Anda di halaman 1dari 24

KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS


DENGAN BABY BLUES SYNDROME

DOSEN PEMBIMBING
ESTI NURJANAH., S. Kep., Ns., M. Kes

OLEH
ETI HERAWATI
NUR ANISAH
TITI DWI C
SEPTIADI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON


2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kehamilan dan periode setelah melahirkan merupakan transisi besar


dalam hidup dengan perubahan dan tantangan pada seorang wanita.
Perbedaan antara respons alami terhadap transisi ini dan pengobatan
gangguan yang membutuhkan bisa sulit untuk dideteksi, baik untuk ibu baru
dan untuk orang-orang di sekelilingnya. Bagi banyak wanita, pada periode ini
terjadi peningkatan kerentanan psikologis dan kesusahan, yang terdeteksi di
seluruh spektrum baik bagi kesejahteraan wanita itu, ikatan antara ibu dan
anak, dan untuk seluruh keluarga.

Baby blues syndrome atau sering disebut juga dengan istilah maternity
blues atau postpartum blues adalah gangguan emosi ringan yang biasanya
terjadi dalam kurun waktu 2 minggu atau 14 hari setelah ibu melahirkan.
Istilah blues ini mengacu pada arti “keadaan tertekan”. Sesuai dengan arti
katanya, maka tanda-tanda dari sindrom ini adalah adanya gejala-gejala
gangguan emosi seperti menangis, sering merasa cemas, tidak percaya diri,
sulit beristirahat dengan tenang dan mood yang sering berubah-ubah.

Sindrom ini dialami oleh hampir sekitar 15-85% ibu pasca


melahirkan. Baby blues syndrome perlu dibedakan dengan postpartum
depression, dimana pada postpartum depression gejalanya lebih berat dan
sering serta onsetnya lebih dari 2 minggu.

Banyak faktor yang bisa menyebabkan baby blues syndrome, yaitu:


faktor dari ibu, bayi yang dilahirkan dan lingkungan sekitar. Kelelahan saat
melahirkan, kesulitan menyusui, trauma melahirkan dan depresi saat
mengandung dan canggung mengurus bayi adalah beberapa contoh faktor
yang berasal dari ibu. Faktor kesulitan menyusui dan canggung mengurus
bayi biasanya terjadi pada kelahiran pertama, hal ini dikarenakan sang ibu
belum terbiasa dan berpengalaman mengurus bayi. Bahkan ada beberapa ibu

2
yang takut menyentuh bayinya karena melihat bayinya sangat kecil dan
rapuh.

Faktor hormon juga berpengaruh dalam terjadinya sindrom ini,


dimana perubahan keseimbangan hormon akibat melahirkan membuat
ketidak-seimbangan emosi dari sang ibu. Kondisi dari bayi yang baru lahir
merupakan faktor yang berasal dari sang bayi, contohnya saja: bayi lahir
dengan berat badan rendah atau bayi lahir dengan kondisi yang tidak normal.
Faktor dari lingkungan dapat berasal dari mertua, tetangga bahkan suami atau
ayah bayi sendiri.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi

Baby blues/postnatal blues/ maternity blues adalah fenomena ringan


dan sementara ditandai terutama oleh perasaan menangis, lelah, cemas,
pelupa, kacau, overemotional, perubahan suasana hati dan tidak bersemangat
yang terjadi selama hari-hari pertama masa nifas. Umumnya terjadi antara 7-
10 hari pertama setelah melahirkan.
Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan
tidak nyaman (kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah
persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun
dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada saat persalinan,
terjadi perubahan hormon yang melibatkan endorphin, progesteron, dan
estrogen dalam tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental
dan emosional Ibu.

B. Epidemiologi
Baby blues sudah dikenal sejak lama. Savage pada tahun 1875 telah
menulis referensi di literatur kedokteran mengenai suatu keadaan disforia
ringan pasca-salin yang disebut sebagai “milk fever” karena gejala disforia
tersebut muncul bersamaan dengan laktasi. Dewasa ini, baby blues syndrome
atau sering juga disebut maternity blues atau postpartum blues dimengerti
sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam
minggu pertama setelah persalinan, dan ditandai dengan gejala-gejala seperti:
reaksi depresi/sedih/disforia, menangis, mudah tersinggung (iritabilitas),
cemas, labilitas perasaan, cenderung menyalahkan diri sendiri, gangguan
tidur dan gangguan nafsu makan.
Gangguan suasana hati ini dialami oleh sekitar 50% wanita dalam 3-6
hari setelah melahirkan. Prevalensi baby blues telah dilaporkan setinggi 83%
dalam studi dari Tanzania dan 8 % pada wanita di Jepang. Angka kejadian

4
yang rendah di Jepang dikaitkan dengan isu perbedaan budaya dan terutama
pengaruh budaya dalam mendukung keluarga selama masa nifas.
Dalam dekade terakhir ini, banyak peneliti dan klinisi yang memberi
perhatian khusus pada gejala psikologis yang menyertai seorang wanita pasca
salin, dan telah melaporkan beberapa angka kejadian dan berbagai faktor
yang diduga mempunyai kaitan dengan gejala-gejala tersebut. Berbagai studi
mengenai baby blue syndrome di luar negeri melaporkan angka kejadian yang
cukup tinggi dan sangat bervariasi antara
26-85%, yang kemungkinan disebabkan karena adanya perbedaan
populasi dan kriteria diagnosis yang digunakan. Untuk di Indonesia dari
penelitian Wratsangka pada tahun 1996 di RS Hasan Sadikin Bandung,
ditemukan 33% wanita pasca persalinan mengalami baby blue syndrome.
Hasil penelitian di berbagai tempat yang ditelaah Bagian Obstetri dan
Ginekologi FKUI-RSCM menunjukkan, paling sedikit terdapat 26%.

C. Etiologi
1. Ketidakseimbangan hormonal.
Jumlah hormon wanita seperti estrogen dan progesteron meningkat
secara tajam pada saat kehamilan. Pada minggu-minggu setelah
melahirkan, jumlah hormon estrogen dan progesteron lebih menurun dari
jumlah sebelum kehamilan. Fluktuasi tiba-tiba pada tingkat hormonal ini
berhubungan dengan gejala dari depresi yang dialami seorang ibu baru.
Wanita lebih rentan pada ketidak seimbangan hormonal dari pria. Itu
disebabkan terjadinya reaksi kimia antara hormon dan otak yang
meningkatkan risiko terjadinya baby blues syndrome.

2. Hormon Thyroid.
Kelenjar thyroid berukuran kecil dan terletak di leher. Beberapa
wanita mengalami penurunan hormon thyroid setelah melahirkan.
Rendahnya hormon thyroid akan menyebabkan gejala depresi, irritabilitas,
berkurangnya minat pada aktivitas biasa, kelemahan dan peningkatan berat
badan. Akan tetapi tidak semua wanita mengalami baby blues syndrome
akibat ketidakseimbangan hormon thyroid.

5
3. Perubahan gaya hidup.
Ibu baru mengalami banyak perubahan gaya hidup, dan beberapa
kan berkontribusi dalam terjadinya baby blue syndrome. Lingkungan yang
meningkatkan risiko gejala baby blues syndrome antara lain:
▪ Perubahan jadwal sehari-hari akibat bayi yang baru lahir
▪ Kepikiran pada berat badan dan bentuk tubuh setelah hamil
▪ Kelelahan dan kurang tidur setelah melahirkan anak
▪ Sedikitnya dukungan dalam merawat bayi
▪ Khawatir akan kemampuan untuk menjadi ibu yang baik depresi

Peyebab lain menurut para ahli adalah :


 Sarafino (Yanita dan Zamralita, 2001), faktor lain yang dianggap sebagai
penyebab munculnya gejala ini adalah masa lalu ibu tersebut, yang mungkin
mengalami penolakan dari orang tuanya atau orang tua yang overprotective,
kecemasan yang tinggi terhadap perpisahan, dan ketidakpuasaan dalam
pernikahan. Perempuan yang memiliki sejarah masalah emosional rentan
terhadap gejala depresi ini, kepribadian dan variable sikap selama masa
kehamilan seperti kecemasan, kekerasan dan kontrol eksternal berhubungan
dengan munculnya gejala depresi.
 Llewellyn–Jones (1994), karakteristik wanita yang berisiko mengalami
depresi postpartum adalah : wanita yang mempunyai sejarah pernah
mengalami depresi, wanita yang berasal dari keluarga yang kurang harmonis,
wanita yang kurang mendapatkan dukungan dari suami atau orang–orang
terdekatnya selama hamil dan setelah melahirkan, wanita yang jarang
berkonsultasi dengan dokter selama masa kehamilannya misalnya kurang
komunikasi dan informasi, wanita yang mengalami komplikasi selama
kehamilan.

6
D. Faktor resiko
Individu yang berisiko mengalami baby blues antara lain:
a. Mempunyai riwayat premenstrual syndrome atau depresi sebelum hamil.
Perempuan dengan riwayat ini mempuyai risiko lebih tinggi untuk
terjadinya baby blues. Bloch (2005) mengidentifikasi faktor risiko yang
menyebabkan gangguan mood ibu postpartum adalah gangguan mood pada
trimester tiga.
b. Stressor psikososial selama kehamilan atau persalinan
c. Keadaan atau kualitas bayi
Kondisi kesehatan bayi akan menjadi tambahan stessor bagi ibu, bayi
menjadi lebih membutuhkan perhatian, perawatan khusus dan lebih banyak
membutuhkn biaya. Hal ini banyak dialami oleh ibu yang melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah.
d. Melahirkan dibawah usia 20 tahun
Hal ini dikaitkan dengan kesiapan remaja dalam perubahan perannya
sebagai ibu, antara lain kesiapan fisik, mental, finansial dan sosial.
e. Kehamilan yang tidak direncanakan
f. Dukungan sosial (terutama dari suami dan keluarga)
Buruknya hubungan perkawinan dan tidak adekuatnya dukungan sosial
akan mempengaruhi kondisi psikologis ibu.
g. Status sosial ekonomi
Hal ini dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhn dan perawatan pada bayi.

E. Patofisiologi

Baby blues bisa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor biologis
dan faktor emosi. Ketika bayi lahir, terjadi perubahan level hormon yang sangat
mendadak pada ibu. Hormon kehamilan (estrogen dan progesteron) secara mendadak
mengalami penurunan 72 jam setelah melahirkan dan juga disertai penurunan kadar
hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang menyebabkan mudah lelah,
penurunan mood, dan perasaan tertekan serta di lain sisi terjadi peningkatan dari
hormon menyusui.
Perubahan hormon yang cepat inilah bisa mencetuskan terjadinya baby blue
syndrome. Level neurosteroid berasal dari hormon progesteron yang mengalami
fluktuasi selama siklus menstruasi dan memuncak saat kehamilan. Hormon sex yang
dinamakan neurosteroid berikatan dengan beberapa tipe reseptor termasuk reseptor
GABAA untuk memodulasi eksitabilitas dari sel otak. Kekurangan delta subunit

7
reseptor GABAA pada wanita menunjukkan sikap depresi dan gangguan cemas
setelah melahirkan.Pemberian antidepresan saat kehamilan akan berefek panjang
pada sistem serotonin dan berpengaruh pada sensitivitas reseptor GABAA.
Sebagian besar ibu tidak siap untuk untuk menghadapi kelahiran bayinya,
mereka juga sangat khawatir bayi mereka yang terkena penyakit jaundice dan
kesulitan makan yang merupakan memiliki masalah kesehatan yang umum bagi bayi.
Selain itu, ibu yang pertama kali memiliki bayi merasa tidak sanggup merawat
bayinya seorang diri di rumah baik itu dari segi kasih sayang maupun dari segi
finansial. Baby blues syndrome juga sangat mungkin terjadi oleh para ibu yang
pernah mengalami trauma melahirkan atau mengalami kejadian yang sangat
menyedihkan selama mengandung.

F. Pathway

 Faktor psikologi ibu


 Faktor keluarga
 Faktor sosek rendah
 Konflik peran
 Faktor Hormonal
 Faktor Bayi
 Faktor penyakit psikologis

Post partum blues

Perubahan psikologi

Sensitivitas
Penambahan keluarga baru

Kurang Pengetahuan

Perubahan emosi

Kebutuhan bertambah

menangis

Penambahan pola peran

Gangguan Pola Tidur

8
Ansietas
G. Klasifikasi

A. Ringan : post partum blues atau sering juga maternity blues atau sindroma ibu
baru diartikan sebagai suatu sindroma gangguan efek yang sering tampak
pada minggu pertama setelah persalinan ditandai dengan gejala –gejala :
reaksi depresi atau sedih (disporia), sering menagis, mudah
tersinggung,cemas, labilitas perasaan.

B. Berat : depresi berat dikenal sebagai sindroma depresi non psikotik pada
kehamilan namun umumnya terjadi dalam beberapa minggu sampai bulan
setelah kelahiran. Gejala – gejala depresi berat : perubahan pada mood,
gangguan pada pola tidur, perubahan mental dan libido, dapat pula muncul
phobia, ketakutan, menyakiti diri sendiri atau bayinya, depresi berat akan
memiliki resiko tinggi pada wanita atau keluarga yang pernah mengalami
kelainan psikiatrik atau pernah mengalami premenstrual sindrom.
Kemungkinan rekuren pada kehamilan berikutnya.
H. Gejala Klinis

Kebanyakan wanita akan mengalami perubahan suasana hati dalam minggu-minggu


setelah kelahiran anak. Kondisi ini biasanya ringan dan sementara, perubahan emosi
pada hari puncak yaitu hari ke 4 atau ke 5 dan kembali normal pada hari ke 10 serta
tidak disertai oleh keinginan bunuh diri. Beberapa gejala baby blue syndrome:

9
1 Dipenuhi oleh perasaan kesedihan dan depresi disertai dengan menangis
tanpa sebab
2 Mudah kesal, mudah tersinggung dan tidak sabar
3 Tidak memiliki atau kurang bertenaga
4 Cemas, merasa bersalah dan tidak berharga
5 Menjadi tidak tertarik dengan bayi atau menjadi terlalu memperhatikan dan
kuatir terhadap bayinya
6 Tidak percaya diri
7 Sulit beristirahat dengan tenang atau tidur lebih lama
8 Peningkatan berat badan yang disertai dengan makan berlebihan
9 Penurunan berat badan yang disertai tidak mau makan
10 Perasaan takut untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya

Keadaan ini akan terjadi beberapa hari saja setelah melahirkan dan biasanya
akan berangsur-angsur menghilang dalam beberapa hari dan masih dianggap sebagai
suatu kondisi yang normal terkait dengan adaptasi psikologis postpartum. Apabila
memiliki faktor predisposisi dan pemicu lainnya maka dapat berlanjut menjadi
depresi postpartum.

I. Diagnosis

Terdapat gejala berupa kesedihan, disfori, sering menangis dan ketergantungan


untuk “lengket”. Kondisi ini berlangsung beberapa hari, perubahan emosi pada hari
puncak yaitu hari ke 4 atau ke 5 dan kembali normal pada hari ke 10.
Skrining untuk mendeteksi gangguan mood/depresi sudah merupakan acuan
pelayanan pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat dipergunakan
beberapa kuesioner dengan alat bantu. Edinburgh Postnatal Depression Scale
(EPDS) merupakan kuesioner dengan validasi yang teruji yang dapat mengukur
intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan-
pertanyaan berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah
serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada postpartum blues. Kuesiner ini terdiri
dari 10 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan memiliki 4 pilihan jawaban yang
mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai dengan gradasi perasaan yang
dirasakan ibu pasca salin saat itu. Pertanyaan harus dijawab sendiri oleh ibu dan rata
rata dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit, nilai scoring lebih besar 12 memiliki
sensitifitas 86% dan nilai prediksi positif 73% untuk mendiagnosis postpartum blues.

10
EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca salin dan bila hasilnya
meragukan dapat diulangi pengisiannya 2 minggu kemudian.

J. Penatalaksanaan

- Psikoterapi

Dapat diajarkan mengenai mekanisme pemecahan masalah dan


merencanakan tujuan yang realistis, terapi marital, dan terapi keluarga
juga membantu.

- Antidepresan
Sangat dianjurkan pemberian antidepresan pada kasus yang berat.
Antidepresan yang digunakan seperti: Fluoxetine (Prozac) 10-60 mg/hari,
Sertraline (Zoloft) 50-200 mg/hari, Paroxetine (Paxil) 20-60 mg/hari,
Citalopram (Celexa) 20-60 mg/hari, atau escitalopram (Lexapro) 10-20
mg/hari. Bila ibu menyusui pertimbangkan keuntungan dan efek samping
antidepresan.
- Terapi hormonal
Pergantian hormon esterogen diharapkan dapat mengatasi penurunan
esterogen yang berkaitan dengan kelahiran secara cepat. Walaupun data
yang ada masih terbatas.
- Dengan terapi yang tepat, baby blues syndrome dapat diatasi dalam
beberapa bulan, beberapa kasus dijumpai mencapai satu tahun. Penting
melanjutkan terapi walaupun kedaan telah terasi. Terlalu cepat
menghentikan pengobatan dapat menyebabkan relaps.

K. Pencegahan

1. Persiapan diri yang baik, artinya persiapan diri yang baik padasaat
kehamilan sangat diperlukan sehingga saat kelahiran memiliki
kepercayaan diri yang baik dan mengurangi terjadinya resiko depresi post
partum. Kegiatan yang dapat ibu lakukan adalah dengan membaca artikel
atau buku yang ada kaitannyadengan kelahiran, mengikuti kelas prenatal,
bergabung dengan kelompok senam hamil. Ibu dapat memperoleh banyak
informasi yang diperlukan sehingga pada saat kelahiran ibu sudah siap
dalam hal traumatis yang mungkin mengejutkan dapat dihindari.

11
2. Olahraga dan nutrisi yang cukup, dengan olahraga dapat menjaga kondisi
dan stamina sehingga dapat membuat kedaan emosi juga lebih baik.
Nutrisi yang baik, baik asupan makanan maupun minum sangat penting
pada periode post partum. Usahakan mendapatkan keseimbangan dari
kedua hal ini.

3. Support mental dan lingkungan sekitar, support mental sangat


diperlukan pada periode post partum. Dukungan ini tidak hanya dari
suami tapi dari keluarga, teman dan lingkungan sekitar. Jika ingi
bercerita ungkapkan perasaan emosi dan perubahan hidup yang dialami
kepada orang yang dipercaya dapat menjadi penggemar yang baik. Ibu
post partum harus punya keyakinan bahwa lingkungan akan mendukung
dan selalu siap membantu jika mengalami kesulitan. Hal tersebut akan
membuat ibu merasa lebih baik dan mengurangi resiko terjadinya depresi
post partum.

4. Ungkapkan apa yang dirasakan, ibu post partum jangan memendam


perasaan sendiri. Jika mempunyai masalah harus segera dibicarakan baik
dengan suami maupun teman terdekat. Petugas kesehatan dapat
membantu ibu untuk mengungkapkan perasaan dan emosi ibu agar lebih
nyaman.

5. Mencari informasi tentang depresi post partum, informasi tentang depresi


post partum yang kita berikan akan sangabermanfaat sehingga ibu
mengetahui faktor – faktor pemicu sehingga dapat mengantisipikasi atau
mencari bantuan jika menghadapi kondisi tersebut. Ibu juga harus
mempelajari keadaan dirinyasehingga ketika sdar terhadap kondisi ini
akan mendapat bantuan secepatnya. Bergabung dengan orang yang
pernah mengalami depresi post partum dapat membantuibu memperoleh
informasi terhadap gejala dan hal nyata yang dialami.

12
6. Menghindari perubahan hidup yang drastis, maksudnya perubahan hidup yang
drastis sesudah kelahiran aka berpengaruh terhadap emosional ibu sehingga
sebisa mungkin sebaiknya dihindari misalnya pindah kerja, pindah kerumah
yang baru. Hiduplah dengan wajarseperti sebelum melahirkan

7. Melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, membersihkan rumah,


merawat tanaman dan pekerjaan rumah tangga lainnya yang dapat membantu
melupakan gejolak emosi yang timbul pada periode post partum. Saat kondisi ibu
masih labil bisa dilampiaskan dengan melakukan pekerjaan rumah tangga. Ibu
dapat meminta dukungan dari keluarga dan lingkungan meski mempunyai
pembantu rumah tangga ibu dapat melakukan aktivitas tersebut.

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian
Pengenalan gejala mood merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh perawat
perinatal. Rencana keperawatan harus merefleksikan respons perilaku yang
diharapkan dari gangguan tertentu. Rencan individu didasarkan pada karakteristik
wanita dan keadaannya yang spesifik. Suami atau pasangan wanita tersebut juga
dapat mengalami gangguan emosional akibat perilaku wanita tersebut.
Pengkajian pada pasien post partum blues menurut Bobak ( 2004 ) dapat dilakukan pada
pasien dalam beradaptasi menjadi orang tua baru. Pengkajiannya meliputi ;
a. Identitas klien.
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record
dan lain-lain
b. Keluhan Utama
Mudah marah, cemas, melukai diri
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada Ibu dengan depresi postpartum biasanya terjadi kurang nafsu makan,
sedih – murung, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa
terganggu dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Berhubungan dengan kejadian pada persalinan masa lalu serta kesehatan pasien
3) Riwayat kesehatan keluarga
Berhubungan dengan dukungan keluarga terhadap keadaan pasien
d. Riwayat Persalinan
Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses kelahiran itu
sendiri dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam upaya retrospeksi
diri (Konrad, 1987). Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah membuat
suatu rencana tertentu tentang kelahiran anak mereka, hal-hal yang mencakup
kelahiran pervagina dan beberapa intervensi medis. Apabila pengalaman mereka
dalam persalinan sangat berbeda dari yang diharapkan (misalnya ; induksi,
anestesi epidural, kelahiran sesar), orang tua bisa merasa kecewa karena tidak bisa
mencapai yang telah direncanakan sebelumnya.
Apa yang dirasakan orang tua tentang pengalaman melahirkan sudah pasti akan
mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.

14
e. Citra Diri Ibu
Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan seksualitas ibu.
Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa nifas dapat
mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam menjadi orang tua. Konsep diri
dan citra tubuh ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya. Perasaan-perasaan
yang berkaitan dengan penyesuaian perilaku seksual setelah melahirkan seringkali
menimbulkan kekhawatiran pada orang tua baru. Ibu yang baru melahirkan bisa
merasa enggan untuk memulai hubungan seksual karena takut merasa nyeri atau
takut bahwa hubungan seksual akan mengganggu penyembuhan jaringan
perineum.
f. Interaksi Orang Tua-Bayi
Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi interaksi orang
tua dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran anak meliputi perilaku
adaptif dan perilaku maladatif. Baik ibu maupun ayah menunjukkan kedua jenis
perilaku maupun saat ini kebanyakan riset hanya berfokus pada ibu. Banyak orang
tua baru mengalami kesulitan untuk menjadi orang tua sampai akhirnya
keterampilan mereka membaik. Kualitas keibuan atau kebapaan pada perilaku
orang tua membantu perawatan dan perlindungan anak. Tanda-tanda yang
menunjukkan ada atau tidaknya kualitas ini, terlihat segera setelah ibu
melahirkan, saat orang tua bereaksi terhadap bayi baru lahir dan melanjutkan
proses untuk menegakkan hubungan mereka.
g. Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif
Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua terhadap
kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan mereka, respon
social yang tidak matur, dan ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukkan
perilaku yang adaptif ketika mereka merasakan suka cita karena kehadiran
bayinya dan karena tugas-tugas yang diselesaikan untuk dan bersama anaknya,
saat mereka memahami yang dikatakan bayinya melalui ekspresi emosi yang
diperlihatkan bayi dan yang kemudian menenangkan bayinya, dan ketika mereka
dapat membaca gerakan bayi dan dapat merasa tingkat kelelahan bayi. Perilaku
maladaptif terlihat ketika respon orang tua tidak sesuai dengan kebutuhan
bayinya. Mereka tidak dapat merasakan kesenangan dari kontak fisik dengan anak
mereka. Bayi-bayi ini cenderung akan dapat diperlakukan kasar. Orang tua tidak
merasa tertarik untuk melihat anaknya. Tugas merawat anak seperti memandikan
atau mengganti pakaian, dipandang sebagai sesuatu yang menyebalkan. Orang tua
tidak mampu membedakan cara berespon terhadap tanda yang disampaikan oleh
bayi, seperti rasa lapar, lelah keinginan untuk berbicara dan kebutuhan untuk
dipeluk dan melakukan kontak mata. Tampaknya sukar bagi mereka untuk
menerima anaknya sebagai anak yang sehat dan gembira.
h. Struktur dan Fungsi Keluarga
Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues ialah
melihat komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita terhadap
perannya sebagai ibu sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan pasangannya,
ibunya dengan keluarga lain, dan anak-anak lain. Perawat dapat membantu
meringankan tugas ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji kemungkinan
konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga dan membantu ibu

15
merencanakan strategi untuk mengatasi masalah tersebut sebelum keluar dari
rumah sakit
i. Perubahan Mood.
Kurang nafsu makan, sedih – murung, perasaan tidak berharga, mudah marah,
kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan fisik, sulit
konsentrasi, melukai diri, anhedonia, menyalahkan diri, lemah dalam kehendak,
tidak mempunyai harapan untuk masa depan, tidak mau berhubungan dengan
orang lain. Di sisi lain kadang ibu jengkel dan sulit untuk mencintai bayinya yang
tidak mau tidur dan menangis terus serta mengotori kain yang baru diganti. Hal
ini menimbulkan kecemasan dan perasaan bersalah pada diri ibu walau jarang
ditemui ibu yang benar–benar memusuhi bayinya.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas
b. Gangguan Pola Tidur
c. Kurang Pengetahuan

16
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Ansietas NOC : NIC :
Definisi :  Anxiety control
Perasaan gelisah Anxiety Reduction
 Coping
yang tak jelas dari (penurunan
 Impulse control
ketidaknyamanan kecemasan)
Kriteria Hasil :
atau ketakutan yang - Gunakan
 Klien mampu
disertai respon pendekatan
autonom (sumner mengidentifikasi dan
yang
tidak spesifik atau mengungkapkan
menenangkan
tidak diketahui oleh gejala cemas
- Nyatakan
individu); perasaan  Mengidentifikasi,
keprihatinan dengan jelas
mengungkapkan dan
disebabkan dari harapan
menunjukkan tehnik
antisipasi terhadap terhadap
untuk mengontol
bahaya. Sinyal ini pelaku pasien
merupakan cemas
- Jelaskan
peringatan adanya  Vital sign dalam
semua
ancaman yang akan batas normal
prosedur dan
datang dan  Postur tubuh,
memungkinkan apa yang
ekspresi wajah,
individu untuk dirasakan
bahasa tubuh dan
mengambil langkah selama
tingkat aktivitas
untuk menyetujui prosedur
terhadap tindakan menunjukkan
- Pahami
Ditandai dengan berkurangnya
prespektif
 Gelisah kecemasan
pasien terhdap
 Insomnia
situasi stres
 Resah - Temani pasien
 Ketakutan untuk
 Sedih memberikan
 Fokus pada keamanan dan
diri mengurangi
 Kekhawatiran takut
 Cemas - Berikan
informasi
faktual
mengenai
diagnosis,
tindakan
prognosis
- Dorong
keluarga untuk
menemani
anak
17
- Lakukan
back / neck
rub
- Dengarkan
dengan penuh
perhatian
- Identifikasi
tingkat
kecemasan
- Bantu pasien
mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
- Dorong pasien
untuk
mengungkapk
an perasaan,
ketakutan,
persepsi
- Instruksikan
pasien
menggunakan
teknik
relaksasi
- Barikan obat
untuk
mengurangi
kecemasan

2. Gangguan pola tidur NOC: NIC :


berhubungan dengan:  Anxiety Control
Sleep Enhancement
- Psikologis : usia  Comfort Level - Determinasi
tua, kecemasan,  Pain Level efek-efek
agen biokimia,  Rest : Extent and Pattern medikasi
suhu tubuh, pola  Sleep : Extent and terhadap pola
aktivitas, depresi, Pattern tidur
kelelahan, takut, Gangguan pola tidur pasien - Jelaskan
kesendirian. teratasi dengan kriteria
pentingnya
- Lingkungan : hasil:
 Jumlah jam tidur dalam tidur yang
kelembaban,
batas normal adekuat
kurangnya
 Pola tidur,kualitas dalam - Fasilitasi
privacy/kontrol
batas normal untuk
tidur, pencahayaan,
18
medikasi  Perasaan fresh sesudah mempertahan
(depresan, tidur/istirahat kan aktivitas
stimulan),kebisinga  Mampu sebelum tidur
n. mengidentifikasi hal-hal (membaca)
yang meningkatkan tidur - Ciptakan
lingkungan
yang nyaman
- Kolaborasi
pemberian
obat tidur

3. Kurang pengetahuanNOC NIC


(keluarga) tentang
Pengetahuan: perawatan bayiPengajaran:
perawatan bayi dan Indikator: Perawatan Bayi
pemulihan diri  Mendeskripsikan Aktivitas:
berhungan dengan karakteristik bayi - Demonstarikan
kurang terpaparnya normal dan jelaskan
keluarga terhadap tentang
 Mendeskripsikan
informasi yang
perkembangan bayi perawatan bayi
adekuat
normal kepada orang
 Mendeskripsikan tua dan
posisi bayi yang tepat keluarga
 Mendeskripsikan - Berikan
isapan ASI bayi yang panduan
nutritive dan yang tentang
tidak perkembangan
 Mendeskripsikan selama 1 tahun
teknik menyusui bayi kehidupan
 Mendeskripsikan cara - Berikan
memandikan bayi informasi
 Mendeskripsikan tentang
perawatan tali pusat penambahan
 Mendeskripsikan pola makanan
tidur-bangun bayi cairan selama 1
 Mendeskripsikan tahun pertama
komunikasi dengan - Berikan
bayi informasi
 Mendeskripsikan tentang
kebutuhan adanya perkembangan
perawatan khusus gigi dan higien
oral selama 1
tahun pertama
- Dorong orang
tua untuk

19
berbicara dan
bercerita
kepada bayi
- Berikan
panduan
tentang
perubahan pola
tidur selama 1
tahun pertama
- Berikan
panduan
tentang
perubahan pola
eliminasi
selama 1 tahun
pertama
- Dorong orang
tua untuk
memegang ,
menyentuh dan
masase bayi
- Dorong
keluarga untuk
memberikan
stimulasi
auditori,dan
visual untuk
meningkatkan
pertumbuhan
- Dorong orang
tua bermain
dengan bayi
- Demonstarsika
n cara orang
tua
menstimulasi
perkembangan
bayi
- Informasikan
kepada orang
tua pentingnya
perawatan
kesehatan bayi
dan imunsasi
20
bayi secara
teratur

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Baby Blues Syndrome adalah tekanan atau stress yang dialami oleh seorang
wanita pasca melahirkan karena penderita beranggapan bahwa kehadiran bayi
akan mengganggu atau merusak suatu hal dalam hidupnya seperti
karier,kecantikan/penampilan dan aktifitas rutin yang dianggap penting dalam
hidupnya. Penderita baby blue syndrome kebanyakan adalah kalangan wanita
karier,artis, model dan wanita modern, tetapi syndrom ini tidak menutup
kemungkinan menyerang pada wanita muda (pernikahan dini) dan semua wanita
pasca melahirkan. Perubahan sikap yang negatif dengan kondisi emosional yang
kurang terkontrolseperti sering marah, cepat tersinggung, dan menjauh dari bayi
yang baru dilahirkan,susah tidur dan tiba-tiba sering menangis. Apabila ini tidak
segera ditangani berdampak negatif terhadap kesehatan jiwa penderita. Sindrom
ini umumnya terjadidalam 14 hari pertama setelah melahirkan, dan cenderung
lebih buruk sekitar hari ketiga atau empat setelah persalinan.

Individu yang berisiko mengalami baby blues antara lain, mempunyai riwayat
premenstrual syndrome atau depresi sebelum hamil, stressor psikososial selama
kehamilan atau persalinan, keadaan atau kualitas bayi, melahirkan dibawah usia
20 tahun,hal ini dikaitkan dengan kesiapan remaja dalam perubahan perannya
sebagai ibu, antara lain kesiapan fisik, mental, finansial dan sosial., kehamilan
yang tidak direncanakan, dukungan sosial (terutama dari suami dan keluarga,
status sosial ekonomi, hal ini dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhn dan
perawatan pada bayi.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim Rusdi. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
dari PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
Atmajaya, PT. Nuh Jaya
2. Maslim Rusdi. 2001. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi Ketiga.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya, PT. Nuh Jaya
3. Machmudah. 2010. Pengaruh persalinan dengan komplikasi terhadap
kemungkinan terjadinya postpartum blues di Kota Semarang. Tesis.
Universitas Indonesia. Jakarta.
4. Sadock BJ, Sadock VA. 2010. Kaplan & Sadock’s Buku Ajar Psikiatri Klinis.
Edisi 2. Jakarta. EGC.
5. Asyiqin Ramdan. 2013. Referat Baby Blues. Diakses pada tanggal 2 oktober
2016 . https://www.scribd.com/doc/190302056/Baby-Blues-Syndrome-
Referat
6. https://www.scribd.com/doc/242045205/Makalah-Baby-Blues. Diakses pada
tanggal 2 oktober 2016 .
7. Dice Wulandari. 2015. Baby Blues Syndrome. Diakses pada tanggal 2
oktober 2016 .
https://id.scribd.com/document/281967343/Baby-Blues-Syndroma-FIX

23
24

Anda mungkin juga menyukai