Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BABY BLUES SYNDROM PADA IBU NIFAS

Disusun untuk memenuhi


Pengembangan Profesi Kebidanan

Oleh :
Lia Nopianti, Am. Keb

PEMERINTAHAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR

2022
KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWr. Wb

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ANALISIS
FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA BABY BLUES SYNDROM PADA IBU NIFAS ini dapat
tersusun sampai dengan selesai..

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas pengembangan profesi. Penulis sangat berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami
berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kegiatan kebidanan.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Palembang, Desember 2022

Penulis
ANALISIS FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA BABY BLUES
SYNDROM PADA IBU NIFAS
LIA NOPIANTI

lia.nopianti86@gmail.com

ABSTRAK

Baby Blues Syndrom atau sering juga disebut Maternity Blues dimengerti sebagai suatu sindroma
gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak
pada hari ke tiga sampai kelima dan menyerang dalam rentang waktu 14 hari terhitung setelah
persalinan. Angka kejadian Baby blues atau postpartum blues di Asia cukup tinggi dan bervariasi
antara 26-85%, sedangkan di Indonesia angka kejadian Baby Blues atau postpartum blues antara 50-
70% dari wanita pasca persalinan. Faktor yang ingin diteliti oleh peniliti adalah kesiapan kehamilan
ibu, dukungan suami dan jenis persalinan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan
kesiapan kehamilan dengan baby blues syndrom, menganalisis hubungan dukungan suami dengan
baby blues syndrom dan menganalisis hubungan jenis persalinan dengan baby blues syndrom.
Analisis data menggunakan Regresi Linear ganda yaitu uji yang digunakan untuk menguji hipotesis
tentang hubungan dua variabel independen atau lebih secara bersama-sama dengan satu variabel
dependen Penelitian dilakukan terhadap 72 responden dengan hasil ada hubungan antara jenis
persalinan dengan kejadian baby blues syndrome karena nilai signifikansi jenis persalinan 0,010
dengan nilai P-Value 0,005. Terdapat hubungan antara kesiapan ibu dengan baby blues syndrome
karena didapatkan nilai siginifikansi kesiapan ibu adalah 0,36 dengan nilai P-value 0.05. Terdapat
hubungan antara dukungan suami dengan baby blues syndrome karena nilai siginifikan dukungan
suami sebesar 0,001 dengan nilai Pvalue 0,005. Ketiga factor tersebut memberikan kontribusi
terhadap baby blues syndrome

Kata Kunci : Baby Blues Syndrom, Faktor Penyebab, Masa Nifas


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wanita pada masa pasca persalinan akan menyesuaikan diri dalam peran barunya sebagai
seorang ibu. Wanita yang tidak dapat menyesuaikan diri pasca persalinan akan mengalami gangguan
psikologis, hal ini yang dinamakan dengan baby blues syndrome (Mansur, 2009). Ibu baru yang
mengalami baby blues syndrome akan mengalami gangguan emosional berupa kecemasan,
kurangnya konsentrasi, dan perasaan sedih yang mendominasi (Mansur, 2009).
Baby blues syndrome atau postpartum blues adalah suatu keadaan transien dari
peningkatan aktivitas emosional yang dialami wanita setelah melahirkan dalam jangka waktu satu
minggu. Gejala dari baby blues syndrome akan terlihat pada hari ke 3 hingga hari ke 5 dan akan
menghilang atau berlanjut hingga hari-hari berikutnya (American Psychiatric Association, 2000;
Gavin et al., 2005; Stone & Menken, 2008).
Penelitian Halbreich & Karkun (2006) menunjukkan angka kejadian baby blues syndrome di
dunia berkisar antara 0,5%-60%. Angka kejadian baby blues syndrome di Asia berkisar antara 3,5%-
63,3% (Klainin & Arthur, 2009). Angka kejadian baby blues syndrome di Indonesia antara 50%-70%
(Munawaroh, 2008). Angka persentase tersebut menunjukkan bahwa 50%-70% wanita akan
mengalami baby blues syndrome pasca melahirkan.
Baby blues syndrome dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya baby blues syndrome yaitu usia ibu dan paritas. Faktor-faktor yang
mempengaruhi baby blues syndrome biasanya dipengaruhi oleh beberapa sebab sehingga tanda dan
gejala baby blues syndrome merupakan mekanisme multifaktorial (Irawati & Yuliani, 2014). Hasil
penelitian yang dilakukan Machmudah (2010) menunjukkan bahwa ibu primipara yang mengalami
baby blues syndrome mencapai 88,9% atau 48 dari 52 responden. Hasil penelitian pada ibu
multipara memiliki persentase 11,1% atau 6 responden dari 28 ibu multipara. Hasil penelitian
Masruroh (2013) menunjukkan bahwa wanita primipara lebih mudah menderita postpartum blues
karena setelah melahirkan wanita primipara akan berada dalam masa adaptasi.
Kondisi setelah melahirkan bagi wanita primipara merupakan kondisi yang baru pertama kali
dialami sehingga bisa menimbulkan stres. Sebagian besar wanita primipara akan merasa cemas dan
gelisah pasca persalinan dikarenakan persalinan ini merupakan persalinan yang pertama baginya.
Hasil penelitian yang dilakukan Fatmawati (2015) menunjukkan bahwa ibu yang berusia kurang dari
20 tahun mengalami baby blues syndrome mencapai 88% atau sebanyak 23 responden, sedangkan
ibu yang berusia lebih dari 20 tahun hanya 26% atau sebanyak 14 responden. Wanita yang hamil
pada usia di bawah 20 tahun berisiko terhadap organ reproduksinya dikarenakan organ
reproduksinya belum siap dalam menerima kehamilan, sedangkan wanita yang hamil pada usia di
atas 35 tahun berisiko dalam persalinan dikarenakan organ reproduksinya mulai kendor dan kaku
(Supriatiningsih, 2009).

Ibu yang menderita post partum blues akan memiliki dampak pada
bayinya, seperti berat badan bayi turun karena tidak diberi ASI pada sang ibu. Ibu
akan mengalami kesulitan dalam mengasuh serta menjalin ikatan emosional yang
memadai terhadap bayi maupun anaknya yang lain. Dampaknya, anak-anak
mereka bisa mengalami gangguan emosional dan perilaku, keterlambatan
berbahasa dan gangguan kognitif. Bagi ibu sendiri, dalam kondisi berat bisa
memunculkan keinginan untuk mengakhiri penderitaan lewat jalan yang
membahayakan diri maupun anaknya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Baby Blues Syndrome

1. Pengertian
Syndrome baby blues adalah perasaan sedih yang dibawa ibu sejak hamil yang berhubungan
dengan kesulitan ibu menerima kehadiran bayinya. Perubahan ini sebenarnya merupakan respon
alami dari kelelahan pasca persalinan (Pieter dan Lubis, 2010).

Mansyur (2009) juga mnyebutkan bahwa Syndrome baby blues merupakan perasaan sedih yang
dialami oleh ibu setelah melahirkan, hal ini berkaitan dengan bayinya. Postpartum baby blues
adalah gangguan suasana hati yang berlangsung selama 3-6 hari pasca melahirkan. Syndrome baby
blues ini sering terjadi dalam 14 hari pertama setelah melahirkan, dan cenderung lebih buruk pada
hari ke tiga dan ke empat. Baby blues syndrome atau postpartum blues menurut Saleha (2009),
merupakan suatu gangguan psikologis sementara yang ditandai dengan memuncaknya emosi pada
minggu pertama setelah melahirkan. Suasana hati yang paling utama adalah kebahagiaan, namun
emosi penderita menjadi stabil. Baby blues syndrome atau stress pasca melahirkan merupakan suatu
kondisi umum yang sering di alami oleh seorang wanita yang baru melahirkan dan biasanya
terjadi pada 50% ibu baru. Baby blues sendiri merupakan suatu perasaan gembira
oleh kehadiran sang buah hati, namun disertai oleh perasaan cemas, kaget dan sedih sehingga dapat
menimbulkan kelelahan secara psikis pada sang ibu tersebut.

Muhammad (2011), menjelaskan bahwa Baby blues syndrome atau stress pasca persalinan,
merupakan salah satu bentuk depresi yang sangat ringan yang biasanya terjadi dalam 14 hari
pertama setelah melahirkan dan cenderung lebih buruk sekitar hari ketiga atau keempat pasca
persalinan. Postpartum Distress Syndrome atau yang juga sering disebut dengan Baby Blues
Syndrome merupakan reaksi psikologis yang berupa gejala depresi postpartum dengan tingkat
ringan. Syndrome ini muncul pasca melahirkan dan seringkali terjadi pada hari ketiga atau keempat
pasca partum dan memuncak pada hari kelima dan keempat belas pasca melahirkan (Medicastore,
2012).

Hampir sebagian besar ibu yang baru melahirkan mengalami baby blues. Sebuah kondisi depresi
pasca persalinan, yang jika tidak ditangani, akan berdampak pada perkembangan anak. Baby blues
syndrome atau postpartum syndrome adalah kondisi yang dialami oleh hampir 50% perempuan yang
baru melahirkan. Kondisi ini dapat terjadi sejak hari pertama setelah persalinan dan cenderung akan
memburuk pada hari ketiga sampai kelima setelah persalinan. Baby blues cenderung menyerap
dalam rentang waktu 14 hari terhitung setelah persalinan (Conectique, 2011).

2. Waktu dan Durasi Baby Blues Syndrome


Baby blues syndrome dapat terjadi segera setelah kelahiran, tapi akan segera
menghilang dalam beberapa hari sampai satu minggu. Apabila gejala berlangsung lebih dari satu
minggu itu sudah termasuk dalam depresi postpartum(Aprilia, 2010).
Kondisi ini merupakan periode emosional stres yang terjadi
antara hari ke 3 dan ke-l0 setelah persalinan yang terjadi sekitar 80% pada ibu
postpartum (Bahiyatun,2009).

3.Gejala-Gejala BabyBluesSyndrome
Ibu yang baru melahirkan dapat merasakan perubahan mood yang cepat
dan berganti-ganti (mood swing) seperti kesedihan, suka menangis, hilang nafsu
makan, gangguan tidur, mudah tersinggung, cepat lelah, cemas, dan merasa
kesepian. (Aprilia, 2010).
Beberapa gejala yang dapat mengindikasikan seorang ibu mengalami baby
blues syndrome Menurut Puspawardani (2011), adalah sebagai berikut :
a. Dipenuhi oleh perasaan kesedihan dan depresi disertai dengan menangis
tanpa sebab.
b. Mudah kesal, gampang tersinggung dan tidak sabaran.
c. Tidak memiliki atau sedikit tenaga.
d. Cemas, merasa bersalah dan tidak berharga.
e. Menjadi tidak tertarik dengan bayi anda atau menjadi terlalu memperhatikan
dan khawatir terhadap bayinya.
f. Tidak percaya diri.
g. Sulit beristirahat dengan tenang.

h. Peningkatan berat badan yang disertai dengan makan berlebihan.


i. Penurunan berat badan yang disertai tidak mau makan.
j. Perasaan takut untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya.
Sedangkan menurut Novak dan Broom (2009) gejala Baby Blues Syndrome
merupakan suatu keadaan yang tidak dapat dijelaskan, merasa sedih, mudah
tersinggung, gangguan pada nafsu makan dan tidur. Selanjutnya menurut Young
dan Ehrhardt (2009) gejala Baby Blues Syndrome antara lain :
1) Perubahan keadaan dan suasana hati ibu yang bergantian dan sulit
diprediksi seperti menangis, kelelahan, mudah tersinggung, kadang-
kadang mengalami kebingungan ringan atau mudah lupa.
2) Pola tidur yang tidak teratur karena kebutuhan bayi yang baru
dilahirkannya, ketidaknyamanan karena kelahiran anak, dan perasaan
asing terhadap lingkungan tempat bersalin.
3) Merasa kesepian, jauh dari keluarga, menyalahkan diri sendiri karena
suasana hati yang terus berubah-ubah.
4) Kehilangan kontrol terhadap kehidupannya karena ketergantungan bayi
yang baru dilahirkannya.

4. Penyebab Terjadinya Baby Blues Syndrome


Beberapa hal yang disebutkan sebagai penyebab terjadinya Baby Blues
Syndrome menurut Ummu (2012), di antaranya:
a. Perubahan hormonal.
Pasca melahirkan terjadi penurunan kadar estrogen dan progesterone
yang drastis, dan juga disertai penurunan kadar hormon yang dihasilkan
oleh kelenjar tiroid yang menyebabkan inudah lelah, penurunan mood, dan
perasaan tertekan.
b. Fisik
Kehadiran bayi dalam keluarga menyebabkan perubahan ritme
kehidupan sosial dalam keluarga, terutama ibu. Mengasuh si kecil sepanjang
siang dan malam sangat menguras energi ibu, menyebabkan berkurangnya
waktu istirahat, sehingga terjadi penurunan ketahanan dalam menghadapi
masalah.
c. Psikis
Kecemasan terhadap berbagai hal, seperti ketidakmampuan dalam
mengurus si kecil, ketidakmampuan mengatasi dalam berbagai
permasalahan, rasa tidak percaya diri karena perubahan bentuk tubuh dan
sebelum hamil serta kurangnya perhatian keluarga terutama suami ikut
mempengaruhi terjadinya depresi.

d. Sosial
Perubahan gaya hidup dengan peran sebagai ibu baru butuh adaptasi.
Rasa keterikatan yang sangat pada si kecil dan rasa dijauhi oleh lingkungan
juga berperan dalam depresi.
Penyebab baby blues syndrome diduga karena perubahan hormonal di dalam
tubuh wanita setelah melalul persalinan. Selama menjalani kehamilan, berbagai
hormon dalam tubuh ibu meningkat seinng pertumbuhan janin. Setelah melalu
tahap persalinan, jumlah produksi berbagai hormon seperti estrogen, progesteron,
dan endorphin mengalami perubahan yang dapat mempengaruhi kondisi
emosional ibu. Kelelahan flsik dan rasa sakit setelah persalinan, air susu yang
belum keluar sehingga bayi rewel dan payudara membengkak, serta dukungan
moril yang kurang dapat menjadi alasan lain timbulnya baby blues syndrome
(Suwignyo, 2010).
Sedangkan munculnya baby blues syndrome menurut Atus (2008), juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Dukungan sosial
Perhatian dari lingkungan terdekat seperti suami dan kelurga dapat
berpengaruh. Dukungan berupa perhatian, komunikasi dan hubungan
emosional yang hangat sangat penting. Dorongan moral dari teman-teman
yang sudah pernah bersalin juga dapat membantu. Dukungan sosial adalah
derajat dukungan yang diberikan kepada individu khususnya sewaktu
dibutuhkan oleh orang-orang yang memiliki hubungan emosional yang
dekat dengan orang tersebut (As’ari, 2005). Dukungan sosial adalah kenyamanan, bantuan, atau
informasi yang
diterima oleh seseorang melalui kontak formal dengan individu atau
kelompok (Landy dan Conte, 2007).
b. Keadaan dan kualitas bayi
Kondisi bayi dapat menyebabkan munculnya baby blues syndrome
misalnya jenis kelamin bayi yang tidak sesuai harapan, bayi dengan cacat
bawaan ataupun kesehatan bayi yang kurang baik.
c. Komplikasi kelahiran
Proses persalinan juga dapat mempengaruhi munculnya baby blues
syndrome misalnya proses persalinan yang sulit, pendarahan, pecah ketuban
dan bayi dengan posisi tidak normal.
d. Persiapan untuk persalinan dan menjadi ibu
Kehamilan yang tidak diharapkan seperti hamil di luar nikah,
kehamilan akibat perkosaan, kehamilan yang tidak terencana sehingga
wanita tersebut belum siap untuk menjadi ibu. Kesiapan menyambut
kehamilan dicerminkan dalam kesiapan dan respon emosionalnya dalam
menerima kehamilan. Seorang wanita memandang kehamilan sebagai suatu
hasil alami hubungan perkawinan, baik yang diinginkan maupun tidak
diinginkan, tergantung dengan keadaan. Sebagian wanita lain menerima
kehamilan sebagai kehendak alam dan bahkan pada beberapa wanita
termasuk banyak remaja, kehamilan merupakan akibat percobaan tanpa menggunakan kontrasepsi.
Awalnya mereka terkejut ketika tahu
bahwa dirinya hamil, namun seiring waktu mereka akan menerima
kehadiran seorang anak (Bobak, 2004).
e. Stresor psikososial
Faktor psikososial seperti umur, latar belakang sosial, ekonomi,
tingkat pendidikan dan respon ketahanan terhadap stresor juga dapat
mempengaruhi baby blues syndrome.
f. Riwayat depresi
Riwayat depresi atau problem emosional lain sebelum persalinan
Seorang dengan riwayat problem emosional sangat rentan untuk mengalami
baby blues syndrome.
g. Hormonal
Perubahan kadar hormon progresteron yang menurun disertai
peningkatan hormon estrogen, prolaktin dan kortisol yang drastis dapat
mempengaruhi kondisi psikologis ibu.
h. Budaya
Pengaruh budaya sangat kuat menentukan muncul atau tidaknya
baby blues syndrome. Di Eropa kecenderungan baby blues syndrome lebih
tinggi bila dibandingkan di Asia, karena budaya timur yang lebih menerima atau berkompromi
dengan situasi yang sulit daripada budaya
barat.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Baby Blues Syndrome
faktor-faktor yang menyebabkan baby blues syndrome menurut Sujiyatini dkk
(2010), yaitu:
a. Faktor hormonal berupa perubahan kadar estrogen, progeteron, prolaktin dan
estriol yang terlalu rendah. Kadar estrogen turun secara bermakna setelah
melahirkan ternyata estrogen memiliki efek serupsi aktifitas enzim non
adrenalin maupun serotin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian
depresi.
b. Ketidaknyamanan fisik yang dialami wanita menimbulkan gangguan pada
emosional seperti payudara bengkak, nyeri jahitan dan rasa mules.
c. Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan emosional yang
kompleks.
d. Faktor postpartum syndrome baby blues umum dan paritas (jumlah anak).
e. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
f. Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti tingkat
pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat
gangguan kejiwaan gangguan kejiwaan sebelumnya, social ekonomi.
g. Stres yang dialami ibu dalam keluarga karena banyak kebutuhan ditambah
ekonomi keluarga semakin memburuk.
h. Kelelahan pasca persalinan juga dapat mempengaruhi psikologis ibu.
i. Rasa memiliki bayi yang terlalu dalam sehingga timbul rasa takut yang
berlebihan akan kehilangan bayinya.
6. Dampak Baby Blues Syndrome
Jika kondisi baby blues syndrome tidak disikapi dengan benar, bisa
berdampak pada hubungan ibu dengan bayinya, bahkan anggota keluarga
yang lain juga bisa merasakan dampak dari baby blues syndrome tersebut.
Jika baby blues syndrome dibiarkan, dapat berlanjut menjadi depresi pasca
melahirkan, yaitu berlangsung lebih dan hari ke-7 pascapersalinan. Depresi
setelah melahirkan rata-rata berlangsung tiga sampai enam bulan. bahkan
terkadang sampai delapan bulan. Pada keadaan lanjut dapat mengancam
keselamatan diri dan anaknya (Kasdu, 2007).
a.Padaibu

1)Menyalahkankehamilannya
2)Seringmenangis
3)Mudahtersinggung
4) Sering terganggu dalam waktu istirahat atau insomnia berat
BAB V

KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan

Postpartum depression atau baby blues syndrome merupakan penyakit psikologis yang
dialami oleh 50-80% wanita pasca melahirkan. Minimnya media informasi mengenai gejala serta
cara penanganan membuat banyak ibu tidak menyadari bahwa dirinya terkena sindrom ini. Hal ini
ditambah dengan ketidaktahuan suami mengenai keberadaan sindrom ini, sehingga menghambat
proses penyembuhan. Padahal apabila tidak segera diatasi, sindrom ini dapat bertambah parah dan
menyebabkan hal-hal negatif.

Gejala baby blues yang dialami berbeda antara satu perempuan dengan yang lainnya, dari
hasil penelitian diatas penulis dapat mengambil kesimpulan gejala baby blues yang dialami
diantaranya :

a. Mudah kesal, gampang tersinggung dan tidak sabaran

b. Perasaan berubah-ubah dengan ekstrim

c. Hilangnya perasaan bahagia dan minat melakukan hal-hal yang baru

d. Kelelahan yang berkepanjangan


e. Menarik diri dari keluarga dan teman

f. Cemas dan perasaan bersalah terhadap bayi

a. Menjadi tidak tertarik dengan bayi

Faktor penyebab terjadinya baby blues sangat beragam dan berbeda antara satu individu
dengan lainnya. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan faktor penyebab terjadinya baby blues
diantaranya :

a. Faktor hormonal

b. Perubahan fisik khususnya pola istirahat yang berbeda dengan sebelumnya

c. Perubahan sosial yaitu berupa peran baru sebagai ibu

d. Peran keluarga yang kurang mendukung

e. Kondisi ekonomi dan gaya hidup

f. Kunjungan pasca melahirkan atau selama masa nifas

5.2 Saran Penulis

Kepada Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat agar lebih memperhatikan masalah baby blues
syndrome karena apabila tidak segera ditangani, sindrom ini dapat berakibat fatal.

Kepada pihak Universitas Kristen Maranatha agar tetap mempertahankan semua hal yang baik agar
dapat menghasilkan lulusan yang lebih baik. · Kepada diri sendiri untuk lebih tekun dalam berkarya
juga lebih memanfaatkan waktu yang ada

A. Saran-saran Berdasarkan simpulan diatas dan dengan menyadari adanya


keterbatasan pada hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti merasa
perlu untuk mengajukan saran, antara lain :

1. Kepada lembaga posyandu diharapkan dapat menambah sarana dan tempat yang
lebih baik dalam pelaksanaan kegiatan. Selain itu kepada petugas posyandu
diharapkan dapat meningkatkan kualitas diri, kemampuan dan keterampilan
dalam melayani masyarakat.

2. Kepada peserta posyandu diharapkan dapat lebih aktif dalam mengikuti


kegiatan. Sehingga dapat memperoleh manfaat yang maksimal dari adanya
kegiatan tersebut.
3. Kepada masyarakat diharapkan lebih memberikan dukungan kepada ibu pasca
melahirkan dan menghindari adanya body shaming terhadap ibu tersebut maupun
anaknya.

4. Penelitian selanjutnya semoga dapat melanjutkan penelitian ini dengan


menggunakan variabel berbeda misalnya mengenai dukungan keluarga, peran
suami dan peran ibu atau mertua dalam penanganan baby blues.

Anda mungkin juga menyukai