Anda di halaman 1dari 77

PENGELOLAAN WISATA

BUDAYA
Sebagai Penerapan Wisata
Berkelanjutan
Aditha Agung Prakoso

hat is Cultural Tourism?


CULTURAL TOURISM is that form of tourism whose object
is, among other aims, the discovery of monuments and
sites. It exerts on these last a very positive effect insofar as
it contributes - to satisfy its own ends - to their maintenance
and protection. This form of tourism justifies in fact the
efforts which said maintenance and protection demand of
the human community because of the socio-cultural and
economic benefits which they bestow on all the populations
concerned.
DAYA
TARIK
daya
tarik wisata
(From the
1976WISATA
ICOMOS BUDAYA
Charter onadalah
Cultural
Tourism)
berupa hasil olah cipta, karsa, dan rasa manusia sebagai
makhluk budaya.
(RPP RIPPARNAS Tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Nasional)

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pengembangan
Budaya
Munculnya konsep wisata baru, yakni

Wisata

dengan mementingkan
self-experience atau pengalaman berwisata melalui kegiatan
yang bertanggung jawab (responsible tourism), memunculkan
trend wisata yang berbasis suasana kehidupan tradisional.
Dimana dalam trend ini juga dimaksudkan keaslian masyarakat
lokal dalam menjalankan ritual adat istiadat budaya sehari-hari
yang tidak dimiliki oleh suasana urban.
Wisatawan juga dapat menyaksikan atau ikut serta mengambil
bagian dalam melakukan hal serupa yang mereka jadikan
sebagai daya tarik wisata. Sehingga konsep wisata yang muncul
KEYWORD :
tidak hanya sekedar melihat-lihat tetapi juga melakukan
1. Self-experience
(seeing and doing).
2. Responsible tourism
3. Masyarakat lokal/Komunitas adat tradisional
4. Ritual adat istiadat/budaya
5. Seeing and Doing

ujuan dan Sasaran


Pengembangan
Budaya
TUJUAN :

Wisata

1. Terkelolanya warisan budaya lokal baik yang bersifat tangible


atau intangible,
2. Terciptanya apresiasi budaya sehingga muncul keinginan
untuk tetap menjaga kelestarian budaya agar dapat
dirasakan hingga generasi mendatang,
3. Membantu mensejahterakan komunitas adat tradisional
melalui kegiatan pariwisata, dengan menstimulus adanya
industri kreatif terkait dengan budaya lokal,
SASARAN
:
4. Mengenalkan
adat tradisi budaya lokal melalui kegiatan
1. Membangun
rasa
apresiasi masyarakat terhadap kearifan
wisata.
budaya lokal,
2. Meningkatnya pengelolaan industri budaya,
3. Meningkatnya perlindungan terhadap situs-situs budaya
lokal,
4. Meningkatnya inventarisasi dan dokumentasi warisan
budaya, dan
5. Meningkatnya sumber daya manusia yang profesional dalam

KONSEPSI
WISATA BUDAYA

Jenis dan Sifat Wisata Buday


Jenis :
A. Tangible Culture:
1. Cagar Budaya
2. Perkampungan
Tradisional
3. MuseumCulture:
B. Intangible
1. Kehidupan adat tradisi
2. Kesenian
RPP RIPPARNAS Tentang
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN
NASIONAL

Sifat :

Living culture
(budaya yang masih
berlanjut)

Cultural heritage
(warisan budaya masa

njabaran Komponen Produk Buda


SENI
SENI RUPA
RUPA

SENI
SENI KRIYA
KRIYA

Kriya
Kriya Seni
Seni

Kriya
Kriya Kulit
Kulit

SENI
SENI LUKIS
LUKIS

Seni
Seni Lukis
Lukis

Kriya
Kriya Desain
Desain

Kriya
Kriya Kayu
Kayu

SENI
SENI PATUNG
PATUNG

Kriya
Kriya Logam
Logam

Seni
Seni Patung
Patung

Seni
Seni Grafis
Grafis

Bahan
Bahan lain
lain
Sumber : Adaptasi ISI, 1997

SENI PERTUNJUKAN
SENI PERTUNJUKAN

SENI
SENI MUSIK
MUSIK

Seni
Seni Musik
Musik
Diatonis
Diatonis

SENI
SENI TARI
TARI

Seni
Seni Musik
Musik
Pentatonis
Pentatonis

Musik
Musik
Karawitan
Karawitan

Tari
Tari Daerah
Daerah

Musik
Musik
Rakyat
Rakyat

Tari
Tari Indonesia
Indonesia //
Modern
Modern

SENI
SENI TEATER
TEATER

Teater
Teater
Boneka
Boneka

Teater
Teater
Manusia
Manusia

Sumber : ISI, 1997

njabaran Komponen Produk Buda


BENDA
BENDA CAGAR
CAGAR BUDAYA,
BUDAYA, SITUS,
SITUS, dan
dan KAWASAN
KAWASAN

Situs
Situs

Benda
Benda Cagar
Cagar Budaya
Budaya

Benda
Benda Buatan
Buatan Manusia
Manusia

Benda
Benda bergerak
bergerak

Benda
Benda Alam
Alam

Benda
Benda Tidak
Tidak Bergerak
Bergerak

Bangunan
Bangunan
bersejarah
bersejarah

Monumen
Monumen
bersejarah
bersejarah

Naskah
Naskah kuno
kuno
Peralatan
Peralatan hidup
hidup
Peralatan
Peralatan upacara
upacara
Arca
Arca
Dll
Dll

Komponen Benda Cagar Budaya, Situs,


dan Kawasan

Kawasan
Kawasan

ultural Tourism Process

Model Wisata Budaya


1. Wisata Sejarah (Heritage Tourism)
2.
3.
4.
5.

Wisata Ziarah (Pilgrimate Tourism)


Wisata Memorial (Dark Tourism)
Wisata Desa (Rural Tourism)
Wisata Pendidikan (Educational
Tourism)
6. Wisata Ekologi (Ecotourism Tourism)
7. Wisata Industri Kreatif (Creative
Industry Tourism)
8. Wisata Kuliner Tradisional (Culinary
Tourism)
9. Wisata Seni Pertunjukan

ontoh DTW Budaya Dunia


Teotihuacan (Mexico)

adalah situsarkeologibesar yang terletak diMexico, dan


melingkupi beberapa struktur piramidayang didirikan pada zamanpra Columbus. Selain
terdapat banyak bangunan piramida, situs Teotihuacan juga dahulu merupakan kompleks
permukiman pada zaman Aztec. Di situs ini juga ditemukan makam dengan lukisan-lukisan
yang indah.

Persepolis (Iran)

adalah adalah sebuah ibu kota kuna dariKekaisaran Persia,


terletak 70 km timur lautShiraz, Iran. Dalam bahasa Persia kuno, kota ini disebutParsa, yang
berarti "Kota Bangsa Persia.

ontoh DTW Budaya Dunia


Colonial Williamsburg (AS)

adalah museum living history terbesar di


Williamsburg, Virginia. Williamsburg merupakan kota peninggalan Inggris di abad ke 18,
sebelum masa revolusi Amerika.

ontoh DTW Budaya Dunia


Angkor Wat (Kamboja)

adalah adalah sebuahkuilataucandiyang terletak di


kotaAngkor, Kamboja, yang dibangun oleh Raja Suryavarman II pada pertengahanabad ke 12.

Potensi Peninggalan Sumber


Daya Budaya di Indonesia

ntoh DTW Budaya Indonesia


Borobudur

adalah situs yang ditemukan awalnya tahun 1814 ketika Sir


Thomas Stanford Raffles, Gubernur Jenderal Inggris. Berdasarkan interpretasi
prasasti berangka tahun 824 M dan prasasti Sri Kahulunan 842 M, pendiri Candi
Borobudur adalah Smaratungga yang memerintah tahun 782-812 M pada masa
dinasti Syailendra. Candi Borobudur dibangun untuk memuliakan agama Budha
Mahayana.

Desa Penglipuran

merupakan kawasan pedesaan tradisional di Bali,

yang memiliki tatanan rumah unik, dengan bentuk atap dan pintu pagar yang
bentuknya sama satu dengan lainnya. Penataan fisik dan struktur desa tidak
terlepas dari budaya masyarakatnya yang sudah berlaku turun temurun.

ntoh DTW Budaya Indonesia


Ritual Ngaben

adalah upacara pembakaran mayat di Bali.

Upacara Rambu Solo


Toraja, Sulawesi Selatan.

adalah upacara penguburan mayat di Tana

WISATA SEJARAH
(HERITAGE
TOURISM)

Wisata Heritage
HERITAGE sebagai Obyek Wisata
Memuat nilai yang unik & universal
Unik, karena kelangkaan yang spesifik dari nilai tersebut
sehingga menjadi daya tarik & universal yang berarti dapat
ditampilkan atau dikomunikasikan tidak saja lintas budaya
namun juga lintas generasi (turun temurun)

Manfaat Obyek Wisata HERITAGE


1.

Wahana kaya interpretasi :


pendidikan sejarah, budaya, dan
arkeologi

2.

Manfaat ekonomi yaitu


meningkatkan pendapatan
masyarakat sekitar dengan adanya
kunjungan wisatawan, termasuk
juga peciptaan lapangan pekerjaan
dan peluang usaha skala kecil
menengah (UKM) : usaha kerajinan,
makanan tradisional, pemandu
wisata, dll

3.

Munculnya keahlian dan teknologi


baru

4.

