat garis g di U dan g // m.
14) Bidang U dan V sejajar jika (1) terdapat dua garis g dan h di U berpotongan; (2)
terdapat dua garis m dan n di V berpotongan; dan (3) g // m dan h // m.
15) garis g tegak lurus dengan bidang U, jika terdapat 2 garis di bidang U, sebut
dengan m dan n, sehingga g⊥m dan g⊥n.
16) Akibat dari ketegaklurusan garis g ke bidang U adalah g tegak lurus dengan
semua garis yang ada pada bidang U.
17) Pada ketegaklurusan, relasi yang terjadi adalah relasi ekuivalen, artinya sifat
komutatif, sifat reflektif, dan sifat transitif berlaku pada ketegaklurusan.
18) Untuk menunjukkan g⊥m , g bersilangan dengan m, cukup ditunjukkan g⊥U, U
memuat m.
19) Bidang U tegak lurus bidang V, cukup dicari sebuah garis dalam bidang U yang
tegak lurus pada bidang V, atau sebaliknya.
20) Jarak berarti panjang ruas garis terpendek.
21) Jarak antara P dan Q (dalam ruang) adalah panjang sisi miring PQ pada segitiga
siku-siku PRQ (siku-siku di R).
22) Jarak antara P ke bidang U adalah panjang ruas garis PQ, Q di U, PQ tegak lurus
dengan 2 garis yang terletak pada pada bidang U.
23) Jika k dan m adalah dua garis sejajar pada ruang, jarak k dan m adalah jarak
antara titik P dan Q, dengan P di k dan Q di m.

47
24) Jarak garis m ke bidang U adalah jarak garis m ke garis g di U, dengan m // g.
25) Jarak antara 2 bidang U dan V, adalah panjang ruas garis PQ dengan PQ⊥U
dan PQ⊥V, dengan P di U dan Q di V.
26) Sudut antara garis g dan h yang saling bersilangan, dapat ditentukan dengan
menentukan sudut g dan h’, dengan h' // h, g dan h’ berpotongan.
27) Untuk menentukan sudut garis g ke bidang U adalah menentukan sudut antara
garis g dan proyeksi garis g pada bidang U.
28) Sudut antara bidang U dan bidang V adalah , yang terbentuk dari garis h di U,
dan k di V, dengan kedua garis h dan k tegak lurus (U, V).
c. Kegiatan Belajar 3 : Geometri Analitik
1) Grafik dari himpunan penyelesaian persamaan berderajat pertama dengan satu
variabel di R1, merupakan titik pada garis bilangan real.
2) Grafik dari himpunan penyelesaian pertidaksamaan berderajat pertama dengan
satu variabel, merupakan sinar garis, atau ruas garis pada garis bilangan real.
3) Jarak dapat dinotasikan dengan simbol nilai mutlak. Himpunan titik yang berjarak
3 dari titik 5, dinyatakan dengan H = { x  :|x – 5| = 3}
4) Melalui dua titik dapat ditentukan dengan tepat satu garis lurus.
5) Persamaan garis lurus di R2 adalah Ax+By+C=0, dengan A,B,C bilangan real
dan A dan B tak bersama-sama nol.
6) Grafik dari HP persamaan y = ax2 + b, dengan a, b bilangan real dan a > 0,
merupakan parabola yang mempunyai titik minimum.
7) Dengan melakukan translasi sumbu dan rotasi sumbu, dapat diperoleh
persamaaan irisan kerucut yang sumbu simetrinya tidak sejajar sumbu koordinat
dan pusatnya tidak pada (0, 0)
8) Grafik dari persamaan berderajad pertama dengan tiga variabel (peubah) di R3
merupakan bidang datar.
9) Grafik dari himpunan penyelesaian dari persamaan berderajat kedua dengan tiga
peubah di merupakan bidang lengkung
10) Grafik dari persamaan kuadrat dalam x, y di R2, yang berbentuk Ax2 + Bxy + Cy2
+ Dx + Ey + F = 0, dengan B 0, dapat berupa :
o Ellips, atau titik, jika B2 - 4AC < 0
o Parabola, atau dua garis sejajar, jika B2 - 4AC = 0
o Hiperbola, atau dua garis berpotongan, jika B2 - 4AC > 0
d. Kegiatan Belajar 4 : Geometri Transformasi
1) Suatu fungsi pada 𝑤 adalah suatu padanan yang mengaitkan setiap anggota 𝑤
dengan tepat satu anggota 𝑤.
2) Suatu transformasi pada bidang 𝑤 adalah suatu fungsi yang bijektif (injektif dan
surjektif).
3) Pencerminan pada garis 𝑤 adalah suatu fungsi 𝑤 yang didefinisikan untuk setiap
titik 𝑤 pada bidang 𝑤, berlaku: Jika 𝑤 𝑤 maka 𝑤𝑤(𝑤) = 𝑤; Jika 𝑤 𝑤 maka
𝑤𝑤(𝑤) = 𝑤′, sedemikian hingga 𝑤 adalah sumbu dari ruas garis 𝑤𝑤’

