PERSONAL HYGIENE
Di susun oleh :
2. Klasifikasi
Menurut KDM Tarwoto Wartonah, macam-macam personal hygiene, yaitu:
a. Perawatan kulit kepala dan rambut.
b. Perawatan mata.
c. Perawatan hidung.
d. Perawatan telinga.
e. Perawatan kuku kaki dan tangan.
f. Perawatan genetalia.
g. Perawatan kulit seluruh tubuh.
3. Fisiologis
1. Kulit
Kulit adalah organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung, ekskresi,
regulasi temperature, dan sensasi. Kulit mempunyai tiga lapisan, yaitu epidermis,
dermis, dan hypodermis (Asmadi, 2008).
a. Epidermis
Adalah lapisan terluar terdiri dari berbagai sel lapis yang tipis dimana
ada perbedaan dalam berbagai tingkat kematangan. Lapisan paling dalam dari
sel ini berfungsi untuk mengganti sel yang mati.
b. Dermis
Adalah lapisan yang lebih tebal yang terdiri dari sekelompok kolagen
dan fiber – fiber yang elastis untuk mendukung epidermis. Fiber syaraf,
pembuluh darah, kelenjar keringat, kelenjar sebasea, dan folikel rambut
melewati lapisan dermal. Kelenjar sebasea mensekresi sebum, minyak, cairan
odorous, hingga folikel rambut.
c. Hypodermis atau subkutan
Lapisan subkutan terdiri dari pembuluh darah, syaraf, limpa, dan
jaringan pengikatyang berisi sel lemak. Jaringan lemak adalah insulator panas
bagi tubuh. Subkutan juga menjadi pendukung lapisan kulit atas yang
menahan stressor dan tekanantanpa injury.
2. Kuku kaki dan tangan
Kaki, tangan, dan kuku selalu diperuntukkan untuk memberi perhatian
yang khusus untuk mencegah infeksi. Apakah ada luka pada kaki termasuk
adakah pertumbuhan atau luka pada kulit bagian atas, bisa nyeri dan pada pasien
normal kemampuan berjalan. Kuku adalah jaringan epitel yang tumbuh dari akar
nail bed, yang terletak di kulit pada nail groove, yang disembunyikan oleh fold
kulit, disebut cuticle, kuku juga memilki body nail, itu berbentuk area putih,
disebut lunula. Dibawah kuku terdapat lapisan epiteldisebut nail bed. Kuku yang
normal dan sehat transparan, lembut, dan konveks, dengan warna nail bed merah
jambu. Penyakit dapat memengaruhi bentuk, ketebalan, dan curvature dari kulit
(Alimul, 2006).
3. Rongga Mulut
Rongga mulut dibatasi oleh membrane mukosa yang berhubungan dengan
kulit. Rongga mulut terdiri dari bibir yang disekitarnya mulut yang terbuka, pipi
berada disepanjang rongga, lidah dan ototnya, hard dan soft palate. Mukosa mulut
normalnya berwarna merah jambu terang (light pink) dan lembab. Pada dasar
mulut dan area bawah lidah kaya akan pembuluh darah.tipe dari ulcer atau trauma
dapat mengakibatkan perdarahan. Ada 3 kelenjar saliva yang mensekresikan 1
liter saliva per hari. Kelenjar buccal ditemukan pada mukosa yang membatasi pipi
dan mulut yang mencegah hygiene dan kenyamanan pada jaringan oral (Alimul,
2006).
Gigi adalah organ mengunyah, atau mastication. Mereka didesain untuk
memotong, menyobek, dan mematahkan makanan sehingga dapat dicampur
dengan saliva dan ditelan. Gigi yang normal terdiri dari kepala, leher, dan akar.
Gigi yang sehat terlihat putih, bersinar, dan berdiri sendiri. Kesulitan mengunyah
dapat berkembang sewaktu sekeliling gusi menjadi inflamasi atau infeksi atau
ketika gigi tanggal. Oral hygiene yang teratur dibutuhkan untuk menjaga
integritas area gigi dan untuk mencegah gingivitis, atau inflamasi gusi (Alimul,
2006).
4. Rambut
Pertumbuhan rambut, distribusi, dan pola dapat mengindikasikan status
kesehatan orang secara umum. Perubahan hormone, emosional, dan stress fisik,
umur, infeksi, dan penyakit tertentu dapat memengaruhi karakteristik rambut
(Syaifuddin, 2004).
5. Mata, Telinga, dan Hidung
4. Etiologi
a. Gangguan kognitif
b. Penurunan motivasi
c. Kendala lingkungan (ketidaksediaan sarana dan prasarana)
d. Kelemahan
e. Karena sakit, sehingga tidak mampu melakukan sendiri
f. Kurangnya pengetahuan dan informasi
g. Keterbatasan biaya
h. Lingkungan yang tidak mendukung
i. Tidak adanya fasilitas yang memadai
Menurut Tarwoto Wartonah factor-factor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
a. Citra tubuh
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya.
Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh
individu. Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap
kebersihannya.
b. Praktik sosial
Kebiasaan keluarga, jumlah orang di rumah, dan ketersediaan air panas atau air
mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perawatan personal
hygiene. Praktik personal hygiene pada lansia dapat berubah dikarenakan situasi
kehidupan, misalnya jika mereka tinggal dipanti jompo mereka tidak dapat
mempunyai privasi dalam lingkungannya yang baru. Privasi tersebut akan mereka
dapatkan dalam rumah mereka sendiri, karena mereka tidak mempunyai kemampuan
fisik untuk melakukan personal hygiene sendiri.
c. Status sosio ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampo dan alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah
cukup. Seseorang harus termotivasi untuk memelihara perawatan diri. Seringkali
pembelajaran tentang penyakit atau kondisi yang mendorong individu untuk
meningkatkan personal hygiene. Misalnya pada pasien penderita Diabetes Melitus
selalu menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya Kepercayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi personal hygiene.
Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik perawatan diri yang
berbeda. Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh
dimandikan
f. Kebiasaan seseorang Setiap individu mempunyai pilihan kapan untuk mandi,
bercukur dan melakukan perawatan rambut. Ada kebiasaan orang yang menggunakan
produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan shampo, dan lain-lain.
g. Kondisi fisik Pada keadaan sakit, tentu kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.
5. Faktor Predisposisis
Menurut Potter dan Perry (2005), sikap seseorang melakukan personal hygiene
dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain:
a. Citra Tubuh
Penampilan umum klien dapat menggambarkan pentinya hygiene pada orang
tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan
fisiknya. Citra tubuh ini dapat sering berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara
mempertahankan hygiene.
b. Praktik social.
Kelompok-kelompok social wadah seorang klien berhubungan dapat
mempengaruhi praktik hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, kanak-kanak
mendapatkan praktik hygiene dari orang tua mereka.
c. Status sosio-ekonomi
Sumber daya ekonomi seeorang mempengruhi jenis dan tingkat praktik
kebersihan yang digunakan. Perawat harus menentukan apakah klien dapat
menyediakan bahan-bahan yang penting seperti deodorant, sampo, pasta gigi dan
kometik. Perawat juga harus menentukan jika penggunaan produk-produk ini
merupakan bagian dari kebiasaan social yang dipraktikkan oleh kelompok social
klien.
d. Pengetahuan
Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan
mempengaruhi praktik hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah
cukup. Klien juga harus termotivasi untuk memelihara perawatan-diri. Seringkali,
pembelajaran tentang penyakit atau kondisi mendorong klien untuk meningkatkan
hygiene. Pembelajaran praktik tertentu yang diharapkan dan menguntungkan dalam
mngurangi resiko kesehatan dapat memotifasi seeorang untuk memenuhi perawatan
yang perlu.
e. Variable Kebudayaan
Kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan
hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik keperawatan
diri yang berbeda pula. Di asia kebersihan dipandang penting bagi kesehatan.
f. Pilihan pribadi
Setiap klien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk mandi,
bercukur, dan melakukan perawatan rambut . klien memilih produk yang berbeda
(mis. Sabun, sampo, deodorant, dan pasta gigi) menurut pilihan pribadi.
g. Kondisi Fisik.
Orang yang menderita penyakit tertentu (mis. Kanker tahap lanjut) atau menjalani
operasi sering kali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk melakukan
hygiene pribadi.
6. Patofisiologis
Pengaturan kegiatan sehari-hari seseorang meningkat kualitas seseorang sehingga
permasalahan – permasalahan yang tadinya terjadi dapat berangsur-angsur berkurang.
PATHWAY
ETIOLOGI
Gangguan Kognitif
Penurunan Motivasi
Kelemahan
Keterbatasan biaya
Lingkungan yang tidak mendukung
PATOFISIOLOGI
Fisik
Badan bau Rambut dan kulit kotor kuku panjang dan kotor gigi kotor dan mulut bau
Psikologi
Social
b. Perawatan mata
1) Penglihatan menjadi ganda
2) Bintik hitam atau ada daerah yang gelap
3) Sakit pada mata
4) Terlihat ada warna atau terang di sekitar ujung-ujung objek
5) Mata yang kemerahan
6) Tiba-tiba kehilangan kemampuan melihat dengan jelas
c. Perawatan hidung
1) Terjadi flu/pilek
2) Terjadi perubahan penciuman
3) Hidung kotor
4) Terjadi alergi
d. Perawatan telingga
1) Telinga kotor
2) Terjadi infeksi
e. Perawatan kuku kaki dan tangan
1) Kuku kotor/hitam
f. Perawatan genetalia
1) Genetalia kotor
2) Terjadi penyakit genetalia
9. Terapi
a. Meningkatkan kesadaran dan percaya diri klien, dengan cara:
1) Bina hubungan saling percaya
2) Bicarakan tentang pentingnya kebersihan diri
3) Kuatkan kemampuan pasien untuk merawat diri
b. Membimbing dan mendorong klien merawat diri
1) Bantu pasien merawat diri
2) Ajarkan keteraampilan secara bertahap
3) Buat kegiatan harian setiap hari
4) Ingatkan setiap kegiatan
5) Berikan pujian serta kegiatan positif
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung, seperti:
1) Sediakan perlengkapan yang dibutuhkan (sabun, pasta gigi, dll)
2) Sediakan tempat yang aman dan nyaman bagi pasien
d. Sikap keluarga
1) Sabar dan selalu siap membantu
2) Menerima dan memuji setiap upaya pasien saat merawat diri
3) Tidak mencela/menghina pasien saat merawat diri
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Widiarti. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.
Perry & Potter. 2005. Fundamental keperawatan edisi 4, volume 1. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Tarwoto, Wartona. 2002. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Musrifatul Uliyah. 2012. Buku Ajar Kebutuhan Manusia edisi 1. Surabaya : Health-
Books Publishing.
Nanda Internasional 2013. Diagnosa keperawatan Definisi dan klasifikasi 2012-2014.
Jakarta ; EGC