Peningkatan sarana dan prasarana

Contoh Pemanfaatan Obyek HERITAGE


Untuk Pariwisata

Kraton Yogyakarta : Dikunjungi lebih dari 300 ribu wisatawan setiap


tahunnya
Taman Sari : tempat wisata keluarga dikunjungi lebih dari 30 40
ribu orang wisatawan setiap tahunnya, dan kini sudah direnovasi
dalam penampilan baru
Candi Prambanan : obyek wisata andalan DIY
dikunjungi hampir 1 juta wisatawan setiap
tahunnya
Kawasan Kota Lama Semarang : Kawasan kota
tua yang kaya dengan nilai arsitektur kuno (Jaman
Belanda) Candi Borobudur : Salah satu ICON
pariwisata Indonesia khususnya Jateng,
salah satu candi Budha terbesar di
dunia, dikunjungi hampir 2 juta setiap
tahunnya
Situs Sangiran : situs yang
kaya akan fosil/ laboratorium
alam/ paleoanthropologi

Potensi Obyek Wisata HERITAGE di Jawa


Tengah

Kawasan Kota Lama Semarang


Candi Borobudur, Candi Pawon & Candi Mendut

Candi Plaosan

Kompleks
Percandian Gedong
Songo
Kompleks
Percandian Dieng
Candi Sukuh

Kraton Mangkunegaran
Kraton Surakarta

Potensi Obyek Wisata HERITAGE di DIY


Kraton Kasultanan Yogyakarta Taman Sari
Benteng Vredeburg
Kotagede

Kompleks Candi
Prambanan

Candi Kalasan
Candi Sari

Kompleks Ratu Boko

Candi Sambisari
dll

Tamansari Kraton Yogyakarta


Sebuah situs bekas taman atau kebun istana (royal garden)
Keraton Yogyakarta, dibangun pada zaman Sultan Hamengku
Buwono I (HB I) pada tahun 1758-1765

Kompleks Candi Gedong Songo,


Ambarawa, Jawa Tengah
Candi Gedong Songo adalah nama sebuah komplek bangunan
candi peninggalan budaya Hindu yang terletak di lereng Gunung
Ungaran. Di kompleks candi ini terdapat lima buah candi.
Diketemukan oleh Raffles pada tahun 1804 dan merupakan
peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa Syailendra abad
ke-9 (tahun 927 masehi).

Kompleks Candi di Dataran Tinggi


Dieng, Jawa Tengah
Para Biksu yang sedang mengunjungi
kompleks Candi di Dataran Tinggi Dieng,
Jawa Tengah. Merupakan kumpulan candicandi Hindu Temples berasal dari Abad ke-8
Masehi

Gereja Blenduk, Kawasan Kota Lama


Semarang
Berdasarkan sejarahnya, kota Semarang memiliki suatu kawasan
yang ada pada sekitar abad 18 menjadi pusat perdagangan.
Kawasan tersebut pada masa sekarang disebut Kawasan Kota
Lama atau dikenal sebagai OUTSTADT (daerah pedalaman). Luas
kawasan ini sekitar 31 Hektar.
Kota Lama kaya akan nilai-nilai Arsitektur Kolonial

WISATA ZIARAH
(PILGRIMATE
TOURISM)

Wisata Ziarah
WISATA ZIARAH disebut juga Wisata Religi atau Spiritual
1.
2.
3.
4.

Motivasi Perjalanan Wisata Ziarah


Motivasi spiritual
Perjalanan Group (organisasi keagamaan, haul,
desa dsb)
Waktu/Event khusus (hari tertentu, haul dsb)
Tradisi

rakteristik Wisata Ziarah


1. Motivasi utama adalah spritual. Motivasi tersebut sangat kuat
sehingga tidak terlalu sensitif dengan faktor eksternal
2. Volume kunjungan besar , dengan peak time hari minggu dan
libur serta malam jumat
3. Sebagian besar berkunjung secara berkelompok (minimal 1
kelompok kecil sejumlah 1 minibus, group besar datang
menggunakan bus)
4. Pembelanjaan terbesar adalah transportasi, makan-minum
dan oleh-oleh)
5. Penggunaan fasilitas akomodasi seperti hotel sangat rendah,
jika ada sebatas akomodasi massal segmen low-end karena
di beberapa tempat ritual dilaksanakan pada malam hari
tanpa tidur.
6. Khusus wilayah Jawa bagian timur, Pengunjung didominasi
oleh masyarakat Jawa Timur termasuk Madura dan jawa
wilayah pesisir.
30
7. Proporsi pengunjung repeater tinggi

ya Tarik Wisata Ziarah di Jawa


> 2 Juta Orang per tahun. Keraton Kanoman/Kasepuhan,
Museum Keraton, Astana Gunung Djati, Masjid Merah
Panjunan, Masjid At Taqwa, Gua Sunyaragi
Bekas kerajaan, masjid agung,
SERANG BANTEN Bogor
Cirebon.
12-13 juta orang berdatangan ke
kawasan reruntuhan Keraton
Kerajaan Islam Banten, Cipatujah
Cirebon), masjid emas (Bogor)