48
4) Suatu transformasi 𝑤 adalah suatu isometri jika dan hanya jika untuk setiap
pasang 𝑤 dan 𝑤 berlaku 𝑤’𝑤’ = 𝑤𝑤 dengan 𝑤’ = 𝑤(𝑤) dan 𝑤’ = 𝑤(𝑤).
5) Suatu transformasi disebut suatu koliniasi jika hasil transformasi suatu garis lurus
akan berupa garis lurus lagi, atau peta suatu garis lurus oleh suatu transformasi,
merupakan garis lurus.
6) Suatu setengah putaran dengan pusat 𝑤 dinotasikan 𝑤𝑤 adalah suatu padanan
yang didefinisikan sebagai berikut, Untuk setiap titik 𝑤 pada bidang.
i. Jika 𝑤 ≠ 𝑤, maka 𝑤𝑤(𝑤) = 𝑤’ dengan 𝑤 titik tengah 𝑤𝑤’.
ii. Jika 𝑤 = 𝑤 maka 𝑤𝑤(𝑤) = 𝑤 = 𝑤.
7) Titik 𝑤 disebut titik invarian transformasi 𝑤, apabila berlaku 𝑤(𝑤) = 𝑤
8) Suatu transformasi G adalah suatu translasi jika ada AB sehingga untuk setiap P
pada bidang V, G(P) = P’ dan PP’ = AB , ditulis G (P) P' AB .
9) Andaikan diketahui titik 𝑤 dan sebuah sudut dengan 0 0 180 180 .
Sebuah rotasi dengan putaran 𝑤 dan sudut ditulis A, R adalah suatu fungsi
dari 𝑤 ke 𝑤 yang didefinisikan sebagai berikut: Untuk setiap 𝑤 𝑤, Jika 𝑤 = 𝑤
maka.𝑤𝑤,∅ (𝑤) = 𝑤. Jika 𝑤 𝑤 maka 𝑤𝑤,∅ (𝑤) = 𝑤′ . sehingga 𝑤( 𝑤𝑤𝑤’) =
dan 𝑤𝑤’ = 𝑤𝑤.
5. MODUL 5 : TEORI PELUANG DAN STATISTIKA
a. Teori Peluang
1) Ruang sampel adalah himpunan dari semua hasil yang mungkin muncul pada
suatu percobaan. Anggota-anggota dari ruang sampel disebut titik sampel.
Kejadian adalah himpunan bagian dari ruang sampel. Kejadian sederhana yaitu
kejadian yang hanya mempunyai satu titik sampel. Kejadian majemuk yaitu
kejadian yang mempunyai lebih dari satu titik sampel. Operasi dasar pada
kejadian yaitu gabungan, irisan dan komplemen. Dua kejadian A dan B disebut
saling lepas jika AB=.
2) Aturan perkalian :Jika suatu kejadian dapat terjadi dengan n1 cara yang berbeda,
dan kejadian berikutnya (sebut kejadian kedua) terjadi dengan n2 cara yang
berbeda, dan seterusnya sampai kejadian k dapat terjadi dalam nk cara yang
berbeda maka banyaknya keseluruan kejadian dapat terjadi secara berurutan
dalam n1.n2.n3… nk cara yang berbeda. Permutasi adalah susunan berurutan
dari semua atau sebagian elemen suatu himpunan. Banyaknya permutasi r
elemen yang diambil dari n elemen ditulis P(n,r) atau nPr atau atau Pn,r adalah
𝑛!
n(n-1)(n-2)(n-3)…(n-r+1) = (𝑛−𝑟)!
.Banyaknya permutasi yang berlainan dari n

