DIGITAL
PARENTING
Mendidik Anak di Era Digital
Dyna Herlina
S., M.Sc Benni
Setiawan,
M.S.I Gilang
Jiwana A., M.A
Digital Parenting
Mendidik Anak di Era Digital
Penerbit:
Samudra Biru
Jl. Kyai Legi No. 3B
Perumahan Griya Gedung Kuning, Kedungkuning,
Wonocatur, Banguntapan, Bantul, DIY.
i
Prakata
Jaringan Pegiat
Literasi Digital
(Japelidi)
Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) adalah komunitas
yang sebagian besar terdiri dari akademisi dan pegiat literasi digital
yang tersebar di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Komunitas
yang mulai beraktivitas pada tahun 2017 peduli pada beragam upaya
untuk meningkatkan kemampuan literasi digital masyarakat
Indonesia. Beragam program literasi digital dilakukan baik secara
kolaboratif atau di masing-masing perguruan tinggi untuk
mengatasi beragam persoalan masyarakat digital.
Salah satu pekerjaan kolaboratif Japelidi yang dilakukan
tahun 2017 adalah penelitian peta gerakan literasi digital di
Indonesia. Penelitian yang dikoordinatori oleh Program Magister
Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada (UGM) ini memetakan
342 kegiatan literasi digital dengan melibatkan 56 peneliti dari 26
perguruan tinggi. Salah satu temuan yang menarik dari penelitian ini
adalah bahwa ragam yang sering dilakukan dalam kegiatan
sosialisasi digital adalah sosialisasi. Sedangkan kelompok sasaran
yang paling sering menjadi target beragam gerakan literasi
digital adalah kaum muda.
Untuk mendiskusikan hasil penelitian Japelidi sekaligus
memetakan berbagai isu terkini terkait literasi digital di Indonesia,
Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Yogyakaa (UNY)
menyelenggarakan Konferensi Nasional Literasi Digital pada tanggal
12 September 2017. Konferensi ini diikuti oleh 30 pemakalah dan
200 pesea. Lebih separuh dari makalah yang disampaikan dalam
konferensi ini sudah dan akan diterbitkan di Jurnal Informasi UNY.
3
Berbeda dengan kegiatan pada tahun 2017 yang
memfokuskan pada kegiatan penelitian dan konferensi, pada
tahun
4
2018 Japelidi melakukan program penerbitan serial buku panduan
literasi digital. Untuk itu, selain mengadakan serial rapat pra-
workshop di Yogyakaa pada tanggal 21 dan 22 Maret 2018, Japelidi
menyelenggarakan workshop penulisan pedoman buku literasi
digital pada tanggal 27 dan 28 April 2018. Workshop yang dijamu
oleh Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) ini diikuti oleh 30
pesea dari 13 perguruan tinggi di Indonesia dari 9 kota. Salah satu
hasil workshop ini adalah perumusan 23 proposal buku panduan
literasi digital yang direncanakan akan disusun dan diproduksi oleh
23 perguruan tinggi dari 11 kota dalam kurun waktu 2018-2019.
Tujuan dari penerbitan serial buku panduan Japelidi ini adalah untuk
menyediakan pustaka yang memadai sekaligus aplikatif sehingga
bisa diterapkan secara langsung oleh kelompok sasaran yang dituju.
Dengan begitu, buku-buku tersebut bisa dimanfaatkan untuk baik
akademisi, pegiat maupun kelompok sasaran kegiatan literasi
digital.
Atas terbitnya serial buku panduan literasi digital Japelidi,
kami mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya atas
bantuan seluruh pihak yang terlibat. Semoga buku-buku ini berhasil
menjadi bagian dari meningkatan kemampuan literasi digital
masyakarat Indonesia.
Koordinator Japelidi
Novi Kurnia
5
Prakata
Gerakan Nasional
Literasi Digital
SiBerkreasi
Kemajuan teknologi menciptakan disrupsi pada kehidupan
sehari-hari, mulai dari otomatisasi yang mengancam ragam mata
pencaharian, hingga bagaimana masyarakat mencerna dan
mengabarkan informasi. Dewasa ini, lebih dari setengah populasi di
Indonesia sudah terhubung Internet. Angka penetrasi Internet
makin tinggi dari tahun ke tahun. Eric Schmidt, insinyur dari Google,
bahkan memprediksikan bahwa tahun 2020 nanti seluruh manusia
didunia akan online.
Sayangnya, kemajuan inovasi digital dan kemudahan mengakses
Internet masih belum diiringi dengan kualitas sumber daya manusia
yang memadai. Bak air maupun api, teknologi juga bisa dilihat
sebagai anugerah sekaligus ancaman. Jika tidak dikelola dengan
baik dan tidak dimanfaatkan dengan bijaksana, ia bisa jadi sangat
berbahaya. Maka dari itulah, Seri Buku Literasi Digital hasil kolaborasi
para pemangku kepentingan multisektoral ini kami anggap perlu
kembali diluncurkan ke publik.
Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi beerima kasih
pada para mitra kami yang tanpa lelah mencurahkan waktu dan
tenaganya untuk mengedukasi masyarakat. Kedewasaan,
kecakapan, dan keamanan dalam menggunakan media digital
sangat perlu diperjuangkan. Di balik jutaan kesempatan bagi
masyarakat Indonesia pada era transformasi digital, terdapat
masalah serius yang sama banyaknya, mulai dari: penyebaran konten
negatif, sepei perundungan siber, ujaran kebencian, radikalisme
daring, ketergantungan pada gawai, eksploitasi seksual dan
6
pornogra; hingga keterbatasan kompetensi dasar menuju revolusi
industri 4.0. Kami percaya bahwa pendidikan adalah pilar paling
7
penting untuk mencegah dan menanggulangi potensi ancaman
yang ditimbulkan oleh penyimpangan pemanfaatan teknologi.
Literasi digital telah menjadi keharusan yang mendesak
dilakukan dalam skala nasional secara masif, komprehensif, dan
sistematis. Presiden Joko Widodo dalam pidato pada Sidang
Tahunan MPR RI 2018 telah secara khusus mendorong institusi
pendidikan untuk lekas beradaptasi di era revolusi industri 4.0,
salah satunya dengan memantapkan kemampuan literasi digital.
Sembari mengawal proses tersebut, SiBerkreasi merasa perlu
menyatukan pegiat literasi digital dari berbagai disiplin ilmu dan
sektor untuk menyediakan sumber ilmu yang berkualitas, mudah
dijangkau, sea bebas biaya.
Sasaran literasi digital perlu diperluas, sehingga dalam Seri Buku
Literasi Digital kali ini kami dengan bangga mempersembahkan
terbitan dari pelbagai kontributor dari bidang keahlian yang
majemuk. Tema-tema literasi digital, antara lain: tata kelola digital,
pola asuh digital, ekonomi digital, gaya hidup digital, dan kecakapan
digital; dapat ditemui untuk dipelajari sea disebarluaskan ke
khalayak ramai. Kami harap, para orang tua, siswa, anak-anak,
hingga pemerintah daerah, dapat mengambil manfaat penuh
dari rangkaian terbitan ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih pada seluruh pihak yang
telah mendukung dan berkontribusi dalam peluncuran Seri Buku
Literasi Digital yang kedua. Untuk para pembaca, kami sampaikan
selamat menjumpai ilmu baru dan jangan segan menjadi duta
literasi
digital bagi sekitar.
