Penulis:
Istijabatul Aliyah
Galing Yudana
Rara Sugiarti
Penulis:
Istijabatul Aliyah
Galing Yudana
Rara Sugiarti
Penerbit
Yayasan Kita Menulis
Web: kitamenulis.id
e-mail: press@kitamenulis.id
WA: 0821-6453-7176
Tim Penyusun
vi Desa Wisata Berwawasan Ekobudaya: Kawasan Wisata Industri Lurik
Daftar Isi
A. Pengertian Pariwisata
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pariwisata adalah suatu
kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan rekreasi, turisme, dan
pelancongan. Sedangkan, menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 2009 pada Pasal 1 diberikan pengertian bahwa: (1)
wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan
rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik
wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara; (2) pariwisata
merupakan berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
Pemerintah, dan Pemerintah Daerah, sedangkan (3) kepariwisataan
merupakan keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan
bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud
kebutuhan setiap orang dan Negara serta interaksi antara wisatawan dan
masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan pengusaha.
Pariwisata merupakan industri gaya baru yang mampu memacu
pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja,
2 Desa Wisata Berwawasan Ekobudaya: Kawasan Wisata Industri Lurik
B. Pembangunan Kepariwisataan
Nasional
Pengertian pembangunan kepariwisataan dalam PP Republik Indonesia
Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 yaitu Pembangunan adalah
suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik di dalamnya meliputi
upaya-upaya perencanaan, implementasi dan pengendalian, dalam
rangka penciptaan nilai tambah sesuai yang dikehendaki. Kemudian
kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan
pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul
sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara
Bab 1 Pembangunan Pariwisata Nasional 3
D. Arahan Pembangunan
Kepariwisataan Nasional
Mengacu pada PP Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 tentang
kepariwisataan nasional, arahan pembangunan kepariwisataan nasional
didasarkan pada tujuan pembangunan kepariwisataan nasional sehingga
arahan pembangunan kepariwisataan nasional dilaksanakan:
1. Dengan berdasarkan prinsip Pembangunan Kepariwisataan yang
berkelanjutan
2. Dengan orientasi pada upaya peningkatan pertumbuhan,
peningkatan kesempatan kerja, pengurangan kemiskinan, serta
pelestarian lingkungan
3. Dengan tata kelola yang baik
4. Secara terpadu secara lintas sektor, lintas daerah, dan lintas
pelaku; dan
5. Dengan mendorong kemitraan sektor publik dan privat.
Bab 1 Pembangunan Pariwisata Nasional 5
E. Landasan Pembangunan
Kepariwisataan
Menurut Muljadi dan Warman (2014) dalam bukunya Kepariwisataan
dan Perjalanan disebutkan bahwa landasan pertama dalam
penyelenggaraan kepariwisataan di Indonesia adalah Pancasila.
Pancasila sebagai falsafah dan dasar negara menjadi pedoman dalam
pembangunan sektor kepariwisataan. Pembangunannya harus
berpedoman dan tidak bertentangan dengan butir-butir dalam
pancasila. Pancasila harus menjadi tujuan dari pembangunan
kepariwisataan nasional serta dijadikan alat penyaring atau filter
terhadap masuknya budaya asing yang dibawa oleh wisatawan
mancanegara yang tidak sesuai dengan kepribadian dan budaya bangsa
Indonesia sehingga. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa dalam
penyusunan pedoman ataupun peraturan mengenai pembangunan
kepariwisataan harus berlandaskan Pancasila.
Pada UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pada pasal 2
ditegaskan bahwa penyelenggaraan kepariwisataan dilaksanakan
berdasarkan:
1. Asas manfaat yang artinya kepariwisataan dapat memberikan
manfaat sebesar-besarnya kepada negara dan bangsa.
2. Usaha bersama dan kekeluargaan, yang berarti bahwa
kepariwisataan merupakan usaha bersama atau gotong royong
dan bukan untuk kepentingan seseorang atau satu golongan dan
apabila terdapat persoalan harus dapat diselesaikan secara
musyawarah berdasarkan kekeluargaan.