elemen bila n1 diantaranya berjenis pertama, n2 berjenis kedua, … ,nk berjenis


𝑛!
ke-k adalah P(n , (n1,n2,n3,…nk)) = 𝑛 , dimana n1 + n2 + n3 + …+ nk = n
1 !𝑛2 !𝑛3 !….𝑛𝑘 !

Banyaknya permutasi n unsur berlainan yang disusun melingkar adalah (n-1)!


Kombinasi adalah susunan unsur-unsur yang urutannya tidak diperhatikan.
Banyaknya kombinasi r elemen yang diambil dari n elemen ditulis C(n,r) atau nCr
atau atau adalah dengan r ≤ n. Jika suatu percobaan menghasilkan n hasil yang

49
tidak mungkin terjadi bersama-sama dan masing-masing mempunyai
kesempatan yang sama untuk terjadi, maka peluang suatu kejadian A ditulis P(A)
𝑛(𝐴)
= 𝑛
, dimana n(A) adalah banyaknya hasil dalam kejadian A. Bila A dan dua

kejadian sembarang, maka P(AB) = P(A )+ P(B) – P(AB). Bila A dan B


kejadian yang saling lepas (terpisah), maka P(AB) = P(A) + P(B). Bila A dan A’
kejadian yang saling berkomplemen, maka P(A’) = 1 – P(A). Kejadian A dan B
dikatakan saling bebas jika dan hanya jika P(A).P(B) =P(AB). Menentukan
peluang bersyarat bisa menggunakan ruang yang yang diperkecil sesuai
𝑃(𝐴∩𝐵)
syaratnya. Peluang bersyarat B jika diketahui A ditentukan oleh P(B|A) = 𝑃(𝐴)

bila P(A) > 0. Akibatnya P(AB)=P(A) P(B|A).


3) Aturan Bayes dapat ditulis :
Jika kejadian-kejadian B1, B2, B3, …, Bk adalah partisi dari ruang sampel S
dengan P(BI)  0 , I = 1.2,3,..,k maka untuk setiap kejadian A dalam S denga P(A)
 0 berlaku:
P(Bi ∩A) 𝑃(𝐵𝑖 )𝑃(𝐴|𝐵𝑖 )
P(Bi |A) = =
∑ki=1 P(Bi ∩A) ∑ki=1 𝑃(𝐵𝑖 )𝑃(𝐴|𝐵𝑖 )

b. Statistika Deskriptif
1) Statistik menyatakan kumpulan data yang dapat berupa angka yang dinamakan
data kuantitatif maupun non angka yang dinamakan data kualitatif yang disusun
dalam bentuk tabel dan atau diagram/grafik, yang menggambarkan dan
mempermudah pemahaman akan angka dari masalah yang diamati.
2) Statistika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang metode atau
prosedur yang berhubungan dengan pengumpulan data, organisasi data,
pengujian data, pengolahan data atau penganalisaan dan penarikan kesimpulan
berdasarkan kumpulan data tersebut.
3) Populasi adalah himpunan keseluruhan obyek yang diselidiki.
4) Himpunan bagian dari populasi dinamakan sampel.
5) Karakteristik atau konstanta dari suatu populasi disebut parameter.
6) Harga yang dihitung dari suatu sampel dinamakan statistik.
7) Unit statistik adalah individu objek atau orang yang akan diteliti, disurvey atau
didata. Pertama harus diidentifikasikan obyek atau orang yang dapat memberikan
informasi lebih banyak terhadap permasalahan yang diteliti.
8) Variabel adalah suatu karakteristik dari suatu objek yang harganya untuk tiap
objek bervariasi dapat diamati atau dibilang, atau diukur.
9) Terdapat beberapa jenis pembagian data.
a. Menurut cara memperolehnya, data dibedakan atas data primer dan data
sekunder.
b. Menurut sumbernya, data dibedakan atas data internal dan data eksternal.

