Anda di halaman 1dari 25

Psikologi Ibu Bersalin

A. Perubahan Psikologi pada Ibu Bersalin Kala I

Seorang wanita yang sedang dalam masa persalinan mengalami perubahan-perubahan


fisiologis dan psikologis yang bermacam-macam, bidan perlu mengetahui perubahan emosis dan
psikososial wanita selama persalinan agar dapat memberikan asuhan yang tepat kepada ibu bersalin,
sehingga akan mempermudah dan memerlancar proses persalinan tersebut.

Sekarang disadari bahwa penyakit dan komplikasi obstretik tidak semata-mata disebabkan
oleh gangguan organik. Beberapa diantaranya ditimbulkan dan di perberat oleh gangguan psikologis.
Latar belakang timbulnya penyakit dan komplikasi dapat dijumpai dalam berbagai tingkat ketidak
matgan dalam perkembangan emosional dan psikosesual dalam rangka kesanggupan seseorang
dalam menyesuaikan diri dalam situasi tertentu yang sedang dihadapi; dalam hal ini khususnya
kehamilan, persalinan dan nifas.

Oleh karena rasa nyeri dalam persalina sudah menjadi pokok pembicaraan diantara wanita
sejak zaman dahulu, banyak calon ibu mengahadapi kehamilan dan kelahiran anaknya dengan
perasaan takut dan cemas. Tidak mudah untuk menghilangkan rasa takut yang sudah berakar, akan
tetapi dokter dan bidan dapat berbuat banyak dengan membantu wanita yang dihinggapi dengan
perasaan takut dan cemas. Sejak pemeriksaan kehamilan pertama kali, dokter atau bidan harus
dengan sabar meyakinkan calon ibu bahwa kehamilan dan persalinan merupakan hal yang normal
dan wajar. Dia tidak hanya harus menimbulkan kepercayaan, akan teatpi harus juga menimbulkan
anggapan atau perasan bahwa ia seorang kawab yang ahli dalam bidangnya dan yang sungguh-
sungguh berkeinginan mengurangi rasa nyerinya serta bertujuan untuk menyelamatkan ibu dan anak.

Tidak perlu diragukan lagi bahwa sikap seorang wanita terhadap kehamilan dan persalinannya
memengaruhi kelancaran persalinan. Hal itu telah ditemukan oleh Read, yang mencoba menjawab
pertanyaan berikut.

1. “ Apakah suatu persalina dapat berjalan lancar karena seorang wanita tenang, atau ia tenang
karena persalinan lancar ? ”
2. “ Apakah seorang wanita menderita nyeri dan ketakutan karena persalianannya sukar, atau
persalinannya nyeri dan sukar karena ia ketakutan ? ”

Akhirnya Read mengambil kesimpulan bahwa ketakutan merupakan faktor utama yang
menyebabkan rasa nyeri dalam persalinan, yang seyogianya normal dan tanpa rasa nyeri yang
berarti. Ketakutan mempunyai pengaruh yang tidak baik pula terhadap his dan lancarnya
pembukaan.

Berdasarkan gagasan tersebut di atas lahirlah apa yang disebut dengan Natural Childbirth
atau Physikological Childbirth, yang kemudian diubah menjadi Childbirth Without Fear. Aliran ini
dipelori oleh Read, kemudian dengan usaha yang hampir sama dengan psikoprofilaksis datang dari
Prancis (Lamaze, 1954) dan Rusia (Pavlov, 1955). Tujuan usaha ini ialah untuk mendidik wanita
dalam masa hamil untuk menghilangkan perasaan takut. Selain persiapan mental dalam penjelasan
teratur dan sederhan tentang proses reproduksi, para wanita diajarkan dan diberikan latihan-latihan
untuk lebih menguasai otot-otot, istirahat dan pernapasan.

Fenomena Psikologis menyertai proses persalinan bermacam-macam. Setiap wanita


biasanya memiliki disposisi kepribadian yang definitif dan mewarnai persalinan bayinya. Apa yang
terjadi saat persalinan secara langsung memengaruhi kondisi psikologis dalam kelahiran. Perasaan
dan sikap seorang wanita dalam melahirkan sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor,
diantaranya perbedaan struktur sosial, budaya, agama, kesiapan ibu dalam menghadap persalinan,
pengalaman masa lalu, support sistem, dan lingkungan. Partisipasi dan keterlibatan aktif seorang ibu
selama persalinan merupakan persiapan alami dalam menerima seorang bayi. Mereka menganggap
sebuah persalinan adalah pengalaman yang penuh dengan perasaan dan melibatkan seluruh
anggota keluarga biasanya anggota keluarga ikut penyuluhan dalam prapersalinan dan ikut
mengambil keputusan dalam perencanaan tindakan persalinan. Anggota keluarga merasakan
kegembiraan ketika melihat kelahiran seorang bayi, yang sebelumnya merasa cemas dan khawatir
akan kemampuan ibu dalam menanggulangi rasa sakit pada proses persalinan. Beberapa wanita
menganggap persalinan adalah pengalaman yang tidak menyenangkan, merasakan sakit, merasa
selalu diawasi oleh dokter dan bidan, dan ia merasa sedikit berpartisipasi di dalam prosesnya.

B. Perubahan Psikologis pada Kala l

1. Banyak wanita normal bisa merasakan kegairahan dan kegembiraan di saat merasakan
kesakitan kesakitan pertama menjelang kelahiran bayinya. Perasaan positif ini berupa
kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi suatu ‘realitas kewanitaan'
sejati, yaitu munculnya rasa bangga dapat melahirkan atau memproduksi anak khususnya
rasa lega itu berlangsung ketika proses persalinan dimulai, mereka seolah-olah mendapatkan
kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu ‘keadaan yang belum
pasti’ kini benar-benar akan terjadi atau terealisasi secara konkret.
2. Seorang wanita dalam proses kelahiran bayinya merasa tidak sabar mengikuti irama naluriah
dan mau mengatur dirinya sendiri, biasanya mereka menolak nasihat-nasihat dari luar. Sikap
yang berlebihan ini pada hakikatnya merupakan ekspresi dari mekanisme melawan
ketakutan. Selanjutnya, proses kesakitan saat menjelang kelahiran ini disertai banyak
ketegangan batin dan rasa cemas atau ketakutan yang berlebihan, atau disertai
kecenderungan yang sangat kuat untuk lebih aktif dan mau mengatur sendiri proses kelahiran
bayinya, maka dapat terjadi hal sebagai berikut.
a. Proses kelahiran bayi menyimpang dari yang normal dan spontan.
b. Prosesnya akan sangat terganggu dan dapat terjadi kelahiran abnormal. Sebaliknya jika
wanita yang bersangkutanbersikapsangat pasif atau menyerah dan keras kepala, serta tidak
bersedia memberikan partisipasi sama sekali maka sikap ini bisa memperlambat proses
pembukaan dan pendataran serviks, dan mengakibatkan his menjadi sangat lemah bahkan
berhenti secara total, sehingga proses kelahiran menjadi sangat terhambat dan harus diakhiri
dengan pembedahan (SC).
3. Wanita mungkin menjadi takut dan khawatir jika dia berada pada yang baru atau asing, diberi
obat, lingkungan RS yang tidak menyenangkan, tidak mempunyai otonomi sendiri, kehilangan
identitas, dan kurang perhatian. Beberapa wanita menganggap persalinan lebih tidak realistis
sehingga mereka merasa gagal dan kecewa. terhadap anak.
4. Pada multigravida, sering terjadi kekhawatiran atau cemas anaknya yang tinggal di rumah,
dalam hal ini bidan bisa berbuat banyak untuk menghilangkan kecemasan ini.