3. Adil dan merata artinya dalam kepariwisataan dapat
menciptakan suasana penuh perikehidupan yang seimbang
untuk menuju kemakmuran dan kesejahteraan rakyat
4. Keseimbangan, kemandirian, kelestarian, partisipatif,
berkelanjutan, demokratis, kesetaraan dan kesatuan. Sehingga
kepariwisataan diarahkan untuk dapat memberi manfaat
Bab 1 Pembangunan Pariwisata Nasional 7
F. Penyelenggaraan Kepariwisataan
Indonesia
Pembangunan kepariwisataan Indonesia yang harus mengacu pada
butir-butir Pancasila diharapkan supaya pembangunan pariwisata tidak
bertentangan dengan falsafah hidup masyarakat, maka kepariwisataan
harus diselenggarakan berdasarkan prinsip-prinsip:
1. Menjunjung norma agama dan nilai budaya sebagai penerapan
dari konsep hidup dalam keseimbangan hubungan antara
manusia dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia
8 Desa Wisata Berwawasan Ekobudaya: Kawasan Wisata Industri Lurik
2. Pendekatan Fisik
3. Empowerment of management
Obyek Wisata adalah semua tempat atau keadaan alam yang memiliki
sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan, sehingga
mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi
wisatawan.
Daya Tarik Wisata sejatinya merupakan kata lain dari obyek wisata,
namun sesuai peraturan pemerintah Indonesia tahun 2009 kata obyek
wisata sudah tidak relevan lagi untuk menyebutkan suatu daerah tujuan
wisatawan, maka digunakanlah kata “Daya Tarik Wisata”, maka untuk
mengetahui apa arti dan makna dari daya tarik wisata di bawah ini
adalah beberapa definisi/pengertian mengenai Daya Tarik Wisata
menurut beberapa ahli :
1. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun
2009, daya tarik wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang
memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan
manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan wisatawan.
2. Yoeti dalam bukunya “Pengantar Ilmu Pariwisata ” tahun 1985
menyatakan bahwa daya tarik wisata atau “tourist attraction”,
istilah yang lebih sering digunakan, yaitu segala sesuatu yang
menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah
tertentu.
3. Pendit, S, N. (1994) dalam bukunya “Ilmu Pariwisata” tahun 1994
mendefinisikan daya tarik wisata sebagai segala sesuatu yang
menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat.
4. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi tujuan
kunjungan wisatawan.
5. Daya tarik wisata adalah sifat yang dimiliki oleh suatu obyek
berupa keunikan, keaslian, kelangkaan, lain dari pada yang lain
memiliki sifat yang menumbuhkan semangat dan nilai bagi
wisatawan” (Kemenbudpar, 2010)
Bab 2 Pengembangan Desa Wisata 27
Daya tarik wisata dapat berupa potensi alam, yaitu daya tarik yang
disediakan oleh alam seperti gunung, danau, sungai, pantai, laut, atau
potensi budaya yaitu obyek budaya seperti adat-istiadat, museum,
benteng, situs peninggalan sejarah, dan lain-lain, serta potensi buatan
manusia. Ada lagi satu yang sering dimasukan sebagai daya tarik wisata
yaitu Syaujana atau bentang alam, adalah objek alam atau budaya atau
buatan manusia yang dilatarbelakangi oleh pemandangan alam, seperti
Pura Tanah Lot dengan latar belakang pemandangan laut, Pura
Batukaru dengan latar belakang Gunung Batukaru, atau hamparan
persawahan Jatiluwih dengan latar belakang pemandangan pegunungan
di belakangannya.
Desa menawarkan suasana pedesaan, yang dapat dikembangkan untuk
mengantisipasi perkembangan pasar (wisatawan) yang lebih
tersegmentasi seiring dengan perkembangan motivasi, ekspektasi dan
preferensi pasar yang semakin kompleks berpengalaman dan peka
terhadap pelestarian alam, budaya serta golongan minoritas (Smith,
1989). Konsep penggalian komponen produk desa wisata (atraksi,
aksesibilitas, amenitas dan ancillary) semestinya didasarkan pada
pengembangan interaksi sosial budaya dari manusia ke manusia
(masyarakat desa adat dengan wisatawan) dan dari manusia ke
lingkungan. Bentuk interaksi tersebut bertujuan untuk mencapai
keutuhan pengalaman tidak hanya bagi wisatawan, melainkan juga
masyarakat desa dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya.
Konsep penggalian produk desa wisata berdasarkan pada
pengembangan interaksi budaya dari manusia ke manusia dan dari
manusia ke alam desa. Manifestasi dari interaksi tersebut bertujuan
mencapai keutuhan pengalaman budaya yang total tidak saja bagi
wisatawan melainkan juga bagi masyarakat desa (sebagai host atau tuan
rumah sebagai subyek yang aktif).
Bab 2 Pengembangan Desa Wisata 29
jaringan listrik, jaringan drainase yang juga berperan sebagai jaringan air
kotor dan jaringan telekomunikasi berupa jaringan telepon seluler.