50
c. Menurut sifatnya, data dibedakan atas data kualitatif yang dibagi menjadi
data nominal dan ordinal, dan data kuantitatif yang dibagi menjadi data
interval dan rasio.
d. Menurut waktu pengumpulannya, data dibedakan atas data cross section
dan data berkala (Time Series Data).
10) Syarat data yang baik adalah data harus obyektif\sesuai dengan keadaan
sebenarnya; data harus mewakili (representatif); memiliki kesalahan baku
(standar error) kecil; data harus tepat waktu (up to date); dan data harus relevan
dengan masalah yang akan dipecahkan.
11) Cara pengumpulan data yang sering digunakan adalah wawancara (interview),
angket (kuesioner), dan pengamatan (observasi).
12) Tabel merupakan kumpulan angka-angka yang disusun menurut kategori-
kategori sehingga memudahkan dalam pembuatan analisis data.
13) Penyajian data dengan tabel yang dikenal antara lain:
a. daftar baris kolom.
b. daftar distribusi frekuensi
14) Grafik merupakan gambar-gambar yang menunjukkan secara visual (dapat pula
berupa simbol) data berupa angka yang biasanya juga berasal dari tabel-tabel
yang sudah dibuat.
15) Penyajian data dengan tabel dan diagram/grafik yang dikenal antara lain:
a. diagram lambang atau diagram symbol (pictogram)
b. diagram garis (line chart)
c. diagram batang/balok (bar chart/ histogram)
d. diagram lingkaran atau diagram pastel (pie chart)
e. diagram peta (cartogram)
f. diagram pencar atau titik (scater plot)
16) Untuk mempermudah memahami dan menganalisis data, tampilan data dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi dapat pula digambarkan dalam bentuk grafik
yaitu histogram, poligon dan ogive.
17) Ukuran Pemusatan Data
a. Rata-Rata dan Rata-Rata Terbobot
∑𝑛
𝑖=1 𝑥𝑖
Data tidak dikelompokkan (x1 + x2 + ... + xn)/n atau 𝑥 = 𝑛

∑𝑘
𝑖=1 𝑓𝑖 𝑥𝑖 ∑𝑘
𝑖=1 𝑓𝑖 𝑥𝑖
Data di kelompokkan 𝑥 = =
∑𝑘
𝑖=1 𝑓𝑖 𝑛

b. Modus
Modus dari sekumpulan data adalah nilai yang sering muncul atau nilai yang
mempunyai frekuensi tertinggi dalam kumpulan data tersebut. Data tidak
dikelompokkan, modus untuk data kuantitatif ditentukan dengan menentukan
frekuensi terbanyak dari kumpulan data yang diamati. Sedangkan Data
dikelompokkan menggunakan rumus:

51
𝑑1
𝑀𝑂 = 𝑏 + 𝑝 ( )
𝑑1 + 𝑑2
c. Median
Median dari sekumpulan data adalah nilai yang berada di tengah dari
sekumpulan data itu setelah disusun dan diurutkan nilainya. Data tidak
dikelompokkan, jika jumlah data ganjil, maka median merupakan data paling
tengah, data dengan jumlah genap, maka setelah data disusun menurut
urutan nilainya, median adalah rata-rata hitung dua data tengah. Sedangkan
data Data dikelompokkan menggunakan rumus:
1
𝑛−𝐹
𝑀𝑒 = 𝑏 + 𝑝 (2 )
𝑓

18) Ukuran Letak Data


a. Kuartil
Kuartil adalah nilai-nilai yang membagi sekumpulan data menjadi empat
bagian secara sama setelah data tersebut diurutkan menurut urutan nilainya.
Data tidak dikelompokkan
𝑖(𝑛+1)
Letak kuartil ke i : letak Ki = data ke 4
, dengan i = 1, 2, 3

Data dikelompokkan:
𝑖
𝑛−𝐹
4
𝐾𝑖 = 𝑏 + 𝑝 ( 𝑓
) dengan i = 1, 2, 3

19) Ukuran Penyimpangan Data


Ukuran penyimpangan menggambarkan bagaimana berpencarnya data
kuantitatif.
a. Jangkauan/rentang
Rentang = data terbesar – data terkecil
Rentang Antar Kuartil = RAK = K3 – K1
1
Simpangan Kuartil = SK = 2(K3 – K1)

b. Rata-Rata Simpangan
Rata-rata simpangan adalah harga rata-rata penyimpangan tiap data
terhadap rata-ratanya. Besar perbedaaan antara data dan rata-ratanya
adalah harga mutlaknya.
Data tidak dikelompokkan
∑𝑛𝑖=1|𝑥𝑖 − 𝑥|
𝑅𝑆 =
𝑛
Data dikelompokkan
∑𝑛𝑖=1 𝑓𝑖 |𝑥𝑖 − 𝑥|
𝑅𝑆 =
∑𝑛𝑖=1 𝑓𝑖
c. Variansi dan Simpangan Baku
Variansi sampel didefinisikan sebagai jumlah kuadrat deviasi terhadap rata-
rata sampel dibagi dengan n – 1.

52
Data tidak dikelompokkan
1 1 1
𝑠 2 = 𝑛−1 ∑𝑛𝑖=1(𝑥𝑖 − 𝑥)2 atau 𝑠 2 = 𝑛−1 [∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖 2 − 𝑛 (∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖 )2 ]

Data dikelompokkan
1 1 1
𝑠 2 = 𝑛−1 ∑𝑛𝑖=1 𝑓𝑖 (𝑥𝑖 − 𝑥)2 atau 𝑠 2 = 𝑛−1 [∑𝑛𝑖=1 𝑓𝑖 𝑥𝑖 2 − 𝑛 (∑𝑛𝑖=1 𝑓𝑖 𝑥𝑖 )2 ]

Simpangan Baku (s) = √𝑠 2


d. Kegiatan Belajar 3 : Statistika Inferensial
Dalam pengujian hipotesis menggunakan Analisis Regresi pada topik
berikutnya, semua data diasumsikan berdistribusi normal agar dapat memakai
rumus rumus statistik yang ada, jadi uji normalitas sangat diperlukan saat
pengujian hipotesis (terutama jika data kurang dari 30). Di samping hal tersebut
dengan data berdistribusi normal telah melancarkan beberapa teori dan metode
sehingga banyak persoalan dapat diselesaikan lebih mudah dan cepat.
Banyak persoalan atau fenomena yang merupakan hubungan antara dua
atau lebih variabel. Misalnya berat orang dewasa laki-laki sampai pada taraf
tertentu bergantung pada tingginya, hasil belajar siswa SD bergantung pada cara
guru mengajar, hasil produksi padi tergantung pada cuaca, pupuk dsb. Jika
dipunyai data yang terdiri dari dua atau lebih variabel, biasanya dicari bagaimana
variabel-variabel itu berhubungan. Studi yang mempelajarinya dikenal analisis
regresi dan korelasi. Jika hanya dua variabel yang dipelajari dikenal dengan
analisis regresi dan korelasi sederhana. Misalkan kita punya dua variabel X dan
Y, umumnya masalah hubungan X dan Y berkisar pada dua hal:
1) Pencarian bentuk persamaan yang sesuai guna meramal rata-rata Y jika X
diketahui atau sebaliknya dianalisis dengan regresi.
2) Pengukuran tingkat hubungan antara variabel X dan Y dianalisis dengan
korelasi.
6. MODUL 6 : PEMODELAN MATEMATIKA & METODE NUMERIK
a. Pemodelan Matematika
1) Perkembangan matematika mutakhir semakin memperlihatkan pentingnya
pemodelan matematika sehubungan dengan fungsi matematika sebagai alat
pemecahan masalah.
2) Pemodelan matematika dapat diartikan sebagai proses penyusunan model, yang
berangkat dari situasi nyata menjadi model matematika, atau merupakan
keseluruhan dari penerapan proses pemecahan masalah atau suatu jenis
pengkaitan antara dunia nyata dengan matematika.
3) Hasil dari pemodelan matematika adalah model matematika.
4) Model matematika adalah ungkapan masalah yang dituangkan dengan
menggunakan bahasa matematika.
5) Langkah-langkah pemecahan masalah melalui pemodelan matematika adalah
menyusun model matematika (proses abstraksi), mencari jawaban model (proses