Dedy Permadi
Ketua Umum Siberkreasi
8
Pengantar
Mendampingi Anak
di Tengah
Terpaan Teknologi
B
anyak orang tua di kelompok usia. Buku panduan ini
era digital ini terdiri dari 6 topik: pendahuluan,
merasa sulit tumbuh kembang anak, gaya
menemukan cara terbaik pengasuhan, sifat media digital,
mengasuh anak. Di satu sisi, prinsip pengasuhan digital,
penggunaan teknologi
digital sepei Internet
dan video game dalam
kehidupan keluarga tak
terelakkan namun di sisi
lain anak-anak dan
orang tua dapat
mengalami dampak
negatif media itu. Oleh
karena itu, kami
menyusun buku
panduan ini untuk orang
tua setidaknya untuk
dua tujuan. Peama, membantu
orang tua melihat masalah dan
kesempatan yang dapat diraih
keluarga di era digital saat ini
dan masa depan. Kedua,
memberikan tips cara
mendampingi anak
menggunakan media
digital di berbagai
vii
penerapan pola pengasuhan tanggungjawab dan
digital sesuai usia. berkontribusi positif bagi
Pembicaraan mengenai lingkungannya. Selama proses
pola pengasuhan anak itu berlangsung, mereka perlu
merupakan hal baru bagi belajar beberapa hal penting
masyarakat Indonesia. Generasi sesuai dengan usianya.
sebelumnya lebih banyak Pada rentang usia
mengasuh anak berdasarkan tersebut, anak mengalami masa
kebiasaan secara turun temurun. peumbuhan sik dan mental
Di masa lalu, pengasuhan identik yang pesat. Karena peumbuhan
dengan pemenuhan sandang, sik dan mental yang pesat,
pangan, papan, kesehatan dan maka dibuat beberapa
pendidikan yang memadai. pengelompokan dengan
Namun dunia berubah, rentang usia yang lebih pendek:
pemenuhan kebutuhan pokok bayi, kanak-kanak, remaja dan
anak saja sudah tidak cukup dewasa muda. Pengelopokan
karena sekarang beragam usia ini akan membantu orang
tawaran nilai kehidupan tua untuk mampu lebih teliti
menerpa dari berbagai arah. menerapkan pola pengasuhan
Belum lagi ada tuntutan bagi digital yang berbeda pada
orang tua untuk tidak masing-masing rentang umur
mengabaikan kesejahteraan dan itu. Pembagian kelompok usia
kebahagiaan anak. Oleh sebab ini juga menjadi panduan bagi
itu, orang tua perlu memikirkan orang tua untuk dapat memberi
cara terbaik mengasuh anak. rangsangan, aturan, fasilitas
Mencari Pola Terbaik dan pendampingan yang tepat
Masa kanak-kanak, yang sesuai tahap peumbuhan.
dibatasi pada rentang usia 0-18 Dengan demikian anak mampu
tahun, seringkali dianggap masa mengoptimalkan potensi mereka
persiapan memasuki kehidupan dan terhindar dari ancaman.
orang dewasa yang penuh
8
Tantangan untuk Pengasuhan digital menawarkan
memaksimalkan potensi anak beberapa nilai dasar yang dapat
semakin berat saat kita diterapkan di dalam keluarga.
memasuki era digital. Era digital Secara umum ada tiga bentuk
menawarkan beragam pengasuhan yang dilakukan
kesempatan baru untuk orang tua di seluruh dunia:
mengembangkan diri, namun otoriter, otoritatif, permisif.
juga menyimpan ancaman. Oleh Selain ketiga cara itu, ada juga
karena itu, penting bagi orang keluarga yang menggunakan
tua mengembangkan model pendekatan agama atau budaya
pengasuhan yang be ujuan dalam mendidik anak. Masing-
menghindarkan anak dari masing pilihan ditentukan orang
ancaman dan memaksimalkan tua berdasarkan pandangan
potensi digital. Teknologi digital mereka terhadap nilai-nilai
membawa beberapa perubahan kehidupan dan tantangan
penting dalam kehidupan jaman. Apapun bentuk
manusia, maka orang tua perlu pengasuhannya, hal terpenting
memahami bentuk-bentuk adalah orang tua konsisten
perubahan itu agar dapat menjalankannya.
memandu anaknya.
9
Daftar Isi
Da ar Isi x
Da ar Pustaka 41
1
Pendahuluan
Kreatif, Kolaboratif,
Kritis
T
eknologi digital dan anak bisa mengalami
terus merangsek masalah kecanduan gawai
kehidupan (gadget). Maka orang tua perlu
keluarga saat ini tanpa mengembangkan cara baru
terbendung. Baik orang tua mendidik anak di era digital.
maupun anak-anak menjadi Selama beahun-tahun
pengguna media kita percaya anak-anak
digital dalam berbagai generasi Y adalah
bentuk, sepei digital native, kalangan
komputer, yang lahir
telepon pintar, bersamaan
piranti dengan
permainan/gim teknologi digital
maupun sehingga
internet. otomatis
Pengguna mampu
an media menguasai
digital di nya.
rumah Ternyata,
ternyata digital
tidak sea mea meningkatkan native adalah mitos belaka.
kualitas kehidupan berkeluarga. Kemahiran generasi ini
Tak jarang anggota keluarga ditentukan oleh berbagai faktor.
justru terpisahkan karena lebih Antara lain terpaan teknologi
tearik menghabiskan waktu digital, tingkat pendidikan ibu,
dengan perangkat digital dan tingkat ekonomi keluarga.
mereka daripada berinteraksi Anak-anak yang lahir di keluarga
bersama. Lebih parah, orang tua kelas ekonomi dan sosial
1
menengah cenderung lebih sebagainya. Pengalaman juga
mahir, produktif dan memahami didapat melalui pengenalan
keamanan teknologi digital berbagai pla orm media digital
dibandingkan anak-anak kelas sepei website, media sosial,
bawah yang hanya diajari gawai piranti lunak, dan aplikasi
untuk permainan dan hiburan. layanan. Kemampuan dan
Apalagi bila ibunya tidak pernah kreativitas untuk menjelajahi
mendiskusikan teknologi itu berbagai sudut dan potensi
(Livingstone, 2009). media digital sangat penting
Anak-anak sebagaimana dalam menunjang kehidupan
generasi sebelumnya generasi di masa depan.
membutuhkan bimbingan dan Kolaborasi
arahan dari orang tua untuk adalah nilai
menggunakan media digital yang dibawa
dengan bijaksana. Maka orang oleh media
tua perlu memahami nilai utama digital karena
dunia digital yang menyetir cakupannya
kehidupan kita saat ini. Ada tiga yang nyaris
nilai penting: kreatitas, tak berbatas, dari sisi isi maupun
kolaborasi dan berpikir kritis. penggunaannya. Media digital
Kreatitas memungkinkan kita untuk
di era berkomunikasi dan berinteraksi
digital dengan banyak orang dengan
dapat mudah. Agar tak tersesat, anak-
dikembang anak perlu belajar berinteraksi
kan melalui dan bekerjasama dengan orang
berbagai dari beragam latar belakang
pengalama budaya dan ketrampilan. Oleh
n menggunakan media digital. karena itu keterampilan
Pengalaman itu meliputi berkomunikasi, bernegosiasi,
ketrampilan mengolah kata, menghargai pendapat orang
suara, angka, gambar, dan lain, hingga membagi tugas
2
harus dikuasai oleh anak. Orang pola pikir dan sikap kritis dalam
tua perlu merancang kegiatan di bermedia dan mampu
luar sekolah yang tidak beokus memanfaatkan fasilitas media
pada kompetisi tapi kolaborasi yang serba canggih untuk
untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan positif.
