Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH KELAINAN2 PSIKOLOGI YANG TERDAPAT DALAM MASA KEHAMILAN

DANPERSALINAN :DEPRESI ,HIPERMASKULIN,HALUSINASI HIPNAGONIK,PANIC


,DISORDEROBSESSIVE COMPULSIVE DISORDER (OCD),GGN POLA MAKAN,GGN
BIPOLAR,SCHIZOFRENIA

DOSEN PEMBIMBING:

MONA GUSFIRA

DISUSUN OLEH :

EZI OLIVIA ( 191012115201001 )

FALKULTAS KESEHATAN

INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat
menyelesaikan tugas pratikum yang berjudul. KELAINAN2 PSIKOLOGI YANG TERDAPAT
DALAM MASA KEHAMILAN DANPERSALINAN :DEPRESI ,HIPERMASKULIN,HALUSINASI
HIPNAGONIK,PANIC ,DISORDEROBSESSIVE COMPULSIVE DISORDER (OCD),GGN POLA
MAKAN,GGN BIPOLAR,SCHIZOFRENIA

Dalam pembuatan referat ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu
MONA GUSFIRA yang telah memberikan kesempatan dan memberi fasilitas sehingga
referat ini dapat selesai dengan lancar serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu yang membantu pembuatan referat ini. Akhir kata semoga referat ini bisa
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari
bahwa dalam pembuatan referat ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima
saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata
penulis sampaikan terimakasih.

Bukittinggi ,11 juli 2020

(ezi olivia )
Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR..........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LatarBelakang.........................................................................
B. Rumusan Masalah .................................................................
C. Tujuan ....................................................................................

BAB II

A. Depresi ..................................................................................
B. Hipermaskulin halusinasi ....................................................
C. Panic disoeder........................................................................
D. Obsessive compulsive disorser (OCD)....................................
E. GGN pola makan ....................................................................
F. GGN bipolar ...........................................................................
G. Scizofrenia ..............................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kesehatan mental yang baik seperti merasa tenang dan bahagia, sangat diperlukan
saat masa kehamilan, karena sangat mempengaruhi kesehatan seorang ibu hamil
dan bayi dalam kandungannya. Munculnya gangguan kesehatan mental saat hamil
dapat memicu perilaku berisiko bagi kehamilan seperti merokok, konsumsi alkohol,
asupan nutrisi yang tidak sesuai, menghindari pemeriksaan kehamilan, atau memicu
perilaku berbahaya bagi ibu dan kandungannya.

Sayangnya, perasaan depresi dan sumber stress saat hamil biasanya sering diabaikan
dan tidak ditangani.

B. Rumusan masalah

Bagaimana kehamilan dapat mempengaruhi kesehatan mental?

Merasa cemas dan bingung merupakan hal yang wajar bagi seseorang yang
menjalani kehamilan atau ketika segera akan melahirkan. Namun sumber stress
tersebut dapat meningkatan risiko seseorang untuk mengalami masalah kesehatan
mental, seperti depresi dan gangguan psikosis. Risiko tersebut juga jauh lebih tinggi
jika ibu hamil memiliki riwayat gangguan kesehatan mental serius sebelumnya.

Masalah kesehatan mental pada ibu hamil juga dapat bertahan hingga beberapa
waktu setelah melahirkan. Tidak hanya itu, masalah kesehatan mental yang lebih
ringan seperti gangguan mood dan merasa cemas, bisa menjadi lebih serius pada
waktu tersebut. Akibatnya, hal tersebut tidak hanya mempengaruhi kesehatan
mental dan fisik seorang ibu pasca melahirkan, namun juga dapat mengganggu
kedekatan antara ibu dan bayi yang baru lahir.

Apa saja yang dapat memicu masalah kesehatan mental saat hamil?

Selain riwayat gangguan kesehatan mental, beberapa hal juga dapat memicu ibu
hamil mengalami gangguan mental, di antaranya:

1. Kehamilan pada usia remaja


2. Pengalaman mengalami trauma – fisik, emosi ataupun kekerasan seksual
3. Riwayat ketergantungan obat, termasuk perilaku merokok
4. Kurangnya dukungan sosial
5. Menjadi orang tua tunggal saat hamil
6. Memiliki tingkat sosio-ekonomi rendah
7. Pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga
8. Pengobatan depresi yang tidak tuntas
9. Mengalami kesulitan finansial
10. Memiliki pemikiran yang bertentangan akan kehamilannya

C. Tujuan
Masalah kesehatan mental yang mungkin terjadi saat hamil

Berikut beberapa masalah kesehatan mental yang dapat muncul pada ibu hamil dan
bagaimana mengatasinya.

1. Depresi

Depresi merupakan gangguan kesehatan mental yang paling umum pada masa
kehamilan. Hal ini sering menjadi pemicu, dan muncul bersamaan dengan gejala
gangguan kesehatan mental lainnya seperti gangguan kecemasan, obsessive-
compulsive disorder, dan gangguan pola makan.

Depresi pada ibu hamil memiliki pola yang bervariasi. Pada trimester pertama dan
ketiga, biasanya depresi akan terasa makin berat, namun cenderung lebih rendah
atau menurun pada trimester kedua.

Depresi saat hamil ditangani sama seperti depresi pada umumnya dengan pilihan
penanganan utama yang aman bagi janin, seperti terapi perilaku kognitif dan terapi
kejiwaan interpersonal.

2. Panic disorder

Gangguan yang dapat muncul saat masa kehamilan meskipun wanita tersebut tidak
memiliki riwayat pernah menderita panic disorder. Hal ini dapat muncul dari rasa
cemas dan stress yang ditandai dengan peningkatan hormon kortisol.

Jika tidak ditangani, peningkatan kortisol dapat mempengaruhi perkembangan janin


dalam kandungan.

Penanganan tanpa obat dapat dilakukan dengan cara terapi perilaku kognitif dan
supportif, menerapkan teknik relaksasi, penerapan sleep hygiene ,serta pengaturan
pola makan.

3. Obsessive-compulsive disorder (OCD)

OCD adalah gangguan berupa obsesi dan kebiasaan berulang yang sulit dikendalikan,
yang dapat muncul di periode awal masa kehamilan, dan meningkat seiring masa
kehamilan hingga pasca melahirkan. OCD saat hamil dapat sangat mengganggu
aktivitas ibu hamil dan perlu ditangani dengan terapi perilaku atau dengan konsumsi
obat.
4. Gangguan pola makan

Meskipun hal ini cenderung membaik saat masa kehamilan, namun gangguan pola
masih dapat terjadi saat masa kehamilan. Gangguan pola makan bukan hanya dapat
mempengaruhi kesiapan ibu hamil untuk melahirkan normal, tapi juga dapat
meningkatan risiko depresi pascamelahirkan serta dapat berdampak melahirkan bayi
berat lahir rendah.

5. Gangguan bipolar

Bipolar disorder merupakan gangguan yang terjadi secara kambuhan pada ibu hamil,
namun kejadiannya lebih sering terjadi pasca melahirkan.

Seperti gangguan bipolar pada umumnya, hal ini dapat diatasi dengan menggunakan
obat mood stabilizer, namun memerlukan pemeriksaan serta pertimbangan risiko
beserta manfaat. Meskipun demikian, pengawasan kondisi kejiwaan dan perilaku
dari ibu hamil dengan bipolar adalah hal yang paling penting.

6. Skizofrenia

Skizofrenia adalah gangguan psikosis yang dapat meningkat ataupun menurun pada
masa kehamilan. Ibu hamil dengan gangguan ini membutuhkan pengawasan dan
penanganan oleh dokter.

Skizofrenia berdampak pada kesehatan ibu dan bayi akibat mendapat perawatan
yang tidak sesuai, bisa memicu lahir prematur dan berat lahir rendah, hingga
kematian janin dan ibu hamil.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEPRESI

Depresi merupakan gangguan kesehatan mental yang paling umum pada masa
kehamilan. Hal ini sering menjadi pemicu, dan muncul bersamaan dengan gejala
gangguan kesehatan mental lainnya seperti gangguan kecemasan, obsessive-
compulsive disorder, dan gangguan pola makan.

Depresi pada ibu hamil memiliki pola yang bervariasi. Pada trimester pertama dan
ketiga, biasanya depresi akan terasa makin berat, namun cenderung lebih rendah
atau menurun pada trimester kedua.

Depresi saat hamil ditangani sama seperti depresi pada umumnya dengan pilihan
penanganan utama yang aman bagi janin, seperti terapi perilaku kognitif dan terapi
kejiwaan interpersonal.

Depresi merupakan gangguan mood yang muncul pada 1 dari 4 wanita yang
sedang hamil dan hal ini bukan sesuatu yang istimewa. Penyakit ini selalu melanda
mereka yang sedang hamil, tetapi sering dari mereka tidak pernah menyadari
depresi ini karena mereka menganggap kejadian ini merupakan hal yang lumrah
terjadi pada Ibu hamil, padahal jika tidak ditangani dengan baik dapat
mempengaruhi bayi yang dikandung Ibu.

Depresi selama kehamilan merupakan gangguan mood yang sama seperti


halnya pada depresi yang terjadi pada orang awam secara umum, dimana pada
kejadian depresi akan terjadi perubahan kimiawi pada otak. Depresi juga dapat
dikarenakan adanya perubahan hormon yang berdampak mempengaruhi mood Ibu
sehingga Ibu merasa kesal, jenuh atau sedih. Selain itu, gangguan tidur yang kerap
terjadi menjelang proses kelahiran juga mempengaruhi Ibu karena letih dan kulit
muka menjadi kusam.

Selain itu, adanya kekhawatiran akan kandungan, sering muntah pada awal
trimester pertama, dan masalah-masalah lain juga dapat menyebabkan Ibu depresi.
Ibu akan terusmenerus mengkhawatirkan keadaan bayinya dan ini akan membuat
Ibu merasa tertekan.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN

Ada tiga faktor yang mempengaruhi kehamilan, yaitu faktor fisik, faktor
psikologis dan faktor sosial budaya dan ekonomi. Faktor fisik seorang ibu hamil
dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi ibu tersebut. Status kesehatan
dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan kehamilannya ke pelayanan
kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau poliklinik kebidanan.

Adapun tujuan dari pemeriksaan kehamilan yang disebut dengan Ante Natal
Care (ANC). Karena manfaat memeriksakan kehamilan sangat besar, maka
dianjurkan kepada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin di
tempat pelayanan kesehatan terdekat. Selain itu status gizi ibu hamil juga
merupakan hal yang sangat berpengaruh selama masa kehamilan. Kekurangan gizi
tentu saja akan menyebabkan akibat yang buruk bagi si ibu dan janinnya. Ibu dapat
menderita anemia, sehingga suplai darah yang mengantarkan oksigen dan makanan
pada janinnya akan terhambat, sehingga janin akan 5 mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan. Di lain pihak kelebihan gizi pun ternyata dapat
berdampak yang tidak baik juga terhadap ibu dan janin. Janin akan tumbuh besar
melebihi berat normal, sehingga ibu akan kesulitan saat proses persalinan. Yang
harus diperhatikan adalah ibu hamil harus banyak mengkonsumsi makanan kaya
serat, protein (tidak harus selalu protein hewani seperti daging atau ikan, protein
nabati seperti tahu, tempe sangat baik untuk dikonsumsi) banyak minum air putih
dan mengurangi garam atau makanan yang terlalu asin.

Faktor Psikologis yang turut mempengaruhi kehamilan biasanya terdiri dari :


Stressor. Stress yang terjadi pada ibu hamil dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan
janin. Janin dapat mengalami keterhambatan perkembangan atau gangguan emosi
saat lahir nanti jika stress pada ibu tidak tertangani dengan baik. Dukungan keluarga
juga merupakan andil yang besar dalam menentukan status kesehatan ibu. Jika
seluruh keluarga mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan memperlihatkan
dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan merasa lebih percaya diri,
lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan dan masa nifas.

Yang terakhir adalah Faktor lingkungan sosial, budaya dan ekonomi. Faktor
ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan
dan tentu saja ekonomi. Gaya hidup sehat adalah gaya hidup yang digunakan ibu
hamil. Seorang ibu hamil sebaiknya tidak merokok, bahkan kalau perlu selalu
menghindari asap rokok, kapan dan dimana pun ia berada.

Perilaku makan juga harus diperhatikan, terutama yang berhubungan


dengan adat istiadat. Jika ada makanan yang dipantang adat padahal baik untuk gizi
ibu hamil, maka sebaiknya tetap dikonsumsi. Demikian juga sebaliknya. Yang tak
kalah penting adalah personal hygiene. Ibu hamil harus selalu menjaga kebersihan
dirinya, mengganti pakaian dalamnya setiap kali terasa lembab, menggunakan bra
yang menunjang payudara, dan pakaian yang menyerap keringat.

Ekonomi juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses 6 kehamilan yang
sehat. Keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya
secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan
persiapan lainnya dengan baik. Namun dengan adanya perencanaan yang baik sejak
awal, membuat tabungan bersalin, maka kehamilan dan proses persalinan dapat
berjalan dengan baik. Yang patut diperhatikan adalah bahwa kehamilan bukanlah
suatu keadaan patologis yang berbahaya. Kehamilan merupakan proses fisiologis
yang akan dialami oleh wanita usia subur yang telah berhubungan seksual. Dengan
demikian kehamilan harus disambut dan dipersiapkan sedemikian rupa agar dapat
dilalui dengan aman

DEPRESI SAAT KEHAMILAN

Kehamilan merupakan waktu transisi, yakni suatu masa antara kehidupan


sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan kehidupan nanti
setelah anak tersebut lahir. Perubahan status yang radikal ini dipertimbangkan
sebagai suatu krisis disertai periode tertentu untuk menjalani proses persiapan
psikologis yang secara normal sudah ada selama kehamilan dan mengalami
puncaknya pada saat bayi lahir. Secara umum, semua emosi yang dirasakan oleh
wanita hamil cukup labil. Ia dapat memiliki reaksi yang ekstrem dan susana hatinya
kerap berubah dengan cepat. Reaksi emosional dan persepsi mengenai kehidupan
juga dapat mengalami perubahan. Ia menjadi sangat sensitif dan cenderung bereaksi
berlebihan. Seorang wanita hamil akan lebih terbuka terhadap dirinya sendiri dan
suka berbagi pengalaman kepada orang lain. Ia merenungkan mimpi tidurnya,
angan-angannya, fantasinya, dan arti kata-katanya, objek, peristiwa, konsep abstrak,
seperti kematian, kehidupan, keberhasilan, dan kebahagiaan. Ia dapat
mengidentifikasi bentuk-bentuk fisik yang berhubungan erat dengan masa usia subur
atau mencukupkan diri dengan kehidupan atau makanan. Selama kehamilan
berlangsung, terdapat rangkaian proses psikologis khusus yang jelas, yang terkadang
tampak berkaitan erat dengan perubahan biologis yang sedang terjadi. 7 Peristiwa
dan proses psikologis ini dapat diidentifikasi pada trimester ketiga dan pembagian
trimester ini akan digunakan pada diskusi berikut. Respons psikologis umum
terhadap kehamilan yang baru saja dibahas dan proses manapun peristiwa psikologis
khusus lain dapat lain dapat terulang lagiDepartemen Kesehatan dan Layanan
Kemanusiaan telah melaporkan bahwa 1 dari 8 orang akan mengalami gangguan
depresi dan jumlah tersebut hampir 2 kali lipat pada wanita1,6 .

PENGARUH PSIKOLOGIS PADA KEHAMILAN

Kehamilan, disamping memberi kebahagiaan yang luar biasa, juga sangat


menekan jiwa sebagian besar wanita. Pada beberapa wanita dengan perasaan
ambivalen mengenai kehamilan, stres mungkin meningkat. Respon terhadap stres
mungkin dapa tterlihat bervariasi yang tampak atau tidak tampak. Sebagai contoh,
sebagian besar wanita mengkhawatirkan apakah bayinya normal. Pada mereka yang
memiliki janin dengan resiko tinggi untuk kelainan bawaan, stres meningkat. Selama
kehamilan dan terutama mendekati akhir kehamilan, harus dibuat rencana untuk
perawatan anak dan perubahan gaya hidup yang akan terjadi setelah kelahiran. Pada
sejumlah wanita, takut terhadap nyeri melahirkan sangat menekan jiwa. Pengalaman
kehamilan mungkin dapat diubah oleh komplikasi medis dan obstetrik yang dapat
terjadi. Wanita dengan komplikasi kehamilan adalah 2 kali cenderung memiliki
ketakutan terhadap kelemahan bayi mereka atau menjadi depresi.

Sebaiknya masalah mengenai kesehatan mental dibicarakan. Skrining


penyakit mental sebaiknya dilakukan pada pemeriksaan prenatal pertama. Ini
mencakup riwayat gangguan psikiatrik dahulu, termasuk rawat inap dan rawat jalan.

Penilaian gangguan cemas dan mood dalam kehamilan mencakup


pemeriksaan medis dasar yang sesuai dalam hal ini termasuk pemeriksaan darah
lengkap, fungsi tiroid, ginjal dan hati. Disarankan juga pemeriksaan toksikologi
urinPenggunaan obat psikoaktif sebelumnya atau saat ini seperti juga penggunaan
alkohol dan obat terlarang perlu dicatat. Gejala-gejala yang menunjukkan disfungsi
mental sebaiknya diperiksa. Kondisi seperti kecemasan dan depresi mungkin
berhubungan dengan peningkatan resiko kelahiran prematur.

Masa kehamilan dibagi menjadi tiga periode atau trimester, masing-masing


selama 13 minggu. Kehamilan itu unik pada setiap wanita.

A. Trimester Pertama Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian


terhadap kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Sebagian besar wanita merasa
sedih dan ambivalen tentang kenyataan bahwa ia hamil. Kurang lebih 80% wanita
mengalami kekecewaan, penolakan, kecamasan, defresi, dan kesedihan.

Fokus wanita adalah pada dirinya sendiri yang akan menimbulkan


ambivalensi mengenai kehamilannya seiring usahanya menghadapi pengalaman
kehamilan yang buruk, yang pernah ia alami sebelumnya, efek kehamilan terhadap
kehidupannya kelak ( terutama jika ia memiliki karir), tanggung jawab yang baru atau
tambahan yang akan ditanggungnya, kecemasan yang akan berhubungan dengan
kemampuannya untuk menjadi seorang ibu, masalah-masalah keuangan dan rumah
tangga, dan keberterimaan orang terdekat terhadap kehamilannya. Perasaan
ambivalen ini biasanya berakhir dengan sendirinya seiring ia menerima
kehamilannya, sementara itu, beberapa ketidaknyamanan pada trimester pertama,
seperti nausea, kelemahan, perubahan nafsu makan, kepekaan emosional, semua ini
dapat mencerminkan konflik dan defresi yang ia alami dan pada saat bersamaan hal-
hal tersebut menjadi pengingat tentang kehamilannya.

Trimester pertama sering menjadi waktu yang menyenangkan untuk melihat


apakah kehamilan akan dapat berkembang dengan baik. Hal ini akan terlihat jelas
terutama pada wanita yang telah beberapa kali mengalami keguguran dan bagi para
tenaga kesehatan 9 profesional wanita yang cemas akan kemungkinan terjadi
keguguran kembali atau teratoma.

Berat badan sangat bermakna bagi wanita hamil selama trimester pertama.
Berat badan dapat menjadi salah satu uji realitas tentang keadaannya karena
tubuhnya menjadi bukti nyata bahwa dirinya hamil. Validasi kehamilan dilakukan
berulang-ulang saat wanita mulai memeriksa dengan cermat setiap perubahan
tubuh, yang merupakan bukti adanya kehamilan. Bukti yang paling kuat adalah
terhentinya menstruasi. Hasrat seksual pada trimester pertama sangat bervariasi
antara wanita yang satu dan yang lain. Meski beberapa wanita mengalami
peningkatan hasrat seksual, tetapi secara umum trimester pertama merupakan
waktu terjadinya penurunan libido dan hal ini memerlukan komunikasi yang jujur
dan terbuka terhadap pasangan masing-masing.

Banyak wanita merasakan kebutuhan kasih sayang yang besar dan cinta
kasih tanpa seks. Libido secara umum sangat dipengaruhi oleh keletihan, nausea,
depresi, payudara yang membesar dan nyeri, kecemasan, kekhawatiran, dan
masalah-masalah lain merupakan hal yang sangat normal terjadi pada trimester
pertama.

B. Trimester Kedua Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang
baik, yakni periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala
ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil. Namun, trimester kedua juga
merupakan fase ketika wanita menelusur ke dalam dan paling banyak mengalami
kemunduran. Trimester kedua sebenarnya terbagi atas dua fase: pra-quickening dan
pasca-quickening. Quickening menunjukkan kenyataan adanya kehidupan yang
terpisah, yang menjadi dorongan bagi wanita dalam melaksanakan tugas psikologis
utamannya pada trimester kedua, yakni mengembangkan identitas sebagai ibu bagi
dirinya sendiri, yang berbeda dari ibunya. 1

Pada trimester kedua, mulai terjadi perubahan pada tubuh. Orang akan
mengenali Anda sedang hamil. Pada akhir trimester kedua, rahim akan membesar
sekira 7,6 cm di atas pusar. Pertambahan berat badan rata-rata 7,65-10,8 kg
termasuk pertambahan berat dari trimester pertama. Janin mulai aktif bergerak
pada periode ini.

Sebagian besar wanita merasa lebih erotis selama trimester kedua, kurang
lebih 80% wanita mengalami kemajuan yang nyata dalam hubungan seksual mereka
dibanding pada trimester pertama dan sebelum hamil. Trimester kedua relatif
terbebas dari segala ketidaknyamanan fisik, dan ukuran perut wanita belum menjadi
masalah besar, lubrikasi vagina semakin banyak pada masa ini, kecemasan,
kekhawatiran dan masalah-masalah yang sebelumnya menimbulkan ambivalensi
pada wanita tersebut mereda, dan ia telah mengalami perubahandari seorang yang
mencari kasih sayang dari ibunya menjadi seorang yang mencari kasih sayang dari
pasangannya, dan semua faktor ini turut mempengaruhi peningkatan libido dan
kepuasan seksual.

C. Trimester Ketiga Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan penuh
kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi sebagai
makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang bayi.
Ada perasaan was-was mengingat bayi dapat lahir kapanpun. Hal ini membuatnya
berjaga-jaga sementara ia memperhatikan dan menunggu tanda dan gejala
persalinan muncul.

Trimester ketiga merupakan waktu persiapan yang aktif terlihat dalam


menanti kelahiran bayi dan menjadi orang tua sementara perhatian utama wanita
terfokus pada bayi yang akan segera dilahirkan. Pergerakan janin dan pembesaran
uterus, keduanya menjadi hal yang terus menerus mengingatkan tentang
keberadaan bayi. Wanita tersebut lebih protektif terhadap bayinya. Sebagian besar
pemikiran difokuskan pada perawatan bayi. Ada banyak spekulasi mengenai jenis
kelamin dan wajah bayi itu kelak

Sejumlah ketakutan muncul pada trimester ketiga. Wanita mungkin merasa


cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya sendiri. Seperti: apakah nanti
bayinya akan lahir abnormal, terkait persalinan dan pelahiran (nyeri, kehilangan
kendali, hal-hal lain yang tidak diketahui), apakah ia akan menyadari bahwa ia akan
bersalin, atau bayinya tidak mampu keluar karena perutnya sudah luar biasa besar,
atau apakah organ vitalnya akan mengalami cedera akibat tendangan bayi.

Ia juga mengalami proses duka lain ketika ia mengantisipasi hilangnya


perhatian dan hak istimewa khusus lain selama kehamilan, perpisahan antara ia dan
bayinya yang tidak dapat dihindari, dan perasaan kehilangan karena uterusnya yang
penuh secara tiba-tiba akan mengempis dan ruang tersebut menjadi kosong. Depresi
ringan merupakan hal yang umum terjadi dan wanita dapat menjadi lebih
bergantung pada orang lain lebih lanjut dan lebih menutup diri karena perasaan
rentannya.

Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang semakin kuat


menjelang akhir kehamilan. Ia akan merasa canggung, jelek, berantakan, dan
memerlukan dukungan yang sangat besar dan konsisten dari pasangannya. Pada
pertengahan trimester ketiga, peningkatan hasrat seksual yang terjadi pada
trimester sebelumnya akan menghilang karena abdomennya yang semakin besar
menjadi halangan. Alternatif untuk mencapai kepuasan dapat membantu atau dapat
menimbulkan perasaan bersalah jika ia merasa tidak nyaman dengan cara-cara
tersebut. Berbagi perasaan secara jujur dengan pasangan dan konsultasi mereka
dengan anda menjadi sangat penting.9,10,11 Dengan demikian resiko dan penyebab
yang terkait, seperti tersebut diatas dapat sebagai pencetus terjadinya reaksi-reaksi
psikologis mulai tingkat gangguan emosional yang ringan ketingkat gangguan jiwa
yang serius.

B. HIPERMASKULIN HALUSINASI

1. Reaksi Wanita Hipermaskulin & Total Pasif dalam Menghadapi Persalinan


1) Persalinan

Pengertian Persalinan

- Suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus
melalui vagina ke dunia luar (Sarwono, 1999:180).

- Suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uteri) yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain tanpa
bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 1998:134).

- Proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37–42
minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam
18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Prawirohardjo,
2001:180).

- Proses membuka dan menipisnya serviks dan janin ke dalam jalan lahir. Kelahiran
adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir. Jadi
persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan 37-40 minggu. Lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala ng berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin (Sarwono, 1999: 1000).

2. Wanita Hipermaskulin dalam Menghadapi Persalinan


1) Pengertian Wanita Hipermaskulian

Wanita hipermaskulin adalah wanita yang memiliki sifat yang aktif dan kejantanan.
Pada wanita ini, sejak awal kehamilan dihadapkan pada perasaan enggan untuk
melahirkan tetapi dia ingin memiliki anak. Dia menganggap bahwa anak dapat
menghambat pekerjaan dan karirnya.

2) Reaksi Wanita Hipermaskulin

Reaksi yang terjadi pada wanita hipermaskulin adalah selalu diikuti perasaan bahwa
dia sangat berharap dan mendambakan anak tetapi ada konflik batin bahwa dia juga
tidak suka mendapatkan keturunan akibatnya dapat timbul ketidakpercayaan diri
pada wanita tersebut, bahkan dapat mengalami gangguan saraf seperti sakit kepala
hebat pada satu sisi saja atau migraine. Ketika wanita hipermaskulin mengetahui
dirinya hamil, pertama kali akan timbul konflik batin. Dia merasa seperti bermimpi.
Emosi-emosi negatif akan mengikuti wanita ini. Akibatnya timbul rasa khawatir dan
kecemasan yang berlebihan.

3) Kecemasan yang Dirasakan Wanita Hipermaskulin

Kecemasan-kecemasan yang dirasakan diantaranya, yaitu:

1. Bayi yang lahir nanti dapat menghalangi kebahagiaannya.

2. Bayi itu akan menghambat karier dan mengurangi eksistensinya dalam


pekerjaan.

3. Tidak percaya diri apakah dia mampu menjadi ibu dan bisa merawat bayi.

4. Bakat dan kemampuan ibu dapat mati setelah bayi lahir.

5. Nanti dia tidak punya waktu untuk dirinya sendiri setelah kelahiran bayinya.

6. Takut tidak dapat membagi waktu antara anak, karier dan keluarga.

Kecemasan-kecemasan tersebut sebenarnya bersumber dari dirinya sendiri


yang mengalami konflik batin antara dorongan feminitas dan maskulinitasnya. Disatu
sisi dorongan feminitas mendambakan keturunan sendiri dan secara naluri ingin
menjadi ibu tetapi disisi lain ada dorongan maskulinitas yang lebih mengutamakan
karier, jabatan, prestasi dan eksistensi diri.

Pada proses persalinan, wanita hipermaskulin akan berjuang mengatasi


kecemasan dan ketakutannya tersebut. Kesakitan fisik yang dialami saat proses
persalinan misal pada saat timbulnya kontraksi, akan diatasi oleh wanita
hipermaskulin dengan usahanya sendiri. Dia akan menganggap bahwa kelahiran
bayinya adalah prestasi bagi dirinya sendiri. Tapi kadang kala usaha tersebut muncul
secara ekstrim dan cenderung bersifat masculine-agresif. Pada proses persalinan
normal hal ini malah berakibat menghambat jalannya persalinan dan dapat memp
melakukan operasi untuk melahirkan bayinya.

3. Reaksi Wanita Total Pasif dalam Menghadapi Persalinan


1) Pengertian Wanita Total Pasif

Wanita total pasif adalah kebalikan dari hiperaktif, dia tidak terlalu peduli dan
mempunyai sifat pasif yang sangat ekstrim. Pada saat kehamilan, wanita ini bahan
tidak menyadari apa yang dia alami. Dia merasa tidak bertanggungjawab pada
keadaan dirinya dan apapun yang terjadi pada dirinya. Dia hanya merasa di dalam
perutnya kebetulan ada janin dan kabetulan perutnya yang ditempati janin itu untuk
akhirnya nanti dilahirkan. Dia menganggap bahwa dia tidak bertaggung jawab atas
semua ini karena yang harus bertanggung jawab untuk proses kelahiran nanti adalah
para dokter atau tenaga kesehatan yang menolongnya.

2) Reaksi Wanita Total Pasif

Pada wanita total pasif, dia merasa tidak perlu tahu tentang kehamilannya. Dia tidak
tahu harus bagaimana dan harus bersikap seperti apa. Semua hal tentang
kehamilannya dianggap tidak ada gunanya. Suami atau ibunya yang harus mengurus
semua ini karena batinnya dapat terganggu kalau dia harus mengurus kehamilannya.
Reaksi yang terjadi adalah dia akan mengikuti semua nasehat orang lain. Semua hal
yang disarankan orang lain akan selau dilakukan. Fokus wanita total pasif adalah
pada usaha mengenyahkan segala kekuatannya dan dia tidak tau-menau ada
kesakitan dijasmaniah pada dirinya.

3) Tingkah Laku Wanita Total Pasif

Tingkah laku wanita total pasif selama kehamilannya sangat khas, yaitu:

1. Bersikap pasif.

2. Bergantung pada ibunya.

3. Menyuruh suami melakukan semua tugasnya.

4. Tingkah lakunya infantil, kekanak-kanakan.

5. Penampakan dirinya sebagai gadis kecil yang main boneka.

6. Merasakan kehamilan dan kelahiran sebagai peristiwa magis yang


menakjubkan.

7. Jika kehamilannya semakin tua wanita ini jadi sangat tidak sabaran dan menjadi
semakin pasif, ia banyak mengeluh dan mendesak lingkungannya agar kelahiran
bayinya bisa dipercepat.

8. Sama sekali tidak merasa bertanggung jawab terhadap benda yang ada di
rahimnya itu.

9. Secara tidak sadar merasakan coitus.


10. Menyerahkan semua tanggung jawab kepada ibunya

11. Mengharapkan ibunya terus menerus menunggui dirinya di saat hamil dan
melahirkan bayinya untuk memberikan atensi pada kelahiran janinnya kelak.

4) Gangguan Bounding Attachment

Terganggunya ikatan emosional yang dibentuk seseorang dengan bayinya untuk


menghasilkan hubungan emosional yang khusus dan penuh toleransi sehingga tidak
ada kebutuhan biologis yang fundamental terjadi antara bayi dengan ibunya.

C. PANIK DISODER

Gangguan yang dapat muncul saat masa kehamilan meskipun wanita


tersebut tidak memiliki riwayat pernah menderita panic disorder. Hal ini dapat
muncul dari rasa cemas dan stress yang ditandai dengan peningkatan hormon
kortisol.
Jika tidak ditangani, peningkatan kortisol dapat mempengaruhi
perkembangan janin dalam kandungan.
Penanganan tanpa obat dapat dilakukan dengan cara terapi perilaku kognitif dan
supportif, menerapkan teknik relaksasi, penerapan sleep hygiene ,serta pengaturan
pola makan.

Gangguan panik  adalah  gangguan kecemasan yang ditandai dengan


berulangnya serangan panik yang tidak terduga. Serangan panik adalah periode tiba-
tiba dari ketakutan yang intens yang mungkin termasuk jantung berdebar ,
berkeringat, gemetar, sesak napas , mati rasa, atau perasaan bahwa sesuatu yang
mengerikan akan terjadi. 
 Tingkat gejala maksimum terjadi dalam beberapa menit.  Mungkin ada
kekhawatiran yang berkelanjutan tentang serangan lebih lanjut dan penghindaran
tempat-tempat di mana serangan terjadi di masa lalu.
Penyebab gangguan panik tidak diketahui. Gangguan panik sering terjadi pada
keluarga.
 Faktor risiko termasuk merokok , stres psikologis , dan riwayat pelecehan
anak .  Diagnosis melibatkan mengesampingkan potensi penyebab kecemasan
lainnya termasuk gangguan mental lainnya, kondisi medis seperti penyakit
jantung atau hipertiroidisme , dan penggunaan narkoba.  Skrining untuk kondisi ini
dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner . 
Gangguan panik biasanya diobati dengan konseling dan obat - obatan .  Jenis
konseling yang digunakan biasanya terapi perilaku kognitif (CBT) yang efektif pada
lebih dari setengah orang.  Obat yang digunakan termasuk antidepresan dan kadang-
kadang benzodiazepin atau penghambat beta .  Setelah menghentikan pengobatan,
hingga 30% orang mengalami kekambuhan.
Gangguan panik mempengaruhi sekitar 2,5% orang di beberapa titik dalam hidup
mereka. Biasanya dimulai pada masa remaja atau awal dewasa tetapi usia berapa
pun dapat terpengaruh. Ini jarang terjadi pada anak-anak dan orang tua.  Wanita
lebih sering terkena daripada pria. 
 

Tanda dan gejala Sunting


Penderita gangguan panik biasanya memiliki serangkaian episode intens
dari kecemasan ekstrem selama serangan panik . Serangan-serangan ini biasanya
berlangsung sekitar sepuluh menit, dan dapat berlangsung sesingkat 1-5 menit,
tetapi dapat berlangsung dua puluh menit hingga lebih dari satu jam, atau sampai
intervensi yang bermanfaat dilakukan. Serangan panik dapat bertambah dan
menyusut selama beberapa jam (serangan panik bergulir satu sama lain), dan
intensitas dan gejala panik tertentu dapat bervariasi selama durasi.
Dalam beberapa kasus, serangan dapat berlanjut pada intensitas tinggi yang tidak
berkurang atau tampaknya semakin parah. Gejala umum serangan termasuk detak
jantung yang cepat , keringat , pusing , dispnea , gemetar , ketakutan yang tidak
terkendali seperti: takut kehilangan kendali dan menjadi gila, takut mati dan
hiperventilasi. Gejala lain adalah sensasi tersedak, kelumpuhan, nyeri dada, mual,
mati rasa atau kesemutan, kedinginan atau rasa panas, pingsan, menangis  dan
perasaan berubah realitas. Selain itu, orang tersebut biasanya memiliki pemikiran
akan datangnya malapetaka.  Individu yang menderita suatu episode sering kali
memiliki keinginan kuat untuk melarikan diri dari situasi yang memicu serangan
itu. Kecemasan gangguan panik sangat parah dan terasa episodik dibandingkan
dengan gangguan kecemasan umum . Serangan panik dapat dipicu oleh paparan
rangsangan tertentu (misalnya, melihat mouse) atau pengaturan (misalnya, kantor
dokter gigi).  Serangan lain mungkin tampak tidak diprovokasi. Beberapa individu
menangani peristiwa ini secara teratur, kadang-kadang setiap hari atau setiap
minggu. Gejala luar dari serangan panik sering menyebabkan pengalaman sosial yang
negatif (misalnya, rasa malu, stigma sosial , isolasi sosial , dll.).
Serangan gejala terbatas mirip dengan serangan panik tetapi memiliki gejala lebih
sedikit. Kebanyakan orang dengan PD mengalami serangan panik dan serangan
gejala terbatas.

Model psikologis 
Meskipun tidak hanya ada satu penjelasan untuk penyebab gangguan panik,
ada beberapa perspektif yang digunakan peneliti untuk menjelaskan gangguan
tersebut. Yang pertama adalah perspektif biologis. Penelitian sebelumnya
menyimpulkan bahwa ada aktivitas norepinefrin yang tidak teratur pada orang yang
mengalami serangan panik. 
Penelitian saat ini juga mendukung perspektif ini karena telah ditemukan
bahwa mereka yang memiliki gangguan panik juga memiliki sirkuit otak yang
berkinerja tidak semestinya. Sirkuit ini terdiri dari amigdala , materi abu-abu
pusat, nukleus ventromedial dari hipotalamus , dan locus ceruleus .

Ada juga perspektif kognitif. Para ahli teori percaya bahwa orang-orang


dengan kelainan panik dapat mengalami reaksi panik karena mereka keliru mengira
sensasi tubuh mereka untuk situasi yang mengancam jiwa. 
 Sensasi tubuh ini menyebabkan sebagian orang merasa seolah-olah tidak
terkendali yang dapat menyebabkan perasaan panik. Kesalahpahaman tentang
sensasi tubuh ini disebut sebagai sensitivitas kecemasan , dan penelitian
menunjukkan bahwa orang yang mendapat skor lebih tinggi pada survei sensitivitas
kecemasan, lima kali lebih mungkin didiagnosis dengan gangguan panik.
Gangguan panik ditemukan terjadi dalam keluarga, yang menunjukkan
bahwa warisan memainkan peran yang kuat dalam menentukan siapa yang akan
mendapatkannya.
Faktor psikologis, peristiwa kehidupan yang penuh tekanan, transisi kehidupan, dan
lingkungan serta sering berpikir dengan cara yang melebih-lebihkan reaksi tubuh
yang relatif normal juga diyakini memainkan peran dalam timbulnya gangguan
panik. Seringkali serangan pertama dipicu oleh penyakit fisik, stres besar,
atau obat - obatan tertentu. Orang-orang yang cenderung mengambil tanggung
jawab yang berlebihan dapat mengembangkan kecenderungan untuk menderita
serangan panik. Pasien-pasien post-traumatic stress disorder ( PTSD ) juga
menunjukkan tingkat gangguan panik yang jauh lebih tinggi daripada populasi
umum.
Penghambatan prepulse telah ditemukan berkurang pada pasien dengan gangguan
panik.

D. OBSESSIVE COMPULSIVE DISORDER (OCD)

OCD adalah gangguan berupa obsesi dan kebiasaan berulang yang sulit
dikendalikan, yang dapat muncul di periode awal masa kehamilan, dan meningkat
seiring masa kehamilan hingga pasca melahirkan. OCD saat hamil dapat sangat
mengganggu aktivitas ibu hamil dan perlu ditangani dengan terapi perilaku atau
dengan konsumsi obat.
OCD merupakan singkatan dari obsessive-compulsive disorder, bentuk
gangguan mental di mana orang yang mengalaminya akan memikirkan berbagai hal
buruk tertentu secara berulang kali dan melakukan upaya pencegahan dengan
berlebihan.

Sebuah penelitian menemukan bahwa saat hamil, wanita cenderung mengalami


gangguan mental OCD tersebut. Bentuk gangguan yang sering dialami oleh wanita
hamil antara lain adalah terobsesi untuk selalu bersih-bersih, selalu memeriksa
keadaan janin atau bayinya, dan timbulnya pikiran-pikiran buruk mengenai masa
depan janin di dalam kandungannya.

“Kebanyakan ibu hamil yang mengalami OCD terus memikirkan janinnya. Mereka
selalu berpikir bahwa janin mereka menghadapi bahaya. Biasanya, kondisi ini
terbawa sampai setelah melahirkan. Akibatnya, penderita OCD, tidak mau berdua
saja dengan bayinya karena takut hal buruk akan terjadi pada bayi mereka,” kata
Profesor Paul Salkovskis, psikolog klinis dari King’s College, London.

Menurut Salkovskis, sangat sulit untuk ibu hamil mengatasi masalah OCD ini jika
tidak mendapat bantuan dari para ahli. “Masalahnya, kebanyakan orang-orang yang
berhubungan dengan perawatan ibu hamil, dokter, perawat, bidan, tidak mengerti
bagaimana cara menangani gangguan OCD ini,” Tambahnya lagi.

Anakku Dalam Bahaya!

Sebuah penelitian meneliti wanita dengan OCD berusia 40-50 tahun yang ternyata
gejala gangguannya muncul ketika mereka hamil. “Sebenarnya, mungkin saja
kejadian itu hanya kebetulan. Namun setelah melalui penelitian panjang, diketahui
bahwa kehamilan dan meningkatnya rasa tanggung jawab sebagai orang tua menjadi
pemicu timbulnya OCD,” jelas Salkovskis.

Saat hamil, para ibu cenderung memikirkan banyak hal yang terkait dengan bayi di
dalam kandungannya. Para ibu merasa perlu menghalau segala hal yang mereka pikir
dapat membahayakan bayinya. Mereka jadi cenderung terlalu bersih, mengecek
segala hal berulang-ulang (misalnya memastikan Si Kecil masih bernapas), dan
semua kegiatan itu akhirnya menjadi suatu obsesi yang menyakitkan.

Risiko OCD bisa juga ditimbulkan oleh peristiwa persalinan yang memengaruhi emosi
dan fisik seorang ibu. Menurut Dr. Ian Jones, psikiater perinatal dari Cardiff
Univesity, ada kemungkinan hormon memengaruhi kecenderungan gangguan ini.

Gejala OCD
Menurut Salkovskis, ada tiga karakteristik gejala OCD. Pertama, tanda umum OCD
adalah selalu mencuci tangan karena ketakutan terkontaminasi kuman penyakit.
Karakteristik kedua, selalu berusaha mengecek segala hal berlangsung dengan
semestinya.

Ibu dengan karakteristik kedua akan selalu merasa perlu melihat apakah bayinya
masih bernapas. “Di saat Anda tidak bisa melakukan hal lain, menjadi takut tidur,
dan tidak bisa mengalihkan perhatian dari bayi Anda, artinya Anda dalam masalah
besar,” ujar Salkovskis.

Karakteristik ketiga adalah pikiran-pikiran negatif yang selalu muncul mengenai


keselamatan Si Kecil. Ketika penderita OCD berusaha menghilangkan pikiran itu, yang
terjadi malah pikiran itu semakin kuat. Akibatnya, penderita OCD tidak dapat
melakukan hal lain, menjadi stres, depresi, dan akhirnya merasa tidak pantas
menjadi orang tua.

E. GANGGUAN POLA MAKAN

Meskipun hal ini cenderung membaik saat masa kehamilan, namun gangguan
pola masih dapat terjadi saat masa kehamilan. Gangguan pola makan bukan hanya
dapat mempengaruhi kesiapan ibu hamil untuk melahirkan normal, tapi juga dapat
meningkatan risiko depresi pascamelahirkan serta dapat berdampak melahirkan bayi
berat lahir rendah.

Gangguan pola makan bisa terjadi ketika seseorang memiliki pandangan


yang negatif tentang tubuhnya sendiri. Mereka cenderung memiliki gambaran yang
tidak realistis terhadap bentuk tubuh ideal. Tak terkecuali ibu hamil.

Kebanyakan gangguan makan sudah dialami saat sebelum memasuki masa


kehamilan, tapi ada juga kasus yang baru muncul setelahnya.

Biasanya mereka dirundung rasa takut akan perubahan pada bentuk


tubuhnya ketika mengandung. Berikut adalah beberapa masalah gangguan makan
yang umum terjadi pada ibu hamil.

1. Anoreksia nervosa

Anoreksia adalah gangguan makan yang ditandai dengan rendahnya berat badan
yang sangat ekstrem. Para penderitanya memiliki ketakutan berlebih akan
meningkatnya berat badan, maka dari itu mereka pun mengubah pola makan untuk
menjaga agar berat badan tubuh tidak naik.

Gangguan makan ini sangat mungkin terjadi pada ibu hamil. Apalagi, masa kehamilan
diketahui akan memberikan perubahan besar pada tubuh termasuk berat badan
yang akan melonjak drastis. Saking tak ingin hal ini terjadi, ibu pun mengurangi porsi
makannya dengan berlebihan

Hal ini tentunya sangat berbahaya, mengingat ibu hamil seharusnya mengonsumsi
lebih banyak nutrisi agar bisa mendukung perkembangan janin.

Kurangnya asupan makanan tidak hanya akan membuat ibu kekurangan berat badan
tapi juga berisiko memiliki bayi dengan berat lahir rendah, bayi lahir prematur, atau
bahkan keguguran.

2. Bulimia nervosa

Serupa dengan anoreksia, ibu yang mengalami gangguan makan


bulimia selalu merasa takut gemuk. Bedanya, ibu masih mau mengonsumsi makanan
dalam jumlah normal atau malah berlebih.

Namun setelahnya, ibu akan memuntahkan makanannya dengan paksa.


Terkadang ibu juga menggunakan obat pencahar dan melakukan olahraga
berlebihan.

Akibatnya ketika kebiasaan ini terus dilakukan, hal ini dapat berujung
dehidrasi, ketidakseimbangan cairan dalam tubuh, dan pada beberapa kasus bayi
yang dilahirkan juga memiliki masalah cacat jantung bawaan.

Seringnya konsumsi obat pencahar yang biasa dilakukan orang-orang dengan


bulimia dapat memberikan gangguan kesehatan pada pencernaan.

3. Binge eating disorder

Gangguan makan tak hanya bisa mendera mereka yang ingin mengurangi berat
badan. Ada sebagian orang yang menganggap masa kehamilan sebagai masa-masa
untuk melampiaskan keinginan untuk mengonsumsi banyak makanan.

Mereka sering berdalih bahwa hal ini dilakukan demi memberikan makanan yang
cukup untuk janin.
Binge eating disorder (BED) dirandai dengan dorongan untuk terus makan dalam
jumlah yang sangat banyak. Bertambahnya nafsu makan pada ibu hamil memang
merupakan hal yang wajar.

Namun, berhati-hatilah jika keinginan tersebut mulai tak terkendali. Orang yang


mengalami BED akan terus makan meski mereka sudah tidak merasa lapar.

Dari data yang diambil pada penelitian di Norwegia, terdapat satu dari 21 ibu hamil
mengalami gangguan makan dan paling banyak yang dialami adalah BED.

Dampaknya, janin akan lebih rentan mengalami keguguran atau bisa juga berujung
pada waktu persalinan yang lebih lama.

Sedangkan efeknya untuk kehamilan, gangguan makan BED dapat meningkatkan


tekanan darah dan risiko diabetes gestasional

Apa yang harus dilakukan jika ibu hamil terkena gangguan makan?

Orang-orang yang terkena gangguan makan sering kali tidak mau mengakui bahwa
mereka memiliki masalah tersebut, termasuk ibu hamil. Ada yang merasa sangat
bersalah dan malu terhadap dirinya sendiri, ada juga yang tak ingin mendapatkan
penilaian negatif dari orang-orang di sekitarnya.

Meski demikian, gangguan makan tetap harus segera ditangani karena dapat
berpengaruh pada keselamatan janin. Dampaknya juga masih bisa berlanjut sampai
setelah persalinan, ibu bisa saja mengalami postnatal depression.

Jika ini terjadi pada Anda, hal pertama yang harus dilakukan adalah memberitahu
dokter mengenai keadaan Anda. Mungkin nantinya dokter akan memberikan rujukan
pada layanan medis mental yang dapat membantu mengubah kebiasaan Anda.

Biasanya, Anda juga harus menjalani psikoterapi seperti terapi kognitif perilaku


untuk melatih dan mengubah cara pikir Anda pada masalah yang dihadapi.

Selain itu, dokter atau ahli terapis akan bekerja sama dengan ahli gizi dalam
membuat rencana pola makan yang akan dijalani selama masa kehamilan. Buatlah
janji tambahan dengan dokter untuk memastikan perkembangan janin Anda masih
berjalan dengan baik.

Menjalani perawatan untuk mengatasi gangguan makan memang akan lebih sulit
untuk ibu hamil. Komunikasikan kepada keluarga atau dokter dan ahli terapis akan
keadaan serta hal-hal yang Anda rasakan untuk bantu mempermudah
penyembuhan.
F. GANGGUAN BIPOLAR

Bipolar disorder merupakan gangguan yang terjadi secara kambuhan pada ibu hamil,
namun kejadiannya lebih sering terjadi pasca melahirkan.

Seperti gangguan bipolar pada umumnya, hal ini dapat diatasi dengan
menggunakan obat mood stabilizer, namun memerlukan pemeriksaan serta
pertimbangan risiko beserta manfaat. Meskipun demikian, pengawasan kondisi
kejiwaan dan perilaku dari ibu hamil dengan bipolar adalah hal yang paling penting.

Kehamilan merupakan anugerah besar yang dapat dirasakan seorang wanita,


begitu pula dengan wanita yang memiliki gangguan bipolar. Sayangnya, banyak
orang beranggapan bahwa wanita dengan gangguan bipolar akan berisiko jika harus
menjalani proses panjang dan berat, mulai dari kehamilan, persalinan, menyusui,
dan merawat anak. Namun, bukan berarti mereka tidak dapat melakukannya.

Jika Anda atau kerabat Anda merupakan penderita bipolar dan sedang hamil atau
sedang merencanakan kehamilan, pastikan untuk melakukan konsultasi dengan
dokter kandungan dan psikiater untuk mempelajari risiko dan manfaat dari asupan
obat bipolar dan pengaruhnya pada kehamilan.

Komplikasi Gangguan Bipolar dalam Kehamilan

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui gangguan pada


bipolar dan kehamilan. Sayangnya, hasil yang ditemukan masih belum cukup untuk
mengambil semua benang merah mengenai risiko gangguan bipolar yang tidak
tertangani atau dampak dari asupan obat selama kehamilan. Selain itu, faktor-faktor
yang menyebabkan kambuhnya gejala bipolar selama kehamilan juga masih belum
jelas.

Akan tetapi, berdasarkan data yang didapat, wanita dengan gangguan bipolar
berisiko tinggi mengalami masa-masa kehamilan yang sulit dan buruk. Wanita hamil
atau ibu baru dengan gangguan bipolar memiliki tujuh kali risiko masuk rumah sakit
dibandingkan dengan wanita hamil yang tidak memiliki gangguan bipolar.

Setidaknya ada satu penelitian yang telah membahas persepsi umum bahwa
kehamilan akan memiliki efek pada wanita dengan gangguan bipolar. Penelitian ini
dilakukan pada 89 wanita selama masa kehamilan dan satu tahun setelah
melahirkan.

Ketika menghentikan obat bipolar untuk periode dari enam bulan sebelum
pembuahan hingga 12 minggu setelahnya, para wanita ini menunjukkan gejala
berupa:
a. Dua kali risiko kambuh
b. Risiko 50% kekambuhan hanya dalam waktu dua minggu, jika mereka
berhenti mengonsumsi obat secara tiba-tiba
c. Munculnya gejala bipolar sepanjang 40% masa kehamilan, atau empat kali
lipat dari wanita yang melanjutkan pengobatan bipolar mereka.
d. Obat Bipolar Selama Kehamilan

Salah satu kekhawatiran terbesar seputar gangguan bipolar dalam kehamilan


adalah mengenai efek dari obat-obatan yang dikonsumsi penderita Bipolar.
Beberapa wanita dapat terus mengonsumsi obat bipolar dan melahirkan bayi dengan
kondisi yang sehat. Tetapi hal itu tidak menutup fakta bahwa ada beberapa obat
bipolar yang memiliki peningkatan risiko pada cacat lahir di trimester pertama,
seperti:

a. Cacat tabung saraf


b. Cacat jantung
c. Keterlambatan perkembangan
d. Masalah neurobehavioral

Namun, Anda juga perlu mempertimbangkan risiko terhadap gangguan bipolar yang
tidak diobati. Depresi yang tidak diikuti dengan asupan obat, juga berisiko
memberikan dampak lain seperti berat badan lahir rendah hingga efek negatif pada
perkembangan struktur otak pada bayi. Gejala gangguan suasana hati juga dapat
menyebabkan perilaku yang dapat membahayakan bayi, seperti:

a. Perawatan prenatal yang buruk


b. Nutrisi buruk
c. Kenaikan penggunaan alkohol atau tembakau
d. Stres dan depresi

Selain itu, biasanya pasien bipolar yang sedang hamil akan membutuhkan
pendampingan dari seorang psikiater untuk dapat mengendalikan kondisinya selama
masa kehamilan. Meskipun begitu, apa pun yang Anda lakukan, jangan pernah
berhenti minum obat tanpa terlebih dahulu berbicara dengan dokter.

Tidak hanya selama masa kehamilan, gangguan bipolar juga dapat kambuh
pada bulan pertama setelah melahirkan. Sehingga, pengawasan dari dokter
sebaiknya tidak hanya dilakukan pada saat hamil namun masih tetap dilanjutkan
setelah persalinan.

Solusi lain yang juga dapat Anda coba adalah dengan melakukan aktivitas fisik
seperti olahraga untuk dapat mengelola dan mengendalikan stres. Lakukan kegiatan
harian yang efektif dan disiplin untuk menghindari perubahan suasana hati yang
cepat. Lakukan juga konsultasi rutin dengan psikoterapi untuk membantu penguatan
diri.

G. Skizofrenia

Skizofrenia adalah gangguan psikosis yang dapat meningkat ataupun


menurun pada masa kehamilan. Ibu hamil dengan gangguan ini membutuhkan
pengawasan dan penanganan oleh dokter.

Skizofrenia berdampak pada kesehatan ibu dan bayi akibat mendapat


perawatan yang tidak sesuai, bisa memicu lahir prematur dan berat lahir rendah,
hingga kematian janin dan ibu hamil.

Dampak Skizofrenia pada Bumil

Seorang wanita yang mengidap skizofrenia dan berencana untuk hamil


benar-benar harus meminta saran dari dokter. Hal tersebut dilakukan untuk
memastikan jika obat yang dikonsumsi aman untuk janin yang ada. Selain
itu, gangguan mental tersebut juga dapat memengaruhi janin selama kehamilan jika
kerap terjadi. Maka dari itu, penting untuk melakukan segala pertimbangan yang
ada.

Skizofrenia dapat terjadi pada satu persen populasi wanita saat usia
reproduksi. Beberapa masalah yang terkait dengan gangguan tersebut dapat terjadi
pada periode prenatal dan persalinan. Hal tersebut juga dapat menyebabkan
masalah pada fisik dan psikologis dari janin pada bumil yang mengidap skizofrenia
tersebut.

Maka dari itu, penting untuk mengetahui beberapa dampak yang dapat terjadi
ketika skizofrenia terjadi pada bumil. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan
gangguan tersebut telah menimbulkan dampak buruk. Berikut adalah beberapa
dampak dari skizofrenia yang dapat terjadi pada bumil:

1. Komplikasi saat Kehamilan

Salah satu dampak yang dapat terjadi akibat skizofrenia pada bumil adalah timbulnya
komplikasi saat mengandung. Skizofrenia diduga terjadi karena percampuran faktor
genetik dan lingkungan. Disebutkan bahwa komplikasi saat kehamilan dapat
meningkat hampir lima kali lipat saat skizofrenia terjadi. Selain itu, anak ibu juga
dapat mengalami hal yang sama di masa depan.

Gangguan tersebut dapat menyebabkan komplikasi yang berbahaya layaknya


preeklampsia dan ketuban yang pecah dini tanpa adanya induksi persalinan. Selain
itu, risiko untuk mengalami kematian pada janin dan bayi baru lahir dapat meningkat
disebabkan oleh serangan skizofrenia. Maka dari itu, penting untuk mengatasi
gangguan mental tersebut saat hamil.
2. Gangguan pada Janin

Seorang bumil yang mengidap skizofrenia dapat menyebabkan janinnya mengalami


gangguan. Beberapa gangguan yang dapat terjadi adalah mengidap skizofrenia itu
sendiri, ADHD, hingga autisme. Risikonya akan lebih tinggi pada bayi laki-laki
dibandingkan perempuan. Disebutkan bahwa gen skizofrenia lebih aktif pada
seorang ibu hamil yang mengalami komplikasi kehamilan.

3. Peningkatan Rasa Cemas

Rasa cemas dapat meningkat sejalan dengan skizofrenia yang terus terjadi selama
kehamilan. Selain itu, banyaknya pikiran yang membebani saat hamil tentang
bagaimana cara menjadi ibu yang baik dapat memperburuk gangguan yang ada.
Skizofrenia mampu menjadi sumber stres potensial itu sendiri pada bumil. Maka dari
itu, penting untuk mengatasi gangguan mental tersebut agar tubuh tetap sehat.

Dengan mengetahui beberapa dampak yang dapat terjadi ketika seorang bumil
mengidap skizofrenia, diharapkan kamu mempertimbangkan dengan baik rencana
kehamilan yang ada. Hal yang harus dilakukan sebelum hamil adalah memastikan
gangguan pada mental tersebut diatasi dengan baik. Sehingga, tidak ada penyesalan
ketika mengandung karena penyakit tersebut masih kerap menyerang.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perubahan psikologis ibu dalam masa kehamilan untuk mencapai peran sebagai ibu
merupakan kondisi yang kompleks. Dibutuhkan asuhan yang komprehensif dan berpusat
pada kebutuhan seorang perempuan dari tenaga kesehatan. Selain itu, diperlukan
dukungan positif dari suami, keluarga dan lingkungannya untuk pencapaian peran ini.
DAFTAR PUSTAKA

Kaplan H.I, Sadok B.J. Sinopsis Psikiatri, Edisi ketujuh, Jilid I, Binarupa Aksara, Jakarta,
1997 : 777-832

. Dietz PM, Williams SB, Callaghan WM, Bachman DJ, Whitlock EP, Hornbrook MC.
Clinically identified maternal depression before, during, and after pregnancies
ending in live births. Am J Psychiatry 2007;164:1515-20.

Antenatal and postnatal mental health: the NICE guideline on clinical management
and service guidance. London: National Institute for Health and Clinical Excellence,
2007. Diunduh dari URL: http://www.nice.org .uk/CG045fullguideline.

American College of Obstetricians and Gynecologists Committee on Obstetric


Practice. Committee opinion no. 453: screening for depression during and after
pregnancy. Obstet Gynecol 2010;115:394-5.

Diagnostic and statistical manual of mental disorders, 4th ed.: DSM-IV. Washington,
DC: American Psychiatric Association, 1994

Practice guideline for the treatment of patients with major depressive disorder. 3rd
ed. Washington, DC: American Psychiatric Association, 2010:66-70.

http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/2011/11/masa-
persalinan.htmlersulit kelahiran bayi. Pada keadaan selanjutnya wanita ini akan
bersifat hiper-pasive, cenderung kurang peduli dan akhiranya membiarkan dokter
untuk

 "Anxiety Disorders" . NIMH . Maret 2016. Diarsipkan dari aslinya pada 29 September


2016 . Diakses 1 Oktober 2016 .

American Psychiatric Association (2013), Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan


Mental (edisi ke-5) , Arlington: American Psychiatric Publishing, hlm. 208–217,
938, ISBN 978-0890425558

"Gangguan Kepanikan: Ketika Ketakutan Berlebihan" . NIMH . 2013. Diarsipkan dari


aslinya pada 4 Oktober 2016 . Diakses 1 Oktober 2016 .

Craske MG, Stein MB (Desember 2016). "Kegelisahan".Lancet . 388 (10063): 3048–


3059. doi : 10.1016 / S0140-6736 (16) 30381-6 . PMID 27349358 .

Herr NR, Williams JW, Benjamin S, McDuffie J (Juli 2014)."Apakah pasien ini memiliki
kecemasan umum atau gangguan panik ?: Tinjauan sistematis Pemeriksaan Klinis
Rasional".
 JAMA .312 (1): 78-84. doi : 10.1001 / jama.2014.5950 PMID25058220 .
depresi dan kecemasan 27: 93–112, 2010.
 marquez (ND). Subtipe Pernafasan Gangguan Panik: Psikopatologi, Tes Tantangan
Laboratorium, dan Respons terhadap Pengobatan.
Diler et al., (2004) Perawatan Kognitif-Perilaku Panik Remaja.
 Frisch, N. dan Frisch, L. 2006. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri. Edisi ke-
3. Kanada: Thomson Delmar Learning.
Healy (2009) Dijelaskan Obat Psikiatri

Khouzan HR. Obsessive compulsive disordes :What to do if you


recognize baffling behaviour. Postgard Med 1999; 106(7): 133-41.

Nevid, S. Jeffrey, Spencer, A. R & Beverly G. 2005. Psikologi Abnormal


jilid 1. Jakarta: Erlangga.

eMA. Obsessive compulsive disorder. N Engl J Med 2004; 350 :


259-65 .Liebowitz MR, Barlow DH, 2004. Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders. Fourth Edition. British, R. R. Donelley &
Sons Company

WebMD. https://www.webmd.com/bipolar-disorder/guide/bipolar-disorder-in-
pregnancy#1
Diakses pada November 2018

Healthline. https://www.healthline.com/health/bipolar-disorder/bipolar-pregnancy
Diakses pada 13 Maret 2019

The Women's. https://www.thewomens.org.au/health-information/pregnancy-and-
birth/mental-health-pregnancy/bipolar-disorder-pregnancy 
Diakses pada 13 Maret 2019

Adriani, M. (2012). Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Aini, S. N. (2013). Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Gizi Lebih Pada
Remaja Di Perkotaan. Unnes Journal of Public Health, 2(1), 2–8.

NCBI. Diakses pada 2020. Pregnancy and Schizophrenia.


Everyday Health. Diakses pada 2020. Schizophrenia and Pregnancy: What to Know.

Anda mungkin juga menyukai