> 2 Juta Orang per


tahun. Wisata
Borobudur dan
sekitar

TUBAN GRESIK
PAMEKASAN
Makam Wali
Keraton/Makam
Asta Tinggi di
Sumenep

DEMAK KUDUS JEPARA


Masjid Agung Demak, Makam Wali,
Masjid Kudus

a Tarik Wisata Ziarah di Sumater


ACEH
Makam Kandang XII, Teungku Di Ujung Aceh
Makam Kandang Meuh. Kuburan Kerkhoff, Makam
Sultan Iskandar Muda
Makam Tuan Di Kandang, Mass Grave Ulee Lheu
Banda Aceh
Gerbang Peucut Kerkoff Banda Aceh

SUMATERA UTARA
GOA MARIA Cinta Alam
GOA MARIA MARANATHA di Brastag, TAMAN IMAN di
Sidikalang Dairi, GEREJA KHATOLIK ANNAI
VELANGKANNI di Tanjung Selamat, Bukit Salib di
Tarutung
SUMATERA BARAT
Kuburan Panjang Pulau
Ansoduo

SUMATERA SELATAN
Makam Sultan Agung
Kawah Tekurep/Makam Sultan
Mahmud Badaruddin I
Masjid Lawang Kidul
Masjid Al-Mahmudiyah (Masjid Suro)
Masjid Jami' Sungai Lumpur
Masjid Cheng Ho
Bukit Siguntang

a Tarik Wisata Ziarah di Kaliman


GOA MARIA RATU TOHO
Desa Ziarah dan Wisata
Rohani Pontianak
Kalimantan Barat
GOA MARIA RATU TOHO
Desa Ziarah dan Wisata
Rohani Pontianak

Kab Banjar Desa Kelampayan


Kecamatan Astambul, sebuah
Makam Ulama besar yaitu Syekh
Muhammad Arsyad Al Banjari,
Penyebar Agama Islam di Kalimantan
Kab Tapin : Makam Datu-datu atau
Ulama Makam Datu Sanggul

a Tarik Wisata Ziarah di Sulawes

Manado Bunaken
Bukit Kasih, Bukit Mahawu, Patung Yesus
Kristus

Sulawesi Selatan
komplek pemakaman Raja Kalokkoe (Laleng
Bata), makam Lapatau Matanna Tikka di Desa
Nagauleng, Kecamatan Cenrana.

34

EVENT BUDAYA
DI INDONESIA

ftar Event Budaya di Indonesia


Provinsi

Daya Tarik Wisata

1. NAD

Aceh Festival

2. Sumatera Utara

Hombo Batu
Festival Danau Toba
Pesta Budaya Tradisonal Batak

3. Sumatera Barat

Pesta Tabuik
Lomba Perahu Naga (Selaju Sampan)
Pekan Budaya Sumatera Barat

4. Riau

Festival Pacu Jalur / Lomba Dayung (Kuantan Senggigi)


Tradisi Bakar Tongkang (Bagan Siapi-api)
Festival Perahu Baganduang
Ritual Petang Megang

5. Kep. Riau

Lomba Perahu Naga (Tanjung Pinang)


Lomba Sampan Layar
Bintan Arts Festival

6. Jambi

Lomba Perahu Naga dan Perahu Tradisional


Pekan Pesona Budaya Jambi

7. Bengkulu

Festival Tabot Bengkulu

8. Sumatera Selatan

Festival Sriwijaya
Festival Sungai Musi

9. Bangka Belitung

Upacara Rebo Kasan


Tradisi Perang Ketupat di Tempilang
Pesta Rakyat Maras Taun
Upacara Buang Jong
Festival Serumpun Sebalai

ftar Event Budaya di Indonesia


Provinsi

Daya Tarik Wisata

10. Lampung

Festival Teluk Stabas

11. Banten

Gebyar Wisata Banten

12. DKI Jakarta

Pekan Raya Jakarta

13. Jawa Barat

Upacara Nyangku (Ciamis)


Pesta Dadung (Cirebon)

14. Jawa Tengah

Malem Selikuran (Surakarta)


Solo Batik Carnival
Sedekah Laut

15. DIY

Upacara Adat Garebeg Keraton Yogyakarta


Festival Kesenian Yogyakarta
Pasar Sekaten
Festival Malioboro

16. Jawa Timur

Karapan Sapi
Ritual Barong Ider Bumi
Jember Fashion Carnaval
Pekan Budaya Blitar

17. Bali

Ritual Ngaben
Sanur Village Festival
Nusa Dua Fiesta
Kuta Karnival
Bali Spirit Festival

ftar Event Budaya di Indonesia


Provinsi

Daya Tarik Wisata

18. NTB

Festival Bau Nyale


Upacara Adat Hanta Ua Pua
Pacuan Kuda Bima
Balap Kerbau dan Petarungan Tongkat (Sumbawa)

