Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN TEORI

1.1 Konsep Teori

1.1.1 Pengertian Persalinan

Persalinan adalah suatu pengelauran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uteru ke dunia luar (Prawirohardjo, 2002). Persalinan dan kelahiran normal adalah
proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam,
tanpa komplikasi pada ibu maupun janin (Prawirohardjo, 2002).

Persalinan dibedakan menjadi tiga macam, antara lain :

1. Persalinan spontan

Persalinan spontan adalah persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu


sendiri melalui jalan lahir ibu.

2. Persalinan buatan

Persalinan buatan adalah persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar,
misalnya dengan ekstraksi forceps atau dengan operasi sc

3. Persalinan anjuran

Persalinan anjuran yaitu persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi
baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian Pitocin atau
prostaglandin.

1.1.2 Etiologi

1. Penurunan kadar progesteron

Progesterone menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sedangkan estrogen


meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan keseimbangan antara
kadar progesteron dan estrogen dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar
progesteron menurun hingga timbul his.
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana
terjadi penimbunan jaringan ikat, dan pembuluh darah mengalami penyempitan
dan buntu. Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih
sensitif terhadap oksotosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah
tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.

2. Teori oksitosin

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst poterior. Perubahan


keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim,
sehingga sering terjadi kontraksi Braxton hicks. Di akhir kehamilan kadar
progesteron menurun sehingga oksitosin bertambah dan meningkatkan aktivitas
otot-otot rahim yang memicu terjadinya kontraksi sehingga terdapat tanda-tanda
persalinan.

3. Keregangan otot-otot

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah


melewati batas tertentu, terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
Seperti halnya dengan Bladder dan Lambung, bila dindingnya teregang oleh isi
yang bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian
pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot
dan otot-otot rahim makin rentang.

4. Pengaruh janin

Hipofisis dan kelenjar suprarenal janin juga memegang peranan karena pada
anenchepalus kehamilan sering lebih lama dari biasanya, karena tidak terbentuk
hipotalamis. Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan maturasi janin dan
induksi (mulainya) persalinan.

5. Teori prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang


dikeluarkan oleh desidua. Prostglandin yang dihasilkan oleh desidua diduga
menajdi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan
menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E3 yang diberikan secara intravena,
intra dan ekstra amnial menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur
kehamilan. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot
rahim sehingga hasil konsepsi dapat keluar. Prostaglandin dapat dianggap sebagi
pemicu terjadinya persalinan. Hal ini juga didukung dengan adanya kadar
prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun daerah perifer pada ibu
hamil, sebelum melahirkan atau selama persalinan.

1.1.3 Psikologi Persalinan

Penyakit dan komplikasi obstetrik tidak semata-mata disebabkan oleh


gangguan organik, beberapa di antaranya ditimbulkan atau diperberat oleh
gangguan psikologi. Latar belakang timbulkan penyakit dan komplikasi dapat
dijumpai dalam berbagai tingkat ketidakmatangan dalam perkembangan
emosional dan psikoseksial dalam rangka kesanggupan seseorang dalam
menyesuaikan diri dalam situasi tertentu yang sedang dihadapi, dalam hal ini
khususnya kehamilan persalinan, dan nifas. Karena rasa nyeri dalam persalinan
sejak zaman dahulu sudah menjadi pembicaran di antara wanita maka banyak
calon ibu kehamilan dan kelahiran anaknya dengan perasaan takut dan cemas.
Tidak perlu diragukan lagi bahwa wanita dihinggapi perasaan takut dan cemas.

Ketakutan merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa nyeri dalam


persalinan yang sebaiknya normal tanpa rasa nyeri yang berarti. Ketakutan
mempunyai pengaruh yang tidak baik pula terhadap his dan lancarnya
pembukaan. Fenomena psikologis yang menyertai proses persalinan bermacam-
macam. Setiap wanita biasanya memiliki disposisi kepribadian yang definitif dan
mewarnai persalinan bayinya. Semua yang terjadi saat persalinan secara langsung
memengaruhi psikologi dalam kelahiran. Perasaan dan sikap seseorang wanita
dalam melahirkan sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor
diantaranya perbedaan struktur sosial, budaya dan agama serta kesiapan ibu dalam
menghadapi persalinan, pengalaman masa lalu, support sistem dan lingkungan.

1.1.4 Perubahan Psikologi Pada Persalinan


1. Kala 1
1) Fase Laten
Ibu bisa bergairah dan cemas. Mereka biasanya menghendaki ketegasan
mengenai apa yang sedang terjadi pada tubuh mereka maupun mencari
keyakinan dan hubungan dengan bidannya. Pada primigravida dalam
kegembiraannya dan tidak ada pengalamn mengenai persalinan, kadang
salah sangka tentang kemajuan persalinanya, mereka membutuhkan
penerimaan atas kegembiraan dan kekuatan mereka.
2) Fase Aktif
Persalinan stadium dini, ibu masih tetap makan dan minum atau tertawa
dan ngobrol dengan riang di antara kontraksi. Begitu persalinan maju, ibu
tidak punya keinginan lagi untuk makan atau mengobrol dan ia menjadi
pendiam dan bertindak lebih di dasari naluri. Ketika persalinan semakin
kuat, ibu menjadi kurang mobilitas memegang sesuatu saat kontraksi,
berdiri mengangkang dan menggerakkan pinggulnya
2. Kala II
1) Banyak wanita normal bisa merasakan kegairah dan kegembiraan di saat-
saat merasakan kesakitan-kesakitan pertama menjelang kelahiran
bayinya. Perasaan positif ini berupa kelegaan hati, khususnya rasa lega
itu berlangsung ketika proses persalinan mulai.
2) Seorang wanita dalam proses kelahiran bayinya merasa tidak sabar
mengikuti irama naluria, dan mau mengatur sendiri biasanya mereka
menolak nasihat-nasihat dari luar. Sikap yang berlebihan ini pada
hakekatnya merupakan ekspresi dari mekanisme melawan ketakutan.
3) Wanita mungkin menjadi takut dan khawatitar jika dia berada pada
lingkungan yang baru/asing, diberi obat, lingkungan RS yang tidak
menyenangkan, tidak mempunyai otonomi sendiri, kehilangan identitas
dan kurang perhatian.
4) Pada multigravida sering khawatir/cemas terhadao anak-anaknya yang
tinggal dirumah, dalam hal ini bidan bisa berbuat benyak untuk
menghilangkan kecemasan ini.
3. Kala III
Perubahan emosi ibu semakin berubah-ubah dan terkadang menjadi tak
terkontrol. Perubahan emosi ini bermuara dari adanya perasaan khawatir,
cemas, takut, bimbang dan ragu jangan-jangan kondisi kehamilannya saat ini
lebih buruk lagi saat menjelang persalinan atau kekhawatiran dan kecemasan
akibat ketidakmampuannya dalam menjalankan tugas sebagai ibu pasca
kelahiran bayinya.
4. Kala IV
1) Perasaan lelah karena segenap energi psikis dan kemampuan jasmaninya
dikonsentrasikan pada akitivitas melahirkan
2) Dirasakan emosi kebahagiaan dan kenikmatan karena terlepas dari
ketakutan, kecemasan dan kesakitan. Meskipun sebenarnya rasa sakit
masih ada.
3) Rasa ingin tahu yang kuat akan bayinya
4) Timbul reaksi-reaksi afeksional yang pertama terhadap bayinya, rasa
bangga sebagai wanita, istri dan ibu. Timbul perasaan terharu, sayang dan
syukur pada maha kuasa.
1.1.5 Gangguan Psikologi Pada Persalinan
1. Kecemasan
Kecemasan adalah hal yang biasanya terjadi menjelang persalinan. Ibu
hamil yang menantikan proses kelahiran pertama kali biasanya akan mulai
gugup dan cemas. Ia tidak berhenti memikirkan halhal yang menurutnya
berbahaya. Tentu saja, apabila kecemasan ini tidak dikelola dengan baik,
maka kondisi psikis ibu tersebut akan semakin memburuk. Tidak menutup
kemungkinan pula ia bisa sampai mengalami gangguan obsesif kompulsif.
Untuk mengatasi kecemasan ini, maka dukungan dari orang terdekat (suami
atau keluarga) benar-benar dibutuhkan. Cara menghilangkan kecemasan ini
efektif. Mendengar pengalaman yang menenangkan akan lebih baik, sebab
bagaimana pun juga seringkali ibu yang akan melahirkan justru terpapar oleh
informasi- informasi yang semakin membuatnya khawatir.
2. Ketakutan
Ketakutan berbeda dengan kecemasan. Kecemasan merupakan suatu
bentuk kekhawatiran pada objek yang tidak jelas (hanya ada di pikiran dan
tidak jelas bentuknya seperti apa). Sementara itu, ketakutan merupakan bentuk
kekhawatiran pada sesuatu yang jelas objeknya. Dalam masa persalinan,
seorang wanita bisa saja menjadi takut pada proses persalinan normal. Ia
membayangkan apakah janin yang akan dilahirkannya selamat atau tidak.
Atau kesakitan yang ada pada saat bersalinan apakah ia sanggup jalani atau
tidak. Untuk mengatasi ketakutan, maka seorang wanita perlu ditenangkan
terlebih dahulu. Mendengarkan apa yang menjadi keluhannya adalah hal yang
baik yang bisa dilakukan. Sikap menggurui atau memintanya berhenti takut
justru tidak akan membantu mengurangi ketakutannya.
3. Sikap Pasif
Sikap pasif timbul manakala seorang wanita hamil memiliki keengganan
pada saat akan melahirkan. Ini juga didorong dengan dukungan yang lemah
dari lingkungan sekitar. Perhatian suami dan keluarga yang kurang akan
menimbulkan sikap yang pasif dari seorang wanita hamil. Oleh karenanya,
penting untuk memberikan dukungan kepadanya. Untuk mengatasi sikap pasif
ini, kita bisa memberikan sistem dukungan yang baik berupa bentuk perhatian
dan kasih sayang kepadanya. Bagaimana pun juga, hal ini akan sangat
berpengaruh pada kelancaran proses persalinannya nanti.
4. Hipermaskulin
Kondisi hipermaskulin menggambarkan bagaimana seorang calon ibu
merasa goyah keinginannya antara ingin atau tidak punya anak. Padahal, ia
sudah berada di saat-saat menjelang persalinannya. Akibatnya, emosinya
menjadi tidak stabil. Ini biasanya terjadi pada wanita yang memang berkarir.
Pikirannya menjadi buyar karena ia ingin mempertahankan cara dia bekerja,
tetapi di sisi lain juga merindukan kehadiran anak. Gangguan psikologi pada
masa reproduksi bisa menjadi salah satu penyebabnya. Lagi, untuk mengatasi
hal ini maka kita bisa memberikan sistem dukungan yang baik. Mendengarkan
keluhannya dan sama-sama mencari penyelesaian bersama adalah hal yang
tepat untuk dilakukan.
5. Hiperaktif
Menjelang persalinan, seorang wanita juga bisa menjadi lebih hiperaktif
karena ia ingin segera melaksanakan proses persalinan. Oleh karenanya, ia
menjadi lebih banyak beraktivitas demi proses persalinan yang berlangsung
sesegera mungkin. Menenangkan ibu hamil dengan cara memberikan
pengertian- pengertian tentang proses persalinan adalah hal yang bisa
dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini. Psikologi konseling juga bisa
dilakukan agar wanita menjadi lebih siap.
6. Halusinasi hipnagonik
Pada saat akan bersalin, seorang wanita pasti akan mengalami
kontraksikontraksi. Ada fase istirahat selama kontraksi tersebut. Seorang ibu
bisa mengalami kondisi tidur semu. Di sinilah terjadi kondisi halusinasi
hipnagonik. Ia akan menjadi tidak tenang karena muncul pikiran-pikiran yang
tidak-tidak. Bahkan, kadang bisa juga muncul gangguan psikosomatis. Untuk
mengatasinya, maka kita bisa tetap mempertahankan interaksi pada ibu
menjelang persalinan.
7. Sindrom Baby Blues
Biasanya terjadi setelah proses persalinan. Bounding attachment yang
kurang baik menyebabkan seorang ibu justru menolak kehadiran bayinya.
Oleh karenanya, dukungan berupa pemberian motivasi dan juga langkah-
langkah untuk siap mengalami perubahan status menjadi ibu bisa diberikan
supaya sindrom ini tidak terjadi. Itulah beberapa macam masalah kesehatan
mental yang dapat terjadi pada masa persalinan. Kita memang harus tahu
apakah seorang wanita yang akan melahirkan memiliki suatu permasalahan
atau tidak. Harapannya, proses persalinan bisa berjalan dengan lancar dan juga
baik. Mengatasi gangguan psikologi dalam masa persalinan memang
membutuhkan keterampilan dan juga kepekaan tersendiri.
2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalinan

2.2.1 Konsep Manajemen Asuhan Varney

Tujuh langkah manajemen asuhan kebidanan menurut Varney (1997)


adalah sebagai berikut :

1. Langkah I : Pengumpulan data dasar

Dilakukan dengan melakukan pengkajian melalui proses


pengumpulan data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan pasien
secara lengkap seperti riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, peninjauan
catatan terbaru atau sebelumnya, data laboratorium dan
membandingkannya dengan hasil studi.

2. Langkah II : Interpretasi data dasar

Mengidentifikasi data secara benar terhadap diagnosa atau masalah


kebutuhan pasien. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga ditentukan masalah atau diagnosa yang spesifik.

3. Langkah III : Identifikasi diagnosa atau masalah potensial

Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial yang lain berdasarkan


beberapa masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.

4. Langkah IV : Identifikasi dan penetapan kebutuhan yang memerlukan


penanganan segera

Melakukan identifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah


diagnosa dan masalah ditegakkan.

5. Langkah V : Perencanaan asuhan secara menyeluruh

Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan, diperlukan perencanaan


menyeluruh terhadap masalah dan diagnosa yang ada.

6. Langkah VI : Pelaksanaan perencanaan

Merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana yang sudah ditetapkan


sebelumnya, baik terhadap masalah pasien maupun diagnosa yang
ditegakkan, dapat dilakukan bidan secara mandiri maupun kolaboasi
dengan tim kesehatan yang lainnya.

7. Langkah VII : Evaluasi

Melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang


dilakukan oleh bidan. Evaluasi sebagai bagian dari pelayanan secara
komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan
klien.

2.2.2 Pendokumentasian Secara SOAP

Dalam memberikan asuhan lanjutan, sebagai catatan perkembangan, perlu


dilakukan asuhan kebidanan SOAP dalam pendokumentasian. Menurut
Varney (2007), sistem pendokumentasian asuhan kebidanan dengan
menggunakan SOAP, yaitu:

1. S (Subyektif)
Data subyektif adalah data yang diperoleh dari hasil bertanya pada pasien,
suami, atau keluarga (Rukiyah dkk, 2013). Informasi yang dicatat mencakup
identitas, keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada
klien (anamnesa) atau dari keluarga (Hidayat, 2008). Data subyektif
meliputi :
1) Biodata
Biodata yang mencakup identitas klien dan suami menurut
Ambarwati dan Wulandari (2010) meliputi :
a. Nama ibu dan suami : Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap, bila
perlu nama panggilan sehari-hari untuk mencegah kekeliruan dalam
memberikan penanganan.

b. Umur : Ditulis dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko karena


pada umur kurang dari 20 tahun, alat reproduksi belum matang, mental
dan psikisnya belum siap.

c. Suku bangsa : Untuk mengetahui adat istiadat atau kebiasaan sehari –


hari yang bisa mempengaruhi kondisi kesehatan ibu.
d. Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam berdoa.

e. Pendidikan : Untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektual klien


sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya.

f. Pekerjaan : Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial


ekonominya, karena hal ini sangat berpengaruh dalam pemenuhan gizi
pasien.

g. Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal pasien sehingga


mempermudah bidan menjalin hubungan jika diperlukan dalam
keadaan mendesak.

h. Nomor telepon :Untuk menghubungi via telepon bila ada keperluan


atau konsultasi.

2) Keluhan utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke
fasilitas pelayanan kesehatan (Sulistyawati, 2009). Penting untuk
menanyakan sejak kapan keluhan mulai dirasakan, frekuensi, dan
penanganan yang sudah diberikan.
3) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui riwayat menstruasi antara lain adalah menarche, siklus
menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya darah, keluhan utama yang
dirasakan saat haid, dan menstruasi terakhir yang dapat digunakan sebagai
dasar untuk perhitungan tanggal kehamilan dan perkiraan kelahiran
(Sulistyawati, 2013).

Rumus pertama digunakan jika HPHT ada di bulan Januari sampai Maret.
Misalnya, HPHT adalah 21 Januari 2020, maka perkiraan tanggal
persalinan adalah:

 Tahun : tetap 2020


 Bulan : 1+9 = 10
 Hari : 21+7= 28
Maka hari perkiraan bayi lahir adalah 28 Oktober 2020.

Rumus kedua digunakan jika HPHT ada di bulan April sampai Desember.
Jadi, jika hari pertama haid terakhir adalah 1 Mei 2019 maka perkiraan
tanggal persalinan adalah:

 Tahun : 2019+1= 2020


 Bulan : 5-3=2
 Hari : 1+7= 8
Maka hari perkiraan bayi lahir adalah 8 Februari 2020.

Indikasi hanya pada ibu yang mempunyai riwayat haid yang teratur
dan tidak dapat digunakan pada ibu sudah hamil saat masih menyusui dan
belum pernah haid lagi sesudah melahirkan, ibu hamil setelah berhenti
mengonsumsi pil KB dan belum haid lagi. Kalau salah satu dari situasi
diatas terjadi, perkiraan tanggal persalinan dilakukan secara klinis
(misalnya: dengan melihat besarnya uterus) atau dengan USG (Yulizawati,
dkk, 2017).

4) Riwayat perkawinan
Status perkawinan perlu dikaji untuk mendapatkan gambaran mengenai
suasana rumah tangga pasangan, seperti berapa kali menikah, berapa tahun
usia ibu ketika menikah pertama kali, status pernikahan sah atau tidak,
lama pernikahan berapa tahun dan jumlah anak (Sulistyawati, 2011)
5) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Dikaji untuk mengetahui jumlah kehamilan, anak yang lahir hidup,
persalinan yang aterm, persalinan yang premature, keguguran atau
kegagalan kehamilan, persalinan dengan tindakan (dengan forseps, atau
dengan SC), riwayat perdarahan atau hipertensi pada kehamilan,
persalinan atau nifas sebelumnya, berat bayi sebelumnya < 2500 atau >
4000 kg, serta masalah - masalah lain (Rukiyah dkk, 2013).
a. Kehamilan
Jumlah kehamilan dan kelahiran, G (gravida), P (para), A (abortus), H
(hidup).
b. Persalinan
Jarak antara dua kelahiran, tempat melahirkan, lamanya melahirkan,
cara melahirkan.
c. Nifas
Pernah mengalami perdarahan atau tidak, infeksi dan bagaimana
proses laktasinya.
d. Anak
Mencakup berat bayi sewaktu lahir, adakah kelainan bawaan bayi,
jenis kelamin bayi, keadaan bayi saat dilahirkan hidup atau mati.
6) Riwayat kehamilan sekarang
Dikaji untuk mengetahui hari pertama haid terakhir, siklus menstruasi
normal atau tidak, gerakan janin (kapan mulai dirasakan dan ada tidaknya
perubahan yang terjadi), masalah dan tanda-tanda bahaya, keluhan-keluhan
yang lazim pada kehamilan, penggunaan obat-obatan (termasuk jamu-
jamuan) serta kekhawatiran lain yang dirasakan (Dewi dan Sunarsih, 2011).
7) Riwayat keluarga berencana
Dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi
jenis apa, berapa lama, berhasil atau tidak dan adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi, (Ambarwati dan Wulandari 2010).
8) Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Untuk mengetahui penyakit yang diderita ibu pada saat sekarang ini
atau untuk mengetahui penyakit lain yang bisa memperberat keadaan
ibu (Manuaba, 2007).
b. Riwayat penyakit sistemik
Untuk mengetahui adanya penyakit sistemik pada ibu hamil
diantaranya penyakit jantung, diabetes melitus, ginjal, hipertensi atau
hipotensi, hepatitis yang dapat mempengaruhi kehamilan
(Sulistyawati, 2013).
c. Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui adanya penyakit menurun dalam keluarga
seperti asma, diabetes melitus, hipertensi, jantung dan riwayat
penyakit menular seperti TBC dan hepatitis (Jannah, 2011).
9) Pola kebiasaan sehari – hari
a. Nutrisi
Untuk mengetahui status gizi pasien sebelum dan selama hamil apakah
mengalami perubahan, frekuensi makan, jenis makanan, kualitas dan
kuantitas makanan, apakah ada pantangan makan dan jenis minuman apa
yang diminum serta berapa banyak ibu minum dalam satu hari
(Sulistyawati, 2013).
b. Eliminasi
Dikaji untuk menggambarkan kebiasaan BAB dan BAK pasien sebelum
dan selama hamil, BAB meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, dan bau,
serta kebiasaan BAK meliputi frekuensi, warna, dan jumlah (Ambarwati
dan Wulandari, 2010).
c. Aktivitas
Untuk mengetahui pola aktifitas pasien sehari - hari (Ambarwati dan
Wulandari, 2010). Tanyakan apakah ibu bekerja berat atau tidak dan
apakah keadaanya mengganggu pekerjaannya atau tidak.
d. Istirahat dan tidur
Dikaji untuk mengetahui pola istirahat dan tidur pasien, berapa lama
kebiasaan tidur siang dan tidur malam hari. Pada ibu hamil perlu
diperhatikan pola istirahat dan tidur dengan baik, agar dapat
meningkatkan kesehatan ibu dan pertumbuhan janin (Sulistyawati,
2011).
e. Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui tingkat kebersihan pasien meliputi kebersihan
lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah genetalia) gigi dan mulut
(Sulistyawati, 2011).
f. Psikososial budaya
Untuk mengetahui bagaimana perasaan ibu dalam menjalani kehamilan,
dukungan keluarga, jenis kelamin yang diharapkan, kehamilan ini
direncanakan atau tidak, adakah pantangan makan selama kehamilan,
dan kebiasaan adat - istiadat dalam kehamilan (Sulistyawati, 2013).
g. Penggunaan obat-obatan atau rokok
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu perokok dan pemakai obat - obatan
atau tidak selama hamil (Rukiyah dkk, 2013).
h. Riwayat operasi
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah dilakukan tindakan
operasi atau belum, yang sekiranya dapat mengganggu dalam proses
kehamilan ini (Manuaba, 2008).
2. O (Obyektif)
Menurut Rukiyah dkk, (2013) data obyektif adalah data yang diperoleh dari
pemeriksaan meliputi :
1) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Untuk mengetahui keadaan umum apakah baik,
sedang, kurang (Sulistyawati, 2011)
b. Kesadaran : Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran
pasien, kita dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai
dari keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan
koma (tidak dalam keadaan sadar) (Sulistyawati, 2011).
c. Tekanan darah : Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau
hipotensi dengan nilai satuannya mmHg. Keadaan ini sebaiknya
antara 90/60 - 130/90 mmHg atau peningkatan sistolik tidak lebih
dari 30 mmHg dan peningkatan diastolik tidak lebih dari 15 mmHg
dari keadaan normal pasien.
d. Suhu : Untuk mengetahui suhu badan klien. Ibu hamil mengalami
peningkatan suhu tubuh sampai 0,5 oC. Suhu tubuh normal 35,6 –
37,60C (Mandriwati, 2008).
e. Nadi : Untuk mengetahui denyut nadi pasien yang di hitung dalam 1
menit, denyut nadi normal 60-80x/menit (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
f. Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi parnafasan yang di hitung
dalam 1 menit, respirasi normal yaitu 20 - 30x/menit (Ambarwati
dan Wulandari, 2010).
g. Berat badan dan IMT : Dalam keadaan normal kenaikan berat
badan ibu sekarang
h. Tinggi badan : Untuk mengetahui tinggi badan ibu yang dilakukan untuk
mendeteksi adanya resiko apabila hasil pengukuran < 145 cm
(Pantikawati dan Saryono, 2010.

i. LILA : Untuk mengetahui status gizi ibu hamil, dengan batas lingkar
lengan normal, yaitu 23,5 cm (Mandriwati, 2008).

2) Pemeriksaan sistematis

a. Kepala : Untuk mengetahui apakah rambut rontok atau tidak, menilai


warnanya, kelebatan, dan karakteristik rambut (Rukiyah dkk, 2013).

a) Muka: Untuk mengetahui apakah muka oedema atau tidak (Jannah,


2011). Untuk mengetahui ada khloasma gravidarum atau tidak.

b) Mata: Untuk mengetahui keadaan conjungtiva pucat atau merah muda,


warna sclera putih atau kuning (Rukiah dkk, 2013).

c) Hidung: Untuk mengetahui keadaan hidung dari kebersihan, alergi


debu atau tidak dan ada polip atau tidak (Sulistyawati, 2013).

d) Telinga: Untuk mengetahui keadaan telinga apakah ada gangguan


pendengaran atau tidak, ada serumen atau tidak (Sulistyawati, 2013).
e) Mulut: Untuk mengetahui keadaan mulut adakah caries, bersih atau
tidak, keadaan bibir kering atau tidak, lidah kering dan kotor atau tidak
(Sulistyawati, 2013).

f) Leher : Untuk mengertahui adakah pembengkakan kelenjar limfe atau


pembengkakan kelenjar tiroid (Rukiyah dkk, 2013).

g) Dada dan Axila : Untuk mengetahui keadaan payudara membesar atau


tidak, simetris atau tidak, puting susu menonjol atau tidak, areola
hiperpygmentasi atau tidak, keadaan axilla ada benjolan dan nyeri atau
tidak (Rukiyah dkk, 2013).

h) Ekstremitas : Untuk mengetahui adanya oedema atau tidak, adanya


varices atau tidak, adanya kelainan atau tidak, reflek patella positif
atau negatif (Varney, 2007).
i) Kulit : Untuk mengetahui turgor kulit kering atau lebih mengurang
(Manuaba, 2007).

3) Pemeriksaan khusus obstetri

a. Abdomen
a) Inspeksi : Perlu dilakukan untuk mengetahui apakah ada pembesaran,
ada luka bekas operasi atau tidak, striae gravidarum atau tidak, linea
alba atau nigra, ada luka bekas operasi atau tidak (Sulistyawati,
2011).

b) Palpasi : Melakukan pemeriksaan dengan jalan melakukan perabaan


pada organ yang terkait dengan perubahan kehamilan. Palapasi
kehamilan Menurut Manuaba (2007), yaitu :

 Leopold I :Untuk menentukan tinggi fundus uteri sehingga dapat


dipergunakan untuk menentukan umur kehamilan dan berat janin.
Menentukan bagian apa yang terdapat pada fundus uteri dalam
posisi janin membujur atau akan melintang. Kepala (Bulat, padat,
mempunyai gerakan pasif/ Ballotement). Bokong (Tidak padat,
lunak, tidak mempunyai gerakan pasif (benturan atau gerak
ballottement).

 Leopold II : Untuk menentukan letak punggung janin, dapat untuk


mendengar detak jantung janin pada puctum maximum dengan
tehnik kedua telapak tangan melakukan palpasi pada sisi kanan dan
kiri, bersama – sama bila punggung janin rata, sedikit melengkung,
mungkin teraba tulang iganya, tidak terasa gerak ekstermitas, bila
bagian abdomen teraba gerakan ekstermitas.

 Leopold III :Untuk menentukan bagian terendah janin, bila teraba


bulat, padat (kepala), dan bila (bokong) teraba bulat, tidak terasa
keras atau lunak.

 Leopold IV : Untuk mengetahui apa yang menjadi bagian bawah


dan seberapa masuknya bagian bawah tersebut kedalam rongga
panggul.

 TBJ : Tafsiran Berat Janin menurut Manuaba, dkk (2007), berat


janin dapat ditentukan dengan rumus Lohnson. Jika kepala janin
belum masuk ke pintu atas panggul

2) Pemeriksaan penunjang

Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa dari pemeriksaan


fisik, apabila diperlukan. Misalnya pemeriksaan laboratorium, seperti
pemeriksaan Hb. Pemeriksaan penunjang lainnya adalah skrining kehamilan
menggunakan Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) adalah kartu skor yang
digunakan sebagai alat skrining antenatal berbasis keluarga untuk
menemukan faktor risiko ibu hamil, yang selanjutnya mempermudah
pengenalan kondisi untuk mencegah terjadi komplikasi obstetrik pada saat
persalinan.

3. A (Asessment)
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data subyektif
dan data obyektif dalam suatu identifikasi diagnose dan masalah. Diagnosa
Kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek dan
memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan

Contoh : G...P...A...umur...hamil...minggu, dengan…(persalinan


normal/penyulit)

Dasar : HPHT, tinggi fundus uteri, keluhan utama, TTV, IMT, MAP, palpasi
abdomen, pemeriksaan laboratorium (Hb, protein reduksi).

4. P (Penatalaksanaan)

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan dan evaluasi,


berdasarkan assessment sebagai langkah 5,6,7 Varney. Perencanaan dan
penatalaksanaan pada persalinan menurut Depkes RI (2003).

2.2.3 Bagan Alur Berfikir Varney dan Pendokumentasian SOAP


Bagan yang menunjukkan hubungan varney dengan SOAP
Alur Fikir Bidan Pencatatan dari Asuhan Kebidanan

Proses Manajemen Pendokumentasian Asuhan


Kebidanan Kebidanan

5 LANGKAH
7 LANGKAH VARNEY (KOMPETENSI SOAP NOTES
BIDAN)

1. Pengumpulan Data Dasar Data Subjektif (Hasil Anamnesis)


Objektif (Pemeriksaan)

2. Interpretasi Data: Assesment / Analisa (Analisis dan


Diagnosis, Masalah, Diagnosis Interpretasi Data)
Kebutuhan
3. Identifikasi Diagnosis atau  Diagnosis dan
Masalah Potensial Masalah
4. Identifikasi kebutuhan yang  Diagnosis atau
memerlukan penanganan Masalah Potensial
segera secara Mandiri,  Kebutuhan Tindakan
Konsultasi atau Kolaborasi Segera
5. Rencana asuhan: Planning Penatalaksanaan
 Melengkapi Data, Tes (Dokumentasi Implementai
Diagnostik / dan Evaluasi)
Laboratorium
 Asuhan mandiri
 Pendidikan / Konseling
 Kolaborasi
 Rujukan
 Tes diagnostic atau
 Follow Up
teslaboratorium
 Konseling
 Follow Up
6. Pelaksanaan Implementasi

7. Evaluasi Evaluasi

Gambar1.Keterkaitan antara Manajemen Kebidanan dan Sistem


Pendokumentasian SOAP (Depkes RI,2003)
DAFTAR PUSTAKA

Sulfianti, S., Indryani, I., Purba, D. H., Sitorus, S., Yuliani, M., Haslan, H., ... & Aini, F. N.
(2020). Asuhan Kebidanan pada Persalinan. Yayasan Kita Menulis.

Sinsin, L. (2013). Masa Kehamilan & Persalinan. Elex Media Komputindo.

Anda mungkin juga menyukai