Namun, di Desa Tlingsing tidak tersedia jaringan pengolah limbah
untuk menampung dan mengolah limbah hasil produksi lurik. Seluruh
infrastruktur di Desa Tlingsing tidak hanya berperan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat setiap hari namun, juga untuk memenuhi
kebutuhan kegiatan produksi dan kegiatan pemasaran lurik. Kegiatan
produksi lurik meliputi kegiatan pemilihan bahan baku dan kegiatan
pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Sedangkan, kegiatan
pemasaran meliputi promosi, distribusi dan penjualan. Kegiatan
promosi dilakukan dengan kegiatan pengenalan produk lurik melalui
proses belajar produksi lurik. Kegiatan promosi ini menjadi daya tarik
utama kunjungan wisata. Kegiatan jual beli lurik di showroom juga
menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang dan membeli lurik khas
Desa Tlingsing.
Tabel 4.1: Pembobotan Skor Indikator Ketersediaan Infrastruktur
Industri Lurik (Peneliti, 2018)
Sub
Variabel Indikator Kondisi Eksisting Skor
Variabel
Jaringan Badan jalan Seluruh ruas jalan menuju lokasi sumber 1
jalan bahan baku yakni 3 ruas jalan memiliki bahu
pendukung jalan 0,5 meter dan pembagian 2 jalur jalan.
produksi Namun 2 ruas jalan provinsi (jalan utama)
memiliki lebar 5 meter dan jalan lokal 2,5
meter
Perlengkapa Seluruh ruas jalan menuju lokasi bahan 2
n jalan baku memiliki rambu penunjuk arah
menuju lokasi bahan baku, marka dan
penerangan jalan
Jaringan
Kapasitas Seluruh ruas jalan menuju sumber bahan 3
jalan
jalan baku memiliki tingkat pelayanan jalan
kategori A
Jaringan Badan jalan Seluruh ruas jalan yakni 16 ruas jalan menuju 1
jalan lokasi transit terdekat memiliki bahu jalan
pendukung 0,5 meter dan pembagian 2 jalur jalan.
pemasaran Namun 5 ruas jalan provinsi memiliki lebar 5
meter dan 11 ruas jalan lokal 2,5 meter
Perlengkapa Seluruh ruas jalan yakni 16 ruas jalan menuju 2
n jalan lokasi transit terdekat memiliki rambu
penunjuk arah menuju lokasi transit, marka
56 Desa Wisata Berwawasan Ekobudaya: Kawasan Wisata Industri Lurik
Sub
Variabel Indikator Kondisi Eksisting Skor
Variabel
dan penerangan jalan
Kapasitas Seluruh ruas jalan yakni 16 ruas jalan menuju 3
jalan lokasi transit terdekat memiliki tingkat
pelayanan jalan kategori A
Jaringan air Penyediaan Seluruh 88 responden pengrajin lurik 2
bersih jaringan air terjangkau pelayanan Pamsimas dan sumur
pendukung bersih tanah namun, di kawasan industri lurik
produksi tidak ditemui hidran dank ran umum
Ketersediaa Debit air kawasan industri lurik 0,3 hingga 3
n air bersih 0,35 serta kualitas air tidak berasa, tidak
berbau jernih dan tidak berwarna namun,
mengandung kapur. Selain itu, air terus
mengalir 7 x 24 jam dengan debit stabil
Kebutuhan Kuantitas air kawasan industri mampu 3
air bersih memenuhi kebutuhan air produksi lurik dan
pelayanan air Pamsimas mampu memenuhi
kebutuhan air sehari-hari pengrajin lurik
Jaringan Air Jaringan air Penyediaan Showroom menggunakan air sumur tanah 2
Bersih bersih jaringan air guna kegiatan pembelajaran produksi lurik
pendukung bersih sedangkan, kebutuhan air minum pengelola
pemasaran showroom dan pengunjung terpenuhi oleh
Pamsimas. Tidak ditemukan hidran dan
kran umum
Ketersediaa Kuantita air kawasan industri > standar 3
n air bersih debit air industri kecil dan pelayanan air
Pamsimas mampu memenuhi kebutuhan
air sehari-hari pengrajin lurik
Kebutuhan Kuantitas air kawasan industri mampu 3
air bersih mencukupi air untuk kegiatan pemasaran
dan pelayanan air Pamsimas mampu
memenuhi kebutuhan air untuk showroom
dan pengunjung
Jaringan Penyediaan 75 responden memperoleh sambungan daya 1,9
listrik daya listrik listrik 450 VA, 11 responden 220 VA, 2
pendukung responden 900 VA. Maka dapat
produksi pembobotan sebagai berikut
Jaringan 75 x 2 = 150
Listrik
11 x 1 = 11
2x3 =6
Kemudian total skor dibagi jumlah seluruh
responden
Bab 4 Studi Kasus II: Analisis Ketersediaan Infrastruktur Kawasan Industri Lurik ATBM 57
Sub
Variabel Indikator Kondisi Eksisting Skor
Variabel
Kelengkapa Desa Tlingsing tersedia tiang listrik yang 2
n jaringan meliputi tiang distribusi primer dan tiang
listrik distribusi sekunder. Untuk tiang distribusi
primer memiliki jarak 75 meter dan tiang
distribusi sekunder setiap 30 meter dan
dilengkapi dengan penerangan
Kebutuhan Ketersediaan listrik kawasan lebih besar dari 3
listrik kebutuhan listrik produksi lurik dan
kebutuhan listrik pengrajin lurik
Jaringan Penyediaan Seluruh showroom di kawasan industri lurik 3
listrik daya listrik memperoleh sambungan listrik dengan daya
pendukung 900 VA
pemasaran Kelengkapa Desa Tlingsing tersedia tiang listrik yang 2
n jaringan meliputi tiang distribusi primer dan tiang
listrik distribusi sekunder. Untuk tiang distribusi
primer memiliki jarak 75 meter dan tiang
distribusi sekunder setiap 30 meter dan
dilengkapi dengan penerangan
Kebutuhan Ketersediaan listrik kawasan lebih besar 3
listrik dibandingkan kebutuhan listrik showroom
dan pengunjung
Jaringan Jaringan Sebanyak 78 responden langsung 1,1
pembuanga pengolah membuang limbah hasil produksi ke sungai
n air limbah dan 10 responden mengolah limbah terlebih
pendukung dahulu kemudian dibuang ke sungai.
Jaringan produksi Sehingga dapat dilakukan perhitungan
Pembuang berikut
an Air 78 x 1 = 78
10 x 2 = 20.
Skor rata 98 dibagi jumlah seluruh
responden
Sub
Variabel Indikator Kondisi Eksisting Skor
Variabel
Jaringan Jaringan Berdasarkan hasil perhitungan dengan 1
pembuanga drainase persamaan manning, volume sungai dan
n air saluran drainase tidak mampu menampung
pendukung debit air hujan. Berdasarkan pengisian
Jaringan produksi kuesioner seluruh responden menyatakan
Pembuang Desa Tlingsing sering mengalami banjir. Hal
an Air tersebut diperkuat dengan peta rawan
bencana banjir di mana Desa Tlingsing
merupakan daerah rawan bencana banjir
Jaringan air Volume saluran air kotor yang sekaligus 3
58 Desa Wisata Berwawasan Ekobudaya: Kawasan Wisata Industri Lurik
Sub
Variabel Indikator Kondisi Eksisting Skor
Variabel
kotor saluran drainase mampu menampung air
limbah domestic pengrajin lurik
Jaringan Jaringan Seluruh showroom lurik tidak mengolah 1
pembuanga pengolah limbah dan langsung dibuang ke sungai
n air limbah
pendukung Jaringan Berdasarkan hasil perhitungan dengan 1
pemasaran drainase persamaan manning, volume sungai dan
saluran drainase tidak mampu menampung
debit air hujan. Berdasarkan pengisian
kuesioner seluruh responden menyatakan
Desa Tlingsing sering mengalami banjir. Hal
tersebut diperkuat dengan peta rawan
bencana banjir di mana Desa Tlingsing
merupakan daerah rawan bencana banjir
Jaringan air Volume jaringan air kotor yang sekaligus 3
kotor jaringan drainase mampu memiliki volume
yang lebih besar dibandingkan air limbah
domestik dari pengunjung dan showroom
Jaringan Jaringan Penyediaan Sebanyak 88 responden menyatakan bahwa 2
Telekomun telekomuni jaringan tidak tersedia jaringan telepon kabel namun,
ikasi kasi telekomuni kawasan terjangkau pelayanan telepon
pendukung kasi seluler
produksi Kebutuhan Sebanyak 88 responden pengrajin lurik 2
sambungan terlayani oleh jaringan telepon seluler yang
telekomuni mampu melayani akses internet, telepon
kasi dan sms
Jaringan Penyediaan Showroom lurik dan pengunjung hanya 2
telekomuni jaringan terjangkau oleh layanan telepon seluler
kasi telekomuni
pendukung kasi
pemasaran Kebutuhan Seluruh showroom dan pengunjung 2
sambungan terlayani oleh jaringan telepon seluler
telekomuni dengan akses internet, telepon dan sms
kasi