Anda di halaman 1dari 9

Postpartum Blues : Study Literature

1. Pendahuluan
Melahirkan merupakan peristiwa besar dalam hidup, bukan hanya karena kelahiran
menyiratkan kelahiran baru, tetapi juga karena proses kelahiran itu sendiri (Hoffmann & Banse,
2021). Pada periode ini seorang wanita akan mendapatkan dan mulai menjalani peran baru sebagai
ibu, melalui masa nifas. Masa nifas merupakan masa transisi psikologis yang kritis bagi ibu (Inekwe
& Lee, 2022). Pada periode ini terjadi kerentanan fisik dan emosional yang intens (Tosto et al.,
2023). Hal ini disebabkan oleh perubahan fisik dan psikologis, serta struktur keluarga yang
membutuhkan proses adaptasi (Al-zahrani et al., 2021). Postpartum blues berkaitan dengan kondisi
depresi suasana hati yang bersifat sementara pada ibu sebagai akibat perubahan hormonal, adanya
tanggung jawab memiliki bayi baru, dan memiliki tugas mengasuh anak. Post partum blues
merupakan gangguan mood yang terjadi setelah melahirkan dan mencerminkan disregulasi
psikologis(Okunola et al., 2021).
Perubahan keadaan mental dan emosional terjadi dari fase awal setelah melahirkan
(postpartum blues) dan menempatkan ibu pada risiko dimulai dengan tahap awal postpartum blues
dan berkembang seiring waktu menjadi depresi dan psikosis postpartum. Postpartum blues
merupakan faktor risiko terjadinya gangguan mood yang lebih berat pada masa postpartum, sehingga
diagnosis dini diperlukan agar dapat memberikan dukungan yang tepat dan cepat kepada ibu serta
menghindari gangguan mood yang lebih berat (Tosto et al., 2023).
Dalam beberapa penelitian disebutkan prevalensi postpartum blues adalah 39%, dengan rata-
rata 13,7% sampai 76%, yang telah dilaporkan (Rezaie-Keikhaie et al., 2020). Selain itu Ghosh
menebutkan prevalensi terjadinya postpartum blues sebesar 28,8% dengan 14,2% berkembang
menjadi depresi postpartum (Ghosh & Bhat, 2022). Di Indonesia prevalensi postpartum blues relatif
tinggi yaitu 37% sampai 67%. Sebanyak 80% ibu primigravida mengalami postpartum blues, dan 10-
15% dari kasus tersebut berkembang menjadi depresi postpartum (Purnamaningrum et al., 2018).
Sedangkan Perkembangan postpartum blues menjadi depresi berat harus dicegah karena risiko bahwa
ibu dapat terdorong untuk menyakiti diri sendiri, bunuh diri, atau menelantarkan bayinya.
Postpartum blues ditandai dengan perasaan sedih dan cemas yang dapat terjadi setiap hari
setelah melahirkan. Selain itu, postpartum blues akan menyebabkan ibu tidak berminat merawat
bayinya, tidak mampu mengenali kebutuhan bayi, sering menangis, bahkan dapat mengakibatkan
meninggal, dan kurang percaya diri. Selain itu dampak postpartum blues yang tidak tertangani akan
mengakibatkan bayi tidak mendapatkan ASI eksklusif sehingga tumbuh kembang terganggu,
kemudian terjadi masalah perilaku dan masalah emosional (Handayani et al., 2021). Gejala ini
biasanya timbul pada hari ketiga atau keempat, dan serangan biasanya memuncak pada hari kelima
dan keempat belas setelah melahirkan (postpartum). Jika gejala postpartum blues bertahan selama
lebih dari dua minggu, wanita tersebut dapat mengembangkan gejala depresi postpartum dan depresi
postpartum yang lebih signifikan. Saat ini eksplorasi berdasarkan Untuk itu diperlukan pencegahan
dan penanganan yang tepat pada ibu yang terdeteksi postpartum blues.

Table 1: Article Reviews

Peneliti Judul Sumber Data Metode Hasil Kesimpulan


(tahun) Artikel
Brigita Association Google Penelitian ini Hasil penelitian ini adalah Terdapat hubungan yang
Renata, of Husband Scholar menggunakan dari 96 responden bermakna antara
Dharmady Support and metode cross sebanyak 52,1 % memiliki dukungan suami dan
Agus, Postpartum sectional dengan dukungan suami yang postpartum blues
2021 Blues in pengambilan baik, dan yang mengalami
Postpartum sampling postpartum bues sebanyak
Women menggunakan 44,8% yang tidak
random sampling mengalami postpartum
responden blues sebanyak 55,2%,
perempuan postnatal berdasarkan hasil analisisi
di Rumah sakit didapatkan nilai p=0,042
Antonius Pontianak. dan OR 2,331 sehingga
terdapat hubungan antara
dukungan suami dengan
kejadian postpartum blues
Desi Sarli, The effect of Researchgate Penelitian ini Hasil penelitian ini adalah Adanya penurunan
F. N. Sari, Massage menggunakan Terdapat hasil positif kejadian baby blues
2018 Therapy with metode kuantitatif terhadap penurunan gejala setelah dilakukan
Effleurage dengan desain baby blues setetlah massage effleurage yaitu
Techniques penelitian analitik dilakukan massage dari 46,7% menjadi 20%,
as a pre-experimental dan effleurage sebanyak 2 kali. pengaruh teknik massage
Prevention of pendekatannya Berdasarkan hasil uji T- effleurage terhadap Baby
Baby Blues adalah one group Dependent Blues.
Prevention pretestposttest, diperoleh P-value < 0,05
on Mother penelitian ini (α) yang artinya ada
Postpartum dilakukan ± 4 bulan. pengaruh teknik massage
effleurage terhadap
kejadian Baby Blues di
wilayah kerja Puskesmas
Lubuk Buaya Padang
Indonesia.
Tinuk Esti Determinants Scopus Penelitian ini Hasil penelitian Determinan usia
Handayani, of menggunakan desain menunjukkan bahwa usia berisiko, jenis persalinan,
Budi Joko postpartum cross sectional yang mengalami gejala paritas, pendidikan, dan
Santosa, blues for dengan populasi postpartum blues memiliki dukungan keluarga
Suparji, postpartum seluruh ibu nifas di p = 0,006, dan jenis berpengaruh signifikan
Patrisia mothers RSUD Madiun bulan persalinan memiliki p = terhadap terjadinya
Anastasia survey study Maret-April 2020 0,032. Sedangkan analisis gejala postpartum blues.
Setyasih, at the madiun dengan 52 data dengan menggunakan Penelitian ini
2021 city general responden. Diambil uji Chi-Square pengalaman merekomendasikan
hospital 47 sebagai sampel persalinan (paritas) pada perlunya upaya deteksi
dengan teknik simple gejala postpartum blues dini dan peningkatan
random sampling dan menunjukkan p = 0,033, konseling pada ibu nifas
akan dianalisis pendidikan menunjukkan p untuk mencegah gejala
dengan uji chi-square = 0,006, dan dukungan postpartum blues.
dan fisher’s exact keluarga menunjukkan p =
0,000.
Pan, Wan- Assessing Scopus Penelitian ini adalah Hasil penelitian Program intervensi
Lin, the uji coba terkontrol menemukan perbedaan efektif dalam
Chang, Effectiveness acak tersamar yang signifikan antara mengurangi stres dan
Chiung- of tunggal dengan 74 stres dan depresi. Skor depresi selama periode
Wen, Mindfulness- wanita hamil 13 dan stres dan depresi pada postpartum. Ini dapat
Chen, Based 28 minggu sebagai kelompok intervensi lebih bermanfaat bagi ibu
Shin-Ming, programs on kelompok intervensi baik dibandingkan postpartum selama
Gau, Meei- mental health dan pembanding. kelompok pembanding kehamilan dan periode.
Ling, 2019 during Intervensi dilakukan pada postpartum tiga bulan Pendidikan dan pelatihan
pregnancy selama 3 jam dengan masing-masing (F meditasi postpartum
and early seminggu sekali dan = 7,19, p = 0,009 dan F = orang tua untuk selama
motherhood- satu hari selama 7 7,36, p = 0,008). Tidak kehamilan membantu
A jam meditasi. ditemukan perbedaan mengurangi dan depresi
randomized Penilaian dilakukan kelompok mindfulness pada ibu hamil ketika
control trial pada awal dan tiga pada tiga bulan mereka memiliki peran
bulan postpartum. postpartum. sebagai orang tua.
Fitri Factors Knowledge E Penelitian ini Hasil penelitian Usia ibu, pendidikan,
Journal homepage: http://rumahprof.com/index.php/CHIPROF/index
Nurhayati, Influeting the menggunakan menunjukkan 15 orang pekerjaan dan paritas
Sophia, Incidence of metode deskriptif mengalami postpartum memiliki pengaruh yang
2022 Postpartum non eksperimen blues, dengan 53,33% usia signifikan terhadap
Blues During dengan sampel 35 diatas 20 tahun, 10 pada kejadian postpartum
the Covid-19 responden dan data ibu primipara (66,7%), 9 blues pada ibu nifas di
Pandemic in dikumpulkan dengan berpendidikan SMP (60%) masa pandemi COVID-
Cimahi City kuesioner Edinburgh dan 10 tidak bekerja 19.
Postnatal Depression (66,67%).
Scale (EPDS)
Nurul The effect of Google Penelitian ini Hasil penelitian ini adalah Kesimpulan penelitian
Hidayah acupressure Scholar merupakan penelitian Skor EPDS tertinggi pada ini adalah Terapi
Bohari, therapy on eksperimen dengan hari pertama adalah 12,33, akupresur yang
Suryani mothers with desain one group dan setelah hari ke-9 skor dilakukan pada ibu
As’ad, postpartum pre--posttest design, EPDS menurun menjadi postpartum blues
Anna blues di RSIA Sitti 6,86. Penurunan terjadi menurunkan skor EPDS
Khuzaima Khadijah I dan setiap hari hingga hari ke- pada ibu postpartum
h, Upik Puskesmas Kassi- 9. blues.
Anderiani Kassi Kota Makassar
Miskad, dengan jumlah
Mardiana sampel 30 orang
Ahmada, yang dilakukan pada
Burhanudi bulan Agustus-
n Bahar, Oktober 2019.
2020 Kuesioner EPDS
adalah dilakukan
sebelum dan sesudah
terapi akupresur pada
masing-masing
responden yang
memenuhi kriteria
inklusi.
Temitope Postnatal Scopus Metode penelitian Prevalensi postnatal blues Postnatal blues nyata dan
Omaladun Blues: A yang digunakan yaitu adalah 45,5%. Postnatal lazim di kalangan wanita
Okunola, Mirage or cross sectional study blues dikaitkan dengan Nigeria. Tenaga keseatan
Jacob Reality pada 292 ibu kelahiran bayi perempuan harus berusaha untuk
Olumuyiw postpartum hari (50% dibandingkan waspada untuk segera
a Awoleke, ketiga dari April- dengan 40%, disesuaikan mendiagnosis postnatal
Babatunde Agustus 2019. OR 2,37 95% CI 1,29– blues dan melakukan
Olofinbiyi, Postnatal blues 4,31, p = 0,005), kelahiran tindak lanjut yang
Babatunde dinilai dengan prematur (66,7% diperlukan.
Rosiji, kuesioner Kennerly dibandingkan dengan
Sunday dan Gath Blues dan 42,6%, disesuaikan OR
Omoya, Juga Edinburg 3,79 95% CI 1,54 –9.31, p
Abidemi Postnatal Depression = 0.004); dan komplikasi
Olaolu Scale (EPDS) nifas (58,3% dibandingkan
Olubiyi, dengan 44,4%, disesuaikan
2021 OR 5,25 95% CI 1,71–
16,07) dan rata-rata
pendapatan keluarga
tahunan (p <0,001).
Desi Sarli, Baby Blues Google Penelitian ini Hasil penelitian uji sensitivitas dan
Titin Screening on Scholar menggunakan desain menunjukkan bahwa uji spesifisitas metode
Ifayanti, Post-Partum deskriptif-korelasi sensitivitas dan spesifisitas skrining EPDS memiliki
2018 Mother By untuk pada metode skrining persentase yang sama
Comparing mendeskripsikan EPDS berturut-turut adalah dengan metode skrining
Epds and hasil skrining baby 46,7% dan 66,7%; hasil PHQ-9. EPDS dan PHQ-
Phq-9 blues ibu nifas pengujian pada metode 9 dapat diterapkan
Methods for dengan metode PHQ-9 masing-masing dengan keyakinan yang
Health-Care EPDS dan PHQ-9. adalah 46,7% dan 73,3%. sama dalam melakukan
Service and Analisis data Dari penelitian ini dapat pemeriksaan baby blues
Public dilakukan untuk diketahui bahwa kedua pada ibu nifas
Applications memvalidasi metode tersebut dapat
in Lubuk kuesioner dengan mendeteksi baby blues
Buaya metode EPDS dan pada ibu post partum.
Community PHQ-9 dan diuji Metode EPDS dan PHQ-9
Health Care dengan uji
Padang City, sensitivitas dan
Indonesia spesifisitas. Hasil
skrining positif jika
skor ≥ 10 dan negatif
jika skor < 10 untuk
metode EPDS.
Sedangkan skrining
baby blues dengan
metode PHQ-9
menggunakan 9
pertanyaan dan skor
≥ 5 mengakibatkan
sindrom baby blues.
Georges Relationship Scopus Sebuah studi Hasil penelitian ini adlah Baby blues bukan hanya
Pius Between the retrospektif dengan dari 214 wanita yang baru merupakan faktor risiko,
Kamsu Baby Blues desain case-control melahirkan, di antaranya tetapi juga merupakan
Moyo, and dilakukan di 50 (23,36%) faktor prediktif
Nadege Postpartum Yaoundé Gyneco- bermanifestasi depresi independen untuk
Djoda, Depression: Obstetric and postpartum sementara 164 manifestasi depresi
2020 A Study Pediatric Hospital (76,63%) wanita tidak. pascapersalinan dalam
Among (YGOPH) selama 6 Hingga 31 (62%) wanita survei ini. Oleh karena
Cameroonian bulan pada sampel dengan depresi itu, pencegahan dan
Women 214 wanita yang baru pascapersalinan penanganan dini baby
melahirkan. Subjek sebelumnya mengalami blues selama periode
yang sebelumnya baby blues. Setelah perinatal dapat
diperiksa baby blues analisis multivariat faktor membantu mencegah
menggunakan risiko, baby blues muncul timbulnya depresi
kuesioner Kennerley sebagai salah satu faktor pascapersalinan.
dan Gath blues prediktif independen untuk
selama minggu depresi pascapersalinan
pertama setelah (OR=3,52, p=0,00).
melahirkan, dinilai
ulang antara minggu
ke-4 dan ke-6 untuk
mendiagnosis depresi
pascamelahirkan.
Skala Depresi
Postnatal Edinburgh
(EPDS) digunakan
untuk memisahkan
berbagai kelompok
dan dilakukan
pemeriksaan silang
retrospektif.
Krittipitch Effectiveness Google Metode yang Setelah 3 bulan follow-up, program Self-EAR
Thitipitcha of self- Scholar digunakan yaitu uji hasil menunjukkan efek efektif untuk
yanant, empowermen coba acak pada 76 positif program Self-EAR meningkatkan skor
Ratana t-affirmation- nulipara dari Juni pada skor postpartum postpartum blues
Somrongth relaxation(Se 2015-Mei 2016 yang blues (p-value=0,002) dan
ong, lf-EAR) diskrining dengan serum allopregnanolone

Journal homepage: http://rumahprof.com/index.php/CHIPROF/index


Ramesh program for skor postpartum concertation
Kumar, postpartum blues Stein ≥ 3. (pvalue=0,001). Peserta
Naowarat blues Semua peserta secara dalam kelompok intervensi
Kanchanak mothers: A acak ditugaskan ke mengalami skor
harn, 2018 randomize kelompok intervensi postpartum blues yang
controlled (program Self-EAR) jauh lebih rendah; di sisi
trial dan kontrol lain, mereka memiliki
kelompok (program kadar serum
perawatan allopregnanolone yang
postpartum standar). jauh lebih tinggi jika
Data dianalisis dibandingkan dengan
dengan kelompok kontrol.
menggunakan
statistik deskriptif,
uji chi-square, uji-t,
dan analisis varian
ukuran berulang

PEMBAHASAN

Postpartum "blues" didefinisikan sebagai mood rendah dan gejala depresi ringan yang bersifat
sementara dan self-limited. Postpartum blues merupakan peristiwa postpartum yang normal dialami oleh
wanita setelah melahirkan. Kondisi ini umumnya terjadi pada hari ketiga atau keempat, dan serangan
biasanya memuncak pada hari kelima dan keempat belas pascapersalinan (K. Moyo et al., 2022).
Postpartum blues atau baby blues adalah kesedihan yang terjadi 14 hari setelah melahirkan yang
dapat menimbulkan gangguan jiwa lebih berat yaitu depresi pasca melahirkan, jika tidak ditangani dengan
baik. Mood lability dalam 14 hari pertama postpartum dikaitkan dengan gejala kejiwaan dan merupakan
prediktor terkuat dari psikopatologi berikutnya.
1. Penyebab Postpartum Blues
Postpartum blues disebabkan oleh dukungan suami (Renata & Agus, 2021; Utami & Nurfita,
2022), tingkat stres yang tinggi, paritas (Handayani et al., 2021), pelecehan, depresi saat hamil, dan
ketidakpuasan pernikahan (Ghosh & Bhat, 2022), kelahiran prematur (Okunola et al., 2021) juga
menjadi penyebab postpartum blues (Hutchens & Kearney, 2020). Menurut Purwati dan Noviyana,
kepedulian terhadap bayi, ibu yang lelah, komentar orang sekitar tentang ibu, dukungan dan
kehadiran suami (Handayani et al., 2021), adaptasi terhadap kehadiran bayi merupakan faktor yang
dapat menyebabkan postpartum blues (Purwati & Noviyana, 2020). Data yang dilaporkan oleh Vaezi
et al., yang tidak menemukan hubungan antara depresi postpartum dan pendidikan (Vaezi et al.,
2019). Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian Nurhayati & Shopia dan Utami, pada masa
Covid-19 yang menjadi penyebab terjadinya postpartum blues adalah pendidikan, usia, dan ekonomi
(Nurhayati & Sophia, 2022; Utami & Nurfita, 2022).

2. Tanda dan Gejala


Postpartum blues merupakan gangguan psikologis yang dialami ibu setelah melahirkan dengan
gejala sedih, mudah menangis, mudah marah dan cemas, sensitif, labil, merasa tidak mampu merawat
bayi, merasa bersalah, tidur terganggu, dan berkurangnya nafsu makan ibu (Purnamaningrum et al.,
2018). Jika gejala postpartum blues bertahan lebih dari dua minggu, wanita tersebut mungkin
mengalami gejala depresi postpartum dan psikosis postpartum yang lebih signifikan (Linsu et al.,
2018). Dalam penelitian Adeyemo et al., yang dilakukan di Nigeria didapatkan bahwa postpartum
blues meruapakan salah satu prediktor yang mneyebabkan depresi postpartum (Adeyemo et al.,
2020). Dalam penelitian Pius dan Djoda, postpartum blues bukan hanya sebagai fator risiko tetapi
faktor prediktor independen depresi postpartum (G. P. K. Moyo & Djoda, 2020). Sehingga perlu
dilakukan deteksi dini sebagai pencegahan berlanjutnya postpartum blues (G. P. K. Moyo & Djoda,
2020; Okunola et al., 2021).

3. Skrining Postpartum Blues


Skrining atau deteksi awal sebagai pencegahan agar tidak berlanjut menjadi depresi postpartum
(Okunola et al., 2021). Terdapat 2 jenis skrining yang dapat digunakan dan telah teruji sensitivitas
dan spesifisitasnya yaitu kuesioner Edinburgh postnatal depression scale (EPDS) dan Patient Health
Questionnaire-9 (PHQ-9). Dalam penelitian Sarli dan Titin didapatkan presentasi hasil pengujian
sensitifitas berturut-turut adalah 46,7% dan 66,7%; hasil pengujian pada metode PHQ-9 masing-
masing adalah 46,7% dan 73,3% (Sarli & Ifayanti, 2018).

4. Pencegahan dan Penatalaksanaan


Pencegahan postpartum blues dapat dilakukan sejak awal kehamilan, diantaranya dengan
melakukan penyuluhan dan meditasi afirmasi atau mindfulness serta edukasi selama kehamilan
sehingga dapat menurunkan tingkat stress dan dapat mempersiapkan diri untuk peran baru sebagai
ibu (Pan et al., 2019). Gejala postpartum blues ringan bersifat sementara, dan sembuh sendiri, pasien
tetap harus diskrining dengan hati-hati karena ditakutkan bunuh diri, paranoia, atau ide infanticidal.
Selain itu, diperlukan istirahat cukup untuk membantu pasien melalui tidur yang cukup. Bagi ibu
nifas dengan gejala ringan, intervensi psikososial yang dapat diberikan antara lain peningkatan
dukungan, seperti peer support, bonding attachment (Ristanti & Masita, 2020), dan konseling yang
dilakukan oleh praktisi kesehatan profesional. Intervensi ini merupakan upaya mengatasi pada lini
pertama untuk postpartum blues (Kallem et al., 2019). Selain itu, penggunaan Omega 3 dan vitamin
D (Dowlati & Meyer, 2021) dapat diberikan kepada ibu nifas untuk mencegah postpartum blues.
Berdasarkan penelitian Abedi et al. (2018) bahwa ibu yang mengalami depresi postpartum memiliki
rata-rata Vitamin D lebih rendah dari 25-OH-D (pemeriksaan kadar vitamin D 25-OH) dan
insufisiensi sedang dan defisiensi berat lebih tinggi pada ibu dengan depresi postpartum
dibandingkan wanita normal.
Postpartum blues sebagai gangguan emosi ringan dapat dicegah dan risikonya dapat
diminimalkan dengan aktivitas fisik (Deniati et al., 2022; Kołomańska-Bogucka & Mazur-Bialy,
2019). Aktivitas fisik seperti senam bermanfaat untuk memulihkan kondisi kesehatan, mempercepat
proses penyembuhan, memulihkan dan memperbaiki ketegangan otot pasca kehamilan terutama pada
otot punggung, dasar panggul dan abdomen serta mencegah terjadinya komplikasi. Selain itu, efek
positif dari aktivitas fisik secara teratur dalam meredakan gangguan depresi telah dijelaskan melalui
beberapa mekanisme. Olahraga meningkatkan konsentrasi neurotransmiter seperti 5HT (5-
hidroksitriptamin), dopamin, dan noradrenalin. Selain itu, aktivitas fisik meningkatkan sekresi BDNF
(Brain-derived neurotrophic factor-faktor neurotik yang diproduksi di otak), yang konsentrasinya
rendah pada orang dengan depresi (Kołomańska-Bogucka & Mazur-Bialy, 2019). Sebuah meta-
analisis yang dilakukan oleh Georgiana, menunjukkan bahwa aktivitas fisik ringan atau sedang
efektif mengurangi gejala gangguan depresi pada periode postpartum (Georgiana, 2021).
Pemberian massage juga dapat meredakan postpartum blues. Salah satu massage yang dapat
diterapkan yaitu effleurage massage (Sarli & N Sari, 2018). Effleurage massage pada perinium ibu
yang dilakukan selama 2 minggu dapat memberikan kenyamanan dan relaksasi yang akan
menurunkan kadar hormon kortisol dan meningkatkan hormon morphin endogen sehingga dapat
menurunkan postpartum blues (Herinawati et al., 2019; Sarli & N Sari, 2018). Selain itu dapat
menggunakan terapi self-empowerment-affirmation-relaxation (Self-EAR) program dapat diguanakn sebagai
pencegahan postpartum blues (Thitipitchayanant et al., 2018). Self-EAR merupakan salah satu program dengan
mengintegrasikan tiga teknik untuk ibu yang mengalami kesedihan setelah melahirkan.
Berdasarkan laporan kasus pada pasien postpartum blues, penggunaan terapi musik klasik,
pemberian dukungan dan pemberian ASI dapat mengontrol emosi pasien, meningkatkan kualitas
tidur, dan ibu dapat menyusui bayinya. Gejala yang muncul pada ibu yang mengalami postpartum
blues adalah ibu akan sedih, mudah menangis, marah, khawatir, sensitif, labil, merasa tidak mampu
merawat bayi, merasa bersalah, gangguan tidur, dan ibu mengalami gangguan nafsu makan.
Pencegahan yang dapat diberikan adalah dengan melakukan konseling atau memberikan edukasi
kepada calon ibu selama masa kehamilan. Adapun salah satu penanganan yang dapat diberikan
adalah dengan pemberian vitamin D atau omega 3.
Aktivitas fisik, terapi musik, pemberian dukungan, akupresur dapat meredakan postpartum
blues. Petugas kesehatan perlu melakukan skrining dan deteksi dini agar penanganan yang tepat dapat

Journal homepage: http://rumahprof.com/index.php/CHIPROF/index


diberikan dan tidak berlanjut menjadi depresi pasca persalinan. Hal ini dibuktikan dengan
menurunnya skor EPDS (Edinburgh post-natal depression scale) sebagai salah satu instrumen untuk
melakukan skrining dari gejala depresi post-partum/ post-partum depression, terjadi penuruna skala
dari 13 menjadi 8 setelah diberikan intervensi (Putri & Putri, 2022). Selain itu, terapi akupresur
komplementer dapat menurunkan skor EPDS (Bohari et al., 2020). Terapi akupresur bermanfaat
untuk mengurangi stres, kelelahan, dan depresi pascapersalinan (Luo et al., 2022). Penekanan pada
titik-titik akupresur melibatkan reaksi antara hipotalamus, dan hipotalamus akan menyampaikan
pesan ke kelenjar hipofisis/ hipofisis anterior untuk menghasilkan hormon adrenokortikotropik
(ACTH). Hormon ACTH akan diproduksi saat stres, depresi, takut. Dengan produksi ACTH
menyebabkan kelebihan produksi kortisol, endorfin dan serotonin yang semuanya merupakan pereda
stres, pereda nyeri alami, memberikan kenyamanan dan kesenangan, secara alami tubuh akan rileks
atau merasa senang (Pirnia et al., 2019).

REFERENSI
Abedi, P., Bovayri, M., Fakhri, A., & Jahanfar, S. (2018). The Relationship Between Vitamin D and
Postpartum Depression in Reproductive-Aged Iranian Women. Journal of Medicine and Life, 11(4),
286–292. https://doi.org/10.25122/jml-2018-0038
Adeyemo, E. O., Oluwole, E. O., Kanma-Okafor, O. J., Izuka, O. M., & Odeyemi, K. A. (2020).
Prevalence and predictors of postpartum depression among postnatal women in lagos, nigeria.
African Health Sciences, 20(4), 1943–1954. https://doi.org/10.4314/ahs.v20i4.53
Al-zahrani, A., Almutairi, W., Elsaba, H., Alzahrani, S., & Alzahrani, S. (2021). Primiparous Adaptation
with Postpartum Health Issues in Jeddah City , Kingdom of Saudi Arabia : A Quantitative Study.
Nursing Report, 11, 775–786.
Bohari, N. H., As’ad, S., Khuzaimah, A., Miskad, U. A., Ahmad, M., & Bahar, B. (2020). The effect of
acupressure therapy on mothers with postpartum blues. Enfermeria Clinica, 30, 612–614.
https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2019.07.173
Deniati, E. N., Annisaa, & Agnesfadia, S. (2022). The Effect of Sports on the Phenomenon of Baby Blues
Syndrome (Postpartum Blues) in Postpartum Mothers. Proceedings of the 5th International
Conference on Sport Science and Health (ICSSH 2021), 45(Icssh 2021), 66–74.
https://doi.org/10.2991/ahsr.k.220203.010
Dowlati, Y., & Meyer, J. H. (2021). Promising leads and pitfalls: a review of dietary supplements and
hormone treatments to prevent postpartum blues and postpartum depression. Archives of Women’s
Mental Health, 24(3), 381–389. https://doi.org/10.1007/s00737-020-01091-3
Georgiana, N. N. (2021). Postpartum Depression and Physical Activity Among Women Attending
Postnatal Clinics in a Tertiary Hospital in Nigeria. Journal of Research & Health, 11(5), 285–296.
https://doi.org/10.32598/jrh.11.5.1915.1
Ghosh, S., & Bhat, S. (2022). Predicting and Identifying Postpartum Blues may be the key to
implementing Preventive Approaches in Perinatal Mental Health: Findings from a Prospective,
follow up Study in India. Indian Journal of Public Health Research & Development, 13(4).
https://doi.org/10.37506/ijphrd.v14i4.18630
Handayani, T. E., Santosa, B. J., Suparji, S., & Setyasih, P. A. (2021). Determinants of postpartum blues
for postpartum mothers survey study at the madiun city general hospital. Open Access Macedonian
Journal of Medical Sciences, 9(G), 288–292. https://doi.org/10.3889/oamjms.2021.7348
Herinawati, H., Hindriati, T., & Novilda, A. (2019). Efektivitas Massage Terapi Effleurage Guna
Mencegah Kejadian Depresi Postpartum Pada Ibu Nifas. Jurnal Ilmiah Kesehatan, XII(I), 451–457.
Hoffmann, L., & Banse, R. (2021). Psychological aspects of childbirth: Evidence for a birth-related
mindset. European Journal of Social Psychology, 51(1), 124–151. https://doi.org/10.1002/ejsp.2719
Hutchens, B. F., & Kearney, J. (2020). Risk Factors for Postpartum Depression: An Umbrella Review.
Journal of Midwifery and Women’s Health, 65(1), 96–108. https://doi.org/10.1111/jmwh.13067
Inekwe, J. N., & Lee, E. (2022). Perceived social support on postpartum mental health: An instrumental
variable analysis. PLoS ONE, 17(5 May), 1–19. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0265941
Kołomańska-Bogucka, D., & Mazur-Bialy, A. I. (2019). Physical activity and the occurrence of postnatal
depression—a systematic review. Medicina (Lithuania), 55(9).
https://doi.org/10.3390/medicina55090560
Linsu, T., Sailaxmi, G., & Jithin Thomas, P. (2018). Interventions for Mothers with Postpartum
Depression: A Systematic Review. International Journal of Depression and Anxiety, 1(1).
https://doi.org/10.23937/ijda-2017/1710002
Luo, N., Wang, Y., Xia, Y., Tu, M., Wu, X., Shao, X., & Fang, J. (2022). The effect of acupuncture on
condition being studied emotional disorders in patients with postpartum: A protocol for systematic
review and meta-analysis. Medicine (United States), 101(4), E28669.
https://doi.org/10.1097/MD.0000000000028669
Moyo, G. P. K., & Djoda, N. (2020). Relationship Between the Baby Blues and Postpartum Depression: A
Study Among Cameroonian Women. American Journal of Psychiatry and Neuroscience, 8(1), 26.
https://doi.org/10.11648/j.ajpn.20200801.16
Moyo, K., Makowa, L. K., Zebaze, S., Batibonack, C., Mbang, A. T., Essomba, A. A., Tchawa, C. F., &
Mendomo, R. M. (2022). The Baby Blues and Perinatal Psychic Disorders: About Prevention and
Management. Asian Journal of Pediatric Research, 9(4), 30–36.
https://doi.org/10.9734/ajpr/2022/v9i4181
Nurhayati, F., & Sophia. (2022). Factors Influencing the Incidence of Postpartum Blues During the
COVID-19 Pandemic in Cimahi City. KnE Medicine, 2022, 12–20.
https://doi.org/10.18502/kme.v2i2.11063
Okunola, T. O., Awoleke, J. O., Olofinbiyi, B., Rosiji, B., Omoya, S., & Olubiyi, A. O. (2021). Postnatal
Blues: a Mirage or Reality. Journal of Affective Disorders Reports, 6, 100237.
https://doi.org/10.1016/j.jadr.2021.100237
Pan, W. L., Chang, C. W., Chen, S. M., & Gau, M. L. (2019). Assessing the effectiveness of mindfulness-
based programs on mental health during pregnancy and early motherhood - A randomized control
trial. BMC Pregnancy and Childbirth, 19(1), 1–8.
Pirnia, B., Mohammadzadeh Bazargan, N., Hamdieh, M., Pirnia, K., Malekanmehr, P., Maleki, F., &
Zahiroddin, A. (2019). The effectiveness of auricular acupuncture on the levels of cortisol in a
depressed patient. Iranian Journal of Public Health, 48(9), 1748–1750.
https://doi.org/10.18502/ijph.v48i9.3040
Purnamaningrum, Y. E., Kusmiyati, Y., Nugraheni, H. T., & Waryana. (2018). Young age pregnancy and
postpartum blues incidences. International Journal of Scientific Research And Education, 6(2),
7812–7819. https://doi.org/10.18535/ijsre/v6i2.02
Purwati, P., & Noviyana, A. (2020). Faktor- Faktor yang Menyebabkan Kejadian Postpartum Blues.
Infokes: Jurnal Ilmiah Rekam Medis Dan Informatika Kesehatan, 10(2), 1–4.
https://doi.org/10.47701/infokes.v10i2.1021
Putri, H. F. W., & Putri, F. R. (2022). How To Cope With Baby Blues: a Case Report. Journal of
Psychiatry Psychology and Behavioral Research, 3(1), 13–15.
https://doi.org/10.21776/ub.jppbr.2022.003.01.4
Renata, B., & Agus, D. (2021). Association of husband support and postpartum blues in postpartum
women. Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology, 9(3), 140–143.
https://doi.org/10.32771/inajog.v9i3.1467
Rezaie-Keikhaie, K., Arbabshastan, M. E., Rafiemanesh, H., Amirshahi, M., Ostadkelayeh, S. M., &
Arbabisarjou, A. (2020). Systematic Review and Meta-Analysis of the Prevalence of the Maternity
Blues in the Postpartum Period. JOGNN - Journal of Obstetric, Gynecologic, and Neonatal Nursing,
49(2), 127–136. https://doi.org/10.1016/j.jogn.2020.01.001
Ristanti, A. D., & Masita, E. D. (2020). The Effect of Bounding Attachment in Maternal Postpartum Blues
Madura Ethnic. STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan, 9(2), 1072–1077.
https://doi.org/10.30994/sjik.v9i2.426
Sarli, D., & Ifayanti, T. (2018). Baby Blues Screening on Post-Partum Mother By Comparing Epds and
Phq-9 Methods for Health-Care Service and Public Applications in Lubuk Buaya Community Health
Care Padang City, Indonesia. Malaysian Journal of Medical Research, 2(2), 75–79.
https://doi.org/10.31674/mjmr.2018.v02i02.011
Sarli, D., & N Sari, F. (2018). the Effect of Massage Therapy With Effleurage Techniques As a Prevention
of Baby Blues Prevention on Mother Postpartum. International Journal of Advancement in Life

Journal homepage: http://rumahprof.com/index.php/CHIPROF/index


Sciences Research, 1(3), 15–21. https://doi.org/10.31632/ijalsr.2018v01i03.003
Thitipitchayanant, K., Somrongthong, R., Kumar, R., & Kanchanakharn, N. (2018). Effectiveness of self-
empowerment-affirmation-relaxation(Self-EAR) program for postpartum blues mothers: A
randomize controlled trial. Pakistan Journal of Medical Sciences, 34(6), 1488–1493.
https://doi.org/10.12669/pjms.346.15986
Tosto, V., Ceccobelli, M., Lucarini, E., Tortorella, A., Gerli, S., Parazzini, F., & Favilli, A. (2023).
Maternity Blues: A Narrative Review. Journal of Personalized Medicine, 13(1).
https://doi.org/10.3390/jpm13010154
Utami, F. P., & Nurfita, D. (2022). Postpartum blues reviewed by the risk factors in Indonesia. Journal of
Ideas in Health, 5(4), 766–775. https://doi.org/10.47108/jidhealth.vol5.iss4.258
Vaezi, A., Soojoodi, F., Banihashemi, A. T., & Nojomi, M. (2019). The association between social
support and postpartum depression in women: A cross sectional study. Women and Birth, 32(2),
e238–e242. https://doi.org/10.1016/j.wombi.2018.07.014

Anda mungkin juga menyukai