53
manipulasi dan operasi), menentukan jawaban nyata (proses interpretasi dan
konfirmasi).
6) Pemodelan matematika merupakan langkah vital dalam proses pemecahan
masalah yang ada di dunia nya dengan menggunakan matematika.
7) Pemodelan matematika sangat perlu diajarkan dalam pembelajaran matematika
sekolah.
8) Pemodelan matematika dapat diartikan sebagai proses penyusunan model, yang
berangkat dari situasi nyata menjadi model matematika, atau merupakan
keseluruhan dari penerapan proses pemecahan masalah atau suatu jenis
pengkaitan antara dunia nyata dengan matematika.
9) Model matematika adalah ungkapan masalah dengan menggunakan Bahasa
matematika.
10) Jawaban model adalah jawaban matematis yang merupakan hasil manipulasi
dan operasi yang langkah-langkahnya dijamin oleh aturan yang berlaku dalam
matematika (tanpa memuat satuan)
11) Jawaban masalah adalah jawaban model yang sudah diinterpretasikan sesuai
dengan masala nyata.
b. Kegiatan Belajar 2 : Pemodelan dalam Pembelajaran Matematika
1) Proses pemodelan yang dilakukan dalam pembelajaran matematika di sekolah,
khususnya bagaimana siswa menghubungkan antara dunia nyata dan
pengetahuan matematika mereka, memerlukan soal pemodelan matematika yang
diklasifikasikan dalam kategori sederhana.
2) Kriteria soal pemodelan matematika sederhana: konteks yang otentik, nilai
numerik yang realistis, karakter pemecahan masalah, format naturalistik untuk
pertanyaan, keterbukaan terkait dengan ruang lingkup permasalahan.
3) Proses penyelesaian soal bertipe pemecahan masalah sederhana: melakukan
pengidentifikasian dari situasi nyata ke dalam model nyata, pendefinisian model
nyata kedalam model matematis, menyelesaian model matematis sehingga
diperoleh hasil matematis, dan menginterpretasikan hasil tersebut kedalam
situasi nyata.
4) Teknologi juga dapat dimanfaatkan untuk membantu penyelesaian soal
pemodelan matematika, diantaranya adalah penggunaan software matematis
seperti: Computer Algebra Systems (CAS), Dynamic Geometry Systems (DGS),
dll.
c. Kegiatan Belajar 3 : Metode Numerik
1) Metode numerik diperlukan karena tidak setiap permasalahan dapat diselesaikan
secara analitik.
2) Galat numerik timbul karena adanya ketidaksesuaian antara yang nilai
sebenarnya dan nilai pendekatan. Galat merupakan selisih antara nilai
sebenarnya dengan nilai pendekatannya.

54
3) Galat mutlak adalah selisih antara nilai eksak dengan nilai hampiran/aproksimasi.
Namun nilai galat akan lebih objektif jika dibandingkan dengan nilai eksaknya
yang disebut galat relatif.
4) Pencarian solusi sistem persamaan linier secara numerik dapat dilakukan dengan
metode tak langsung atau iteratif. Diantaranya adalah metode iterasi Jacobi dan
iterasi Gauss-Seidel.
5) Iterasi Jacobi mencari nilai variabel pada iterasi ke k dengan menggunakan hasil
iterasi ke k-1. Iterasi Gauss-Seidel mencari nilai variabel dengan menggunakan
nilai-nilai variabel yang telah diperoleh pada iterasi tersebut.
6) Interpolasi adalah suatu metode yang digunakan untuk mencari 𝑤(𝑤) dari suatu
nilai 𝑤 tertentu apabila diketahui beberapa nilai pasangan (𝑤n, 𝑤(𝑤n)) , dengan 𝑤
∈ [𝑤o, 𝑤n] . Jika 𝑤 ∉ [𝑤o, 𝑤n] maka disebut ekstrapolasi.
7) Interpolasi polinom Newton menggunakan tabel selisih terbagi untuk
mendapatkan koefisien-koefisien polinomnya. Interpolasi polinom Newton-
Gregory digunakan untuk titik-titik yang berjarak sama. Koefisien-koefisien
polinom diperoleh dari tabel selisih.
8) Penggunaan metode numerik dalam permasalahan riil seringkali membutuh
langkah-langkah penyesuaian. Misalnya dengan merubah persamaan yang
diketahui menjadi benrtuk yang dapat diselesaikan secara numerik.
B. DESKRIPSIKAN/URAIKAN KEMAJUAN YANG ANDA PEROLEH SELAMA
KEGIATAN DARING:
1. Materi yang sudah Anda pahami/kuasai.
a. Logika Matematika
b. Kombinatorika
c. Matriks Dan Sistem Persamaan Linear
d. Program Linear
e. Geometri Datar
f. Geometri Ruang
g. Geometri Transformasi
h. Penerapan Model Matematik dalam Pembelajaran

