Manfaat Literasi Digital Dilansir dari Manfaat Literasi Digital Bagi Masyarakat dan Sektor
Pendidikan Pada Saat Pandemi Covid-19 (2020) karya Eti Sumiati dan Wijonarko, literasi
digital telah membawa banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat. Manfaat tersebut di
antaranya:
Dikutip dari seorang peneliti literasi digital bernama Douglas A.J. Belshaw, menyatakan
dalam tesisnya bahwa terdapat delapan elemen esensial untuk mengembangkan
literasi digital, di antaranya adalah:
1. Kultural, yaitu pemahaman ragam konteks pengguna dunia digital;
2. Kognitif, yaitu daya pikir dalam menilai konten;
3. Konstruktif, yaitu reka cipta sesuatu yang ahli dan aktual;
4. Komunikatif, yaitu memahami kinerja jejaring dan komunikasi di dunia digital;
5. Kepercayaan diri yang bertanggung jawab;
6. Kreatif, melakukan hal baru dengan cara baru;
7. Kritis dalam menyikapi konten; dan
8. Bertanggung jawab secara sosial
Tercatat melalui riset yang dilansir oleh wearesocial.sg bahwa pada tahun 2017
terdapat 132 juta pengguna internet di Indonesia dengan angka pertumbuhan
sebanyak 51% hanya dalam setahun.
Sebagai salah satu negara dengan jumlah pengguna internet terbesar di dunia,
perkembangan dunia digital di Indonesia punya dua sisi yang berlawanan dalam
kaitannya dengan pengembangan literasi digital.
Di satu sisi mudahnya akses informasi memudahkan kita memenuhi kebutuhan dan
rasa ingin tahu, di sisi lain dengan tidak memiliki keterampilan di dunia digital, maka
hal ini akan berdampak negatif untuk kehidupan kita.
Peluang:
Media digital sangat memungkinkan adanya peluang, seperti meningkatnya
keuntungan dalam bisnis e-commerce, lahirnya lapangan pekerjaan baru berbasis media
digital, dan pengembangan kemampuan literasi tanpa menegasikan teks berbasis
cetak.
Pemerintah melihat hal ini sebagai peluang untuk menciptakan
1.000 technopreneurs dengan nilai bisnis sebesar $10 miliar dengan nilai e-
commerce mencapai $130 miliar atau setara dengan Rp1.800 triliun pada tahun 2020.
Dengan adanya jaringan internet pula, digitalisasi dapat dijadikan media perantara
untuk menuju praktik literasi yang dapat menghasilkan teks berbasis cetak. Sebagai
contoh, kegiatan menulis di blog pribadi bisa diarahkan untuk mengumpulkan tulisan
untuk kemudian bisa dicetak menjadi buku yang berisi kumpulan tulisan dengan tema
tertentu yang diambil dari blog pribadi.
ada 4 tantangan yang dihadapi UMKM di era digital ini, yakni literasi
digital, kapasitas produksi, kualitas produksi, dan akses pasar.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018, pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
tercatat sebanyak 64,2 juta.
Setiap individu perlu memahami bahwa literasi digital merupakan hal penting yang dibutuhkan untuk
dapat berpartisipasi di dunia modern sekarang ini.
Salah satu bentuk upaya pemerintah dalam memajukan UMKM ialah dengan melaksanakan berbagai
sosialisasi, webinar, workshop, dan kegiatan lainnya.
Media digital menjadi alat ekonomi yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan ide, inovasi, dan
kreativitas pengguna dalam aktivitas wirausaha.
Ini menjadi hal yang sangat penting bagi suatu UMKM untuk bisa memasarkan produknya lewat digital.
Terutama di era digital ini, pelaku UMKM bisa memanfaatkan media sosial untuk memasarkan
dagangannya secara online. Hal ini akan memberikan peluang besar terhadap majunya UMKM sendiri.
Di Indonesia, Instagram menjadi aplikasi paling banyak diakses setelah Facebook. Sebanyak 53 juta akun
yang ada di Indonesia dengan rentang usia berkisar di usia 20-35 tahun menjadi pasar atau sasaran baru
para pelaku UMKM untuk bisa memasarkan produknya. Hal ini menjadi poin yang bisa membuahkan
kesuksesan untuk pelaku UMKM.