Suami atau pasangan dapat memberikan perhatian dan menjadi tempat untuk berbagi.
Banyak hal yang memengaruhi pasangan dalam memengaruhi pasangan dalam memberikan
perhatian diantaranya status sosial atau gender, beberapa wanita bisa menjadi kuat dan mampu
untuk melalui proses persalinan dengan support dari pasangan. Perhatian pasangan merupakan
timgkat paling dasar yang menjadi kebutuhan seorang wanita dalam proses persalinan. Pendekatan
dan motivasi pada pasangam bisa dilakukan oleh bidan sejak Antenatal Care (ANC), dilakukan untuk
membangun kekuatan untuk mengungkapkan perhatian yang merupakan kebutuhan diri dari seorang
wanita dalam menghadapi persalinan. Hal ini sangat berpengaruh terhadap apa yang mereka lakukan
dan terbaik juga bagi bayinya.

C. Perubahan Psikologi pada Kala I Fase Laten

Pada fase ini, biasanya ibu merasa lega dan bahagia karena masa kehamilannya akan
segara berakhir. Namun pada awal persalinan, wanita biasanya gelisah, gugup, cemas, dan khawatir
berhubungan dengan rasa tidak nyaman karena kontraksi. Biasanya ingin berbicara, perlu ditemani,
tidak tidur, ingin berjalan-jalan, dan menciptakan kontak mata. Pada wanita yang dapat menyadari
bahwa proses ini wajar dan alami, maka ia akan mudah beradaptasi dengan keadaan tersebut.

1. Pengkajian ibu di rumah sakit saat persalinan lebih dini lebih baik dari pengkajian di rumah
sakit, karena mengurangi waktu untuk berada di kamar bersalin. Ternyata mengurangi
intervensi yang dilakukan mengakibatjan pengurangan augmentasi, mengurangi penggunaan
analgesik ( termasuk epidural ), dan mengurangi kemungkinan sectio caesarea. Ibu juga
melaporkan perbaikan pengalaman melahirkan dan perbaikan perasaan kontrol.
2. Observasi, dengarkan, akui kegembiraan ibu, dan berikan pandangan realistis mengenai
stadium dini persalinan. Mungkin ini merupakan kontak pertama ibu dengan bidan dan
merupakan kesempatan sempurna untuk mendiskusikan harapan, perasaan, dan rencana
kelahirannya.
3. Ringankan ketidak nyamanan. Ib pada fae laten mungkin tidak akan mengalami kemajuan
persalinan sebenarnya sampai beberapa hari dan kontraksinya hilang timbul. Terangkan
dengan lembut kepada ibu bahwa ia belum sampai pada tahap persalinan sebenarnya, bila
malam hari, anjurkan untuk mencoba berendam air hangat dan berusaha tidur ( atau
beristirahat bila ia terlalu bergairah atau tidak nyaman tidur ). Selama siang hari, ibu berusaha
rileks, menyamankan diri dengan mandi air hangat, atau mencoba mengalihkan perhatian
seperti berbelanja, berjalan-jalan atau nonton film.
4. Bila ibu telah mencari bantuan langsung dan setelah diketahui hasil pemeriksaan fisik normal,
sebaiknya ibu dibiarkan berada di rumah ( atau dipulangkan bila sudah berada di rumah
sakit ) sampai persalinan sebenarnya. Ibu dianjurkan untuk makan dan minum dengan bebas,
juga mencoba untuk tidak memusatkan perhatian pada persalinan dan teknik koping terlalu
dini, sebaiknya ia harus mencoba kembali melakukan kegiatan sehari-hari.

D. Perubahan Psikologis pada Kala I Fase Aktif

Pada persalinan stadium dini, ibu dapat tetap makan dan minum atau tertawa dan mengobrol
dengan riang di antara kontraksi. Begitu persalinan maju, ibu tidak punya keinginan lagi untuk makan
dan mengobrol, menjadi lebih pendiam, dan bertindak lebih didasari naluri karena bagian primitif otak
mengambil alih.

Saat kemajuan persalinan sampai pada fase kecepatan maksimum, rasa khawatir ibu
menjadi meningkat. Kontraksi menjadi semakin kuat dan frekuensinya lebih sering sehingga ia tidak
dapat mengontrolnya. Dalam keadaan ini, ibu akan menjadi lebih serius, ia menginginkan seseorang
untuk mendampinginya karena merasa takut tidak mampu beradaptasi dengan kontraksinya.

Pada persalinan yang kuat, ibu biasanya lebih terpusat dan memilih menarik diri dari pada
mengobrol dengan orang lain, ia gambarkan telah menjadi dirinya sendiri. Ketika persalinan semakin
kuat, ibu menjadi kurang mobilisasi, memegang sesuatu saat kontraksi, atau berdiri mengangkang
dan menggerakan pinggulnya. Ketika persalinan ibu semakin maju, ia akan menutup mata serta
pernapasannya berat dan lebih terkontrol. Ia akan mengerang dan kadang berteriak selama kontraksi
yang nyeri. Ibu sering terlihat menekuk jarinya ketika kontraksi memuncak.

Bila ibu berkata “air”, itu berarti saat ingin meminum; dan bila ibu berkata “punggung”, artinya
ibu meminta seseorang menggosok punggungnya. Bukan saat yang tepat untuk berbicara atau
meninggalkannya. Bidan biasanya mahir untuk membaca petunjuk dari ibu, tidak seperti mereka yang
tidak mengenal tingkah laku khas wanita dalam persalinan. Penunggu lain mungkin perlu penjelasan
dan panduan supaya tidak menganggu ibu, terutama selama kontraksi. Ketika bidan perlu memeriksa
DJJ, pertama ia harus bertanya dengan suara yang tenang atau cukup menyentuh lengan ibu
sebelum menjalankan tugasnya.

Di sela memberikan dukungan, penting untuk melakukan pemantaun DJJ dan melengkapi
dokumentasi, karena sangat sulit bagi bidan untuk mencari kesempatan meninggalkan ibu. Hubungan
yang intensif ini bisa menggerakan secara fisik dan mental. Keterlibatan pendamping persalinan dan
dukun dapat mendukung bidan maupun memperkuat kualitas dukungan yanng diterima ibu. Bidan
yang memberikan dukungan berkualitas menyadari bahwa secara pribadi mereka adalah suatu
bentuk analgesik terbaik dan sedikit kemungkinannya pasien memerlukan peredaan nyeri
farmakologis atau epidural. Dukungan umum dalam persalinan adalah sebagai berikut.

1. Dorongan pasangan untuk mendukung ibu yang akan melahirkan. Perlihatkan cara praktis
untuk melakukannya.
2. Fasilitas orang lain, terutama wanita, untuk mendampingi ibu dalam peran memberi
dukungan aktif. Hal ini perlu didiskusikan selama masa antenatal. Banyak pasangan tidak
menyadari bahwa mereka bisa mendapatkan tambahan pendukung selama persalinan.
3. Kuatkan dan yakinkan ibu.
4. Berikan dukungan fisik seperti memberi minum, menggosok punggung ibu yang sedang
melahirkan, membantunya untuk bergerak, mengelap dahinya, dan lain-lain.
5. Dorong keluarga untuk memberikan dukungan yang berkesinambungan, harus ada
seseorang yang menunggui setiap saat, memegang tangannya, dan memberikan
kenyamanan.
6. Biarkan pasangan untuk mengkomunikasikan kebutuhan ibu kepada bidan/dokter atau
tenaga kesehatan lainnya.

