Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN

TINGKAT KECEMASAN PADA IBU BERSALIN FASE LATEN


THE INFLUENCE OF PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION TOWARDS THE
DECREASE OF ANXIETY LEVEL ON
MATERNITY MOTHERS IN LATENT PHASE
Yanita Trisetyaningsih1, Budi Pratama2, Ngatoiatu Rohmani3
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Email: ners_yanita@yahoo.co.id

INTISARI
Latar Belakang : Pada dasarnya semua wanita akan mengalami kecemasan pada proses persalinan terutama
pada fase laten. Pada fase ini ibu biasanya merasa gelisah, gugup, cemas, dan khawatir sehubungan dengan
rasa tidak nyaman karena kontraksi. Kecemasan yang dialami oleh ibu pada awal persalinan mempengaruhi
kemampuan ibu dalam menghadapi proses persalinan. Salah satu teknik yang cukup mudah dilakukan dalam
meredakan ketegangan emosional adalah relaksasi otot progresif.
Tujuan Penelitian : Diketahuinya pengaruh pemberian terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan tingkat
kecemasan pada ibu bersalin fase laten.
Metode Penelitian : Desain penelitian quasi ekperiment atau studi intervensi dengan menggunakan pre test-post
test without control group. Sampel diambil dengan teknik acidental sampling sebanyak 20 ibu bersalin. Instrumen
yang di gunakan berupa kuesioner ZSAS. Hasil penelitian dianalisis dengan uji paired sample t-test.
Hasil penelitian : Tingkat kecemasan pada ibu bersalin fase laten sebelum perlakuan relaksasi otot progresif
kategori cemas sedang (50%). Tingkat kecemasan pada ibu bersalin fase laten sesudah perlakuan relaksasi otot
progresif kategori cemas ringan sebanyak 9 orang (45%). Hasil uji paired sample t-test diperoleh p-value 0,000.
Kesimpulan : Ada pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan tingkat kecemasan pada ibu
bersalin fase laten.

Kata kunci : kecemasan, relaksasi otot progresif, fase laten

ABSTRACT
Background : Basically, all women experience anxiety during delivery process. In latent phase, mothers are
usually agitated, nervous, anxious, and worried due to the uncomfortable feeling during contraction. The anxiety
that mothers experience in the early phase of delivery process influence their capability in facing the delivery
process. One of the easy techniques in relieving emotional tension is by apply progressive muscle relaxation.
Objective of Research: To learn the influence of progressive muscle relaxation therapy towards the decrease of
anxiety level on maternity mothers in latent phase.
Method of Research : The method used was quasi experiment or intervention study using pre-test post test
without control group. The samples were 20 maternity mothers collected using accidental sampling technique.
The instrument used was ZSAS questionnaire. The result of the researched was analyzed using paired sample t-
test.
Result of Research : The anxiety level on maternity mothers in latent phase after the treatment of progressive
muscle relaxation indicated that 9 mothers were in the category of mild anxiety (45%). The result of paired sample
t-test obtained p-value of 0,000.
Conclusion : There was an influence of the progressive muscle relaxation towards the decrease anxiety level on
maternity mothers in latent phase

