Anda di halaman 1dari 23

Skor Nilai:

CRITICAL BOOK REVIEW

DIsusun Oleh:

NAMA NIM KELAS


Asri Elfrida Marpaung 3203122005 C Reg 2020
Dahlia Naibaho 3202322003 C Reg 2020
Esra Zein Elisya Sirait 3203122004 C Reg 2020
Iing Hosana Br. Tarigan 3201122023 C Reg 2020
Wahyuni Sinaga 3203122042 C Reg 2020

Dosen Pengampu: Luhut Simarmata, M.Thh

Mata Kuliah: Agama Kristen Protestan

PRODI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021

KATA PENGANTAR

1
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga kami mampu menyelesaikan Critical Book Review ini untuk memenuhi mata
kuliah Agama Kristen Protestan. Kami menyadari bahwah kami memerlukan dukungan
serta motivasi untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas. Oleh karena itu terimakasih kepada
dosen pengampuh mata kuliah atas bimbingan dan arahan yang sudah diberikan, serta
terimakasih pada penulis buku yang digunakan karyanya untuk memenuhi tugas Critical
Book Review ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh jadi kata sempurna sehingga saran dan
kritik positif dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan kedepannya. Semoga
critical book review ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Akhir kata saya mengucapkan terimakasih.

Medan, 2021

Penyusun

DAFTAR PUSTAKA

2
KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

1.1 RASIONALISASI CBR...............................................................................4

1.2 TUJUAN CBR..............................................................................................4

1.3 MANFAAT CBR..........................................................................................4

1.4 IDENTITAS BUKU.....................................................................................4

BAB II.....................................................................................................................6

RINGKASAN ISI BUKU......................................................................................6

BAB III..................................................................................................................21

PEMBAHASAN...................................................................................................21

KEUNGGULAN BUKU..................................................................................21

KEKURANGAN BUKU..................................................................................21

BAB IV..................................................................................................................22

PENUTUP.............................................................................................................22

KESIMPULAN.................................................................................................22

BAB I

3
PENDAHULUAH

1.1.Rasionalisasi Pentingnya CBR

Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam meringkas
dan menganalisi sebuah buku, mengenal dan memberi nilai serta mengkritik sebuah karya
tulis yang dianalisis. Seringkali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan
pahami,terkadang kita hanya memilih satu buku untuk dibaca tetapi hasilnya masih belum
memuaskan misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan, oleh karena itu penulis
membuat CBR Agama Kristen Protestan untuk mempermudah pembaca dalam memilih
buku referensi.

1.2.Tujuan Penulisan CBR

1. Untuk memenuhi salah satu bentuk penugasan KKNI,Critical Book Report


2. Menambah Kemampuan mahasiswa dalam memahami Buku
3. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis sebuah buku
4. Referensi ilmu yang bermamfaat untuk menambah wawasan si penulis maupun si
pembaca

1.3 Manfaat CBR

1. Terpenuhinya salah satu tugas KKNI,Critical Book Report


2. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis buku
3. Menambah kemampuan memahami isi buku
4. Membantu si pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari sebuah buku
5. Melatih individu agar berfikir kritis dalam mencari informasi yang ada disetiap
buku.
6. Mengulas isi sebuah buku dan Mengetahui informasi sebuah buku.

1.4 Identitas buku yang direview

4
1. Judul buku : Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pendidikan Agama Kristen
2. Penulis : Paristiyanti Nurwardani, Dr. Daniel Nuhamara, Dr. Daniel
Stefanus, Drs. Suwarsono MM, Edy Mulyono, Fajar Priyautama, Ary Festanto.
3. Penerbit : Direktorat Jenderal Pembelajaran Dan Kemahasiswaan
Kementerian Riset Teknologi Dan Pendidikan Tinggi
4. Kota terbit : Jakarta
5. Tahun terbit : 2016

5
BAB II

RINGKASAN BUKU

BAB 1 Agama Dan Fungsinya Dalam Kehidupan Manusia

A. Menelusuri pengertian agama dari berbagai sudut pandang

Keprihatinan agama mencakup keseluruhan “dunia manusia”; tidak hanya dibatasi pada
bagian yang bisa diakses oleh indra manusia yang pada gilirannya dapat dipelajari secara
ilmiah tetapi juga yang dapat dimanipulasi oleh teknologi.

Ada begitu bervariasinya definisi agama karena ada yang memasukkan agama-agama yang
sangat sederhana atau primitif, seperti dalam bentuk animisme/dinamisme, sampai ke
agama-agama yang lebih rumit dan kompleks, seperti dalam agama-agama yang
monoteisme ke dalam definisi mereka. Untuk lebih jelasnya agama secara umum
sebenarnya terdapat empat pendekatan definisai agama yakni: substantif, fungsional,
verstehen, dan formal.