kemampuan ini. Kemampuan untuk menguasai
Kritis dalam ketiga nilai tersebut dan
berpikir mengombinasikannya akan
penting membuat pengguna media
diajarkan digital tak hanya menjadi
pada anak- pengguna digital yang pasif,
anak. melainkan pengguna media
Mereka digital yang aktif dan mampu
menghadapi menggali potensi tersembunyi
media digital yang memuat dari media ini. Anak-anak yang
berbagai konten dan pesan dari masih dalam masa
seluruh penjuru dunia dengan perkembangan akan memiliki
nilai-nilai yang berbeda. Maka waktu lebih banyak untuk
setiap keluarga perlu memelajarinnya dan
menanamkan nilai-nilai mengembangkan keterampilan
kehidupan yang diarmasi setiap ini sehingga mereka memiliki
keluarga pada anak- anaknya. peluang lebih besar untuk bisa
Jika hal itu berhasil mengoptimalkan penggunaan
dilakukan orang tua, maka anak- media digital untuk hal yang
anak akan mengembangkan bermanfaat.
3
Bagian Pertama
M
eskipun kata “anak”
sudah tidak asing di membagi fase tumbuh kembang
telinga, nyatanya anak menjadi empat tahap. Bayi
masih banyak yang awam disebut fase sensori (0-2 tahun)
mengenai klasikasi anak. ketika seorang anak mulai
Sejumlah pakar sepakat masa belajar untuk bergerak dan
anak-anak terntang pada usia 0- mengenali berbagai objek sik.
18 tahun. Pada rentang usia ini Balita + atau fase pra
seorang anak tengah berada operasional (2-7 tahun) ditandai
pada masa peumbuhan baik dengan kemampuan
secara sik, kognitif, maupun mengombinasikan dan
moral (Po er, 2008:58) yang mengubah berbagai informasi
belum sempurna. Ainya, yang diterima inderanya sebagai
seorang anak dinilai belum sebuah paket konsep. Anak-anak
memiliki kemampuan untuk merupakan fase operasional
membentengi diri dari berbagai konkrit (7-11 tahun). Pada masa
efek buruk yang ada di ini anak mulai mempelajari
sekitarnya, termasuk dalam konsep-konsep yang bersifat
mengonsumsi pesan yang abstrak sepei ekspresi emosi
disiarkan melalui berbagai yang kompleks. Sea fase remaja
media. Kondisi tersebut juga yang bersifat formal operasional
membuat anak menjadi khalayak (> 12 tahun). Pada masa remaja
yang paling berisiko terpapar inilah kemampuan berpikir
dampak negatif penggunaan secara
media. Oleh karena itu orang tua logis, rasional, dan sistematis
perlu berperan besar melindungi mulai berkembang dan menjadi
dan mendidik anak agar bisa awal munculnya tanda
menghindari dampak negatif kedewasaan.
4
Pakar yang lain, Erik
5
Erikson memperkenalkan mereka mampu maka merasa
tahapan peumbuhan emosi diterima oleh orang lain jika
anak-anak. Ia membaginya tidak berhasil muncul perasaan
menjadi 5 fase: bayi (0-2 tahun), kesepian dan menyendiri.
kanak-kanak awal (2-3 tahun), Mengikuti pembagian
pra sekolah (3-5 tahun), usia fase yang serupa dengan Erik
sekolah (6-11 tahun), dan remaja Erikson, Lawrence Kolhberg
(12-18 tahun). Pada fase peama menjelaskan tahapan
anak-anak belajar percaya pada peumbuhan moral anak-anak.
orang tua dan pengasuhya, jika Bayi belum mengenal hal-hal
mereka diabaikan maka mereka baik dan buruk, maka bentuk
jadi sulit membangun hubungan penghargaan dan hukuman
dengan orang lain. Fase kedua, nyaris tidak dapat diterapkan
anak-anak mulai berusaha dalam mendidiknya. Masa
mengendalikan gerak dan kanak-kanak awal merupakan
kemandirian tubuh, jika mereka saat yang tepat
berhasil maka muncul memperkenalkan imbalan positif
kemandirian jika sebaliknya akan untuk prilaku baik karena mereka
merasa malu dan ragu-ragu. mulai ingin mendapatkan
Fase ketiga, anak-anak mulai keuntungan diri tetapi mereka
menjelajahi lingkungannya, jika belum dapat memahami
mereka difasilitasi maka konsekuensi negatif dan
perasaan memiliki tujuan jika hukuman. Selanjutnya, waktu pra
dilarang maka mereka merasa sekolah adalah saat anak-anak
bersalah. Fase keempat, berusaha menyamakan dirinya
lingkungan sekolah membuat dengan orang lain dan
anak-anak berinteraksi lebih luas menginginkan penerimaan dari
maka prestasi akademik menjadi orang lain, biasanya mereka
penentu tumbuh rasa percaya mudah diatur maka nilai-nilai
diri atau rendah diri. Fase moral mulai diperkenalkan. Saat
kelima, remaja mulai memasuki usia sekolah, anak-
membangun anak mulai mengenal otoritas
hubungan dengan orang lain, jika
6
dan aturan sosial maka penerapan aturan yang tegas dapat
diberlakukan oleh orang tua dan guru. Ketika remaja, mereka
mulai memahami kontrak sosial dan variasi nilai moral dari
berbagai kelompok masyarakat maka penting memahami
toleransi untuk mencegah konik sekaligus teguh pada nilai moral
yang diajarkan
Bent
Perkemban Perkemban uk
gan gan Pengharga
Fisik dan Emo an dan
Mental si Hukuman
Bergerak dan Percaya dan Berikan
mengenali tidak penjelasan
objek sik. percaya. dan hindari
hukuman.
Bayi
Mengenali Otonomi dan Berikan
lingkungan malu-ragu, penghargaan
melalui Inisiatif dan dengan
indra rasa bersalah imbalan positif
Balita+
Mulai belajar Percaya diri Menegaskan
konsep abstrak, dan tidak otoritas,
sepei cita-cita. percaya diri. mulai
menekankan
Anak-anak aturan sosial.
Mengembangk Membedakan Pembentukan
a n kemampuan identitas dan moral dasar
berpikir logis, peran dalam dan toleransi
sistematis, bermasyarakat atas
. perbedaan.