Aspek asuhan yang terbukti memengaruhi perasaan persalinan dan kepuasan pengalaman
persalinan meliputi hal sebagai berikut.

1. Komunikasi dan pemberian informasi.


2. Penatalaksanaan nyeri, tempat melahirkan.
3. Dukungan sosial serta dukungan pasangan.
4. Dukungan dari pemberi asuhan.

Kesimpulan

Seorang wanita yang sedang dalam masa persalinan mengalami perubahan-perubahan


fisiologis dan psikologis yang bermacam-macam dan dipengaruhi oleh berbagai oleh faktor.
Kebanyakan menghadapi persalinannya dengan perasaan gembira bercampur khawatir. Bidan perlu
mengetahui perubahan-perubahan emosi dan psikososial wanita dalam persalinan agar dapat
memberikan asuhan yang tepat saat bersalin sehingga akan memudahkan dan memperlancar proses
persalinan tersebut.

Daftar Pustaka

Rohani, Saswita R. (2013). Asuhan Kebidan pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba Medika.
A. KEBUTUHAN DASAR PADA IBU DALAM PROSES PERSALINAN

Tindakan pendukung dan penenang selama persalinan penting dalam kebidanan karena akan
memberikan efek yang positif baik secara emosional maupun fisiologi terhadap ibu dan janin Adapun
5 kebutuhan Wanita bersalin adalah :

1. Asuhan tubuh dan fisik

2. Peran orang terdekat

3. Pengurangan rasa sakit. terhadap perilaku dan tingkah lakunya

4. Penerimaan terhadap perilaku dan tingkah lakunya

5. Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman.

1. Asuhan Tubuh dan Fisik Asuhan


Tertuju pada tubuh ibu selama proses persalinan, hal ini juga yang akan menghindarkan ibu
dari infeksi. Infeksi bisa terjadi melalui tempat bersalin, penolong persal maupun pasien.
Untuk menarik infeksi pada ibu yang diberikan asuhan pada ibu antara lain:
a. Menjaga kebersihan diri
Menganjurkan ibu membasuh sekitar kemaluannya saat BAK/ BAB dan menjaga tetap
bersih dan kering. Hal ini dapat menimbulkan kenyamanan dan relaksasi serta menu
runkan risiko infeksi karena dengan adanya kombinasi antara bloody show, keringat,
cairan amnion larutan untuk pemeriksaan vagina dan juga veces dapat membuat ibu
bersalin merasa tidak nyaman. Perawatan perineum dan tetapnya tetap kering akan
membuat ibu merasa nyaman. Hal ini dapat dilakukan dengan mengganti pakaian dalam
ibu hamil dan memasang perlak. Ibu yang sedang dalam proses persalinan biasanya
banyak mengeluarkan keringat, bahkan pada ruang persalinan dengan kontrol suhu
terbaik mereka akan berkeringat pada beberapa waktu tertentu. Jika tempat persalinan
tidak menggunakan pendingin akan menyebabkan perasaan tidak nyaman dan sangat
menyengsarakan wanita tersebut. Untuk itu bisa menggunakan kipas atau bisa juga bila
tidak ada kipas dengan kertas atau lap yang bisa digunakan sebagai pengganti kipas.
b. Berendam
Berendam dapat menjadi tindakan pendukung dan kenyamanan yang paling enak. Bak
yang diperlukan cukup dalam agar udara dapat menutup perut Hal hal ini memberikan
suatu bentuk idrotherapy dan kegembiraan yang akan meredakan dan membantu
terhadap kontraksi terhadap ibu bersalin.
c. Perawatan mulut
Ibu yang sedang ada dalam proses persalinan biasanya memiliki napas yang bau, bibir
kering dan pecah pecah tenggorokan ering timbul jika dia dalam persalinan selama
beberapa jam tanpa cairan oral dan tanpa perawatan mulut. Hal ini menimbulkan rasa
tidak nyaman dan tidak menyenangkan bagi orang disekitarnya. Hal diatas bisa
terlampaui jika wanita mampu mencerna cairan selama persalinannya. Perawatan yang
bisa diberikan :
1. Menggosok gigi Ibu bersalin harus diingatkan untuk dibawa sikat gigi dan gigi gigi ke
rumah sakitirumah bersalin untuk digunakan selama persalinan
2. Mencuci mulut: dengan pemberian produk pencuci mulut, sebagai tindakan untuk
melakukan napas
3. Pemberian gliserin: Untuk menghindari terjadinya kekeringan pada bibir dapat
digunakan gliserin dengan cara mengusapkannya
4. Pemberian permen untuk melembabkan mulut dan tenggorokan untuk mencegah
aspirasi penggunaan permen lollipop

2. Peran orang terdekat


Suami atau orang terdekat dapat memainkan peran penting bagi wanita yang sedang
melahirkan. Bila pendamping terus mendampingi ibu selama kehamilannya, maka orang
tersebut dapat membantu dan menemani ibu dalam proses persalinan. Bantuan yang
diberikan berupa menggosok punggung ibu bila timbul his, mengingatkan tentang teknik
bernafas. menghitung kontraksi ibu, mengusap keringat membimbingnya, berjalan-jalan
memberikan makan dan minum serta memberikan dukungan penuh kepada ibu Banyak
penelitian yang mendukung melihat orang kedua pada saat persalinan berlangsung.
Penelitian itu menunjukkan bahwa ibu merasakan kehadiran orang tersebut sebagai
pendamping penolong persalinan, akan memberikan kenyamanan pada saat bersalin.

Penelitian juga menunjukkan bukti adanya kehadiran seorang pendamping pada saat
persalinan dapat memberikan efek positif terhadap persalinan dalam arti dapat menurunkan
morbiditas, mengurangi rasa sakit, persalinan yang lebih singkat dan menurunnya persalinan
dengan operasi termasuk bedah besar selain itu pandangan seorang pendamping persal
dapat memberikan rasa nyaman, aman, semangat, dukungan emosional dan dapat
membesarkan hati ibu. Untuk itu anjurkan ibu untuk ditemani oleh suami saya anggota
keluarga atau teman yang ia inginkan selama proses persalinan, menganjurkan mereka untuk
melakukan peran aktif dalam mendukung ibu dan bayi langkah-langkah yang mungkin sangat
membantu Ibu. Scor bidan harus mengharg ang keinginan ibu untuk menghadirkan teman
atau saudara yang khusus untuk menemaninya.

