Disusun oleh :
Bhintaria Wulandari (201030100473)
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
negara dapat dilihat dari tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB). Penyebab utama kematian bayi adalah karena penyakit infeksi yaitu
infeksi sakuran pernafasan dan diare. Estimasi menurut Word Health Organication
(WHO) bahwa 53% kasus pneumonia akut, 55% kematian bayi akibat diare
dikarenakan pemberian makanan yang buruk pada enam bulan pertama kehidupan
(Gupta, 2013).
Salah satu upaya dalam menurunkan AKB adalah dengan memberikan Air
Susu Ibu (ASI) ekslusif. ASI adalah makanan alami pertama untuk bayi yang
memberikan semua vitamin, mineral dan nutrisi yang diperlukan oleh bayi untuk
pertumbuhan dalam enam bulan pertama dan tidak ada makanan atau cairan lain yang
diperlukan. ASI memenuhi setengah atau lebih kebutuhan gizi anak pada tahun
pertama hingga tahun kedua kehidupan (WHO, 2002). Disamping kandungan nutrisi
yang lengkap didalam ASI juga terdapat zat kekebalan seperti IgA, IgM, IgG, IgE,
laktoferin, lisosom, immunoglobulin dan zat lainnya yang melindungi bayi dari
berbagai penyakit infeksi (Moehji, 2008). Kandungan ASI antara lain yaitu sel darah
putih, zat kekebalan, enzim pencernaan, hormon dan protein yang sangat cocok untuk
protein, lemak, multivitamin, air, kartinin dan mineral secara lengkap yang sangat
cocok dan mudah diserap secara sempurna dan sama sekali tidak mengganggu fungsi
ginjal bayi yang sedang dalam tahap pertumbuhan. Komposisi ASI dipengaruhi oleh
stadium laktasi, ras, keadaan nutrisi, dan diit ibu (Soetjiningsih, 2012). Lebih dari 136
juta bayi lahir setiap tahunnya, dan sekitar 92 juta diantaranya tidak mendapatkan ASI
eksklusif pada bayi usia 0-1 bulan 48,7% pada usia 2-3 bulan menurun menjadi
42,2% dan semakin menurun menjadi 42,2% dan semakin menurun seiring dengan
meningkatnya usia bayi yaitu 36,6% pada bayi berusia 4-5 bulan dan 30,2% pada bayi
usia 6 bulan. Pada tahun 2009 pencapaian cakupan ASI eksklusif sebesar 34,3% dan
menurun pada 2010 menjadi 33,6% (BPS, Susenas 2010). Sedangkan Hasil Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013 jauh lebih rendah lagi yaitu 30,2% (Riskesda, 2013).
Angka tersebut masih jauh dari target cakupan ASI nasional yaitu sebesar 80%.
Bahkan berdasarkan data WBTI tahun 2012 tentang kondisi menyusui di 51 negara
51 negara dengan angka menyusui hanya sebesar 27,5% (IBFAN & BPNI, 2012). Hal
ini tentu sangat memprihatinkan mengingat Indonesia merupakan salah satu negara
yang memiliki kebijakan tentang ASI yang cukupbaik serta upaya- upaya program
akselerasi untuk pencapaian ASI eksklusif yang sangat gencar baik dilakukan oleh
pengetahuan ibu hamil, keluarga dan masyarakat akan pentingnya ASI. Masalah ini
diperparah dengan gencarnya promosi susu formula dan kurangnya dukungan dari
memberikan tempat dan kesempatan bagi ibu menyusui di tempat kerja (Depkes RI,
2011).
Selain itu, seorang wanita mempunyai reaksi emosi yang berbeda dalam
menghadapi masa hamil, persalinan dan nifas. Gangguan emosional pasca persalinan
dibagi menjadi tiga, yaitu post partum blues (maternity blues atau baby blues) post
partum depression, dan post partum psikosis. Baby blues dimengerti sebagai suatu
sindrom gangguan efek ringan yang tampak dalam minggu pertama persalinan. Baby
blues dapat terjadi sejak hari pertama pasca persalinan atau fase taking in, cenderung
akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang
waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan. Gejala baby blues yang paling wajar
adalah perasaan sedih, mudah lelah dan amat peka secara emosional. Baby blues
merupakan perasaan hipersensitif yang wajar terjadi pada ibu setelah melahirkan,
tetapi yang perlu diwaspadai, hal ini dapat bertambah serius dan bertahan lama yang
biasanya disebut dengan post partum depression. Post partum depression adalah
gangguan emosional pada wanita setelah pesalinan dan terjadi selama beberapa bulan
bahkan tahun. Gejala yang di alami wanita dengan post partum depression lebih lama
dibanding dengan baby blues. Post partum psikosis adalah krisis psikiatri paling parah
dan gejalanya dapat bermula dari baby blues atau post partum depression.
Penelitian terkait baby blues penting dilakukan karena gangguan baby blues
masih dianggap wajar sehingga sering kali terabaikan dan tidak tertangani dengan
baik. Baby blues dapat terjadi pada semua ibu post partum dari etnik dan ras manapun
Dampak baby blues pada ibu adalah dapat mengganggu kemampuan ibu
kualitas hubungan antara ibu dengan bayi. Baby blues pada ibu menyusui akan
jangka waktu pendek bayi akan mengalami kekurangan nutrisi dan tidak mendapat
asupan ASI dan hubungan emosional kurang terjalin dalam jangka waktu Panjang
Kadang kala ibu mendapatkan informasi yang salah tentang manfaat ASI
eksklusif, mengenai cara menyusui yang benar, dan apa yang harus dilakukan bila
timbul kesukaran dalam menyusui. Proses pemberian ASI bisa saja mengalami
Ermawati, 2015). Hambatan dalam pemberian ASI eksklusif antara lain ASI keluar
sedikit. Ibu takut payudara turun, dan ibu bekerja. Beberapa faktor yang
mempengaruhi penggunaan ASI ekslusif antara lain faktor pengetahun, faktor meniru
teman, faktpr sosial budaya, faktor psikologis, faktor fisik ibu, faktor perilaku, faktor
seorang ibu untuk memberikan ASI Ekslusif. Faktor yang berpengaruh terhadap niat
ibu hamil dalam memberikan ASI Eksklusif yaitu usia kehamilan, norma social,
pekerjaan ibu dan pengalaman menyusui ibu (Jatmika, 2015). Niat erat kaitannya
dengan motivasi, yaitu dorongan yang timbul dalam diri seseorang secara sadar untuk
melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Niat untuk melakukan atau tidak
melakukan suatu perilaku dipengaruhi oleh dua penentu dasar yaitu sikap dan norma
subyektif.
Seseorang akan memiliki niat yang kuat jika informasi yang dimilikinya cukup
kuat untuk meyakinkannya bahwa perilaku tersebut layak untuk dilakukan. Niat yang
diperlukan untuk memantapkan niat ibu untuk memberikan ASI (Nurani, 2013).
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
B. Rumusan Masalah
Post partum baby blues tidak berhubungan langsung dengan Kesehatan ibu
dan bayinya maupun komplikasi obstetric tetapi bagaimanapun faktor- faktor tersebut
dapat mempengaruhi perubahan mood ibu. Gejala- gejala tersebut timbul setelah
persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam
sampai beberapa hari setelah persalinan. Namun pada beberapa kasus gejala- gejala
tersebut terus bertahan dan baru menghilang setelah beberapa hari, minggu atau bulan
bahkan dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat (Suhemi, 2009).
adalah adakah hubungan antara pengaruh Syndrome Baby Blues Post Partum terhadap
pemberian ASI Eksklusif di Rumah Sakit Medika BSD kota Tangerang Selatan?
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gejala Baby Blues Syndrome Post Partum di Rumah Sakit Medika
2. Faktor apa saja yang menyebabkan Baby Blues Syndrome Post Partum di Rumah
3. Dampak apa saja yang muncul dari Baby Blues Syndrome Post Partum di Rumah
4. Bagaimana cara mengatasi Baby Blues Syndrome Post Partum di Rumah Sakit
1. Tujuan umum
terhadap pemberian ASI Eksklusif di RS. Medika BSD Kota Tangerang selatan,
Tahun 2021.
2. Tujuan khusus
E. Manfaat penelitian
tambahan ilmu pengetahuan tentang tanda gejala, faktor- faktor dan dampak Baby
Syndrome Post Partum. Penelitian ini dapat bermanfaat bagi subyek penelitian
yaitu pasien RS Medika BSD yang belum mampu mengatasi Baby Blues
Baby Blues Syndrome Post Partum terhadap pemberian ASI eksklusif. Sebagai
pengaruh pengaruh Baby Blues Syndrome Post Partum terhadap pemberian ASI
eksklusif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP TEORI
a. Definisi
Baby Blues Syndrome sudah dikenal sejak lama. Savage pada tahun 1875
(perasaan tidak nyaman) ringan pasca- persalinan yang disebut sebagai “milk
fever” karena gejala disforia tersebut muncul bersamaan dengan laktasi. Dewasa
ini, Baby Blues Syndrome atau sering juga disebut Maternity Blues atau Post-
partum Blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang
sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan, dan ditandai dengan
psikologis pada masa postpartum yaitu meliputi Pasca Partum Blues (Maternitas
Blues atau Baby Blues), Depresi Pasca Partum dan Psikosa Post Partum. Baby
Blues Syndrome ini dikategorikan sebagai sindrom gangguan mental yang paling
ringan dari tiga perubahan psikologis pasca melahirkan oleh sebab itu sering tidak
menyenangkan dan dapat membuat perasaan perasaan tidak nyaman bagi wanita
yang mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang gangguan ini dapat berkembang
menjadi keadaan yang lebih berat yang mempunyai dampak lebih buruk, terutama
Baby Blues Syndrome merupakan salah satu bentuk gangguan perasaan akibat
penyesuaian terhadap kelahiran bayi, yang muncul hari pertama sampai hari ke
empat belas setelah proses persalinan, dengan gejala memuncak pada hari ke lima
(Diah: 2015). Baby Blues Syndrome merupakan perasaan sedih yang berkaitan
dengan bayinya karena perubahan perasaan yang di alami ibu saat hamil sehingga
sulit untuk menerima kehadiran bayinya (Ambarwati, dkk: 2010). Ummu Syfa
melihat bayi sampai menangis sendiri tanpa sebab, yang biasa terjadi dalam kurun
waktu 2 minggu atau 14 hari setelah ibu melahirkan dikenal dengan istilah Baby
2009:380).
Post Partum Blues atau Baby Blues Syndrome merupakam fenomena yang
terjadi pada hari-hari pertama post partum dengan puncak gejala yang terjadi pada
hari ke-3 sampai ke-5 dengan durasi jam sampai beberapa hari (Lisna: 2015).
Baby Blues Syndrome adalah depresi ringan yang terjadi pada ibu-ibu dalam masa
beberapa jam setelah melahirkan, sampai beberapa hari setelah melahirkan, dan
kemudian dia akan hilang dengan sendirinya jika diberikan pelayanan psikologis
yang baik. (Suryati: 2008) Gejala-gejala ini mulai muncul setelah persalinan dan
pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai
beberapa hari. Namun pada beberapa minggu atau bulan kemudian, bahkan dapat
di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian Baby Blues Syndrome adalah suatu
gangguan ringan kestabilan emosi ibu akibat penyesuaian terhadap kelahiran bayi
yang bisa berlangsung dalam durasi jam dan hari paska melahirkan selama kurang
sering tidak dipedulikan oleh ibu pascsa melahirkan, keluarganya atau petugas
kesehatan yang pada akhirnya Baby Blues Syndrome dapat berkembang menjadi
depresi bahkan psikosis yang dapat berdampak buruk yaitu ibu mengalami
kesepian, penurunan gairah seksual. Baby Blues Syndrome ditandai dengan reaksi
(Marni dalam Lina Wahyu, 2016). Gejala-gejala ini mulai muncul setelah
persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam
sampai beberapa hari. Namun pada beberapa minggu atau bulan kemudian,
bahkan dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat. Beberapa gejaka
Baby Blues Syndrome menurut Ambarwati dan Diah (2008:91) meliputi sulit
tidur, bahkan ketika bayi sudah tidur, nafsu makan hilang, perasaan tidak berdaya
atau kehilangan kontrol, terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali pada bayi,
tidak menyukai atau takut menyentuh bayi, pikiran yang menakutkan tentang bayi,
sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampian pribadi, gejala fisik seperti
2012):
1. Dipenuhi oleh perasaan kesedihan dan depresi disertai dengan menangis tanpa
sebab.
3. Tidak memiliki tenaga atau sedikit saja Selain hormon, hadirnya si kecil yang
banyak menguras tenaga ibu, sehingga ibu mengalami keletihan dan kurang
waktu istirahat.
4. Cemas, merasa bersalah dan tidak berharga Selain itu kecemasan yang
menghantui para ibu, kecemasan akan masa depan anak, kecemasan apakah
mampu atau tidaknya membesarkan anak dengan baik, dan kecemasan lainnya
5. Menjadi tidak tertarik dengan bayi anda atau menjadi terlalu memperhatikan
6. Tidak percaya diri karena adanya perubahan bentuk tubuh pasca melahirkan.
7. Sulit beristirahat dengan tenang bisa juga tidur lebih lama Merawat bayi
sedikit yang dapat membuat ibu sangat letih. Peningkatan berat badan yang
sedikit yang dapat membuat ibu sangat letih. Peningkatan berat badan yang
Syndrome yaitu sering tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia, tidak
sabar, penakut, tidak mau makan, tidak mau bicara, sakit kepala sering berganti
mood, merasa terlalu sensitive dan cemas berlebihan, tidak bergairah, tidak
percaya diri, tidak mau berkonsentrasi dan sangat sulit membuat keputusan,
merasa tidak mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang baru saja dilahirkan,
Semua gejala tersebut akan hilang dalam jangka waktu beberapa jam atau
hari. Namun jika masih berlangsung untuk beberapa minggu dan bahkan bulan
maka hal tersebut dapat dikatakan ibu mengalami depresi post partum. Selain itu
alam perasaan, menarik diri, serta reaksi negatif terhadap bayi dan keluarga.
Baby Blues Syndrome adalah periode penyesuaian bagi ibu dalam dua minggu
Meskipun bisa hilang dengan sendirinya, ibu dengan Baby Blues Syndrome dapat
seseorang untuk melewati proses melahirkan akan berbeda satu sama lain.
berani atau bahkan akan membuat seseorang akan merasa khawatir bila seseorang
Banyak dikalangan kita atau pun dunia kesehatan menilai jika hormon
yang menyebabkan ibu mengalami Baby Blues Syndrome. Pada saat kehamilan
berlangsung maka ibu hamil akan banyak mengalami perubahan besar baik fisik
maupun non fisik termasuk di dalamnya perubahan hormon. Begitu juga pasca
melahirkan, perubahan tubuh dan hormon kembali terjadi lagi. Penurunan secara
drastis kadar hormon estrogen dan progesteron serta hormon lainnya yang di
produksi oleh kelenjar tiroid juga akan menyebabkan ibu sering mengalami rasa
Banyak orang yang menganggap depresi adalah sesuatu yang sepele dan
bisa hilang dengan sendirinya, padahal pada dasarnya depresi merupakan bentuk
suatu penyakit yang lebih dari sekadar perubahan emosi sementara. Depresi
bukanlah kondisi yang bisa diubah dengan cepat atau secara langsung. Depresi
adalah suatu kondisi yang lebih dari suatu keadaan sedih, bila kondisi depresi
hal itu disebut sebagai suatu Gangguan Depresi Mayor. Beberapa gejala
Gangguan Depresi mayor adalah perasaan sedih, rasa lelah yang berlebihan
setelah aktivitas rutin yang biasa, hilang minat dan semangat, malas beraktivitas,
dan gangguan pola tidur. Depresi juga merupakan salah satu penyebab utama
Hamizann (2015) menyatakan Baby Blues Syndrome ini dapat dialami oleh
Ibu yang melahirkan baik secara normal maupun secara caesar. Hanya saja Ibu
dengan operasi caesar peluangnya lebih besar untuk terkena Baby Blues
Syndrome. Hal ini disebabkan oleh karena kondisi pemulihan pasca partus cesar
yang lebih lama sehingga menimbulkan Ibu merasa tidak berdaya untuk langsung
secara caesar yaitu 11 responden atau 27,5% mengalami Baby Blues Syndrome.
Selain faktor ibu, faktor bayi juga dapat memberikan andil dalam sindrom
ini. Mengurus bayi yang baru lahir (newborn) merupakan sebuah tantangan yang
berat. Waktu bayi baru lahir, perasaan yang ada adalah senang dan bahagia tak
terkira. Namun ekstra sabar. Kadang ibu membayangkan bayi barunya akan tidur
sepanjang malam, namun yang terjadi adalah sebaliknya. Bayi sering terbangun di
tengah malam dan menangis karena lapar, haus, atau BAB/BAK. Tentu saja hal
ini akan menjadi tugas berat bagi ibbu untuk menenangkan bayinya di tengah
malam. Bagi sebagian bayi, ada yang terbangun tidak hanya semalam atau dua
malam saja, bahkan sampai dua atau tiga pekan ke depan masih juga demikian.
Butuh kesabaran agar bisa menidurkanya kembali. Hal ini tentu saja kurang baik
Baby blues dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun
faktor eksternal. Faktor internal dapat disebabkan antara lain faktor fluktuasi
2. Hormon endorfrin yaitu hormon yang dapat memicu perasaan senang dan
depresi.
Faktor eksternal yakni praktik budaya yang membatasi aktifitas ibu serta
kurangnya dukungan yang di peroleh ibu selama hamil, melahirkan dan post
fisik emosional yang kompleks, faktor umum dan paritas, pengalaman dalam
1. Dukungan sosial
maka sang ibu pun akan lebih memiliki rasa sayang terhadap anaknya. Karena
sosial juga perlu dimiliki setiap individu sejak masa usia dininya, karena dapat
moral dari teman-teman yang sudah pernah bersalin juga dapat membantu.
Keputusan dari suami dan arahan orangtua juga sangat berpengaruh dan
menjadi pedoman penting bagi sang ibu dalam praktik asuhan bayinya sehari-
hari ( Lisna, 2015). Hasil dari penelitian Lisna (2015) didapatkan hasil
misalnya jenis kelamin bayi yang tidak sesuai harapan, bayi dengan cacat
3. Komplikasi kelahiran
dan bayi dengan posisi tidak normal. Penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim,
dkk (2012) dalam Lisna, dkk (2005) menyampaikan sebagian besar Baby
responden(2,2%).
tersebut belum siap untuk menjadi ibu. Paritas juga mempengaruhi terjadinya
Baby Blues Syndrome, dikarenakan pada ibu yang baru pertama kali
melahirkan lebih dari satu kali. Lisna, dkk (2005) melakukan penelitianyang
menjelaskan jika Baby Blues Syndrome terjadi pada Ibu yang sudah memiliki
berbeda didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh Irawati (2014) dalam
Lisna, dkk (2005) yang menjelaskan jika Baby Blues Syndrome terjadi pada
Ibu yang baru pertama kali melahirkan dengan angka 36,6%. Hasil penelitian
lain yang dilakukan oleh Lina (20) juga menyatakan 34 responden yang
5. Faktor psikososial
stres non spesifik dibandingkan dengan perubahan yang bersifat biologik yaitu
dengan dimana secara umum seorang yang bekerja maka pengetahuan akan
pengetahuanya.
stres non spesifik dibandingkan dengan perubahan yang bersifat biologik yaitu
6. Pendidikan
Syndrome, karena semakin tinggi tingkat pendidikan nya resiko untuk terkena
diri dan cara menyikapi sebuah masalah lebih baik dibandingkan yang
7. Riwayat depresi
dengan riwayat problem emosional menjadi faktor yang sangat rentan untuk
8. Hormonal
9. Budaya
1. Perubahan hormon
tubuh ibu naik hingga mendekati kadar orang yang sedang mengalami
depresi. Di saat yang sama hormon laktogen dan prolaktin yang memicu
produksi ASI sedang meningkat. Pada saat yang sama kadar progesteron
2. Stress (psikologis)
perhatian tertuju pada anak yang baru lahir. Setelah persalinan si ibu yang
giza bayi sudah sangat cukup apabila seorang ibu bisa memenuhi
ASI dlam jumlah yang sedikit. Keadaan ini yang sering membuat seorang
ibu mengalami rasa kecewa dan kemudian bisa memicu Baby Blues
4. Kelelahan Fisik
popok, dan menimang sepanjang hari bahkan tak jarang di malam buta
sangatlah menguras tenaga. Dan jika tidak ada bantuan dari suami atau
kesah pada suami, berbagi tugas dan tanggung jawablah dengan suami
6. Sosial
Sang ibu merasa sulit menyesuaikan diri dengan peran baru sebagai
ibu. Gaya hidupnya juga akan berubah dratis. Si ibu akan merasa dijauhi
oleh lingkungan dan merasa akan terasa terikat terus pada si kecil.
dapat mengatur emosinya. Sama hal nya dengan persasaan sedih atau takut
kehilangan anaknya yang berlebih karena rasa sayang dimiliki sang ibu
terhadap bayinya.
oranglain seperti suami dan keluarga akan memicu munculnya Baby Blues
melelahkan dan hal tersebut bisa memicu kebencian dari ibu terhadap bayi.
Padahal hal tersebut tidak akan muncul jika bantuan dari oranglain yang
9. Bayi sakit
sang ibu lebih khawatir tentang bayinya atau bahkan akan membawa ibu
membuat ibu merasa bosan dengan hal yang bersangkutan dengan bayi.
Begitu juga kegiatan ibu dalam mengurus sang bayi dalam keseharianya
bisa jadi menjadikan ibu merasa bosan dan mengarah ke Baby Blues
Syndrome.
Kondisi ini ditambah dengan kewajiban mengurus si kecil yang tak kalah
melelahkan. Belum lagi jika ibu dihadaokan pada kondisi bayi yang tidak
bias diajak kompromi, seperti bangun di tengah malam, hal ini akan
menambah perasaan lelah bagi si ibu, karena otomatis mengurangi waktu
istirahat.
2. Kesulitan Menyusui
menyusui. Hal ini bisa terjadi karena mungkin si ibu belum terbiasa, belum
ibu tidak dapat menyusui bayi karena putting payudara terbalik atau tidak
kesediha ibu. Untuk kasus ini, diperlukan terapi khusus ketika masih
hamil, sehingga pada saatnya bayi lahir, payudara relah siap untuk
menyusui bayi. Jika masalah ada pada ASI yang belum keluar, maka ini
bertambah.
sindrom ini. Ibu yang pernah mengalami depresi berat saat mengandung
juga rentan mengalami sindrom ini. Tekanan atau depredi ini misalnya
saudara.
Bahkan tak jarang sampai takut menyentuh karena melihat bayinya sangan
mungil dan tampak rapuh. Hal ini membuat si ibu merasa takut bila
banyinya akan menangis atau terluka karena pegangan iu yang terlalu
padahal dalam hati ingin sekali untuk melakukannya. Tentu saja kondisi
5. Pengaruh Hormon
Sekilas Baby Blues Syndrome memang tidak berbahaya, tapi kondisi ini
efeknya sangat nyata pada perkembangan anak karena biasanya ibu yang
mengalami Baby Blues Syndrome tidak dapat merawat anaknya dengan baik, jadi
diterima anaknya, baik itu dari segi perhatian maupun nutrisi yang masuk
persen wanita dan dapat menimpa wanita yang belum siap menjadi ibu. Meskipun
Baby Blues Syndrome hanya bersifat sementara, yakni selama dua minggu
melahirkan dengan gejala yang lebih berat, yaitu adanya penolakan ibu terhadap
kenyataan seperti merindukan masa lajang yang tidak memerdulikan si kecil,
hingga membayangkan ingin menyakiti si kecil sampai berniat untuk bunuh diri.
Pengaruh negatif yang akan timbul pada bayi, ibu dan anak menurut
atau teman)
Tenaga kesehatan di sini bisa dokter, bidan, atau perawat yang sedang
memberikan pelayanan kepada ibu yang habis melahirkan, baik di rumah sakit, di
memberikan istirahat dan ketenangan yang banyak kepada ibu setelah melahirkan.
Ini merupakan hal yang sangat penting bagi ibu-ibu yang baru selesai menjalani
selesai bersalin itu waktu dan kesempatan untuk istirahat dalam keadaan tenang
yang banyak, batasi dan atur jumlah tamu dan jam tamu berkunjung, dan jangan
Jika ditemui ibu-ibu menderita Baby Blues setelah melahirkan, di mana dia
merasa sangat sedih dan menangis, maka sebagai tenaga kesehatan, para bidan
khususnya, sebaiknya kita merawat ibu ini dalam ruangan yang terpisah, atau
ruangan khusus, dan selanjutnya membiarkan saja ibu ini menangis dalam
ketenangan, tetapi tetap diawasi. Biarkan saja ibu ini menangis dan meluapkan
semua emosinya sampai reda, tidak perlu disuruh berhenti nangisnya. Kita baru
bisa memberikan bantuan setelah dia tidak menangis, dan tidak emosi lagi. Pada
saat ini, baru ibu tersebut bisa mendengarkan apa yang kita bicarakan. Jika ibu
sudah tenang baru kita bisa menanyakan apa yang membuat dia begitu sedih. Di
sini sangat dibutuhkan konseling, agar ibu ini terbebas dari masalah yang
ketenangan dan istirahat yang banyak agar Baby Blues nya cepat hilang.
Hal penting lain yang harus diketahui tenaga kesehatan, khususnya para
bidan adalah : banyak di antara ibu-ibu yang habis melahirkan ini over-sensitiv,
terhadap kata-kata atau perkataan penolong atau bidan. Oleh sebab itu para bidan
dan petugas kesehatan lainnya, berikanlah pelayanan yang baik, ramah, cepat,
menyenangkan ibu, serta lihatkanlah perilaku yang baik dan rasa empati yang
tinggi terhadap ibu-ibu yang habis bersalin ini. Jangan sekali-kali berkata-kata
a. Definisi
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa tambahan cairan seperti susu
formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti
pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim (Roesli, 2009). ASI
Eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6
bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai
bayi berusia 2 tahun (Kristiyansari, 2009). ASI Eksklusif adalah pemberian hanya
ASI saja tanpa makanan dan minuman lain. ASI Eksklusif dianjurkan sampai 6
bulan pertama kehidupan (Depkes RI, 2005). ASI adalah cairan putih yang
dihasilkan oleh kelenjar payudara Ibu melalui proses menyusui (Khasanah, 2011).
ASI merupakan makanan yang disiapkan untuk bayi mulai masa kehamilan
keunggulan ASI karena ASI mempunyai nilai gizi yang tinggi dibandingkan
dengan makanan buatan manusia ataupun susu yang berasal dari hewan sapi,
Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan yang diciptakan khusus yang keluar
langsung dari payudara seorang ibu untuk bayi. ASI merupakan makanan bayi
yang paling sempurna, praktis, murah dan bersih karena langsung diminum dari
payudara ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan bayi
untuk memenuhi kebutuhan gizi di 6 bulan pertamanya. Jenis ASI terbagi menjadi
3 yaitu kolostrum, ASI masa peralihan dan ASI mature. Kolostrum adalah susu
yang keluar pertama, kental, berwarna kuning dengan mengandung protein tinggi
Children’s (UNICEF) dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding
mengatur pola pemberian makan terbaik pada bayi dari lahir sampai usia dua
tahun untuk meningkatkan kualitas kesehatan pada bayi dan anak dengan cara
memberikan air susu ibu (ASI) kepada bayi segera dalam waktu satu jam setelah
bayi lahir, memberikan ASI saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir
sampai bayi berusia 6 (enam) bulan, memberikan makanan pendamping air susu
ibu (MPASI) sejak bayi berusia 6 (enam) bulan sampai 24 bulan serta meneruskan
b. Komposisi ASI
1) Lemak
Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak. Sekitar 50% kalori ASI
berasal dari lemak. Kadar lemak dalam ASI antara 3,5-4,5%. Walaupun kadar
lemak dalam ASI tinggi, tetapi mudah diserap oleh bayi karena trigliserida
dalam ASI lebih dulu dipecah menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim
lipase yang terdapat dalam ASI. Kadar kolestrol ASI lebih tinggi dari pada
lemak essensial yaitu asam linoleat (Omega 6) dan asam linolenat (Omega 3).
Kedua asam lemak tersebut adalah pembentuk asam lemak tidak jenuh rantai
arachidonic acid (AA) berasal dari Omega 6 yang berfungsi sangat penting
untuk pertumbuhan otak anak. Kadar lemak ASI matur dapat berbeda menurut
kadar lemak ASI rendah (1-2 g/dl) dan lebih tinggi dapat hindmilk (ASI yang
dihasilkan pada akhir menyusu setelah 15-20 menit). Kadar lemak hindmilk
2) Karbohidrat
tinggi dibanding susu mamalia lain (7gr%). Laktosa mudah diurai menjadi
glukosa dan galaktosa dengan bantuan enzim laktase yang sudah ada dalam
mukosa saluran pencernaan sejak lahir. Laktosa mempunyai manfaat lain yaitu
bifidus.
3) Protein
Protein dalam susu adalah kasein dan whey. Kadar protein ASI sebesar
0.9%, 60% diantaranya adalah whey, yang lebih mudah dicerna dibanding
kasein. Dalam ASI terdapat dua macam asam amino yang tidak terdapat dalam
susu sapi yaitu sistin dan taurin. Sistin diperlukan untuk pertumbuhan somatic,
sedangkan taurin untuk pertumbuhan otak. Selain dari ASI, sebenarnya sistin
dan taurin dapat diperoleh dari penguraian tirosin, tetapi pada bayi baru lahir
4) Vitamin
dalam ASI dengan jumlah yang cukup dan mudah dicerna. Dalam ASI juga
tetapi bayi prematur atau yang kurang mendapat sinar matahari dianjurkan
5) Zat besi
Bayi aterm normal biasanya lahir dengan hemoglobin tinggi (16- 22
gr/dl), yang berukuran cepat setelah lahir. Zat besi yang diperoleh dari
persediaan zat besi dalam jumlah banyak cukup untuk setidaknya 4-6 bulan.
meskipun jumlah zat besi yang terkandung dalam ASI lebih sedikit dari yang
terkandung dalam susu formula, bioavailabilitas zat besi dalam ASI jauh lebih
tinggi. 70% zat besi dalam ASI dapat diserap, sedangkan hanya 10% jumlah
zat besi dapat diserap dalam susu formula. Perbedaan ini disebabkan
rangkaian interaksi kompleks yang terjadi di usus. Bayi yang diberikan susu
sapi segar atau susu formula dapat mengalami anemia karena perdarahan kecil
di usus.
6) Seng
bertumbuh dan lesi kulit tipikal. Meskipun seng lebih banyak terdapat pada
susu formula dibanding ASI, bioavalabilirasnya lebih besar pada ASI. Bayi
yang diberi ASI mampu mempertahankan kadar seng dalam plasma tetap
tinggi dibanding bayi yang diberi susu formula, bahkan meskipun konsentrasi
seng yang terdapat di dalamnya tiga kali lebih banyak daripada ASI.
7) Kalsium
Kalsium lebih efisien diserap dari ASI dibanding susu pengganti ASI
karena perbandingan kalsium fosfor ASI lebih tinggi. Susu formula bayi yang
berasal dari susu sapi tidak terelakkan memiliki 8 kandungan fosfor lebih tingi
dari pada ASI dan dilaporkan meningkatkan resiko tetanus pada neonatus.
8) Mineral
ASI memiliki kadar kalsium, fosfor, natrium, dan kalium yang lebih
rendah daripada susu formula. Tembaga, kobalt, dan selenium terdapat dalam
kadar yang lebih tinggi. Semakin tinggi bioavailabilitas mineral dan unsur
kelumit ini, dipastikan bahwa kebutuhan bayi terpenuhi dan pada saat yang
1. Bagi Bayi
ASI Berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi yaitu terdiri
dari proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang
Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega
d) Lactobasillus bifidus
Laktobasillus bifidus berfungsi mengubah laktosa menjadi asam
laktat dan asam asetat. Kedua asam ini menjadikan saluran pencernaan
e) Lactoferin
2004).
f) Lizozim
Keaktifan lizozim ASI beberapa kali lebih tinggi dibanding susu sapi.
Keunikan lizozim lainnya adalah bila faktor protektif lainnya adalah sesuai
tahap lanjut ASI, maka lizozim justru meningkat pada 6 bulan pertama
g) Komponen C3 dan C4
Kedua komponen ini, walaupun kadar dalam ASI rendah,
diaktifkan oleh IgA dan IgE yang juga terdapat dalam ASI (Suradi, 2004).
h) Faktor antistreptococus
i) Antibodi
IgA sekretorik (SigA), IgE, IgM, dan IgG. Dari semua imunoglobulin
tersebut yang terbanyak adalah SigA. Antibodi dalam ASI dapat bertahan
dalam saluran pencernaan bayi karena tahan terhadap asam dan enzim
mukosa usus. Dalam tinja bayi yang mendapat ASI terdapat bakteri E.coli
dalam konsentrasi yang tinggi sehingga jumlah bakteri E.coli dalam tinja
bayi tersebut juga rendah. Di dalam ASI selain antibodi terdapat E.coli
Shigella, dan antibodi terhadap virus seperti rotavirus, polio dan campak.
pada minggu pertama dan bertahan sampai umur 2 tahun. Dalam ASI juga
dalam kolostum tinggi dan menurun pada usia 1 bulan dan kemudian
j) Imunitas seluler
ASI yang mengandung sel-sel. Sebagian besar (90%) sel tersebut
(10%) terdiri dari limfosit B dan T. Angka leukosit pada kolostrum kira-
kira 5000/ml setara dengan angka leukosit darah tepi tetapi komposisinya
anti infeksi tinggi dalam kolostrum. Kadar SisA, lactoferin, lizozim dan sel
seperti makrofag, neutrofil dan limfosit lebih tinggi pada ASI prematur
dibanding ASI matur. Perbedaan status gizi pada ibu tidak mempengaruhi
Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian susu
alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini. Pemberian protein asing yang
(Suradi, 2004).
Waktu menyusui kulit bayi akan menempel pada kulit ibu. Kontak
kulit yang dini ini akan sangat besar pengaruhnya pada perkembangan bayi
kelak. Walaupun seorang ibu dapat memberikan kasih sayang yang besar
antara ibu dan bayi akan menimbulkan rasa aman bagi bayi. Perasaan
aman ini penting untuk menimbulkan dasar kepercayaan pada bayi (basic
sense of trust) yaitu dengan mulai dapat mempercayai orang lain (ibu)
maka akan timbul rasa percaya pada diri sendiri (Suradi, 2004).
menyusui dengan botol dan dot terutama pada waktu akan tidur
menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan sisa susu formula dan
menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi. Kecuali itu ada
anggapan bahwa kadar selenium yang tinggi dalam ASI akan mencegah
yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik dan
tentang ASI dan laktasi, turunnya berat badan bayi (pada minggu pertama
2. Bagi Ibu
kesuburan. Ibu yang sering hamil kecuali menjadi beban sendiri juga
2009).
c) Aspek psikologis
juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang
3. Bagi Keluarga
a) Aspek ekonomi
ASI tidak perlu dibeli sehingga dana yang seharusnya digunakan
ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat (Sunardi, 2008).
b) Aspek psikologis
c) Aspek kemudahan
kapan saja. Keluarga tidak repot untuk menyiapkan air masak, botol dan
dot yang harus selalu dibersihkan, orang tidak perlu minta pertolongan
4. Bagi Negara
menjamin status gizi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun.
bayi dan anak dari penyakit infeksi, misalnya diare, otitis media dan
diperlukan untuk perawatan sakit. Anak yang diberi ASI lebih jarang
dirawat di rumah sakit dibanding anak yang mendapat susu formula
(Suradi, 2004).
e) Mengurangi polusi
bakar minyak. Selain itu juga kaleng serta karton kemasan susu juga
diare, infeksi saluran nafas dan infeksi telinga. Di samping itu ASI juga
bisa mencegah penyakit non infeksi misalnya alergi, obesitas, kurang gizi,
pernapasan atas (ISPA), kejadian diare dapat turun 50%, dan penyakit usus
parah pada bayi prematur dapat berkurang kejadiannya sebanyak 58%. Pada
pneumonia sehingga biaya kesehatan dapat dikurangi 256,4 juta USD atau 3
yang lebih optimal. Tahukah Anda dengan peningkatan IQ dan pendapatan per
untuk membeli susu formula bayi berusia kurang dari 6 bulan. Dengan ASI
seseorang. Dukungan dari keluarga sangat diperlukan oleh seorang ibu dalam
Ibu yang bekerja memiliki resiko untuk berhenti menyusui, hal ini bisa
ibu bekerja termasuk didalamnya kebijakan atasan yang tidak atau kurang
ASI eksklusif sebesar 2,8 kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak
penyimpan ASI perah serta peralatan yang dimiliki oleh responden dalam
B. PENELITIAN TERKAIT
Ringkasan hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel berikut ini:
C. KERANGKA TEORI
Syndrome. Ibu yang melahirkan secara operasi akan merasa bingung dan sedih
terutama jika operasi tersebut dilakukan karena keadaan darurat. Hal itu akan mudah
menjadikan ibu depresi karena banyak pikiran, ketakutan, sedih dan rasa cemas yang
berlebihan. Selain itu, ibu yang pertama kali melahirkan juga mudah akan mengalami
Baby Blues Syndrome. Ibu yang belum memiliki pengalaman akan merasa
kebingunan ketika akan merawat anaknya. Ibu akan merasa gugup dalam menangani
anaknya yang baru. Selain itu kurangnya pengalaman menajdikan ibu dapat ikut
seorang ibu harus mengatahui apa saja gejala, faktor penyebab dan akibtnya jika
mengalami Baby Blues Syndrome. Hal ini akan mengurangi kejadian Baby Blues
Syndrome pada ibu. Seseorang yang sudah mengetahu faktor penyebab maka dapat
menyiasati kejadian tersebut sehingga dapat terhindar dari kejadian Baby Blues
Syndrome.
Kerangka teori
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPRASIONAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-
hal yang khusus. konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak dapat langsung diamati
atau diukur, konsep hanya dapat diamati melalui konstruk atau yang lebih dikenal
dengan nama variable. Vaiable adalah lambing atau symbol yang dapat menunjukan nilai
atau bilangan dari konsep. Variable yaitu suatu yang bervariasi ( Notoatmodjo, 2012).
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian visualisasi hubungan atau kaitan
antara konsep terhadap konsep lainnya, atau antara variable dengan variable lainnya dari
Kerangka Konsep
VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDENT
Hormonal
Ketidaknyam
anan fisik
(Fisiologis)
Ketidaknyam
anan
beradaptasi
Paritas
Psikologis
Keterangan :
B. Definisi Operasional
(Notoatmodjo, 2012).
No Definisi operasional Alat ukur Kategori Skala
Variable independent
1 Pengetahuan ibu tentang Wawancara 1 Pengetahuan Ordinal
ASI eksklusif yaitu dengan Kurang; median <10
segala sesuatu yang panduan 2 Pengetahuan Baik;
diketahui dengan ASI kuesioner median ≥ 10
Eksklusif diantaranya:
- Manfaat ASI
untuk ibu
- Manfaat ASI
untuk Bayi
C. HIPOTESIS
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif
analitik dengan rancangan cross sectional, yaitu penelitian yang bertujuan untuk
faktor resiko, efek atau hasil untuk kemudian dilakukan analisis hubungan antar
variable (Sastroasmoro dan Ismael, 2010). Penelitian ini dilaksanakan dengan cara
melakukan pengkajian terkait tanda gejala, faktor- faktor dan dampak yang timbul
dari Baby Blues Syndrome Post Partum terhadap pemberian ASI ekslusif.. Dimana
hal ini adalah untuk mengetahui pengaruh Baby Blues Syndrome Post Partum
1. Lokasi penelitian
Tangerang Selatan.
2. Waktu penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti tersebut
(Notoadmojo, 2010). Populasi dalam penelitian adalah subjek yang telah memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien di
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
pada penelitian ini adalah 20 orang responden. Pengambilan sampel dalam penelitian
ini menggunakan purposive sampling yaitu cara pengambilan sampel untuk tujuan
tertentu.
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteria Eklusi
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder :
Data yang diperoleh langsung dari responden, yaitu pasien post partum di ruang
Data yang diperoleh dari rumah sakit yang akan menjadi tempat penelitian dan
1) Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan dari hasil dokumentasi dari pengukuran kemudian diolah
1.1. Editing
Langkah ini dilakukan dengan maksud mengantisipasi kesalahan dari data yang
dikumpulkan, juga memonitor jangan sampai terjadi kekosongan dari data yang
dibutuhkan.
1.2. Coding
yang terdiri atas beberapa kategori (Hidayat, 2009). Coding merupakan usaha
sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontigensi (Hidayat, 2009).
Aplikasi pada penelitian ini, peneliti akan memasukkan data dengan cara
1.4. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukan,
dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut pembersihan data (data
missing data (data yang hilang), mengetahui variasi data dan mengetahui
2) Analisa Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik. Analitik
adalah masalah statistik yang bertujuan untuk mencari hubungan antara variabel.
komparatif tidak mencari hubungan antar variabel dengan ukuran kofisien korelasi
(Dahlan, S, 2010).
masing variable yang diteliti yaitu variable bebas dan variable ikat.
variable tersebut. Bila data yang diuji berdistribusi normal atau mendekati
dengan uji beda menggunakan statistic t-test. Jika ada perbedaan signifikan,
tolak dan Ha diterima bila didapatkan nilai p ≤ 0.05 dan Ho diterima dan Ha
ditolak bila didapatkan nilai p > 0,05. Hasil yang didapatkan kemudian dianalisa
F. Etika Penelitian
manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2009). Etika
penelitian mencakup juga perilaku peneliti atau perlakuan peneliti terhadap subjek
penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi masyarakat (Notoadmojo,
2012). Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:
1) Informed consent
penelitian dilakukan. Tujuan infoment consent adalah adalah agar subjek mengerti
maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka
peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada dalam
informed consent antara lain: partisipasi pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode
pada lembar pengumpulan data atau hasil peneliatian yang akan disajikan (Hidayat,
2009). Anonymity adalah salah satu hak responden untuk melindungi privasinya dan
salah satu cara yang paling aman untuk melindungi kerahasiaan dari data yang
tangan tidak mencantumkan nama responden, tetapi dengan menggunakan kode atau
inisial nama.
3) Confidentiality (Kerahasiaan)
yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset. (Hidayat, 2009). Masalah ini
merupakan masalah etika dengan memberikan janji bahwa setiap informasi yang
diberikan oleh responden tidak akan dipublikasikan dan diakses oleh orang lain.
Aplikasi penelitian ini peneliti tidak akan menyebarluaskan apapun hasil yang didapat
4) Juctice (Keadilan)
Responden harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah
G. Keterbatasan Penelitian
1) Dalam penelitian ini, peneliti belum dapat secara maksimal mengontrol faktor-faktor
yang mempengaruhi perubahan tingkat kecemasan responden. Selain itu jga peneliti
mempunyai keterbatasan dalam menemukan jumlah sampel yang lebih banyak yang
kecemasan pada pasien kemungkinan sepenuhnya bukan pengaruh dari terapi music
musical ini melainkan karena faktor lain. Hal ini disebabkan karena waktu penelitian
yang sangat singkat dan kemungkinan pasien sudah diberikan obat premedikasi
sebelumnya.
3) Pada saat penelitian, peneliti tidak dapat menyamakan waktu/jam untuk dilakukan