DOSEN PEMBIMBING:
MONA GUSFIRA
DISUSUN OLEH :
FALKULTAS KESEHATAN
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat
menyelesaikan tugas pratikum yang berjudul. KELAINAN2 PSIKOLOGI YANG TERDAPAT
DALAM MASA KEHAMILAN DANPERSALINAN :DEPRESI ,HIPERMASKULIN,HALUSINASI
HIPNAGONIK,PANIC ,DISORDEROBSESSIVE COMPULSIVE DISORDER (OCD),GGN POLA
MAKAN,GGN BIPOLAR,SCHIZOFRENIA
Dalam pembuatan referat ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu
MONA GUSFIRA yang telah memberikan kesempatan dan memberi fasilitas sehingga
referat ini dapat selesai dengan lancar serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu yang membantu pembuatan referat ini. Akhir kata semoga referat ini bisa
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari
bahwa dalam pembuatan referat ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima
saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata
penulis sampaikan terimakasih.
(ezi olivia )
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGHANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LatarBelakang.........................................................................
B. Rumusan Masalah .................................................................
C. Tujuan ....................................................................................
BAB II
A. Depresi ..................................................................................
B. Hipermaskulin halusinasi ....................................................
C. Panic disoeder........................................................................
D. Obsessive compulsive disorser (OCD)....................................
E. GGN pola makan ....................................................................
F. GGN bipolar ...........................................................................
G. Scizofrenia ..............................................................................
A. Kesimpulan............................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan mental yang baik seperti merasa tenang dan bahagia, sangat diperlukan
saat masa kehamilan, karena sangat mempengaruhi kesehatan seorang ibu hamil
dan bayi dalam kandungannya. Munculnya gangguan kesehatan mental saat hamil
dapat memicu perilaku berisiko bagi kehamilan seperti merokok, konsumsi alkohol,
asupan nutrisi yang tidak sesuai, menghindari pemeriksaan kehamilan, atau memicu
perilaku berbahaya bagi ibu dan kandungannya.
Sayangnya, perasaan depresi dan sumber stress saat hamil biasanya sering diabaikan
dan tidak ditangani.
B. Rumusan masalah
Merasa cemas dan bingung merupakan hal yang wajar bagi seseorang yang
menjalani kehamilan atau ketika segera akan melahirkan. Namun sumber stress
tersebut dapat meningkatan risiko seseorang untuk mengalami masalah kesehatan
mental, seperti depresi dan gangguan psikosis. Risiko tersebut juga jauh lebih tinggi
jika ibu hamil memiliki riwayat gangguan kesehatan mental serius sebelumnya.
Masalah kesehatan mental pada ibu hamil juga dapat bertahan hingga beberapa
waktu setelah melahirkan. Tidak hanya itu, masalah kesehatan mental yang lebih
ringan seperti gangguan mood dan merasa cemas, bisa menjadi lebih serius pada
waktu tersebut. Akibatnya, hal tersebut tidak hanya mempengaruhi kesehatan
mental dan fisik seorang ibu pasca melahirkan, namun juga dapat mengganggu
kedekatan antara ibu dan bayi yang baru lahir.
Apa saja yang dapat memicu masalah kesehatan mental saat hamil?
Selain riwayat gangguan kesehatan mental, beberapa hal juga dapat memicu ibu
hamil mengalami gangguan mental, di antaranya:
C. Tujuan
Masalah kesehatan mental yang mungkin terjadi saat hamil
Berikut beberapa masalah kesehatan mental yang dapat muncul pada ibu hamil dan
bagaimana mengatasinya.
1. Depresi
Depresi merupakan gangguan kesehatan mental yang paling umum pada masa
kehamilan. Hal ini sering menjadi pemicu, dan muncul bersamaan dengan gejala
gangguan kesehatan mental lainnya seperti gangguan kecemasan, obsessive-
compulsive disorder, dan gangguan pola makan.
Depresi pada ibu hamil memiliki pola yang bervariasi. Pada trimester pertama dan
ketiga, biasanya depresi akan terasa makin berat, namun cenderung lebih rendah
atau menurun pada trimester kedua.
Depresi saat hamil ditangani sama seperti depresi pada umumnya dengan pilihan
penanganan utama yang aman bagi janin, seperti terapi perilaku kognitif dan terapi
kejiwaan interpersonal.
2. Panic disorder
Gangguan yang dapat muncul saat masa kehamilan meskipun wanita tersebut tidak
memiliki riwayat pernah menderita panic disorder. Hal ini dapat muncul dari rasa
cemas dan stress yang ditandai dengan peningkatan hormon kortisol.
Penanganan tanpa obat dapat dilakukan dengan cara terapi perilaku kognitif dan
supportif, menerapkan teknik relaksasi, penerapan sleep hygiene ,serta pengaturan
pola makan.
OCD adalah gangguan berupa obsesi dan kebiasaan berulang yang sulit dikendalikan,
yang dapat muncul di periode awal masa kehamilan, dan meningkat seiring masa
kehamilan hingga pasca melahirkan. OCD saat hamil dapat sangat mengganggu
aktivitas ibu hamil dan perlu ditangani dengan terapi perilaku atau dengan konsumsi
obat.
4. Gangguan pola makan
Meskipun hal ini cenderung membaik saat masa kehamilan, namun gangguan pola
masih dapat terjadi saat masa kehamilan. Gangguan pola makan bukan hanya dapat
mempengaruhi kesiapan ibu hamil untuk melahirkan normal, tapi juga dapat
meningkatan risiko depresi pascamelahirkan serta dapat berdampak melahirkan bayi
berat lahir rendah.
5. Gangguan bipolar
Bipolar disorder merupakan gangguan yang terjadi secara kambuhan pada ibu hamil,
namun kejadiannya lebih sering terjadi pasca melahirkan.
Seperti gangguan bipolar pada umumnya, hal ini dapat diatasi dengan menggunakan
obat mood stabilizer, namun memerlukan pemeriksaan serta pertimbangan risiko
beserta manfaat. Meskipun demikian, pengawasan kondisi kejiwaan dan perilaku
dari ibu hamil dengan bipolar adalah hal yang paling penting.
6. Skizofrenia
Skizofrenia adalah gangguan psikosis yang dapat meningkat ataupun menurun pada
masa kehamilan. Ibu hamil dengan gangguan ini membutuhkan pengawasan dan
penanganan oleh dokter.
Skizofrenia berdampak pada kesehatan ibu dan bayi akibat mendapat perawatan
yang tidak sesuai, bisa memicu lahir prematur dan berat lahir rendah, hingga
kematian janin dan ibu hamil.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEPRESI
Depresi merupakan gangguan kesehatan mental yang paling umum pada masa
kehamilan. Hal ini sering menjadi pemicu, dan muncul bersamaan dengan gejala
gangguan kesehatan mental lainnya seperti gangguan kecemasan, obsessive-
compulsive disorder, dan gangguan pola makan.
Depresi pada ibu hamil memiliki pola yang bervariasi. Pada trimester pertama dan
ketiga, biasanya depresi akan terasa makin berat, namun cenderung lebih rendah
atau menurun pada trimester kedua.
Depresi saat hamil ditangani sama seperti depresi pada umumnya dengan pilihan
penanganan utama yang aman bagi janin, seperti terapi perilaku kognitif dan terapi
kejiwaan interpersonal.
Depresi merupakan gangguan mood yang muncul pada 1 dari 4 wanita yang
sedang hamil dan hal ini bukan sesuatu yang istimewa. Penyakit ini selalu melanda
mereka yang sedang hamil, tetapi sering dari mereka tidak pernah menyadari
depresi ini karena mereka menganggap kejadian ini merupakan hal yang lumrah
terjadi pada Ibu hamil, padahal jika tidak ditangani dengan baik dapat
mempengaruhi bayi yang dikandung Ibu.
Selain itu, adanya kekhawatiran akan kandungan, sering muntah pada awal
trimester pertama, dan masalah-masalah lain juga dapat menyebabkan Ibu depresi.
Ibu akan terusmenerus mengkhawatirkan keadaan bayinya dan ini akan membuat
Ibu merasa tertekan.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi kehamilan, yaitu faktor fisik, faktor
psikologis dan faktor sosial budaya dan ekonomi. Faktor fisik seorang ibu hamil
dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi ibu tersebut. Status kesehatan
dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan kehamilannya ke pelayanan
kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau poliklinik kebidanan.
Adapun tujuan dari pemeriksaan kehamilan yang disebut dengan Ante Natal
Care (ANC). Karena manfaat memeriksakan kehamilan sangat besar, maka
dianjurkan kepada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin di
tempat pelayanan kesehatan terdekat. Selain itu status gizi ibu hamil juga
merupakan hal yang sangat berpengaruh selama masa kehamilan. Kekurangan gizi
tentu saja akan menyebabkan akibat yang buruk bagi si ibu dan janinnya. Ibu dapat
menderita anemia, sehingga suplai darah yang mengantarkan oksigen dan makanan
pada janinnya akan terhambat, sehingga janin akan 5 mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan. Di lain pihak kelebihan gizi pun ternyata dapat
berdampak yang tidak baik juga terhadap ibu dan janin. Janin akan tumbuh besar
melebihi berat normal, sehingga ibu akan kesulitan saat proses persalinan. Yang
harus diperhatikan adalah ibu hamil harus banyak mengkonsumsi makanan kaya
serat, protein (tidak harus selalu protein hewani seperti daging atau ikan, protein
nabati seperti tahu, tempe sangat baik untuk dikonsumsi) banyak minum air putih
dan mengurangi garam atau makanan yang terlalu asin.
Yang terakhir adalah Faktor lingkungan sosial, budaya dan ekonomi. Faktor
ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan
dan tentu saja ekonomi. Gaya hidup sehat adalah gaya hidup yang digunakan ibu
hamil. Seorang ibu hamil sebaiknya tidak merokok, bahkan kalau perlu selalu
menghindari asap rokok, kapan dan dimana pun ia berada.
Ekonomi juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses 6 kehamilan yang
sehat. Keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya
secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan
persiapan lainnya dengan baik. Namun dengan adanya perencanaan yang baik sejak
awal, membuat tabungan bersalin, maka kehamilan dan proses persalinan dapat
berjalan dengan baik. Yang patut diperhatikan adalah bahwa kehamilan bukanlah
suatu keadaan patologis yang berbahaya. Kehamilan merupakan proses fisiologis
yang akan dialami oleh wanita usia subur yang telah berhubungan seksual. Dengan
demikian kehamilan harus disambut dan dipersiapkan sedemikian rupa agar dapat
dilalui dengan aman
Berat badan sangat bermakna bagi wanita hamil selama trimester pertama.
Berat badan dapat menjadi salah satu uji realitas tentang keadaannya karena
tubuhnya menjadi bukti nyata bahwa dirinya hamil. Validasi kehamilan dilakukan
berulang-ulang saat wanita mulai memeriksa dengan cermat setiap perubahan
tubuh, yang merupakan bukti adanya kehamilan. Bukti yang paling kuat adalah
terhentinya menstruasi. Hasrat seksual pada trimester pertama sangat bervariasi
antara wanita yang satu dan yang lain. Meski beberapa wanita mengalami
peningkatan hasrat seksual, tetapi secara umum trimester pertama merupakan
waktu terjadinya penurunan libido dan hal ini memerlukan komunikasi yang jujur
dan terbuka terhadap pasangan masing-masing.
Banyak wanita merasakan kebutuhan kasih sayang yang besar dan cinta
kasih tanpa seks. Libido secara umum sangat dipengaruhi oleh keletihan, nausea,
depresi, payudara yang membesar dan nyeri, kecemasan, kekhawatiran, dan
masalah-masalah lain merupakan hal yang sangat normal terjadi pada trimester
pertama.
B. Trimester Kedua Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang
baik, yakni periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala
ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil. Namun, trimester kedua juga
merupakan fase ketika wanita menelusur ke dalam dan paling banyak mengalami
kemunduran. Trimester kedua sebenarnya terbagi atas dua fase: pra-quickening dan
pasca-quickening. Quickening menunjukkan kenyataan adanya kehidupan yang
terpisah, yang menjadi dorongan bagi wanita dalam melaksanakan tugas psikologis
utamannya pada trimester kedua, yakni mengembangkan identitas sebagai ibu bagi
dirinya sendiri, yang berbeda dari ibunya. 1
Pada trimester kedua, mulai terjadi perubahan pada tubuh. Orang akan
mengenali Anda sedang hamil. Pada akhir trimester kedua, rahim akan membesar
sekira 7,6 cm di atas pusar. Pertambahan berat badan rata-rata 7,65-10,8 kg
termasuk pertambahan berat dari trimester pertama. Janin mulai aktif bergerak
pada periode ini.
Sebagian besar wanita merasa lebih erotis selama trimester kedua, kurang
lebih 80% wanita mengalami kemajuan yang nyata dalam hubungan seksual mereka
dibanding pada trimester pertama dan sebelum hamil. Trimester kedua relatif
terbebas dari segala ketidaknyamanan fisik, dan ukuran perut wanita belum menjadi
masalah besar, lubrikasi vagina semakin banyak pada masa ini, kecemasan,
kekhawatiran dan masalah-masalah yang sebelumnya menimbulkan ambivalensi
pada wanita tersebut mereda, dan ia telah mengalami perubahandari seorang yang
mencari kasih sayang dari ibunya menjadi seorang yang mencari kasih sayang dari
pasangannya, dan semua faktor ini turut mempengaruhi peningkatan libido dan
kepuasan seksual.
C. Trimester Ketiga Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan penuh
kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi sebagai
makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang bayi.
Ada perasaan was-was mengingat bayi dapat lahir kapanpun. Hal ini membuatnya
berjaga-jaga sementara ia memperhatikan dan menunggu tanda dan gejala
persalinan muncul.
B. HIPERMASKULIN HALUSINASI
Pengertian Persalinan
- Suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus
melalui vagina ke dunia luar (Sarwono, 1999:180).
- Suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uteri) yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain tanpa
bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 1998:134).
- Proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37–42
minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam
18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Prawirohardjo,
2001:180).
- Proses membuka dan menipisnya serviks dan janin ke dalam jalan lahir. Kelahiran
adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir. Jadi
persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan 37-40 minggu. Lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala ng berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin (Sarwono, 1999: 1000).
Wanita hipermaskulin adalah wanita yang memiliki sifat yang aktif dan kejantanan.
Pada wanita ini, sejak awal kehamilan dihadapkan pada perasaan enggan untuk
melahirkan tetapi dia ingin memiliki anak. Dia menganggap bahwa anak dapat
menghambat pekerjaan dan karirnya.
Reaksi yang terjadi pada wanita hipermaskulin adalah selalu diikuti perasaan bahwa
dia sangat berharap dan mendambakan anak tetapi ada konflik batin bahwa dia juga
tidak suka mendapatkan keturunan akibatnya dapat timbul ketidakpercayaan diri
pada wanita tersebut, bahkan dapat mengalami gangguan saraf seperti sakit kepala
hebat pada satu sisi saja atau migraine. Ketika wanita hipermaskulin mengetahui
dirinya hamil, pertama kali akan timbul konflik batin. Dia merasa seperti bermimpi.
Emosi-emosi negatif akan mengikuti wanita ini. Akibatnya timbul rasa khawatir dan
kecemasan yang berlebihan.
3. Tidak percaya diri apakah dia mampu menjadi ibu dan bisa merawat bayi.
5. Nanti dia tidak punya waktu untuk dirinya sendiri setelah kelahiran bayinya.
6. Takut tidak dapat membagi waktu antara anak, karier dan keluarga.
Wanita total pasif adalah kebalikan dari hiperaktif, dia tidak terlalu peduli dan
mempunyai sifat pasif yang sangat ekstrim. Pada saat kehamilan, wanita ini bahan
tidak menyadari apa yang dia alami. Dia merasa tidak bertanggungjawab pada
keadaan dirinya dan apapun yang terjadi pada dirinya. Dia hanya merasa di dalam
perutnya kebetulan ada janin dan kabetulan perutnya yang ditempati janin itu untuk
akhirnya nanti dilahirkan. Dia menganggap bahwa dia tidak bertaggung jawab atas
semua ini karena yang harus bertanggung jawab untuk proses kelahiran nanti adalah
para dokter atau tenaga kesehatan yang menolongnya.
Pada wanita total pasif, dia merasa tidak perlu tahu tentang kehamilannya. Dia tidak
tahu harus bagaimana dan harus bersikap seperti apa. Semua hal tentang
kehamilannya dianggap tidak ada gunanya. Suami atau ibunya yang harus mengurus
semua ini karena batinnya dapat terganggu kalau dia harus mengurus kehamilannya.
Reaksi yang terjadi adalah dia akan mengikuti semua nasehat orang lain. Semua hal
yang disarankan orang lain akan selau dilakukan. Fokus wanita total pasif adalah
pada usaha mengenyahkan segala kekuatannya dan dia tidak tau-menau ada
kesakitan dijasmaniah pada dirinya.
Tingkah laku wanita total pasif selama kehamilannya sangat khas, yaitu:
1. Bersikap pasif.
7. Jika kehamilannya semakin tua wanita ini jadi sangat tidak sabaran dan menjadi
semakin pasif, ia banyak mengeluh dan mendesak lingkungannya agar kelahiran
bayinya bisa dipercepat.
8. Sama sekali tidak merasa bertanggung jawab terhadap benda yang ada di
rahimnya itu.
11. Mengharapkan ibunya terus menerus menunggui dirinya di saat hamil dan
melahirkan bayinya untuk memberikan atensi pada kelahiran janinnya kelak.
C. PANIK DISODER
Model psikologis
Meskipun tidak hanya ada satu penjelasan untuk penyebab gangguan panik,
ada beberapa perspektif yang digunakan peneliti untuk menjelaskan gangguan
tersebut. Yang pertama adalah perspektif biologis. Penelitian sebelumnya
menyimpulkan bahwa ada aktivitas norepinefrin yang tidak teratur pada orang yang
mengalami serangan panik.
Penelitian saat ini juga mendukung perspektif ini karena telah ditemukan
bahwa mereka yang memiliki gangguan panik juga memiliki sirkuit otak yang
berkinerja tidak semestinya. Sirkuit ini terdiri dari amigdala , materi abu-abu
pusat, nukleus ventromedial dari hipotalamus , dan locus ceruleus .
OCD adalah gangguan berupa obsesi dan kebiasaan berulang yang sulit
dikendalikan, yang dapat muncul di periode awal masa kehamilan, dan meningkat
seiring masa kehamilan hingga pasca melahirkan. OCD saat hamil dapat sangat
mengganggu aktivitas ibu hamil dan perlu ditangani dengan terapi perilaku atau
dengan konsumsi obat.
OCD merupakan singkatan dari obsessive-compulsive disorder, bentuk
gangguan mental di mana orang yang mengalaminya akan memikirkan berbagai hal
buruk tertentu secara berulang kali dan melakukan upaya pencegahan dengan
berlebihan.
“Kebanyakan ibu hamil yang mengalami OCD terus memikirkan janinnya. Mereka
selalu berpikir bahwa janin mereka menghadapi bahaya. Biasanya, kondisi ini
terbawa sampai setelah melahirkan. Akibatnya, penderita OCD, tidak mau berdua
saja dengan bayinya karena takut hal buruk akan terjadi pada bayi mereka,” kata
Profesor Paul Salkovskis, psikolog klinis dari King’s College, London.
Menurut Salkovskis, sangat sulit untuk ibu hamil mengatasi masalah OCD ini jika
tidak mendapat bantuan dari para ahli. “Masalahnya, kebanyakan orang-orang yang
berhubungan dengan perawatan ibu hamil, dokter, perawat, bidan, tidak mengerti
bagaimana cara menangani gangguan OCD ini,” Tambahnya lagi.
Sebuah penelitian meneliti wanita dengan OCD berusia 40-50 tahun yang ternyata
gejala gangguannya muncul ketika mereka hamil. “Sebenarnya, mungkin saja
kejadian itu hanya kebetulan. Namun setelah melalui penelitian panjang, diketahui
bahwa kehamilan dan meningkatnya rasa tanggung jawab sebagai orang tua menjadi
pemicu timbulnya OCD,” jelas Salkovskis.
Saat hamil, para ibu cenderung memikirkan banyak hal yang terkait dengan bayi di
dalam kandungannya. Para ibu merasa perlu menghalau segala hal yang mereka pikir
dapat membahayakan bayinya. Mereka jadi cenderung terlalu bersih, mengecek
segala hal berulang-ulang (misalnya memastikan Si Kecil masih bernapas), dan
semua kegiatan itu akhirnya menjadi suatu obsesi yang menyakitkan.
Risiko OCD bisa juga ditimbulkan oleh peristiwa persalinan yang memengaruhi emosi
dan fisik seorang ibu. Menurut Dr. Ian Jones, psikiater perinatal dari Cardiff
Univesity, ada kemungkinan hormon memengaruhi kecenderungan gangguan ini.
Gejala OCD
Menurut Salkovskis, ada tiga karakteristik gejala OCD. Pertama, tanda umum OCD
adalah selalu mencuci tangan karena ketakutan terkontaminasi kuman penyakit.
Karakteristik kedua, selalu berusaha mengecek segala hal berlangsung dengan
semestinya.
Ibu dengan karakteristik kedua akan selalu merasa perlu melihat apakah bayinya
masih bernapas. “Di saat Anda tidak bisa melakukan hal lain, menjadi takut tidur,
dan tidak bisa mengalihkan perhatian dari bayi Anda, artinya Anda dalam masalah
besar,” ujar Salkovskis.
Meskipun hal ini cenderung membaik saat masa kehamilan, namun gangguan
pola masih dapat terjadi saat masa kehamilan. Gangguan pola makan bukan hanya
dapat mempengaruhi kesiapan ibu hamil untuk melahirkan normal, tapi juga dapat
meningkatan risiko depresi pascamelahirkan serta dapat berdampak melahirkan bayi
berat lahir rendah.
1. Anoreksia nervosa
Anoreksia adalah gangguan makan yang ditandai dengan rendahnya berat badan
yang sangat ekstrem. Para penderitanya memiliki ketakutan berlebih akan
meningkatnya berat badan, maka dari itu mereka pun mengubah pola makan untuk
menjaga agar berat badan tubuh tidak naik.
Gangguan makan ini sangat mungkin terjadi pada ibu hamil. Apalagi, masa kehamilan
diketahui akan memberikan perubahan besar pada tubuh termasuk berat badan
yang akan melonjak drastis. Saking tak ingin hal ini terjadi, ibu pun mengurangi porsi
makannya dengan berlebihan
Hal ini tentunya sangat berbahaya, mengingat ibu hamil seharusnya mengonsumsi
lebih banyak nutrisi agar bisa mendukung perkembangan janin.
Kurangnya asupan makanan tidak hanya akan membuat ibu kekurangan berat badan
tapi juga berisiko memiliki bayi dengan berat lahir rendah, bayi lahir prematur, atau
bahkan keguguran.
2. Bulimia nervosa
Akibatnya ketika kebiasaan ini terus dilakukan, hal ini dapat berujung
dehidrasi, ketidakseimbangan cairan dalam tubuh, dan pada beberapa kasus bayi
yang dilahirkan juga memiliki masalah cacat jantung bawaan.
Gangguan makan tak hanya bisa mendera mereka yang ingin mengurangi berat
badan. Ada sebagian orang yang menganggap masa kehamilan sebagai masa-masa
untuk melampiaskan keinginan untuk mengonsumsi banyak makanan.
Mereka sering berdalih bahwa hal ini dilakukan demi memberikan makanan yang
cukup untuk janin.
Binge eating disorder (BED) dirandai dengan dorongan untuk terus makan dalam
jumlah yang sangat banyak. Bertambahnya nafsu makan pada ibu hamil memang
merupakan hal yang wajar.
Dari data yang diambil pada penelitian di Norwegia, terdapat satu dari 21 ibu hamil
mengalami gangguan makan dan paling banyak yang dialami adalah BED.
Dampaknya, janin akan lebih rentan mengalami keguguran atau bisa juga berujung
pada waktu persalinan yang lebih lama.
Apa yang harus dilakukan jika ibu hamil terkena gangguan makan?
Orang-orang yang terkena gangguan makan sering kali tidak mau mengakui bahwa
mereka memiliki masalah tersebut, termasuk ibu hamil. Ada yang merasa sangat
bersalah dan malu terhadap dirinya sendiri, ada juga yang tak ingin mendapatkan
penilaian negatif dari orang-orang di sekitarnya.
Meski demikian, gangguan makan tetap harus segera ditangani karena dapat
berpengaruh pada keselamatan janin. Dampaknya juga masih bisa berlanjut sampai
setelah persalinan, ibu bisa saja mengalami postnatal depression.
Jika ini terjadi pada Anda, hal pertama yang harus dilakukan adalah memberitahu
dokter mengenai keadaan Anda. Mungkin nantinya dokter akan memberikan rujukan
pada layanan medis mental yang dapat membantu mengubah kebiasaan Anda.
Selain itu, dokter atau ahli terapis akan bekerja sama dengan ahli gizi dalam
membuat rencana pola makan yang akan dijalani selama masa kehamilan. Buatlah
janji tambahan dengan dokter untuk memastikan perkembangan janin Anda masih
berjalan dengan baik.
Menjalani perawatan untuk mengatasi gangguan makan memang akan lebih sulit
untuk ibu hamil. Komunikasikan kepada keluarga atau dokter dan ahli terapis akan
keadaan serta hal-hal yang Anda rasakan untuk bantu mempermudah
penyembuhan.
F. GANGGUAN BIPOLAR
Bipolar disorder merupakan gangguan yang terjadi secara kambuhan pada ibu hamil,
namun kejadiannya lebih sering terjadi pasca melahirkan.
Seperti gangguan bipolar pada umumnya, hal ini dapat diatasi dengan
menggunakan obat mood stabilizer, namun memerlukan pemeriksaan serta
pertimbangan risiko beserta manfaat. Meskipun demikian, pengawasan kondisi
kejiwaan dan perilaku dari ibu hamil dengan bipolar adalah hal yang paling penting.
Jika Anda atau kerabat Anda merupakan penderita bipolar dan sedang hamil atau
sedang merencanakan kehamilan, pastikan untuk melakukan konsultasi dengan
dokter kandungan dan psikiater untuk mempelajari risiko dan manfaat dari asupan
obat bipolar dan pengaruhnya pada kehamilan.
Akan tetapi, berdasarkan data yang didapat, wanita dengan gangguan bipolar
berisiko tinggi mengalami masa-masa kehamilan yang sulit dan buruk. Wanita hamil
atau ibu baru dengan gangguan bipolar memiliki tujuh kali risiko masuk rumah sakit
dibandingkan dengan wanita hamil yang tidak memiliki gangguan bipolar.
Setidaknya ada satu penelitian yang telah membahas persepsi umum bahwa
kehamilan akan memiliki efek pada wanita dengan gangguan bipolar. Penelitian ini
dilakukan pada 89 wanita selama masa kehamilan dan satu tahun setelah
melahirkan.
Ketika menghentikan obat bipolar untuk periode dari enam bulan sebelum
pembuahan hingga 12 minggu setelahnya, para wanita ini menunjukkan gejala
berupa:
a. Dua kali risiko kambuh
b. Risiko 50% kekambuhan hanya dalam waktu dua minggu, jika mereka
berhenti mengonsumsi obat secara tiba-tiba
c. Munculnya gejala bipolar sepanjang 40% masa kehamilan, atau empat kali
lipat dari wanita yang melanjutkan pengobatan bipolar mereka.
d. Obat Bipolar Selama Kehamilan
Namun, Anda juga perlu mempertimbangkan risiko terhadap gangguan bipolar yang
tidak diobati. Depresi yang tidak diikuti dengan asupan obat, juga berisiko
memberikan dampak lain seperti berat badan lahir rendah hingga efek negatif pada
perkembangan struktur otak pada bayi. Gejala gangguan suasana hati juga dapat
menyebabkan perilaku yang dapat membahayakan bayi, seperti:
Selain itu, biasanya pasien bipolar yang sedang hamil akan membutuhkan
pendampingan dari seorang psikiater untuk dapat mengendalikan kondisinya selama
masa kehamilan. Meskipun begitu, apa pun yang Anda lakukan, jangan pernah
berhenti minum obat tanpa terlebih dahulu berbicara dengan dokter.
Tidak hanya selama masa kehamilan, gangguan bipolar juga dapat kambuh
pada bulan pertama setelah melahirkan. Sehingga, pengawasan dari dokter
sebaiknya tidak hanya dilakukan pada saat hamil namun masih tetap dilanjutkan
setelah persalinan.
Solusi lain yang juga dapat Anda coba adalah dengan melakukan aktivitas fisik
seperti olahraga untuk dapat mengelola dan mengendalikan stres. Lakukan kegiatan
harian yang efektif dan disiplin untuk menghindari perubahan suasana hati yang
cepat. Lakukan juga konsultasi rutin dengan psikoterapi untuk membantu penguatan
diri.
G. Skizofrenia
Skizofrenia dapat terjadi pada satu persen populasi wanita saat usia
reproduksi. Beberapa masalah yang terkait dengan gangguan tersebut dapat terjadi
pada periode prenatal dan persalinan. Hal tersebut juga dapat menyebabkan
masalah pada fisik dan psikologis dari janin pada bumil yang mengidap skizofrenia
tersebut.
Maka dari itu, penting untuk mengetahui beberapa dampak yang dapat terjadi
ketika skizofrenia terjadi pada bumil. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan
gangguan tersebut telah menimbulkan dampak buruk. Berikut adalah beberapa
dampak dari skizofrenia yang dapat terjadi pada bumil:
Salah satu dampak yang dapat terjadi akibat skizofrenia pada bumil adalah timbulnya
komplikasi saat mengandung. Skizofrenia diduga terjadi karena percampuran faktor
genetik dan lingkungan. Disebutkan bahwa komplikasi saat kehamilan dapat
meningkat hampir lima kali lipat saat skizofrenia terjadi. Selain itu, anak ibu juga
dapat mengalami hal yang sama di masa depan.
Rasa cemas dapat meningkat sejalan dengan skizofrenia yang terus terjadi selama
kehamilan. Selain itu, banyaknya pikiran yang membebani saat hamil tentang
bagaimana cara menjadi ibu yang baik dapat memperburuk gangguan yang ada.
Skizofrenia mampu menjadi sumber stres potensial itu sendiri pada bumil. Maka dari
itu, penting untuk mengatasi gangguan mental tersebut agar tubuh tetap sehat.
Dengan mengetahui beberapa dampak yang dapat terjadi ketika seorang bumil
mengidap skizofrenia, diharapkan kamu mempertimbangkan dengan baik rencana
kehamilan yang ada. Hal yang harus dilakukan sebelum hamil adalah memastikan
gangguan pada mental tersebut diatasi dengan baik. Sehingga, tidak ada penyesalan
ketika mengandung karena penyakit tersebut masih kerap menyerang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perubahan psikologis ibu dalam masa kehamilan untuk mencapai peran sebagai ibu
merupakan kondisi yang kompleks. Dibutuhkan asuhan yang komprehensif dan berpusat
pada kebutuhan seorang perempuan dari tenaga kesehatan. Selain itu, diperlukan
dukungan positif dari suami, keluarga dan lingkungannya untuk pencapaian peran ini.
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan H.I, Sadok B.J. Sinopsis Psikiatri, Edisi ketujuh, Jilid I, Binarupa Aksara, Jakarta,
1997 : 777-832
. Dietz PM, Williams SB, Callaghan WM, Bachman DJ, Whitlock EP, Hornbrook MC.
Clinically identified maternal depression before, during, and after pregnancies
ending in live births. Am J Psychiatry 2007;164:1515-20.
Antenatal and postnatal mental health: the NICE guideline on clinical management
and service guidance. London: National Institute for Health and Clinical Excellence,
2007. Diunduh dari URL: http://www.nice.org .uk/CG045fullguideline.
Diagnostic and statistical manual of mental disorders, 4th ed.: DSM-IV. Washington,
DC: American Psychiatric Association, 1994
Practice guideline for the treatment of patients with major depressive disorder. 3rd
ed. Washington, DC: American Psychiatric Association, 2010:66-70.
http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/2011/11/masa-
persalinan.htmlersulit kelahiran bayi. Pada keadaan selanjutnya wanita ini akan
bersifat hiper-pasive, cenderung kurang peduli dan akhiranya membiarkan dokter
untuk
Herr NR, Williams JW, Benjamin S, McDuffie J (Juli 2014)."Apakah pasien ini memiliki
kecemasan umum atau gangguan panik ?: Tinjauan sistematis Pemeriksaan Klinis
Rasional".
JAMA .312 (1): 78-84. doi : 10.1001 / jama.2014.5950 PMID25058220 .
depresi dan kecemasan 27: 93–112, 2010.
marquez (ND). Subtipe Pernafasan Gangguan Panik: Psikopatologi, Tes Tantangan
Laboratorium, dan Respons terhadap Pengobatan.
Diler et al., (2004) Perawatan Kognitif-Perilaku Panik Remaja.
Frisch, N. dan Frisch, L. 2006. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri. Edisi ke-
3. Kanada: Thomson Delmar Learning.
Healy (2009) Dijelaskan Obat Psikiatri
WebMD. https://www.webmd.com/bipolar-disorder/guide/bipolar-disorder-in-
pregnancy#1
Diakses pada November 2018
Healthline. https://www.healthline.com/health/bipolar-disorder/bipolar-pregnancy
Diakses pada 13 Maret 2019
The Women's. https://www.thewomens.org.au/health-information/pregnancy-and-
birth/mental-health-pregnancy/bipolar-disorder-pregnancy
Diakses pada 13 Maret 2019
Aini, S. N. (2013). Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Gizi Lebih Pada
Remaja Di Perkotaan. Unnes Journal of Public Health, 2(1), 2–8.