PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2011 LAPORAN PENDAHULUAN PERSONAL HYGIENE
A. Konsep Dasar. Personal hygiene atau kebersihan perseorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan diri sesorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto, W. 2010). Hygiene perorangan adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka. Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien (Potter, 2006).
B. Fisiologi Kulit Sistem integumen terdiri atas kulit, lapisan subkutan dibawah kulit dan perlengkapanya, seperti kelenjar dan kuku. Kulit terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan epidermis yang terdapat pada bagian atas yang banyak mengandung sel-sel epitel. Sel-sel epitel ini mudah sekali mengalami regenerasi. Lapisan ini tidak mengandung pembuluh darah. Lapisan kedua adalah dermis yang terdiri atas jaringan otot, saraf folikel, dan kelenjar. Pada kulit terdapat dua kelenjar: pertama, kelenjar sabasea yang menghasilkan minyak yang disebut sebum yang berfungsi meminyaki kulit dan rambut. Kedua, kelenjar serumen yang terdapat dalam telinga yang berfungsi sebagai pelumas berwarna coklat. Fungsi kulit dan mukosa membran: 1. Proteksi tubuh 2. Pengaturan temperatur tubuh. 3. Pengeluaran pembuangan air. 4. Sensasi dari stimulus lingkungan 5. Membantu keseimbangan cairan dan elektrolit. 6. Memproduksi dan mengabsorpsi vitamin D
C. Macam-macam Personal Hygine. 1. Perawatan kulit kepala dan rambut. 2. Perawatan mata 3. Perawatan hidung
4. Perawatan telinga 5. Perawatan kuku kaki dan tangan 6. Perawatan genetelia 7. Perawatan tubuh secara keseluruhan.
D. Tujuan Perawatan Personal Hygine. 1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang. 2. Memelihara kesehatan diri seseorang. 3. Memelihara personal hygine yang kurang. 4. Pencegahan penyakit. 5. Meningkatkan percaya diri seseorang. 6. Menciptakan keindahan.
E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygine 1. Body image Ganbaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisisk sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihanya. 2. Praktik sosial Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygine. 3. Status sosialekonomi Personal hygine memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakanya. 4. Pengetahuan Pengetahuan personal hygine sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes melitus ia harus selalu menjaga kebersihan dirinya terutama kakinya.
a. Rambut b. Kepala c. Mata d. Hidung e. Mulut Keadaan mukosa mulut Kelembapanya Adakah lesi Kebersihan Apakah ada pilek Adakah alergi Adakah perdarahan Adakah perubahan penciuman Kebersihan hidung Bagaimana membran mukosa Adakah septum deviasi Apakah sklera ikterik Apakah konjungtiva pucat Kebersihan mata Apakah gatal/mata merah Botak/alopesia Ketombe Berkutu Adakah eritema kebersihan Keadaan rambut yang kusam Keadaan tekstur
h. Kulit i.
g. Telinga Adakah kotoran Adakah lesi Bagaimana bentuk telinga Adakah infeksi
Kebersihan Adakah lesi Keadaan turgor Warna kulit Suhu Tekstur Pertumbuhan bulu
kuku tangan dan kaki Bentuknya bagaimana Warnanya Adakah lesi pertumbuhanya
j. Genetalia Kebersihan Pertumbuhan rambut pubis Keadaan kulit Keadaan lubang uretra Keadaan skrotum, testis pada pria Cairan yang dikeluarkan
G. Diagnosa dan Intervensi. 1. Gangguan integritas kulit Kemungkinan yang berhubungan: Bagian tubuh yang lama tertekan Imobilisasi Terpapar zat kimia
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada: Stroke Trauma medulla spinalis Koma Fraktur femur
Tujuan yang diharapkan: pola kebersihan diri pasien normal keadaan kulit, rambut kepala bersih klien dapat mandiri dalam kebersihan diri sendiri
Kaji kembali pola kebutuhan personal Data dasar dalam melakukan intervensi hygine pasien Kaji keadaaan luka pasien Jaga kulit agar tetap utuh Menentukan intervensi lebih lanjut dan Menghindari resiko infeksi kulit
kebersihan kulit pasien dengan cara membantu mandi pasien Lakukan perawatan luka dengan Penyembuhan luka
Lakukan
pijatan
pada
kulit
lakukan perubahan posisi setiap 2 jam Jaga kebersihan tempat tidur, selimut Menghindari bersih dan kencang. dekubitus tekanan dan luka
2. Gangguan membran mukosa mulut. Kemungkinan yang berhubungan dengan: Trauma oral Pembatasan intake cairan Pemberian kemoterapi dan radiasi pada kepala dan leher.