B. Fenomena agama dalam sejarah umat manusia

Agama sudah ada sejak dahulu kala dan memang agama mengalami pasang surut bahkan
kadang agama tertentu mengalami kemerosotan dalam konteks tertentu (dalam masyarakat
sekuler misalnya), namun secara umum agama tetap hadir dalam kehidupan manusia. Ada
yang berpendapat bahwa kenyataan tersebut disebabkan oleh karena manusia menyadari
keterbatasannya, dan dalam keterbatasan itu maka ia berpaling kepada sesuatu yang
dianggap tak terbatas. Oleh karena itu, agama tidak lebih dari suatu pelarian. Itulah
sebabnya ketika ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang dan dapat berfungsi
untuk mengatasi berbagai keterbatasan manusia, fenomena agama mengalami kemerosotan,
setidaknya di negara-negara Barat yang dibangun atas dasar perkembangan ilmu dan
teknologi modern.

C. Fungsi agama dalam kehidupan manusia

6
Fungsi agama dalam kehidupan manusia yaitu:

1. Agama memberikan kedamaian mental


2. Agama menanamkan kebajikan-kebajikan sosial
3. Agama meningkatkan solidaritas sosial
4. Agama adalah agen sosialisasi dan kontrol sosial
5. Agama meningkatkan kesejahteraan
6. Agama memberikan rekreasi kepada manusia
7. Agama berfungsi memperkuat rasa percaya diri
8. Agama mempunyai pengaruh kepada ekonomi serta sistem politik

D. Membangun argumen tentang pengertian agama dan fungsi positifnya dalam hidup
manusia

Terkadang identitas suku, ras dan agama menjadi lebih diprioritaskan dari identitas
kemanusiaan, dan akhirnya identitas-identitas itu cenderung menjadi tembok-tembok yang
memisahkan dan menjauhkan manusia dari sesamanya. Dan menurut Teori identitas
memang mengatakan bahwa identitas: suku, ras dan agama kadang berfungsi menjadi
tembok pemisah antara kita yang sama suku, ras dan agama dengan mereka yang berbeda
ras, suku dan agama. Tetapi agama juga dapat memberi identitas. Misalnya, dari perspektif
Kristen, fungsi agama sebagai pemberi identitas adalah pemberi makna hidup yang
diwujudkan dalam kasih kepada Tuhan dan sesama. Dalam pengertian seperti itu, fungsi
agama sebagai pemberi identitas menjadi sama dengan fungsi agama sebagai penuntun
moral dan pembangunan karakter yakni berdasarkan prinsip utama tadi yakni kasih.

BAB 2 Allah Dalam Kepercayaan Kristen

A. Menelusuri kesaksian alkitab tentang Allah yang dipercaya oleh umat Kristen

Dalam kekristenan, kita percaya bahwa Tuhan menciptakan manusia sedemikian rupa
sehingga ada kesadaran religius dalam dirinya yakni suatu kesadaran akan adanya kodrat

7
Ilahi di atas manusia, dengan nama yang bermacam-macam sesuai dengan kepercayaan
masing-masing.

Dalam kepercayaan Kristen Allah dikenal dari tindakannya yaitu Allah sebagai Pencipta,
penyelamat dalam Yesus Kristus, dan pembaharu dalam Roh Kudus.

B. Implikasi kepercayaan kepada Allah

Implikasi kepercayaan kepada Allah terdiri dari 3, yaitu:

1. Implikasi kepercayaan kepada Allah sebagai pencipta


2. Implikasi kepercayaan kepada Allah sebagai penyelamat
3. Implikasi kepercayaan kepada Allah sebagai pembaharu ciptaanNya
C. Menggali teologi Kristen: isu krusial yang diperdebatkan tentang hakikat Allah

Pada bagian ini, kita diajak untuk menoleh ke belakang untuk memahami bagaimana para
teolog Kristen menggumuli dan memperdebatkan beberapa isu sekitar hakikat dan sifat
Allah.

Tujuannya terutama untuk memahami bahwa isu- isu yang pada masa kini diperdebatkan
itu bukanlah hal baru, dan memahami bagaimana para pendahulu mencoba memecahkan
hal-hal yang sulit dan rumit.

1. Agustinus

Menurut McGrath, “Agustinus mengambil banyak unsur dari konsensus yang sedang
muncul tentang Trinitas (Tritunggal). Hal ini dapat dilihat dalam penolakannya yang keras
atas bentuk subordinasisme apapun (misalnya yang menganggap Sang Anak dan Roh
Kudus sebagai inferior/lebih rendah dari Sang Bapa di dalam keallahan). Agustinus
berpendapat bahwa tindakan dari ketiga unsur Trinitas harus dipahami di belakang tindakan
dari setiap unsur. Misalnya, manusia diciptakan bukan saja menurut imago dei (gambar
Allah) melainkan juga menurut gambar Trinitas

2. Karl Barth

8
Menurut Barth, ada hubungan yang langsung antara yang menyatakan diri dan penyataan.
Penyataan, menurut Barth, adalah pengulangan (reiteration) pada waktu tertentu tentang
apa yang sesungguhnya sudah ada dalam kekekalan. Orang pertama menunjuk kepada sang
tersalib yang di tengah, dan berkata: “ada seorang pelaku kriminal yang sama yang
disalibkan.” Namun orang kedua menunjuk kepada tersalib yang di tengah dan berkata:
“ada Anak Allah yang rela mati untukku.” Jadi, ia mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah
penyataan diri Allah tak ada artinya apa-apa pada dirinya sendiri; harus ada semacam cara
dengan mana Yesus diakui sebagai penyataan diri Allah.

Barth sama sekali tak memberi peluang bahwa ada peranan positif manusia dalam
menafsirkan penyataan, karena percaya bahwa hal ini sangat tergantung kepada penyataan
ilahi terhadap teori-teori pengetahuan manusia.

BAB 3 Manusia Menurut Ajaran Kristen

A. Menelusuri pemikiran modern tentang manusia

Sebelum kita membahas beberapa aspek penting dari hakikat manusia berdasarkan
kesaksian Alkitab, ada baiknya kita melihat beberapa pernyataan modern tentang siapakah
manusia itu. McDonald dalam bukunya The Christian View of Man menyebutkan beberapa
pemikiran modern yang penting yang relevan dengan pengkajian kita (McDonald 1981,
115). Berbagai pandangan yang relevan adalah sebagai berikut:

1. Manusia komunis
2. Manusia humanis

B. Pandanfan Kristen tentang hakikat manusia

Beberapa aspek mendasar dari kesaksian Alkitab tentang hakikat manusia menurut
pandangan Kristen yaitu:

1. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah


2. Manusia diciptakan menurut gambar Allah
3. Manusia sebagai makhluk sosial

9
4. Manusia sebagai makhluk rasional dan berbudaya
5. Manusia sebagai makhluk etis

C. Paradoks dalam kehidupan manusia dan masyarakat

Yang dimaksudkan paradoks adalah pada satu sisi penciptaan manusia sebagai makhluk
religius, sosial, rasional dan berbudaya serta etis menunjukkan sisi keagungan manusia
dibandingkan dengan ciptaan-ciptaan Tuhan yang lain. Manusia mampu membedakan yang
baik dari yang jahat, yang benar dari yang salah, serta memiliki kebebasan untuk memilih
melakukan yang baik atau yang jahat. Lebih dari itu, manusia juga mempunyai kemajuan
yang mengagumkan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat
mempermudah hidup manusia, dan menjadikan hidupnya lebih manusiawi.

Dosa pribadi seperti ketamakan dapat membawa konsekuensi penderitaan sesama, namun
dosa sosial berupa sistem dan struktur yang tidak adil bahkan lebih merusak dan membawa
konsekuensi yang lebih berat bagi lebih banyak orang. Karena hakikat manusia sebagai
makhluk sosial, dosa tidak dapat dibatasi hanya sebagai dosa pribadi/individu, tetapi juga
harus dipahami sebagai dosa sosial.

D. Membaharui hubungan dengan Allah, sesama, dan alam ciptaan

Keselamatan tidak boleh dipahami hanya bersifat individual tetapi juga dipahami secara
sosial, dan berlaku kini dan di sini.

E. Pandangan pandangan teologi kontemporer tentang manusia dan masa depannya

Jadi, pengharapan itu menjadi kekuatan penggerak sejarah untuk mewujudkan apa yang
diharapkan kini, dalam bahasa Moltman “membawa masa depan yang diharapkan ke masa
kini.” Tentu saja pengharapan itu tidak melulu dengan kekuatan dan kehebatan manusia
tetapi dalam persekutuan dengan Tuhan.

BAB 4 Etika Dan Pembentukan Karakter Kristiani

A. Menelusuri pengertian etika dan moralitas

10
Kata ethos berarti kebiasaan atau adat dan tentu saja yang sesuai kebiasaan dan adat
dianggap baik. Sedangkan ‘ethos dan ‘ethikos lebih berarti kesusilaan, perasaan batin, atau
kecenderungan hati yang menyertai seseorang terdorong untuk melakukan suatu perbuatan.

Kata etika muncul pertama kali dalam buku Etika Nikomachea yang dikarang oleh
Aristoteles, seorang ahli filsafat Yunani. Buku tersebut memuat kaidah-kaidah perbuatan
manusia. Dari buku itu, kata etika menjadi istilah teknis khusus untuk “ilmu pengetahuan
yang mempelajari/menyelidiki soal kaidah-kaidah dalam rangka mengukur perilaku dan
perbuatan manusia.”

Gill membedakan “suatu etika” (suatu etika atau moralitas) sebagai suatu perangkat
penuntun tentang apa yang baik dan buruk/jahat, benar dan salah, sedangkan studi yang
serius terhadap penuntun itulah disebut etika (ethics atau disebut juga moral philosophy).

B. Membangun norma untuk membuat penilaian moral

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut pembicaraan beralih pada beberapa teori


dalam rangka pembangunan kaidah atau norma penilaian etis.

1. Teori Teleologis

Teori Teleologis adalah teori yang berpendapat bahwa kebaikan atau kebenaran itu
ditentukan oleh tujuan yang baik (telos = tujuan). Jadi, kalau seseorang mempunyai tujuan
yang baik yang mendorong suatu tindakan apapun tindakan itu pasti dinilai baik, melulu
karena tujuannya baik

2. Teori Deontologis

Teori Deontologis pada prinsipnya berpendapat bahwa suatu tindakan itu baik bila
memenuhi kewajiban moral (deon=kewajiban). Untuk teori ini pun terbagi dua bagian lagi
berkaitan dengan kewajiban itu siapa yang menentukan. Kalau kewajiban itu ditentukan
oleh aturan-aturan yang sudah ada (darimana pun datangnya) teori itu disebut sebagai
“deontologis aturan” (rule deontologist).

11
C. Menggali dan membangun karakter Kristiani dan hubungan karakter dengan iman
dan etika Kristen

Hubungan-hubungan masa lampau juga bisa memengaruhi kita, begitu pula orang-orang
sekitar kita bisa memberi tekanan atau mendukung yang pada gilirannya memengaruhi kita.
Prinsip-prinsip moral diartikan sebagai pernyataan singkat (brief statement) yang berfungsi
sebagai penuntun tindakan yang menentukan hal benar apa yang harus dilakukan (atau
sebaliknya yang tak boleh dilakukan). Misalnya, Anda tidak akan mengambil barang bukan
milik Anda meskipun tidak seorangpun tahu bahwa Anda yang mengambilnya, karena
karakter Anda selalu bersama Anda, yakni karakter kejujuran itu. Karakter adalah apa dan
siapa kita tanpa orang lain melihat kita atau tidak.

Konsep lain yang perlu kita bahas dalam upaya memahami apa itu karakter dan
pembentukannya, adalah konsep mengenai nilai-nilai (values). Istilah nilai- nilai (values)
ini menunjuk kepada fakta bahwa kita menganggap atau memandang atribut-atribut tertentu
dari karakter kita sebagai hal penting bagi kita, sebagai hal yang kita setujui.

D. Sistem etika Kristen dan prinsip utamanya

Etika kristen adalah ilmu yang mempelajari nilai dan norma yang digunakan orang kristen
untuk bertindak dan motivasi manusia itu dapat dikatakan baik atau sebaliknya. Misalnya
dalam menghadapi masalah nilai kesetaraan gender. Tentu tidak ada hukum kesetaraan
gender, tetapi prinsipnya ada yakni bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan menurut gambar-
Nya dan mereka diciptakan sebagai laki-laki dan perempuan. Laki-laki tentu tidak bisa
mengandung dan melahirkan, mengandung dan melahirkan adalah kodrat perempuan dan
tidak ada kaitannya dengan perbedaan derajat. Walaupun Tuhan Yesus memperbaharuinya
dengan mengatakan bahwa hanya ada satu hukum utama yakni hukum kasih, baik kasih
kepada Allah dan dan kasih kepada sesama manusia (atau lebih akurat dikatakan: kasih
kepada Allah melalui kasih kepada sesama dan pemeliharaan terhadap ciptaan Allah).
Kasih lebih dari sekadar tidak melakukan kepada orang lain apa yang tidak kita suka orang
lain lakukan kepada kita, melainkan terutama sebuah prinsip “sama seperti kita suka orang
lain lakukan kepada kita demikianlah juga kita melakukan kepada orang lain

12
E. Etika teologis dan etika filsafati

Berikut ini adalah deskripsi tentang etika teologis dan etika filsafati yaitu:

1. Etika teologi

Etika teologis adalah sistem etika yang sumber normanya dipercayai berasal dari Tuhan
atau setidak-tidaknya lahir dari asumsi-asumsi teologis baik tentang Tuhan dan manusia
yang sumber utamanya dari kitab suci masing-masing agama. Pernyataan- pernyataan dari
kitab suci masing-masing agama itu masih perlu ditafsirkan dalam konteks dan sejarahnya
agar menemukan arti serta nilai-nilai yang bisa dijadikan norma perilaku dan motivasi
manusia

2. Etika Filsafati

Etika filsafati adalah etika yang dibangun atas dasar pemikiran filsafati manusia maupun
berdasarkan kontrak sosial. Etika filsafat ini sudah ada sejak dulu, bahkan setiap
kebudayaan melahirkan sistem nilai yang menjadi norma perilaku dan motivasi yang baik.

BAB 5 Hubungan Iman Kristiani Dengan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Dan Seni

A. Tipologi hubungan iman dan ilmu pengetahuan dalam sejarah kekristenan

Dua tipe yang terlihat tidak membangun dalam tipologi hubungan iman dan ilmu
pengetahuan dalam sejarah kekristenan yaitu:

1. Dominasi iman/agama terhadap ilmu pengetahuan /sains


2. Dominasi ilmu pengetahuan terhadap agama

Wilardjo menyatakan bahwa ada 4 tipologi hubungan iman dan ilmu yaitu:

1. Pertentangan (conflict)
2. Perpisahan (independence)
3. Perbincangan (dialogue)
4. Perpaduan (integration)

13
B. Pengertian teknologi modern

Ada tiga kelompok dalam merespon perkembangan teknologi modern. Kelompok pertama
melihat perkembangan teknologi modern sebagai sumber yang memungkinkan standar
kehidupan lebih tinggi, meningkatkan kesehatan, dan komunikasi yang lebih baik maupun
mudah. Pokoknya, teknologi modern dianggap memberi dampak peningkatan kesejahteraan
manusia. Klaim bahwa persoalan apa pun yang diakibatkan oleh teknologi modern pada
dirinya sendiri tunduk atau dapat dikontrol oleh solusi teknologis. Kelompok kedua
bersikap kritis terhadap teknologi, karena teknologi modern dapat menyebabkan alienasi
dari alam, penghancuran lingkungan hidup, mekanisasi dari kehidupan manusia, dan
hilangnya kebebasan manusia. Kelompok ketiga berpendapat bahwa teknologi bersifat
ambigu, dampaknya bervariasi tergantung pada konteks sosial karena teknologi dirancang
dan digunakan, dan menjadi produk maupun sumber dari kekuatan ekonomis dan politis.

C. Tipologi respon Kristen terhadap teknologi modern

Menurut Ian Barbour ada 3 respon terhadap teknoligi, yaitu

1. Teknologi sebagai pembebas


2. Teknologi sebagai ancaman
3. Teknologi sebagai instrumen kekuasaan

D. Hubungan teknologi dan kekuatan politis

Dalam sistem pemerintahan yang demokratis, kita dapat berharap bahwa keputusan politis
yang dibuat oleh para birokrat dapat sungguh-sungguh memerhatikan kepentingan rakyat
banyak dan bukan hanya kepentingan perusahaan-perusahaan besar. Dengan perkataan lain,
sesungguhnya rakyatlah yang harus mengontrol teknologi macam apa yang dikembangkan
dan untuk tujuan apa dikembangkan. Pada satu sisi, para pendukung teknologi memiliki
hubungan dengan politik sehingga bersikap kritis terhadap teknologi

E. Membangun sikap Kristen dan lebih realistis terhadap teknologi

14
Ada yang berpendapat bahwa pengembangan dan penggunaan teknologi modern haruslah
menjamin tiga hal berikut ini.

1. Adanya jaminan bahwa harkat dan martabat manusia dijunjung tinggi, termasuk
pemenuhan kebutuhan hidupnya
2. Haruslah menjamin adanya kelestarian alam, yakni menjaga keseimbangan antara
kepentingan manusia kini dan manusia yang akan datang
3. Adanya jaminan keadilan sosial dari distribusi hasil dari teknologi.

BAB 6 Menciptakan Kerukunan Antar Umat Beragama

A. Menelusuri konsep kerukunan antar umat beragama

Indonesia adalah sebuah bangsa yang masyarakatnya sangat majemuk, demikian pula
agamanya. Indonesia sangat potensial untuk terpecah-belah. Pancasila sebagai ideologi
negara dan sekaligus sebagai “payung” mengabsahkan bahwa benarlah bangsa ini sebuah
keluarga besar. Permasalahan-permasalahan yang muncul di dalam masyarakat mestinya
merupakan persoalan bersama. Demikian juga, segala sesuatu yang telah dicapai haruslah
dilihat sebagai hasil bersama. Tidak ada satu golongan agama pun yang merasa dirinya
lebih berjasa dalam membangun bangsa Indonesia. Ketegangan akan terjadi apabila satu
golongan agama mementingkan kepentingan golongannya sendiri dan mengabaikan
golongan-golongan lainnya.

B. Menanya bentuk-bentuk kerukunan antar umat beragama

Dari antara bentuk-bentuk kegiatan yang berhubungan dengan kerukunan antarumat


beragama, bentuk dialog adalah bentuk yang paling awal dilaksanakan dengan prakarsa
pemerintah dan telah dilakukan di berbagai kota di Indonesia.

Semboyannya yang terkenal ialah dialog dan bukan apologâ. Dari sifatnya dialog dapat
dibedakan menjadi dialog formal dan informal. Dialog formal adalah suatu dialog yang
membahas suatu tema tertentu dalam suatu pertemuan yang pembahasannya bertolak dari
visi teologis masing-masing. Dialog informal adalah suatu dialog yang terjadi dalam
bentuk-bentuk pergaulan, kerja sama, dan hubungan social antarumat yang berbeda agama.

15
Kita mesti mampu menjelaskan dengan jujur pokok-pokok iman kita, tradisi gereja kita dan
lain-lain yang berkaitan dengan agama kita sendiri.

C. Menggali sumber Alkitab tentang kerukunan antar umat beragama

Dasar teologi bagi kerukunan antarumat beragama, yaitu:

1. Allah sebagai Pencipta dan manusia sebagai ciptaan


2. Umat Allah sebagai pelayan kebersamaan manusia

D. Membangun argumen tentang pluralisme agama sebagai persoalan teologis

Setiap umat beragama, tentu saja, akan menganggap agama yang dianutnya sebagai agama
yang benar. Ini tidak bisa disalahkan, bahkan seharusnya begitu. Agama adalah soal
kepercayaan sehingga orang itu tidak layak ragu-ragu terhadap agama yang dianutnya.
Agama-agama selalu mengajarkan hal-hal luhur, walaupun kenyataannya para penganut
agama sering membelokkan ajaran-ajaran agama demi tujuan mereka sendiri. Hal inilah
yang menyebabkan agama-agama dicemarkan, bahkan tidak jarang mendapat cap yang
tidak mengenakkan. Misalnya, Karl Marx, yang memandang agama sebagai candu bagi
masyarakat

BAB 7 Penjaga Ciptaan Allah

A. Menelusuri hubungan antara ekonomi dan ekologi

Sebenarnya hubungan antara ekonomi dan ekologi bisa dijabarkan dari pengertian
etimologis yang justru bisa saling membantu dan membina. Oikos berarti ’rumah tangga‘,
logos berarti ‘perkataan, pemahaman dan pengertian.’ Hubungan antara ekonomi dan
ekologi tergabung dalam pemahaman bahwa kita tidak bisa menata masyarakat dan alam
ini tanpa mengerti dan memeliharanya. Berbicara tentang ekonomi dan ekologi, khususnya
dari perspektif Indonesia, harus dimulai dengan mengatakan bahwa ia tidak merupakan
masalah pilihan “ini atau itu,” seolah-olah dengan bebasnya dapat dipilih antara ekonomi
atau ekologi.

16
Selama lebih dari 200 tahun, pertumbuhan industri yang menjadi sakaguru pertumbuhan
ekonomi Barat, telah didukung oleh tersedianya bahan bakar yang murah, sumber alam
yang melimpah ruah serta lingkungan yang seakan-akan tanpa batas mampu menyerap
semua limbah

B. Manusia dalam alam

Masalah lingkungan semakin rumit, rumah kaca untuk pembibitan tanaman juga
mengandung berbagai macam bahan kimia yang dapat merusak kesehatan, belum lagi
robeknya lapisan ozon, hujan asam, peracunan udara, air dan dasar bumi dan sebagainya.
Mahatma Gandhi menyatakan, “Bumi ini mempunyai cukup untuk memenuhi kebutuhan
semua orang, namun tidak cukup untuk memenuhi keserakahan semua orang.” Sumber-
sumber alam secara global cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar semua orang, apabila
dimanfaatkan secara bijak dan didistribusikan secara adil. Sampai sekarang bahwa
persoalan spesifik bagi Indonesia di bidang lingkungan hidup adalah penebangan hutan
tropis (dengan izin maupun liar) dan kebakaran hutan yang hampir setiap musim kemarau
terjadi di beberapa tempat.

Kini didari bahwa ada sebab lebih dahsyat lagi, yaitu pengerukan pasir laut yang
menghilangkan ratusan hektar tanah dari tujuh pulau kecil di Kalimantan Timur dan
merusak seluruh ekosistem di sekitarnya sehingga para nelayan pun banyak dirugikan,
karena menangkap ikan menjadi semakin sulit.

Manusia mempunyai kewajiban moral untuk mewariskan kepada generasi yang akan
datang suatu kondisi kehidupan yang lebih baik daripada kondisi sewaktu kita
menerimanya dahulu dari generasi yang sebelum kita. Dan waktu Allah menciptakan
manusia, Ia berkata kepada mereka, “Penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas
ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di
bumi”

C. Menggali dasar teologis dari pemahaman mengenai kebutuhan ciptaan

John Macquarrie dan James Barr berusaha membuktikan bahwa tuduhan mengenai Alkitab
sebagai pokok gara-gara yang menyebabkan kerusakan alam bukan merupakan tuduhan

17
yang kuat, sekaligus kedua orang ini bersedia mengakui bahwa dalam perkembangan
sejarah ada penafsiran tertentu terhadap manusia sebagai penguasa yang eksploitatif, dan
bahwa gambaran ini tidak cocok dengan apa yang terdapat dalam teks Alkitab itu

Masalah-masalah yang merupakan dampak penerapan teknologi tidak dapat diselesaikan


dengan hanya menciptakan teknologi yang lebih baik, melainkan dengan menyediakan
suatu struktur pemikiran yang dapat menjadi landasan bertolak bagi tingkah laku manusia.

Yang harus dilakukan ialah meninjau kembali tradisi Kristen dan memeriksa mana tahap-
tahap perkembangan tradisi itu yang telah terjadi distorsi karena tekanan yang terlampau
dilebih-lebihkan, dan menanyakan apakah di dalam tradisi ini tidak ada sumber-sumber
yang laten, yang dapat menjawab kebutuhan masa kini.

D. Membangun argumen tentang kedudukan manusia dalam lingkungan alam

Keistimewaan manusia itu perlu ditekankan karena banyak buku yang penuh angan-angan
tentang lingkungan menilai alam setinggi manusia atau lebih tinggi dari manusia. Manusia
dilihat sebagai benalu yang mengganggu karunia alam, merampas kekayaan alam dan
mengotorkan keindahan alam. Nilai alam yang utama ialah gunanya untuk manusia.
Walaupun alam dimaksudkan untuk digunakan manusia, alam tidak semata-mata untuk
maksud itu. Dalam alam semesta ada banyak bintang yang begitu jauh dari bumi sehingga
tidak dapat dilihat manusia. Karena itu menjadi nyata bahwa alam memiliki nilai terlepas
dari gunanya bagi manusia.

E. Mendeskripsikan sikap manusia terhadap alam

Alam bernilai, dan manusia perlu menghargai alam. Ia patut menggemari keindahan alam.
Ia mengiakan penilaian Allah waktu Dia memandang ciptaan-Nya dan “melihat bahwa
semuanya itu baik.” Ia patut memeroleh pembaruan semangat dan beriang hati karena
keelokan alam. Pengertian kita tentang alam tidak usah menghilangkan kesadaran kita
tentang keajaiban alam. Kalau kita memperlakukan alam seolah-olah alam itu tidak
bernilai, kita mengurangi nilai diri kita sendiri. Kalau kita hanya melihat alam sebagai
sumber keuntungan bagi kita sendiri, kehidupan kita menjadi lebih egois dan kering.

18
BAB 8 Cara Bergaul Yang Baik

A. Menelusuri konsep seni bergaul

Kita mencari teman yang bisa saling mengerti, saling percaya, saling tolong, saling
mengakui keunggulan dan saling memaklumi kelemahan masing-masing. Sejalan dengan
berkembangnya kemampuan, kematangan dan kebutuhan, pola hubungan antar orang
berkembang dalam tujuh tahap. Adapun ketujuh tahap tersebut adalah: tahap bayi, tahap
anak kecil (3-6 tahun), tahap anak besar (6-12 tahun), tahap remaja dan pemuda (12-25
tahun), tahap dewasa muda (25-40 tahun), tahap dewasa (40-65) dan tahap usia lanjut.

Pergaulan yang sebenarnya diperlukan demi penyempurnaan martabat manusia, tidak selalu
mengarah ke kehidupan yang positif dalam rangka pembangunan mental, akan tetapi
sebaliknya sering berakibat negatif dan menghambat kelancaran hidup sosial.

B. Menjadi sahabat sejati

Menjadi sahabat bagi orang lain dan mempunyai seorang sahabat adalah sesuatu yang
sangat berarti dan berharga dalam hidup seseorang, karena memang Sang Pencipta menata
manusia untuk hidup bersama dengan orang lain. Bagi orang Inggris, arti seorang sahabat
diungkapkan dalam sebuah pepatah: afriend in need is a friend indeed, artinya sahabat yang
sejati ialah sahabat yang selalu siap menolong ketika seseorang memerlukannya (Chandra
2006, 97).

Jika kita tidak menerima diri kita sendiri, kita akan mendapatkan kesulitan untuk menerima
orang lain, dan kebiasaan negatif ini akan tercermin dalam hubungan kita. Meskipun
mungkin Anda merasa memiliki kemampuan-kemampuan yang lebih daripada biasanya,
hendaknya jangan congkak dan merasa lebih baik dari orang lain.

C. Menggali sumber Alkitab tentang pergaulan

Orang yang membenci pergaulan adalah orang yang tidak normal. Di dalam Amsal 18:24
dikatakan, “Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih
karib daripada seorang saudara.” Ada sahabat yang lebih baik daripada saudara sendiri.

19
Motif dalam pergaulan Kristen adalah “kasih yang sudah kita terima dari Kristus,” bukan
“kasih yang sekuler,” misalnya kasih yang dikuasai oleh hawa nafsu, kasih yang
materialistis atau kasih yang egoistis.

D. Membangun argumen tentang suka dan duka pergaulan

Setiap orang mesti bergaul. Orang yang sama sekali tidak bergaul akan lekas mati. Oleh
para ahli sosiologi, pergaulan disebut interaksi. Interaksi bisa bersifat luas (bergaul dengan
banyak orang) atau bersifat frekuen (sering bergaul dengan orang). Suka dan duka dalam
pergaulan tentu saja ada, bahkan boleh dikatakan banyak.

Pergaulan mendatangkan banyak keuntungan. Misalnya, setelah Anda mulai bergaul lebih
dekat dengan teman-teman kuliah, Anda memeroleh keterangan bahwa dahulu mereka
menganggap bahwa Anda merupakan pribadi yang sombong, lebih senang bermain dengan
teman yang sama sekali tidak setingkat dengan Anda.

E. Mendeskripsikan tahap-tahap pergaulan

Tulus Tu’u membagi pergaulan muda-mudi ke dalam lima tahap, yaitu:

1. Sifatnya terbatas pada persahabatan biasa


2. Persahabatan yang lebih istimew
3. Pacaran
4. Bertunangan
5. Pernikahan

20
BAB III

PEMBAHASAN

A. Kelebihan
1. Buku ini memiliki sistematika yang bagus yang tertata rapi
2. Penjelasan yang disampaikan jelas dan detail sehingga pembaca lebih mudah
untuk dapat memahaminya
3. Buku ini memberikan penjelasan yang lengkap dan disertai pendapat para ahli
4. Buku ini memiliki keterkaitan antara satu paragraf dengan paragraf lainnya
5. Buku ini disertai dengan contoh pada penjelasan materi sehingga para pembaca
lebih mudah untuk memahaminya
6. Buku ini melampirkan ringkasan pada setiap akhir bab sehingga para pembaca
yang ingin mengetahui inti materi dapat dimudahkan dengan membaca
ringkasan
7. Setelah Bab terakhir Buku Ini melampirkan Kepustakaan atau sumber-sumber
yang digunakan Penulis dalam menuliskan buku ini sehingga dapat menambah
informasi kepada pembaca supaya memperkaya sumber bacaan.

B. Kelemahan
1. Penulisan pada buku ini terlalu monoton sehingga membuat para pembaca
merasa bosan

21
2. Buku ini hanya disertakan dengan sedikit gambar sehingga agak tidak
menambah daya tarik di buku

BAB IV

PENUTUP

Buku yang berjudul Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pendidikan Agama Kristen ini
layak dibaca dan layak juga dirujuk sebagai bahan studi. Hal ini terwujud dengan bukti
buku ini yang menyajikan banyak data atau informasi yang penyampaiannya mengikuti
pekembangan teknologi dan sifat masyarakat global.

Dari kesekian banyak kelebihan maka buku ini tidak menutup kemungkinan hanya
dipergunakan bagi kalangan pelajar/mahasiswa atau pakar ilmu, tetapi juga layak bagi guru
dan khalayak umum sebagai bentuk atau cara adaptif mempersiapkan diri untuk menyikapi
perubahan dalam dunia yang cenderung dinamis berubah terjadi disekitar kita. Sehingga
individu yang membaca dan memahaminya dapat bertumbuh dan memiliki karakter
kristiani yang sesungguhnya.

22
23

Anda mungkin juga menyukai