Materi – materi tersebut sayabisa pahami karena sering saya jumpai pada saat
kegiatan belajar dan mengajar di sekolah

2. Materi yang belum dapat Anda pahami/kuasai

55
a. Teori Graf f. Sistem Bilangan Real
b. Teori Bilangan g. Persamaan Diferensial
c. Geometri analitik h. Statistika
d. Grup i. Metode numerik
e. Ruang Vektor

Materi – materi tersebut belum saya pahami , karena materi-materi tersebut adalah
materi butuh pemahaman lebih lagi karena sudah jarang ditemui dalam tugas dan tanggung
jawab saya sebagai guru, materi-materi tersebut lebih kepada materi-materi saat masih
kuliah 12 tahun yang lalu.

C. MATERI ESENSIAL APA SAJA YANG TIDAK ADA DALAM SUMBER BELAJAR
Berbicara materi esensial pada modul yang tidak ada dalam sumber belajar, jika
dihubungkan dengan profesi saya sebagai seorang guru SMK maka saya rasa semuanya
sudah ada dalam sumber belajar namun adat materi-materi tertentu yang pembahasannya
cukup singkat dan bahasa di modul banyak menggunakan bahasa yang kurang saya
pahami.

D. MATERI APA SAJA YANG TIDAK ESENSIAL NAMUN ADA DALAM SUMBER
BELAJAR
Berbicara materi yang tidak esensial namun ada dalam sumber belajar, jika
dihubungkan dengan profesi saya sebagai seorang guru SMK, menurut saya ada yaitu Teori
Graf, Grup, Persamaan Diferensial dan Metode Numerik.

E. KEMAJUAN DALAM MENYELESAIKAN LATIHAN SOAL


1. Soal uraian yang dapat Anda selesaikan sendiri tanpa bantuan instruktur yaitu
pada materi :
a) Logika Matematika
b) Matriks Dan SPL
c) Fungsi
d) Turunan
e) Integral
f) Geometri
2. Soal uraian yang dapat Anda selesaikan setelah mendapat bantuan instruktur
yaitu pada materi :
a) Kombinatorika
b) Sistem Bilangan Real
c) Statistika

56
3. Soal uraian yang mana saja yang masih belum dapat Anda selesaikan dengan
baik atau belum sempat dilakukan pembimbingan oleh instruktur yaitu pada
materi :
a) Teori Graf d) Persamaan Diferensial
b) Ruang Vektor e) Metode Numerik
c) Grup f) Teori bilangan

57
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Demikianlah laporan ini telah dibuat oleh penulis dan menyimpulkan bahwa laporan ini
berisi tentang ringkasan materi baik Modul pedagogik maupun modul profesional dan juga
berisi tentang hal-hal yang penulis alami selama proses pembelajaran daring.

B. SARAN
Untuk pembelajaran daring sudah sangat baik , sekedar saran dari saya sebelum
melaksanakan pembelajaran daring , terlebih dahulu ada sosialisai tentang cara
menggunakan aplikasi yang akan digunakan pada pembelajaran daring tersebut.

58

Anda mungkin juga menyukai