Kemungkinan data yang ditemukan: Iritasi atau luka pada mukosa mulut. Peradangan atau infeksi Kesulitan dalam makan dan menelan Keadaan mulut yang kotor
Tujuan yang diharapkan: Keadaan mukosa mulut, lidah dalam keadaan utuh, warna merah muda. Inflamasi tidak terjadi Klien mengatakan rasa nyaman Keadaan mulut bersih.
Lakukan kebersihan mulut sesudah Membersihkan kotoran dan mencegah makan dan sebelum tidur Gunakan sikat gigi yang lembut karang gigi Mencegah perdarahan
Gunakan latutan garam atau baking Larutan garam/soda dapat membantu soda dan kemudian bilas dengan air melembabkan bersih mukosa, meningkatkan
Lakukan penkes tentang kebersihan Mencegah gangguan mukosa mulut. Laksanakan program terapi medis Membantu menyembuhkan luka atau infeksi
3. Kurangnya perawatan diri atau kebersihan diri. Kemungkinan yang berhubungan: Kelelahan fisik Penurunan kesadaran
Kemungkinan data yang ditemukan: Badan kotor dan berbau Rambut kotor Kuku panjang dan kotor Bau mulut dan kotor
Tujuan yang diharapkan: Kebersihan diri sesuai pola Keadaan badan, mulut, rambut dan kuku bersih. Pasien merasa nyaman.
Bantu klien dalam kebersihan badan, Mempertahankan rasa nyaman mulut, rambut, dan kuku Lakukan penkes: pentingnya Meningkatkan pengetahuan dan membuat
kebersihan diri, pola kebersihan diri, klien lebih kooperatif. cara kebersihan.
DAFTAR PUSTAKA
Diagnosa NANDA (NIC & NOC) Disertai dengan Discharge Planning. 2007-2008. Jakarta:EGC Potter and Perry. 2006. Fundamental of Nursing. USA: Mosby Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2004. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah Brunner & Suddarth,Cetakan Ke sat., Jakarta: EGC Tarwoto, W. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta Tarwoto, W. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta http://kikipoelblog.blogspot.com/2009/02/laporan-pendahuluan-hygiene.html
A. Pengertian
Mobilitas merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatan (Tarwoto, W. 2010).
B. Jenis Mobilitas
1. Mobilitas Penuh Merupakan kemampuan seseorang untuk bergarak secara bebas dan penuh sehingga dapat berinteraksi social. 2. Mobilitas sebagian Mobilitas merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang jelas dan tidak dapat bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik. Mobilitas ini dibagi menjadi 2 yaitu: a. Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. b. Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan tetap..
C. Manfaat Mobilitas
Gerak tubuh secara teratur dapat membuat tubuh menjadi segar Gerak tubuh secara teratur dapat memperbaiki tonus otot dan sikap tubuh, mengontrol berat badan, mengurangi stress, serta dapat meningkatkan relaksasi Gerak tubuh merangsang peredaran darah ke otot dan organ tubuh yang lain sehingga dapat meningkatkan kelenturan tubuh Gerak tubuh pada anak dapat merangsang pertumbuhan badan
E. Pengertian Imobilisasi
Merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak bebas karena keadaannya. Untuk mengetahui kekuatan atau kemampuan otot perlu dilakukan pemeriksaan derajat kekuatan otot yang dibuat dalam enam derajat (0-5). Derajat ini menunjukkan tingkat kemampuan otot yang berbeda-beda. Keenam derajat kekuatan otot tersebut adalah sebagai berikut : Derajat 5 : Kekuatan normal dimana seluruh gerakan dapat dilakukan otot dengan tahanan maksimal dari proses yang dilakukan berulang-ulang tanpa menimbulkan kelelahan Derajat 4 Derajat 3 : Dapat melakukan ROM secara penuh dan dapat melawan tahanan tangan : Dapat melakukan ROM secara penuh dengan melawan gravitasi, tetapi tidak dapat melawan tahanan Derajat 2 :Dengan bantuan atau menyangga sendi dapat melakukan ROM secara penuh
Derajat 1 :Kontraksi otot minimal terasa/teraba pada otot bersangkutan tanpa menimbulkan gerakan Derajat 0 : Tanpa ada kontraksi otot sama sekali
F. Jenis Imobilisasi
1. Imobolisasi Fisik 2. Imobolisasi Intelektual 3. Imobilisasi Emosional 4. Imobilisasi Sosial
G. Dampak Imobilisasi
a) Fisik - Sistem integumentum : abrasi dan dekubitus - Sistem kardiovaskuler : Penurunan kardiak reserve, peningkatan beban jantung, hipotensi ortostatik, phlebothrombosis b) tingkat kesadaran c) Postur/bentuk tubuh: Skeliosis, kiposis, lordosis, dan cara berjalan d) Ekstrimitas : kelemahan, gangguan sensorik, atropi, tremor, gerakan tak terkendali, kemampuan otot, kemampuan jalan, kemampuan duduk kemampuan berdiri, nyeri sendi, kekakuan sendi. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1. Riwayat keperawatan sekarang Pengkajian keperawatan pasien saat ini meliputi alasan penyebab terjadinya
gangguan imobilisasi yaitu adanya kelemahan otot dikarenakan penyakit tang dideritanya. 2. Kemampuan fungsi motorik Pada pengkajian ini pasien pada tingkat kategori tingkat empat yaitu sangat tergantung. 3. Perubahan Intoleransi Aktivitas Pengkajian Intoleransi Aktivitas terhadap perubahan system kardiovaskuler seperti nadi dan tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer adanya thrombus seperti perubahan tanda vital.
PEMERIKSAAN FISIK 1. Mengkaji skelet tubuh Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.
2. Mengkaji tulang belakang Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang) Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada) Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan). 3. Mengkaji system persendian Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi 4. Mengkaji system otot Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri otot. 5. Mengkaji cara berjalan Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan caraberjalan abnormal (mis. cara berjalan spastic hemiparesis stroke, cara berjalan selangkah-selangkah penyakit lower motor neuron cara berjalan bergetar penyakit Parkinson). 6. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler. 7. Mengkaji fungsional klien A.KATZ Indeks Termasuk katagori yang mana: Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB, BAK), menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah,dan mandi. Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas. Mandiri, kecuali mandi, dan satu lagi fungsi yang lain. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu lagi fungsi yang lain. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang lain. Ketergantungan untuk semua fungsi diatas.
Keterangan: Mandiri: berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari orang lain. Seseorang yang menolak melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun dianggap mampu. B. Indeks ADL BARTHEL (BAI) NO 1 FUNGSI Mengendalikan pembuangan tinja SKOR KETERANGAN rangsang 0 Tak terkendali/tak teratur (perlu pencahar). 1 Kadang-kadang tak terkendali (1x seminggu). 2 Terkendali teratur. Tak terkendali atau kateter
Mengendalikan berkemih
rangsang 0 1 2
pakai
Kadang-kadang tak terkendali (hanya 1x/24 jam) Mandiri Butuh pertolongan orang lain Mandiri Tergantung pertolongan orang lain Perlu pertolonganpada beberapa kegiatan tetapi dapat mengerjakan sendiri beberapa kegiatan yang lain. Mandiri Tidak mampu Perlu ditolong makanan Mandiri Tidak mampu Perlu banyak bantuan untuk memotong
Membersihkan diri (seka 0 muka, sisir rambut, sikat gigi) 1 Penggunaan jamban, masuk 0 dan keluar (melepaskan, memakai celana, 1 membersihkan, menyiram) 2
Makan
0 1 2
2 3
bias duduk Bantuan minimal 1 orang. Mandiri Tidak mampu Bisa (pindah) dengan kursi roda. Berjalan dengan bantuan 1 orang. Mandiri Tergantung orang lain Sebagian dibantu memakai baju) Mandiri. Tidak mampu Butuh pertolongan Mandiri Tergantung orang lain Mandiri (mis:
Berpindah/ berjalan
0 1 2 3
Memakai baju
0 1 2
0 1 2 0 1
10
Mandi
TOTAL SKOR Skor 20 12-19 9-11 5-8 0-4 BAI : Mandiri : Ketergantungan ringan : Ketergantungan sedang : Ketergantungan berat : Ketergantungan total :
DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Intoleransi aktivitas b.d. bed rest atau imobilitas, mobilitas yang kurang, pembatasan pergerakan, nyeri 2. Gangguan mobilitas fisik b.d. kelemahan, gangguan persepsi kognitif, imobilisasi, gangguan neuromuskular, kelemahan/paralisis.
