Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelahiran seorang anak umumnya dipandang sebagai kejadian yang

bahagia, namun banyak perempuan yang mengalami gejala depresi 4-6

minggu setelah melahirkan dengan kesulitan memahami mengapa mereka

mengalami depresi, karena mereka menganggap bahwa ini adalah waktu yang

menggembirakan. Ibu postpartum sebagian besar mengalami apa yang dikenal

sebagai postpartum blues. Postpartum blues adalah respon normal terhadap

tekanan melahirkan dan menghilang dengan cepat, umumnya dalam beberapa

hari sampai beberapa minggu (Elder dkk, 2009).

Menurut Lusskin dan Misri (2013, dalam Hatfield, 2013), postpartum

blues (juga dikenal sebagai baby blues atau maternity blues) adalah keadaan

yang paling umum dan paling serius. Menurut Littleton & Engebretson

(2005), mengatakan bahwa gejala ini biasanya terjadi pada periode

postpartum awal, sering dalam 3-10 hari setelah melahirkan. Penelitian

mengungkapkan bahwa sekitar 40% sampai 80% dari semua wanita

postpartum mengalami fase transisi ini yaitu sedih dan menangis.

Proses adaptasi psikologi pada seorang ibu sudah dimulai sejak dia

hamil. Kehamilan dan persalinan merupakan peristiwa yang normal terjadi

dalam hidup, tetapi demikian banyak ibu yang mengalami stres yang

signifikan. Banyak bukti menunjukkan bahwa periode kehamilan, persalinan

1
dan pascanatal merupakan masa terjadinya stres berat, kecemasan, gangguan

emosi dan penyesuaian diri. Baby blues syndrome ini bisa menimbulkan

gejala seperti, cemas tanpa sebab, menangis tanpa sebab, tidak percaya diri

(Marmi, 2014). Themze (2010, dalam Wardiah, 2013) mengemukakan bahwa

ibu baru yang tidak mampu mengurus bayinya mengalami tanda-tanda baby

blues syndrome seperti sulit berkonsentrasi, kesepian dan perasaan sedih yang

mendominasi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa

masalah sebagai berikut:

1. Apa itu Baby Blues Syndrom?

2. Berapa waktu dan durasi Baby Blues Syndrome?

3. Bagaimana gejala-gejala Baby Blues Syndrome?

4. Bagaimana penyebab terjadinya Baby Blues Syndrome?

5. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Baby Blues Syndrome?

6. Bagaimana dampak Baby Blues Syndrome?

7. Bagaimana pencegahan Baby Blues Syndrome?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah:

2
Untuk mengetahui tentang Baby Blues Syndrome pada ibu

Postpartum.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah :


a. Mengetahui tentang Baby Blues Syndrome

b. Mengetahui tentang waktu dan durasi Baby Blues Syndrome

c. Mengetahui tentang gejala-gejala Baby Blues Syndrome

d. Mengetahui tentang penyebab terjadinya Baby Blues Syndrome

e. Mengetahui tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

Baby Blues Syndrome

f. Mengetahui tentang dampak Baby Blues Syndrome

g. Mengetahui tentang pencegahan Baby Blues Syndrome

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penulisan makalah ini dapat dimanfaatkan untuk

memperluas teori tentang konsep dasar Baby Blues Syndrome.

2. Manfaat Praktis

Bagi perawat untuk membantu dalam pengembangan wawasan

tentang konsep dasar Baby Blues Syndrome pada ibu postpartum dan juga

sebagai referensi ilmiah.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Baby Blues Syndrome

Syndrome baby blues adalah perasaan sedih yang dibawa ibu sejak

hamil yang berhubungan dengan kesulitan ibu menerima kehadiran bayinya.

Perubahan ini sebenarnya merupakan respon alami dari kelelahan pasca

persalinan (Lubis, 2010). Mansur (2009) juga menyebutkan bahwa Syndrome

baby blues merupakan perasaan sedih yang dialami oleh ibu setelah

melahirkan, hal ini berkaitan dengan bayinya. Postpartum baby blues adalah

gangguan suasana hati yang berlangsung selama 3-6 hari pasca melahirkan.

Syndrome baby blues ini sering terjadi dalam 14 hari pertama setelah

melahirkan, dan cenderung lebih buruk pada hari ke tiga dan ke empat.

Baby blues syndrome atau postpartum blues menurut Saleha (2009),

merupakan suatu gangguan psikologis sementara yang ditandai dengan

memuncaknya emosi pada minggu pertama setelah melahirkan. Suasana hati

yang paling utama adalah kebahagiaan, namun emosi penderita menjadi

stabil. Baby blues syndrome atau stress pasca melahirkan merupakan suatu

kondisi umum yang sering di alami oleh seorang wanita yang baru melahirkan

dan biasanya terjadi pada 50% ibu baru. Baby blues sendiri merupakan suatu

perasaan gembira oleh kehadiran sang buah hati, namun disertai oleh perasaan

cemas, kaget dan sedih sehingga dapat menimbulkan kelelahan secara psikis

pada sang ibu tersebut.

4
Muhammad (2011), menjelaskan bahwa Baby blues syndrome atau

stress pasca persalinan, merupakan salah satu bentuk depresi yang sangat

ringan yang biasanya terjadi dalam 14 hari pertama setelah melahirkan dan

cenderung lebih buruk sekitar hari ketiga atau keempat pasca persalinan.

Postpartum Distress Syndrome atau yang juga sering disebut dengan Baby

Blues Syndrome merupakan reaksi psikologis yang berupa gejala depresi

postpartum dengan tingkat ringan. Syndrome ini muncul pasca melahirkan

dan seringkali terjadi pada hari ketiga atau keempat pasca partum dan

memuncak pada hari kelima dan keempat belas pasca melahirkan

(Medicastore, 2012).

Hampir sebagian besar ibu yang baru melahirkan mengalami baby

blues. Sebuah kondisi depresi pasca persalinan, yang jika tidak ditangani,

akan berdampak pada perkembangan anak. Baby blues syndrome atau

postpartum syndrome adalah kondisi yang dialami oleh hampir 50%

perempuan yang baru melahirkan. Kondisi ini dapat terjadi sejak hari pertama

setelah persalinan dan cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai

kelima setelah persalinan. Baby blues cenderung menyerap dalam rentang

waktu 14 hari terhitung setelah persalinan (Conectique, 2011).

B. Waktu dan Durasi Baby Blues Syndrome

Baby blues syndrome dapat terjadi segera setelah kelahiran, tapi akan

segera menghilang dalam beberapa hari sampai satu minggu. Apabila gejala

tersebut berlangsung lebih dari satu minggu itu sudah termasuk dalam depresi

5
postpartum (Aprilia, 2010). Kondisi ini merupakan periode emosional stres

yang terjadi antara hari ke 3 dan ke-l0 setelah persalinan yang terjadi sekitar

80% pada ibu postpartum (Bahiyatun, 2009).

C. Gejala-Gejala Baby Blues Syndrome

Ibu yang baru melahirkan dapat merasakan perubahan mood yang

cepat dan berganti-ganti (mood swing) seperti kesedihan, suka menangis,

hilang nafsu makan, gangguan tidur, mudah tersinggung, cepat lelah, cemas,

dan merasa kesepian (Aprilia, 2010).

Beberapa gejala yang dapat mengindikasikan seorang ibu mengalami

baby blues syndrome menurut Puspawardani (2011), adalah sebagai berikut:

a. Dipenuhi oleh perasaan kesedihan dan depresi disertai dengan

menangis tanpa sebab.

b. Mudah kesal, gampang tersinggung dan tidak sabaran.

c. Tidak memiliki atau sedikit tenaga.

d. Cemas, merasa bersalah dan tidak berharga.

e. Menjadi tidak tertarik dengan bayi atau menjadi terlalu memperhatikan

dan khawatir terhadap bayinya.

f. Tidak percaya diri.

g. Sulit beristirahat dengan tenang.

h. Peningkatan berat badan yang disertai dengan makan berlebihan.

i. Penurunan berat badan yang disertai tidak mau makan.

j. Perasaan takut untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya.

6
Sedangkan menurut Novak dan Broom (2009) gejala Baby Blues

Syndrome merupakan suatu keadaan yang tidak dapat dijelaskan, merasa

sedih, mudah tersinggung, gangguan pada nafsu makan dan tidur.

Selanjutnya menurut Young dan Ehrhardt (2009) gejala Baby Blues

Syndrome antara lain:

a. Perubahan keadaan dan suasana hati ibu yang bergantian dan sulit

diprediksi seperti menangis, kelelahan, mudah tersinggung, kadang-

kadang mengalami kebingungan ringan atau mudah lupa.

b. Pola tidur yang tidak teratur karena kebutuhan bayi yang baru

dilahirkannya, ketidaknyamanan karena kelahiran anak, dan perasaan

asing terhadap lingkungan tempat bersalin.

c. Merasa kesepian, jauh dari keluarga, menyalahkan diri sendiri karena

suasana hati yang terus berubah-ubah.

d. Kehilangan kontrol terhadap kehidupannya karena ketergantungan bayi

yang baru dilahirkannya.

D. Penyebab Terjadinya Baby Blues Syndrome

Beberapa hal yang disebutkan sebagai penyebab terjadinya baby blues

syndrome menurut Ummu (2012), di antaranya:

a. Perubahan hormonal.

Pasca melahirkan terjadi penurunan kadar estrogen dan progesterone

yang drastis, dan juga disertai penurunan kadar hormon yang dihasilkan

7
oleh kelenjar tiroid yang menyebabkan inudah lelah, penurunan mood,

dan perasaan tertekan.

b. Fisik

Kehadiran bayi dalam keluarga menyebabkan perubahan ritme

kehidupan sosial dalam keluarga, terutama ibu. Mengasuh si kecil

sepanjang siang dan malam sangat menguras energi ibu, menyebabkan

berkurangnya waktu istirahat, sehingga terjadi penurunan ketahanan

dalam menghadapi masalah.

c. Psikis

Kecemasan terhadap berbagai hal, seperti ketidakmampuan dalam

mengurus si kecil, ketidakmampuan mengatasi dalam berbagai

permasalahan, rasa tidak percaya diri karena perubahan bentuk tubuh

dan sebelum hamil serta kurangnya perhatian keluarga terutama suami

ikut mempengaruhi terjadinya depresi.

d. Sosial

Perubahan gaya hidup dengan peran sebagai ibu baru butuh adaptasi.

Rasa keterikatan yang sangat pada si kecil dan rasa dijauhi oleh

lingkungan juga berperan dalam depresi.

Penyebab baby blues syndrome diduga karena perubahan hormonal di

dalam tubuh wanita setelah melalul persalinan. Selama menjalani kehamilan,

berbagai hormon dalam tubuh ibu meningkat seiring pertumbuhan janin.

Setelah melalui tahap persalinan, jumlah produksi berbagai hormon seperti

estrogen, progesteron, dan endorphin mengalami perubahan yang dapat

8
mempengaruhi kondisi emosional ibu. Kelelahan flsik dan rasa sakit setelah

persalinan, air susu yang belum keluar sehingga bayi rewel dan payudara

membengkak, serta dukungan moril yang kurang dapat menjadi alasan lain

timbulnya baby blues syndrome (Suwignyo, 2010).

Sedangkan munculnya baby blues syndrome menurut Atus (2008), juga

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

a. Dukungan sosial

Perhatian dari lingkungan terdekat seperti suami dan kelurga dapat

berpengaruh. Dukungan berupa perhatian, komunikasi dan hubungan

emosional yang hangat sangat penting. Dorongan moral dari teman-

teman yang sudah pernah bersalin juga dapat membantu. Dukungan

sosial adalah derajat dukungan yang diberikan kepada individu

khususnya sewaktu dibutuhkan oleh orang-orang yang memiliki

hubungan emosional yang dekat dengan orang tersebut. Dukungan

sosial adalah kenyamanan, bantuan, atau informasi yang diterima oleh

seseorang melalui kontak formal dengan individu atau kelompok

(Landy dan Conte, 2007).

b. Keadaan dan kualitas bayi

Kondisi bayi dapat menyebabkan munculnya baby blues syndrome

misalnya jenis kelamin bayi yang tidak sesuai harapan, bayi dengan

cacat bawaan ataupun kesehatan bayi yang kurang baik.

9
c. Komplikasi kelahiran

Proses persalinan juga dapat mempengaruhi munculnya baby blues

syndrome misalnya proses persalinan yang sulit, pendarahan, pecah

ketuban dan bayi dengan posisi tidak normal.

d. Persiapan untuk persalinan dan menjadi ibu

Kehamilan yang tidak diharapkan seperti hamil di luar nikah, kehamilan

akibat perkosaan, kehamilan yang tidak terencana sehingga wanita

tersebut belum siap untuk menjadi ibu. Kesiapan menyambut kehamilan

dicerminkan dalam kesiapan dan respon emosionalnya dalam menerima

kehamilan. Seorang wanita memandang kehamilan sebagai suatu hasil

alami hubungan perkawinan, baik yang diinginkan maupun tidak

diinginkan, tergantung dengan keadaan. Sebagian wanita lain menerima

kehamilan sebagai kehendak alam dan bahkan pada beberapa wanita

termasuk banyak remaja, kehamilan merupakan akibat percobaan

seksual tanpa menggunakan kontrasepsi. Awalnya mereka terkejut

ketika tahu bahwa dirinya hamil, namun seiring waktu mereka akan

menerima kehadiran seorang anak (Bobak dkk, 2005).

e. Stresor psikososial

Faktor psikososial seperti umur, latar belakang sosial, ekonomi, tingkat

pendidikan dan respon ketahanan terhadap stresor juga dapat

mempengaruhi baby blues syndrome.

10
f. Riwayat depresi

Riwayat depresi atau problem emosional lain sebelum persalinan

Seorang dengan riwayat problem emosional sangat rentan untuk

mengalami baby blues syndrome.

g. Hormonal

Perubahan kadar hormon progresteron yang menurun disertai

peningkatan hormon estrogen, prolaktin dan kortisol yang drastis dapat

mempengaruhi kondisi psikologis ibu.

h. Budaya

Pengaruh budaya sangat kuat menentukan muncul atau tidaknya baby

blues syndrome. Di Eropa kecenderungan baby blues syndrome lebih

tinggi bila dibandingkan di Asia, karena budaya timur yang lebih dapat

menerima atau berkompromi dengan situasi yang sulit daripada budaya

barat.

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Baby Blues Syndrome

Faktor-faktor yang menyebabkan baby blues syndrome menurut

Sujiyatini (2010), yaitu:

a. Faktor hormonal berupa perubahan kadar estrogen, progeteron,

prolaktin dan estriol yang terlalu rendah. Kadar estrogen turun secara

bermakna setelah melahirkan ternyata estrogen memiliki efek serupsi

aktifitas enzim non adrenalin maupun serotin yang berperan dalam

suasana hati dan kejadian depresi.

11
b. Ketidaknyamanan fisik yang dialami wanita menimbulkan

gangguan pada emosional seperti payudara bengkak, nyeri jahitan dan

rasa mules.

c. Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan

emosional yang kompleks.

d. Faktor postpartum syndrome baby blues umum dan paritas

(jumlah anak).

e. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.

f. Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti

tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan,

riwayat gangguan kejiwaan gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial

ekonomi.

g. Stres yang dialami ibu dalam keluarga karena banyak kebutuhan

ditambah ekonomi keluarga semakin memburuk.

h. Kelelahan pasca persalinan juga dapat mempengaruhi psikologis

ibu.

i. Rasa memiliki bayi yang terlalu dalam sehingga timbul rasa takut

yang

berlebihan akan kehilangan bayinya.

F. Dampak Baby Blues Syndrome

Jika kondisi baby blues syndrome tidak disikapi dengan benar, bisa

berdampak pada hubungan ibu dengan bayinya, bahkan anggota keluarga

12
yang lain juga bisa merasakan dampak dari baby blues syndrome tersebut.

Jika baby blues syndrome dibiarkan, dapat berlanjut menjadi depresi pasca

melahirkan, yaitu berlangsung lebih dan hari ke-7 pascapersalinan. Depresi

setelah melahirkan rata-rata berlangsung tiga sampai enam bulan. bahkan

terkadang sampai delapan bulan. Pada keadaan lanjut dapat mengancam

keselamatan diri dan anaknya (Kasdu, 2008).

a. Pada ibu

1. Menyalahkan kehamilannya

2. Sering menangis

3. Mudah tersinggung

4. Sering terganggu dalam waktu istirahat atau insomnia berat

5. Hilang percaya diri mengurus bayi, merasa takut dirinya tidak bisa

memberikan asi bahkan takut apabila bayinya meninggal.

6. Muncul kecemasan terus menerus ketika bayi menangis

7. Muncul perasaan malas untuk mengurus bayi

8. Mengisolasi diri dari lingkungan masyarakat

9. Frustasi hingga berupaya untuk bunuh diri

b. Pada anak

1. Masalah perilaku

Anak-anak dari ibu yang mengalami baby blues syndrome lebih

memungkinkan memiliki masalah perilaku, termasuk masalah

tidur, tantrum, agresi, dan hiperaktif.

13
2. Perkembangan kognitif terganggu

Anak nantinya mengalami keterlambatan dalam bicara dan berjalan

jika dibandingkan dengan anak-anak dari ibu yang tidak depresi.

Mereka akan mengalami kesulitan dalam belajar di sekolah.

3. Sulit bersosialisasi

Anak-anak dari ibu yang mengalami baby blues syndrome biasanya

mengalami kesulitan membangun hubungan dengan orang lain.

Mereka sulit berteman atau cenderung bertindak kasar.

4. Masalah emosional

Anak-anak dari ibu yang mengalami baby blues syndrome

cenderung merasa rendah diri, lebih sering merasa cemas dan takut,

lebih pasif, dan kurang independen.

c. Pada suami

Keharmonisan pada ibu yang mengalami baby blues syndrome biasanya

akan terganggu ketika suami belum mengetahui apa yang sedang di

alami oleh istrinya yaitu baby blues syndrome, suami cenderung akan

menganggap si ibu tidak becus mengurus anaknya bahkan dalam

melakukan hubungan suami istri biasanya mereka merasa takut seperti

takut mengganggu bayinya.

G. Pencegahan Baby Blues Syndrome

Tindakan atau meminimalisasikan baby blues syndrome menurut Pandji

14
(2010), adalah sebagai berikut :

a. Mempersiapkan jauh-jauh hari kelahiran yang sehat, ibu yang hamil

dan suaminya harus benar-benar di persiapkan dari segi kesehatan janin

pada saat kehamilan, mental, finansial dan sosial.

b. Adanya pembagian tugas antara suami dan istri pada saat proses

kehamilan berlangsung.

c. Tanamkan pada benak ibu hamil bahwa anak adalah anugrah ilahi yang

akan membawa berkah dan menambah jalinan cinta kasih di tengah-

tengah keluarga.

d. Bersama-sama istri merajut suatu kepercayaan dan keyakinan dengan

adanya anak karir kita akan terus berjalan.

e. Merencanakan mempekerjakan pembantu untuk membantu mengurus

dan merawat bayi dan pekerjaan rumah tangga pasca ibu melahirkan.

Pencegahan baby blues syndrome menurut Conectique (2011), juga

dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

a. Mintalah bantuan orang lain, misalnya kerabat atau teman untuk

membantu anda mengurus si kecil.

b. Ibu yang baru saja melahirkan sangat butuh istirahat dan tidur yang

cukup. Lebih banyak istirahat di minggu-minggu dan bulan-bulan

pertama setelah melahirkan, bias mencegah depresi dan memulihkan

tenaga yang seolah terkuras habis.

15
c. Konsumsilah makanan yang bernutrisi agar kondisi tubuh cepat pulih,

sehat dan segar.

d. Cobalah berbagi rasa dengan suami atau orang terdekat lainnya.

Dukungan dari mereka bias membantu anda mengurangi depresi.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Syndrome baby blues adalah perasaan sedih yang dibawa ibu sejak

hamil yang berhubungan dengan kesulitan ibu menerima kehadiran

bayinya. Syndrome baby blues ini sering terjadi dalam 14 hari pertama

setelah melahirkan, dan cenderung lebih buruk pada hari ke tiga dan ke

empat. Baby blues syndrome dapat terjadi segera setelah kelahiran, tapi

akan segera menghilang dalam beberapa hari sampai satu minggu. Apabila

gejala tersebut berlangsung lebih dari satu minggu itu sudah termasuk

dalam depresi postpartum.

Baby blues syndrome ini bisa menimbulkan gejala seperti, cemas

tanpa sebab, menangis tanpa sebab, tidak percaya diri. Persiapan pada ibu

dalam menghadapi kelahiran sangat dibutuhkan sehingga seorang ibu

harus mengatahui apa saja gejala, faktor penyebab dan akibatnya jika

mengalami Baby Blues Syndrome. Hal ini akan mengurangi kejadian Baby

Blues Syndrome pada ibu.

16
B. Saran

Berdasarkan makalah diatas, ada beberapa saran yang dapat

disampaikan kepada beberapa pihak, yaitu:

1. Ibu Hamil

Persiapan pada ibu dalam menghadapi kelahiran sangat

dibutuhkan sehingga seorang ibu harus mengatahui apa saja gejala,

faktor penyebab dan akibatnya jika mengalami Baby Blues Syndrome.

Hal ini akan mengurangi kejadian Baby Blues Syndrome pada ibu.

2. Keluarga

Bagi keluarga terutama suami diharapkan memberikan perhatian

yang cukup kepada istri setelah melahirkan sehingga istri tidak merasa

kekurangan dukungan sosial. Hal ini untuk mencegah terjadinya

perilaku Baby Blues Syndrome.

3. Bagi Perawat

Perawat harus mengetahui tentang konsep dasar Baby Blues

Syndrome, sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan

yang tepat pada pasien yang mengalami Baby Blues Syndrome.

17
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia Yesie. (2010). Hipnostetri: Rileks Nyaman dan Aman saat Hamil dan

Melahirkan. Jakarta: Gagas Media.

Atus. (2008). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Munculnya Baby Blues.

Bandung: Alfabeta.

Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Kebidanan Asuhan Nifas Normal. Jakarta: EGC.

Bobak I.M, Lowdermilk, D.L., & Perry, S.E. (2005). Buku ajar keperawatan

maternitas. Edisi 4. Alih bahasa: Maria & Peter. Jakarta: EGC.

Elder, R., Evans, K., Nizette, D. (2009). Psychiatric and Mental Health Nursing.

2nd edition. Victoria Avenue : Mosby Elsevier Australia.

Hatfield, Nancy T. (2013). Introductory Maternity and Pediatric Nursing.

Philadelphia : Lipincott Williams & Wilkins.

Kasdu, D. (2008). Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta: Puspa Sehat.

Landy, F. J. & Conte, J. M. (2007). Work in the 21st century: an introduction to

industrial and organizational psychology (2nd ed.). Victoria: Blackwell

Publishing.

18
Littleton, Lynna Y. & Engebretson, Joan C. (2005). Maternity Nursing Care.

Delmar : Cengage Leraning.

Lubis, Namora Lumongga. (2010). Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Mansur, H. (2009). Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba

Medika.

Marmi. (2014). Asuhan Kebidanan Masa Nifas “Puerperium Care”. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

Muhammad, Al- Mighwar. (2011). Psikologi Remaja. Bandung: Pustaka Setia.

Novak dan Broom. (2009). Maternal and Child Health Nursing. Missouri: Mosby,

Inc.

Pandji, Anoraga. (2010). Pencegahan Baby Blues. Jakarta: Asdi Mahasatyta.

Puspawardani. (2011). Faktor-faktor Penyebab Depresi Pasca Melahirkan pada

Kelahiran Anak Pertama [Skripsi]. Surakarta: Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sujiyatini. (2010). Asuhan Ibu Nifas Askeb III. Jakarta: Cyrillius Publisher.

Suwignyo. (2010). Panduan Super Lengkap Hamil Sehat. Semarang: Penebar

Plus.

Ummu, Kulstum. (2012). Buku Ajar Konsultasi Kelahiran Dan Menyusui Secara

Medis dan Islam. Jakarta: Toobagus.

Wardiah. (2013). Hubungan Usia Ibu Saat Persalinan dan Usia Pernikahan dengan

Kejadian Baby Blues Syndrome pada Ibu Post Partum di Bidan Praktek

Swasta (Bps) Hj. Suriani Desa Matang Kuli Kecamatan Kembang

19
Tanjong Kabupaten Pidie. Jurnal Karya Tulis Ilmiah. STIKes

U’Budiyah. Aceh.

Young dan Ehrhardt. 2009. Health Psychology: Biopsychosocial Interaction.

USA: John Willey and sons.

20

Anda mungkin juga menyukai