Keyword : Anxiety, progressive muscle relaxation, latent phase

PENDAHULUAN persalinan buatan. Persalinan normal


Persalinan adalah proses
(spontan) adalah proses kelahiran bayi
pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
dengan letak belakang kepala (LBK)
plasenta) yang telah cukup bulan atau
dengan tenaga ibu sendiri berlangsung
dapat hidup diluar kandungan melalui
tanpa bantuan alat yang dapat melukai ibu
jalan lahir atau melalui jalan lahir lainnya
dan bayi kurang dari 24 jam. Sedangkan
dengan bantuan atau tanpa bantuan
persalinan buatan (abnormal) adalah
(kekuatan sendiri).(1) Persalinan ada dua
persalinan pervaginam dengan meng-
jenis yaitu persalinan normal dan
1
gunakan bantuan alat, seperti ekstraksi Kecemasan yang dialami oleh ibu
dengan forceps atau vakum atau melalui pada awal persalinan mempengaruhi
dinding perut dengan operasi secsio kemampuan ibu dalam menghadapi
(2)
caesarea atau SC. Berdasarkan Survey proses persalinan. Ibu yang mengalami
Demografi dan Kesehatan Indonesia peningkatan kecemasan akan
(SDKI), angka kelahiran meningkat rerata menurunkan tingkat kemampuannya untuk
1,49% per tahunnya. Sampai akhir 2014 berkoping dengan nyerinya. Selain itu ibu
angka kelahiran bayi di Indonesia juga berkemungkinan mengalami
menyentuh angka 4.809.304 orang dan deselerasi detak jantung janin (DJJ) dalam
jumlah ibu bersalin yaitu 5.049.771. (3) persalinan, kala II berlangsung lambat
Pada setiap tahap persalinan, ibu atau kemungkinan persalinan secsio
akan mengalami perubahan psikologi dan caesarea, dan juga lebih membutuhkan
prilaku yang cukup spesifik sebagai bantuan resusitasi neonatus untuk bayinya
respon dari apa yang ia rasakan pada pada saat lahir.(7) Berdasarkan penelitian
proses persalinannya. Pada fase laten, yang dilakukan Triwijaya (2014), dari 46
kadang pasien belum cukup siap bahwa ia responden sebanyak 8,7% mengalami
akan segera melahirkan meskipun tanda cemas ringan, 87% ibu mengalami cemas
persalinan sudah cukup jelas.(4) sedang, dan 4,3% mengalami cemas
Perubahan psikologis yang terjadi pada berat dalam menghadapi persalinan. Hal
fase laten dapat diamati secara langsung. ini membuktikan bahwa masih tinggi
Pada fase ini ibu biasanya merasa angka kecemasan yang dialami para ibu
gelisah, gugup, cemas, dan khawatir menjelang persalinan terutama pada
sehubungan dengan rasa tidak nyaman psikologisnya.
karena kontraksi. Dalam kondisi tersebut Perasaan kecemasan dan sikap
ibu biasanya ingin berbicara, perlu seorang wanita yang akan melahirkan
ditemani, tidak tidur, ingin berjalan-jalan, sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh
(2)
dan menjaga kontak mata. banyak faktor, diantaranya perbedaan
Kecemasan merupakan suatu struktur sosial, budaya, agama, kesiapan
perasaan was-was seakan sesuatu yang ibu dalam menghadapi persalinan,
buruk akan terjadi dan merasa tidak pengalaman masa lalu yang diterima,
nyaman seakan ada ancaman. Seorang pendampingan keluarga yang diberikan,
ibu mungkin merasakan takut akan rasa dan lingkungan. Oleh sebab itu
sakit dan bahaya fisik yang akan timbul kecemasan pada ibu bersalin harus
pada waktu persalinan.(5) Gejala psikologis ditangani dengan tujuan mengurangi
(9)
utama dari kecemasan yaitu perasaan komplikasi persalinan.
takut atau khawatir dalam situasi dimana Banyak cara yang dapat
seseorang merasa terancam.(6) digunakan dalam penanganan kecemasan
diantaranya teknik relaksasi napas dalam,
2
teknik relaksasi otot progresif, terapi pengaruh teknik relaksasi otot progresif
musik, terapi respon emosi-rasional, yoga, terhadap penurunan tingkat kecemasan
(10)
dan pendekatan agamis. Teknik-teknik pada ibu bersalin fase laten.
tersebut merupakan suatu upaya BAHAN DAN CARA PENELITIAN
meredakan ketegangan emosional Penelitian ini menggunakan
sehingga individu dapat berfikir lebih design quasi experiment atau studi
rasional. Salah satu teknik yang cukup intervensi dengan menggunakan pre test-
mudah dilakukan dalam meredakan post test without control group yang
ketegangan emosional adalah relaksasi menggunakan satu kelompok sebagai
otot progresif .(11) kelompok intervensi dengan mengukur
Menurut Styoadi (2011), teknik sebelum dan setelah diberi intervensi.(14)
relaksasi otot progresif adalah teknik Penelitian ini dilaksanakan di RSU PKU
relaksasi otot dalam yang tidak Muhammadiyah Bantul pada bulan
memerlukan imajinasi tetapi hanya November sampai Desember 2016.
memusatkan perhatian pada suatu Populasi dalam penelitian ini tidak dapat
aktivitas yang mengidentifikasi otot yang diketahui secara pasti (infinite population)
tegang kemudian menurunkan sehingga peneliti dalam menentukan
ketegangan sehingga mendapatkan populasi dengan cara menghitung rata-
perasaan relaks. Teknik ini memaksa rata dalam waktu tertentu. Populasi yang
individu untuk berkonsentrasi pada dimaksud adalah semua pasien bersalin
ketegangan ototnya dan kemudian dengan jenis persalinan normal di RSU
melatihnya agar relaks. Berdasarkan PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta
penelitian yang dilakukan oleh Kenender dari bulan Juni – Agustus 2016 adalah
(2015), bahwa teknik relaksasi otot sebanyak 65 orang dengan rata-rata 22
progresif dapat memberikan ketenangan orang setiap bulannya. Subyek penelitian
baik pikiran maupun perasaan yang tidak adalah ibu bersalin yang kebetulan ada
menyenangkan. sesuai dengan kriteria inklusi berjumlah 20
Tujuan peneltian ini adalah orang. Kriteria inklusinya yaitu ibu yang
diketahuinya pengaruh pemberian terapi menjalani proses persalinan fase laten
relaksasi otot progresif terhadap pembukaan 1-3, ibu usia 20-35 tahun, ibu
penurunan tingkat kecemasan pada ibu dengan rencana jenis persalinan normal,
bersalin fase laten, diketahuinya dan bersedia menyetujui informed consent
gambaran karakteristik responden, penelitian. Pengambilan sampel dengan
didapatkannya tingkat kecemasan ibu teknik acidental sampling.
bersalin fase laten sebelum dilakukan Variabel penelitian meliputi
intervensi, didapatkannya tingkat variabel bebas yaitu relaksasi otot
kecemasan ibu bersalin setelah diberikan progresif dan variabel terikatnya
intervensi, dan diiketahui besarnya kecemasan. Proses pengumpulan data
3
dengan pretest dan posttest dilakukan Tabel 2
Distribusi Frekuensi Karakteristik
pada bulan November sampai Desember
Responden Berdasarkan Pendidikan
2016. Analisa data yang digunakan adalah Karakteristik Frekuensi %
uji paired sample t-test untuk mengetahui Tidak - 0
sekolah 1 5
pengaruhnya. SD 3 15
HASIL DAN PEMBAHASAN SMP 12 60
SMA 4 20
1. Karakteristik Responden PT
Distribusi frekuensi karakteristik Total 20 100
Sumber: Data primer, 2016
responden berdasarkan umur
Berdasarkan tabel 2 tingkat
ditampilkan dalam table 1.
pendidikan responden didominasi dengan
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Karakteristik pendidikan SMA sebanyak 12 orang
Responden Berdasarkan Umur (60%). Menurut Stuart (2006) status
Karakteristik frekuensi %
20–25 tahun 5 25 pendidikan yang rendah pada seseorang
26-30 tahun 4 20 akan menyebabkan orang tersebut lebih
31-35 tahun 11 55
mudah mengalami kecemasan dibanding
Total 20 100
Sumber: Data primer, 2016 dengan mereka yang status pendidikan
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat tinggi. Tingkat pendidikan yang tinggi pada
bahwa umur responden terbanyak pada seseorang akan membentuk pola yang
rentang 31-35 tahun sebanyak 11 orang lebih adaptif terhadap kecemasan, karena
(55%). Susiaty (2008) menemukan bahwa memiliki pola koping terhadap sesuatu
usia ibu yang memberi dampak terhadap yang lebih baik, sedangkan pada
perasaan takut dan cemas yaitu di bawah seseorang yang hanya memiliki tingkat
usia 20 tahun serta di atas 31-40 tahun pendidikan rendah akan cenderung lebih
karena usia ini merupakan usia kategori mengalami kecemasan karena pola
kehamilan berisiko tinggi dan seorang ibu adaptif yang kurang terhadap hal yang
yang berusia lebih lanjut akan baru dan mengakibatkan pola koping yang
menanggung risiko yang semakin tinggi kurang pula.
untuk melahirkan bayi cacat lahir dengan Distribusi frekuensi karakteristik
sindrom down. Usia 20-35 tahun dianggap responden berdasar pekerjaan ditampilkan
paling aman menjalani kehamilan dan dalam table 3.
persalinan. Tabel 3
Distribusi Frekuensi Karakteristik
Distribusi frekuensi karakteristik
Responden Berdasarkan Pekerjaan
responden berdasarkan tingkat pendidikan Karakteristik Frekuensi %
ditampilkan dalam table 2. IRT 8 40
Wiraswasta 1 5
Swasta 9 45
PNS 2 10
Total 20 100
Sumber: data primer, 2016

4
Berdasarkan tabel 3 bahwa Tabel 5
Distribusi Frekuensi Karakteristik
mayoritas pekerjaan responden adalah
Responden Berdasarkan Dukungan
swasta yaitu sebanyak 9 orang (45%). Keluarga
Karakteristik Frekuen %
Bekerja umumnya adalah kegiatan yang
si
menyita waktu, sehingga ibu hamil yang Ada dukungan 20 100
bekerja mengalami kecemasan lebih Tidak ada - 0
dukungan
ringan dibandingkan ibu yang tidak Total 20 100
bekerja dikarenakan pekerjaan dapat Sumber: Data primer, 2016

mengalihkan perasaan cemas bagi ibu Berdasarkan tabel 5 keseluruhan

hamil.(17) responden mendapat dukungan keluarga

Distribusi frekuensi karakteristik berupa pendampingan suami dan

responden berdasar paritas ditampilkan orangtua yaitu 20 orang (100%). Menurut

dalam table 4. Suliswati (2005) dukungan keluarga

Tabel 4 merupakan unsur terpenting dalam


Distribusi Frekuensi Karakteristik membantu individu menyelesaikan
Responden Berdasarkan Paritas
Karakteristik Frekuensi % masalah. Dukungan sosial sebagai
Primigravida 7 35 sumber koping, dimana kehadiran orang
multigravida 13 65
lain dapat membantu seseorang
Total 20 100
Sumber: Data primer, 2016 mengurangi kecemasan.
Paritas responden sebagian besar Distribusi frekuensi karakteristik
multigravida (65%) juga berpengaruh responden berdasar tingkat penghasilan
terhadap tingkat kecemasan ibu. ditampilkan dalam table 6.
Kecemasan yang dialami oleh ibu Tabel 6
Distribusi Frekuensi Karakteristik
multigravida menurut Lily (2007)
Responden Berdasarkan Penghasilan
berhubungan dengan pengalaman Keluarga
Karakteristik frekuens %
kehamilan yang lalu. Banyak wanita hamil
i
mengalami mimpi tidak menyenangkan Golongan atas 2 10
tentang bayinya yang sangat Golongan 9 45
menengah 9 45
mengganggu, mimpi tersebut seperti Golongan bawah
nyata. Selain itu hal yang dapat membuat Total 20 10
0
ibu multigravida cemas adalah bagaimana Sumber: Data primer, 2016
ia harus meninggalkan rumah dan Berdasarkan table 6 penghasilan
keluarga selama proses persalinan. responden kebanyakan adalah golongan
Distribusi frekuensi karakteristik bawah dan menengah masing-masing
responden berdasar dukungan keluarga 45%. Menurut penelitian Chalimah (2013)
ditampilkan dalam tabel 5. status ekonomi yang rendah akan
menyebabkan kurangnya pengetahuan
yang didapatkan oleh ibu bersalin dan
5
juga persiapan persalinan yang kurang sedang yaitu respon fisik ditandai dengan
memenuhi kebutuhan ibu bersalin. ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital
2. Tingkat Kecemasan Ibu Bersalin Fase meningkat, mulai berkeringat, sering
Laten sebelum dilakukan Intervensi. mondar-mandir dan gerakan memukulkan
Distribusi Frekuensi Tingkat tangan, suara berubah dan gemetar
Kecemasan Pada Ibu Bersalin Fase dengan nada suara tinggi, kewaspadaan
Laten Sebelum Dilakukan Relaksasi dan ketegangan meningkat, sering
Otot Progresif ditampilkan dalam tabel berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah
7. dan punggung terasa nyeri.
Tabel 7 3. Tingkat Kecemasan Pada Ibu Bersalin
Distribusi Frekuensi Tingkat
Fase Laten Sesudah Dilakukan
Kecemasan Pada Ibu Bersalin Fase
Laten Sebelum Dilakukan Relaksasi Relaksasi Otot Progresif.
Otot Progresif
Distribusi Frekuensi Tingkat
Tingkat frekuensi %
kecemasan Kecemasan Pada Ibu Bersalin Fase
Tidak cemas 1 5 Laten Sesudah Dilakukan Relaksasi
Cemas ringan 4 20
Cemas sedang 10 50 Otot Progresif ditampilkan dalam table
Cemas berat 5 25 8.
Cemas sangat berat - 0
Total 20 100 Tabel 8
Sumber: Data primer, 2016 Distribusi Frekuensi Tingkat
Kecemasan Pada Ibu Bersalin Fase
Berdasarkan tabel 7 tingkat Laten Sesudah Dilakukan Relaksasi
kecemasan sebelum perlakuan relaksasi Otot Progresif
Tingkat Frekuensi %
otot progresif terbanyak adalah kategori kecemasan
cemas sedang (45,35-56,65) sebanyak Tidak cemas 3 15
Cemas ringan 9 45
10 0rang (50%). Hasil penelitian ini sesuai Cemas sedang 8 40
dengan Chalimah (2013) yang Cemas berat - 0
Cemas sangat - 0
menyimpulkan kecemasan ibu dalam berat
menghadapi Persalinan Kala I di Rumah Total 20 100
Sumber: Data primer, 2016
Bersalin Mandiri Rahayu Semarang
Berdasarkan tabel 8 tingkat
sebagian besar kategori kecemasan
kecemasan sesudah perlakuan relaksasi
sedang. Berdasarkan jawaban responden
otot progresif terbanyak adalah kategori
diketahui bahwa tanda-tanda kecemasan
cemas ringan (34,05-45,35) sebanyak 9
yang paling banyak dialami responden
orang (45%). Hasil penelitian ini sejalan
adalah telapak tangan basah dan tubuh
dengan Lestari (2014) yang menunjukkan
berkeringat, otot nyeri dan jari-jari
tingkat kecemasan sesudah relaksasi otot
kesemutan, mual dan gangguan
progresif pada pasien preoperasi di ruang
pencernaan, dan nyeri dipunggung dan
Wijaya Kusuma RSUD Dr. R Soeprapto
perut saat menjalani persalinan. Menurut
Videbek (2008), tanda-tanda kecemasan
6
Cepu kategori ringan sebanyak 12 orang 4. Pengaruh pemberian terapi otot
(48%). progresif terhadap tingkat kecemasan
Menurut Styoadi (2011), teknik ibu bersalin fase laten
relaksasi otot progresif adalah teknik Hasil Uji Paired t-test Pengaruh
relaksasi otot dalam yang tidak Relaksasi Otot Progresif terhadap
memerlukan imajinasi tetapi hanya Penurunan Tingkat Kecemasan pada
memusatkan perhatian pada suatu Ibu Bersalin Fase Laten di RSU PKU
aktivitas kelompok otot yang tegang Muhammadiyah Bantul Yogyakarta
kemudian menurunkan ketegangan ditampilkan dalam table 9.
sehingga mendapatkan perasaan relaks. Berdasarkan tabel 9 dapat
Relaksasi mempunyai efek sensasi disimpulkan bahwa hasil perhitungan
menenangkan anggota tubuh, ringan dan statistik menggunakan uji Paired t-test
merasa kehangatan yang menyebar ke diperoleh nilai t hitung sebesar 7,253
seluruh tubuh. Perubahan-perubahan > t tabel (1,7290) atau p-value
yang terjadi selama maupun setelah sebesar 0,000 <  (0,05), artinya ada
relaksasi mempengaruhi kerja saraf perbedaan kecemasan sebelum dan
otonom. Respon emosi dan efek sesudah diberikan relaksasi otot
menenangkan yang ditimbulkan oleh progresif. Rata-rata kecemasan
relaksasi ini mengubah fisiologi dominan sesudah diberikan relaksasi otot
simpatis menjadi dominan sistem para- progresif lebih rendah dibandingkan
simpatis. Dalam keadaan ini, hipersekresi sebelum diberikan relaksasi otot
katekolamin dan kortisol diturunkan dan progresif. Sehingga dapat disimpulkan
meningkatkan hormon para -simpatis ada pengaruh terapi relaksasi otot
serta neurotransmitter seperti DHEA progresif terhadap penurunan tingkat
(Dehidroepinandrosteron) dan dopamine kecemasan pada ibu bersalin fase
atau endorfin. Hormon endorfin adalah laten. Tabel 9
senyawa kimia yang membuat seseorang Hasil Uji Paired t-test Pengaruh Relaksasi
merasa senang. Endorfin diproduksi oleh Otot Progresif terhadap Penurunan
Tingkat Kecemasan pada Ibu Bersalin
kelenjar pituitary yang terletak di bagian Fase Laten di RSU PKU Muhammadiyah
bawah otak. Hormon ini bertindak seperti Bantul Yogyakarta
Kategori Mean N T Df Sig
morphine, bahkan dikatakan 200 kali lebih Nilai 50.90 20 7.253 19 0.000
besar dari morphine. Endorfin atau sebelum
Nilai 42.25 20
Endorphine mampu menimbulkan sesudah
perasaan senang dan nyaman hingga Sumber: Data primer, 2016

membuat seseorang berenergi. Regulasi Hasil ini didukung oleh penelitian

sistem parasimpatis ini akhirnya Triwijaya, Wagiyo, dan Elisa (2014) yang

menimbulkan efek ketenangan.(23) menyimpulkan ada pengaruh Teknik


relaksasi otot progresif terhadap
7
penurunan tingkat kecemasan pada ibu saraf simpatis dan parasimpatis. Ketika
intranatal kala I di RSUD Salatiga dengan otot-otot sudah direlakskan maka akan
hasil p-value 0.000. menormalkan kembali fungsi-fungsi organ
Terapi relaksasi otot progresif tubuh. Setelah seseorang selesai
merupakan masuk dalam kategori melakukan relaksasi dapat membantu
meditasi yang dapat memberikan efek tubuh menjadi relaks, sehingga dapat
ketenangan karena adanya unsur memperbaiki berbagai aspek kesehatan
relaksasi yang terkandung di dalamnya. fisik dan didalam sistem saraf pusat dan
Rasa tenang ini selanjutnya akan saraf otonom. Sistem saraf pusat
memberikan respon emosi positif yang berfungsi mengendalikan gerakan yang
sangat berpengaruh dalam mendatangkan dikehendaki contohnya gerakan tangan,
persepsi positif. Persepsi positif kaki, leher, dan jari. Sedangkan sistem
selanjutnya ditransmisikan dalam sisitem saraf otonom berfungsi mengendalikan
limbik dan korteks serebral dengan tingkat gerakan-gerakan yang otomatis contohnya
konektifitas yang kompleks antara batang fungsi digesti dan kardiovaskuler.Sistem
otak hipotalamus prefrontal kiri dan kanan saraf otonom ini terdiri atas subsistem
hipokampus amigdala. Transmisi ini yaitu saraf simpatis dan parasimpatis yang
menyebabkan keseimbangan antara kerjanya saling berlawanan. Saraf
sintesis dan sekresi neurotransmitter simpatis yang bekerja meningkatkan
seperti GABA (Gamma Amino Butiric Acid) rangsangan atau memacu meningkatkan
dan antagonis GABA oleh hipokampus denyut jantung dan pernafasan serta
dan amigdala. Persepsi positif yang menimbulkan penyempitan pembuluh
diterima dalam sistem limbic akan darah tepi dan pembesaran darah pusat.
menyebabkan amigdala mengirimkan Sedangkan saraf parasimpatis bekerja
informasi kepada LC (locus coeruleus) memperlambat denyut jantung dan
untuk mengaktifkan reaksi saraf otonom. pernafasan, serta melebarkan pembuluh
LC akan mengendalikan kinerja saraf darah.(12).
otonom ke dalam tahapan homeostasis. Tabel 10
Besarnya Pengaruh Relaksasi Otot
Rangsangan saraf otonom yang terkendali
Progresif terhadap Penurunan Tingkat
menyebabkan sekresi epinefrin dan Kecemasan pada Ibu Bersalin Fase Laten
di RSU PKU Muhammadiyah
norepinefrin oleh medulla adrenal menjadi
Bantul Yogyakarta
terkendali. Keadaan ini akan mengurangi Skor Selisih skor
kecemasan kecemasan
semua manifestasi gangguan
Sebelum 50,90 8,65
kecemasan.(24) Sesudah 42,25
Mekanisme kerja relaksasi otot Sumber: Data primer, 2016

progresif terhadap penurunan kecemasan Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat

merupakan salah satu teknik pengelolaan rata-rata tingkat kecemasan pada ibu

diri yang didasarkan pada sistem kerja bersalin fase laten sebelum diberikan
8
terapi relaksasi otot progresif sebesar atau counter condition (penghilangan)
50,90 (cemas sedang) dan sesudah dampaknya akan menurunkan
diberikan terapi relaksasi otot progresif ketegangan, kecemasan dan tekanan
sebesar 42,25 (cemas ringan) berarti darah, serta denyut jantung.
mengalami perubahan yang signifikan dari KESIMPULAN DAN SARAN
cemas sedang ke cemas ringan dengan Berdasarkan hasil penelitian dan
penurunan sebesar 8,65. Hasil tersebut pembahasan tentang pengaruh relaksasi
sejalan dengan penelitian penelitian yang otot progresif terhadap penurunan tingkat
dilakukan oleh Pailak (2013), yang kecemasan ibu bersalin fase laten di RSU
menunjukkan adanya penurunan tingkat PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta
kecemasan pada pasien pre operasi di dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
rumah sakit telogorejo semarang sebelum yang signifikan perlakuan relaksasi otot
dan sesudah diberikan relaksasi otot progresif terhadap penurunan tingkat
progresif dengan nilai p-value 0,000. kecemasan pada ibu bersalin fase laten,
Pada penelitian ini penurunan tingkat kecemasan ibu bersalin fase laten
tingkat kecemasan diduga sebagai sebelum perlakuan relaksasi otot progresif
pengaruh dari relaksasi otot progresif. kategori cemas sedang, tingkat
Manfaat relaksasi otot progresif adalah kecemasan ibu bersalin fase laten
meningkatkan ketrampilan dasar relaksasi sesudah perlakuan relaksasi otot progresif
sehingga membuat keseluruhan tubuh kategori cemas ringan, perubahan tingkat
menjadi santai yang dapat menurunkan kecemasan ibu bersalin fase laten
tingkat hormon stres, tekanan darah, nadi, sebelum dan sesudah diberikan relaksasi
(26)
dan gula darah . Selain itu, relaksasi otot progresif menunjukkan penurunan
otot progresif juga dapat mengatasi sebesar 8,65.
berbagai macam permasalahan dalam Berdasarkan kesimpulan dan
mengatasi stres, kecemasan, insomnia, pembahasan yang telah dikemukakan,
dan juga dapat membangun emosi positif beberapa saran yaitu:
dari emosi negatif. Keempat 1. perawat hendaknya menganjurkan
permasalahan tersebut dapat menjadi relaksasi otot progresif sebagai salah
suatu rangkaian bentuk gangguan satu latihan untuk mengurangi gejala-
(27)
psikologis bila tidak diatasi. gejala kecemasan yang mudah untuk
Hal ini didukung oleh penelitian dilakukan sendiri.
Lutfa & Maliya (2008) yang menyimpulkan 2. Manajemen mutu RSU PKU
relaksasi otot progresif dapat Muhammadiyah Bantul hendaknya
meningkatkan kerja saraf para simpatis memasukkan relaksasi otot progresif
dengan mengurangi kerja saraf simpatis sebagai bagian dari terapi untuk
sehingga dapat menekan rasa tegang mengurangi tingkat kecemasan pada
yang dialami individu secara timbal balik ibu bersalin fase laten.
9
3. Hendaknya ibu bersalin melaksanakan yang mempengaruhi kecemasan
terapi relaksasi otot progresif sesuai seperti peristiwa traumatic, konflik
dengan petunjuk yang diberikan emosional, konsep diri
perawat agar mampu menurunkan terganggu,frustasi, gangguan fisik, pola
tingkat kecemasan secara optimal. mekanisme koping keluarga, riwayat
4. Peneliti selanjutnya perlu gangguan kecemasan, medikasi,
menyempurnakan hasil penelitian ini ancaman terhadap integritas fisik, dan
dengan menperhatikan faktor-faktor ancaman terhadap harga diri.

DAFTAR PUSTAKA 11. Suyamto, Prabandari, Y.S. & Machira,


1. Marmi. (2012). Intranatal Care: C.R. (2009). Pengaruh Relaksasi Otot
Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. dalam Menurunkan Skor Kecemasan
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. T-TMAS Mahasiswa Menjelang Ujian
2. Jannah, N. (2014). Persalinan Akhir Program Diakademi
Berbasis Kompetensi. Jakarta: EGC. Keperawatan Notokusumo
3. Kemenkes RI. (2014). Profil Yogyakarta. Berita Kedokteran
Kesehatan Indonesia. Jakarta: Masyarakat, volume 25, No. 3, hal
Kementerian Kesehatan RI. 2015. 142-149.
4. Sulistyawati, Ari, & Nugraheny, E. 12. Styoadi, & Kushariyadi. (2011). Terapi
(2010). Asuhan Kebidanan pada Ibu Modalitas Keperawatan Pada Klien
Bersalin. Jakarta : Salemba Medika. Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba
5. Keliat, B.A., Wiyono, A., Susanti, H. Medika.
(2011). Manajemen Kasus Gangguan 13. Kenender, Palandeng, dan Kallo
Jiwa: CMHN (Intermediate Course). (2015). “Pengaruh Terapi Relaksasi
Jakarta: EGC. Otot Progresif terhadap perubahan
6. Nasir, A., & Muhith, A. (2011). Dasar- tingkat Insomnia pada Lansia di Panti
Dasar Keperawatan Jiwa Pengantar Werdha Manado”. eJournal
dan Teori. Jakarta: Salemba Medika. Keperawatan (e-Kep) Vol 3 No 1,
7. Maryunani, A. (2010). Biologi diakses tanggal 7 Maret 2016.
Reproduksi. Jakarta: Trans Info 14. Sugiyono, (2010). Statistika Untuk
Media. Penelitian. Bandung: ALFABETA.
8. Triwijaya, Wagiyo, dan Elisa (2014). 15. Susiaty. (2008). Hubungan Antara
Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Kualitas Pelayanan dan Kecemasan
Terhadap Penurunan Tingkat dalam Menghadapi Proses Persalinan
Kecemasan Pada Ibu Intranatal Kala I Pada Pasien Rumah Sakit Bersalin,
Di RSUD Sala Tiga. Jurnal http:www.librarygunadarma.ac.id,
Keperawatan dan Kebidanan Vol 1 No diakses 12 Januari 2017.
6, diakses tanggal 20 Februari 2016. 16. Stuart G.W, & Laraia, M. T. (2006).
9. Rohani, Saswita, R., & Marisah. Principles And Practples And Practice
(2011). Asuhan Kebidanan pada Of Psychiatric Nursing. (8th ed). St.
Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Louis: Mosby.
Medika. 17. Utami, U., Lestari, W. (2011).
10. Wade, C. & Tavns, C. (2007). Perbedaan Tingkat Kecemasan
Psikologi edisi 9. jilid 2. Jakarta: Primigravida Dengan Multigravida
Erlangga. Dalam Menghadapi Kehamilan Jurnal
Ners Indonesia Vol 1 No 02. Diakses

10
pada 14 Januari 2017 dari: 23. Snyder, M., & Lindquist, R. (2002).
https://ejournal.unri.ac.id/index.php/JN Complementary / alternative therapies
I/article/view/643/636. in nursing (4th ed). New York:
18. Lily, Ls. (2007). Perubahan Dan Springer Publishing Company.
Adaptasi Psikologis Dalam 24. Arif, Y. P. (2007). Penerapan Dzikir
Kehamilan. Sebagai Psikoterapi Gangguan
http://ocw.gunadarma.ac.id/course/dip Anxietas . Karya Tulis Kedokteran
loma-three-program-of-midwife- Islam. FK Universitas Andalas:
practices-d3/asuhan/perubahan-dan- Medan.
adaptasi-psikologis-dalam-kehamilan. 25. Pailak, H. (2013). Perbedaan
Diakses pada 11 Januari 2017. Pengaruh Teknik Relaksasi Otot
19. Suliswati. (2009). Asuhan Progresif dan Napas Dalam terhadap
Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre
Psikologi. Jakarta: Trans Info Medika. Operasi di Rumah Sakit Telogorejo
20. Chalimah S., Wagiyo, & Elisa (2013). Semarang. Skripsi. Program Studi S1
“Analisis Faktor-Faktor yang Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo
Mempengaruhi Kecemasan Ibu dalam Semarang.
Menghadapi Persalinan Kala I di 26. Greenberg, R. (2009). 50 Mith than
Rumah Bersalin Mandiri Rahayu can Ruin Your Life: and the 50
Semarang”. Jurnal Ilmu Keperawatan Diabetes Truchs than can save it.
dan Kebidanan, Vol 1 no 3, diakses Cambridge: Da Capo Press.
Tanggal 20 Februari 2016. 27. Foreman, E.I., Elliot, C.H. & Smith,
21. Videbeck, D.L & Sheila, L. (2008). L.L. (2011). Overcoming Anxiety For
Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Dummies. England: John Wiley.
EGC. 28. Lutfa, U., & Maliya, A. (2008 ). Faktor-
22. Lestari, K. P & Yuswiyanti, A. (2014). faktor yang mempengaruhi
Pengaruh Relaksasi Otot Progresif kecemasan pasien dalam tindakan
Terhadap Penurunan Tingkat kemoterapi di Rumah Sakit Dr.
Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Moewardi Surakarta.
Di Ruang Wijaya Kusuma Rsud Dr. R http://eprint.ums.ac.id/111/1/4g.pdf.
Soeprapto Cepu. Jurnal Keperawatan Diperoleh tanggal 14 Januari 2017
Maternitas, Vol 3 No 1. Diakses
tanggal 20 Januari.

11

Anda mungkin juga menyukai