3.
Defisit perawatan diri b.d gangguan neuromuskular, menurunnya kekuatan otot, dan koordinasi, kerusakan persepsi kognitif, depresi, gangguan kognitif.
PERENCANAN KEPERAWATAN 1. Intoleransi aktivitas b.d. bed rest atau imobilitas, motivasi yang kurang, \ pembatasan pergerakan, nyeri. NOC: Energy conservation dan self care, dengan kriteria hasil klien dapat: o o o o o o o o o o Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
NIC: Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat klien Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai bantu klien untuk menjadwalkan waktu khusus untuk aneka aktivitas dalam rutinitas sehari-hari Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda Berikan reinforcement positif bagi partisipasi klien dalam aktivitas Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
2. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan persepsi kognitif, imobilisasi, gangguan neuromuskular, kelemahan/paralisis. NOC: Tingkat mobilitas, dengan kriteria hasil klien: Memiliki keseimbangan Mampu memposisikan tubuh Mampu berpindah tempat
NIC: A. Terapi latihan: Ambulasi. o Pakaikan klien pakaian yang tidak membatasi aktivitas o Tempatkan tombol posisi tempat tidur dekat dengan jangkauan klien
o Dorong klien untuk duduk di tempat tidur atau kursi o Sediakan alat bantu ambulasi jika klien memerlukannya (mudah goyah) o Monitor penggunaan alat bantu yang digunakan oleh klien o Dorong ambulasi mandiri dalam batasan aman B. Terapi latihan: mobilitas sendi. o Tentukan keterbatasan dari pergerakan sendi dan efek pada fungsi sendi o Tentukan tingkat motivasi klien untuk mempertahankan atau mengembalikan pergerakan sendi o Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang tujuan dan rencana untuk latihan sendi o Monitor lokasi dan asal ketidaknyamanan atau nyeri selama pergerakan atau aktivitas o Lindungi pasien dari trauma selama latihan o Bantu klien untuk posisi tubuh optimal untuk pergerakan sendi baik yang pasif maupun yang aktif o Dorong latihan ROM aktif sesuai jadwal o Berikan reinforcement positif untuk latihan sendi yang telah dilakukan klien 3. Defisit perawatan diri b.d gangguan neuromuskular, menurunnya kekuatan otot, dan koordinasi, NIC: o Monitor kemampuan klien dalam melakukan ADL secara mandiri. o Monitor kebutuhan klien akan alat bantu dalam melakukan ADL. kerusakan persepsi kognitif, depresi, gangguan kognitif.
NOC: Perawatan diri ADL, dengan kriteria hasil klien mampu: Makan. Berganti pakaian. Toileting. Mandi. Merawat diri. Menjaga kebersihan diri. Menjaga kebersihan mulut.
o Sediakan peralatan-peralatan pribadi yang dibutuhkan klien (seperti pasta gigi, dan sabun mandi). o Bantu klien dalam melakukan ADL sampai klien mampu melakukannya dengan mandiri. o Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan tingkat kemampuannya. o Dorong klien untuk mandiri, tetapi bantu klien bila klien tidak bisa melakukannya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, R., Martono, H. 2000. Buku Ajar geriatri(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), edisi ke 2, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Diagnosa NANDA (NIC & NOC) Disertai dengan Discharge Planning. 2007-2008. Jakarta:EGC Gallo, J. J., William Reichel, Lillian M. Andersen. 1998. Buku Saku Gerontologi, Edisi 2, Jakarta: EGC. Hardywinoto, Tony, S. B. 1999. Panduan Gerontologi, Jakarta: PTGramedia Pustaka Utama. Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2004. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah Brunner & Suddarth,Cetakan Ke sat., Jakarta: EGC. Tarwoto, dkk. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta Tarwoto, dkk. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta