Anda di halaman 1dari 9

AL-INSYIRAH VOLUME: NOMOR: TAHUN: 2016

MIDWIFERY

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA POST PARTUM BLUES


PADA IBU POST PARTUM DI PUSKESMAS UMBAN SARI PEKANBARU

Hafizah Is Permai Dita(1), Wira Ekdeni Aifa(2), Fajar Sari Tanberika(3),


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Al-Insyirah Pekanbaru

ABSTRAK
Post partum blues sering disebut dengan maternity blues atau baby blues syndrome, yaitu suatu
sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan
dan memuncak pada hari ke tiga sampai ke lima dan menyerang dalam rentang waktu 14 hari
terhitung setelah persalina. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya post partum blues pada ibu post partum di puskesmas umban sari
pekanbaru.Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan analitik korelasi
melalui pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 73 ibu post partum
dengan instrument penelitian menggunakan kuisioner. Teknik pengambilan sampel yaitu
accidental sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan ibu post partum dengan umur yang
beresiko 65,5%, tingkat pendidikan yang rendah 52,1%, dukungan keluarga yang mendukung
71,2%. Hasil bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan (p 0,00) dan
dukungan dukungan keluarga (p 0,028) yang mempengaruhi terjadinya post partum blues pada
ibu post partum, dan tidak terdapat hubungan antara umur ibu post partum yang mempengaruhi
terjadinya post partum blues pada ibu post partum (0,605). Di harapkan pada Puskesmas Umban
Sari Pekanbaru agar dapat menggunakan hasil penelitian sebagai bahan dalam peningkatan dan
perbaikan program asuhan kebidanan, dapat menjadi pengetahuan bagi ibu-ibu hamil bisa
mengetahui dan mencegah terjadinya post partum blues, bagi institusi agar dapat dijadikan
sebagai masukan ilmu baru untuk menambah ilmu pengetahuan bagi mahasiswi sebagai referensi
untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang masalah yang sama, serta bagi peneliti
diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman peneliti mengenai
Post Partum Blues.

Kata Kunci : Umur, Pendidikan, Dukungan Keluarga, Ibu Post Partum, Post Partum Blues.

ABSTRACT
Post blues often referred to with the maternity blues or blues baby syndrome, a syndrome of
disorder effects of light that often appears in the first week after delivery and culminated on day
three to five and attacked in the span of a 14 day calculated after persalina. This research aims to
know the factors that affect the occurrence of post!, blues on the mother post!, in sari Sling
Soweto clinics. This is a quantitative research method using correlation analytical cross sectional
approach through. The sample in this research as much as 73 mother post!, with a research
instrument using a detailed questionnaire. The technique of sampling that is accidental sampling.
The results of this research show moms post!, with age at risk 65,5%, a low level of education
52,1%, support a supportive family 71,2%. The results show that there were bivariat relationship
between knowledge (p 0.00) and support family support (p 0.028) that influence the occurrence
of post!, blues on the mother post!, and there is no relationship between the age of the mother
post!, which affects the occurrence of post!, blues on the mother post!, (0.625). In expected at

Jurnal Ilmu Kebidanan, STIKES Al-Insyirah Pekanbaru 1


Clinics Slingshot Sari Soweto in order to use the research results as material in the enhancement
and improvement of midwifery care program, it can become knowledge for pregnant mothers
could find out and prevent the occurrence of post!, blues, institutionally phono input as new
science to add science to the Sorority as a reference to do further research about the same
problem , as well as for researchers expected the results of this research can add to the
knowledge and understanding of researchers regarding Post!, Blues.

Key Words: Age, Education, Family Support, Mom!, Post, Post!, Blues.

PENDAHULUAN gangguan efek ringan yang sering


tampak dalam minggu pertama setelah
Periode Post partum atau pasca persalinan dan memuncak pada hari ke
melahirkan adalah masa enam minggu tiga sampai ke lima dan menyerang
sejak bayi lahir sampai organ-organ dalam rentang waktu 14 hari terhitung
reproduksi kembali ke keadaan normal setelah persalinan (Arfian, 2012).
sebelum hamil (Bobak, Lowdermilk, & Di Indonesia 1 dari 10 wanita
Jensen, 2005). Pada periode ini tubuh yang baru saja melahirkan memiliki
akan mengalami perubahan baik kecenderungan post partum blues
fisiologis maupun psikologis. Proses (Depkes RI, 2008), dan menurut
adaptasi fisiologis meliputi perubahan Munawaroh (2008), 50-70% wanita
tanda-tanda vital, hematologi, sistem pasca persalinan mengalami post partum
kardiovaskuler, perkemihan, pencernaan, blues.
sistem muskuloskeletal, sistem endokrin Penyebab post partum blues
dan organ reproduksi, sedangkan proses belum diketahui secara pasti, namun
adaptasi psikologis yaitu suatu proses hasil beberapa penelitian mengatakan
yang akan melewati tiga fase faktor penyebab terjadinya post partum
penyesuaian ibu terhadap perannya blues adalah faktor umur, pendidikan,
sebagai orang tua, yaitu fase dependen dan dukungan keluarga. Akibat dari
(taking in), fase dependen-mandiri beberapa faktor tersebut maka ibu post
(taking hold), dan fase interdependen partum blues akan mengalami gejala-
(letting go) (Bobak et al., 2005; Pillitteri, gejala seperti: reaksi depresi / sedih /
2007). disforia, mudah menangis (tearfulness),
Perubahan tersebut merupakan mudah tersinggung (irritable), cemas,
perubahan psikologis yang normal bingung, gelisah, nyeri kepala
terjadi pada seorang ibu yang baru (headache), labilitas perasaan,
melahirkan, namun hanya sebagian ibu cenderung menyalahkan diri sendiri,
post partum yang dapat menyesuaikan merasa tidak mampu, gangguan tidur
diri dengan baik, tetapi sebagian lagi dan gangguan nafsu makan (appetite).
tidak berhasil menyesuaikan diri dan Depresi post partum yang
mengalami gangguan-gangguan merupakan akibat lanjut dari post
psikologis sehingga perasaan-perasaan partum blues tersebut dapat
itulah yang membuat seorang ibu tidak mengakibatkan terjadinya gangguan
mau mengurus bayinya yang disebut psikologis jangka pendek dan jangka
dengan post partum blues (Marshall, panjang, tidak saja pada wanita penderita
2009). Post partum blues sering disebut tetapi juga pada anak dan anggota
dengan maternity blues atau baby blues keluarga lainnya. Perbedaannya dengan
syndrome, yaitu suatu sindroma

Jurnal Ilmu Kebidanan, STIKES Al-Insyirah Pekanbaru 2


post partum blues terletak pada Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
frekuensi, intensitas, dan durasi gejala. bahwa responden dengan umur yang
Depresi post partum dapat terjadi dua beresiko (65,8%).
minggu sampai setahun pasca
persalinan. Apabila tidak segera diatasi
maka depresi post partum ini akan Pendidikan
berlanjut menjadi psikosis post partum, Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase
yang mana pada keadaan ini gejala akan Pendidikan Ibu Post Partum Di Puskesmas
tampak lebih parah seperti, mengalami Umban Sari Pekanbaru
halusinasi, berpikir tentang bunuh diri, Pendidikan Frekuensi Persentase
Rendah 38 52,1
bahkan mencoba untuk membahayakan Tinggi 35 47,9
bayinya. Oleh karena itu, baik depresi Total 73 100
post partum maupun psikosis post Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
partum membutuhkan terapi bahwa responden dengan pendidikan yang
professional (Amstrong, et al., 2000, rendah (52,1%).
dalam Latifah & Hartati, 2006).
Dukungan Keluarga
METODE PENELITIAN Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif Persentase Dukungan Keluarga Ibu Post
dengan menggunakan metode analitik Partum Di Puskesmas Umban Sari
korelasi dengan desain cross sectional. Pekanbaru
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu Dukungan Frekuensi Persentase
yang mengalami post partum blues di Keluarga
Mendukung 52 71,2
Puskesmas Umban Sari Pekanbaru yang Tidak Mendukung 21 28,8
berjumlah januari-desember 2015 adalah 89 Total 73 100
orang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak Berdasarkan tabel 3 menunjukkan
73 orang. Teknik pengambilan sampel bahwa responden dengan dukungan keluarga
dalam penelitian ini yaitu accidental yang mendukung (71,2%).
sampling. Pengolahan data pada penelitian
ini dilakukan melalui komputerisasi. Post Partum Blues
digunakan uji chi square. Kemaknaan dapat Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase
digunakan dengan batas 0,05 atau 5%. Hasil Kejadian Post Partum Blues Pada Ibu Post
uji statistik dikatakan bermakna bila nilai p Partum Di Puskesmas Umban Sari
lebih kecil dari (p< 0,05) dan sebaliknya Pekanbaru
dikatakan tidak bermakna apabila nilai p
lebih besar dari (p > 0,05). Post Partum Blues Frekuensi Persentase
Mengalami 32 43,8
HASIL PENELITIAN Tidak Mengalami 41 56,2
Analisa Univariat Total 73 100
Umur Berdasarkan tabel 4 menunjukkan
Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase bahwa responden yang tidak mengalami
Umur Ibu Post Partum Di Puskesmas post partum blues (56,2%).
Umban Sari Pekanbaru
Umur Frekuensi Persentase Analisa Bivariat
Beresiko 48 65,8 Tabel 5. Hubungan Faktor Umur Ibu
Tidak Beresiko 25 34,2
Total 73 100 terhadap Terjadinya Post Partum Blues Pada

Jurnal Ilmu Kebidanan, STIKES Al-Insyirah Pekanbaru 3


Ibu Post Partum Di Puskesmas Umban Sari Post Partum Blues
Pekanbaru Dukungan Tidak Total
Mengalami P
Keluarga Mengalami
f % f % F %
Mendukung 27 51,9 25 48,1 52
Tidak 5 43,8 16 76,2 21 100 0,028
Mendukung
Post Partum Blues Total 32 43,8 41 56,2 73 100
Tidak Total Berdasarkan tabel 7 menunjukkan
Umur Mengalami P
Mengalami bahwa perhitungan chi square dengan =
f % f % f %
Beresiko 20 41,7 28 58,3 48 0,05 diperoleh besar nilai (p=0,028)
Tidak 12 48,0 13 52,0 25 100 0,605 sehingga dapat diartikan antara dukungan
Beresiko keluarga ibu post partum dengan kejadian
Total 32 43,8 41 56,2 73 100 post partum blues di Puskesmas Umban Sari
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan Pekanbaru memiliki hubungan yang
bahwa perhitungan chi square dengan = bermakna.
0,05 diperoleh besar nilai (p=0,605)
sehingga dapat diartikan antara umur ibu PEMBAHASAN
post partum dengan kejadian post partum Umur Ibu Terhadap Post Partum Blues
blues di Puskesmas Umban Sari Pekanbaru Hasil univariat menunjukkan
tidak memiliki hubungan yang bermakna persentase ibu dengan umur beresiko 65,8%
lebih banyak dibandingkan ibu post partum
Tabel 6. Hubungan Faktor Pendidikan Ibu dengan umur tidak beresiko.
Terhadap Terjadinya Post Partum Blues Perhitungan chi square dengan =
Pada Ibu Post Partum Di Puskesmas Umban 0,05 diperoleh besar nilai p value sebesar
Sari Pekanbaru (0,605) sehingga dapat diartikan antara umur
Post Partum Blues ibu post partum dengan kejadian post
Pendidikan Mengalami
Tidak Total
P partum blues di Puskesmas Umban Sari
Mengalami Pekanbaru tidak memiliki hubungan yang
f % f % f %
25 65,8 13 34,2 38
bermakna. Nilai OR= 0,774 artinya ibu post
Negatif
100 0,000 partum dengan umur beresiko tidak lebih
Positif 7 20,0 28 80,0 35
beresiko terhadap kejadian post partum
Total 32 43,8 41 56,2 73 100
blues dibandingkan dengan umur tidak
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan beresiko.
bahwa perhitungan chi square dengan = Menurut pendapat Sloane dan Benedic
0,05 diperoleh besar nilai (p=0,000) (2009) bahwa sebagian besar masyarakat
sehingga dapat diartikan antara pendidikan percaya bahwa saat yang tepat bagi seorang
ibu post partum dengan kejadian post perempuan untuk melahirkan adalah pada
partum blues di Puskesmas Umban Sari usia antara 20-30 tahun dan hal ini
Pekanbaru memiliki hubungan yang mendukung periode yang optimal bagi ibu
bermakna. untuk merawat bayinya.
Dari hasil penelitian ini peneliti
Tabel 7. Hubungan Dukungan Keluarga Ibu berasumsi bahwa umur ibu yang beresiko
Terhadap Terjadinya Post Partum Blues mempengaruhi mental seseorang. Seorang
Pada Ibu Post Partum Di Puskesmas Umban ibu akan terhindar dari postpartum blues jika
Sari Pekanbaru ia sudah siap secara fisik dan mental untuk
hamil, melahirkan, memiliki anak dan

Jurnal Ilmu Kebidanan, STIKES Al-Insyirah Pekanbaru 4


menjadi seorang ibu. Umur ibu yang tidak 20 tahun mempunyai peluang 3,14 kali
beresiko dari umur 20-35 tahun merupakan mengalami postpartum blues dibandingkan
kematangan yang pas bagi seorang wanita. dengan ibu postpartum dengan usia lebih
Jika umur ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 20 tahun. Faktor usia perempuan saat
dari 35 tahun akan menjadikan ibu lebih kehamilan dan persalinan seringkali
beresiko terhadap terjadinya postpartum dikaitkan dengan kesiapan mental
blues. perempuan tersebut untuk menjadi seorang
Hasil penelitian ini sesuai dengan ibu. Pada usia yang lebih awal (kehamilan
penelitian yang dilakukan oleh ilmuan dari remaja) atau lebih lanjut, telah diyakini akan
Royal Collage of Obstetricians and meningkatkan resiko biomedik,
Gynecologist, Inggris Raya, bahwa secara mengakibatkan pola tingkah laku yang tidak
medis pada usia 20-30 tahun juga optimal, baik pada ibu yang melahirkan
merupakan periode yang memiliki resiko maupun bayi atau anak yang dilahirkan dan
penyulit atau komplikasi dalam persalinan dibesarkannya (Robertson et al, 2003).
yang minimal dibandingkan pada usia Diduga bahwa dengan meningkatnya usia
dibawah 17 tahun dan diatas 35 tahun. Hal ibu akan meningkatkan pula keterlibatan dan
ini dikarenakan potensi keguguran, operasi kepuasan dalam peran sebagai orang tua dan
Caesar, dan komplikasi saat kelahiran membentuk pola tingkah laku maternal yang
angkanya meningkat tajam setelah wanita optimal pula.
berusia diatas 35 tahun (Dian, 2012). Faktor umur juga mempengaruhi
Yuliani dan Irawati (2013) menyatakan terjadinya masalah psikologis pada ibu
bahwa kejadian postpartum blues lebih postpartum. Secara umum pada usia
banyak dialami oleh wanita yang berusia dibawah 20 tahun memiliki pengetahuan
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 yang terbatas tentang kehamilan atau
tahun. kurangnya informasi dalam mengakses
Hasil Penelitian ini sejalan dengan pelayanan kesehatan yang ada. Selain itu
penelitian Alexandre Faisal-Cury (2008) pada usia tersebut juga belum cukup
yang menyatakan bahwa tidak ada mencapai kematangan fisik, mental, peran
perbedaan munculnya post partum blues dan aktivitas baru sebagai ibu dalam
berdasarkan usia. Semakin meningkatnya merawat anaknya.
usia wanita yang baru menjalani proses
persalinan, tidak berpengaruh terhadap Pendidikan Ibu Terhadap Post Partum
munculnya gangguan perasaan setelah Blues
persalinan. Berdasarkan penelitian Henshaw Hasil univariat menunjukkan
(2003) , juga mengatakan bahwa post persentase ibu post partum yang memiliki
partum blues dapat terjadi pada siapa saja kategori pendidikan rendah 52,1% lebih
dari semua golongan usia karena penyebab tinggi dibandingkan dengan ibu post partum
dominan terjadinya postpartum blues ini yang memiliki kategori pendidikan tinggi.
terjadi karena perubahan hormonal dimasa Perhitungan chi square dengan =
setelah persalinan. 0,05 diperoleh besar nilai p value sebesar
Hasil penelitian ini bertolak belakang (0,000) sehingga dapat diartikan antara
dengan hasil penelitian Diah Ayu pendidikan ibu post partum dengan kejadian
Fatmawaty (2015), yang menunjukkan post partum blues di Puskesmas Umban Sari
terdapat pengaruh yang signifikan (=0,001) Pekanbaru memiliki hubungan yang
antara faktor resiko usia ibu terhadap bermakna. Nilai OR= 7,692 artinya ibu post
kejadian postpartum blues, usia kurang dari partum dengan pendidikan rendah lebih

Jurnal Ilmu Kebidanan, STIKES Al-Insyirah Pekanbaru 5


beresiko terhadap kejadian post partum sebagai wanita berpendidikan tinggi yang
blues dibandingkan dengan ibu yang memiliki dorongan untuk bekerja dan
memiliki pendidikan tinggi. melakukan aktivitas diluar rumah dan peran
Hasil ini sesuai dengan teori yang sebagai ibu rumah tangga atau orang tua jika
mengatakan bahwa pendidikan rendah lebih ia mempunyai anak (Robertson et al, 2004).
sering mengalami postpartum blues Tingkat pendidikan sangat
dibandingkan dengan pendidikan tinggi. berpengaruh terhadap kecerdasan emosional,
Pendidikan dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi
jenjang pendidikan formal yang ditempuh akan memiliki cara berfikir yang lebih
oleh ibu yang mempunyai bayi sampai rasional, dan semakin mudah untuk
memperoleh ijazah yang sah. menerima informasi. Ibu yang tidak
Hunker (2007) mengemukakan mendapatkan informasi yang memadai
postpartum blues yang dialami wanita tentang kehamilan dan persalinan umumnya
setelah melahirkan juga disebabkan akan sulit dalam menyesuaikan diri terhadap
kurangnya pengetahuan wanita yang baru peran dan aktivitas barunya sehingga
melahirkan juga disebabkan kurangnya memungkinkan terjadinya gangguan
pengetahuan wanita yang baru melahirkan psikologis seperti postpartum blues.
terhadap tugas-tugas baru yang harus Latipun (2001) mengatakan bahwa
dijalani sebagai seorang ibu. pendidikan seseorang akan mempengaruhi
Dari hasil penelitian ini peneliti cara berfikir dan cara pandang terhadap diri
berasumsi bahwa pendidikan ibu yang tinggi dan lingkungannya, karena itu akan berbeda
lebih banyak yang tidak mengalami sikap responden yang mempunyai
postpartum blues yaitu sebanyak 80,0%. Hal pendidikan yang tinggi dibandingkan
ini karena pendidikan ibu yang tinggi dengan yang berpendidikan rendah dalam
sehingga ibu memiliki rasa ingin tahu dan menyikapi proses selama persalinan
mengaplikasikan apa yang ia tahu tentang sehingga pada pendidikan rendah sering
apa itu post partum blues. Ibu dengan terjadi postpartum blues.
pendidikan tinggi lebih siap dan tahu ia
harus bagaimana dalam menjaga bayinya. Dukungan Keluarga Ibu Terhadap Post
Sedangkan ibu dengan pengetahuan rendah Partum Blues
yang mengalami postpartum blues sebanyak Hasil univariat menunjukkan
65,8%, hal ini menjelaskan bahwa ibu yang persentase ibu post partum dengan kategori
memiliki pengetahuan rendah rentan dukungan keluarga yang mendukung 71,2%
terhadap terjadinya post partum blues. Ibu lebih tinggi dibandingkan persentase ibu
dengan pendidikan yang rendah tidak post partum dengan kategori dukungan
mengetahui bagaimana ia menghadapi keluarga yang tidak mendukung.
bayinya sehingga ia tidak siap secara fisik Perhitungan chi square dengan =
maupun mental untuk merawat bayinya. 0,05 diperoleh besar nilai p value sebesar
Hasil penelitian ini tidak sejalan (0,028) sehingga dapat diartikan antara
dengan hasil penelitian Diah Ayu dukungan keluarga ibu post partum dengan
Fatmawaty (2015) yang menunjukkan tidak kejadian post partum blues di Puskesmas
adanya pengaruh signifikan (=0,349) antara Umban Sari Pekanbaru memiliki hubungan
faktor resiko pendidikan ibu dengan yang bermakna. Nilai OR= 3,456 artinya ibu
kejadian postpartum blues. Wanita yang post partum dengan dukungan keluarga yang
berpendidikan tinggi menghadapi tekanan tidak mendukung lebih beresiko terhadap
social dan konflik peran antara tuntutan kejadian post partum blues dibandingkan

Jurnal Ilmu Kebidanan, STIKES Al-Insyirah Pekanbaru 6


dengan ibu yang memiliki dukungan Kehadiran orang terdekat dapat
keluarga. mempengaruhi emosional atau dapat
Dukungan keluarga atau suami memberikan efek perilaku bagi penerimanya
merupakan strategi koping yang sangat (Larson et al, 2004). Dukungan social suami
penting pada saat mengalami stress dan bermanfaat dalam meningkatkan
berfungsi sebagai strategi preventif untuk kemampuan individu untuk mengakses
mengurangi stress dan konsekuensi informasi dan untuk mengidentifikasi serta
negatifnya, maka dukungan suami sangat menyelesaikan masalah kesehatan dan
dibutuhkan oleh perempuan setelah dukungan dukungan social juga berpengaruh
menjalani persalinan. Dukungan suami positif terhadap kesehatan fisik, mental dan
sangat penting dan tidak bias diremehkan social. Menurut Friedmen (1999) salah satu
dan yang tak kalah pentingnya membangun tugas keluarga dalam bidang kesehatan
suasana positif, dimana istri merasakan hari- adalah memberikan perawatan kepada
hari pertama yang melelahkan. Oleh sebab anggota keluarga. Dalam hal ini suami harus
itu dukungan atau sikap positif dari membantu ibu dalam merawat bayinya
pasangan dan keluarga akan member sehingga ibu tidak merasa terbebani oleh
kekuatan tersendiri bagi ibu postpartum hadirnya anggota baru dalam keluarga.
(Yuliani & Irawati, 2013). Dalam sebuah keluarga peran suami tidak
Hasil penelitian ini sejalan dengan hanya mencari nafkah tetapi memberikan
hasil penelitian Diah Ayu Fatmawaty (2015) dukungan kepada keluarga seperti halnya
dimana didapatkan pengaruh yang signifikan keterlibatan suami ketika istri menjalani
(=0,026) antara faktor resiko dukungan persalinan. Adanya dukungan keluarga akan
sosial suami terhadap kejadian postpartum meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak,
blues dengan peluang 2,44 kali untuk mengingat bantuan tenaga professional tidak
mengalami postpartum blues dibandingkan dapat menggantikan dukungan hari demi
dengan ibu postpartum dengan dukungan hari yang diberikan keluarga terutama suami
social suami yang tinggi. Hasil penelitian ini pada ibu dan bayi (Meedya, S., Fahy, K.,
juga sesuai dengan penelitian Marshall Kable, A. 2010). Dukungan suami yang
(2004) yang menyatakan bahwa salah satu tinggi merupakan faktor yang paling
faktor timbulnya postpartum blues adalah bermakna bagi ibu postpartum untuk
dukungan dari lingkungan sekitarnya meminimalkan kemungkinan terjadinya
khususnya dari dukungan suami yang gangguan psikologis (Syilvia, 2006).
kurang. Seorang suami yang tidak mendapat Menurut Ingela (2009), dukungan
dukungan dari suami akan beresiko lima kali suami merupakan salah satu bentuk interaksi
lipat dari istri yang mendapat dukungan dari sosial yang didalamnya terdapat hubungan
suami. yang saling member dan menerima bantuan
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan yang bersifat nyata, bantuan tersebut akan
penelitian Desfanita, Misrawati, Arneliwati menempatkan individu-individu yang
(2015), menyatakan bahwa terdapat terlibat dalam system sosial yang pada
hubungan yang signifikan (=0,000) antara akhirnya akan dapat memberikan cinta,
dukungan suami dengan kejadian perhatian maupun sense of attachment baik
postpartum blues di Ruang Camar 1 RSUD pada keluarga sosial maupun pasangan.
Arifin Achmad Pekanbaru dan Ruang Dukungan merupakan suatu bentuk perilaku.
Kebidanan Rumah Sakit Petala Bumi Dukungan suami dalam perawatan setelah
Pekanbaru. persalinan maupun perawatan anak
merupakan salah satu perilaku kesehatan

Jurnal Ilmu Kebidanan, STIKES Al-Insyirah Pekanbaru 7


yang dilakukan oleh seorang suami kepada Diharapkan hasil penelitian ini dapat
sang istri setelah persalinan. menjadi pengetahuan bagi masyarakat
Hasil penelitian ini peneliti berasumsi khususnya ibu-ibu yang baru melahirkan
bahwa keluarga yang tidak mendukung ibu dan wanita pada umumnya sehingga ibu-
akan lebih besar menyebabkan ibu ibu hamil bisa mengetahui dan
mengalami postpartum blues yaitu sebanyak mencegah terjadinya post partum blues.
76,2%. Dukungan keluarga sangat penting
bagi ibu postpartum karena ibu tidak bisa
sendiri dalam merawat bayinya, diperlukan 3. Bagi Institusi
bantuan dari keluarga dan suami. Dukungan Diharapkan hasil penelitian ini dapat
secara fisik maupun mental dari keluarga dijadikan sebagai sumber bacaan dan
sangat berpengaruh pada perkembangan masukan ilmu baru untuk menambah
mental ibu post partum. Ibu postpartum akan ilmu pengetahuan bagi mahasiswi
merasa lebih aman, dan nyaman ketika Program Studi DIV Kebidanan STIKes
keluarga dan suami ikut membantunya dan Al-Insyirah Pekanbaru dan sebagai
mengerti kondisi ibu post partum. referensi untuk melakukan penelitian
lebih lanjut tentang masalah yang sama.
KESIMPULAN 4. Bagi Peneliti
1. Tidak ada hubungan antara umur ibu Diharapkan hasil penelitian ini dapat
postpartum terhadap kejadian menambah pengetahuan dan pemahaman
postpartum blues pada ibu postpartum di peneliti mengenai Post Partum Blues.
Puskesmas Umban Sari Pekanbaru, 5. Bagi Peneliti Selanjutnya
dimana didapatkan nilai Pvalue 0,605. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
2. Ada hubungan antara pendidikan ibu dapat menjadi tambahan wawasan,
postpartum terhadap kejadian gambaran penelitian dan sebagai media
postpartum blues pada ibu postpartum di tambahan dalam melakukan penelitian
Puskesmas Umban Sari Pekanbaru, tentang Post Partum Blues dengan
dimana didapatkan nilai Pvalue 0,000. variabel yang berbeda.
3. Ada hubungan antara dukungan keluarga
ibu postpartum terhadap kejadian DAFTAR PUSTAKA
postpartum blues pada ibu postpartum di Curry, dkk. (2008). The Role Of Hope In
Puskesmas Umban Sari Pekanbaru, Academic And Sport Achievement.
dimana didapatkan nilai Pvalue 0,028. Journal of Personality and Social
Psychology 73: 1257-1267.
SARAN
1. Bagi Tempat Penelitian Depkes R.I. (2008). Profil Kesehatan
Di harapkan pada Puskesmas Umban Indonesia. Jakarta
Sari Pekanbaru agar dapat menggunakan
hasil penelitian sebagai bahan masukkan Desfanita, Misrawati, Arneliwati (2015).
dalam peningkatan dan perbaikan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
program asuhan kebidanan sehingga Postpartum Blues. Jurnal Vol 2 No
manfaat pengetahuan post partum blues 2. Program Studi Ilmu Keperawatan
benar-benar di rasakan oleh ibu dan Universitas Riau.
bayinya.
Diah Ayu Fatmawaty. (2015). Faktor Resiko
2. Bagi Responden Yang Berpengaruh Terhadap
Kejadian Postpartum Blue. Jurnal

Jurnal Ilmu Kebidanan, STIKES Al-Insyirah Pekanbaru 8


Edu Health, Vol 5, No.2, Fakultas
Ilmu Kesehatan. Universitas
Pesantren Tinggi Darul Ulum
Jombang .
Dian. (2012). Usia 20-35 Tahun Tepat
Untuk Melahirkan.
Fimale.com;Woman Love & Life.
Diperoleh tanggal 10 Maret 2016.
Henshaw. (2003). Postnatal Blues: A risk
Faktor of Postnatal Depression. J
Psychosom Obtet Gynecol, 25, 267-
272.
Hunker, D.F. (2007). Effect of Adverse Birth
Event On Maternatal Mood,
Maternal Ductional Status and
Infant Care. Dissertasion University
Of Pittsburgh.
Ingela. (2009). Pendekatan Consultation-
Liaison Psychiatry pada
Penatalaksanaan Depresi Pasca
Bersalin. Jiwa-Indonesian
Psychiatric Quarterly, Vol 4.
Larson C, Sydsjo G & Josefsson.
(2004).Health, Sociodemografi Data
and Pregnancy Outcome in Women
With Antepartum Depressive
Symptoms. Journal Obstetrics &
Gynecology. 104:459-466.
Latipun. (2001). Psikologi Konseling.
Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang.
Meedya s, Fahy K, Kable A (2010). Factor
that Positively Influence
Breastfeeding Duration to 6 month:
Aliterature review. Women Birth.

Jurnal Ilmu Kebidanan, STIKES Al-Insyirah Pekanbaru 9

Anda mungkin juga menyukai