Remaja
8
musik, mulai memainkan alat yang asri.
musik, dan meminta belajar 2. Stimulasi
untuk dapat mahir memainkan kecerdasan.
alat musik. Anak memiliki
5. Status potensi
Sosial kecerdasan yang
Ekonomi berbeda-beda
Orang Tua. sepei gerak, logika-rasional,
Faktor ini bahasa, seni dsb. Jika ada salah
menentukan satu bentuk kecerdasan tidak
kemampuan orang tua dianggap penting dalam
menyediakan kebutuhan masyarakat maka akan
dasar, kesehatan dan mematikan potensi anak.
pendidikan bagi anak-anak Contoh, jika keterampilan
sehingga berpengaruh pada gerak sepei berolahraga dan
tumbuh kembangnya. menari dianggap lebih tidak
penting dibandingkan prestasi
matematika maka anak-anak
Pengaruh
Lingkungan Sosial dengan kecerdasan gerak tidak
akan berkembang
1. Lingkungan
3. Agama dan
sik. Kondisi
Budaya. Nilai-
lingkungan
nilai agama dan
keluarga,
budaya
rumah, sekolah,
memengaruhi
dan masyarakat
pola
dapat berperan besar pada
pengasuhan anak, kebiasaan,
tumbuh kembang anak. Contoh:
keyakinan, dan norma yang
anak-anak yang dibesarkan di
berlaku di kelompok masing-
kampung dekat pembuangan masing. Contoh: pola
sampah akan memiliki kualitas pengasuhan di keluarga Batak
hidup yang lebih buruk yang terbuka dalam
dibandingkan anak-anak di desa
9
menyampaikan pendapat akan membuat anak merasa tidak
berbeda dengan keluarga Jawa percaya diri.
yang lebih sering menyampaikan Faktor genetik, keluarga dan
pesan secara halus atau tidak sosial membuat anak-anak
langsung. mengembangkan kecerdasan
4. Konik. yang berbeda-beda.
Anak-anak yang Saat ini dikenal 8 jenis
tumbuh di kecerdasan menurut Howard
lingkungan Gedner: verbal-linguistik, logis-
dengan masalah matematis, musikal, visual-
keluarga dan spasial, kinestetik-tubuh,
sosial akan mengalami interpersonal, intrapersonal dan
peumbuhan yang lebih cepat naturalistik (Ahvan and Pour,
atau lambat. Contoh: anak-anak 2016).
korban perang atau hidup di Kecerdasan verbal-linguistik
pengungsian dipaksa mengatasi atau bahasa berkaitan dengan
masalahnya dengan ekstrim sensitivitas suara, ritme, dan
agar dapat beahan hidup maka makna kata-kata; kepekaan
peumbuhan sik, emosi dan terhadap berbagai fungsi
moralnya akan terganggu. bahasa. Siswa yang memiliki
Karena perbedaan kecerdasan ini dapat
lingkungan keluarga dan sosial mengekspresikan gagasan dan
itu maka kematangan sik, konsep dengan kata-kata.
kognitif dan perilaku yang Mereka dapat mengeksplorasi
dialami anak dapat berbeda- banyak kosakata dan variasi
beda maka orang tua perlu jeli suara sehingga dapat diarahkan
mengenalinya. Setiap anak perlu menjasi penulis, penyair, jurnalis
diperlakukan khusus sesuai dan pembicara publik.
dengan kondisinya. Orang tua Kedua, kecerdasan logis-
tidak perlu membandingkan matematika atau logika
peumbuhan dan kemampuan berhubungan dengan
anak-anaknya karena justru sensitivitas terhadap, dan
1
kemampuan untuk menggerakan tubuh dalam
membedakan, pola logis atau aturan teentu. Siswa dengan
numerik; kemampuan untuk kehandalan ini dapat
menangani rantai penalaran mengendalikan gerakan tubuh
panjang. Seseorang dikatakan seseorang dan menangani
memiliki kecerdasan ini jika benda dengan terampil.
mampu berkonsentrasi pada Kelima kecerdasan musikal
masalah matematika, hipotesis ditandai dengan sensivitas
dan pemikiran secara logis. terhadap ritme, nada, dan
Profesi yang membutuhkan timbre. Orang pemilik
kecakapan ini adalah ahli kecerdasan ini dapat
statistik, ilmuwan, akuntan, menghargai dan memproduksi
peneliti dsb. beragam bentuk ekspresi musik.
Ketiga, kecerdasan visual- Para siswa yang berprestasi
spasial atau gambar-ruang dalam hal ini menjadi komposer
yaitu kapasitas seseorang untuk terkemuka, direktur musik,
memahami dan melakukan kritikus musik atau pembuat
transformasi visual-spasial instrumen musik.
secara akurat. Siswa dengan Keenam, kecerdasan
ketrampilan ini dapat interpersonal atau emosi yang
mengambar perspektif tiga mutlak diperlukan oleh
dimensi terhadap ruang dan profesional di bidang
bentuk yang diamati. Pekerjaan pemasaran, pekerja sosial,
yang membutuhkan kapasitas politikus, guru dsb. Mereka
ini adalah arsitek, perupa, trampil membina hubungan dan
perancang produk dll. memengaruhi orang lain karena
Keempat, kecerdasan tubuh memiliki kapasitas untuk
kinestetik atau gerak yang membedakan dan merespons
mutlak diperlukan oleh penari secara tepat suasana hati,
dan atlet karena mereka temperamen, motivasi, dan
mengandalkan kemampuannya keinginan orang lain.
1
Ketujuh, kecerdasan dan hewan berikut upaya
intrapersonal atau sosial yang mengolah dan melestarikannya.
merupakan kebalikan dari Ahli perkebunan, peanian,
kecerdasan interpersonal kehutanan, aktivis pelindung
karena lebih ke arah alam dapat menjadi arah tujuan
pengendalian diri sendiri dalam dari para siswa yang memiliki
bentuk introspeksi kelebihan dan kecenderungan ini.
kelemahan diri, mengarahkan Setiap orang tua beugas
kehidupan pribadi di masa mengoptimalkan potensi
depan dan sejenisnya. Siswa kecerdasan anak. Tidak ada satu
yang memiliki kecakapan ini kecerdasan yang lebih penting
dapat diarahkan menjadi ahli daripada kecerdasan yang lain.
agama, psikolog, lsuf dll. Potensi dapat digali melalui
Kedelapan merupakan permainan, pembelajaran formal
kecerdasan naturalistik atau dan informal, pengetahuan dari
alam ditandai dengan kecintaan media dan bimbingan orang tua.
dengan alam termasuk tanaman
1
Kewajiban disesuaikan dengan minat dan
Pengasuhan bakatnya dengan
Konvensi Hak-Hak Anak PBB memperhatikan waktu luang,
pada 1989 menyepakati anak bermain, bergaul. Hak
adalah individu berusia 0-18 perlindungan dari kekerasan,
tahun. Indonesia menyetujui diskriminasi, eksploitasi,
konvensi itu melalui Keputusan penelantaran, kekejaman,
Presiden Nomor 36 Tahun 1996 kekerasan, penganiayaan,
dan sudah menetapkan rentang ketidakadilan, peperangan,
umur yang sama sebagai dasar kegiatan politik, sengketa
berbagai peraturan untuk bersejata, dan perlakuan salah
melindungi hak-hak anak. Maka lain. Hak hukum berkaitan
manusia yang berada dalam dengan bantuan hukum,
rentang usia itu harus membela diri dan keadilan,
mendapat perlindungan dari hukuman terpisah dengan orang
orang tua dan negara. dewasa, kerahasiaan identitas
Menurut Undang-Undang No ketika berkasus hukum.
23 tahun 2002, ada beberapa Merespons aturan-aturan di
hak anak yang harus dipenuhi atas, beberapa pemerintah
oleh orang tua. Hak sik anak provinsi dan kabupaten di
meliputi kesempatan hidup, Indonesia juga mencanangkan
tumbuh, berkembang, Peraturan Daerah untuk
berperansea dalam kehidupan perlindungan anak. Bahkan
sesuai nilai kemanusiaan, beberapa tempat menetapkan
pelayanan kesehatan dan Kota Layak Anak (KLA) yang
jaminan sosial. Hak kewargaan beujuan memastikan keluarga
berupa identitas diri dan status dan lingkungan sosial menjadi
kewarganegaraan. Hak tempat pengasuhan anak yang
pengasuhan didapatkan dari baik. Selain semua hal yang telah
orang tua kandung. Hak agama diatur oleh Undang-Undang,
sehingga dapat beribah, berpikir, program KLA harus memastikan
berekpresi dengan bimbingan anak-anak bebas dari asap
orang tua. Hak pendidikan yang
1
rokok, pornogra, stigma, terorisme, perkawinan anak, dan akses
sanitasi, air bersih, fasilitas umum ramah anak.
Melihat pengaturan yang ketat di tingkat internasional,
nasional dan daerah maka orang tua dan masyarakat
berkewajiban secara moral, sosial dan hukum untuk memberikan
pengasuhan terbaik bagi anak-anaknya. Penelantaran anak-anak
secara sik dan emosional membuat orang tua dapat kehilangan
hak asuh bahkan
hukuman pidana.
Hak Anak
Konvensi
Perda
UU
1
Gaya Pengasuhan
Pengasuhan anak oleh orang tua (parenting) mulai menjadi
perhatian dunia pada tahun 1970an. Pada saat itu orang tua kulit
putih ingin anaknya mampu berkompetisi dalam lingkungan
akademis dan sosial sehingga diharapkan menjadi orang dewasa
yang memiliki ketrampilan tinggi di berbagai hal. Karena beujuan
untuk menciptakan manusia yang 'sempurna' maka berbagai
kontrol, aturan dan hukuman diterapkan pada anak agar mereka
berhasil mencapai prestasi tinggi. Seiring waktu, berkembang pula
berbagai bentuk pengasuhan anak: otoriter, permisif/psikologis,
otoritatif/kontekstual (Darling dan Steinberg, 1993).
Cara otoriter
menempatkan orang tua
sebagai pihak yang menentukan
segalanya karena orang tua
merasa paling tahu hal terbaik
untuk anaknya. Anak
dikendalikan dengan aturan dan
hukuman agar dapat memiliki
kemandirian. Tujuan
pengasuhan agar anak sukses
secara nansial dan status
sosial. Untuk mencapai tujuan
itu orang tua mengikutseakan anak-anak dalam berbagai bentuk
penampilan dan kompetisi. Mereka yakin keberhasilan semacam itu
akan menjamin kekayaan, status dan kebahagiaan di saat dewasa.
Ini adalah model pengasuhan paling lawas yang dikenal, tetapi
memiliki kekurangan yaitu anak-anak akan sangat tergantung pada
orang tua dalam mengambil keputusan. Saat dewasa, mereka akan
dipengaruhi oleh tekanan dan imbalan di luar dirinya. Sehingga
dianggap buruk terhadap kebahagiaan emosi jangka panjang.
Cara ini juga dikenal sebagai Tiger Parenting.
1
Cara pengasuhan kedua disebut permisif
ketika anak lebih banyak mengendalikan orang
tua. Biasanya orang tua yang memilih
pengasuhan ini berpikir sudah sewajarnya anak-
anak dimanjakan karena masa itu tak terulang
kembali. Pilihan
ini sering terjadi pada situasi khusus sepe
i anak tunggal, orang tua tunggal, anak
be isik lemah atau kehamilan sulit.
Orang tua juga seringkali jadi menuruti
anak berlebihan dan tidak memberikan
aturan atau hukuman yang jelas dan
konsisten
bahkan selalu mengalah jika terjadi perselisihan.
Tujuan pengasuhan ini adalah membentuk
ketergantungan
emosional antara anak dan orang tua. Anak-anak mungkin akan
mendapatkan kebahagiaan atau kepuasaan emosi tetapi
mereka mungkin kurang dapat berkompetisi dan mengikuti
tatanan sosial. Sebutan populer cara ini adalah Jelly sh
Parenting.
Cara pengasuhan ketiga disebut
otoritatif atau juga disebut model
kontekstual. Ada tiga hal penting
dalam
pengasuhan ini yaitu hubungan
orang tua dan anak, praktik
dan perilaku orang tua, dan
sistem
keyakinan orang tua. Dalam model ini
orang tua menentukan tujuan dan nilai yang
diya
Orang tua menfasilitasi keinginan anak dengan aturan dan
konsekuensi yang jelas berdasarkan kesepakatan. Tujuan
1
pengasuhan kolaborasi, gaya hidup seimbang dan nilai-nilai
karakter. Kemandirian anak ditentukan perlahan-lahan sesuai
usianya. Banyak pendidik menilai cara ini paling relevan dengan
tantangan abad 21 karena memberikan bekal ketrampilan,
kolaborasi dan berpikir kritis. Orang tua yang menerapkan
pengasuhan ini disebut Dolphin Parenting.
1
Selain 3 model pengasuhan di (toleransi, empati, simpati,
atas, ada juga orang tua yang berbagi) dan hormat (malu,
menggunakan pengasuhan segan, takut) pada orang lain
khusus sesuai dengan agama sehingga situasi harmonis dapat
dan budaya. Semisal, tercapai. Orang jawa
pengasuhan Islam mengandalkan pituduh/nasehat,
menganjurkan anak usia 0-7 hukuman adalah pilihan terakhir
tahun dididik dengan cara dalam mengasuh anak. Selain
bermain. Di usia 7-14 tahun nasehat, orang tua jawa
penanaman sopan santun dan seringkali membelokan
disiplin bahkan memberikan keinginan anak secara halus,
hukuman sik dengan kasih perintah terinci, menakut-nakuti
sayang diperbolehkan sebagai anak dengan ancaman dari
langkah terakhir pendisiplinan. orang lain atau makhluk halus,
Saat anak usia 14-21, orang tua menyuap dengan hadiah,
seyogyanya mengajak anak- menyisihkan anak dalam
anak beukar pikiran untuk pergaulan, mengijinkan anak
menentukan hal yang baik dan melakukan hal yang dilarang
buruk. Selanjutnya lepaskan agar jera (Idrus, 2012).
mereka sebagai orang dewasa, Gaya pengasuhan adalah cara
orang tua melindungi mereka sosialisasi orang dewasa
dengan doa (Padjrin, 2016). terhadap anak. Praktik
Latar belakang budaya pengasuhan dan cara sosialisasi
juga sangat memberi pengaruh itu akan membentuk kepribadian
pada pengasuhan. Tujuan anak ketika dewasa. Ada banyak
pengasuhan jawa adalah cara mengasuh anak, orang tua
membentuk karakter njawani perlu mendiskusikan cara
yaitu kemampuan tata krama, terbaik agar tumbuh kembang
sopan santun sesuai budaya dan anak optimal. Tentu saja pilihan
agama sehingga disukai oleh itu ditentukan oleh nilai-nilai
lingkungan sekitar. Anak harus yang diyakini orang tua dan
belajar menjaga kerukunan tujuan pengasuhan. Orang tua
1
Bagian Kedua
Mengenali Media
Digital
Karakteristik Media Digital
Jika dikelompokan berdasarkan pola komunikasinya,
media dapat dibagi menjadi dua yaitu media
konvensional dan media digital. Media konvensional
meliputi media cetak (koran, majalah, tabloid), media
penyiaran (radio dan televisi), dan media audio visual
(lm). Sedangkan contoh media digital seperti website
berita, media sosial, toko daring, gim digital, aplikasi
ponsel dll. Berikut perbandingan karakteristik media
massa dan media digital.