3. Pengurangan Rasa Nyeri


Rasa sakit selama melahirkan dan persalinan yang disebabkan oleh emosi, tekanan ada
ujung syaraf, regangan pada jaringan dan persendian, serta hipoksia otot rahim dan terakhir
kontraksi panjang. Disproporsionai sepalopelvis dan penyebab lain yang menyulitkan
kelainan (distosia) dapat meningkatkan rasa sakit . Metode persalinan secara alami untuk
mengurangi ketakutan dan rasa sakit yang berhubungan saat persalinan. Menggunakan
latihan peregangan otot dan relaksasi yang ada pada senam hamil merupakan metode untuk
mendapatkan ibu untuk suatu teknik relaksasi yang digunakan untuk membantu memberikan
rasa nyaman pada ibu pada proses bersalin ada beberapa jenis latihan relaksasi yang dapat
membantu wanita bersalin yaitu relaksasi. Ada 3 jenis relaksasi yang dapat membantu anita
bersalin yaitu :
a. Relaksasi progresif
Relaksasi ini di praktikkan selama periode kahamilan sehingga seorang wanita dapat
dengan cepat merutsiasikannya dengan cara yang dia butuhkan agar tidur tidur
kontraksi. Latihan ini dilakukan dengan cara yang sengaja mengencangkan
sekelompok oto tunggal misalmya lengan, tungkai wajah) sekuat mungkin lepasnya
secara. Otot-otot dikencangkan secara berurutan dan progresif dari satu ujung
bagian tubuh bagian tubuh lainnya
b. Relaksasi terkendali
Relaksas ini dipraktikkan juga pada masa ke ilan Latihan dilakukan dengan
mengupayakan sekelompok otal bcrkontraksi dan mcmpcrtahankan kelompok otot
yang lain berelaksasi. Hal ini mirip dengan yang terjadi pada persalinan, yaitu rahim
berkontraksi dengan kuat dan diharapkan kelompok yang tidak ikut menjadi tegang
terhadap respon kontraksi.
c. Pelaksanaan dan pengambilan nafas
Relaksasi ini dapat mengajar saat wanita berada pada persalinan aktif Teknik ini
dilakukan pada saat wanita berdiri dan mengambil nafas dalam dan kemudian
dikeluarkan semuanya dengan suatu hembusan kuat setelah kontraksi selesai.
Meskipun sudah dialami sebagian besar wanita rasa, nyeri saat melahirkan
bersifat unik dan berbeda pada tiap individu, rasa nyeri tersebut juga memiliki
karakteristik tertentu yang sama atau bersifat umum. Pengendalian rasa nyeri
berhubungan dengan keputusan untuk mengimplementasikan atau memberika
pengendalian nyeri tersebut.
Rasa sakit pada persalinan yang dialami oleh wanita pada saat persalinan
oleh:
1) Kontraksi otot rahim
Kontraksi otot rahim menyebabnkan dilatasi dan penipisan serviks Serta iskemia
rahim akibat kontraksi arter miometrium. Karena rahim merupakan organ internal
maka sakit yang timbul disebut nyeri visceral. Nyeri visceral dapat dirasakan
pada organ lain yang bukan merupakan asalnya disebut sakit alih (reffered pain).
Pada persalinan sakit alih dapat dirasakan pada bagian bawah perut dan sakit
perut hanya karena rasa sakit ini selama kontraksi dan pada intervel kontraksi.

2) Regangan otot dasar panggul


Jenis nyeri ini terjadi pada saat sedang kala II, tidak seperti sakit visceral, sakit ini
terlokalisir di daerah vagina. rektum dan perineum, sekitar anus. Nyeri jenis ini
disebut sakit Jadi matik dan menurut oleh perawan struktur jalan lahir bagian
bawah akibat penurunan bagian terbawah janin.

3) Episiotomi
Tindakan ini dilakukan sebelum jalan lahir mengalanii lascrasi maupun ruptur pada
jalan lahir

4) Kondisi psikologis Nyeri dan rasa sakit yang berleh ihan akan menimbulkan rasa
cemas. Takut, cemas dan tegang produksi hormon prostaglandin sehingga
menimbulkan stres. Kondisi stres dapat mempengaruhi kemampuan tubuh
menahan rasa sakit.

Adapun tindakan pendukung yang dapat diberikan untuk mengurangi rasa sakit
tersebut adalah sbb:

a) Pengaturan posisi yang penting saat seorang wanita berada dalam persalinan
adalah hukan saat ia akhirnya melahirkan dan tetap mampu bergerak dengan
gelisah selama persalinan. Mobilisasi membantu ibu untuk tetap terkendali.
Membiarkan ibu bersalin untuk memilih posisi persalinan memiliki banyak
keuntungan misal rasa tak nyaman, kurang uauma perineum, lebih mudah
mencran dan posisi juga mcrupakan salahsatu dasar yang Inelllpengaruhi
keulubiau periu Uutuk ilu ibu bersalin pemburu dibolehkan mengambil posisi
pilihan sendiri saat persalinan. Posisi yang diterapkan saat persalinan harus
dihindari pada hipoksia pada janin. menciptakan pola yang kontraksi uterus yang
efisien meningkatkan dimendi pelvis memudahkan pengamatan janin, memberikan
paparan perineum yang baik, memberikan daerah yang bersih untuk melahirkan
dan merasa nyaman posisi yang paling uyaruaru bagi ibu adalah posisi yang hiasa
yang dilakukan hila ia tidur. Meletakkan bantal dibelakang dan dibawah abdomen
atau di antara lutut ibu, hal ini bisa meningkatkan relaksasi, mengurangi tekanan
otot dan mengeliminasi titik-titik tekanan. Karena perut ibu yang kian membesar,
diusahakan ibu tidak tidur dalam posisi terlentang, hal ini terjadi adanya tekanan
uterus pada vena cava dan pesawat besar lainnya yang bisa melambatkan arus
balik dari vena yang bisa didapat ibu terjangkit Supine Hypotensive Syndrom.
Beberapa bukti menerangkan apabila ibu benar-benar merelaksasikan otot-otot
abdomennya dengan cara berjalan, dan berjongkok maka serviks akan berdilatasi
dengan pendataran yang lebih cepat sehingga persalinan dapat berjalan dengan
mudah Beberapa hal di bawah ini juga bisa mengurangi rasa sakit pada ibu adalah
:

1. Anjurkan ibu untuk mencoba posisi yang nyaman bagi dirinya

2. Ibu boleh berjalan, berdiri, duduk alau jongkok, iklim miring atau merangkak.

3. Jangan menempatkan ibu. pada posisi terlentang supine hypotensi sindrome


b) Usapan di punggung perut/abdominal

Jika ibu suka, lakukan pijatan/masase dipunggung, bahu leher. wajah atau
mengusap perut dengan lembut akan meredakan rasa sakit serta memberi rasa
rileks, sirkulasi darah menjadi lancar sehingga rasa nyeri berkurang.

c) Pengosongan kandung kemih

Sarankan ibu untuk sesering mungkin untuk berkemih. Kandung kemih yang
penuh akan menyebabkan sakit pada bagian perut juga menyebabkan sulit
turunnya bagiannya dari janin. Kandung kemih yang penih dapat dipalpasi tepat
dibawah pubis Hal ini penuh dengan perasaan yang menyakitkan dan tidak
nyaman tetapi karena adanya kontraksi terkadang pasien tidak menghiraukan rasa
nyeri tersebut. Bidan harus memeriksa cermat akan kebutuhan pasien ini. Selain
kandung kemih perasaan BAB ibu juga haru diperhatikan, oleh karena itu bila
pasien mengatakan ingin BAB, bidan harus melihat perineum dengan jelas dan
cermat. Terkadang kemungkinan bayinya akan lahir, tekanan kepala bayi pada
perineum merangsang refleks saraf sehingga menimbulkan keinginan BAB

4. Penerimaan Terhadap Kelakuannya dan Tingkah Lakunya

Penerimaan akan tingkah lakunya dan sikap juga kepercayaannya, apapun


yang dia lakukan adalah hal terbaik yang mampu dia lakukan pada saat itu.
Biarkan sikap dan tingkah lakunya, pada beberapa ibu mungkin berteriak pada
puncak kontraksi dan ada pula yang berusaha untuk diam ada juga yang
menangis. Itu semua mcrupakan tingkah laku yang pada saat itu hanya bisa
masuk.Sebagai seorang bidan yang bisa dilakukan hanya menyemangatinya dan
hukan memarahinya.

5. Informasi dan Kepastian Tentang Hasil Persalinan yang Aman


Setiap ibu membutuhkan informasi tentang kemajuan persalinanya sehingga
dapat mengambil keputusan dan harus diyakinkan kemajuan persalinannya
normal. Bidan harus menyadari kata kata memiliki pengaruh yang sangat kuat,
terhadap kondisi pasien. Setiap ibu bersalin selalu ingin tau apa yang terjadi pada
tubuhnya.

B. Pengkajian Ibu Bersalin melalui Pemeriksaan Anamnesa

A. Pengertian Pengkajian

     Pengkajian merupakan langkah mengumpulkan semua data yang akurat dan lengkap dari 
semua  sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien secara keseluruhan. Bidan dapat melakukan
pengkajian dengan efektif, maka harus
menggunakan format pengkajian yang terstandar
agar hasil pengkajian lebih relevan.

     Berdasarkan bentuknya, ada dua data yang


harus dikaji oleh tenaga keperawatan, terutama
bidan, yaitu :

1.  Data Dasar

     Merupakan kumpulan data yg berisikan status


kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola
kesehatan dan keperawatan terhadap diri sendiri,
dan hasil konsultasi medis (terapis) atau profesi
kesehatan lainnya. (Taylor, Lilis dan LeMone, 1996)

2.  Data Fokus

     Merupakan data tentang perubahan-perubahan


atau respon klien terhadap kesehatan dan
masalahnya, serta hal-hal yg mencakup tindakan
pelaksanaannya terhadap klien.

 Sedangkan berdasarkan sifatnya, juga ada dua data yang harus dikaji oleh bidan, yaitu :

1.  Data Subjektif

     Merupakan data yang diperoleh dari hasil anamnesa, baik dari hasil menganamnesa pasien maupun
keluarga pasien itu sendiri, seperti biodata pasien, riwayat obstetri, dan sebagainya.

2.  Data Objektif

     Merupakan data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan sendiri terhadap
pasien, seperti tekanan darah, suhu, dan lain-lain.

C. Hal-Hal Yang Dikaji Pada Ibu Bersalin

a.  Data Subjektif (Anamnesis)

     Data subjektif yang dikaji antara ibu hamil dan ibu bersalin tidak jauh berbeda, yaitu menanyakan :

1)  Biodata Pasien

      Nama pasien dan suami

      Umur

      Suku dan Bangsa

      Agama
      Pendidikan

      Pekerjaan

      Nomor telepon dan alamat

      Keluarga dekat yang mudah dihubungi

2)  Alasan Masuk dan Keluhan Utama

3)  Riwayat Menstruasi

a.  Menarche, yaitu menstruasi pasien pertama kali, pada umur berapa,

b.  Siklus,

c.  Banyaknya darah menstruasi,

d.  Lamanya menstruasi, berapa hari, dan

e.  Ada atau tidaknya dismenorrhoe (nyeri saat menstruasi).

4)  Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu

5)  Kontrasepsi

a)  Jenis kontrasepsi,

b)  Lama pemakaiannya, dan

c)  Keluhan-keluhan yang ada setelah menggunakan kontrasepsi.

6)  Riwayat Kehamilan Sekarang

a)  Hari pertama haid terakhir (HPHT) dan taksiran persalinan (TP)

b)  Keluhan pada trimester I, trimester II, dan trimester III

c)  Pergerakan janin pertama kali

d)           Pergerakan janin 24 jam terakhir

e)  Keluhan yang dirasakan ibu

7)   Obat yang Dikonsumsi

8)   Imunisasi

9)   Riwayat Kesehatan Ibu

10)  Riwayat Kesehatan Keluarga

11)  Riwayat Psikososial

12)  Riwayat Perkawinan

13)  Keadaan Ekonomi

14)  Kebiasaan Sehari-hari


15)   Persiapan Kegawatdaruratan.

b. Pengkajian Ibu Bersalin melalui Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan yang dilakukan bidan terhadp ibu hamil dan ibu bersalin adalah sama. Hanya
saja pada ibu bersalin bidan harus melakukan pemeriksaan tambahan yang harus dilakukan yaitu
pemeriksaan dalam. Adapun hal-hal yang harus diperiksa oleh bidan adalah sebagai berikut :

1)  Pemeriksaan Umum, meliputi :

a)  Kesadaran ibu,

b)  Berat bada sebelum hamil,

c)  Berat badan sekarang

d)  Tinggi badan, dan

e)   Lingkar Lengan Atas (LILA)

2)  Tanda-tanda Vital (TTV), meliputi :

a)  Tekanan darah,

b)  Nadi,

c)  Pernapasan, dan

d)  Suhu.

3)  Pemeriksaan Fisik, meliputi :

a)  Kepala

1)  Inspeksi

·    Rambut, lihat kebersihan kulit kepala dan rambut.

·    Telinga, lihat kesimetrisan, kelengkapan, dan kebersihan telinga,

·    Mata, lihat kesimetrisan, kelengkapan, conjungtiva pucat/tidak, dan kebersihan mata,

·    Bibir, nilai keadaan bibir (stomatitis), kering/tidak,

·    Mulut, nilai kebersihan mulut, pucat/tidak.

·    Lidah, nilai kebersihan lidah,

·    Gigi, nilai kebersihan gigi, ada/tidak karies dentis.

·    Muka, nilai ada/tidaknya udem.

2)  Palpasi
·    Muka, nilai muka ada udem/tidak, tepatnya pada palpebra.

b)  Leher

1)  Inspeksi, ada/tidak pembesaran kelenjar limfe dan tiroid.

2)  Palpasi, ada/tidaknya pembesaran kelenjar limfe dan tiroid.

c)  Dada

1)  Inspeksi

·     Mamae, nilai kesimetrisannya, hiperpigmentasi pada papilla dan areolla, nilai papilla
menonjol/tidak,

·    Areolla, nilai hiperpigmentasinya.

·    Kelenjar Montgomery, ada/tidak.

2)  Palpasi

·    Benjolan, ada/tidaknya benjolan pada mamae, apakah ada noul-nodul pada mamae dan
areolla,

·    Apakah ada rasa nyeri saat dipalpasi, dan

·    Nilai pengeluaran colostrum, dengan memencet areolla.

d)    Abdomen

1)  Inspeksi

·    Ada/tidaknya bekas jahitan/operasi,

·    Nilai kesesuaian antara pembesaran perut dengan usia kehamilan, dan

·    Lihat ada/tidaknya striae dan linea.

2)  Palpasi

·    Leopold

suatu teknik untuk pemeriksaan ibu hamil dengan menggunakan cara


perabaan/palpasi yaitu merasakan/meraba bagian yang terdapat di Rahim ibu hamil dengan
menggunakan tangan dalam posisi-posisi tertentu, atau dengan menggunakan tekan
memindahkan bagian bagian tertentu untuk menentukan bagian-bagian tertentu. Teori
berdasarkan Christian Gerhard Leopold. Pemeriksaan leopold ini sebaiknya dilaksanakan
setelah Usia Kehamilan 24 minggu, saat bagian janin semuanya sudah teraba. Teknik
pemeriksaan leopold tujuan utamanya untuk menentukan letak dan posisi janin di uterus, bias
juga bertujuan untuk menentukan usia kehamilan ibu dan memperkirakan/menentukan berat
janin.

Untuk membantu memudahkan pemeriksaan ini, maka persiapankan apa saja yang
diperlukan sebelum dilakukan pemeriksaan yaitu:

1. Instruksikan klien untuk mengosongkan vesika urinaria/kandung kemihnya.

2. Menempatkan klien pada posisi berbaring yang telentang, tempatkan bantal kecil tepat
di bawah kepala sebagai tindak kenyamanan.

3. Menjaga privasi klien.

4. Menjelaskan proses dan prosedur pemeriksaan.

5. Menghangatkan tangan klien dengan cara menggosok bersama-sama dikedua tangan


(tangan dingin bisa merangsang kontraksi uterus/rahim).

6. Menggunakan telapak tangan untuk raba/palpasi bukan dengan jari.

Leopold I

Tujuan : Untuk menentukan umur kehamilan serta bagian tubuh apa yang terdapat didalam fundus
uteri.

Caranya :

   Kaki klien ditekuk pada lutut serta lipat paha


   Pemeriksa berdiri disebelah kanan ibu hamil dan melihat kearah muka klien
   Rahim dibawa ke tengah
   Tinggi fundus uteri ditentukan, ukur dari bagian keras ketemu (symphisis)
Leopold II

Tujuan : Untuk menentukan dimana punggung anak dan dimana letak bagian-bagian kecil.

Caranya :

  Raba bagian kiri dan kanan Rahim jika teraba kecil-kecil dan panjang itu menentukan tangan dan
jari-jari
  Jika teraba lebar dank eras biasanya teraba di bagian abdomen kuadran kiri bawah

Leopold III

Tujuan : Untuk mengetahui apa yang ada pada bagian bawah dan bagian bawah sudah terpegang
oleh PAP (Pintu Atas Panggul) besar.

Caranya :

  Tangan kanan memegang bagian bawah


  Tangan kiri mencoba menekan fundus
  Dibagian bawah Rahim masih bias digoyangkan atau tidak
  Bila belum konvergen tidak perlu leopold IV
Leopod IV

Tujuan : Guna menentukan bagian bawah dalam Rahim dan seberapa masuknya bagian
bawah tersebut ke dalam PAP.

Caranya :

  Tangan konvergen : hanya bagian kecil dari kepala yang turun PAP
  Tangan sejajar II : separuh kepala masuk PAP
  Tangan divergen : Bagian terbesar kepala masuk PAP

Untuk mendengarkan DJJ :

  Cari punctum maximal


  Kalau sudah jelas dengarkan bias dengan linex/dopler
  Bandingkan dengan nadi ibu
  Hitung denyut jantung dalam 1 menit
  Normal >120-160 x/menit
  Bila < 120 >160 x/menit yaitu fetal distress

·    Tinggi Fundus Uteri (TFU), untuk mengetahui apakah perbesaran rahim sesuai/tidak dengan
usia kehamilan atau ada kemungkinan kehmilan kembar.

·    Taksiran Berat Badan Janin (TBBJ), untuk mengetahui perkiraan berat badan janin.

3) Auskultasi

·    Detak Jantung Janin (DJJ), untuk memantau kesejahteraan janin.

·    Frekuensi

·    Irama

·    Intensitas

·    Punctum Maximum, untuk mengetahui posisi terjelas terdengarnya DJJ.

e)  Ekstremitas

1)  Ekstremitas Atas

·    Inspeksi, lihat apakah ada tanda-tanda udem, varises, dan sebagainya.

·    Palpasi, raba apakah ada udem, varises, dan sebagainya.

2)  Ekstremitas Bawah

·    Inspeksi, lihat apakah ada tanda-tanda udem, varises, dan sebagainya.

·    Palpasi, raba apakah ada udem, varises, dan sebagainya.


·    Perkusi, untuk menilai refleks patella kiri dan kanan.

f)  Anogenitalia, tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui keadaan jalan lahir ibu, apakah
normal atau abnormal.

1)  Inspeksi

(a) Pemeriksaan Dalam

·    Pembukaan Serviks

·    Portio

·    Ketuban

·    Presentasi

·    Posisi

·    Penurunan

·    Bagian Terkemuka

(b)     Ukuran Panggul Dalam (UPD)

·    Promotorium

·    Linea Innominata

·    Os Sakrum

·    Dinding samping panggul

·    Spina Ischiadica

·    Arcus Pubis

(c) Ukuran Panggul Luar (UPL) :

Distantia Inter Tuberosum (DIT).

Daftar pustaka

JNPK-KR/POGI. (2007). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR/POGI.


Manuaba, IBG. (1998). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan.
Jakarta: EGC.
Saswita, R., dan Rohani. (2011). Asuhan kebidanan pada masa persalinan. Jakarta : Salemba Medika.
Damayanti, Ika Putri, dkk. (2014). Asuhan kebidanan komprehensif pada ibu bersalin dan bayi baru lahir.
Yogyakarta : Deepublish.
A. Manajemen Bidan pada False Labor dan Early Labor

Penatalaksanaan untuk perawatan wanita yang mengalami persalinanpalsu dan wanita yang
menderita rasa sakit menyeluruh menjelang akhirkehamilan adalah sama. Keduanya memerlukan
kesabaran, pengertian,penjelasan, dan perhatian yang lembut dan penuh cinta. Berbagai kebutuhan
iniberlanjut sampai di rumah. Anggota keluarga perlu menunjukkan dukungankesabaran.

Segera setelah kesejahteraan janin dipastikan dan persalinan di singkirkan, wanita tersebut
dapat kembali ke rumahnya dengan dibekali beberapa anjuran untuk meningkatkan kenyamanan.
Instruksikan wanitatersebut untuk berendam di dalam bak yang diisi air hangat hingga mencapai
abdomen wanita; kemudian setelah keluar dari bak, ia dapat mengkonsumsi minuman panas yang
disukainya (teh, kopi, susu, coklat) dengan gula, atau segelas anggu; dan kemudian pergi tidur.
(Apabila seorang anggota keluargadapat membantu mengusap punggung ibu menjelang tidur,
tindakan ini akan meningkatkan rasa nyaman ibu). Berendam di air panas merelaksasi dan
melemaskan otot-otot yang sakit dengan cara mendilatasi pembuluh darah sehingga meningkatkan
aliran darah dan oksigenasi ke area tersebut, dangerakan air secara psikologis menyejukkan. Ibu
memerlukan bantuan untuk masuk dan keluar dari bak mandi. Minuman panas yang dibuatkan oleh
anggota keluarga lain merupakan metode yang tepat untuk memfasilitasi ibu untuk tidur.Tambahan
gula di dalam minuman memberi kalori dan energi yang dibutuhkan sel-sel tubuh. Segelas anggur
atau minuman sherry sering kali digunakan untuk menigkatkan relaksasi. Usapan pada punggung
yang dilakukan oleh anggotakeluarga lain meredakan nyeri otot dan merupakan bentuk perhatian
yang penuhkasih sayang. Apabila wanita tidak berhasil tidur dengan metode nonmedis, 25sampai 50
mg difenhidramin (Benadryl), yang dijual bebas, dapat digunakan untuk membantu tidur.Sering kali
sulit untuk membedakan antara persalinan palsu dan faselaten awal persalinan. Penatalaksanaan
perawatan untuk wanita dengan kasusini, dengan catatan dengan tidak adanya komplikasi, akan
bervariasi sesuai lingkungan tempat wanita tersebut akan bersalin dan melahirkan. Apabila
iamerencanakan untuk melahirkan di rumah sakit, maka perencanaan perawatan akan beragam
sesuai kebijakan dan fasilitas Rumah Sakit, jarak tempat tinggalwanita tersebut dari Rumah Sakit,
ketersediaan alat transportasi, dankemampuan koping ibu dan keluarga, serta minat atau pilihannya.
Sebagai contoh, jika Rumah sakit memiliki unit untuk pengamatan persalinan ataupersalinan dini,
maka mendaftarkan ibu ke unit ini adalah tindakan tepat.
Namun, jika rumah sakit tidak memiliki unit seperti ini dan memiliki kebijakan bahwa pasien
tidak boleh masuk ke ruangan bersalin dan melahirkan sampai fasepersalinan aktif, kecuali ketuban
sudah pecah atau ada komplikasi. Maka andaharus memutuskan apakah ia perlu di pertahankan di
ruang kedaruratan rumah sakit atau ruangan pemeriksaan atau mengirimnya kembali ke rumah
sampai persalinan menjadi lebih pasti. Pada situasi ini, kompromi sulit dicapai antararealitas dan
filosofi bahwa seorang wanita kemungkinan akan merasa dan berkoping lebih baik di lingkungan
rumah yang lebih menyenangkan dan dikenalnya.Karena berjalan dapat menstimulasi persalinan
sejati atau meredakan persalinan palsu, wanita tersebut biasanya diminta untuk berjalan-jalan ke luar
atau di area yang dirancang khusus di rumah sakit dan kembali lagi untuk pemeriksaan dalam satu
dan dua jam. Apabila tidak ada perubahan serviks selama pemeriksaan ulang ini dan jika wanita
tersebut tinggal dekat, tidakmengalami kesulitan transportasi, dan ingin pulang ke rumah, maka dapat
dilakukan penatalaksanaan untuk persalinan palsu dan ia diperbolehkankemabali ke rumah. Namun,
jika ibu tinggal jauh dari rumah sakit dan anda masihbelum dapat memastikan antara persalinan palsu
atau fase latenn awalpersalinan, wanita tersebut dapat diminta berjalan-jalan lagi selama
beberapa jam dan diperiksa kembali sebelum keputusan akhir untuk mengirimnya pulang.Seorang
wanita yang tinggal sangat jauh dari rumah sakit dapat memilih berjalan selama beberapa jam di
dalam lingkungan rumah sakit sampai yakin bahwa ia mengalami persalinan palsu alih-alih menjadi
khawatir tidak dapat kembali tepat waktu dan kemungkinan melahirkan di rumah atau dalam
perjalanan. Kombinasi tidak ada kemajuan serviks dan keletihan sering kali membuat seorang wanita
memutuskan pulang. Oleh karena itu, ia harus dimotivasi untuk mengikuti program penanganan
persalinan palsu sehingga ibu dapat beristirahat cukup.

Penatalaksanaan wanita pada fase laten awal persalinan, sekali lagi,bervariasi sesuai
lingkungan tempat ibu akan bersalin dan melahirkan. Apabila ia merencanakan bersalin di rumah
sakit, maka penatalaksanaan perawatan akan beragam sesuai kebijakan rumah sakit, fasilitas rumah
sakit, jarak tempat tinggal ibu dari rumah sakit, ketersediaan alat transportasi, kemampuan koping ibu
dan keluarganya, dan pilihan ibu. Apabila rumah sakit memiliki unit persalinan dini,maka
mendaftarkan ibu di ruangan ini adalah tepat. Hal ini akan memungkinkan ibu menjalani prosedur
pendaftaran dan menjalani masa-masa persalinan dininya dilingkungan dengan suasana seperti di
rumah. Kursi yang nyaman untuk ibudan orang terdekatnya; materi dan personal yang menjelaskan
kemajuan persalinan, dan teknik pernafasan dan relaksasi yang membantu; teknik hiburan untuk
membantu melewatkan waktu, misal, bermain kartu, membaca buku,menonton televisi, dan membaca
majalah; dan berjalan bebas dan mengitari lingkungan merupakan dasar pelayanan di unit tersebut.
Apabila rumah sakit tidak memiliki unit pelayanan seperti ini, wanita yang tinggal agak jauh dan telah
menyiapkan alat transportasi dapat memilih pulang dan kembali lagi ke rumah sakit ketika
persalinannya lebih aktif. Wanita yang tinggal jauh dar rumah sakit mungkin lebih memilih untuk
melalui periode persalinan dini tersebut bersama teman atau kerabatnya. Walaupun sebuah rumah
sakit tidak menetapkan prasyarat pembukaan empat cm untuk seorang wanita dapat
mendaftar,beberapa ibu yang tinggal terlalu jauh untuk kembali ke rumah selama periode persalinan
dini memilih berjalan-jalan keluar atau di area yang di rancang khusus di rumah sakit.

Bidan dapat menganjurkan mengunjungi kantin atau kafetaria untuk minum teh/kopi manis
atau jus buah sebelum memasuki ruang bersalindan melahirkan. Kapan saja seorang wanita pada
persalinan dini, yang berencana melahirkan di rumah sakit, memasuki fase aktif kala I
persalinan,mengalami ketuban pecah, atau menunjukan tanda dan gejala komplikasi, maka ia akan
segera di daftar ke ruang bersalin dan melahirkan.Penatalaksanaan early labor pada kala satu
menigkatkan relaksasi. Usapan pada punggung yang dilakukan oleh anggota keluarga lain
meredakan nyeri otot dan merupakan bentuk perhatian yang penuhkasih sayang. Apabila wanita tidak
berhasil tidur dengan metode non medis, 25sampai 50 mg difenhidramin (Benadryl), yang dijual
bebas, dapat digunakan untuk membantu tidur.Sering kali sulit untuk membedakan antara persalinan
palsu dan faselaten awal persalinan. Penatalaksanaan perawatan untuk wanita dengan kasusini,
dengan catatan dengan tidak adanya komplikasi, akan bervariasi sesuai lingkungan tempat wanita
tersebut akan bersalin dan melahirkan.

Apabila ia merencanakan untuk melahirkan di rumah sakit, maka perencanaan


perawatanakan beragam sesuai kebijakan dan fasilitas Rumah Sakit, jarak tempat tinggal wanita
tersebut dari Rumah Sakit, ketersediaan alat transportasi, dankemampuan koping ibu dan keluarga,
serta minat atau pilihannya. Sebagai contoh, jika Rumah akit memiliki unit untuk pengamatan
persalinan ataupersalinan dini, maka mendaftarkan ibu ke unit ini adalah tindakan tepat.
Namun, jika rumah sakit tidak memiliki unit seperti ini dan memiliki kebijakan bahwapasien tidak boleh
masuk ke ruangan bersalin dan melahirkan sampai fasepersalinan aktif, kecuali ketuban sudah pecah
atau ada komplikasi. Maka anda harus memutuskan apakah ia perlu di pertahankan di ruang
kedaruratan rumah sakit atau ruangan pemeriksaan atau mengirimnya kembali ke rumah sampai
persalinan menjadi lebih pasti.

Pada situasi ini, kompromi sulit dicapai antararealitas dan filosofi bahwa seorang wanita
kemungkinan akan merasa dan berkoping lebih baik di lingkungan rumah yang lebih menyenangkan
dan dikenalnya.Karena berjalan dapat menstimulasi persalinan sejati atau meredakanpersalinan
palsu, wanita tersebut biasanya diminta untuk berjalan-jalan ke luaratau di area yang dirancang
khusus di rumah sakit dan kembali lagi untuk pemeriksaan dalam satu dan dua jam. Apabila tidak ada
perubahan serviksselama pemeriksaan ulang ini dan jika wanita tersebut tinggal dekat,
tidakmengalami kesulitan transportasi, dan ingin pulang ke rumah, maka dapat dilakukan
penatalaksanaan untuk persalinan palsu dan ia diperbolehkan kembali ke rumah. Namun, jika ibu
tinggal jauh dari rumah sakit dan anda masih belum dapat memastikan antara persalinan palsu atau
fase latenn awal persalinan, wanita tersebut dapat diminta berjalan-jalan lagi selama
beberapa jam dan diperiksa kembali sebelum keputusan akhir untuk mengirimnya pulang.Seorang
wanita yang tinggal sangat jauh dari rumah sakit dapat memilih berjalan selama beberapa jam di
dalam lingkungan rumah sakit sampai yakin bahwa iamengalami persalinan palsu alih-alih menjadi
khawatir tidak dapat kembali tepatwaktu dan kemungkinan melahirkan di rumah atau dalam
perjalanan. Kombinasitidak ada kemajuan serviks dan keletihan sering kali membuat seorang wanita
memutuskan pulang. Oleh karena itu, ia harus dimotivasi untuk mengikutiprogram penanganan
persalinan palsu sehingga ibu dapat beristirahat cukup.

Penatalaksanaan wanita pada fase laten awal persalinan, sekali lagi,bervariasi sesuai
lingkungan tempat ibu akan bersalin dan melahirkan. Apabila iamerencanakan bersalin di rumah
sakit, maka penatalaksanaan perawatan akanberagam sesuai kebijakan rumah sakit, fasilitas rumah
sakit, jarak tempat tinggalibu dari rumah sakit, ketersediaan alat transportasi, kemampuan koping ibu
dankeluarganya, dan pilihan ibu. Apabila rumah sakit memiliki unit persalinan dini,maka mendaftarkan
ibu di ruangan ini adalah tepat. Hal ini akan memungkinkanibu menjalani prosedur pendaftaran dan
menjalani masa-masa persalinan dininyadilingkungan dengan suasana seperti di rumah. Kursi yang
nyaman untuk ibudan orang terdekatnya; materi dan personal yang menjelaskan kemajuanpersalinan,
dan teknik pernafasan dan relaksasi yang membantu; teknik hiburanuntuk membantu melewatkan
waktu, misal, bermain kartu, membaca buku,menonton televisi, dan membaca majalah; dan berjalan
bebas dan mengitarilingkungan merupakan dasar pelayanan di unit tersebut.

Apabila rumah sakit tidak memiliki unit pelayanan seperti ini, wanita yang tinggal agak jauh
dan telahmenyiapkan alat transportasi dapat memilih pulang dan kembali lagi ke rumahsakit ketika
persalinannya lebih aktif. Wanita yang tinggal jauh dar rumah sakitmungkin lebih memilih untuk
melalui periode persalinan dini tersebut bersamateman atau kerabatnya. Walaupun sebuah rumah
sakit tidak menetapkanprasyarat pembukaan empat cm untuk seorang wanita dapat
mendaftar,beberapa ibu yang tinggal terlalu jauh untuk kembali ke rumah selama periodepersalinan
dini memilih berjalan-jalan keluar atau di area yang di rancang khususdi rumah sakit. Bidan dapat
menganjurkan mengunjungi kantin atau kafetariauntuk minum teh/kopi manis atau jus buah sebelum
memasuki ruang bersalindan melahirkan. Kapan saja seorang wanita pada persalinan dini,
yangberencana melahirkan di rumah sakit, memasuki fase aktif kala I persalinan,mengalami ketuban
pecah, atau menunjukan tanda dan gejala komplikasi, makaia akan segera di daftar ke ruang bersalin
dan melahirkan.Penatalaksanaan early labor pada kala satu: 

a. Dokumentasi Pendaftaran ke Persalinan dan PelahiranKetika ibu datang untuk melahirkan,


kumpulkan dan dokumentasikan informasi berikut:

1. Usia, ras (jika berhubungan), graviditas, paritas, usia kehamilan, danmasalah yang ada.

2. Riwayat keluarga, medis, bedah, menstruasi, ginekologi, dan sosialyang signifikan.

3. Riwayat obstetrik, termasuk riwayat kehamilan dalam urutankronologis, usia kehamilan (dalam


hitungan minggu) pada saatmelahirkan, metode persalinan, berat badan, periode neonatus
saatini termasuk adanya inkontinensia urine (dilaporkan sebesar 21%)dan inkontensia urine
(dilaporkan 5,5-22%). Untuk setiap pelahiransesar, perhatikan juga tipe insisi, indikasi, waktu
pembedahandilakukan selama persalinan, anestesi, dan komplikasi. Untuk setiapaborsi, perhatikan
usia kehamilan, apakah spontan atau terapeutik,dan komplikasi.

4. Kehamilan saat ini: awitan perawatan pranatal dan jumlah kunjungan,perhitungan usia kehamilan


(dengan ultrasonografi, kolerasiusia/tanggal), nilai dasar tekanan darah dan rentangnya, nilai
dasarberat badan, total penambahan berat badan, hasil tes minggu ke-28,kesejahteraan janin,
komplikasi dan penatalaksanaanya, hasillaboratorium, pajanan pada teratogen dan berbagai zat, dan
faktor-faktor sosial yang signifikan.

5. Riwayat persalinan: jika dan ketika ketuban pecah, warna dan jumlahcairan, hasil pemeriksaan


dengan menggunakan spekulum steril jikadilakukan; gerakan janin; perdarahan per vaginam;awitan
kontraksi,frekuensi dan kekuatanya saat ini; pemeriksaan dalam, jika dilakukan;toleransi pasien
terhadap persalinan; nutrisi; hidrasi; istirahat;dukungan; dan rencana penatalaksanaan nyeri.

6. Evaluasi janin: DJJ, gerakan, posisi, indeks cairan amnion, taksiranberat janin.

7. Impresi: graviditasi, gestasi, kala persalinan, status bayi, masalah yang ada.

8. Rencana penatalaksanaan: disposisi, terapi, tindak lanjut.
Rencana Penatalaksanaan Persalinan untuk Kala Satu Persalinan Kaji variabel berikut:

1. Status emosi ibu dan pengkajian-dirinya tentang rasa nyaman danstamina fisik dan stamina


emosional, dukungan, dan faktor lain

2. Rencana persalinan atau pilihan tempat bersalin

3. Defisit pengetahuan

4. Keterlibatan orang-orang terdekat lain

5. Tanda-tanda vital ibu

6.DJJ

7. Hidrasi dan nutrisi

8. Tingkat energi ibu

9. Status perkemihan dan defekasi

10. Pola kontraksi uterus

11. Kemajuan persalinan, termasuk posisi dan posisi penurunan verteks,lokasi serviks, konsistensi,


penipisan, dan dilatasi serviks

12. Status ketuban, warna cairan

13. Komplikasi

Rencana penatalaksanaan mencakup:

1. Intervensi untuk menangani tanda-tanda gangguang pada janin

2. Intervensi untuk menangani keletihan ibu

3. Intervensi untuk mengangani kemajuan persalinan yang lambat

4. Upaya untuk menambah kenyamanan

5. Posisi dan ambulasi

6. Hidrasi dan nutrisi

7. Intervensi untuk perkemihan atau defekasi

8. Rencana pengkajian kemajuan persalinan selanjutnnya: pemeriksaanvagina selanjutnya

9. Penapisan atau intervensi berkesinambungan dan/atau kebutuhan untuk mendapat konsultasi

10. Persiapan pelahiran: harapan orang tua, memeriksa cairan sebelumpelahiran, waktu persalinan


yang diharapkan, prosedur dankewaspadaan yang diharapkan, kehadiran dokter anak
Daftar Pustaka
Hidayat,asri. (2010). Asuhan Kebidanan Persalinan.Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai