Anda di halaman 1dari 9

INFOKES, VOL 7 NO 2, September 2017 ISSN : 2086 - 2628

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA


BABY BLUES SYNDROM PADA IBU NIFAS
1
Lina Wahyu Susanti, 2Anik Sulistiyanti
Akademi Kebidanan Citra Medika Surakarta
Lien_ndhut@yahoo.co.id

Abstrak
Baby Blues Syndrom atau sering juga disebut Maternity Blues dimengerti sebagai suatu sindroma
gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak
pada hari ke tiga sampai kelima dan menyerang dalam rentang waktu 14 hari terhitung setelah
persalinan. Angka kejadian Baby blues atau postpartum blues di Asia cukup tinggi dan bervariasi antara
26-85%, sedangkan di Indonesia angka kejadian Baby Blues atau postpartum blues antara 50-70% dari
wanita pasca persalinan.
Faktor yang ingin diteliti oleh peniliti adalah kesiapan kehamilan ibu, dukungan suami dan jenis
persalinan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan kesiapan kehamilan dengan baby
blues syndrom, menganalisis hubungan dukungan suami dengan baby blues syndrom dan menganalisis
hubungan jenis persalinan dengan baby blues syndrom. Analisis data menggunakan Regresi Linear
ganda yaitu uji yang digunakan untuk menguji hipotesis tentang hubungan dua variabel independen atau
lebih secara bersama-sama dengan satu variabel dependen
Penelitian dilakukan terhadap 72 responden dengan hasil ada hubungan antara jenis persalinan
dengan kejadian baby blues syndrome karena nilai signifikansi jenis persalinan 0,010 dengan nilai P-
Value 0,005. Terdapat hubungan antara kesiapan ibu dengan baby blues syndrome karena didapatkan
nilai siginifikansi kesiapan ibu adalah 0,36 dengan nilai P-value 0.05. Terdapat hubungan antara
dukungan suami dengan baby blues syndrome karena nilai siginifikan dukungan suami sebesar 0,001
dengan nilai P-value 0,005. Ketiga factor tersebut memberikan kontribusi terhadap baby blues
syndrome.
Kata Kunci : Baby Blues Syndrom, Faktor Penyebab, Masa Nifas

Abstract
Baby Blues Syndrome or often called Maternity Blues is understood as a mild affective
disorder syndrome often seen within the first week after childbirth and peaks on the third and fifth days
and attacks within 14 days of delivery. Baby blues or postpartum blues in Asia are quite high and vary
between 26-85%, while in Indonesia the rate of Baby Blues or postpartum blues is between 50-70% of
women after childbirth.
Factors to be studied by the researcher is the readiness of maternal pregnancy, husband support
and type of childbirth. The purpose of this study was to analyze the relationship of pregnancy
preparedness with baby blues syndrome, to analyze the relationship of husband support with baby blues
syndrome and to analyze the relationship of type of delivery with baby blues syndrome. Data analysis
using multiple Linear Regression is test used to test hypothesis about relation of two independent variable
or more together with one dependent variable.
The study was conducted on 72 respondents with the result there is correlation between the type of
delivery with baby blues syndrome event because the value of significance of labor type 0,010 with P-
Value 0,005. There is a relationship between mother's readiness with baby blues syndrome because the
value of mother readiness siginifikansi is 0,36 with value of P-value 0.005. There is a relationship
between the support of husbands with baby blues syndrome because the significance of husband support
of 0.001 with a value of P-value 0.005. These three factors contribute to baby blues syndrom.e
Keywords: Baby Blues Syndrome, Factor Cause, Puerperal Period

PENDAHULUAN ditemukan dapat menjadi langkah awal untuk


Penelitian ini ingin mengungkap mengatasi Baby Blues Syndrom pada ibu nifas.
berbagai penyebab terjadinya Baby Blues Penyebab Baby Blues Syndrom yang
Syndrom pada ibu nifas. Baby Blues Syndrom akan diteliti dalam penelitian ini adalah
atau Postpartum Blues merupakan kesedihan kesiapan kehamilan ibu, dukungan suami dan
atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya jenis persalinan ibu. Faktor kesiapan ibu
hanya muncul sementara waktu yaitu sekitar merupakan bagian dari kepribadian ibu
dua hari sampai tiga minggu sejak kelahiran menyangkut sikap terhadap kehamilan dan
bayi (Marmi, 2012). Penelitian ini penting penerimaan terhadap kehamilannya. Faktor
dilakukan karena penyebab yang akan dukungan suami merupakan faktor psikologis
yang mengungkap peran suami dalam masa

Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan 12


INFOKES, VOL 7 NO 2, September 2017 ISSN : 2086 - 2628
nifas. Faktor jenis persalinan dapat juga kehamilan dengan baby blues syndrom, adakah
mempengaruhi terjadinya Baby Blues Syndrom hubungan dukungan suami dengan baby blues
karena trauma pada saat persalinan akan syndrom dan adakah hubungan jenis persalinan
membuat psikologis ibu terganggu. dengan baby blues syndrom. Responden yang
Angka kejadian Baby blues atau akan diteliti adalah ibu nifas 2 hari sampai 3
postpartum blues di Asia cukup tinggi dan minggu setelah melahirkan, untuk mengukur
bervariasi antara 26-85%, sedangkan di kesiapan kehamilan dan dukungan suami
Indonesia angka kejadian Baby Blues atau menggunakan kuesioner tertutup dengan
postpartum blues antara 50-70% dari wanita jawaban “ya” dan “tidak” sedangkan untuk
pasca persalinan (Munawaroh, 2008). Di mengukur kejadian baby blues syndrom
Indonesia kurangnya perhatian terhadap menggunakan kuesioner baku yang digunakan
masalah sindrom baby blues ini semakin untuk mengetahui seorang ibu mengalami
diperparah oleh anggapan awam yang keliru. depresi post partum (Edinburgh Postnatal
Tidak sedikit orang yang menganggap sindrom Depression Scale).
baby blues hanya dialami orang wanita-wanita Tujuan dari penelitian ini adalah
di luar Indonesia, Syndrom Baby Blues ini menganalisis hubungan kesiapan kehamilan
dianggap tidak terlalu penting. Kalaupun dengan baby blues syndrom, menganalisis
banyak yang mengalaminya, sering hanya hubungan dukungan suami dengan baby blues
dianggap sebagai efek samping dari keletihan syndrom dan menganalisis hubungan jenis
setelah melahirkan. persalinan dengan baby blues syndrom.
Penelitian yang dilakukan oleh
Wijayanti, dkk (2013) menyebutkan bahwa TINJAUAN PUSTAKA
paritas atau jumlah persalinan tidak Masa nifas (puerperium) dimulai setelah
mempengaruhi kejadian Baby Blues Syndrom, kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
dari 59 responden sebanyak 61,43 % merupakan kandungan kembali seperti keadaan sebelum
multipara tetapi tidak ditemukan hubungan hamil yang berlangsung selama kira-kira 6
antara paritas dengan Baby Blues Syndrom. minggu atau setelah persalinan sampai 42 hari
Wijayanti, dkk (2013) juga menyebutkan bahwa persalinan merupakan periode penting bagi ibu
100% responden menyusui bayinya dan dan bayi baru (Prawirohardjo, 2014). Masa
sebanyak 48 % responden mengalami Baby Nifas adalah masa dimulai beberapa jam
Blues Syndrom. Permatasari (2011) dalam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu
penelitiannya menyebutkan ibu dengan jenis setelah melahirkan (Marmi, 2012). Masa nifas
persalinan seksio sesaria mengalami kejadian dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir
baby blues syndrom lebih banyak dibandingkan ketika alat-alat kandungan kembali seperti
dengan ibu yang bersalin normal. Menurut keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-
Irawati (2010) penyebab baby blues syndrom kira 6 minggu. Masa nifas atau puerperium
diantaranya adalah faktor umur yang beresiko dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya placenta
mengalami komplikasi kehamilan yaitu umur sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu
dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun, (Saifuddin, 2006).
psikologis ibu, pengetahuan ibu tentang baby Dalam menjalani adaptasi setelah
blues syndrom, sedangkan status perkawinan melahirkan, ibu akan mengalami fase- fase
tidak berpengaruh terhadap kejadian baby blues sebagai berikut : (1) Fase taking in. Merupakan
syndrom. Setyowati dan Uke Riska (2006) periode ktergantungan yang berkelanjutan dari
dalam penelitianya menjelaskan terjadinya Baby hari pertama sampai hari kedua setelah
Blues diantaranya pengalaman kehamilan dan melahirkan. Fokus perhatian pada dirinya
persalinan yang meliputi komplikasi dan sendiri, nafsu makan meningkat, cenderung
persalinan dengan tindakan, dukungan sosial pasif pada lingkungannya. (2) Fase taking
diantaranya dukungan kelurga, keadaan bayi hold. Berlangsung antara hari ke 3 – 10 post
yang tidak sesuai harapan. Dari 31 ibu yang partum. Ibu merasa khawatir akan ketidak
melahirkan dan memenuhi kriteria, terdapat 17 mampuannnya dalam merawat bayi serta mudah
ibu (54,48%) mengalami post partum blues tersinggung. Pada saat ini sangat dibutuhkan
yang disebabkan oleh beberapa hal diantaranya, sistem pendukung terutama bagi ibu muda atau
pengalaman kehamilan dan persalinan sebesar primipara karena pada fase ini seiring dengan
38,71%, dukungan social 19,53%, keadaan bayi terjadinnya post partum blues. Pada fase ini
saat lahir 16,13%. Jika Baby blues tidak segera merupakan kesempatan yang baik untuk
ditangani dengan baik akan mengakibatkan memberi penyuluhan. (3). Letting go.
keadaan gangguan mental yang lebih parah lagi Berlangsung stelah 10 hari melahirkan. Fase ini
atau biasa disebut depresi post partum yang merupakan fase menerima tanggung jawab akan
salah satu tanda gejalanya adalah keinginan peran baru sebagai seorang ibu. Bila ibu tidak
untuk menyakiti bayi atau dirinya sendiri. bisa melewati adaptasi psikologis dengan baik,
Rumusan masalah dalam penelitian ini besar kemungkinan ibu akan mengalami Baby
yaitu adakah hubungan antara kesiapan Blues Syndrom.

Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan 13


INFOKES, VOL 7 NO 2, September 2017 ISSN : 2086 - 2628
Baby Blues dimengerti sebagai suatu dengan posisi yang tidak normal yang tidak bisa
sindroma gangguan afek ringan yang sering dilahirkan secara normal (baik SC maupun
tampak dalam minggu pertama setelah tindakan dokter yang lain). (3) persiapan
persalinan dan memuncak pada hari ke tiga menjadi ibu. Kehamilan yang tidak diinginkan
sampai kelima dan menyerang dalam rentang seperti hamil diluar nikah, kehamilan akibat
waktu 14 hari terhitung setelah persalinan perkosaan, kehamilan yang tidak direncanakan
(Arfian, 2012). sehingga seorang wanita belum siap untuk
Baby Blues adalah situasi ketika wanita menjadi ibu. Kesiapan menyambut kehamilan
yang baru saja melahirkan merasakan suatu dicerminkan dalam kesiapan dan respon
kesedihan yang tidak bisa dikendalikan emosionalnya dalam menerima kehamilan
(Maryuani, 2009). (Bobak, 2005).
Baby Blues adalah suatu gangguan
psikologis sementara yang ditandai dengan METODE
memuncaknya emosi pada minggu pertama Penelitian ini akan dilakukan dalam
setelah melahirkan (Saleha, 2009). berbagai tahapan yaitu observasi tempat
Tanda gejala pada ibu nifas yang penelitian, membuat alat ukur penelitian,
mengalami Baby Blues yaitu cemas tanpa melakukan penelitian, menyunting dan
sebab, menangis tanpa sebab, tidak sabar, tidak menganalisa hasil penelitian kemudian
percaya diri, sensitive, mudah tersinggung, melaporkan hasil penelitian. Penelitian akan
merasa kurang menyayangi bayinya, merasa dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Umi
tidak mampu merawat bayinya. Mansur dan Barokah Boyolali pada bulan Maret sampai Juni
Budiarti (2014) menyebutkan gejala Baby Blues 2017. Penelitian ini merupakan penelitian
Syndrom seperti perubahan perasaan, menangis, observasional analitik korelasional yaitu
cemas, merasa kawatir mengenai bayi, merasa mencari hubungan antara variabel bebas dengan
kesepian, mengalami penurunan gairah seksual variabel terikat yang menggunakan pendekatan
dan kurang percaya diri terhadap kemampuan cross sectional. Variabel bebas dalam penelitian
menjadi seorang ibu. ini adalah kesiapan kehamilan ibu, dukungan
Penilaian baby blues syndrome suami dan jenis persalinan sedangkan variabel
menggunakan Edinburgh Postnatal Depresion terikatnya adalah kejadian baby blues syndrom.
Scale (EPDS) yang berisi 10 soal yang Populasi dalam penelitian ini adalah ibu
dirasakan ibu selama 7 hari ke belakang ( nifas 2 hari sampai 3 minggu post partum di
Restyana dan Adiesti, 2014). Dikatakan tidak RSIA Umi Barokah sebanyak 280 ibu nifas.
mengalami baby blues syndrome jika Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
mempunyai nilai 1-10 dan mengalami baby adalah cluster randomized sampling yaitu
blues syndrome jika mempunyai nilai > 10. pengambilan sampel dari populasi berdasarkan
Menurut penelitian yang dilakukan area penelitiannya dan dilakukan secara acak
Rahmandani, dkk (2007) faktor pemicu (Sugiyono, 2013). Besarnya sampel diambil 25
terjadinya baby blues syndrom adalah proses % dari populasi, jadi jumlah sampel yang
persalinan secara sectio secaria, proses digunakan sebanyak 72 responden. Alat ukur
persalinan prematur sehingga menyebabkan yang digunakan untuk mengukur kesiapan
bayi lahir dengan berat badan rendah serta kehamilan berupa kuesioner tertutup dengan
bertambahnya perekonomian keluarga setelah jawaban “ya” dan “tidak”, untuk mengukur
melahirkan yang berarti kebutuhan keluarga dukungan suami menggunakan kuesioner
juga bertambah. tertutup dengan jawaban “ya” dan “tidak”, jenis
Saleha (2009) mengatakan bahwa persalinan diukur dengan pengakuan dari ibu
kurangnya pengalaman atau kurangnya rasa mengenai jenis persalinan yang dialaminya
percaya diri dengan bayi yang dilahirkan dan berupa persalinan normal, seksio sesaria atau
tuntutan yang ekstensif akan meningkatkan persalinan dengan tindakan misalnya vacum,
sensitifitas ibu. Faktor lain yang dapat induksi atau forcep. Alat ukur untuk mengukur
mempengaruhi adalah proses persalinan yang kejadian baby blues syndrom menggunakan
tidak sesuai dengan yang dibayangkan serta EPDS (Edinburgh Postnatal Depression Scale)
perhatian keluarga yang lebih ke bayinya bukan berupa kuesioner baku untuk mengukur seorang
pada dirinya dan wanita yang marah dengan ibu nifas mengalami depresi post partum atau
kehamilannya (unwanted pregnancy). tidak.
Menurut Atus (2008) dalam Chairunnisa Analisis data menggunakan Regresi Linear
(2010) baby blues syndrome disebabkan oleh ganda yaitu uji yang digunakan untuk menguji
(1) dukungan social, yaitu dukungan berupa hipotesis tentang hubungan dua variabel
perhatian, komunikasi dan hubungan emosional independen atau lebih secara bersama-sama
yang hangat yang diberikan oleh lingkungan dengan satu variabel dependen (Sugiyono,
terdekat seperti suami dan keluarga. (2) 2013).
Komplikasi kelahiran. Proses persalinan yang
sulit, perdarahan, pecah ketuban dan bayi

Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan 14


INFOKES, VOL 7 NO 2, September 2017 ISSN : 2086 - 2628
sebagian besar responden tidak siap menjadi
orang tua.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dukungan Suami
Analisa Univariat
Kejadian Baby Blues Syndrom Kriteria
Frequency Percent
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi kejadian Baby
Kurang 45 62,5
Blues Syndrom
Kategori Baik 27 37,5
Frequency Percent
Baby Blues 66 91,7 Total 72 100.0
Syndrom (BBS)
Tidak Baby Blues 6 8,3 Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Dukungan
Syndrom (BBS) Suami
Total 72 100.0
Berdasarkan tabel diatas jumlah
responden yang mendapat dukungan dari suami
Dalam penelitian yang dilakukan oleh sebanyak 27 (37,5 %) orang dari total 72 (43,1
peneliti selama bulan Maret – Juni 2016 %) responden. Sisanya sebanyak 45 (62,2 %)
didapatkan jumlah ibu nifas sebanyak 72 orang. orang tidak mendapatkan dukungan suami
Dari jumlah tersebut ditemukan 66 ibu nifas sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian
(91,7 %) yang mengalami baby blues syndrome besar responden tidak mendapatkan dukungan
dan 6 ibu nifas (8,3 %) tidak mengalami baby dari suami.
blues syndrome sehingga dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar responden mengalami
kejadian baby blues syndrome Analisis Bivariat
Hubungan Jenis Persalinan dengan Baby
Blues Syndrom
Tabel 5.5. Tabel silang hubungan jenis
Jenis Persalinan
Frequency Percent persalinan dengan baby blues syndrome
Normal 14 19,4 Baby.Blues.Syndrom
Normal dengan 34 47,2 Baby Tidak Baby
tindakan dokter Jenis Blues Blues
(Pacu, Vacum, Persalinan Syndrom Syndrom Tot
(BBS) (BBS) al
Forsep)
F % F % F %
Sectio Secaria 24 33,3
Normal 13 92.9 1 7.1 14 100
Total 72 100.0 Normal 32 94.1 2 5.9 34 100
Jenis persalinan dengan
Tabel 5.2. Distribusi frekuensi jenis persalinan tindakan
dokter
Distribusi jenis persalinan yang terdapat (Pacu,
pada tabel diatas menunjukkan terdapat ibu Vacum,
nifas dengan persalinan normal sebanyak 14 Forsep)
orang (19,4 %), ibu nifas dengan persalinan Sectio 21 87.5 3 12.5 24 100
Secaria
normal dengan tindakan sebanyak 34 orang Total 66 91.7 6 8.3 72 100
(47,2 %) dan persalinan dengan Sectio Secaria
sebanyak 24 orang (33.3 %). Jenis persalinan Berdasarkan table 5.5, responden dengan
pada 72 ibu nifas didominasi oleh persalinan jenis persalinan normal sebanyak 14 orang,
dengan tindakan (pacu, vacuum dan forcep) yang mengalami baby blues syndrome sebanyak
sebanyak 34 orang dari 72 ibu nifas. 13 orang (92,9 %) dan yang tidak mengalami
baby blues syndrome hanya 1 orang (7,1 %).
Kesiapan Ibu Responden dengan jenis persalinan normal
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi Kesiapan Ibu dengan tindakan (pacu, vakum dan forcep)
Kriteria Frequency Percent sebanyak 34 orang, yang mengalami baby blues
Tidak Siap 43 59,7 syndrome sebanyak 32 orang (94, 1 %)
Siap 29 40,3 sedangkan 2 orang (5.9 %) tidak mengalami
Total 72 100.0 baby blues syndrome. Responden dengan
persalinan Sectio Secaria (SC) sebanyak 24
Kesiapan ibu dilihat dari tabel diatas orang yang, mengalami baby blues syndrome
menunjukkan bahwa dari 72 responden, terdapat sebanyak 21 orang (87,5 %) sedangkan 3 orang
43 (59,7 %) ibu yang tidak siap menjadi orang (12,5 %) tidak mengalami baby blues syndrome.
tua dan 29 (40,3 %) ibu yang siap menjadi Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa
orang tua sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang mengalami baby blues
syndrome terbanyak adalah responden yang

Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan 15


INFOKES, VOL 7 NO 2, September 2017 ISSN : 2086 - 2628
mengalami persalinan dengan tindakan (pacu, blues syndrome adalah ibu yang tidak
vakum dan forcep). mendapatkan dukungan dari suami.
Hubungan kesiapan ibu dengan baby blues Analisis Multivariat
syndrome Stan
Tabel 5.6. Tabel silang hubungan kesiapan ibu dardi
dengan baby blues syndrome zed
Baby.Blues.Syndr Coef
om Unstandardized ficie
Tidak Coefficients nts
Baby Baby Std.
Kesiapan
Blues Blues B Error Beta t Sig.
Ibu
Syndro Syndro (Constant) 9.619 3.320 2.898 .005
m m Jenis 2.874 1.090 .322 2.637 .010
(BBS) (BBS) Total Persalinan
F % F % F % Kesiapan -1.168 .545 -.288 -2.142 .036
Tdk siap 43 100 0 0 43 100 Ibu
Siap 23 79.3 6 20, 29 100 Dukungan 1.959 .561 .478 3.491 .001
7 Suami
Total 66 91.7 6 8.3 72 100 Uji Regresi Berganda
Tabel 5.8. Hasil uji regresi berganda
Berdasarkan table silang diatas,
responden yang tidak siap menjadi orang tua Berdadsarkan tabel diatas diperoleh persamaan
sebanyak 43 orang (100%) yang semuanya regresi sebagai berikut:
mengalami baby blues syndrome. Sedangkan Y = 9.619+2.874X11.168X2+1.959X3+e
responden yang siap menjadi orang tua
sebanyak 29 orang, yang mengalami baby blues Konstanta (a) sebesar 9.619, artinya nilai
syndrom sebanyak 23 orang (79,3 %) dan 6 konstanta bernilai positif, hal ini menunjukkan
orang (20,7 %) tidak mengalami baby blues bahwa apabila variabel jenis persalinan,
syndrome. Dari data diatas disimpulkan bahwa kesiapan ibu, dan dukungan suami dalam
jumlah ibu yang mengalami baby blues kondisi tetap atau konstan (tidak ada
syndrome adalah ibu yang tidak siap menajdi perubahan), maka baby blues syndrome dalam
orang tua. kondisi tetap. Tabel diatas dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Hubungan dukungan suami dengan baby Koefisien regresi variabel jenis
blues syndrome persalinan sebesar 2,874, artinya bahwa apabila
Tabel 5.7. Tabel silang hubungan ukungan jenis persalinan tidak normal meningkat satu
suami dengan baby blues syndrome point sedangkan variabel yang lain dalam
kondisi tetap maka variabel jenis persalinan
Baby.Blues.Syndrom memberikan kontribusi positif terhadap baby
Tidak blues syndrome sebesar 2,874.
Baby Baby Koefisien regresi variabel kesiapan ibu -
Dukungan
Blues Blues 1,168, artinya bahwa apabila kesiapan ibu
suami
Syndrom Syndrom menurun satu point sedangkan variabel yang
(BBS) (BBS) Total lain dalam kondisi tetap maka variabel kesiapan
F % F % F % ibu memberikan kontribusi negative terhadap
Tidak 45 100 0 0 45 100 baby blues syndrome sebesar 1,168.
menduk Koefisien regresi variabel dukungan
ung suami sebesar 1,959, artinya bahwa apabila
Menduk 21 77.8 6 22.2 27 100 dukungan suami meningkat satu point
ung sedangkan variabel yang lain dalam kondisi
Total 66 91.7 6 8.3 72 100 tetap maka variabel dukungan suami
memberikan kontribusi positif terhadap baby
Berdasarkan tabel 5.3 jumlah responden blues syndrome sebesar 1,959.
yang kurang mendapatkan dukungan dari suami
sebanyak 45 orang (100 %) dan semuanya
mengalami baby blues syndrome. Responden
yang mendapatkan dukungan dari suami
sebanyak 27 orang, yang mengalami baby
bluesy syndrome sebanyak 21 orang (77,8 %)
dan yang tidak mengalami baby blues syndrome
sebanyak 6 orang (22,2 %). Dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar ibu yang mengalami baby

Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan 16


INFOKES, VOL 7 NO 2, September 2017 ISSN : 2086 - 2628
Berdasarkan tabel 5.5, jumlah responden
dengan jenis persalinan normal sebanyak 14
orang, sebanyak 13 orang (92,9 %) mengalami
Uji T baby blues syndrome. Responden dengan
Tabel 5.9. Hasil perhitungan uji T persalinan normal dengan tindakan (pacu,
vacuum dan forcep) sebanyak 34 orang,
sebanyak 32 orang (94,1 %) mengalami baby
blues syndrome. Responden dengan Sectio
Faktor-
Secaria (SC) sebanyak 24 orang, sebanyak 21
faktor t Sig. Keterangan
orang (91,7 %) mengalami baby blues
Jenis 2.637 0.010 Signifikan (p-
syndrome.
Persalin value < 0,05)
Perhitungan SPSS dengan regresi linear
an
berganda berdasarkan tabel 5.8 didapatkan nilai
Kesiapa - 0.036 Signifikan (p-
signifikansi jenis persalinan 0,010 dengan nilai
n ibu 2.142 value < 0,05)
P-Value 0,005 sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan antara jenis
Dukung 3.491 0.001 Signifikan (p-
persalinan dengan kejadian baby blues
an value < 0,05)
syndrome. Berdasarkan tabel 5.9 pada
Suami
perhitungan uji T didapatkan nilai thitung sebesar
2,637 lebih besar dari ttabel = 2,000 maka Ho
Berdasarkn tabel diatas, dapat diartikan sebagai diterima dan Ha ditolak sehingga dapat
berikut: disimpulkan bahwa jenis persalinan
Variabel jenis persalinan terhadap baby berpengaruh signifikan terhadap kejadian baby
blues syndrome blues syndrome.
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai Hasil penelitian ini sesuai dengan
thitung variabel jenis persalinan sebesar 2,637 penelitian yang dilakukan oleh Chairuninisa
lebih besar dari ttabel = 2,000, maka Ho diterima (2010) yang menyatakan bahwa ibu yang
dan ha ditolak, artinya variabel jenis persalinan dengan jenis persalinan normal lebih sedikit
berpengaruh signifikan terhadap baby blues yang mengalami baby blues syndrome
syndrom. dibandingkan ibu dengan persalinan dengan
Variabel kesiapan ibu terhadap baby blues tindakan. Menurut Bobak (2005) menyebutkan
syndrome bahwa salah satu penyebab baby blues
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai syndrome yaitu pengalaman selama proses
thitung variabel kesiapan ibu sebesar -2,142 lebih persalinan, yaitu hal yang tidak menyenangkan
besar dari ttabel = 2,000, maka Ho diterima dan ha selama proses persalinan misalkan intervensi
ditolak, artinya variabel kesiapan ibu medis selama proses persalinan. Semakin besar
berpengaruh signifikan terhadap baby blues trauma fisik yang terjadi selama proses
syndrom. persalinan akan semakin memunculkan trauma
Variabel dukungan suami terhadap baby psikis setelah persalinan.
blues syndrome Jenis persalinan dengan tindakan seperti
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai pacu, vakum, forcep dan Sectio Secaria akan
thitung variabel dukungan suami sebesar 3,491 mneyebabkan trauma fisik yang membuat ibu
lebih besar dari ttabel = 2,000, maka Ho diterima merasa trauma sehingga berpengaruh terhadap
dan ha ditolak, artinya variabel dukungan suami keadaan psikisnya. Menurut penelitian yang
berpengaruh signifikan terhadap baby blues dilakukan oleh Rahmandani, dkk (2007) factor
syndrom. pemicu terjadinya baby blues syndrome adalah
Uji R2 proses persalinan secara Sectio Secaria
Tabel 5.10. Hasil uji R sehingga menimbulkan trauma.
R Adjuste Menurut Saleha (2009) menyatakan
Squa dR Std. Error of bahwa proses persalinan yang tidak sesuai yang
Model R re Square the Estimate dibayangkan adalah factor pemicu terjadinya
1 .55 .310 .279 5.443 baby blues syndrome. Dalam penelitian ini
7a responden dengan jenis persalinan normal
dengan tindakan (pacu, vakum dan forcep) dan
Berdasarkan tabel di atas bahwa nilai R2 sebesar Secatio Secaria adalah jenis persalinan yang
0,310 atau 31% variable jenis persalinan, tidak diharapkan oleh responden.
kesiapan ibu, dan dukungan suami memberikan
kontribusi terhadap baby blues syndrome. Hubungan kesiapan ibu dengan kejadian
baby blues syndrome
Pembahasan Tabel 5.6 menunjukkan bahwa jumlah
Hubungan jenis persalinan dengan kejadian responden yang tidak siap menjadi orang tua
baby blues syndrome sebanyak 43 orang yang semua mengalami

Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan 17


INFOKES, VOL 7 NO 2, September 2017 ISSN : 2086 - 2628
baby blues syndrome. Sedangkan junlah orang. Respondeng yang tidak mendapat
rerspondeng yang siap menjadi orang tua dukungan suami dan mengalami baby blues
sebanyak 29 orang. Sejumlah 23 orang (79, 3 syndrome sebanyak 45 0rang (100%) artinya
%) mengalami baby blues syndrome sedangkan responden yang tidak mendapat dukungan
6 orang (20,7 %) tidak mengalami baby blues suami semuanya mengalami baby blues
syndrome. syndrome.
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS pada Berdasarkan perhitungan SPSS pada
tabel 5.8 didapatkan nilai siginifikansi kesiapan tabel 5.8 didapatkan nilai siginifikan dukungan
ibu adalah 0,36 dengan nilai P-value 0.05 suami sebesar 0,001 dengan nilai P-value 0,005
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara kesiapan ibu dengan kejadian hubungan antara dukungan suami dengan
baby blues syndrome. kejadian baby blues syndrome. Tabel 5.9
Tabel 5.9 pada perhitungan uji T menunjukkan bahwa nilai uji T variable
menunjukkan nilai thitung sebesar 2, 142 lebih dukungan suami yaitu thitung sebesar 3,491 lebih
besar dari ttabel sebesar 2,000 maka Ho diterima besar dari ttabel = 2,000 maka Ho diterima dan
dan Ha ditolak yang artinya variable kesiapan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa
ibu berpengaruh signifikan terhadap kejadian dukungan suami berpengaruh signifikan
baby blues syndrome. terhadap kejadian baby blues syndrome.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan Dukungan suami merupakan salah satu
teori menurut Bobak (2005) yang menyatakan factor penyebab terjadinya baby blues syndrome
bahwa penyebab baby blues syndrome salah seperti teori Atus (2008) dalam Chairunnisa
satunya adalah latar belakang psikososial pada (2010) yang menyatakan bahwa dukungan
wanita tersebut seperti tingkat pendidikan, suami berupa perhatian, komunikasi dan
status perkawaninan dan kehamilan yang tidak hubungan social yang hangat adalahyang
diinginkan. Kehamilan yang tidak diinginkan diinginkan oleh ibu nifas. Ibu pasca bersalin
akan mempengaruhi kesiapan ibu menjadi orang akan mengalami perubahan emosional sehingga
tua. Pun menurut Atus (2008) dalam memerlukan dukungan dari keluarga terdekat
Chairunnisa (2010) yang menyebutkan bahwa ataupun suami untuk membantu merawat
penyebab baby blues syndrome pada ibu nifas bayinya.
adalah kehamilan yang tidak diinginkan seperti Hal yang serupa disampaikan oleh
hamil diluar nikah, kehamilan akibat perkosaan, Saleha (2009), perhatian keluarga yang lebih ke
kehamilan yang tidak direncanakan sehingga bayinya bukan pada dirinya akan membuat
seorang wanita belum siap untuk menjadi ibu. seorang wanita mengalami tekanan psikis.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Kelelahan fisik akibat mengurus bayi apalagi
oleh penulis. jika tidak ada bantuan dari suami atau anggota
Kesiapan ibu merupakan indicator keluarga yang lain menyebabkan seorang
terpenting dalam penerimaan bayi yang baru wanita mengalami baby blues syndrome.
dilahirkan. Jika kehamilan ibu tidak (Bobak, 2005).
direncanakan atau kehamilan yang tidak Dukungan suami dalam hal ini adalah
diinginkan maka akan menjadikan seorang bantuan yang diberikan oleh suami baik berupa
wanita mempunyai tekanan psikis berupa tidak bantuan emosianal seperti memberi perhatian,
mempunyai kesiapan menjadi orang tua, seperti memperlakukan ibu dengan baik, tidak memberi
hasil penelitian yang dilakukan oleh tekanan pada ibu maupun bantuan berupa
Chairunnisa (2010) yang menyebutkan bahwa bantuan secara fisik seperti membantu ibu
factor yang menyebabkan baby blues syndrome merawat anak, membantu pekerjaan rumah dll.
salah satunya adalah persiapan untuk persalinan Dukungan seperti seperti itu dapat mengurangi
dan menjadi ibu, dimana jumlah responden angka kejadian baby blues syndrome pada ibu
yang tidak ada persiapan menjadi ibu lebih nifas. Penelitian yang dilakukan Chairunnisa
banyak mengalami baby blues syndrome (2010) menyebutkan bahwa responden yang
dibandingkan responden yang siap menjadi ibu. tidak mendapat dukungan dari suami cenderung
lebih banyak mengalami baby blues syndrome
Hubungan dukungan suami dengan kejadian sedangkan yang mendapat dukungan suami
baby blues syndrome lebih sedikit mengalami baby blues syndrome.
Table 5.7 menunjukkan bahwa dari 72 Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
responden, sebanyak 27 responden mendapat oleh penulis.
dukungan suami. Jumlah responden yang
mendapat dukungan suami dan mengalami baby Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Baby
blues syndrome sebanyak 21 orang (77, 8 %) Blues Syndrom pada Ibu Nifas
dan responden yang mendapat dukungan suami Dalam penelitian ini penulis telah
tapi tidak mengalami baby blues syndrome menentukan tiga variable fakyor penyebab
sebanyak 6 orang (22,2 %). Responden yang terjadinya baby blues syndrome pada ibu nifas
tidak mendapat dukungan suami sebanyak 45 yaitu jenis persalinan, kesiapan ibu dan
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan 18
INFOKES, VOL 7 NO 2, September 2017 ISSN : 2086 - 2628
dukungan suami. Berdasarkan tabel 5.8 kejadian baby blues syndrome. Hal ini
menyatakan bahwa dari uji T yang dilakukan dikarenakan jika seorang ibu yang merasa tidak
pada ketiga variable tersebut didapatkan hasil siap akan kehamilannya seperti kehamilan yang
bahwa ketiganya mempunyai hubungan dengan tidak diinginkan atau tidak direncanakan akan
kejadian baby blues syndrome. Tabel 5.9 mempengaruhi kesiapan menjadi orang tua dan
menyimpulkan bahwa ketiga variable tersebut akan mempengaruhi kondisi psikologisnya.
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dukungan suami adalah salah satu factor
kejadian baby blues syndrome. terpenting salam kejadian baby blues syndrome
Demikian juga dengan tabel 5.10, hasil pada ibu nifas. Dalam penelitian ini, didaptkan
dari uji R yang menyebutkan bahwa variable bahwa dukungan suami merupakan factor yang
jenis persalinan, kesiapan ibu dan dukungan dominan yang memepngaruhi terjadinya baby
suami memberikan kontribusi terhadap baby blues syndrome. Hal ini dikarenakan seorang
blues syndrome. ibu nifas membutuhkan dukungan atau
Namun, dari ketiga variabek tersebut perhatian dari keluarga terdekat khususnya
yang mempunyai dominasi lebih tinggi terhadap suami untuk membantu merawat bayi ataupun
baby bkues syndrome adalah variable dukungan memberiikan dukungan emosional kepadanya.
suami. Ini dapat dilihat dari tabel 5.8 atau hasil Semakin ibu tidak mendapat dukungan suami
uji regersi berganda yang nebyatakan bahwa semakin besar resiko mengalami baby blues
nilai siginifikansi variable dukungan suami syndrome
sebesar 0,001 yang lebih mendekati nilai P-
value yaitu 0,005. DAFTAR PUSTAKA
Menurut Marmi (2012) ibu nifas Arfian. 2012. Baby blues. Metagraf. Surakarta
memiliki kekawatiran akan kemampuan Bobak, M. Irene, et. Al. (2005). Buku Ajar
bayinyadan sangat mudah tersinggung. Pada Keperawatan Maternitas. EGC. Jakarta
saat ini lah yang sangat dibutuhkan seorang ibu Chairunnisa. 2010. Faktor-Faktor yang
adalah dukungan dari orang terdekat khususnya Berhubungan dengan Kejadian Baby
suami baik mendukung secara mental mauoun Blues Syndrom pada Ibu Post Partum
bantuan fisik, karena ibu yang tidak di Puskesmas Suka Makmur.
mendapatkan dukungan dari orang terdekat Digilib.unimus.ac.id (Diakses tanggal
akan sangat rentan mengalami baby blues 17 Januari 2016)
syndrome. Irawati, Dian. 2010. Pengaruh Faktor
Pada teori yang merujuk pada penyebab Psikososial Terhadap Terjadinya Post
baby blues syndrome seperti teori Bobak (2005) Partum Blues Pada Ibu Nifas (Studi Di
penyebab baby blues syndrome adalah trauma Ruang Nifas Rsud R.A Bosoeni
fisik selama persalinan, kesiapan ibu menjadi Mojokerto). Dppm.Uii.Ac.Id (Diakses
orang tua dan dukungan dari orang terdekat, tanggal 10 Januari 2016).
begitu pula yang diungkapkan oleh Saleha Mansur, Herawati dan Budiarti, Temu. 2014.
(2009), penyebab baby blues syndrome adalah Psikologi Ibu dan Anak untuk
proses persalinan yang tidak sesuai dengan yang Kebidanan. Salemba Medika. Jakarta
diinginkan dan perhatian keluarga yang kurang Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa
terhadap dirinya. Hal ini sesuai dengan Nifas “Puerpurium Care”. Pustaka
penelitian yang dilakukan oleh penulis bahwa Pelajar. Yogyakarta
beberapa penyebab baby blues syndrome pada Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu
ibu nifas jenis persalinan, kesiapan ibu dan Dalam Masa Nifas (Postpartum).
dukungan dari suami. Jakarta. TIM.
Munawaroh. 2008. Faktor-Faktor yang
KESIMPULAN Berhubungan dengan Postpartum
Jenis persalinan yang dialami oleh ibu Blues pada Ibu Pasca Persalinan di
sperti persalinan normal, normal dengan Wilayah Kerja Puskesmas Kajhu Aceh.
tindakan (pacu, vakum dan forcep) dan Sectio Simtakp.uui.ac.id. (Diakses tanggal 12
Secaria mempunyai hubungan dengan kejadian Januari 2016)
baby blues syndrome dan mempunyai pengaruh Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu
yang signifikan terhadap kejadian baby blues Kebidanan. Bina Pustaka Sarwono
syndrome, hal ini dikarenakan semakin banyak Prawirohardjo. Jakarta
trauma fisik yang dialami oleh ibu yang Rahmandani, Amalia, dkk. 2007. Strategi
melahirkan akan semakin banyak pula trauma Penanggulangan (Coping) pada Ibu
psikisnya. yang Mengalami Postpartum Blues di
Kesiapan ibu juga merupakan salah satu Rumah Sakit Umum Daerah Kota
factor penyebab terjadinya baby blues Semarang. SKRIPSI. Fakultas
syndrome. Dalam penelitian ini, kesiapan ibu Psikologi Universitas Diponegoro
mempunyai hubungan dengan baby blues Semarang.
syndrome dan berpengaruh signifikan terhdadap
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan 19
INFOKES, VOL 7 NO 2, September 2017 ISSN : 2086 - 2628
Restyana, CI dan Adiesti, F. 2014. Kejadian
Baby bLues Syndrom pada Ibu
Primipara di RSUD Bangil Pasuruan.
Ejurnalp2m.poltekkesmajapahit.ac.id
(Diakses tanggal 16 Januari 2016)
Saifuddin, A. 2006. Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal
Noenatal. YBPSP. Jakarta
Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa
Nifas. Jakarta : Salemba Medika
Setyowati dan Uke riska. 2006. Studi Faktor
Kejadian Post Patum Blues Pada Ibu
Pasca Salin di Ruang bersalin II RSU
DR. Soetomo Surabaya. Surabaya:
Universitas Airlangga
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan.
Alfabeta. Bandung.
Wijayanti, Krisdiana. 2013. Gambaran Faktor-
Faktor Resiko Postpartum Blues di
Wilayah Kerja Puskesmas Blora.
Digitaljournal.org. (Diakses tanggal 10
Januari 2016)

Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan 20

Anda mungkin juga menyukai