Perbedaan Media Konvensional
dan
Digital Media Konvensional
Media Digital
Tersebar Kelompok
Khalayaksecara geogras kecil
dan karakteristik
beragam
Waktu Seleksi
Menerima Jenis
Tujuan
Prose Produksi Sponsor
s
Produksi Mekanisme
Prose Kerja
s Media
1
S Berbeda-
e beda
r
e Butuh sedikit
m
p orang tidak
a
k selalu ada
penyunting
Melibatkan an
banyak
orang Perhatian dan
pengakuan
Dilakukan sosial,
oleh Pengiklan/sponsor
penyunting membayar institusi
khusus secara atau perorangan
berjenjang sehingga media
Keuntun dapat
gan
nansial Produsen barang
(terutama) dan jasa,
dan nama pemerintah,
baik organisasi politik,
media
Pengiklan/
sponsor
membayar
institusi
media
sehingga
media
dapat
memproduk
si konten
dan
Produsen
barang dan
jasa,
pemerintah,
organisasi
2
Karakter media digital di atas penanganan khusus karena
membawa beberapa perhatian berlebihan dapat
konsekuensi penting pada memberi dampak negatif bagi
perilaku keluarga dalam anak.
menggunakan media. Sifat pesan media digital
Setidaknya ada empat masalah sangat beragam karena
yang perlu diperhatikan orang bersumber dari seluruh penjuru
tua: pembuat pesan, sifat dunia, terlebih sebagian besar
pesan, cara pesan disebarkan tidak disaring oleh pekerja
dan dampak pesan. Keempat media profesional. Hal ini
hal itu membuat lingkungan membuat anak-anak menerima
sosial yang dialami anak-anak aneka pesan yang sangat
saat ini berbeda dengan mungkin tidak sesuai dengan
lingkungan sosial orang tuanya nilai-nilai agama dan budaya
ketika kecil. keluarga mereka. Sehingga
Pembuat pesan, semua orang muncul kekacauan menentukan
dapat membuat pesan standar norma kebenaran,
sehingga anak-anak usia dini kepantasan dan kesopanan. Tak
pun tearik memiliki akun, saja anak-anak, orang dewasa
menampilkan diri dan juga pun dapat mengalamai
berinteraksi dengan orang lain kekacauan norma ini. Pesan
yang tidak dikenal. Hal ini media digital juga sangat
menimbulkan ancaman banyak bahkan tak terbatas,
sekaligus kesempatan. maka perlu ditentukan batas
Persoalan privasi dan waktu dan kepentingan
perlindungan keamanan sik mengakses pesan-pesan itu.
anak-anak dari orang yang tidak Penyebaran pesan, penyedia
dikenal menjadi masalah yang layanan media digital ingin
perlu diperhatikan orang tua. Di mendapatkan keuntungan
sisi lain, anak-anak dapat ekonomi maka mereka
meraih popularitas di usia dini. merancang medianya agar
Fenomena ini juga butuh menarik. Mekanisme khusus
2
diciptakan agar saluran media pornogra, konsumsi. Pengguna
digital dapat memberi harus mampu memilih dan
rekomendasi konten yang memilah konten yang baik dan
sesuai dengan kesukaan bermanfaat, orang tua adalah
pengguna berdasarkan catatan pendamping anak untuk itu.
penggunaan sebelumnya. Ada Kemudahan pembuatan,
juga produsen media digital penyaluran dan penggunaan
yang ingin mendapatkan pesan media digital
perhatian dan pengakuan sosial. menawarkan peluang dan resiko
Mereka ingin tersendiri keluarga.
mengarahkan Orang tidak dapat
pengguna untuk mengabaikan
mengikuti dampak media
pendapatnya digital bagi anak-
mengenai anaknya sehingga
politik, agama, mereka perlu
sosial dsb. mengembangkan
Orang tua perlu pengasuhan digital
mengenali dan untuk melindungi
memberi pemahaman pada keluarganya.
anak mengenai tujuan-tujuan Karena media digital telah
itu. menjadi bagian dari kehidupan
Dampak pesan, jika digunakan keluarga, maka orang tua perlu
secara baik media digital adalah memilih cara pengasuhan di era
sumber pengetahuan tak digital. Sebagian besar orang tua
terbatas. Pengguna dapat dibesarkan di era media massa
menggunakannya untuk belajar sehingga menemui kesulitan
hal-hal praktis hingga rumit. berhadapan dengan media
Tetapi konten negatif digital. Sebelum menentukan
berdampak buruk juga banyak cara pengasuhan digital, orang
beebaran di dunia maya sepei tua perlu memahami
berita palsu, kekerasan, karakteristik media digital.
2
Bagian Ketiga
Pengasuhan Digital
Anak
Prinsip Umum memaksakan diri menerima atau
Pengasuhan secara keras menolak prinsip
Digital
Setelah memahami
beberapa bentuk pengasuhan
dan karakter media digital, maka
orang tua dapat
mengembangkan pengasuhan
digital bagi anak-anaknya. Ada
beberapa prinsip umum
pengasuhan digital: norma,
dampak teknologi, dampak
pesan, masalah sensitif, contoh
perilaku.
Setiap keluarga memiliki
prinsip norma yang berbeda-
beda. Keluarga muslim misalnya,
akan memiliki nilai-nilai yang
berbeda dengan keluarga
kristen. Begitu pula orang Jawa
memiliki norma berbeda dengan
orang Batak. Maka setiap orang
tua perlu meentukan nilai-nilai
dasar keluarganya sebelum
mengasuh anak sehingga
batasan konten baik dan buruk
sangat tergantung dengan nilai
keluarga. Tidak perlu
2
keluarga lain karena hanya akan
menimbulkan konik yang tidak
perlu. Nilai dasar keluarga
disampaikan secara konsisten
melalui pembicaraan, prilaku dan
kebiasaan keluarga.
Dampak teknologi digital
dapat merugikan kesehatan.
Bayi dan balita adalah kelompok
usia yang paling rentan karena
kekuatan tubuhnya masih
rendah. Paparan layar terlalu
lama membuat mata lelah dan
sakit. Kesalahan posisi tubuh
ketika mengakses gawai dapat
menciptakan postur tubuh yang
buruk sepei tulang belakang
bengkok ke samping atau ke
depan. Semua orang termasuk
anak-anak yang terlalu sering
mengakses gawai jadi malas
bergerak sehingga mengalami
obesitas atau perlambatan
peumbuhan. Lebih parah, jika
mereka terobsesi pada gim
atau tontonan teentu dapat
mengalami kecanduan. Jika
dilarang, mereka menjadi stress
dan agresif terhadap orang tua.
2
Dampak pesan digital akan penyedia layanan media digital
memengaruhi pandangan dan sehingga pengguna akan diberi
pola berpikir penggunanya. rekomendasi serupa terus
Misalnya, jika seseorang sering menerus. Jika telah terjebak,
menonton berita buruk maka ia maka sulit bagi pengguna untuk
akan berpikir dunia ini tanpa mengubah pola tersebut.
harapan. Maka konten kesedihan Ada beberapa masalah
dan kekacauan sebaiknya tidak sensitif terkait konten digital:
ditonton oleh anak-anak. keamanan privasi, keyakinan diri
Persoalan menjadi lebih rumit, (self-esteem), kekerasan,
kebiasaan mengakses konten pornogra dan penipuan.
teentu ditangkap oleh Pastikan orang tua tidak
menyebarkan
informasi pribadi
anak sepei
tempat tinggal,
sekolah, bagian
tubuh pribadi,
jadwal harian
dan
sebagainya.
Anak-anak harus
terhindar dari
konten kekerasan
dan pornogra
maka orang tua
wajib
menyeleksi
konten
yang
diakses
anak-anak.
2
Selain itu, tanamkan nilai-nilai tidak menganggu aktivitas
anti kekerasan dan pornogra penting: makan, istirahat, belajar,
sehingga mereka dapat bermain, beribadah, interaksi
menolak konten sejenis itu yang keluarga. Orang tua juga harus
muncul tiba-tiba. Terpaan membiasakan diri hanya
konten mengakses informasi yang
sensitif dapat menganggu penting dan bermanfaat,
peumbuhan anak secara tunjukan pada anak-anak
psikologis dan prilaku. Perisakan kebiasaan itu. Diskusi dengan
(bullying) melalui komentar dan anak masalah-masalah buruk
ancaman di media sosial kerap yang diakibatkan media digital
terjadi, pastikan anak-anak sesuai usia mereka.
terhindar dari hal itu dengan Berdasarkan prinsip
tidak membuat hubungan sosial tersebut, tersebut orang tua
dengan orang asing. Jika remaja perlu mengembangkan pola
sudah telah memiliki akun sosial, pengasuhan yang melindungi
ajari mereka soal penghargaan sekaligus mengatur akses anak
diri dan orang lain agar terhindar terhadap media digital.
menjadi pelaku dan korban. Perlindungan teknis dan
Hubungan orang asing pengawasan saja tidak cukup,
sebaiknya dibatasi. orang tua perlu membicarakan
Orang tua harus tentang keamanan dan
memberikan contoh perilaku pengendalian diri,
bermedia digital pada anak mendiskusikan prilaku bermedia
karena anak-anak adalah peniru digital dan mendorong
ulung. Jika ingin anak-anak keingintahuan untuk hal positif
bijaksana menggunakan media (Rode, 2009). Kembangkan
digital, orang tua harus memberi pengasuhan digital sesuai
suri tauladan. Tentukan dengan fase peumbuhan anak.
waktunya bermedia digital yang
2
Bagian Keempat
Tips Pengasuhan
Digital
Ada beberapa tindakan yang perlu dilakukan orang tua dalam
mengasuh anak berhadapa dengan media digital.
1
Mendampingi Anak
Mengakses Gawai
2
3
2
Menyeleksi Konten semacam itu tidak cukup, karena
Yang Sesuai Untuk nilai masing-masing keluarga
Anak. berbeda, maka orang tua perlu
menekankan batasan kewajaran
Seleksi dapat dilakukan dengan konten terkait dengan
piranti lunak dan pemahaman. penampilan tubuh, adegan
Orang tua dapat menggunakan kekerasan, nilai cerita dsb.
kategorisasi atau rating yang Contohnya, hubungan LGBT di
digunakan penyedia konten. beberapa negara barat telah
Beberapa aplikasi sepei Play dianggap alamiah tetapi di
Store misalnya, memiliki sebagian besar keluarga
kategori khusus keluarga yang Indonesia masih menolaknya
berisi konten-konten ramah maka perlu bagi orang tua
anak. Aplikasi lain sepei Youtube menekankan bahwa hubungan
juga menyediakan saluran heteroseksual adalah sesuatu
Youtube Kids, pastikan anak- yang wajar sedangkan
anak hanya menonton dari homoseksual tidak wajar.
saluran semacam itu saja. Tapi
pengaturan
Are you
sure ?
24
ditemui di luar rumah sehingga ia
Memahami tidak menjadi pribadi yang
Informasi ekstrim. Pada saat yang sama,
3
yang orang tua dapat menggali sudut
Disediakan
Media
Digital.
Pemahaman dilakukan dengan
menggunakan kerangka moral
dan rasional masing-masing
keluarga. Agar pola pengasuhan
dapat beungsi pendidikan yaitu
nilai orang tua dianut juga oleh
anak maka informasi yang
didapatkan melalui media digital
perlu didiskusikan. Ada banyak
konten kontroversial di internet
sepei berita kecelakaan yang
berdarah-darah. Konten
semacam itu tentu tak pantas
Menganalisis
Konten Digital
4
untuk
Menemukan
Pola
Positif dan Negatif.
Pembicaraan ini beujuan agar
orang tua dan anak memiliki
kesepahaman tentang
pandangan mereka terhadap
fenomena di luar rumah. Diskusi
juga membuat anak terbuka
terhadap berbagai perbedaan
sudut pandang yang mungkin
2
ditonton anak namun jika anak
sudah terlanjur mengaksesnya
maka orang tua perlu memberi
pemahaman untuk menghindari,
tidak menyebarluaskan dan
mengantisipasi dampaknya bagi
perasaan dan pikiran anak.
2
5
Memverikasi
media digital
Tidak setiap informasi yang
beradar di media digital
merupakan informasi yang
bersifat fakta. Verikasi dilakukan
untuk memastikan apakah
informasi yang diterima bersifat
ksi atau fakta, kabar benar, atau
kabar bohong. Kemampuan
memverikasi konten memerlukan
kejelian dan kesabaran karena
orang tua dan anak harus dapat
menelusuri sumber-sumber
informasi yang didapatkan dan
memastikan kualitasnya.
6
Konten Media untuk melatih anak mengambil
keputusan atas informasi yang
Mengevaluasi konten
diterimanya dan membiasakan
media digital
diri untuk kritis terhadap
adalah keputusan akhir terhadap
informa
suatu informasi yang sudah
si yang
melalui proses seleksi,
diterim
pemahaman, analisis, dan
anya
verikasi. Keputusan yang muncul
melalui
misalnya apakah informasi ini
media
layak dipercaya dan
digital.
disebarluaskan, hanya cukup
untuk pengetahuan pribadi, atau
justru cukup diabaikan karena
bukan merupakan informasi yang
2
Mendistrib
7
usik an
Konten
Media
Berdasarkan nilai yang
dianut keluarga dan
kecenderungan di media
digital, orang tua dan anak
dapat membangun
kesepahaman mengenaik
konten apa yang dapat
dibagikan atau tidak
dapat. Pada saat yang
sama, penting bagi
orang tua
memperkenalkan
konsep wilayah privat yang di era digital ini seringkali diabaikan
bahkan dianggap tidak penting. Secara sederhana, segala
sesuatu yang tidak pantas dibagikan pada banyak orang dalam
kehidupan nyata juga tidak pantas dibagikan di media digital.
8
Memproduksi
Konten Positif
Dan Produktif
Bersama.
Orang tua dapat mengarahkan
waktu mengakses gawai untuk
kegiatan produktif sepei belajar
mengambar, mengolah kata dan
data. Jika anak-anak diarahkan
menjadi produsen maka waktu
mereka menjadi konsumen akan
jauh berkurang. Mereka juga akan
belajar bahwa penggunaan media
digital secara efektif akan
menunjang ketrampilan dan 2
pengetahuan mereka saat ini dan
kelak ketika dewasa.
9
Berpartisipasi
dalam
kegiatan-
kegiatan
produktif terkait
media digital.
Saat ini ada banyak workshop dan
lomba yang dapat diikuti anak-
anak untuk melatih kemampuan
menggunakan media digital secara
produktif. Hal lain, orang tua dapat
menunjukan bukti-bukti digital
bahwa ada banyak isu di dunia
nyata yang dapat dipengaruhi oleh
interaksi pengguna internet.
Sebagai misal, pengumpulan
donasi untuk korban bencana alam
dapat dilakukan melalui internet.
2
Anak-anak (7-11 tahun)
Ajarkan soal konsep privasi dan
informasi privat seperti: alamat, nomer
Berikan aturan akses telepon, penyakit dan ruang privat.
gawai yang ketat:
hiburan dan belajar Tunjukan konten-konten negatif yang
harus dihindari: kekerasan dan
seksualitas, konflik dan kebencian,
perisakan
Belajar merawat gawai
dengan membersihkan,
Perhatikan penampilan mengisi baterai, menyimpan
tubuh di media di tempat aman
3
Aplikasi yang Dapat Menunjang Perkembngan Anak
Saat ini banyak aplikasi yang dapat membantu anak
mengembangkan diri. Aplikasi ini beberapa di
antaranya.
Duolingo
Duolingo adalah aplikasi untuk belajar bahasa
anak. Selain bahasa Indonesia, Duolingo juga
memiliki tur untuk belajar berbagai bahasa
asing.
Kindle
Kindle merupakan aplikasi buku elektronik yang
memiliki banyak buku bacaan ramah anak.
Buku dapat dibaca melalui smaphone atau
komputer.
3
Saluran Internet Ramah Anak
Terdapat berbagai saluran yang bisa diakses untuk membantu
anak belajar mengakses informasi positif. Beberapa alternatif ini
layak menjadi rujukan. .
PBS Kids
PBS Kids yang beralamat di pbskids.org
merupakan po al berisi berbagai
permainan dan video animasi ramah anak
produksi PBS Amerika Serikat.
SuperSimpleOnline
Saluran yang beralamat di
supersimpleonline.com ini
menyajikan lagu-lagu anak
sederhana. Anak dapat belajar
bernyanyi, mengenal huruf,
dan menggambar dari saluran
ini.
Bobo.id
Bobo.id yang
beralamat di
www.bobo.id
merupakan versi
online dari majalah
anak-anak Bobo. Berisikan berbagai informasi ramah anak yang
menarik dan penuh pengetahuan baru.
3
Melindungi Anak dari Konten Negatif
3
Google Search/Mesin Pencari Google
1. Sentuh tombol menu (garis
tiga) di sisi kiri layar.
3
Youtube
1. Sentuh foto akun di sisi kanan
layar ponsel.
2. Cari menu
se ing/pengaturan 2
3
Aplikasi Parental Control
Fitur parental control juga bisa digunakan dengan
memanfaatkan aplikasi dari pihak ketiga. Aplikasi ini dapat
membantu orang tua dalam memantau penggunaan media
digital oleh anak-anak.
Quostudio
Aplikasi Quostudio (quostudio.com)
merupakan pemantau aktivitas anak
yang bisa diunduh gratis. Aplikasi ini
dapat memblok situs yang tak ramah
anak dan memonitor aktivitas anak.
Kidlogger
Aplikasi untuk memantau
seluruh kegiatan selama
menggunakan komputer.
Kidlogger (kidlogger.com)
merekam input dari keyboard
dan input audio dan digunakan
untuk berbagai pla orm.
Zoodles
Zoodles adalah browser yang
didesain khusus untuk anak-
anak dan hanya menampilkan
konten hasil pencarian yang
ramah anak.
3
Mengelola Privasi Media Sosial
Pengaturan privasi
Facebook dapat
ditemukan di menu
Pengaturan>Privasi. Di
bagian ini pengguna
dapat mengatur siapa
saja yang dapat melihat
prol dan membatasi
keterlihatan kiriman
pengguna.
3
Pengaturan Privasi Instagram
Sepei Facebook, Instagram juga memungkinkan
penggunanya membatasi keterlihatan prolnya. Salah satu
mengamankan privasi adalah dengan membuat prol terbatas
hanya untuk yang mengikuti akun tersebut dan mendapat
persetujuan pemilik akun.
3
Penutup
Kunci Pengasuhan
adalah
Kerja Sama
Berbagai tips yang sudah disebutkan dalam buku ini bisa menjadi
panduan bagi orang tua untuk mulai mengoptimalkan teknologi
digital untuk mengasuh anak. Meskipun demikian, kunci utama
pengasuhan digital adalah adanya kesepakatan antara ibu dan ayah
mengenai cara pengasuhan anak yang paling sesuai dengan nilai-
nilai yang mereka anut.
Terapkan cara pengasuhan itu secara konsisten melalui interaksi
langsung, suri tauladan, dan kebiasaan dalam keluarga. Sikapi
penggunaan media digital di tengah keluarga secara bijaksana.
Buatlah aturan dan kesepakatan dalam keluarga terkait
penggunaan media digital itu. Pastikan seluruh keluarga
mendapatkan lebih banyak manfaat daripada efek negatifnya.
Media digital hanyalah alat bantu dalam keluarga, ia tak dapat
menggantikan peran orang tua dan interaksi keluarga secara
langsung.
4
Daftar Pustaka
4
Prol Penulis
Dyna Herlina S adalah dosen Jurusan Ilmu
Komunikasi Universitas Negeri Yogyakaa. Ia adalah
co-founder Perkumpulan Rumah Sinema –
organisasi nirlaba untuk studi media dan penonton -
dan Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF). Ia aktif
menulis buku, aikel populer dan ilmiah di bidang
media dan penonton. Kumpulan tulisan dan prol
lengkapnya dapat ditemukan di
h p://sta new.uny.ac.id/sta /132309682
4
Mendidik Anak di Era Digital
Era
digital menawarkan
beragam ancaman dan
kesempatan, maka penting bagi orang
tua mengembangkan model pengasuhan
yang beujuan menghindarkan anak dari
ancaman dan memaksimalkan potensi teknologi
digital. Teknologi digital membawa beberapa
perubahan penting dalam kehidupan manusia, orang
tua pun perlu memahami bentuk-bentuk perubahan
itu agar dapat memandu anaknya. Pengasuhan
digital menawarkan beberapa nilai dasar yang dapat
diterapkan di dalam keluarga. Buku ini memberi
panduan pada orang tua untuk mengasuh anak
di era digital dan tips mendampingi anak
menggunakan media digital
berdasarkan nilai-nilai dasar keluarga.
4
3