19. NTT

Upacara Adat Reba


Tradisi Pasola

20. Kalimantan Barat

Ritual Robo-robo

21. Kalimantan Tengah

Festival Tira Tangka Balang

22. Kalimantan Selatan

Upacara Adat Aruh Baharin


Upacara Adat Macceratasi
Pesta Adat Mallssuang Manu

23. Kalimantan Timur

Pesta Birau (Bulungan)

24. Sulawesi Utara

Sail Bunaken
Upacara Adat Mamu'a Ton'na

25. Gorontalo

Tradisi Tumbilotohe

26. Sulawesi Tengah

Festival Danau Poso

27. Sulawesi Selatan

Upacara Adat Rambu Solo (Upacara Penguburan Mayat di Toraja)


Upacara Adat Accera Kalompong

28. Sulawesi Barat

Pesta Adat Sayyang Pattudu

ISU STRATEGIS

Strategis Mengenai Wisata Buda


Responsible and Sustainable Tourism :
Kepedulian wisatawan terhadap upaya konservasi
lingkungan adat budaya menunjukan bahwa model
wisata budaya menuntut kegiatan wisata yang
bertanggung jawab dalam kelestarian daya tarik wisata.
Heritage Tourism and the Creative . Economy :
Melalui pengembangan wisata budaya di destinasi
wisata tertentu, dapat menjadi pemicu masyarakat lokal
untuk mengembangkan industri kreatifnya sendiri,
seperti pembuatan cinderamata khas.
Local Wisdom vs. Globalization :
Era globalisasi sekarang ini banyak menjadi ancaman
asimilasi kearifan lokal. Melalui kegiatan wisata budaya,
diharapkan dapat tetap menjaga keaslian budaya
tersebut.
Community Based Tourism :
Pemberdayaan masyarakat lokal yang dimaksud adalah
melibatkan
komunitas
adat
tradisional
dalam
pengembangan wisata budaya.
Poverty Alleviation Tourism or Pro-Poor Tourism

euntungan Wisata Budaya

Berasosiasi dengan wisatawan yang tinggal lebih lama (longer


length of stay)

Pada umumnya lebih mampu mendatangkan wisatawanwisatawan kaya (higher discretionary income levels) dan orangorang dengan tingkat pendidikan tinggi (higher education levels)

Segmen wisatawan dengan latar belakang pendidikan tinggi


yang diasumsikan dapat mengurangi resiko dampak lingkungan
yang luas

Lebih mampu memberikan keuntungan yang merata


sepanjang tahun, karena frekuensi kedatangan wisatawan pada
objek relatif sama sepanjang waktu

Memberikan peluang permintaan yang lebih tinggi untuk


produk-produk lokal

Memiliki citra yang berbeda yang juga berpengaruh pada


karakter produk di sekitarnya sehingga tidak ditemukan di tempat
lain (making it memorable to market)

Bagi wisatawan lokal, wisata budaya dapat memberikan nilai


lebih bagi pengalaman mengenai sejarah, budaya bangsa dan

Cultural Tourism vs Mass Tourism


WISATA MASAL

Volume kunjungan tinggi


Pembelanjaan rata-rata rendah
Bersifat musiman
Memerlukan barang-barang
dengan kandungan import tinggi
Harga kompetitif
Elastisitas terhadap harga tinggi
Ditentukan oleh pengaruh harga
secara global
Kepemilikan dan kontrol dari
masyarakat rendah

WISATA BUDAYA

Volume kunjungan rendah


Pembelanjaan tinggi
Sepanjang tahun
Memerlukan barang-barang
dengan kandungan import
rendah
Harga tidak begitu kompetitif
Tidak elastis terhadap harga
Cenderung memiliki
monopolistik power
Kepemilikan dari masyarakat
lokal tinggi

ASPEK PASAR
WISATA BUDAYA

ure Tourism is Prime Mover Intl Vis


2000

2020

Menurut WTO, setidaknya 40% penggerak motivasi


perjalanan wisatawan adalah karena faktor budaya

Cultural Tourist Wants


Descriptor
Enjoyable

Importance
100

Fun

98

A good value for the


money

96

Good for adults

92

Good for families

90

Relaxing

90

Authentic

88

Unique

87

Enriching

87

Educational

85

Thought provoking

82

Interactive

82

Travel & Tourism Research Association (TTRA)


International
Strategic Marketing & Research, Inc.

gmen Pasar Wisata Budaya


Knowledge Workers atau
Mature Tourist
Adalah

wisatawan

yang

berpengalaman

dimana

mereka

melakukan perjalanan atau kunjungan ke kawasan lain dengan


tujuan tidak hanya bersifat recreational tetapi lebih bermotivasi
untuk menimba pengalaman melalui keterlibatan langsung
dengan

aktivitas

kehidupan

dan

tradisi

serta

budaya

masyarakat lokal.
Segmen wisatawan tersebut terdiri para lanjut usia atau
pensiunan(retired) yang pada umumnya merupakan kelompok
menengah ke atas dan berpendidikan yang mempunyai waktu
luang untuk bepergian.
Menurut James J. Spillane (2003)

ultural Tourist Segments


1. Cultural Enthusiasts
7%

Stereotypical cultural tourist.


Requirements: Authentic, connect with
something larger, thought-provoking
Attractions: Museums, historic sites, living
history museums
Profile: Older, more educated, higher income

Travel & Tourism Research Association (TTRA)


International
Strategic Marketing & Research, Inc.

ultural Tourist Segments


2. Natural Connections
8%
Want connection on an emotional basis & more natural
options fills this need.

Requirements: Thought-provoking, authentic,


educational

Attractions: Parks, gardens, living history sites


historic & art festivals

Profile: Average in education and income,

Travel & Tourism Research Association (TTRA)


International
Strategic Marketing & Research, Inc.

slightly older

ultural Tourist Segments


3. Cultural Entertainment
8%
Like culture & history, but have to have the whole
experience.

Requirements: cultural, entertaining, has


shopping & dining

Attractions: Museums, theater performances &


concerts, art fairs and festivals

Profile: Average in age and education, but

Travel & Tourism Research Association (TTRA)


International
Strategic Marketing & Research, Inc.

higher income

ultural Tourist Segments


4. Fun Times 9%
Want to relax and have a good time .

Requirements: Relaxing, entertaining, unique,


has shopping & dining

Attractions: Live music & theater performances,


parks, music festivals

Profile: Younger, below average income and


education

Travel & Tourism Research Association (TTRA)


International
Strategic Marketing & Research, Inc.

ultural Tourist Segments


5. Family Enrichment 4%
Like to expose their children to a wide range of
cultures, experiences.

Requirements: Good for families, good value,


fun, educational

Attractions: Science/technology or childrens


museums, historic sites, ethnic festivals

Profile: Have children, high levels of education,


but average income

Travel & Tourism Research Association (TTRA)


International
Strategic Marketing & Research, Inc.

ultural Tourist Segments


6. Family Entertainment
10%
Enjoy time together as a family.

Requirements: Convenient, appeals to whole


family, value

Attractions: Parks, childrens museums,


festivals

Profile: Have children, younger, below average


income and education

Travel & Tourism Research Association (TTRA)


International
Strategic Marketing & Research, Inc.

ultural Tourists Typology

ultural Tourists Typology

The purposeful cultural tourist


Cultural tourism is the primary motive for visiting a destination and
the tourist has a very deep
cultural experience;
The sightseeing cultural tourist
Cultural tourism is a primary reason for visiting a destination, but
the experience is less deep;
The serendipitous cultural tourist
A tourist who does not travel for cultural reasons, but who, after
participating, ends up having a
deep cultural tourism experience;
The casual cultural tourist
Cultural tourism is a weak motive for travel and the resulting
experience is shallow;
The incidental cultural tourist
This tourist does not travel for cultural reasons, but nonetheless
participates in some activities and has shallow experiences.

derstanding Cultural Tourists?

Travel & Tourism Research Association (TTRA)


International
Strategic Marketing & Research, Inc.

derstanding Cultural Tourists?

Travel & Tourism Research Association (TTRA)


International
Strategic Marketing & Research, Inc.

tor Arrivals to World Heritage Sit


ACROPOLIS 10,2 million visitors (1997)

KOTA TUA DI INGGRIS 25,9 million visitors


(1997)

TEMBOK BESAR CINA 23, 7 million (1997)

ompok Segmen Wisata Ziarah


KARAKTERI
1. Kunjungan ke tempat-tempat peribadatan (masjid, candi), dan tempatSTIK

2.
3.
4.
5.

tempat sakral (bekas kerajaan, makam, gua, atau lainnya yang


dinilai memiliki kekuatan magis/religius)
Motivasi utamanya spiritual (tidak terlalu sensitif harga, pelayanan)
Penggunaan fasilitas akomodasi seperti hotel sangat rendah
Pada umumnya dilakukan secara berombongan (volume besar)
Jumlah repeater dominan

PERMASALAHA
N
1. Promosi yang terbatas (WoM, Community)
2. Paket-paket yang relatif masih mahal
3. Konsentrasi terbesar terbatas di Jawa (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur) dan hanya sebagian Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi
4. Dominasi segmen menengah bawah
5. Spending rendah
6. Dukungan dari kalangan lembaga keagamaan belum optimal

The Experience

General Donts:
Too much interaction
Forced interaction
Too personal
Competition

General Dos:
+ Bite-sized experiences
+ Opt-in: can watch or
participate
+ Context

he Experience Orientation
Traditional:
Exhibits to read
Film
Extensive

Expanded:
+ People in costumes
+ Pictures
+ Short

e Experience Interpretation
Traditional:
First person-in character
Educational/historical
Read & look

Expanded:
+ Provide info & context
+ Stories of the time,
people, place
+ Try it out

he Experience Activities
Traditional:
Watch
Hear explanation
Authentic

Expanded:
+ Do
+ Ask questions
+ Semi - authentic

he Experience Amenities
Traditional:
Experience & Amenities
separate
Authentic or not at all
Focused on the site

Expanded:
+ Experience & amenities
integrated
+ Provide convenience that
keeps visitors on-site
+ Focusedon the visitors

STUDI KASUS
PENGEMBANGAN WISATA
ZIARAH

STUDI KASUS WISATA ZIARAH


WALISONGO
CONTOH Karakteristik Ziarah Walisongo
1. Motivasi pengunjung didasari spiritual yang sangat kuat
2. Tingkat kunjungan sangat tinggi, dan cenderung repeater
3. Proporsi belanja terbesar untuk transportasi, makan-minum
dan oleh-oleh/cinderamata
4. Sebaran pengunjung terutama masyarakat sekitar (Jatim,
Madura dan pesisir Jawa)
5. Sebagian besar berkunjung dalam bentuk group/berkelompok
6. Pengunjung sebagian besar dari Jatim-Madura, Jateng dan Jabar
bagian pesisir

STUDI KASUS WISATA ZIARAH


WALISONGO
CONTOH Karakteristik Ziarah Walisongo

STUDI KASUS WISATA ZIARAH


WALISONGO

CONTOH Aktivitas Ekonomi Ziarah


Walisongo

1. Penjual makan-minum dan souvenir


2. Penjual botol minuman untuk mengambil air dari sumur Wali
dan plastik tempat alas kaki
3. Objek selalu dikelilingi penjual dengan komoditas utama oleholeh/souvenir, makan-minum, dan mainan anak-anak dengan
rute tipe pedagang di Borobudur
4. Pengemis dan peminta sumbangan yang mengatasnamakan
pengelola
5. Guide (khusus S. Gunung Jati)
6. Parkir, baik resmi maupun tidak resmi
7. Penitipan kendaraan bermotor
8. Jasa toilet dan musholla
9. Ojek (terutama di makam S. Muria)

STUDI KASUS WISATA ZIARAH


WALISONGO

CONTOH Aktivitas Ekonomi Ziarah


Walisongo

STUDI KASUS WISATA ZIARAH


WALISONGO

CONTOH Pengelolaan Ziarah


Walisongo

1. Sebagian besar tidak ada tarif resmi, bersifat sukarela.


2. Pengeluaran yang harus dibayar di objek ziarah: sumbangan
untuk pengelola, parkir, pengemis,
3. Objek selalu dikelilingi penjual dengan komoditas utama oleholeh/souvenir, makan-minum, dan mainan anak-anak dengan
rute tipe pedagang di Borobudur
4. Banyak terdapat pengemis, karena memanfaatkan kondisi
religius dan pesan para Wali untuk mengasihi orang miskin
5. Pengelolaan terburuk terdapat di makam S. Gunung Jati dan S.
Giri
6. Saat hari minggu/libur dan malam jumat, jumlah pengunjung
sangat tinggi jauh melebihi daya tampung

REKOMENDASI TERAPAN WISATA


ZIARAH
1. Perbaikan sistem pengelolaan serta peningkatan kualitas dan
kapasitas objek tujuan ziarah
2. Penataan objek wisata ziarah, agar tidak terkesan liar atau
terbengkalai
3. Penyelenggaraan event-event besar keagamaan (MTQ, Tablig
Akbar, Pengajian Akbar, Retreat, dsb) di lokasi-lokasi pusat
wisata Ziarah misalnya di Jawa Tengah, Jawa Timur
4. Ekstensifikasi promosi wisata ziarah dengan teknik komunikasi
promosi yang lebih modern dan dapat menyentuh semua
kalangan. Untuk segmen wisata menengah-bawah dapat
dilakukan melalui kegiatan-kegiatan di tingkat masyarakat
(pengajian, menggunakan pemuka agama). Untuk segmen
menengah atas dapat dilakukan dengan
5. Kebijakan harga paket yang lebih kompetitif
6. Revitalisasi dan diversifikasi produk-produk wisata ziarah
sehingga lebih iconic
7. Meningkatkan kemudahan perjalanan wisata ziarah melalui

KELUARAN
GUIDELINES
PENGEMBANGAN,
DOs & DONTs

gkup Pengembangan Wisata Buda


1. Perintisan Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya
(Introduction Fase)
Membuka atau membangun daya tarik wisata budaya baru
di destinasi pariwisata yang belum berkembang
2. Pembangunan & Pemantapan Daya Tarik Wisata
Budaya (Growth Fase)
Menciptakan daya tarik wisata baru yang memiliki jenis
berbeda di satu destinasi wisata yang sama serta
meningkatkan kualitas produk & daya tarik wisata
3. Pensinergian Daya Tarik Wisata (Mature Fase)
Pengemasan beragam daya tarik wisata (tangible dan
intangible) di satu destinasi, dalam upaya optimalisasi
pengalaman berwisata
4. Revitalisasi Daya Tarik Wisata (Decline/Stagnan
Fase)
Perbaikan kondisi dan kualitas daya tarik wisata yang ada
yang mengalami degradasi dalam upaya menjaga
keberlanjutan dan meningkatkan kualitas serta daya saing
produk untuk menarik pangsa pasar yang sudah ada
maupun peluang pasar wisata baru

ntoh Penerapan Pengembangan


oduk Wisata Budaya
1. Perintisan Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya
(Introduction Fase)
Pemaketan budaya tradisional Batak sebagai daya tarik
budaya di daerah
Samosir, Danau
Sumatera
2. wisata
Pembangunan
& Pemantapan
DayaToba,
Tarik
Wisata
Utara.
Budaya (Growth Fase)
Daya tarik Candi Borobudur ditambah dengan museum
audiovisual, sign and posting, atraksi sinar dan suara (sont
lumiere), fasilitas
religi atau
studi Fase)
spiritual, dan
3. et
Pensinergian
Daya wisata
Tarik Wisata
(Mature
sebagainya.
Candi Borobudur ditambah dengan aktifitas minat khusus
petualangan arung jeram Sungai Progo Ekowisata
pedesaan
sekitar
Borobudur,
Borobudur
golf,
dan
4. sebagainya.
Revitalisasi Daya Tarik Wisata (Decline/Stagnan Fase)
Pemugaran benda cagar budaya di beberapa destinasi
wisata di Indonesia, seperti yang ditemukan di daerah
Bojonegoro, Jombang, Maluku, dll.

Guidelines Pengembangan
Wisata Budaya

Dos

1. Menghormati dengan menunjukan apresiasi


seni/budaya dari daya tarik wisata yang
ditampilkan. Seperti, ikut serta dalam upacara
adat atau tidak mengganggu jalannya ritual
keagamaan/adat setempat.
2. Turut menjaga kelestarian, tanpa mengubah,
mengurangi
atau
merusak
nilai
yang
terkandung dalam daya tarik wisata budaya.
3. Menggunakan pakaian yang sopan dan sesuai
dengan budaya Indonesia yang dikenal
religius.
4. Melepas alas kaki ketika memasuki rumah
adat atau tempat-tempat lain yang dianggap
suci bagi masyarakat lokal.
5. Bersikap sopan santun terhadap masyarakat
lokal, mulai dari tata bahasa hingga sikap
tubuh, menghindari kata-kata kotor atau
sarkasme.

Dos

7. Mendukung perekonomian lokal dengan


membeli hasil kerajinan, suvenir atau
cinderamata buatan masyarakat setempat.
8. Mendengarkan
pemandu
wisata
(guide/interpreter) ketika melakukan tour.
Banyak peraturan wilayah setempat yang
biasanya disampaikan secara lisan melalui
mereka.

Donts

1. Merusak satu bagian dari daya tarik wisata


budaya. Seperti, mencorat-coret bangunan
heritage atau benda cagar budaya lainnya.
2. Mengambil atau memindahkan benda cagar
budaya baik sebagian maupun seluruhnya,
kecuali keadaan darurat.
3. Memperdagangkan, memperjual-belikan atau
memper-niagakan benda cagar budaya.
4. Membawa
barang-barang
yang
dapat
mengganggu atau melanggar nilai adat
budaya setempat, seperti barang elektronik
ke dalam Desa Kanekes (Baduy Dalam).
5. Memasuki tempat peribadatan, seperti pura
dan masjid disaat haid (untuk wanita), atau
siapapun yang sedang mengalami luka
berdarah.
6. Menggunakan tangan kiri untuk menerima
sesuatu atau berjabat tangan.

Donts

8. Melakukan tindak anarkis atau hal lain diluar


etika di depan publik umum, terutama
wilayah kampung adat. Seperti, berteriak
ketika berada dalam situasi ritual adat atau
bangunan peribadatan.
9. Menyentuh bagian kepala orang lain,
terutama dalam komunitas adat tradisional.
Hal ini sering dianggap tidak sopan.
10. Mendahului
ketika
makan
bersama
masyarakat lokal. Tunggu sampai mereka
mempersilahkan untuk makan.

SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai