Anda di halaman 1dari 21

CRITICAL JOURNAL REVIEW

MATA KULIAH KELEMBAGAAN


DAN KEARIFAN LOKAL BUDAYA
SUMATRA UTARA

MAKNA SIMBOLIK UPACARA MANGONGKAL HOLI BAGI MASYARAKAT


BATAK TOBA DI DESA SIMANINDO KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN
SAMOSIR PROVINSI SUMATERA UTARA

Dosen Pengampu: Dra. Trisni Andayani M.Si & Ayu Febryani S.Pd., M.Si

Mata Kuliah: Kelembagaan dan Kearifan Lokal Budaya Sumatra Utara

Nama Mahasiswa NIM

Wahyuni Sinaga 3203122042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan karunia-
Nya,saya dapat menyelesaikan kritikal jurnal saya ini. Tidak lupa, saya juga mengucapkan
banyak trimakasih bagi seluruh pihak yang telah membantu saya dalam penyusunan kritikal
jurnal ini dan berbagai sumber yang telah saya gunakan sebagai data dalam pembuatan
kritikal jurnal ini. Saya menyadari bahwa saya adalah orang yang masih memiliki kekurangan
di sana-sini, oleh karena itu, tidak ada suatu pekerjaan yang terselesaikan dengan kata
sempuna, terlebih dalam penulisan kritikal jurnal ini.

Tentunya sebagai penyusun kritikal jurnal ini, saya sangat berharap, bahwa hal ini akan
menjadi hal yang sangat berguna dan bermamfaat, untuk memperluas cakrawala wawasan
kita, mengenai “MAKNA SIMBOLIK UPACARA MANGONGKAL HOLI BAGI
MASYARAKAT BATAK TOBA DI DESA SIMANINDO KECAMATAN SIMANINDO
KABUPATEN SAMOSIR PROVINSI SUMATERA UTARA”. Tentunya sebagai Bangsa
Indonesia yang baik dan sebagai manusia yang memiliki jiwa wawasan kebudayaan yang
tinggi, serta keingintahuan yang besar tentang pengetahuan kehidupan manusia yakni
masyarakat Samosir tentang kearifan lokal mangogkal holi yang masih sangat eksis sampai
saat ini.

Saya telah menyusun kritikal jurnal ini dengan semaksimal mungkin, tentunya dengan
kemampuan yang saya miliki. Sebagai reviewer, tentunya saya ingin mengembangkan diri
saya ke depannya, oleh karena itu, dengan tangan terbuka dan rendah hati, saya menerima
segala kritik dan saran dari semua teman-teman, terlebih dosen pengampu mata kuliah ini,
tentunya kritik dan saran tersebut akan sangat berguna bagi saya untuk dapat menciptakan hal
baru yang lebih baik, serta menjadi batu loncatan bagi saya untuk melengkapi segala
kekurangan dan memperbaiki segala kesalahan. Besar harapan saya, kritikal buku ini dapat
bermamfaat bagi pembaca. Akhir kata, saya ucapkan terimakasih.

Dolok Sanggul, Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
A. BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................1
B. BAB 2 RINGKASAN ISI JURNAL..................................................................................2
1. Identitas Jurnal................................................................................................................2
2. Ringkasan Jurnal Utama.................................................................................................3
3. Ringkasan Jurnal Pembanding........................................................................................6
C. BAB 3 PEMBAHASAN...................................................................................................13
1. Menjelaskan relevansi antara topik jurnal dengan karya-karya dan bidang keahlian
penulis...................................................................................................................................13
2. Membahas pokok-pokok argumentasi penulis dalam pendahuluan..............................13
3. Membahas pemilihan serta cakupan kajian teori..........................................................14
4. Membahas metodologi penelitian yang digunakan dan relevansinya...........................14
5. Membahas tentang kerangka berpikir penulis pada bagian pembahasan......................15
6. Membahas tentang kesimpulan dan saran yang diajukan penulis serta implikasinya
pada penelitian berikutnya....................................................................................................15
7. Pembahasan memuat persetujuan, kritik, sanggahan, uraian penjelas serta posisi
penulis journal review terhadap jurnal.................................................................................16
D. BAB 4 PENUTUP............................................................................................................17
1. Kesimpulan...................................................................................................................17
2. Saran..............................................................................................................................18

ii
A. BAB 1 PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang multikultural. Multikultural berarti memiliki lebih
dari satu kebudayaan yang tinggal di suatu wilayah. Kemultikulturalan tersebut dapat
dilihat dari banyaknya suku bangsa atau etnis yang ada di Indonesia. Telah tercatat
tepatnya 1340 suku bangsa menurut sensus BPS tahun 2010. Tentunya setiap suku
bangsa memiliki ciri khas dan kebudayaan sendiri yang masih dijunjung tinggi sampai
saat ini. Satu suku bangsa saja, bisa memiliki lebih dari 10 ciri khas ataupun kearifan
lokal yang masih dijunjung tinggi, baik itu kearifan lokal tentang legenda, pantun,
pepatah, gurindam, dan ritual-ritual adat lainnya yang mencerminkan nilai dan norma
yang masih dijunjung tinggi.

Kearifan lokal merupakan suatu aktivitas masyarakat yang mengandung nilai-nilai


ataupun norma-norma yang dijunjung tinggi masyarakat serta memiliki manfaatnya
bagi kehidupan sosial dan budaya serta diturunkan secara turun-temurun. Salah satu
suku bangsa di Indonesia yang memiliki segudang kebudayaan yang masih terjaga
adalah suku Batak Toba. Suku Batak Toba yang mendiami keliling pesona Danau
Toba, yang ada di di wilayah Samosir, tuba, humbanghasundutan, Ken beberapa
wilayah.

Kearifan lokal Mangongkal Holi adalah salah satu ritual adat yang masih sangat
dipertahankan dan dijunjung tinggi sampai sekarang ini. Ritual ini adalah ritual yang
akan dilaksanakan oleh keluarga yang memiliki nenek moyang yang telah lama
dimakamkan dan diambil lagi tulang-belulangnya serta diletakkan pada suatu tugu
yang cukup tinggi. Tulang belulang tersebut diletakkan pada tempat yang tinggi untuk
menandakan harkat dan martabat keluarga tersebut adalah tinggi juga. Banyak nilai-
nilai yang terkandung di dalam bangun kali ini, Misalnya saja taat terhadap orang tua,
solidaritas antar persaudaraan, dan nilai-nilai keagamaan lainnya.

Kekayaan yang berupa ritual ini tidak boleh dipandang sebelah mata karena
mengandung sangat banyak hal-hal baik. Pemilihan artikel ini untuk dijadikan critical
jurnal review karena mengingat bahwa Indonesia merupakan negara yang sangat kaya
akan budaya seperti yang telah dijelaskan bahwa Indonesia merupakan negara yang

1
multikultural. Jadi, agar kekayaan tersebut tidak dilupakan dan tetap diperhatikan
serta dilestarikan dengan cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari maka
reviewer jurnal ini ingin mempelajari dan mengkaji kembali serta membahasnya agar
eksistensi ritual ini selalu nampak pada kehidupan sosial dan budaya masyarakat
Batak Toba.

Dapat dilihat bahwa zaman sekarang ini adalah zaman globalisasi yakni modernisasi
telah banyak ditemukan dalam Lini kehidupan masyarakat. Tetapi Walaupun
demikian, kearifan lokal harus tetap dipertahankan eksistensinya di dalam Kancah
globalisasi dunia. Masyarakat sekarang ini memang harus mengikuti arus globalisasi
tetapi tetap menjunjung tinggi kearifan lokal tersebut. Karena bangsa yang
bermartabat adalah mereka yang mau mempertahankan kearifan lokal yang
Memberikan pedoman hidup serta nilai-nilai kehidupan yang mengatur dan
menjadikan masyarakatnya sebagai masyarakat yang beradab serta berakhlak mulia.
Kearifan lokal serta kekayaan budaya merupakan salah satu topik yang sangat
diminati oleh reviewer jurnal. Wawasan kebudayaan adalah hal yang sangat penting
untuk dipelajari dan diaplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari, karena dengan
wawasan kebudayaan kita akan mampu untuk beradaptasi dan mengetahui bagaimana
cara untuk bertingkah laku di negeri orang. Jadi, salah satu kajian kearifan lokal yang
sangat diminati oleh reviewer adalah Mangongkal Holi.

B. BAB 2 RINGKASAN ISI JURNAL


1. Identitas Jurnal
1.1. Jurnal Utama
Judul : Perkembangan Ritual Adat Mangongkal Holi Batak
Toba dalam Kekristenan di Tanah Batak
Penulis : Firman Oktavianus Hutagaol* & Iky Sumarthina P.
Prayitno
Penerbit : Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya
(Journal of Social and Cultural Anthropology)
Vol : 6 (1) (2020): 84-92
ISSN : ISSN 2460-4585

2
Tahun Publikasi : 01 Juni 2020
1.2. Jurnal Pembanding
Judul : Makna Simbolik Upacara Mangongkal Holi Bagi
Masyarakat Batak Toba di Desa Simanindo Kecamatan Simanindo Kabupaten
Samosir Prvinsi Sumatra Utara
Penulis : Fransiska Dessy Putri
Penerbit : Jom FISIP
Vol : Volume 2 No. 2
Tahun Publikasi : Oktober 2015

2. Ringkasan Jurnal Utama


Pendahuluan
Jika ditanya negara apa yang memiliki budaya yang sangat banyak salah satunya
adalah negara Indonesia. Di dalam kehidupan sehari-hari adat dan budaya tidak
akan pernah lepas dari manusia karena didalamnya terdapat berbagai nilai dan
norma ritual dan aturan-aturan yang bersifat mengikat kehidupan sosial dan
budaya manusia. Hal itu berlaku pada masyarakat suku Batak Toba yakni kita
mengetahui bahwa suku Batak Toba memiliki banyak tradisi dan adat yang sangat
unik sakral dan magis serta memiliki hal yang sangat dihormati dan dihargai.
Mangongkal holi adalah salah satu kearifan lokal ataupun ritual yang terkenal dari
tanah Batak dan Sumatera Utara. Hal ini bermula bahwa leluhur memohon kepada
anak-anak cucunya dan keluarganya agar dipindahkan Dan disatukan ke tempat
yang lebih baik dan layak sehingga hal tersebut dilaksanakan dan tulang
belulangnya diletakkan pada sebuah tugu yang cukup tinggi. Ritual ini
dilaksanakan sebagai suatu penghormatan terhadap leluhur mereka yang masih
berlangsung sampai saat ini. Tetapi kekristenan menganggap bahwa ritual Ini
mengandung unsur-unsur seperti dinamisme animisme, spiritisme, dan hal lainnya
dan tentunya hal tersebut bertentangan dengan ajaran Kristen. Walaupun demikian
hal tersebut masih bisa bertahan karena ada beberapa nilai-nilai yang masih
dijunjung tinggi dan dianggap baik.

Metode Penelitian

3
Di dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif untuk
mengamati ritual adat tersebut. Metode ini sangat cocok untuk menganalisis ritual
adat dan budaya itu dan didukung oleh beberapa pendapat tokoh seperti Ericsson,
dan Crasswell. Bahwa metode kualitatif adalah suatu metode penelitian yang
berusaha untuk menemukan dan menggambarkan secara naratif tentang suatu
kegiatan dan dampak yang dilakukan oleh manusia terhadap kehidupan mereka.
Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif ini dalam rangka penelitian
ritual adat Mangongkal Holi, tepatnya di daerah pakai julu Kabupaten Tapanuli
Utara Provinsi Sumatera Utara. Peneliti melakukan penelitian pada masyarakat
suku Batak Toba yang beragama Kristen dari Jemaat HKBP Dolok Nauli Resort
sarulla Tapanuli Utara.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Mangongkal Holi dan Agama Kristen
Kegiatan ritual adat ini adalah permintaan dari keluarga besar. Yakni sebuah
keluarga yang merupakan Jemaat dari HKBP Dolok Nauli yakni bagian dari
Jumat induk HKBP sarulla. Pada awalnya keluarga akan meminta izin kepada
pemimpin daerah setempat yakni kepala desa dan perkumpulan Marga di daerah
tersebut sambil mengundang mereka untuk hadir pada ritual adat yang
dilaksanakan. Dalam ritual tersebut pihak keluarga, pemimpin daerah setempat,
masyarakat dan juga majelis gereja akan melaksanakan ibadah singkat yaitu
berupa nyanyian gerejawi dan pembacaan ayat Alkitab. Selanjutnya makam akan
digali secara perlahan untuk menemukan tulang-belulang leluhur tersebut. Setelah
tulang-belulang itu ditemukan maka pihak gereja akan mengawasi pengangkatan
dan juga pemindahan tulang-belulang ke dalam peti khusus tersebut.

Pihak gereja dengan tegas memperingatkan pihak keluarga agar tidak menangis
itu yang berulang tersebut lagi karena hal tersebut dianggap suatu perwujudan
ajaran sinkretisme, animisme, spiritisme dan lain-lain. Peti tersebut akan
dibungkus dengan kain ulos yang menunjukkan identitas Batak Toba sebagai
suatu penghormatan. Setelah itu keluarga akan pulang kerumah dan diadakan
acara ramah tamah setelah acara ramah tamah berakhir acara akan ditutup dengan
doa oleh majelis gereja. Ritual ini sebenarnya merupakan suatu ritual yang cukup
rumit karena banyak mempertimbangkan tenaga kerja, waktu, dana dan interaksi
4
sosial dari berbagai pihak. Tetapi menurut orang zaman dahulu bahwa sebelum
kekristenan masuk ke tanah Batak ritual ini dilakukan dengan memindahkan
tulang-belulang leluhur dari Makam Batu Lama menuju makam batu yang baru
dan istilahnya dikenal dengan batu na pir atau tugu batu.

Mangongkal Holi Sebagai Solidaritas Mekanik Yang Menyatukan


Masyarakat Suku Batak Toba
Ritual Mangongkal Holi, mengandung solidaritas mekanik Durkheim. Yakni
menurut solidaritas mekanik merupakan solar iritasi yang membuat orang-orang
di sekitarnya menjadi Bersatu Karena ada ikatan yang umum yakni hal tersebutlah
yang membuat orang terlibat di dalamnya serta bertanggungjawab. Dalam
pelaksanaannya, ritual itu berlangsung untuk mempersatukan seluruh keturunan
yang berasal dari leluhur tersebut. Selain itu ritual ini juga dilakukan dengan
tujuan agar mendapatkan hagabeon (panjang umur), hasangapon (kehormatan),
dan hamoraon (kekayaan). Teori durkheim dapat dipahami bahwa ritual ini
membandingkan fungsi yang sangat penting pada masyarakat suku Batak Toba
untuk menjaga solidaritas stabilitas, dan kohesi sosial secara kolektif dalam suku
Batak Toba.

Peran Pemimpin Ritual Mangongkal Holi Pada Masa Dahulu dan Sekarang
Mangongkal Holi adalah suatu ritual yang sangat sakral karena selain melakukan
penggalian terhadap tulang-tulang dan pemindahan mereka juga menyampaikan 2
serta ritual untuk roh orang yang sudah mati ritual itu tidak boleh dipimpin oleh
sembarang orang karena ritual itu biasanya dipimpin oleh Datu atau dukun bahkan
orang tua yang dipandang penting dalam suku Batak Toba. Masuknya ajaran
kekristenan ke tanah Batak membawa pencerahan dari sisi agama Sehingga
membuat peran Datu atau dukun dalam ritual adat tergantikan oleh Pendeta,
imam, dan juga majelis gereja.

Menurut Weber, bahwa setiap praktik keagamaan ataupun ritual yang terdapat
dalam agama primitif ataupun modern bergantung kepada peranan pemimpin
ritual sebagai orang yang memahami & juga orang yang memahami tindakan
simbolik. Weber membaginya ke dalam dua hal yakni ahli magis dan juga Imam
atau pendeta. Dapat kita pahami bahwa dia itu atau dukun merupakan ahli magis
5
dalam suku Batak Toba Dan mereka memahami ritual atau simbol ritus yang lebih
dalam titik tetapi akan masuknya kekristenan ke tanah Batak Maka pemimpin
ritual Setelah mengalami transisi menjadi imam ataupun pendeta.

3. Ringkasan Jurnal Pembanding


Pendahuluan
Budaya adalah hal yang sangat penting di dalam kehidupan karena dalam budaya
terkandung seperangkat nilai, pola pikir, etika, kearifan, dan perilaku dan pola
interaksi yang akan menjadi suatu pedoman dalam berperilaku oleh manusia.
Setiap budaya memiliki ciri-ciri khas tertentu baik itu dari acara ataupun ritual
yang ada di dalam lingkungan mereka. Misalnya saja masyarakat batak yakni
salah satu kelompok dari suku yang ada di Indonesia kita mengetahui bahwa
dalam masyarakat batak ada suatu ritual Mangongkal Holi, yakni ritual
pemakaman yang dipraktikkan oleh suku Batak di Indonesia. Masyarakat batak
telah sepakat bahwa pelaksanaan upacara tersebut dilaksanakan untuk keperluan
tertentu yang mengandung nilai, aturan dan norma-norma yang mesti dipatuhi dan
masyarakat batak sepakat untuk meneladani Tata hidup para leluhurnya yang
dapat ditunjukkan dengan jelas melalui pepatah dan peribahasa Batak. Ritual
tersebut merupakan tradisi membongkar kembali dan memindahkan tulang-
belulang ke tempat yang dianggap lebih layak dan ritual ini telah berlangsung
sejak zaman nenek moyang dari suku bangsa Batak.

Tinjauan Pustaka
Komunikasi dan Budaya
Komunikasi dan kebudayaan adalah dua konsep yang tidak dapat dipisahkan
karena cara kita berkomunikasi dan keadaan kita dalam berkomunikasi
menggunakan bahasa dan gaya bahasa yang digunakan dan perilaku perilaku non
verbal kita. Dan komunikasi juga terikat oleh budaya, kemiripan budaya di dalam
persepsi akan memberikan peluang pemberian makna yang mirip bola terhadap
suatu objek sosial dari suatu peristiwa.

Komunikasi

6
Richard West dan Lyn H. Turner, berpendapat bahwa di dalam komunikasi adalah
proses sosial yakni individu dan kelompok akan menggunakan berbagai simbol
untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna didalam lingkungan mereka.
Komunikasi merupakan multimakna dan kompleks yang terlihat pada definisi dari
beberapa pakar. Jadi tidak bisa di mungkin dirumuskan suatu definisi yang
mampu untuk mencakup keseluruhan definisi dari komunikasi tersebut.

Kebudayaan
Definisi kebudayaan sangat luas dan tidak dapat dirangkum dalam satu definisi
saja. Sudah banyak para ahli yang memberikan pendapatnya tentang definisi
kebudayaan Tetapi semuanya yang memiliki perbedaan satu sama lain, Walaupun
demikian definisi disampaikan oleh ahli tersebut selain memiliki keterkaitan
ataupun hubungan satu sama lain.

Makna dan Simbol


Makna
Makna adalah sesuatu hal yang tinggal di dalam pikiran kita dan bukan terletak
pada suatu lambang atau simbol. Pada suatu sistem budaya semakin banyak orang
berkomunikasi maka akan semakin banyak pemahaman yang diperoleh. Brodbeck
(1963), menguraikan makna yang dimaksud akan lebih sering membingungkan
daripada menjelaskan. Dalam hal ini ia membagi makna pada tiga corak yakni:
1. Makna inferensial, yaitu makna satu kata (lambang) adalah objek,pikiran,
gagasan, konsep yang dirujuk oleh kata tersebut.
2. Makna yang menunjukkan arti (significance) yaitu suatu istilah sejauh
dihubungkan dengan konsep-konsep yang lain.
3. Makna intesional, yaitu makna yang dimaksud oleh seorang pemakai lambang.

Simbol
Simbol berasal dari kata Yunani, yakni "sys-ballein", yakni berarti melemparkan
bersama suatu yang dikaitkan dengan menyebutnya simbolos yang berarti/ciri yang
memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang. Simbol merupakan bentuk yang
menandai sesuatu yang lain diluar perwujudan bentuk simbol tersebut.

Upacara Mangongkal Holi


7
Upcara mangongkal holi berarti menggali tulang-belulang orang yang telah
meninggal. Dalam bahasa Batak Toba, holi berarti tulang ataupun tulang-belulang
yang disebut juga sharing-sharing atau tulang tengkorak dari orang yang telah
meninggal. Adapun alasan Pegadaian itu adalah disaksikan oleh unsur dari Dalihan
Na Tolu yaitu Dongan sabutuha, boru, hula-hula dan dengan sahuta.

Masyarakat Batak
Batak dapat diartikan sebagai suatu wilayah biasa di sebut dengan tanah Batak.
Tanah Batak adalah daerah hunian di sekeliling Danau Toba yang terletak di
Sumatera Utara. Bangsa batak sendiri termasuk salah satu kelompok pribumi di
Indonesia bahwa masyarakat tersebut sudah diyakini bahwa mereka sudah
bermukim di Sumatera Utara titik masyarakat batak dapat diartikan sebagai
masyarakat yang terdiri dari Batak Toba, Simalungun, Karo, Pakpak, Pasisir,
Angkola, Mandailing, Padang Lawas, Melayu, Nias, Batak alas Gayo.

Interaksi Simboli Herbert Blumer


Interaksi simbolik dikembangkan oleh Herbert Blumer dalam ruang lingkup
sosiologi. Esensi interaksi simbolik merupakan suatu aktivitas yang merupakan ciri
khas manusia yakni komunikasi dan pertukaran simbol yang diberi makna.
Perspektif interaksi simbolik, berusaha untuk memahami perilaku manusia dari
sudut panjang berusaha untuk memahami perilaku manusia dari sudut pandang
subjektif. Dalam pandangan interaksi simbolik, yakni yang telah ditegaskan oleh
blumer, proses sosial dalam kehidupan kelompok lah yang menciptakan berbagai
penegasan aturan aturan dan bukan aturan yang menciptakan dan menegakkan
kehidupan kelompok.

Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan pemetaan yang dibuat dalam penelitian untuk
menggambarkan alur pikir penulis dalam penyusunan kerangka pemikiran ini
berguna untuk memperjelas jalannya penelitian yang dilaksanakan titik Dalam
penelitian ini kerangka berpikir yang disusun penulis terdiri dari teori-teori yang
menjadi pokok-pokok dalam mendeskripsikan masalah yang diteliti. Penelitian ini
mengacu pada esensi dari teori interaksi simbolik yang dirangkum oleh Deddy
Mulyana yang menyebutkan bahwa suatu aktivitas yang merupakan ciri khas
8
manusia yakni komunikasi dan pertukaran simbol yang diberi makna. Mengacu
kepada teori interaksi simbolik dari Herbert blumer, maka dalam penelitian
"Makna Simbolik Upacara Mangongkal Holi Bagi Masyarakat Batak Toba di Desa
Simanindo Kabupaten Samosir Provinsi Sumatra Utara", penulis akan
memfokuskan penelitian menjadi tiga identifikasi yang meliputi makna inferensial,
makna menunjukkan arti dan makna yang dimaksud oleh pemakaian lambang.

Metode Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif dengan penelitian kualitatif
dengan penekanan pada cara pandang, cara hidup, selera, ataupun ungkapan emosi
dari keyakinan masyarakat yang diteliti Dalam penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif dengan metode kualitatif maka dari itu menjadi subjek
penelitian adalah ketua adat, keluarga yang melaksanakan upacara, dan warga
setempat titik teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik
purposive sampling yakni pengumpulan informasi dengan menggunakan
pertimbangan tertentu.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Makna Inferensial dalam Upacara Mangongkal Holi bagi Masyarakat Batak
Toba di Desa Simanindo Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir Provinsi
Sumatera Utara
Makna inferensial adalah makna satu kata atau lambang yang dimana proses
pemberian makna terjadi ketika menghubungkan lambang dengan yang
ditunjukkan lambang. dari hasil wawancara dan observasi penulis di lapangan,
penulis akan menjelaskan beberapa makna inferensial yang terdapat dalam upacara
Mangongkal Holi.

Makna Martonggoraja
Martonggo Raja merupakan kegiatan yang wajib dilakukan dalam pelaksanaan
upacara bangkahuni untuk bertujuan mengetahui ataupun kesiapan dari pihak
keluarga. Tujuan dari pelaksanaan martonggo Raja akan membicarakan dan
merapatkan Kapan hari H acara dilaksanakan. Biaya, peralatan, akan di juga
dibicarakan pada acara tersebut.

9
Acara Mangongkal Holi
Setelah martonggo Raja akan ditetapkan hasil hasil mufakat Maka selanjutnya akan
melaksanakan acara ritual. Pada hari yang telah ditentukan semua unsur
kekerabatan dalam dalihan natolu akan Diharapkan hadir berada di rumah orang
yang melaksanakan ritual tersebut dan pihak hula-hula terlebih dahulu untuk
melakukan ibadah sebelum menuju ke kuburan yang akan digali.

Ulos Penampin
Simbol ulos tersebut di dalam ritual adalah dipakai untuk menampung tulang-
belulang gen merupakan tanda ketulusan seorang Paman kepada anak perempuan
yang melaksanakan tradisi penggalian tulang-belulang.

Mangombak
Mangombak dalam ritual tersebut merupakan proses penggalian tulang-belulang
orang yang telah meninggal titik Dan bila ada kata-kata seperti di atas itu masih di
ucapkan sesuatu sebelum mencangkul, itu masih memberlakukan yang sudah mati
seperti orang hidup.

Acara Sepulang Dari Kuburan


Setelah acara Mangongkal Holi selesai, maka akan diadakan acara sepulang dari
kuburan adalah doa bersama titik tetapi untuk 2 tersebut akan didahului dengan
makan bersama. Dalam makan bersama pihak keluarga yang melaksanakan
upacara tersebut akan menyembelih seekor kerbau untuk lauk.

Makna Significance dalam Upacara Mangongkal Holi bagi Masyarakat Batak


Toba di Desa Simanindo Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir Provinsi
Sumatera Utara
Significance adalah menunjukkan arti suatu istilah tidak hanya makna yang
melekat pada benda dalam upacara mangongkal holi. Ungkapan makan aku makna
yang terdapat dalam simbol-simbol dari ungkapan makan aku makna yang terdapat
dalam simbol-simbol dari upacara tersebut sesungguhnya akan dikaji lebih dengan
cara memahami Bagaimana pemaknaan upacara tersebut.
10
Upacara Mangongkal Holi dari Nilai Agama
Nilai-nilai agama yang dapat diambil dalam ritual mangongkal holi, adalah:
1. Ibadah merupakan doa dan nyanyian pujian yang di panjatkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Simbol Ulos memiliki nilai Keagamaan karena sebelum dibuat/ditenun terlebih
dahulu berdoa kepada Tuhan.
3. Ulos juga menjadi simbol penyatuan antara manusia dengan Tuhan, yaitu
dalam halpenyampaian doa.

Upacara Mangongkal Holi dari Nilai Sosial


Nilai sosial bisa menjadi sebuah pedoman ataupun patokan bagi manusia untuk
menjalankan kehidupannya dengan orang lain. Jadi dalam ritual ini sangat banyak
ditemukan nilai sosial yakni untuk menjalin persaudaraan antara satu sama lain
dalam keluarga.

Upacara Mangongkal Holi dimaknai dari Ketua Adat Desa Simanindo


kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera Utara
Ketua adat dapat dikatakan adalah saksi sejarah budaya dan perkembangan
kehidupan masyarakat batak sejak zaman dahulu sampai sekarang. Berdasarkan
hasil wawancara di atas, penghormatan pada orang tua bukan hanya pada masa
hidupnya Tetapi walaupun sudah meninggal tetap dilakukan dengan cara
memelihara tulang-belulang orang tuanya yang menjadi perwujudan bahwa
keturunannya menghormati dan mengasihi orang tuanya itu.

Makna Intesional dalam Upacara Mangongkal Holi bagi Masyarakat Batak


Toba di Desa Simanindo Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir Provinsi
Sumatera Utara
Makna Internasional merupakan makna yang dimaksud oleh seseorang memakai
lambang dan tidak dapat dicari rujukan.

Motivasi

11
Motivasi menjadi bagian penting untuk memahami perasaan dalam seseorang
untuk melaksanakan upacara mamgongkal holi, bahwa setiap motivasi terkait
dengan pengaruh yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu baik secara
internal dan eksternal. Berdasarkan hasil wawancara pihak keluarga yang
melaksanakan upacara tersebut didasarkan oleh faktor internal dari dalam pihak
keluarga, yakni diawali dari mimpi dengan orang tua yang telah meninggal datang
melalui mimpi dan berbicara agar memindahkan tulang-belulangnya ke tempat
yang lebih layak.

Perasaan
Perasaan adalah persepsi atau pun ungkapan dari diri seseorang terhadap suatu hal
yang dilakukan, memiliki nilai tersendiri dan menjadi pencapaian titik berdasarkan
hasil wawancara tersebut perasaan yang dirasakan oleh pihak keluarga yang
melaksanakan upacara ritual ini merupakan suatu pencapaian di dalam diri serta
menunjukkan keberhasilan dari anak-anak dan mempererat hubungan kakak
beradik dalam keluarga.

12
C. BAB 3 PEMBAHASAN
1. Menjelaskan relevansi antara topik jurnal dengan karya-karya dan
bidang keahlian penulis.
Dalam jurnal utama dengan judul “Perkembangan Ritual Adat Mangongkal Holi
Batak Toba dalam Kekristenan di Tanah Batak”, yang ditulis oleh Firman
Oktavianus Hutagaol* & Iky Sumarthina P. Prayitno, penulis pertama merupakan
seorang dosen di Universitas Kristen Satya Wacana, dalam Fakultas Teologia.
Dalam pembahasan studi religi, dengan topik mitologi dan folklore. Bagian history
of religion juga merupakan salah satu pokok kajian beliau. Jika dilihat dari karya
beliau yang lain, seringkali beliau menuliskan suatu penelitian dengan
menyangkutkan budaya dalam perspektif agama, khususnya Kristen. Tentunya topik
dan keahlian penulis memiliki relevansi serta keterkaitan satu sama lain, yakni
tentang mitologi, folklore, dan sejarah keagamaan. Hal tersebut sangat berkaitan erat
dengan karyanya yakni “Perkembangan Ritual Adat Mangongkal Holi Batak Toba
dalam Kekristenan di Tanah Batak”.

2. Membahas pokok-pokok argumentasi penulis dalam pendahuluan.


Pokok-pokok argumentasi yang disampaikan oleh penulis di dalam jurnal tersebut
sebenarnya sudah cukup banyak. Berbagai asumsi dan pendapat serta argumentasi
yang disampaikan tetap berdasarkan pengembangan dari pendapat pendapat para
ahli yang dituliskan di dalam jurnal tersebut. Seringkali penulis mengungkapkan
argumentasinya setelah berbagai penjelasan yang padat dari seorang ahli dan penulis
berusaha untuk mengambil kesimpulan dengan menggunakan sudut pandang nya
sendiri tanpa lari dari pokok bahasan seorang ahli yang dikutip tersebut.

Pokok argumentasi yang dapat dipahami dalam jurnal tersebut adalah bahwa penulis
mengungkapkan bahwa suku Batak Toba merupakan salah satu suku yang memiliki
adat serta kebudayaan yang cukup unik serta memiliki kebudayaan yang sakral dan
magis dan dianggap sebagai suatu hal yang penting dan dihormati. Pokok

13
argumentasi yang dapat ditemukan di dalam pembahasan jurnal juga terletak bahwa
penulis juga mendukung dan mengembangkan teori yang disampaikan oleh
durkheim tentang solidaritas mekanik. Yakni ritual tersebut menunjukkan adanya
suatu bentuk solidaritas yang sangat erat dalam masyarakat suku Batak Toba.
Penulis juga menyampaikan bahwa ritual tersebut akan menunjukkan solidaritas
mekanik itu hadir di dalam konteks masyarakat batak sehingga status sosial dalam
keluarga juga dia menjadi perbandingan untuk ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan
acara itu.

3. Membahas pemilihan serta cakupan kajian teori.


Dalam pembahasan pemilihan serta cakupan kajian teori, sebenarnya penulis dalam
menulis jurnal utama ini tidak mencantumkan secara eksplisit apa saja yang menjadi
cakupan kajian teorinya. Tetapi jika kita memahami dan membaca lebih lanjut lagi
jurnal yang telah ditulis ini terdapat berbagai macam kajian teori yang telah
dikembangkan dengan menggunakan asumsi dan pandangan penulis tersebut tentang
ritual yang bersangkutan. Teori yang diambil dan digunakan oleh penulis adalah
tentang pendapat mengenai metode penelitian kualitatif yang menjadi suatu metode
yang cocok untuk mendeskripsikan dan menggambarkan ritual Mangongkal Holi.

Ditambah lagi dengan teori mengenai solidaritas mekanik dari emile durkheim yang
ditemukan di dalam pelaksanaan ritual tersebut di dalam keluarga itu. Penulis juga
menambahkan berbagai penelitian terdahulu yang relevan dengan tema penulisannya
yakni ritual yang terkenal dari tanah Batak tersebut bahwa masuknya ajaran
kekristenan di tanah Batak membawa berbagai pencerahan dari sisi agama Sehingga
membuat peran Datu dalam ritual tergantikan oleh Pendeta, imam, dan juga majelis
gereja. Pernyataan tersebut diambil dari penelitian sebelumnya.

Dalam cakupan kajian teori yang dipaparkan oleh penulis tersebut sebenarnya tidak
terlalu banyak teori yang digunakan tetapi penggambaran dan pendeskripsian
tentang data-data yang telah diperoleh sangatlah holistik dan membahas secara
keseluruhan. Karena berbagai asumsi dan pandangan serta pendapat dari penulis
selalu ditambahkan di berbagai teori yang disampaikan oleh seorang ahli. Sehingga
tercapailah pendeskripsian dan penggambaran yang tebal di dalam penelitian ini.

14
4. Membahas metodologi penelitian yang digunakan dan relevansinya.
Di dalam penelitian tersebut penulis menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan cara mengamati ritual tersebut. Tentunya metode ini sangat tepat digunakan
di dalam penelitian karena dengan menggunakan penelitian kualitatif akan
menggambarkan serta mengungkapkan tentang Mangongkal Holi tersebut. Tentu
sangat relevan dengan topik penelitian yang digunakan karena dengan menggunakan
metode kualitatif maka tentunya akan tercapai berbagai latar belakang permasalahan
yang ada di dalam penelitian itu. Dan memang sudah terbukti bahwa dengan
menggunakan penelitian kualitatif, peneliti sudah mencapai kelistrikan dalam
pendeskripsian penelitian.

5. Membahas tentang kerangka berpikir penulis pada bagian pembahasan.


Jika membahas Bagaimana kerangka berpikir penulis dalam menulis penelitian ini
maka tentunya harus dilihat dari hasil dan pembahasan yang ditulis di dalam jurnal
ini. Pada awalnya penulis akan membahas tentang Mangongkal Holi dan agama
Kristen. Dilanjut lagi dengan tata cara atau urutan upacara adat tersebut. Dalam
penjelasan urutan dalam ritual itu sudah dijelaskan dengan sangat spesifik dan luas
tentang bagaimana urutan dan tata cara dalam ritual itu serta telah dijelaskan
berbagai hal-hal yang spesifik mengenai ritual tersebut. Setelah menjelaskan
bagaimana upacara adat tersebut dilangsungkan maka penulis juga melanjutkan
kepada tentang bagaimana kelangsungan ritual Mangongkal Holi pada zaman
dahulu.

Penulis mengungkapkan bahwa zaman dahulu ritual tersebut dikepalai oleh Datu
yang tentunya data tersebut adalah ahli sihir ataupun ahli magis. Penulis juga
membandingkan perbedaan antara cara ritual zaman dahulu dan zaman sekarang.
Setelah itu dilanjutkan lagi dengan pembahasan Mangongkal Holi sebagai solidaritas
mekanik yang menyatukan masyarakat suku Batak Toba. Pembahasan tersebut
dikolaborasikan dengan pemahaman oleh emile durkheim tentang solidaritas
mekanik. Pembahasan dilanjut lagi dengan peran pemimpin ritual Mangongkal Holi,
pada masa dahulu dan sekarang. Dikolaborasikan juga dengan pemikiran Weber
yakni pembagian kedalam pemimpin ritual adat yakni ahli magis dan juga pendeta.

15
6. Membahas tentang kesimpulan dan saran yang diajukan penulis serta
implikasinya pada penelitian berikutnya.
Dalam bagian simpulan penelitian telah mengungkapkan definisi dari Mangongkal
Holi, yakni salah satu ritual suku Batak Toba yang masih bertahan sampai saat ini.
Ritual ini juga mempertimbangkan tentang tenaga kerja, waktu, dana, dan juga
interaksi sosial dengan berbagai kerabat dari keluarga tersebut. Ditambah lagi bahwa
ritual tersebut menunjukkan tentang solidaritas mekanik yang ada di dalam
kehidupan masyarakat suku Batak Toba dengan asas kekeluargaan dalihan natolu.
Ditambah lagi dengan pengaruh agama Kristen yang masuk ke tanah Batak yang
sangat mempengaruhi konsep kepemimpinan tersebut Walaupun demikian ritual
mengakali harus tetap dijaga dan dilestarikan. Di dalam bagian simpulan tersebut
peneliti atau penulis telah menyimpulkan secara sangat padat dan jelas tentang
simpulan Dari jurnal yang telah Ia tulis. Implikasinya pada penelitian berikutnya
tentunya ada. Kemungkinan yang bisa terjadi adalah penelitian tentang
permasalahan permasalahan seputar ritual Mangongkal Holi, baik itu tentang
ekonomi, sosial, bahkan tentang keagamaan.
Ritual tersebut akan dikaji lebih luas lagi bahkan sampai disoroti permasalahan apa
saja yang mungkin akan ditimbulkan oleh ritual tersebut pada keluarga yang
bersangkutan. Dengan itu penelitian ini akan memiliki peluang dalam memberikan
kesempatan bagi para penulis ataupun peneliti lain untuk membuat jurnal yang lebih
luas lagi pembahasannya tentang ritual yang bersangkutan.

7. Pembahasan memuat persetujuan, kritik, sanggahan, uraian penjelas


serta posisi penulis journal review terhadap jurnal.
Pembahasan dan penjelasan yang telah dipaparkan oleh penulis di dalam artikel
tersebut bisa dikatakan sudah sangat baik. Tidak perlu ada yang direvisi atau
diperbaiki lagi tetapi mungkin akan ada implikasinya pada penelitian selanjutnya
asumsi serta pendapat yang disampaikan oleh penulis di dalam jurnal tersebut bisa
dikatakan sudah sangat tepat karena memang merujuk dari pendapat para ahli. Jadi
reviewer Dari jurnal ini sangat setuju dengan segala hal yang telah dipaparkan di
dalam penulisan jurnal ini dan menurut reviewer juga tidak ada kritik ataupun
sanggahan yang mesti dilemparkan kepada penulis. Karena memang pada dasarnya
penulisan telah mendekati sempurna walaupun akan ada muncul penelitian baru
untuk mengembangkan penelitian yang telah ditulis oleh penulis tersebut.

16
D. BAB 4 PENUTUP
1. Kesimpulan
Mangongkal holi merupakan Salah satu ritual dari suku Batak Toba yang ada di
Sumatera Utara yang masih dilestarikan dan dipertahankan sampai sekarang ini.
Praktik-praktik keagamaan serta ritual tersebut masih menjadi suatu kearifan lokal
yang menjadi sumber dari nilai serta norma yang dijunjung tinggi oleh masyarakat
tersebut. Ritual tersebut berkaitan dengan ritual kematian serta penghormatan
kepada roh leluhur bahkan orang-orang yang memiliki kepercayaan atau agama
cenderung menganggap ritual ini sebagai bagian dari sinkretisme, dinamisme
animisme spiritisme, dan lain sebagainya. Tidak hanya sampai di situ juga, ritual
ini akan mempertimbangkan banyak hal yakni tenaga kerja, waktu, dana, dan juga
interaksi diantara keluarga itu ritual ini juga tentunya dilaksanakan secara
sistematis dan tetap berjalan secara terstruktur agar upacara itu dapat berjalan
dengan rapi dan sistematis.

Jika ritual itu berjalan dengan lancar tanpa hambatan sedikitpun maka tentunya
menjadi suatu prestasi dan keberhasilan terhadap semua anggota keturunan. Ritual
ini juga menjadi salah satu wadah untuk menunjukkan solidaritas mekanik yang
hadir di dalam kehidupan masyarakat suku Batak Toba dengan asas kekeluargaan
naik dalihan natolu. Yakni terlihat dari bagaimana seluruh keturunan leluhur
saling bekerjasama, tolong-menolong dan bersatu untuk memberikan segala
penghormatan terhadap leluhur mereka. Ritual ini akan memainkan fungsi yang
penting untuk menjaga kestabilan solidaritas dan kohesi sosial secara kolektif di
dalam suku Batak Toba.

Bisa juga dilihat bahwa ada perbedaan ketika sebelum agama Kristen masuk ke
tanah Batak yakni ritual tersebut masih dipimpin oleh dadu ataupun ahli-ahli
magis tetapi sekarang dapat dilihat ketika zaman agama Kristen telah memasuki
ke tanah Batak Maka kepemimpinan dari ritual itu telah berganti menjadi
dipimpin oleh Pendeta. Walaupun ada pergantian tersebut, selayaknya ritual ini
menjadi suatu kearifan lokal yang tetap dijaga dan dilestarikan sebagai warisan

17
adat dan budaya suku Batak Toba yang sangat unik dan penting bagi suku Batak
Toba.

2. Saran
Ritual Mangongkal Holi merupakan salah satu bagian dari warisan budaya serta
masuk dalam kategori kearifan lokal yang harus dilestarikan dan dipertahankan di
dalam kehidupan sosial dan budaya dalam masyarakat Batak Toba. Karena
dengan adanya kearifan lokal tersebut yang mengandung sangat banyak dan nilai
dan norma yang Harus dipatuhi dalam keluarga maka akan mengatur cara dan
bertingkah laku serta pola perilaku dari masyarakat agar mampu untuk menjadi
masyarakat yang beradab serta memiliki nilai yang selalu dijunjung tinggi, karena
jika melihat dan mengkaji lebih dalam lagi bahwa di dalam ritual ini terkandung
sangat banyak peraturan, nilai dan norma yang menjadi panutan di dalam
kehidupan. Jadi semestinya masyarakat Batak Toba harus bangga karena memiliki
ritual yang telah di turun temurun dan haruslah dilestarikan. Ritual ini juga
menjadi salah satu objek kajian yang sangat menarik untuk dikaji dan dibahas
lebih luas dan lebih dalam lagi oleh praktisi dan bahkan penulis dan menjadi suatu
bahan pembelajaran bagi mahasiswa mahasiswi yang berada pada bidangnya
yakni bisa pada bidang antropologi sosiologi, bahkan religi dan sejarah. Dengan
mau membahas dan menambah wawasan kebudayaan telah menggambarkan
bahwa kita adalah orang-orang yang beradab dan menghargai nenek moyang kita.

18

Anda mungkin juga menyukai